Anda di halaman 1dari 7

AGAMA ISLAM

RESUME KONTRIBUSI AGAMA ISLAM DALAM KEHIDUPAN BERPOLITIK

NAMA : SELPI
NIM : 191447228
DOSEN PENGAMPU:
RUDI IRAWAN M.Pd.I

PRODI DIII KEPERAWATAN BELITUNG


POLTEKKES KEMENKES PANGKALPINANG
NOVEMBER 2020
Kontribusi Agama Islam Dalam Kehidupan Berpolitik
Islam merupakan agama yang bukan hanya mengajarkan pada tata cara bagaimana
manusia berhubungan dengan Tuhan (Hablum Minallah), melainkan juga mengajarkan tata
cara hubungan antar sesama manusia (Hablum Minan Nas).
Dalam hal ini, permasalahan politik merupakan bagian yang di atur dalam ajaran
agama Islam. Oleh karena itu, adalah sangat wajar manakala dalam wacana kontemporer, kita
disuguhkan dengan gagasan-gagasan politik yang berlandaskan pada ajaran agama Islam.

Catatan :
Hablum artinya tali.
Hablum Minallah adalah bagaimana manusia berhubungan dengan tuhan, contohnya
ibadah, puasa, sedekah, dll.
Hablum Minan Nas adalah bagaimana manusia berhubungan dengan sesama manusia,
contohnya pada kehidupan sosial.
Antara Hablum Minallah dan Hablum Minan Nas ini harus seimbang.

1. Pengertian
Secara Bahasa
Kata siyasah ‫ ياسة‬  politik diambil dari kata  ‫ س<<اس‬  saasa yang artinya memimpin,
memerintah,  mengatur, dan melatih. Dikatakan ‫ ساس القوم‬  saasa al qauma artiya dia
memimpin, memerintah, mengatur dan melatih sebuah kaum. (Lihat: Al Munawwir,
Hal. 677. Pustaka Progresif). Siyasah sendiri berarti manajemen/administrasi (Ibid,
hal. 688)
Dikatakan:
ْ ً ‫سة‬
‫أمرتُها ونَ َه ْيتُها‬ ِ َ‫سسْتُ ال َّر ِعيَّة‬
َ ‫سيا‬ ُ ‫و‬
“Aku telah mengatur rakyat baik dengan perintah atau larangan.” (Syaikh
Fairuzzabadi, Al Qamus Al Muhith, 2/89. Mawqi’ Al Warraq)
Secara Istilah
Imam Abul Wafa Ibnu ‘Aqil Al Hambali  berkata:
ُ‫ش' ِّر ْعه‬ َ َ‫ح َوأَ ْب َع' َد عَنْ ا ْلف‬
َ ُ‫ َوإِنْ لَ ْم ي‬، ‫س'ا ِد‬ َّ ‫اس َم َع'هُ أَ ْق' َر َب إلَى‬
ِ ‫الص'اَل‬ ُ َّ‫ث يَ ُك''ونُ الن‬ ُ ‫اس'ةُ َم''ا َك''انَ ِمنْ اأْل َ ْف َع''ا ِل بِ َح ْي‬
َ َ ‫سي‬
ِّ ‫ال‬
ْ َ‫الش' ْر َع ” أ‬
‫ي لَ ْم‬ َّ ‫ق‬ َ 'َ‫اس'ةَ إاَّل َم'ا َواف‬ َ َ‫سي‬ ِ ‫س'لَّ َم َواَل نَ' َز َل بِ' ِه َو ْح ٌي ؛ فَ'إِنْ أَ َردْتَ بِقَ ْولِ' َك ” اَل‬
َ ‫صلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي' ِه َو‬ َ ‫سو ُل‬ُ ‫ال َّر‬
‫ص َحابَ ِة‬ َ َ‫ َوإِنْ أَ َردْتَ َما نَط‬، ‫يح‬
َّ ‫ق بِ ِه الش َّْر ُع فَ َغلَطٌ َوتَ ْغلِيطٌ لِل‬ َ َ‫ق بِ ِه الش َّْر ُع ف‬
ٌ ‫ص ِح‬ َ َ‫يُ َخالِفْ َما نَط‬
“Siyasah (politik) adalah semua tindakan yang dengannya manusia lebih dekat dengan
kebaikan dan semakin jauh dari kerusakan meskipun tindakan itu tidak pernah
disyariatkan oleh Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam dan tidak ada wahyu Al
Quran yang turun tentangnya. Jika Anda mengatakan: “Tidak ada siyasah (politik)
kecuali yang sesuai dengan syariat atau tidak bertentangan dengan apa yang
disebutkan oleh syariat, maka itu adalah benar. Tetapi jika yang anda maksudkan
dengan siyasah  hanyalah yang dibatasi oleh syariat, maka itu kesalahan dan sekaligus
menyalahkan para sahabat nabi.” ( Imam Ibnul Qayyim, I’lamul Muwaqi’in, 6/ 26.
Mawqi’ Al Islam)
Imam An Nawawi rahimahullah mengatakan tentang makna “siyasah”:
ْ ُ‫ا ْلقِيَام َعلَى الش َّْيء بِ َما ي‬
‫صلِحه‬
“Menegakkan/menunaikan sesuatu dengan apa-apa yang bisa memperbaiki sesuatu
itu.” (Al Minhaj Syarh Shahih Muslim,  6/316. Mawqi’ Ruh Al Islam)
Jika melihat definisinya, maka dia ada di setiap tempat manusia berinteraksi.
Ada siyasah di rumah kita, di pasar, di kantor, di kampus, bahkan di majelis ta’lim.
Karena, hakikat siyasah adalah pengaturan dan manajemen tadi.
Dari Abu Hurairah Radhiallahu ‘Anhu, Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa
Sallam bersabda:
‫س ُه ْم اأْل َ ْنبِيَا ُء‬ ْ ِ‫َكانَتْ بَنُو إ‬
ُ َ‫س َرائِي َل ت‬
ُ ‫سو‬
“Adalah para nabi, mereka men-siyasahkan Bani Israel.” (HR. Bukhari No. 3268
dan  Muslim No. 1842)
Imam An Nawawi berkata tentang hadits ini:
‫يَت ََولَّ ْونَ أُ ُموره ْم َك َما تَ ْف َعل اأْل ُ َم َراء َوا ْل ُواَل ة بِال َّر ِعيَّ ِة‬
“Para nabi menguasakan urusan mereka sebagaimana yang dilakukan para pemimpin
dan penguasa terhadap rakyatnya.” (Al Minhaj Syarh Shahih Muslim, Ibid).

2. Paradigma Sistem Politik Islam


Dalam wacana kontemporer, paradigma sitem politik Islam setidaknya berpusat pada
3 pokok pikiran, yakni :
1) Kelompok pertama berpendapat bahwa Islam adalah agama yang serba lengkap
yang bukan hanya mengatur urusan ibadah manusia dengan Tuhan, melaikan juga
mengajarkan pada urusan keduniawian. Dalam hal ini, sistem politik dan
ketatanegaraan dalam Islam adalah bagian yang tidak terpisahkan dalam ajaran
Islam yang wajib untuk diteladani sebagaimana Rasulullah mencontohkan di
Madinah. Beberapa tokoh yang mendukung gagasan ini seperti, Abu A’la al
Maududi.
2) Kelompok kedua, sebagai anti tesa terhadap gagasan kelompok pertama
berpendapat bahwa Agama Islam dengan urusan politik dan ketatanegaraan adalah
tidak ada hubungannya sama sekali. Oleh karena itu, permasalahan politik dan
ketatanegaraan adalah murni hasil pemikiran manusia bukan dari ajaran agama
Islam.
3) Kelompok ketiga, sebagai golongan yang mencoba mengakomodir pertentangan
antara kelompok pertama dengan kelompok kedua, berpandangan bahwa Islam
adalah agama yang serba lengkap yang didalamnya terdapat sistem kehidupan
termasuk politik dan ketatanegaraan, namun hanya dalam bentuk seperangkat
etika dalam membangun kehidupan politik dan bernegara.

3. Prinsip-Prinsip Politik Islam


Beberapa prinsip pokok yang melatar belakangi praktek politik Islam dapat dijabarkan
sebagai berikiut :
1) Kewajiban mewujudkan persatuan dan kesatuan umat.

Catatan :
Adanya partai-partai, adanya perbedaan, hal ini seharusnya bukan menjadi pemecah belah
namun menjadi pemersatu.

2) Kewajiban bermusyawarah dalam mengambil keputusan. Hal ini dijelaskan dalam

Catatan :
Di syariatkan bermusyawarah dalam rangka menyusun suatu strategi, menyusun
kemaslahatan bagi orang banyak.

3) Amanah dan menjunjung keadilan


4) Kewajiban mentaati Allah, Rasul dan ulil amri.
5) Prinsip keadilan (QS. Al-Maidah ayat 8),

َ '‫'و ٍم َعلَ ٰى أَاَّل تَ ْع' ِدلُوا ۚ ا ْع' ِدلُوا ُه‬


‫'و‬ ْ 'َ‫ش'نَآنُ ق‬ ُ ِ ‫يَا أَيُّ َها الَّ ِذينَ آ َمنُوا ُكونُوا قَ َّوا ِمينَ هَّلِل‬
ْ ِ‫ش َهدَا َء بِا ْلق‬
َ ‫س ِط ۖ َواَل يَ ْج ِر َمنَّ ُك ْم‬
ُ ‫أَ ْق َر‬
َ‫ب لِلتَّ ْق َو ٰى ۖ َواتَّقُوا هَّللا َ ۚ إِنَّ هَّللا َ َخبِي ٌر بِ َما تَ ْع َملُون‬
Hai orang-orang yang beriman hendaklah kamu jadi orang-orang yang selalu
menegakkan (kebenaran) karena Allah, menjadi saksi dengan adil. Dan
janganlah sekali-kali kebencianmu terhadap sesuatu kaum, mendorong kamu
untuk berlaku tidak adil. Berlaku adillah, karena adil itu lebih dekat kepada
takwa. Dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui
apa yang kamu kerjakan.
6) Pemerataan Ekonomi (QS. Al-Hasyr ayat 7),
َّ ‫َما أَفَا َء هَّللا ُ َعلَ ٰى َرسُولِ ِه ِم ْن أَ ْه ِل ْالقُ َر ٰى فَلِلَّ ِه َولِل َّرسُو ِل َولِ ِذي ْالقُ<رْ بَ ٰى َو ْاليَتَا َم ٰى َو ْال َم َس<ا ِكي ِن َواب ِْن‬
‫الس<بِي ِل َك ْي اَل‬
ُ ‫يَ ُكونَ دُولَةً بَ ْينَ اأْل َ ْغنِيَا ِء ِم ْن ُك ْم ۚ َومَا آتَا ُك ُم الر‬
‫َّس<و ُل فَ ُخ< ُذوهُ َومَا نَهَا ُك ْم َع ْن<هُ فَا ْنتَهُوا ۚ َواتَّقُ<وا هَّللا َ ۖ إِ َّن هَّللا َ َش< ِدي ُد‬
ِ ‫ْال ِعقَا‬
‫ب‬
Apa saja harta rampasan (fai-i) yang diberikan Allah kepada Rasul-Nya (dari
harta benda) yang berasal dari penduduk kota-kota maka adalah untuk Allah,
untuk Rasul, kaum kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin dan orang-
orang yang dalam perjalanan, supaya harta itu jangan beredar di antara orang-
orang kaya saja di antara kamu. Apa yang diberikan Rasul kepadamu, maka
terimalah. Dan apa yang dilarangnya bagimu, maka tinggalkanlah. Dan
bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah amat keras hukumannya.
7) Pertahanan (QS. Al-Anfal ayat 60), dan sebagainya
‫اس <تَطَ ْعتُ ْم ِم ْن قُ < َّو ٍة َو ِم ْن ِربَا ِط ْالخَ ْي< ِل تُرْ ِهبُ<<ونَ بِ < ِه عَ ُد َّو هَّللا ِ َوعَ ُد َّو ُك ْم َوآخَ ِرينَ ِم ْن دُونِ ِه ْم اَل‬
ْ ‫َوأَ ِع< ُّدوا لَهُ ْم مَا‬
َ‫ظلَ ُمون‬ ْ ُ‫ف إِلَ ْي ُك ْم َوأَ ْنتُ ْم اَل ت‬
َّ ‫تَ ْعلَ ُمونَهُ ُم هَّللا ُ يَ ْعلَ ُمهُ ْم ۚ َو َما تُ ْنفِقُوا ِم ْن َش ْي ٍء فِي َسبِي ِل هَّللا ِ ي َُو‬
Dan siapkanlah untuk menghadapi mereka kekuatan apa saja yang kamu
sanggupi dan dari kuda-kuda yang ditambat untuk berperang (yang dengan
persiapan itu) kamu menggentarkan musuh Allah dan musuhmu dan orang orang
selain mereka yang kamu tidak mengetahuinya; sedang Allah mengetahuinya.
Apa saja yang kamu nafkahkan pada jalan Allah niscaya akan dibalasi dengan
cukup kepadamu dan kamu tidak akan dianiaya (dirugikan).
Pendapat ulama terdahulu (Shalafush Sholih) yang menguatkan tafsir politik
dalam Islam.
a. Imam Mawardi dalam bukunya al-Ahkam al Sulthoniyah yang menyebutkan
Politik Islam sebagai upaya untuk menjaga agama dan memelihara dunia.
b. Ibnu Qoyyim menyebutkan politik sebagai sebuah keadilan dari Allaah dan
Rasulullaah saw.
c. Imam Ghazali mengatakan “agama itu ibarat pilar/pokok dan kekuasaan
(politik) adalah penjaganya”. (ad-diinul ushul wa sulthonun harisun).
d. Ibnu Taimiyah dalam bukunya Assiyasah al-Syariyyah mengatakan
“mengendalikan urusan masyarakat adalah kewajiban”.

4. Obyek Kajian Sistem Politik Islam


Politik Islam (siyasah) ada 3 :
- Siasyah dauliyah (aturan hubungan internasional)
- Siasyah dusturiyah (hukum tata negara)
- Siasyah maaliyah (hukum yang mengatur pemasukan, pengelolaan, dan
pengeluaran negara)
Secara garis besar, obyek kajian dalam sistem politik Islam dapat dipetakan sebagai
berikut:
Beberapa hal yang berkaitan dengan Siyasah Dusturiyah antara lain:
• Persoalan imamah ( hak, kewajibannya)
• Persoalan rakyat (status, hak, dan kewajibannya)
• Persoalan baiat (sumpah setia)
• Persolan waliyyul ‘ahdi (pemimpin/khalifah)
• Persoalan perwakilan rakyat (Ahlul Halli Wal ‘Aqdi)
• Wizarah (kementrian) dan pembagiannya
Sedangkan dasar-dasar Siyasah Dauliyah antara lain:
• Mewujudkan kesatuan umat manusia
• Mewujudkan keadilan
• Menghargai persamaan
• Menghargai kehormatan manusia
• Mengembangkan toleransi
• Mewujudkan kerjasama kemanusiaan
• Menghargai kebebasan/kemerdekaan
• Mewujudkan perilaku moral yang baik
Siyasah Maliyah meliputi pembahasan:
• Prinsip-prinsip dalam kepemilikan harta
• Tanggung jawab sosial dalam masalah harta
• Zakat, infaq, shadaqah, waqaf.
• Khoroj (pajak bumi/tanah), jizyah (penggantian (kompensasi), ghanimah
(Perang), fai’ (Tanpa perang), ‘usyr ( bea impor)
• Aturan dalam eksploitasi sumberdaya alam
5. Kontribusi Umat Islam Dalam Perpolitikan Nasional
a. Prakemerdekaan
Perumusan landasan idiel dan landasan konstituil (Pancasila dan UUD 1945)
b. Awal kemerdekaan
Berdirinya partai berbasis umat Islam (NU, Parmusi, Perti, dan PSII)
c. Sekarang
Lahirnya undang-undang PA, wakaf, zakat, dan infrastruktur lembaga keuangan
syari’ah
Kontribusi Umat Islam Dalam Sistem Perpolitikan di Indonesia
• Didirikannya partai-partai politik yang berasas Islam, juga partai-partai
nasionalis yang berbasiskan umat Islam
• Sikap proaktifnya tokoh-tokoh politik Islam dan umat Islam terhadap
terwujudnya keutuhan NKRI, termasuk menerima pancasila sebagai azas dalam
kehidupan berbangsa dan bernegara.
• Islam di Indonesia telah membentuk budaya bernegara, ideologi tentang jihad,
dan kontrol sosial yang terarah dalam mewujudkan persatuan dan kesatuan.
• Tingginya partisipasi masyarakat Islam dalam event-event politik kenegaraan
(pemilu, pilkada, dll.)
Jika orang orang baik meninggalkan politik, maka politik akan di isi oleh orang orang
jahat.

Catatan :
Fatwah tentang jidah pada masa kini yaitu sikap kita terhadap Negara Prancis yang bisa
disebut dengan anti Islam, maka kita harus meninggalkan produk mereka dengan
memboikot produk dari negara tersebut atau minimal di hati kita, kita tidak suka dengan
hal tersebut.

Anda mungkin juga menyukai