3. Rosalina (A1B117174)
UNIVERSITAS MATARAM
2020
ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat tuhan yang maha kuasa karena dengan rahmat
serta karunianya, kami dapat menyelesaikan makalah mengenai “Pengukuran Kinerja”
dengan baik meskipun dalam pembuatan makalah ini masih terdapat banyak kekurangan.
Kami berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan serta
pengetahuan mengenai pengukuran kinerja.
Kami menyadari bahwa dalam pembuatan makalah ini masih terdapat banyak
kekurangan, untuk itu kami berharap adanya kritik, saran dan usulan yang membangun demi
perbaikan dalam pembuatan makalah-makalah selanjutnya, mengingat tidak ada sesuatu yang
sempurna tanpa adanya saran serta kritik yang membangun.
Sebelumnya kami mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata yang kurang berkenan.
Kelompok 3
iii
DAFTAR ISI
COVER......................................................................................................................................i
KATA PENGANTAR..............................................................................................................ii
BAB I.........................................................................................................................................1
PENDAHULUAN.....................................................................................................................1
1.3 Tujuan............................................................................................................................2
BAB II.......................................................................................................................................3
PEMBAHASAN.......................................................................................................................3
BAB III.....................................................................................................................................18
PENUTUP................................................................................................................................18
KESIMPULAN....................................................................................................................18
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................19
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dalam era globalisasi saat ini perkembangan industri dan perekonomian harus
diimbangi oleh kinerja karyawan yang baik sehingga dapat tercipta dan tercapainya tujuan-
tujuan yang ingin dicapai. Salah satu persoalan penting dalam pengelolaan sumber daya
manusia (pegawai) dalam organisasi adalah mengukur kinerja pegawai. Pengukuran kinerja
dikatakan penting mengingat melalui pengukuran kinerja dapat diketahui seberapa tepat
pegawai telah menjalankan fungsinya. Ketepatan pegawai dalam menjalankan fungsinya akan
sangat berpengaruh terhadap pencapaian kinerja organisasi secara keseluruhan. Selain itu,
hasil pengukuran kinerja pegawai akan memberikan informasi penting dalam proses
pengembangan pegawai.
Namun, sering terjadi pengukuran dilakukan secara tidak tepat. Ketidaktepatan ini dapat
disebabkan oleh banyak faktor. Beberapa faktor yang menyebabkan ketidaktepatan
pengukuran kinerja diantaranya adalah ketidakjelasan makna kinerja yang
diimplementasikan, ketidapahaman pegawai mengenai kinerja yang diharapkan,
ketidakakuratan instrumen pengukuran kinerja, dan ketidakpedulian pimpinan organisasi
dalam pengelolaan kinerja.
2
Berdasarkan uraian latar belakang diatas maka rumusan masalah yang akan di kaji
dalam makalah ini adalah sebagai berikut:
1.3 Tujuan
Dengan adanya rumusan masalah diatas maka tujuan dari makalah ini adalah:
BAB II
PEMBAHASAN
Menurut Ilgen and Schneider (Williams, 2002: 94): “Performance is what the person
or system does”. Hal senada dikemukakan oleh Mohrman et al (Williams, 2002: 94) sebagai
berikut: “A performance consists of a performer engaging in behavior in a situation to
achieve results”. Dari kedua pendapat ini, terlihat bahwa kinerja dilihat sebagai suatu proses
bagaimana sesuatu dilakukan. Jadi, pengukuran kinerja dilihat dari baik-tidaknya aktivitas
tertentu untuk mendapatkan hasil yang diinginkan.
Menurut Mangkunegara, Anwar Prabu, kinerja diartikan sebagai : ”Hasil kerja secara
kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh seorang pegawai dalam melaksanakan tugasnya
sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan kepadanya.” Sedangkan menurutNawawi H.
Hadari, yang dimaksud dengan kinerja adalah: ”Hasil dari pelaksanaan suatu pekerjaan, baik
yang bersifat fisik/mental maupun non fisik/non mental.” Dari beberapa pendapat tersebut,
kinerja dapat dipandang dari perspektif hasil, proses, atau perilaku yang mengarah pada
pencapaian tujuan. Oleh karena itu, tugas dalam konteks penilaian kinerja, tugas pertama
4
pimpinan organisasi adalah menentukan perspektif kinerja yang mana yang akan digunakan
dalam memaknai kinerja dalam organisasi yang dipimpinnya.
Kinerja tidak terjadi dengan sendirinya. Dengan kata lain, terdapat beberapa
faktor yang mempengaruhi kinerja. Adapun faktor-faktor tersebut menurut Armstrong
(1998 : 16-17) adalah sebagai berikut:
Dari uraian yang disampaikan oleh Armstrong, terdapat beberapa faktor yang dapat
mempengaruhi kinerja seorang pegawai. Faktor-faktor ini perlu mendapat perhatian serius
dari pimpinan organisasi jika pegawai diharapkan dapat memberikan kontribusi yang
optimal. Motivasi kerja dan kemampuan kerja merupakan dimensi yang cukup penting dalam
penentuan kinerja. Motivasi sebagai sebuah dorongan dalam diri pegawai akan menentukan
kinerja yang dihasilkan. Begitu juga dengan kemampuan kerja pegawai, dimana mampu
tidaknya karyawan dalam melaksanakan tugas akan berpengaruh terhadap kinerja yang
dihasilkan. Semakin tinggi kemampuan yang dimiliki karyawan semakin menentukan kinerja
yang dihasilkan.
Pengukuran Kinerja juga merupakan hasil dari suatu penilaian yang sistematik dan
didasarkan pada kelompok indikator kinerja kegiatan yang berupa indikator-indikator
masukan, keluaran, hasil, manfaat, dan dampak. Pengukuran kinerja digunakan sebagai dasar
untuk menilai keberhasilan dan kegagalan pelaksanaan kegiatan sesuai dengan sasaran dan
tujuan yang telah ditetapkan dalam rangka mewujudkan visi dan misi.
Dari definisi diatas dapat disimpulkan bahwa sistem pengukuran kinerja adalah suatu
sistem yang bertujuan untuk membantu manajer perusahaan menilai pencapaian suatu strategi
melalui alat ukur keuangan dan non keuangan. Hasil pengukuran tersebut kemudian
digunakan sebagai umpan balik yang akan memberikan informasi tentang prestasi
pelaksanaan suatu rencana dan titik dimana perusahaan memerlukan penyesuaian-
penyesuaian atas aktivitas perencanaan dan pengendalian.
Batasan tentang pengukuran kinerja adalah sebagai usaha formal yang dilakukan oleh
organisasi untuk mengevaluasi hasil kegiatan yang telah dilaksanakan secara periodik
berdasarkan sasaran, standar dan kriteria yang telah ditetapkan sebelumnya. Tujuan pokok
dari pengukuran kinerja adalah untuk memotivasi karyawan dalam mencapai sasaran
organisasi dan mematuhi standar perilaku yang telah ditetapkan sebelumnya agar
menghasilkan tindakan yang diinginkan (Mulyadi & Setyawan 1999: 227). Secara umum
tujuan dilakukan pengukuran kinerja adalah untuk (Gordon, 1993 : 36) :
Manfaat sistem pengukuran kinerja adalah (Mulyadi & Setyawan, 1999: 212-225):
kualitas kerja, yaitu mutu yang dihasilkan, dan ketiga, ketepatan waktu, yaitu kesesuaiannya
dengan waktu yang telah ditetapkan.
Menurut Cascio (2003: 336-337), kriteria sistem pengukuran kinerja adalah sebagai
berikut:
1. Relevan (relevance). Relevan mempunyai makna (1) terdapat kaitan yang erat antara
standar untuk pelerjaan tertentu dengan tujuan organisasi, dan (2) terdapat keterkaitan
yang jelas antara elemen-elemen kritis suatu pekerjaan yang telah diidentifikasi
melalui analisis jabatan dengan dimensi-dimensi yang akan dinilai dalam form
penilaian.
2. Sensitivitas (sensitivity). Sensitivitas berarti adanya kemampuan sistem penilaian
kinerja dalam membedakan pegawai yang efektif dan pegawai yang tidak efektif.
3. Reliabilitas (reliability). Reliabilitas dalam konteks ini berarti konsistensi penilaian.
Dengan kata lain sekalipun instrumen tersebut digunakan oleh dua orang yang
berbeda dalam menilai seorang pegawai, hasil penilaiannya akan cenderung sama.
4. Akseptabilitas (acceptability). Akseptabilitas berarti bahwa pengukuran kinerja yang
dirancang dapat diterima oleh pihak-pihak yang menggunakannya.
5. Praktis (practicality). Praktis berarti bahwa instrumen penilaian yang disepakati
mudah dimenegerti oleh pihak-pihak yang terkait dalam proses penilaian tersebut.
Pendapat senada dikemukakan oleh Noe et al (2003: 332-335), bahwa kriteria
sistem pengukuran kinerja yang efektif terdiri dari beberapa aspek sebagai berikut:
1. Mempunyai Keterkaitan yang Strategis (strategic congruence). Suatu pengukuran
kinerja dikatakan mempunyai keterkaitan yang strategis jika sistem pengukuran
kinerjanya menggambarkan atau berkaitan dengan tujuan-tujuan organisasi.
Sebagai contoh, jika organisasi tersebut menekankan pada pentingnya pelayanan
pada pelanggan, maka pengukuran kinerja yang digunakan harus mampu menilai
seberapa jauh pegawai melakukan pelayanan terhadap pelanggannya.
2. Validitas (validity). Suatu pengukuran kinerja dikatakan valid apabila hanya
mengukur dan menilai aspek-aspek yang relevan dengan kinerja yang diharapkan.
3. Reliabilitas (reliability). Reliabilitas berkaitan dengan konsistensi pengukuran
kinerja yang digunakan. Salah satu cara untuk menilai reliabilitas suatu
pengukuran kinerja adalah dengan membandingkan dua penilai yang menilai
kinerja seorang pegawai. Jika nilai dari kedua penilai tersebut relatif sama, maka
dapat dikatakan bahwa instrumen tersebut reliabel.
8
Tampak dari Gambar 2.1 ada 5 tahap yang menjadi landasan perancangan sistem kinerja,
masing-masing tahap tersebut adalah :
1. Tahap 0 : Fondasi
Tahap informasi dasar adalah tahap awal pengumpulan infornasi dan merupakan
tahap penting dalam sebuah sistem pengukuran kinerja karena pembentukan
infornasi dasar akan sangat mempengaruhi apakah sebuah sistem pengukuran
kinerja berada pada jalur yang semestinya dan dapat membantu pencapaian tujuan
sebuah organisasi. Sebuah perumusan informasi yang salah mungkin akan
10
membuat waktu yang digunakan dalam pencapaian tujuan menjadi lebih lama atau
bahkan tidak tercapai sama sekali, sebaliknya pencapain tujuan akan lebih tepat
dan terarah apabila informasi tersebut diperoleh dari hasil perumusan dan
pengolahan yang tepat.
3. Tahap 2 : Perancangan
4. Tahap 3 : Penerapan
Tahap penyegaran merupakan tahap terakhir dari siklus sistem pengukuran kinerja
yang menerapkan evaluasi berkelanjutan terhadap sistem yang sedang berjalan. Hal
ini ditujukan untuk melihat apakah sistem yang ada masih sesuai dengan
perubahan-perubahan yang terjadi di lingkungan stakeholder perusahaan dengan
mempertimbangkan informasi dan perkembangan pengetahuan terkini.
11
Balanced Scorecard dikembangkan oleh Kaplan (1992) dan Norton (1996) dengan
berpandangan kepada empat perspektif., yaitu : (i) perspectif keuangan, (ii) perspektif
pelanggan, (iii) perspektif internal, dan (iv) perspektif pembelajaran dan pertumbuhan. BSC
bukan merupakan daftar pengukuran statis, melainkan sebuah kerangka logis untuk
melaksanakan dan menyelaraskan program-program yang berfokus pada strategi. Scorecard
menerjemahkan visi dan strategi unit bisnis ke dalam tujuan dan ukuran di empat perspektif
yang berbeda.
PPS adalah sebuah sistem yang saling terkait dari variable kinerja yang berbeda, yang
dikontrol pada tingkat organisasi yang berbeda. Tujuan dari kinerja piramida adalah link
suatu strategi organisasi dengan operasi-operasi dengan menerjemahkan tujuan-tujuan dari
atas ke bawah (prioritas pelanggan) dan pengukuran dari bawah ke atas. Pengukuran kinerja
ini mencakup empat tingkat tujuan yang membahas efektivitas organisasi eksternal (sisi kiri
piramida) dan efisiensi internal (sisi kanan piramida). Lynch dan Cross (1992) menyatakan
bahwa kinerja piramida berguna untuk menggambarkan bagaimana tujuan dikomunikasikan
sampai ke tingkat operasional dan bagaimana langkah-langkah yang disampaikan kembali ke
tingkat yang lebih tinggi. Kekuatan utama PPS adalah usahanya untuk mengintergrasikan
tujuan-tujuan perusahaan dengan indokator kinerja operasional. Namun, pendekatan ini tidak
menyediakan mekanisme untuk mengidentifikasi indicator kinerja kunci dan juga tidak secara
eksplisit mengintegrasikan konsep perbaikan terus-menerus.
Metode ini pertama kali dikembangkan oleh para insinyur yang sedang mencari cara
untuk meningkatkan proses produksi mereka dengan pemahaman yang lebih baik. Metode ini
pertama kali diperkenalkan di Perancis pada tahun 1930-an. Menurut Epstein dan Manzoni,
tujuan awal ini yang memberikan manajer uraian dan parameter kunci untuk mendukung
pengambilan keputusan yang memiliki dua implikasi penting. Pertama, TdB tidak dapat
menjadi dokumen tunggal yang berlaku sama baik untuk seluruh perusahaan karena setiap
sub-unit memiliki tanggung jawab dan objektif yang berbeda. Ini menyebabkan harus adanya
12
TdB untuk setiap sub-unit. Kedua, berbagai TdBs yang digunakan dalam perusahaan tidak
boleh terbatas pada indikator-indikator keuangan.
Kelemahan terbesar yang mungkin berasal dari TdB adalah struktur yang tidak
terdefinisikan. Hal ini dikarenakan kurangnya daerah kerja yang ditetapkan. Risiko yang
dapat terjadi yaitu manajer melaksanakan TdB dengan seperangkat indikator kinerja yang
tidak seimbang dalam hal keuangan dan non-keuangan, lead dan lag, strategis dan
operasional dan terkait dengan efektivitas dan efisiensi.
ProMES dikembangkan oleh Pritchard pada awalnya. ProMES didasarkan pada teori
perilaku kerja. Dalam teori ini, motivasi dipandang sebagai suatu proses alokasi sumber daya
ke seluruh tindakan dan tugas, dimana sumber daya tersebut adalah waktu dan tenaga
seseorang. Pritchard dan kawan-kawannya menyatakan bahwa kekuatan motivasi seseorang
adalah hasil dari tindakan, produk, evaluasi, hasil dan terpenuhinya kebutuhan orang tersebut.
Sistem ProMES dapat dikembangkan dan diimplementasikan dengan tujuh langkah sebagai
berikut :
Membentuk tim desain yang terdiri dari orang-orang yang akan diukur, pengawas dan
fasilitator yang mengerti ProMES Identifikasi tujuan untuk unit.
Mengidetifikasi salah satu ukuran lebih kuantitatif (indikator) untuk setiap tujuan
yang ditetapkan.
Menetapkan kemungkinan.
Desain sistem umpan balik.
Menanggapi umpan balik.
Memonitoring proyek dari waktu ke waktu.
Salah satu fitur yang paling menarik dari ProMES adalah pendekatan bottom-up. Namun,
pendekatan ini juga memiliki kekurangan yaitu bahwa konsistensi vertikal tidak dapat
diterima begitu saja yang dapat mengakibatkan pengukuran kinerja unit bisnis tidak sejalan
dengan pengukuran kinerja perusahaan. Kelemahan dari ProMES adalah bahwa indikator
tidak harus selalu diimbangi jika tujuan tidak seimbang.
13
Johnson dan Kaplan telah mengembangkan sebuah pendekatan untuk akuntansi biaya
pada tahun 1980-an yang disebut activity-based costing (ABC). Teknik dasar ABC adalah
untuk menganalisis biaya tidak langsung dalam perusahaan dan untuk menemukan kegiatan
yang menyebabkan biaya-biaya tersebut. Menurut Maskell, beberapa contoh kasus
menunjukan bahwa metode ABC dapat digunakan untuk menilai harga produk, pengambilan
keputusan produksi, pengurangan biaya overhead dan peningkatan berkesinambungan.
Metode pengukuran kinerja Sink and Tuttle adalah sebuah pendekatan klasik yang
menyatakan bahwa kinerja suatu organisasi memiliki keterkaitan yang rumit antar tujuh
kriteria kinerja. Ketujuh kriteria kerja tersebut, antara lain :
Efektivitas
Efisiensi
Kualitas
Produktivitas
Kualitas kehidupan kerja
Inovasi
Profitabilitas/ budgetability
7. Theory of Constrains
TOC dikembangkan oleh Goldratt pada pertengahan tahun 1980-an sebagai suatu
proses perbaikan yang berkelanjutan. TOC dilakukan dengan cara sebagai berikut :
Keuntungan dari metode ini yaitu metode ini mudah untuk diakses dan dipahami. Namun,
metode TOC dinilai masih kurang lengkap untuk melakukan pengukuran kinerja.
Beberapa metode yang telah dijabarkan di atas merupakan sebagian besar metode
pengukuran kinerja yang telah berlaku dan diterapkan sebelumnya. Seiring dengan
perkembangan zaman, metod pengukuran kinerja pun dapat terus bekerja. Pada dasarnya,
tidak ada metode pengukuran yang dapat dinilai sebagai metode yang paling tepat dan benar.
Hal ini dikarenakan setiap perusahaan memiliki focus, ruang lingkup dan lingkungan yang
berbeda satu dengan yang lainnya. Oleh karena itu, setiap pemimpin perusahaan dapat
menggunakan metode pengukuran kinerja yang sesuai dengan perusahaan dan perkembangan
zaman.
Tergantung pada intensitas permasalahan yang di hadapi sebagai hasil analisis dari
evaluasi kinerja, pimpinan dapat melakukan beberapa alternative tindakan.Pertama, bila
permasalahan dianggap sangat mendasar, dapat dilakukan perubahan mendasar pula, yaitu
merevisi visi, misi dan tujuan organisasi yang dapat berdampak pada perubahan struktur
organisasi. Kedua hasil analisis EK mungkin hanya membutuhkan perbaikan manajemen dan
peningkatan efektivitas kepemimpinan, dapat mencakup antara lain penyempurnaan system
dan pembagian kerja, penambahan atau penggantian peralatan, tambahan dana dan atau
meningkatkan intensitas supervisi dan pengawasan. Ketiga hasil analisis EK dapat
mengindikasikan permasalahan di bidang kepegawaian atau sumber daya manusia. Tindak
lanjut di bidang SDM dapat berupa identifikasi dan pelaksanan pendidikan dan pelatihan,
rotasi atau promosi. Keempat hasil analisis EK akan digunakan untuk perencanaan kinerja
tahap berikutnya.
1. Utilisasi Kapasitas. Tingkat utilisasi kapasitas adalah sangat penting dalam bisnis
dimana biaya tetap adalah tinggi (misalnya : produsen kertas, baja, alumunium).
Pengiriman tepat waktu
Perputaran persediaan.
Kualitas. Indikator dari kualitas mencakup jumlah unit cacat yang dikirimkan oleh tiap
pemasok, jumlah dan frekuensi dari pengiriman yang terlambat, jumlah komponen dalam
suatu produk, presentase komponen yang umum versus komponen yang unik dalam suatu
produk, presentase hasil, first-pass yields (yaitu : presentase unit yang selesai tanpa
pengerjaan kembali), bahan baku sisa, pengerjaan kembali, kerusakan mesin, jumlah dan
frekuensi jadwal produksi dan pengiriman yang tidak terpenuhi, jumlah saran karyawan,
jumlah keluhan pelanggan, tingkat kepuasan pelanggan, klaim garansi, beban pemeliharaan
lapangan, jumlah dan frekuensi produk yang dikembalikan, dan seterusnya.
17
Waktu siklus. Persamaan ini untuk waktu siklus adalah alat yang digunakan untuk
menganalisis kebutuhan persediaan :
Suatu sistem just-in-time memusatkan perhatian manajemen waktu selain fokus tradisional
pada biaya. Mengurangi waktu siklus dapat mengarah pada pengurangan biaya. Salah satu
cara yang efektif untuk memantau kemajuan atas just-in-time adalah dengan menghitung
rasio berikut ini :
Lama proses
Waktu siklus
Idealnya, cita-cita untuk rasio ini adalah sama dengan 1, namun hal itu tidak dapat dicapai
dalam semalam. Sistem just-in-time bukanlah instalasi yang jadi; namun, merupakan sistem
evolusioner yang berusaha untuk secara kontinue memperbaiki proses produksi.
Sementara faktor kunci keberhasilan adalah penting dalam desain sistem pengendalian
untuk mengimplementasikan strategi yang dipilih, ketidakpastian strategi dalam
mengembangkan strategi baru. Ketidakpastian strategi adalah pergeseran strategi mendasar
yang mungkin menggangu aturan-aturan yang dijalankan oleh suatu organisasi hari ini.
18
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Sistem pengukuran kinerja adalah suatu sistem yang bertujuan untuk membantu
manajer perusahaan menilai pencapaian suatu strategi melalui alat ukur keuangan dan non
keuangan. Hasil pengukuran tersebut kemudian digunakan sebagai umpan balik yang akan
memberikan informasi tentang prestasi pelaksanaan suatu rencana dan titik dimana
perusahaan memerlukan penyesuaian-penyesuaian atas aktivitas perencanaan dan
pengendalian. Desain sistem pengukuran terdiri darai beberapa tahap yaitu : tahap fondasi,
tahap informasi dasar, tahap perancangan, tahap penerapan, dan tahap penyegaran. Sementara
metodenya terdiri dari Balanced Scorecard (BSC), Performance Pyramid System (PPS), The
Tableau de Bord (TdB), Productivity Measurement and Enchancement System (ProMES),
Activity-Based Costing (ABC), Sink and Tuttle, Theory of Constrains
DAFTAR PUSTAKA