Alissa Revolius
XII MIPA 3
Tujuh golongan yang akan mendapatkan naungan ‘Arsy Allah Ta’ala dimana tidak ada naungan kecuali
hanya naungan Allah Ta’ala. Yaitu:
1. Pemimpin yang adil
2. Pemuda yang tumbuh dalam ibadah kepada Allah Ta’ala
3. Seorang yang hatinya senantiasa bergantung di masjid
4. Dua orang yang saling mencintai karena Allah Ta’ala. Mereka berkumpul karena Allah dan mereka
pun berpisah juga karena Allah Ta’ala.
5. Seorang yang diajak wanita untuk berbuat yang tidak baik, dimana wanita tersebut memiliki
kedudukan dan kecantikan, namun ia mampu mengucapkan, “Sungguh aku takut kepada Allah”.
6. Seorang yang bersedekah dan dia sembunyikan sehingga tangan kirinya tidak mengetahui apa yang
diinfakkan oleh tangan kanannya.
7. Seorang yang mengingat Allah dalam keadaan sendirian sehingga kedua matanya meneteskan air
mata.
Macam-Macam Takdir :
Taqdir muallaq
Taqdir Mallaq yakni takdir yang masih digantungkan pada usaha atau daya ikhtiar makhluk Seperti
misalnya seseorang ingin kaya, dll itu artinya orang tersebut harus melalui usaha/ikhtiar untuk mencapai
Taqdir Mubrom
Taqdir Mubrom yakni takdir yang sudah tidak dapat dirubah oleh makhluk meskipun makhluk itu
berikhtiar dan tawakal. Misalnya seperti kematian manusia.
Artinya:
“Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan pergantian malam dan siang, terdapat tanda
tanda (kebesaran Allah) bagi orang-orang yang berakal, yaitu orang-orang yang senantiasa mengingat
Allah dalam keadaan berdiri, duduk, dan berbaring, dan memikirkan penciptaan langit dan bumi (seraya
berkata), “Ya Tuhan kami, tidaklah Engkau ciptakan semua ini dengan sia-sia, Maha Suci Engkau,
lindungilah kami dari siksa api neraka”.
Kandungan dari ayat di atas adalah
Pada surat al imran ayat 190 menjelaskan bahwa dalam penciptaan langit dan bumi,
dan pergantian malam dan siang, mengandung tanda-tanda kebesaran Allah Swt.
Dalam ayat yang ke-191, orang-orang yang berakal adalah orang-orang yang senantiasa mengingat Allah
Swt dalam keadaan apapun.
Selain dari ali imran 190-191, pembelajaran ini juga berkaitan dengan QS. Ali Imran ayat 159
Artinya :
“Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemmah kembut terhadap mereka. Sekiranya
kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. karena itu
maafkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka, dan bermusyawarahlah dengan merek dalam
urusan itu. Kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, maka bertakwalah kepada Allah.
Sesungguhnya Allah menyukain orang-orang yang bertawakkal kepadanya.” (QS Ali Imran : 159)
Kandungan ayat diatas adalah
-Memecahkan masalah dengan cara lemah lembut
-Menyelesaikan masalah dengan musyawarah
-Bertawakkal kepada Allah Swt.
Hukum Nikah
1. Sunah
Bagi orang yang ingin menikah, mampu menikah, dan mampu pula mengendalikan diri dari perzinaan,
walaupun tidak segera menikah, maka hukum nikah adalah sunah.
2. Wajib
Bagi orang yang ingin menikah, mampu menikah, dan ia khawatir berbuat zina jika tidak segera
menikah, maka hukum nikah adalah wajib.
3. Makruh
Bagi orang yang ingin menikah, tetapi belum mampu member nafkah terhadap istri dan anak-
anaknya, maka hukum nikah adalah makruh.
4. Haram
Bagi orang yang bermaksud menyakiti wanita yang akan ia nikahi, maka hukum nikah adalah haram.
Tujuan Pernikahan
Untuk memperoleh rasa cinta dan kasih sayang. Allah SWT berfirman: ”Dan jadikan-Nya di
antara kamu rasa kasih dan sayang…” (Q.S. Ar-Rum, 30: 21)
Untuk memperoleh ketenangan hidup (sakinah). Allah SWT berfirman: “Dan di antara tanda-
tanda kebiasaan-Nya ialah Dia menciptakan istri-istri dari jenismu sendiri, supaya kamu
cenderung dan merasa tentram kepadanya…” (Q.S. Ar-Rum, 30:21)
Untuk mewujudkan keluarga bahagia di dunia dan akhirat.
Rukun Nikah
Rukun nikah ada lima macam yakni sebagai berikut:
1) Ada calon suami, dengan syarat: laki-laki yang sudah berusia dewasa (19 tahun), beragama Islam,
tidak dipaksa/terpaksa, tidak ssedang dalam ihram haji atau umrah, dan bukan mahram calon istrinya.
2) Ada calon istri, dengan syarat: wanita yang sudah cukup umur (16 tahun): bukan perempuan
musyrik, tidak dalam ikatan perkawinan dengan orang lain, bukan mahram bagi calon suami dan tidak
dalam keadaan ihram haji atau umrah.
3) Ada wali nikah, yaitu orang yang menikahkan mempelai laki-laki dengan mempelai wanita atau
mengizinkan pernikahannya.
a) Wali Nasab, yaitu wali yang mempunyai pertalian darah dengan mempelai wanita yang akan
dinikahkan. Berdasarkan mahzab Syafi’i maka urutan wali nasab adalah sebagai berikut :
Bapak, kakek (orang tua bapak) dan seterusnya ke atas
Saudara laki-laki kandung sebapak seibu
Saudara laki-laki sebapak lain ibu
Keponakan laki-laki dari saudara laki-laki kandung
Keponakan laki-laki dari saudara laki-laki sebapak dan seterusnya
Paman, yaitu saudara dari bapak sekandung
Paman sebapak, yaitu saudara dari bapak sebapak lain ibu
Anak-anak paman kandung (saudara sepupu)
Anak laki-laki paman sebapak
B. HIKMAH PERNIKAHAN
Fuqaha (ulama fikih) menjelaskan tentang hikmah-hikmah pernikahan yang islami, antara lain:
1. Memenuhi kebutuhan seksual dengan cara yang diridai Allah (cara yang islami), dan menghindari cara
yang dimurkai Allah seperti perzinaan atau homoseks (gay atau lesbian).
2. Pernikahan merupakan cara yang benar, baik, dan diridai Allah untuk memperoleh anak serta
mengembangkan keturunan yang sah.
3. Melalui pernikahan, suami-istri dapat memupuk rasa tanggung jawab membaginya dalam rangka
memelihara, mengasuh dan mendidik anak-anaknya, sehingga memberikan motivasi yang kuat untuk
membahagiakan orang-orang yang menjadi tanggung jawabnya.
4. Menjalin hubungan silaturahmi antara keluarga suami dan keluarga istri, sehingga sesama mereka
saling menolong dalam kebaikan dan ketakwaan serta tidak tolong-menolong dalam dosa dan
permusuhan.
C. PERKAWINAN MENURUT PERUNDANG-UNDANGAN DI INDONESIA
Hal-hal yang perlu diketahui dari Kompilasi Hukum Islam di Bidang Hukum Perkawinan antara lain:
1. Pengertian dan Tujuan Perkawinan
Dalam pasal 2 dan pasal 3 dari Kompilasi Hukum Islam di Bidang Hukum Perkawinan dijelaskan
bahwa perngertian perkawinan menurut Hukum Islam adalah pernikahan yaitu akad yang sangat kuat
atau misaqan galizan untuk mentaati perintah Allah dan melaksanakannya merupakan ibadah.
Sedangkan tujuan perkawinan ialah untuk mewujudkan rumah tangga yang sakinah,
mawaddah, dan rahmah.
2. Sahnya Perkawinan
Dalam pasal 4 dari Kompilasi Hukum Islam di bidang Hukum Perkawinan dijelaskan bahwa
perkawinan adalah sah apabila dilakukan menurut Hukum Islam sesuai dengan pasal 2 ayat (1) Undang-
Undang RI No. 1 Tahun 1974 tentang perkawinan. Penjelasan pasal 2 ayat (1) UU RI Tahun 1974
mengatakan sebagai berikut:
· Dengan perumusan pasal 2 ayat (1) ini, tidak ada perkawinan di luar hukum masing-masing agamanya
dan kepercayaan itu, sesuai dengan UUD 1945.
· Yang dimaksud dengan hukum masing-masing agamanya dan kepercayaannya itu termasuk ketentuan
perundang-undangan yang berlaku bagi golongan agamanya dan kepercayaannya itu, sepanjang tidak
bertentangan atau tidak ditentukan lain dalam undang-undang ini.
3. Pencatatan Perkawinan
Dalam pasal 5 dan 6 Kompilasi Hukum Islam di bidang Hukum Perkawinan dijelaskan:
Agar terjamin ketertiban perkawinan bagi masyarakat Islam setiap perkawinan harus dicatat.
Pencatatan perkawinan dilakukan oleh Pegawai Pencatat Nikah (Kantor Urusan Agama
Kecamatan di mana calon mempelai bertempat tinggal).
Agar pelaksanaan pencatatan perkawinan itu dapat berlangsung dengan baik, maka setiap
perkawinan harus dilangsungkan di hadapan dan di bawah pengawasan Pegawai Pencatat
Nikah.
Perkawinan yang dilakukan di luar pengawasan Pegawai Pencatat Nikah tidak mempunyai
kekuatan hukum.
4. Akta Nikah
Akta Nikah atau Buku Nikah (Surat Nikah) adalah surat keterangan yang dibuat oleh Pegawai
Pencatat Nikah yakni Kantor Urusan Agama Kecamatan, tempat dilangsungkannya pernikahan yang
menerangkan bahwa pada hari, tanggal, bulan, tahun, dan jam telah terjadi akad nikah antara: seorang
laki-laki (dituliskan nama, tanggal dan tempat lahir, pekerjaan, dan tempat tinggal) dengan seorang
perempuan (dituliskan nama, tanggal dan tempat lahir, pekerjaan, dan tempat tinggal) dan yang
menjadi wali (juga dituliskan nama, tanggal dan tempat lahir, pekerjaan, tempat tinggal, dan apa
hubungannya dengan yang diwalikan).
5. Kawin Hamil
Dalam pasal 53 ayat (1), (2), dan (3) dari Kompilasi Hukum Islam di bidang hukum perkawinan
dijelaskan:
1. Seorang wanita hamil di luar nikah, dapat menikah dengan pria yang menghamilinnya.
2. Perkawinan dengan wanita hamil yang disebut pada ayat (1) dapat dilangsungkan tanpa menunggu
lebih dahulu kelahiran anaknya.
3. Dengan dilangsungkannya perkawinan pada saat wanita hamil, tidak diperlukan perkawinan ulang
setelah anak yang dikandung lahir.
6. Seni Budaya
misalnya :
o Membumikan ajaran Islam melalui syair – syair.
Contohnya : Gending Dharma, Suluk Sunan
o Bonang, Hikayat Sunan Kudus, dan lain – lain.
o Mengkultulrasikan wayang yang sarat dokrin.
Contohnya : Tokoh-tokoh simbolis dalam wayang diadopsi atau mencipta nama lainnyayang
biasa mendekatkan dengan ajaran Islam.
· Mencipta tokoh baru dan narasi baru yang sarat pengajaran.
· Membunyikan bedug sebagai ajakan sholat lima waktu sekaligus alarm pengingat, Sebab
insting masyarakat telah akrab dengan gema bedug sebgai pemanggil untuk acara keramaian.
Menggeser tradisi klenik dengan doa-doa pengusir jin sekalugus doa ngirim leluhur.
Contohnya : Tahlil.
7. Tasawuf
faktor-faktor yang menyebabkan Islam cepat bekembang di Indonesia antara lain :
Ø Syarat masuk Islam hanya dilakukan dengan mengucapkan dua kelimat syahadat;
Ø Tata cara beribadahnya Islam sangat sederhana;
Ø Agama yang menyebar ke Indonesia disesuaikan dengan kebudayaan Indonesia;
Ø Penyebaran Islam dilakuakn secara damai.