Y DENGAN GANGGUAN
SISTEM KARDIOVASKULER : DENGUE HAEMORRHAGIC FEVER
(DHF) DI RUANG C3 RSUD CIBABAT
Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Praktek Klinik Keperawatan
Medikal Bedah I
Dosen Pembimbing :
Disusun oleh :
Kelompok 2
Penulis menyadari, makalah ini masih jauh dari sempurna. Untuk itu,
penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari berbagai
pihak demi sempurnanya makalah. Semoga makalah ini dapat bermanfaat baik
bagi penulis maupun bagi pembaca.
Penulis
i
DAFTAR ISI
BAB I
1
BAB II
BAB III
BAB IV
45
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………………...46
ii
BAB I
PENDAHULUAN
Indonesia adalah daerah edemis Dengue dan mengalami epidemi sekali dalam 4-
5 tahun dengan puncak epidemi berulang setiap 9-10 tahun. Pada tahun 1968 Demam
Berdarah Dengue pertama kali dilaporkan di Surabaya dengan penderita sebanyak 58
orang, dan 24 orang diantaranya meninggal dunia (41%). Dengue kemudian menyebar di
Indonesia dengan jumlah 158.912 kasus pada tahun 2009. Kota besar di Jawa.
(WHO,2009) Seluruh propinsi Indonesia saat ini telah menjangkit penyakit ini. Prinsip-
prinsip dengan insidens lebih dari 10 per 100.000 penduduk, antara lain adalah propinsi
Sumatera, Riau, Jambi, DKI, Jawa, Kalimantan. Angka kematian yang tinggi pada tahun
1968 (41.3%) pada tahun 2009 menurun menjadi 0.89%, tetapi jumlahnya meningkat
dari 24 pada tahun 1968 menjadi 1.420 pada tahun 2009. Menurunnya CFR disebabkan
antara lain oleh penatalaksanaan kasus DBD baik di Rumah Sakit dan Puskesmas,
meningkatnya pemahaman masyarakat tentang DBD, sehingga membawa penderita
berobat ke Rumah Sakit atau Puskesmas.(Depkes, 2004).
Sebagian pasien DHF yang tidak tertangani akan mengalami DSS yang dapat
menyebabkan kematian. Sebagai akibatnya hampir 35% pasien DHF yng terlambat di
tangani di RS atau Puskesmas mengalami syok hipovolemik hingga meninggal. Saat ini
angka kematian karena penyakit DHF semakin meningkat. Oleh karena itu diharapkan
perawat memiliki ketrampilan, pengetahuann yang cukup dalam memberikan asuhan
keperawatan pada pasien DHF.
1
1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
1.3.1.1 Mengetahui penerapan asuhan keperawatan pada pasien DHF
1.3.2 Tujuan Khusus
1.3.2.1 Melakukan pengkajian pada pasien dengan DHF.
1.3.2.2 Merumuskan dan menegakkan diagnosa keperawatan pada pasien
dengan DHF
1.3.2.3 Menyusun intervensi keperawatan pada pasien dengan DHF
1.3.2.4 Melakukan implementasi keperawatan pada pasien dengan DHFe.
Melakukan evaluasi pada pasein dengan DHF.
2
BAB II
TINJAUAN TEORI
2.1.2 Etiologi
Virus dengue, termasuk genus Flavivirus, keluarga flaviridae. Terdapat empat
serotipe virus yaitu dan DEN-1, DEN-2, DEN-3 dan DEN-4. Keempatnya
ditemukan di Indonesia dengan DEN-3 serotipe terbanyak. Infeksi salah satu
3
serotipe akan menimbulkan antibodi terhadap serotipe yang bersangkutan,
sedangkan antibodi yang terbentuk terhadap serotipe lain sangat kurang, sehingga
tidak dapat memberikan perlindungan yang memadai terhadap serotipe lain
tersebut. seseorang yang tinggal di daerah endemis dengue dapat terinfeksi oleh 3 -
4 serotip selama hidupnya. Keempat serotipe virus dengue dapat ditemukan di
berbagai daerah di Indonesia. (Sudoyo Aru, dkk 2009)
2.1.3 Patofisiologi
Fenomena patologis yang utama pada penderita DHF adalah meningkatnya
permeabilitas dinding kapiler yang mengakibatkan terjadinya perembesan plasma ke
ruang ekstra seluler. Hal pertama yang terjadi setelah masuk ke dalam tubuh penderita
adalah viremia yang mengakibatkan penderita mengalami demam, sakit kepala, mual,
nyeri otot, pegal-pegal di seluruh tubuh, ruam atau bintik merah pada kulit (ptekie),
hiperemi tenggorokan dan hal lain yang mungkin terjadi seperti pembesaran getah
bening, pembesaran hati (hepatomegali) dan pembesaran limpha (splenomegali).
(Tjokronegoro Arjatmo, Utama Hendra, 1996).
4
2.1.4 Tanda dan gejala
Gejala demam dengue klasik biasanya diawali dengan demam tinggi (>40 ºCelsius)
selama 4-7 hari setelah digigit nyamuk, serta:
a. Sakit kepala parah
b. Nyeri pada bagian belakang mata
c. Nyeri otot dan sendi parah
d. Mual dan muntah
e. Ruam
Ruam mungkin muncul di seluruh tubuh 3 sampai 4 hari setelah demam,
kemudian berkurang setelah 1 hingga 2 hari. Anda mungkin mengalami ruam
kedua beberapa hari kemudian.
5
Isolasi Virus :
Ada beberapa cara isolasi dikembangkan, yaitu :6,7
a. Inokulasi intraserebral pada bayi tikus albino umur 1-3 hari.
b. Inokulasi pada biakan jaringan mamalia (LLCKMK2) dan nyamuk A.
albopictus.
c. Inokulasi pada nyamuk dewasa secara intratorasik / intraserebri pada larva.
Identifikasi Virus :
Adanya pertumbuhan virus dengue dapat diketahui dengan melakukan
fluorescence antibody technique test secara langsung atau tidak langsung
dengan menggunakan cunjugate. Untuk identifikasi virus dipakai
flourensecence antibody technique test secara indirek dengan menggunakan
antibodi monoklonal.6,7
Uji Serologi :
1. Uji hemaglutinasi inhibasi ( Haemagglutination Inhibition Test = HI
test)6,7
Diantara uji serologis, uji HI adalah uji serologis yang paling sering
dipakai dan digunakan sebagai baku emas pada pemeriksaan serologis.
Terdapat beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam uji HI ini :
a. Uji ini sensitif tetapi tidak spesifik, artinya dengan uji serologis ini tidak
dapat menunjukan tipe virus yang menginfeksi
b. Antibodi HI bertahan didalam tubuh sampai lama sekali (48 tahun),
maka uji ini baik digunakan pada studi seroepidemiologi.
c. Untuk diagnosis pasien, kenaikan titer konvalesen empat kali lipat dari
titer serum akut atau konvalesen dianggap sebagai presumtive positif,
atau diduga keras positif infeksi dengue yang baru terjadi (Recent
dengue infection )
2. Uji Komplement Fiksasi ( Complement Fixation test = CF test )6,7
Uji serologi yang jarang digunakan sebagai uji diagnostik secara rutin
oleh karena selain cara pemeriksaan agak ruwet, prosedurnya juga
memerluikan tenaga periksa yang sudah berpengalaman. Berbeda dengan
antibodi HI, antibodi komplemen fiksasi hanya bertahan sampai beberapa
tahun saja ( 2 – 3 tahun )
3. Uji neutralisasi ( Neutralisasi Tes = NT test )6,7
6
Merupakan uji serologi yang paling spesifik dan sensitif untuk virus
dengue. Biasanya uji neutralisasi memakai cara yang disebut Plaque
Reduction Neutralization Test ( PRNT ) yaitu berdasarkan adanya reduksi
dari plaque yang terjadi. Saat antibodi neutralisasi dideteksi dalam serum
hampir bersamaan dengan HI antibodi komplemen tetapi lebih cepat dari
antibodi fiksasi dan bertahan lama (48 tahun). Uji neutralisasi juga rumit
dan memerlukan waktu yang cukup lama sehingga tidak dipakai secara
rutin.
4. IgM Elisa ( IgM Captured Elisa = Mac Elisa)8
Pada tahun terakhir ini, mac elisa merupakan uji serologi yang banyak
sekali dipakai. Sesuai namanya test ini akan mengetahui kandungan IgM
dalam serum pasien. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam uji mac elisa
adalah :
a. Pada perjalanan penyakit hari 4 – 5 virus dengue, akan timbul IgM
yang diikuti oleh IgG.
b. Dengan mendeteksi IgM pada serum pasien, secara cepat dapat
ditentukan diagnosis yang tepat.
c. Ada kalanya hasil uji terhadap masih negatif, dalam hal ini perlu
diulang.
d. Apabila hari ke 6 IgM masih negatif, maka dilaporkan sebagai negatif.
e. IgM dapat bertahan dalam darah sampai 2 – 3 bulan setelah adanya
infeksi. Untuk memeperjelas hasil uji IgM dapat juga dilakukan uji
terhadap IgG. Untuk itu uji IgM tidak boleh dipakai sebagai satu –
satunya uji diagnostik untuk pengelolaan kasus.
f. Uji mac elisa mempunyai sensitifitas sedikit dibawah uji HI, dengan
kelebihan uji mac elisa hanya memerlukan satu serum akut saja dengan
spesifitas yang sama dengan uji HI.
5. IgG Elisa
Pada saat ini juga telah beredar uji IgG elisa yang sebanding dengan uji
HI , hanya sedikit lebih spesifik. Beberapa merek dagang kita uji untuk
infeksi dengue IgM / IgG dengue blot, dengue rapid IgM, IgM elisa, IgG
elisa, yang telah beredar di pasaran. Pada dasarnya, hasil uji serologi dibaca
dengan melihat kenaikan titer antibodi fase konvalesen terhadap titer
antibodi fase akut (naik empat kali kelipatan atau lebih).
7
Metode Diagnosis Baru (RTPCR) :
Akhir-akhir ini dengan berkembangnya ilmu biologi molekular, diagnosis
infeksi virus dengue dapat dilakukan dengan suatu uji yang disebut Reverse
Transcriptase Polymerase Chai Reaction (RTPCR).9,10 Cara ini merupakan
cara diagnosis yang sangat sensitif dan spesifik terhadap serotipe tertentu, hasil
cepat didapat dan dapat diulang dengan mudah. Cara ini dapat mendeteksi virus
RNA dari spesimen yang berasal dari darah, jaringan tubuh manusia , dan
nyamuk. Meskipun sensitivitas PCR sama dengan isolasi virus, PCR tidak
begitu dipengaruhi oleh penanganan spesimen yang kurang baik (misalnya
dalam penyimpanan dan handling), bahkan adanya antibodi dalam darah juga
tidak mempengaruhi hasil dari PCR.
b. Pemeriksaan Radiologi
Kelainan yang bisa didapatkan antara lain 3:
1. Dilatasi pembuluh darah paru
2. Efusi pleura
3. Kardiomegali atau efusi perikard
4. Hepatomegali
5. Cairan dalam rongga peritoneum
6. Penebalan dinding vesika felea
8
cukup, serta pemberian parasetamol. Pasien beserta keluarganya harus
diberikan KIE tentang warning signs secara jelas dan diberikan instruksi agar
secepatnya kembali ke rumah sakit jika timbul warning signs selama
perawatan di rumah.
b. Grup B
Yang termasuk Grup B meliputi pasien dengan warning signs dan pasien
dengan kondisi penyerta khusus (co-existing conditions). Pasien dengan
kondisi penyerta khusus seperti kehamilan, bayi, usia tua, diabetes mellitus,
gagal ginjal atau dengan indikasi sosial seperti tempat tinggal yang jauh dari
RS atau tinggal sendiri harus dirawat di rumah sakit. Jika pasien tidak mampu
mentoleransi asupan cairan secara oral dalam jumlah yang cukup, terapi cairan
intravena dapat dimulai dengan memberikan larutan NaCl 0,9% atau Ringer’s
Lactate dengan kecepatan tetes maintenance. Monitoring meliputi pola suhu,
balans cairan (cairan masuk dan cairan keluar), produksi urine, dan warning
signs.
Tatalaksana pasien infeksi dengue dengan warning signs adalah sebagai
berikut:
• Mulai dengan pemberian larutan isotonic (NS atau RL) 5-7 ml/kg/jam
selama 1-2 jam, kemudian kurangi kecepatan tetes menjadi 3-5 ml/kg/jam
selama 2-4 jam, dan kemudian kurangi lagi menjadi 2-3 ml/kg/jam sesuai
respons klinis.
• Nilai kembali status klinis dan evaluasi nilai hematokrit. Jika hematokrit
stabil atau hanya meningkat sedikit, lanjutkan terapi cairan dengan
kecepatan 2-3 ml/kg/jam selama 2-4 jam.
• Jika terjadi perburukan tanda vital dan peningkatan cepat nilai HCT,
tingkatkan kecepatan tetes menjdai 5-10 ml/kg/jam selama 1-2 jam
• Nilai kembali status klinis, evaluasi nilai hematokrit dan evaluasi kecepatan
tetes infuse. Kurangi kecepatan tetes secara gradual ketika mendekati akhir
fase kritis yang diindikasikan oleh adanya produksi urine dan asupan cairan
yang adekuat dan nilai hematokrit di bawah nilai baseline.
• Monitor tanda vital dan perfusi perifer (setiap 1-4 jam sampai pasien
melewati fase kritis), produksi urine, hematokrit (sebelum dan sesudah
terapi pengganti cairan, kemudian setiap 6-12 jam), gula darah, dan fungsi
organ lainnya (profil ginjal, hati, dan fungsi koagulasi sesuai indikasi).
9
c. Grup C
Yang termasuk Grup C adalah pasien dengan kebocoran plasma (plasma
leakage) berat yang menimbulkan syok dan/atau akumulasi cairan abnormal
dengan distres nafas, perdarahan berat, atau gangguan fungsi organ berat.
Terapi terbagi menjadi terapi syok terkompensasi (compensated shock) dan
terapi syok hipotensif (hypotensive shock).5
Terapi cairan pada pasien dengan syok terkompensasi meliputi:
• Mulai resusitasi dengan larutan kristaloid isotonik 5-10 ml/kg/jam selama
1 jam. Nilai kembali kondisi pasien, jika terdapat perbaikan, turunkan
kecepatan tetes secara gradual menjadi 5-7 ml/kg/jam selama 1-2 jam,
kemudian 3-5 ml/kg/jam selama 2-4 jam, kemudian 2-3 ml/kg/jam selama
2-4 jam dan selanjutnya sesuai status hemodinamik pasien. Terapi cairan
intravena dipertahankan selama 24-48 jam.
• Jika pasien masih tidak stabil, cek nilai hematokrit setelah bolus cairan
pertama. Jika nilai hematorit meningkat atau masih tinggi (>50%), ulangi
bolus cairan kedua atau larutan kristaloid 10-20 ml/kg/jam selama 1 jam.
Jika membaik dengan bolus kedua, kurangi kecepatan tetes menjadi 7-10
ml/kg/jam selama 1-2 jam dan lanjutkan pengurangan kecepatan tetes
secara gradual seperti dijelaskan pada poin sebelumnya.
• Jika nilai hematokrit menurun, hal ini mengindikasikan adanya perdarahan
dan memerlukan transfusi darah (PRC atau whole blood).
Terapi cairan pada pasien dengan syok hipotensif meliputi:
• Mulai dengan larutan kristaloid isotonik intravena 20 ml/kg/jam sebagai
bolus diberikan dalam 15 menit.
• Jika terdapat perbaikan, berikan cairan kristaloid atau koloid 10 ml/kg/jam
selama 1 jam, kemudian turunkan kecepatan tetes secara gradual.
• Jika tidak terdapat perbaikan atau pasien masih tidak stabil, evaluasi nilai
hematokrit sebelum bolus cairan. Jika hematokrit rendah (<40%), hal ini
menandakan adanya perdarahan, siapkan cross-match dan transfusi. Jika
hematokrit tinggi dibandingkan nilai basal, ganti cairan dengan cairan
koloid 10-20 ml/kg/jam sebagai bolus kedua selama 30 menit sampai 1
jam, nilai ulang setelah bolus kedua.
10
• Jika terdapat perbaikan, kurangi kecepatan tetes menjadi 7-10 ml/kg/jam
selama 1-2 jam, kemudian kembali ke cairan kristaloid dan kurangi
kecepatan tetes seperti poin penjelasan sebelumnya.
• Jika pasien masih tidak stabil, evaluasi ulang nilai hematokrit setelah
bolus cairan kedua. Jika nilai hematokrit menurun, hal ini menandakan
adanya perdarahan. Jika hematokrit tetap tinggi atau bahkan meningkat
(>50%), lanjutkan infus koloid 10-20 ml/kg/jam sebagai bolus ketiga
selama 1 jam, kemudian kurangi menjadi 7-10 ml/kg/jam selama 1-2 jam,
kemudian ganti dengan cairan kristaloid dan kurangi kecepatan tetes.
• Jika terdapat perdarahan, berikan 5-10 ml/kg/jam transfusi PRC segar atau
10-20 ml/kg/jam whole blood segar.
11
4. Kondisi Lingkungan
Sering terjadi di daerah yang padat penduduknya dan lingkungan yang kurang
bersih, seperti air yang menggenang dan gantungan baju di kamar.
5. Pola Kebiasaan
Nutrisi dan metabolisme : frekuensi, jenis, pantangan, nafsu makan berkurang,
dan nafsu makan menurun.
Eliminasi alvi (buang air besar). Kadang – kadang anak mengalami diare /
konstipasi. Sementara DHF grade III – IV bisa terjadi melena.
Eliminasi urine (buang air kecil) perlu dikaji apakah sering kencing, sedikit /
banyak, sakit / tidak. Pada DHF grade IV sering terjadi hematuria.
Tidur dan istirahat. Anak sering mengalami kurang tidur karena mengalami
sakit / nyeri otot dan persendian sehingga kuantitas dan kualitas tidur maupun
istirahatnya kurang.
Kebersihan. Upaya keluarga untuk menjaga kebersihan diri dan lingkungan
cenderung kurang terutama untuk membersihkan tempat sarang nyamuk aedes
aegypti.
Perilaku dan tanggapan bila ada keluarga yang sakit serta upaya untuk
menjaga kesehatan.
c. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik, meliputi inspeksi, palpasi, auskultasi, dan perkusi dari
ujung rambut sampai ujung kaki. Berdasarkan tingkatan (grade) DHF, keadaan
fisik anak adalah sebagai berikut :
12
d. Grade IV : kesadaran coma, tanda – tanda vital : nadi tidak teraba,
tensi tidak terukur, pernapasan tidak teratur, ekstremitas dingin, berkeringat,
dan kulit tampak biru.
Adanya penurunan kesadaran, kejang dan kelemahan; suhu tubuh tinggi; nadi
cepat, lemah, kecil sampai tidak teraba; sesak nafas; tekanan darah menurun
(sistolik menurun sampai 80 mmHg atau kurang).
2. Sistem Tubuh
13
Anamnesa : Pada derajat 1 dan 2 pasien gelisah, cengeng dan rewel
karena demam tinggi dan pada derajat 3 dan 4 terjadi penurunan tingkat
kesadaran.
Anamnesa : Pada derajat 1 dan 2 mual dan muntah / tidak ada nafsu
makan, haus, sakit menelan, derajat 3 nyeri tekan ulu hati, konstipasi.
d. Pemeriksaan Diagnostik
Pada pemeriksaan darah pasien DHF akan dijumpai :
14
1) Hb dan PCV meningkat (≥ 20 %)
4) Ig D Dengue positif
Data Subyektif :
Lemah
Panas/demam
Sakit kepala
Anoreksia (tidak nafsu makan) : mual, muntah, haus, sakit sakit saat menelan.
Nyeri ulu hati
Nyeri pada otot dan sendi
Pegal-pegal pada seluruh tubuh
Konstipasi (sembelit)
Data Obyektif
15
Pada renjatan (derajat IV) : nadi cepat dan lemah, hipotensi, ekstremitas dingin,
gelisah, sianosis perifer, nafas dangkal
DIAGNOSA KEPERAWATAN
3. INTERVENSI KEPERAWATAN
16
dan jelaskan dengan asupan cairan
manfaatnya bagi yang banyak.
pasien.
4. Kompres akan
4. Memberikan mambantu
kompres (pada menurunkan suhu
daerah axilla dan tubuh
lipat paha).
Potensial
1. Memonitor 1. Penurunan jumlah
terjadinya
Tidak terjadi tanda-tanda trombosit merupakan
perdarahan lebih
perdarahan, setelah penurunan tanda-tanda adanya
lanjut
dilakukan tindakan trombosit yang kebocoran pembuluh
berhubungan
keperawatan selama disertai dengan darah yang pada
dengan
1x24 jam dengan tanda-tanda tahap tertentu dapat
trombositopenia.
17
kriteria hasil : klinis. menimbulkan tanda-
tanda klinis adanya
Tidak
perdarahan (nyata)
terjadi tanda-
seperti epistaksis,
tanda
ptekie, dll.
perdarahan
lebih lanjut
(secara klinis). 2. Agar pasien /
2. Memberikan
Jumlah keluarga mengetahui
penjelasan
trombosit hal-hal yang mungkin
tentang pengaruh
meningkat. terjadi pada pasien
trombositopenia
dan dapat membantu
pada pasien.
mengantisipasi
terjadinya perdarahan
karena
trombositopenia.
3. Memonitor
3. Dengan jumlah
jumlah trombosit
trombosit yang
setiap hari.
dipantau setiap hari,
dapat diketahui
tingkat kebocoran
pembuluh darah dan
kemungkinan
perdarahan yang
dapat dialami pasien.
4. Menganjurkan
4. Aktivitas pasien yang
pasein untuk
tidak terkontrol dapat
banyak
menyebabkan
beristirahat.
terjadinya
perdarahan.
18
5. Memberikan 5. Keterlibatan keluarga
penjelasan pada dengan segera
pasein / keluarga melaporkan
untuk melapor terjadinya perdarahan
jika ada tanda- (nyata) akan
tanda perdarahan membantu pasien
lebih lanjut mendapatkan
seperti penanganan sedini
hematemesis, mungkin.
melena, dan
epistaksis.
6. Menjelaskan
obat-obatan yang 6. Dengan mengetahui
diberikan dan obat-obatan yang
manfaatnya serta diminum dan
akibat bagi manfaatnya maka
pasien. pasien akan
termotivasi untuk
mau minum obat
sesuai dengan dosis /
jumlah yang
diberikan.
Gangguan
1. Mengkaji
aktivitas sehari- 1. Untuk
keluhan pasien
hari mmengidentifikasi
berhubungan Aktivitas sehari- masalah-masalah
dengan kondisi hari tidak pasien.
tubuh yang terganggu, setelah
2. Mengkaji hal-hal
lemah. dilakukan tindakan
yang mampu / 2. Untuk mengetahui
keperawatan selama
tidak mampu tingkat
19
1x24 jam dengan dilakukan oleh ketergantungan
kriteria hasil : pasien pasien dalam
berhubungan memenuhi
Kebutuhan
dengan kebutuhannya
aktivitas sehari-
kelemahan
hari terpenuhi.
fisiknya.
Pasien
dapat mandiri
3. Pemberian bantuan
setelah terbebas 3. Membantu pasien
sangat diperlukan
dari demam. memenuhi
oleh pasien pada saat
kebutuhan
kondisinya lemah dan
aktivitasnya
perawat mempunyai
sehari-hari
tanggung jawab
berhubungan
dalam pemenuhan
dengan tingkat
kebutuhan dan sehari-
keterbatasan
hari pasien tanpa
pasien seperti
membuta pasien
mandi, makan,
mengalami
eliminasi.
ketergantungan pada
perawat
4. Akan membantu
4. Meletakkan
pasien untuk
barang-barang
memenuhi kebutuhan
ditempat yang
sendiri tanpa bantuan
mudah dijangkau
orang lain.
oleh pasien.
20
Gangguan rasa
nyaman (nyeri)
Rasa nyeri 1. Mengkaji tingkat 1. Untuk mengetahui
berhubungan
berkurang / hilang, nyeri yang berapa berat nyeri
dengan
setelah dilakukan dialami pasien yang dialami pasien.
mekanisme
tindakan dengan memberi Reaksi pasien
patologis (proses
keperawatan selama rentang nyeri (0 – terhadap nyeri dapat
penyakit)
1x24 jam dengan 10). Biarkan dipengaruhi oleh
kriteria hasil : pasien berbagai faktor dan
menentukan dengan mengetahui
Rasa
tingkat nyeri faktor-faktor tersebut
nyaman
yang dialami maka perawat dapat
terpenuhi.
pasien, respon menentukan
Nyeri
pasien terhadap intervensi yang sesuai
berkurang atau
nyeri yang dengan masalah
hilang.
dialami. pasien.
2. Respon individu
2. Memberikan
terhadap nyeri sangat
posisi yang
berbeda atau
nyaman,
bervariasi, sehingga
usahakan situasi
perawat perlu
ruangan yang
mengkaji lebih lanjut
tenang.
untuk menghindari
kesalahan persepsi
terhadap kondisi yang
dialami pasien.
3. Untuk mengurangi
3. Menganjurkan rasa nyeri. Dengan
pasien untuk melakukan aktivitas
membaca buku, lain, pasien dapat
21
mendengarkan sedikit melipakan
musik, nonton perhatiannya terhadap
TV (mengalihkan nyeri yang dialami.
perhatian).
4. Berhubungan dengan
4. Memberikan orang-orang terdekat /
kesempatan teman akan membuat
pasien utnuk pasien gembira /
berkomunikasi bahagia dan dapat
dengan teman- mengalihkan
temannya. perhatiannya terhadap
nyeri.
5. Obat-obat analgetik
dapat membantu
5. Memberikan menekan atau
obat-obat mengurangi rasa
analgetik. nyeri pasien.
1. Untuk memberikan
Kurangnya
informasi pada pasien
pengetahuan 1. Mengkaji tingkat
/ keluarga, perawat
tentang proses pengetahuan
perlu mengetahui
penyakit, diet, Pengetahuan Pasien pasien / keluarga
sejauh mana
perawatan dan / keluarga tentang penyakit
meningkat, setelah informasi /
obat-obatan DHF.
pengetahuan tentang
pasien selama dilakukan tindakan
keperawatan selama penyakit yang
sakit
1x24 jam dengan diketahui pasien serta
berhubungan
kriteria hasil : kebenaran informasi
dengan
yang telah didapatkan
kurangnya
Pengetahu sebelumnya.
informasi.
an pasien /
22
keluarga 2. Agar perawat dapat
tentang proses memberikan
2. Mengkaji latar
penyakit, diat, penjelasan sesuai
belakang
perawatan dan dengan tingkat
pendidikan
obat-obatan pendidikan mereka
pasien / keluarga.
bagi penderita sehingga penjelasan
DHF meningkat dapat dipahami dan
dan pasien / tujuan yang
keluarga direncanakan
mampu tercapai.
menceritakan 3. Agar informasi dapat
kembali. diterima dengan
3. Menjelaskan
mudah dan tepat
tentang proses
sehingga tidak
penyakit, diet,
menimbulkan
perawatan dan
kesalahpahaman.
obat-obatan pada
pasien dengan
bahasa dan kata-
kata yang mudah
dimengerti
(dipahami).
4. Dengan mengetahui
4. Menjelaskan semua prosedur /
semua prosedur tindakan yang akan
yang akan dialami, pasien akan
dilakukan dan lebih kooperatif dan
manfaatnya bagi mengurangi
pasien. kecemasan.
5. Mengurangi
kecemasan dan
5. Memberikan
memotivasi pasien
kesempatan pada
23
pasien / keluarga untuk kooperatif
untuk salama masa
menanyakan hal- perawatan /
hal yang ingin penyembuhan.
diketahui
sehubungan
dengan penyakit
yang dialami
pasien.
BAB III
TINJAUAN KASUS
24
ASUHAN DASAR KEPERAWATAN PADA Ny. Y DENGAN GANGGUAN
SISTEM KARDIOFASKULER : DEMAM HAEMOROGIC FEVER
DIRUANG C3 RSUD CIBABAIT
I. PENGKAJIAN
1. Pengumpulan Data
a. Identitas Klien
Nama : Ny. Y
Umur : 29 tahun
Tempat tanggal lahir : 15 september 1990
Jenis kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Wiraswasta
Diagnosa Medis : Demam Haemorogic Fever
Tanggal Masuk RS : Rabu, 13 november 2019 pukul 19.00
Tanggal Pengkajian : Jumat, 15 november 2019 pukul 07.30
Alamat : Puri Budi Asri Blok K
b. Identitas Penanggung Jawab
Nama : Tn.T
Umur : 32 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Wiraswasta
Hub. dengan klien : Suami
Alamat : Puri Budi Asri Blok K
c. Riwayat Kesehatan
1. Riwayat Kesehatan Sekarang
a. Keluhan Utama saat Masuk RS
25
Pasien mengeluh mual dan muntah karena demam tinggi lalu keluarga
memeriksakan keadaannya ke puskesmas namun berkelanjutan hingga dibawa
ke UGD dan dirawat.
b. Keluhan Utama saat Dikaji
Pasien mengeluh pusing.
2. Riwayat Kesehatan Dahulu
Pasien mengatakan sebelumnya tidak pernah memiliki penyakit bahkan tidak
pernah dirawat sebelumnya.
3. Riwayat Kesehatan Keluarga
Pasien mengatakan tidak ada yang memiliki penyakit menular maupun penyakit
keturunan dan tidak ada yang memiliki penyakit seperti pasien.
c) Kemandirian
d) Keluhan
2. Eliminasi
1) BAB
a) Jenis Padat / Kuning Padat / Kuning
b) Frekuensi 1x/hari 1x/hari
c) Kemandirian Mandiri Mandiri
26
d) Keluhan Tidak ada Tidak ada
2) BAK
a) Jenis Kuning jernih Kuning Jernih
b) Frekuensi 7x/hari 6x/hari
c) Kemandirian Mandiri Dibantu
d) Keluan Tidak ada Pusing
3. Personal Hygiene
Frekuensi Mandi 2x/hari Diseka 1x/hari
Keramas 3x/minggu Belum pernah
Gunting kuku 1x/minggu keramas
Kemandirian Mandiri Belum pernah
Dibantu
4. Tidur dan istirahat
1) Malam
8 jam 6 jam
a) Kuantitas
Nyenyak Tidur tetlalu nyenyak
b) Kualitas
2 jam Tidak tidak nyenyak
2) Siang
Nyenyak 4 jam/hari
a) Kuantitas
b) Kualitas
e. Pemeriksaan Fisik
Keadaan umum : Pasien tampak lemas dan pucat
Kesadaran : Compos mentis
TTV : TD : 100/70 mmHg, Nadi : 96x/menit , RR : 20x/menit , Suhu :
38° C
Antropometri : TB : 160 CM
BB : 76 Kg
IMT : 29,6
27
1. Sistem Pernafasan
Conjungtiva anemis, sclera tidak ikteri, wajah pucat, hidung bersih, tidak ada
nodul, bibir kering, tidak terdapat distensi vena jugularis, dada simetris,
pengembangan paru seimbang kanan dan kiri, tidak ada nyeri tekan, bunyi resonan
diseluruh lapang paru, suara paru vesikuler, tidak ada suara tambahan, CRT < 3
detik.
2. Sistem Kardiovaskular
Conjungtiva anemis, sclera tidak ikteri, wajah pucat, hidung bersih, tidak ada
nodul, bibir kering, tidak ada pendarahan gusi, tidak terdapat distensi vena
jugularis, dada simetris, ictus cordis tidak Nampak, tidak ada nyeri tekan, bunyi
dullness, suara regular, tidak ada suara tambahan, CRT < 3 detik, tidak ada
clubbing finger, kekuatan otot 5 (1-5)
3. Sistem Pencernaan
Sklera tidak ikterik, bibir pucat, bibir kering,gusi lembab, warna gusi merah
muda,lidah kotor, abdomen tidak asites, bising usus 15x/menit, tidak ada
pembesaran hati, tiidak ada nyeri tekan, tidak terdengar bruit pada arteri
abdominalis, tidak ada hemoroid
4. Sistem Perkemihan
Conjungtiva anemis, sclera tidak ikteri, wajah pucat, hidung bersih, tidak ada
nodul, bibir kering, tidak terdapat distensi vena jugularis, ekspansi paru seimbang,
bunyi resonan, suara vasikular, tidak ada pembesaran jantung, bunyi dullness,
suara regular, tidak ada nyeri tekan pada area ginjal dan kandung kemih, tidak ada
edema kaki dan tangan, CRT < 3 detik
5. Sistem Persyarafan
Kesadaran comosmentis, kekuatan otot 5 (1-5), pasien dapat menggerakan seluruh
anggota geraknya
6. Sistem Endokrin
Tidak ada pembengkakan pada kelenjar tiroid
7. Sostem Genitourinoria
Tidak ada nyeri tekan pada area kandung kemih, BAK lancer
8. Sistem Muskuloskeletal
28
Tidak ada lesi pada area ekstremitas atas dan bawah, tidak ada nyeri tekan, tidak
ada edema, kekuatan otot 5 (1-5), tangan kanan terpasang infus
9. Sistem Integumen dan Imunitas
Turgor kulit buruk, kulit kering, leukosit dan trombosit rendah
10. Wicara dan THT
Pasien dapat berkomunikasi dengan baik, secara verbal maupun non verbal, pasien
dapat membedakan bau-bauan dan dapat mendengar suara dengan jelas
f. Data Psikologis
1. Status Emosi
Emosi pasien terkendali
2. Pola Kopping
Pasien dapat menyelesaikan masalahnya dengan cara berdiskusi dengan keluarganya
3. Gaya Komunikasi
Hubungan pasien dengan perawat, tenaga kesehatan, keluarga dan lainnya terjalin
baik, bahasa mudah dimengerti baik berbal maupun non verbal
4. Konsep Diri
a) Body Image
Pasien tidak merasa bersalah dengan tbhnya meskipun ia sangat cemas dengan
penyakitnya
b) Self Ideal
Pasien ingi cepat sembuh agar dapat memulai aktivitas seperti biasanya
c) Self Eastem
Pasien merasa tidak berdaya tetapi ia merasa diperlakukan dengan baik oleh
perawat dan tenaga kesehatan lainnya
d) Role
Pasien seorang wiraswasta dan seorang istri, ia tidak merasa terganggu hanya saja
ia sering mengingat anaknya
e) Self Identity
Pasien merupakan seorang perempuan berusia 29 tahun dan ia merasa bersyukur
atas kehidupannya
g. Data Sosial
Hubungan pasien dengan keluarga dan masyarakat baik, terlihat dari pasien yang
tampak tidak pernah sendiri dan komunikasi berjalan dengan sebagaimana mestinya
h. Data Spiritual
29
1. Makna hidup
Pasien merasa bersyukur atas kehidupannya kaena keluarga senantiasa
mendampingi
2. Pandangan terhadap sakit
Pasien merasa bahwa sakitnya ini sebagai sebuah ujian
3. Keyakinan sembuh
Pasien sangat optimis untuk sembuh
4. Kemampuan beribadah
Pasien hanya mampu beribadah ditempat tidur saja
i.Data Penunjang
(Dilakukan pemeriksaan pada tanggal 15/11/19 05.18)
Hematologi
Hematologi
Hematologi
30
No Rute
Nam a Obat Dosis
.
1 Sanmol forte 500 mg (3x1) Oral
2 Sucralfat 3x2 Oral
3 Pantoprazole 500 mg (2x1) Injeksi
4 ODR 3x4 Injeksi
5 RL 500 30 tpm Infus
2. Analisa Data
No Pengumpulan Data Kemungkinan penyebab Masalah
1. Ds : - Pasien mengeluh Arbovirus (melalui nyamuk Kekurangan
haus dan pusing aedes aegypty) volume cairan
- Pasien mengeluh
berkeringat Beredar dalam aliran darah
berlebihan
- Pasien mengeluh Infeksi virus dengue (viremia)
sering miksi dan
banyak Mengaktivkan sistem
- Pasien mengeluh komplemen
sering muntah
Do : - Turgor kulit buruk Membentuk & melepaskan zat
- Pasien nampak C3a C5a
berkeringat
- Intake cairan : PGE2 hipotalamus
Minum (1000 cc) +
Makan ( 100 cc) + Hipertermi
Infus (1500 cc)
Output cairan : Meningkatkan evaporasi
BAK (1700 cc) +
BAB (300 cc) + Permeabilitas membrane
Muntah ( 600 cc) + meningkat
IWL (47,5 cc) +
IWL suhu (12,8 Kebocoran plasma
cc/jam = 307,5)
Balance Cairan : Kekurangan volume cairan
2600 – 2965 = -365
31
2. Ds : - Pasien mengeluh Arbovirus (melalui nyamuk Hipertermi
demam aedes aegypty)
- Pasien mengeluh
pusing dan Beredar dalam aliran darah
berkeringat
Do : suhu 38o C Infeksi virus dengue (viremia)
Mengaktivkan sistem
komplemen
PGE2 hipotalamus
Hipertermi
3. Ds : - Pasie mengeluh Arbovirus (melalui nyamuk Gangguang
mual aedes aegypty) pemenuhan asupan
- Pasien mengatakan nutrisi
sering muntah saat Reinfeksi oleh virus dengue
akan makan
Do : - Pasien muntah Bereaksi dengan antibody
- Lidah kotor
Menimbulkan respon
peradangan
Menstimulasi medulla
vomiting
32
nutrisi
Intoleransi Aktifitas
33
4. Intoleransi aktivitas b.d. kelemahan fisik
III.PERENCANAAN
Diagnosa Intervensi
No
Keperawatan Tujuan Tindakan Rasional
1 Kekurangan Setelah dilakukan 1. Anjurkan 1. Agar cairan
volume cairan b.d tindakan minum 2L per tubuh dapat
pindahnya cairan keperawatan hari terpenuhi
intravaskuler ke selama 2x24 jam 2. Berikan cairan 2. Agar mengganti
ektravaskuler kekurangan volume infus sesuai cairan elektrolit
Ds : - Pasien cairan pasien indikasi yang hilang
mengeluh teratasi dengan agar tidak
haus dan kriteria hasil : terjadi dehidrasi
pusing - Turgor kulit baik 3. Monitor tetesan 3. Memastikan
- Pasien - Mukosa bibir infus kelancaran
mengeluh lembab cairan yang
berkeringat - Tidak muntah masuk
berlebihan 4. Monitoring 4. Untuk
- Pasien intake output mengetahui
mengeluh cairan keseimbangan
sering miksi cairan dalam
dan banyak tubuh
- Pasien 5. Observasi TTV 5. Untuk
mengeluh mengetahui
sering keadaan umum
muntah pasien
Do : - Turgor
kulit buruk
-Pasien
nampak
berkeringat
34
virus dengue keperawatan sehingga terjadi
Ds : - Pasien selama 2x24 jam penguapan
mengeluh hipertermia pasien 2. Anjurkan untuk 2. Peningkatan
demam teratasi dengan minum 2L per suhu tubuh akan
- Pasien kriteria hasil : hari menyebabkan
mengeluh - Suhu dalam batas penguapan
pusing dan normal 36,5o- tubuh
berkeringat 37,5oC meningkat
Do : suhu 38oC - Pasien sehingga perlu
menyatakan tidak diimbangi
merasa panas dan dengan asupan
pusing cairan yang
banyak
36
pasien
4. Intoleransi Setelah dilakukan 1. Kaji tingkat 1. Mengetahui
aktivitas b.d tindakan kemampuan pasien kemampuan pasien
kelemahan fisik keperawatan dalam beraktivitas. dalam beraktivitas
Ds : Pasien selama 2x24 jam
mengatakan intoleransi aktivitas 2. Libatkan 2. Memberikan
selama dapat teratasi keluarga/orang tua dorongan kepada
dirumah sakit dengan kriteria dalam memenuhi pasien dalam
aktivitasnya hasil : kebutuhan sehari- pemenuhan
dibantu oleh - Pasien dapat hari pasien. kebutuhan sehari-
keluarga melakukan hari
Do : - Pasien mobilisasi secara
tampak bertahap
3. Anjurkan 3. Agar klien
lemah - Pasien dapat
mobilisasi secara berpartisipasi
- Tangan memenuhi
bertahap sesudah dalam perawatan
terpasang kebutuhan dasarnya
demam hilang diri
infus tanpa dibantu
sesuai dengan
- Trombosit
pulihnya kekuatan
: 58000
pasien.
IV. IMPLEMENTASI
37
No. Tanggal dan Jam No. DX Tindakan Nama/TDT
1 Jumat, 15 Nov 2019 1,2,3 1. Mengobservasi TTV
08.00 E/ : TD : 110/80 mmHg
RR : 20x /Menit
N : 96x / Menit
S : 32,2 oC Herlinda. M
38
tanpa sumbatan
2
7. Memberikan obat via oral
paracetamol siang
E/ : pasien dapat menelan obat Herlinda. M
tanpa dimuntahkan
12.00
8. Memberikan kompres hangat
lalu mengukur suhu pasien
E/ : keluarga membantu, pasien Herlinda. M
kooperatif suhu 37,8 oC.
12.10 4
9. Menganjurkan mobilisasi
secara bertahap sesudah
demam hilang sesuai dengan
pulihnya kekuatan pasien.
E/: Pasien sudah mulai mau
turun dari tempat tidur untuk Herlinda. M
2 duduk.
12.30 2
10. Menciptakan lingkungan
nyaman dan membatasi
pengunjung Herlinda. M
E/ : pasien mengatakan pusing
berkurang
V. EVALUASI
42
43
BAB IV
SIMPULAN
4.1 Simpulan
Berdasarkan pada tunjangan laporan kasus yang dibuat maka dapat disimpulkan
beberapa hal antara lain :
1. Pengkajian pada pasien DHF terfokus pada pengkajian peningkatan suhu tubuh,
pusing, mual dan muntah serta ketidakmampuan melakukan aktivitas. Semua
pengkajian diperoleh langsung dari pasien serta keluarga pasien menggunakan
metode wawancara
2. Diagnosa keperawatan yang muncul pada laporan kasus ini ada empat, yaitu
kekurangan volume cairan b.d pindahnya cairan intravaskuler ke ekstravaskuler,
hipertermia b.d proses infeksi virus dengue, gangguan pemenuhan kebutuhan
nutrisi b.d intake nutrisi yang tidak adekuat akibat mual dan nafsu makan
menurun, intoleransi aktivitas b.d Kondisi tubuh yang lemah
3. Dalam laporan kasus asuhan keperawatan pada pasien DHF terdapat beberapa
perencanaan yang dibuat yakni Anjurkan minum 2L per hari, berikan cairan infus
sesuai indikasi, monitor tetesan infus, observasi TTV, berikan kompres hangat,
anjurkan untuk minum 2L per hari, anjurkan untuk memakai baju tipis dan mudah
menyerap keringat, berikan paracetamol 500 mg 3x1 atas indikasi dokter, batasi
pengunjung dan atau kunjungan oleh pasien, anjurkan makan sedikit tapi sering,
sajikan makanan dalam bentuk hangat, berikan obat ondansetron 3x4 mg atas
indikasi dokter.
4. Implementasi keperawatan yang dilakukan untuk mengatasi masalah-masalah
keperawatan yang muncul pada kasus ini beracuan pada perencanaan
keperawatan yang telah ditentukan.Fasilitas yang berada di ruangan mendukung
dalam melakukan asuhan keperawatan pada pasien
5. Evaluasi keperawatan merupakan tahap terakhir dari proses keperawatan dimana
ada dua jenis evaluasi yaitu evaluasi formatif /evaluasi berjalan dengan evaluasi
sumatif/evaluasi akhir dimana dalam metode ini menggunakan SOAP
(Nursalam,2011). Berdasarkan hal tersebut pada kasus ini menggunakan evaluasi
sumatif dan dengan permasalahan yang muncul, keempat permasalahan tersebut
teratasi secara penuh dan intervensi dihentikan.
44
4.2 Saran
Berdasarkan kasus yang di ambil dengan judul asuhan keperawatan pada Ny.
Y dengan gangguan sistem kardiovaskuler : Demam Haemorogic Fever Di Ruang C3
RSUD Cibabat Cimahi untuk perbaikan kedepannya, di harapkan pembaca dapat
mengenali dan memahami tanda dan gejala dari penyakit DHF sehingga dapat
mengaplikasikan tindakan pencegahan untuk menghindari penyakit tersebut. Selain
itu, untuk tenaga kesehatan khususnya perawat dapat lebih ditingkatkan dalam
pemberian asuhan keperawatannya.
45
DAFTAR PUSTAKA
Huda, amin dan Kusuma, hardhi. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan
Diagnosa Medis dan NANDA NIC-NOC edisi revisi jilid 1. Jogjakarta: Mediaction
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2017. Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia. Jakarta :
Dewan Pengurus Pusat
46