Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN ISOLASI SOSIAL


STASE JIWA

Disusun Oleh :
Siska rani s, S.Kep
NPM: 20141110082

PROGRAM PROFESI NERS

FAKULTAS KEPERAWATAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH BANJARMASIN

TAHUN 2019/2020
LAPORAN PENDAHULUAN
ISOLASI SOSIAL

I. Definisi
Isolasi sosial merupakan upaya klien untuk menghindari interaksi dengan
orang lain, menghindari hubungan dengan orang lain maupun komunikasi
dengan orang lain (Keliat, BA, 1998 dalam Trimelia, 2011).

Isolasi sosial adalah suatu gangguan hubungan interpersonal yang terjadi


akibat adanya kepribadian yang tidak fleksibel yang menimbulkan perilaku
maladaptif dan mengganggu fungsi seseorang dalam hubungan sosial
(Depkes RI, 2000 dalam Trimelia, 2011).

Isolasi sosial adalah keadaan dimana seorang individu mengalami penurunan


atau bahkan sama sekali tidak mampu berinteraksi dengan orang lain
disekitarnya. Klien mungkin merasa ditolak, tidak diterima, kesepian dan
tidak mampu membina hubungan yang berarti dengan orang lain (Trimelia,
2011).

II. Etiologi
a. Faktor Predisposisi menurut Trimelia (2011)
1) Gangguan tugas perkembangan
Pada setiap tahapan tumbuh kembang individu ada tugas
perkembangan yang harus dipenuhi agar tidak terjadi gangguan
dalam hubungan sosial. Apabila tugas-tugas dalam setiap
perkembangan tidak terpenuhi maka akan menghambat fase
perkembangan sosial selanjutnya. Misalnya: adanya kegagalan
menjalin hubungan intim dengan sesama jenis, tidak mampu mandiri
dan menyelesaikan tugas, kegagalan dalam bekerja, bergaul,
sekolah, itu semua akan mengakibatkan ketergantungan pada orang
tua dan rendahnya ketahanan terhadap berbagai kegagalan.
2) Faktor komunikasi dalam keluarga
Gangguan komunikasi dalam keluarga merupakan faktor pendukung
untuk terjadinya gangguan hubungan sosial, seperti adanya
komunikasi yang tidak jelas (double bind) yaitu suatu keadaan
dimana individu menerima pesan yang saling bertentangan dalam

2
waktu yang bersamaan dan ekspresi emosi yang tinggi disetiap
berkomunikasi.
3) Faktor pola asuh keluarga dan sosial budaya
Mengasingkan diri dari lingkungan sosial merupakan suatu faktor
pendukung terjadinya gangguan dalam hubungan sosial. Hal ini
disebabkan oleh norma-norma yang salah dianut keluarga. Misalnya:
pada anak yang kelahirannya tidak diharapkan, seperti hamil diluar
nikah, kegagalan KB, jenis kelamin yang tidak diinginkan, cacat,
akan menyebabkan keluarga mengasingkan individu tersebut dan
mengeluarkan komentar-komentar yang negatif, merendahkan dan
menyalahkan.
4) Faktor biologis
Faktor biologis juga merupakan salah satu faktor pendukung yang
menyebabkan terjadinya gangguan dalam hubungan sosial. Organ
tubuh yang jelas mempengaruhi adalah otak. Klien skizoprenia yang
mengalami masalah dalam hubungan sosial terdapat struktur yang
abnormal pada otak, seperti atropi otak, perubahan ukuran dan
bentuk sel-sel dalam limbik dan kortikal.

b. Faktor Presipitasi menurut Trimelia (2011)


1) Faktor eksternal dan internal
Stressor sosial budaya, keluarga dan psikologik. Misalnya: stres
terjadi akibat ansietas atau rasa cemas yang berkepanjangan dan
terjadi bersamaan dengan keterbatasan kemampuan individu untuk
mengatasinya. Ansietas atau rasa cemas terjadi akibat berpisah
dengan orang terdekat, hilangnya pekerjaaan atau orang yang
dicintai.
2) Koping individu tidak efektif
Saat individu mengalami kegagalan menyalahkan orang lain,
ketidakberdayaan, menyangkal tidak mampu menghadapi kenyataan
dan menarik diri dari lingkungan, terlalu tinggi self ideal dan tidak
mampu menerima realitas dengan rasa syukur.

III. Jenis/Tanda Gejala


Tanda gejala menurut Trimelia (2011) :
a. Gejala subjektif
- Klien menceritakan perasaan kesepian atau ditolak oleh orang lain.

3
- Klien merasa tidak man berada dengan orang lain.
- Klien mengatakan hubungan yang tidak berarti dengan orang lain.
- Klien merasa bosan dan lambat menghabiskan waktu.
- Klien tidak mampu berkonsentrasi dan membuat keputusan.
- Klien merasa tidak berguna.
b. Gejala objektif
- Menjawab pertanyaan dengan singkat, yaitu “ya” atau “tidak”
dengan pelan.
- Respons verbal kurang dan sangat singkat atau tidak ada.
- Adanya perhatian dan tindakan yang tidak sesuai.
- Berpikir tentang sesuatu menurut pikirannya sendiri.
- Menyendiri dalm ruangan, sering melamun.
- Mondar-mandir atau sikap mematung atau melakukan gerakan
secara berulang-ulang.
- Kurang bergairah atau spontan, apatis, aktifitas menurun.
- Ekspresi wajah tidak berseri
- Tidak merawat diri dan tidak memperhatikan kebersihan diri.
- Retensi urin dan feses.
- Kurang energi.
- Posisi tidur seperti janin.
- Kontak mata kurang atau tidak ada dan sering menunduk.
- Tidak atau kurang sadar terhadap lingkungan sekitarnya.
- Rendah diri.

IV. Masalah Keperawatan yang Muncul


a. Isolasi sosial
b. Gangguan konsep diri: harga diri rendah berhubungan dengan tidak
efektifnya koping individu : koping defensif.

V. Akibat Isolasi Sosial


Perilaku isolasi sosial : menarik diri dapat berisiko terjadinya perubahan persepsi
sensori halusinasi. Halusinasi adalah pencerapan tanpa adanya rangsang
apapun pada panca indera seorang pasien, yang terjadi dalam keadaan sadar/
bangun, dasarnya mungkin organik, fungsional, psikotik maupun histerik
(Maramis, 2000 dalam Trimelia, 2011). Sedangkan menurut Stuart & Laraia
(2005) dalam Trimelia 2011, halusinasi adalah persepsi klien terhadap

4
lingkungan tanpa stimulus yang nyata, artinya klien menginterpretasikan
sesuatu yang nyata tanpa stimulus/rangsang dari luar.

VI. Rentang Respon


Hubungan dengan orang lain dan lingkungan sosialnya akan menimbulkan
respons-respons sosial pada individu. Menurut Stuart dan Sundeen (1995)
dalam Trimelia (2011) respons sosial individu berada dalam rentang adaptif
sampai maladaptif.

Respons Adaptif Respons Maladaptif

Solitude Kesepian Manipulasi


Otonomi Menarik diri Impulsif
Mutualisme Ketergantungan Narcisme
Interdependen

Respons adaptif adalah respons individu dalam penyelesaian masalah yang


masih dapat diterima oleh norma-norma sosial dan budaya lingkungannya
yang umum berlaku dan lazim dilakukan oleh semua orang, jadi individu
tersebut masih dalam batas normal dalam menyelesaikan masalahnya.
Respons ini meliputi:
- Solitude (menyendiri) adalah respons yang dibutuhkan seseorang untuk
merenungkan apa yang telah dilakukan di lingkungan sosialnya dan
juga suatu cara mengevaluasi diri untuk menentukan langkah-langkah
selanjutnya.
- Otonomi adalah kemampuan individu dalam menentukan dan
menyampaikan ide, pikiran, perasaan dalam berhubungan sosial.
- Mutualisme atau bekerja sama adalah suatu kondisi dalam hubungan
interpersonal dimana individu mampu untuk saling memberi dan
menerima.
- Interdependen atau saling ketergantungan antar individu dengan orang
lain dalam rangka membina hubungan interpersonal.
Respons maladaptif adalah respons individu dalam penyelesaian masalah
yang menyimpang dari norma-norma sosial dan budaya lingkungannya yang
umum berlaku dan tidak lazim dilakukan oleh semua orang. Respons ini
meliputi:
- Kesepian adalah individu sulit merasa intim, merasa takut dan cemas.

5
- Menarik diri adalah individu mengalami kesulitan dalam membina
hubungan dengan orang lain.
- Ketergantungan akan terjadi apabila individu gagal mengembangkan
rasa percaya diri akan kemampuannnya.
- Manipulasi adalah individu memperlakukan orang lain sebagai objek,
hubungan terpusat pada masalah pengendalian orang lain dan individu
cenderung berorientasi pada diri sendiri.
- Impulsif adalah individu tidak mampu merencanakan sesuatu, tidak
mampu belajar dari pengalaman dan tidak dapat diandalkan.
- Narcisisme adalah individu mempunyai harga diri yang rapuh, selalu
berusaha untuk mendapatkan penghargaan dan pujian yang terus
menerus, sikapnya egosentris, pencemburu dan marah jika orang lain
tidak mendukungnya.

VII. Pohon Masalah


Gangguan Persepsi Sensori: halusinasi
pendengaran/penglihatan/penciuman/perabaan/pengecapan.

Defisit Perawatan Diri

Isolasi Sosial Kurang Motivasi

Harga Diri Rendah

Ketidakberdayaan

Koping individu tidak efektif

Sumber: Trimelia (2011)

6
VIII. Proses Keperawatan
VIII.1 Pengkajian
Data yang perlu dikaji pada masalah keperawatan isolasi sosial menurut
Fitria (2014):
- Data Subjektif
o Pasien mengatakan malas bergaul dengan orang lain.
o Pasien mengatakan dirinya tidak ingin ditemani perawat dan minta
untuk sendirian.
o Pasien mengatakan tidak mau berbicara dengan orang lain.
o Tidak mau berkomunikasi
o Data tentang pasien biasanya didapat dari keluarga yang mengetahui
keterbatasan pasien (suami, istri, anak, ibu, ayah, atau teman dekat.
- Data Objektif
o Kurang spontan
o Apatis (acuh terhadap lingkungan)
o Ekspresi wajah kurang berseri
o Tidak merawat diri dan tidak memperhatikan kebersihan diri.
o Tidak ada atau kurang komunikasi verbal
o Mengisolasi diri
o Tidak atau kurang sadar terhadap lingkungan sekitarnya.
o Asupan makanan dan minuman terganggu.
o Retensi urin dan feses
o Aktivitas menurun.
o Kurang berenergi atau bertenaga
o Rendah diri
o Postur tubuh berubah, misalnya sikap fetus atau janin (khususnya
pada posisi tidur).

VIII.2 Diagnosa Keperawatan


- Isolasi Sosial
- Gangguan konsep diri: harga diri rendah berhubungan dengan tidak
efektifnya koping individu : koping defensif.

7
VIII.3 Rencana Tindakan Keperawatan
Rencana Tindakan Keperawatan menurut Fitria (2014):
Nama Klien : Ruangan :
No CM : Dx Medis :
No Perencanaan
Tg Diagnosa Tujuan Kriteria Evaluasi Intervensi Rasional
.
l Keperawatan
Dx
1: SP Setelah ...x interaksi, Dorong klien uk mampu Dengan mengetahui penyebab klien
Klien mampu klien mampu menyebutkan menarik diri menarik diri dapat ditemukan
Isolasi Sosial menyebutkan menyebutkan menarik mekanisme koping klien dalam
penyebab menarik diri diri interaksi sosial, serta strategi apa
yang akan diterapkan kepada klien
SP 1: Setelah...x interaksi, Diskusikan bersama klien Dengan mengetahui keuntungan
Berdiskusi dengan klien dapat tentang keuntungan berinteraksi berinteraksi dengan orang lain, maka
klien tentang menyebutkan dengan orang lain klien akan termotivasi untuk
keuntungan keuntungan berinteraksi berinteraksi dengan orang lain
berinteraksi dengan dengan orang lain
orang lain
SP 1: Setelah...x interaksi, Diskusikan bersama klien Dengan berinteraksi mengetahui
Berdiskusi dengan klien dapat tentang kerugian berinteraksi kerugian berinteraksi dengan orang

8
klien tentang kerugian menyebutkan kerugian dengan orang lain lain, maka klien akan termotivasi
tidak berinteraksi berinteraksi dengan untuk berinteraksi dengan orang lain
dengan orang lain orang lain
SP1: Setelah.. interaksi, klien Ajarkan klien cara berkenalan Melibatkan klien dalam interaksi
Klien diajarkan oleh mengetahui cara dengan satu orang. sosial akan mendorong klien untuk
perawat tentang cara berkenalan dngan satu melihat dan merasaan secara
berkenalan dengan orang langsung keuntungan dari
satu orang berinteraksi sosial serta
meningkatkan konsep diri klien.
SP 1: Setelah ... interakaksi, Masukan kegiatan berbincang- Memasukan kegiatan berbincang-
Klien dapat klien memasukan bincang dengan orang lain dalam bincang dengan orang lain ke dalam
memasukan kegiatan kegiatan berbincang- kegiatan harian. kegiatan harian akan membantu klien
berbincang-bincang bincang dengan orang mencapai interaksi sosial secara
dengan orang lain lain dalam kegiatan bertahap.
dalam kegiatan harian harian.
SP 2: Setelah ... interaksi, Evaluasi kegiatan harian klien Evaluasi sebagai upaya untuk
Jadwal kegiatan harian klien dapat mengenai kegatan berbincang- merencanakan kegiatan selanjutnya
klien dapat teravaluasi mengevaluasi kegiatan bincang dengan orang lain. apakah klien bisa melakukan intraksi
mengenai kegiatan harian klien mengenai sosial dengan dua orang atau lebih.
berbincang-bincang kegiatan berbincang-

9
dengan orang lain bincang dengan orang
lain
Sp 2: Setelah ... intraksi, Dorongan klien untuk Melibatkan klien dalam intraksi
Klien dapat klien dapat mempraktikan cara berkenalan sosial akan mendorong klien untuk
mempraktikan cara mempraktikan cara dengan satu orang. melihat dan merasakan secara
berkenalan dengan berkenalan dengan satu langsung keutungan dari berinteraksi
satu orang orang sosial serta meningkatkan konsep
diri klien.
SP 2: Setelah ... intraksi, Masukan kegiatan berbincang- Memasukan kegiatan berbincang-
Klien dapat klien dapat memasukan bincang dengan orang lain bincang dengan orang lain kedalam
memasukan kegiatan kegiatan berbincang- sebagai salah satu kegian harian. kegiatan harian akan membantu klien
bebincang-bincang bincang dengan orang mencapai intraksi sosial secara
dengan orang lain lain sebagai salah satu bertahap.
sebagai salah kegiatan kegiatan harian
harian
SP 3: Setelah... interaksi klien Evaluasi jadwal kegiatan harian evaluasi sebagi upaya untuk
Klien dapat dapat mengevaluasi klien. merencanakan kegiatan selanjutnya
mengevaluasi jadwal jadwal kegiatan harian apakah klien bisa melakukan
kegiatan harian klien klien interaksi sosial dengan dua orang
atau lebih.
SP 3: Setelah,, interaksi klien Dorong klien untuk dapat Melibatkan klien dalam interaksi

10
Klien dapat dapat berkenalan berkenalan dengan dua orang sosial akan mendorong klien untuk
berkenalan dengan dengan dua orang ata atau lebih melihat dan merasakan secara
dua orang atau lebih lebih langsung keuntungan dari
berinteraksi sosial serta
meningkatkan konsep diri klen.
SP 3 : Setelah,, interaksi klien Masukkan kegiatan berbincang- Memasukkan kegiatan berbincang-
Klien dapat dapat memasukkan bincang denga dua orang atau bincang dengan orang lain ke dalam
memasukkan kegatan kegiatan berbincang- lebih ke dalam jadwal kegiatan kegiatan harian akan membantu klien
berbincang-bincang bincang dengan dua harian. mencapai interaksi sosial secara
dengan dua orang atau orang atau lebih ke bertahap.
lebih ke dalam jadwal dalam jadwal kegiatan
kegiatan harian harian
Gangguan 1. BHSP dapat Setelah dilakukan Klien : Klien :
konsep diri: terjalin tindakan asuhan 1. Bina hubungan saling 1. Memudahkan komunikasi antar
harga diri 2. Pasien dapat keperawatan selama .... percaya perawat dan pasien
rendah mengidentifikasi pertemuan klien 2. Identifikasi kemampuan dan 2. Mengetahui aspek positif pada
berhubungan aspek positif pada mempunyai konsep diri aspek positif yang dimiliki pasien
dengan tidak dirinya yang positif dengan klien (individu, keluarga, 3. Agar klien mampu menilai
efektifnya 3. Dapat mengikuti kriteria hasil: dan masyarakat) kemampuan pada dirinya
koping kegiatan TAK 1. Dapat membina 3. Bantu klien menilai 4. Membantu klien untuk melatih

11
individu : 4. Pasien mampu hubungan saling kemampuan klien yang kemampuannya
koping defensif. mengikuti kegiatan percaya dapat digunakan 5. Membantu klien melatih
harian di rumah 2. Dapat 4. Bantu klien memilih kemampuannya
5. Dapat minum obat mengidentifikasi kegiatan dan melatih sesuai 6. Membantu klien untuk
dengan bantuan aspek positif yang dengan kemampuan klien melaksanakan kemampuan yang
minimal dimiliki 5. Melatih kemampuan kedua dia miliki untuk meningkatkan
3. Dapat 6. Anjurkan klien memasukan harga dirinya
mengembangkan dalam jadwal kegiatan
kemampuan yang harian Keluarga :
telah diajarkan 1. Mengidentifikasi penyebab
4. Dapat terlibat dalam Keluarga : koping individu tidak efektif dari
terapi aktivitas 1. Diskusikan masalah yang masalah keluarga yang
kelompok orientasi dirasakan keluarga dalam dialaminya
realita dan stimulasi merawat klien 2. Memberikan informasi pada
persepsi 2. Jelaskan pengertian, tanda, keluarga
5. Dapat mengikuti dan gejala harga diri rendah 3. Agar keluarga dapat membantu
aktivitas di rumah yang dialami klien beserta meningkatkan harga diri klien
6. Dapat minum obat proses terjadinya serta dapat merawatnya dengan
dengan bantuan 3. Jelaskan cara-cara merawat baik

12
minimal klien harga diri rendah 4. Mengajarkan keluarga cara untuk
4. Latih keluarga melakukan merawat klien
cara merawat langsung 5. Agar harga diri rendah klien
kepada klien harga diri dapat berkurang atau bahkan
rendah dirumah dapat diatasi
5. Bantu keluarga membuat 6. Memberikan informasi mengenai
jadwal aktivitas di rumah klien
termasuk minum obat
6. Jelaskan follow up klien

13
IX. Strategi Pelaksanaan Tindakan
a. SP Klien
1) SP I
a) Mengidentifikasi penyebab isolasi sosial klien
b) Berdiskusi dengan klien tentang keuntungan berinteraksi dengan
orang lain
c) Berdiskusi dengan klien tentang kerugian tidak berinteraksi dengan
orang lain
d) Mengajarkan klien cara berkenalan dengan satu orang
e) Menganjurkan klien memasukkan kegiatan latihan berbincang-
bincangdengan orang lain dalam kegiatan harian.

2) SP II
a) Mengevaluasi jadwal kegiatan harian klien.
b) Memberikan kesempatan kepada klien mempraktikkan cara
berkenalan dengan satu orang (perawat).
c) Menganjurkan klien memasukkan dalam jadwal kegiatan harian.

3) SP III
a) Mengevaluasi jadwal kegiatan harian klien.
b) Memberikan kesempatan kepada klien mempraktikkan cara
berkenalan dengan satu orang (klien lain).
c) Menganjurkan klien memasukkan dalam jadwal kegiatan harian.

4) SP IV
a) Mengevaluasi jadwal kegiatan harian klien.
b) Memberikan kesempatan kepada klien untuk mempraktikkan cara
berkenalan dengan dua orang atau lebih (kelompok).
c) Menganjurkan klien memasukkan dalam jadwal kegiatan harian.

5) SP V
a) Mengevaluasi jadwal kegiatan harian klien.
b) Menjelaskan cara patuh minum obat.
c) Menganjurkan klien memasukkan dalam jadwal kegiatan harian.

14
b. SP Keluarga
1) SP I
a) Mendiskusikan masalah yang dirasakan keluarga dalam merawat
klien.
b) Menjelaskan pengertian, tanda dan gejala serta proses terjadinya
isolasi sosial.
c) Menjelaskan cara merawat klien dengan isolasi sosial.

2) SP II
a) Melatih keluarga mempraktikkan cara merawat klien dengan isolasi
sosial.
b) Melatih keluarga melakukan cara merawat langsung kepada klien.

3) SP III
a) Membantu keluarga membuat jadwal aktifitas di rumah termasuk
minum obat (discharge planning).
b) Menjelaskan follow up klien setelah pulang.

4) SP IV
a) Evaluasi kegiatan keluarga dalam melatih/merawat pasien berkenalan
dan berbicara saat melakukan kegiatan harian/RT, berbelanja, beri
pujian
b) Jelaskan follow up ke RSJ/PKM tanda kambuh dan rujukan
c) Anjurkan membantu pasien sesuai jadwal kegiatan dan berikan
pujian.

X. TAK Isolasi Sosial


a. Terapi aktivitas kelompok sosialisasi (TAKS)

15
DAFTAR PUSTAKA

Fitria, Nita. 2014. Prinsip Dasar dan Aplikasi Penulisan Laporan Pendahuluan
dan stretegi pelaksanaan Tindakan Keperawatan (LP dan SP) untuk 7
Diagnosis Keperawatan Jiwa Berat bagi program S1 keperawatan. Jakarta:
Salemba Medika
Trimelia. 2011. Asuhan Keperawatan Klien Isolasi Sosial. Jakarta: TIM

Banjarmasin, 02 November 2020

Ners Muda

(Siska Rani Sapitri, S.Kep)

Mengetahui,

Preceptor Akademik Preceptor Klinik

(Meti Agustini, Ns., M.Kep.) ()

16

Anda mungkin juga menyukai