Anda di halaman 1dari 234

LAPORAN TAHUNAN TAHUN 2018 EDISI 2019

1
LAPORAN TAHUNAN TAHUN 2018 EDISI 2019

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kita ucapkan kehadirat Allah SWT karena telah

selesainya penyusunan Laporan Tahunan Tahun 2018 edisi Tahun 2019 Dinas

Kesehatan Kota Padang ini. Dokumen ini memuat informasi Visi, Misi, Tupoksi,

indikator kinerja, capaian program dan kegiatan yang dilaksanakan Tahun 2018.

Laporan Tahunan Tahun 2018 Dinas Kesehatan Kota Padang ini masih

jauh dari sempurna, hal ini disebabkan adanya berbagai hambatan baik dari segi

data maupun sumber daya manusianya. Untuk itu kami mengharapkan tanggapan,

saran dan masukan dari berbagai pihak dalam penyempurnaannya di masa yang

akan datang.

Dengan segala kerendahan hati, kami menghaturkan rasa terima kasih

yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu dalam

penyusunan Laporan Tahunan Dinas Kesehatan Kota Padang Tahun 2018 ini.

Semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Padang, Juni 2019

dr. Ferimulyani Hamid, M.Biomed


NIP. 19670219 200212 2 001

i
LAPORAN TAHUNAN TAHUN 2018 EDISI 2019

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI ii
DAFTAR TABEL iv
DAFTAR GRAFIK vi
BAB I PENDAHULUAN 1
BAB II GAMBARAN UMUM 3
2.1 Geografi 3
2.2 Demografi 4
2.3 Sarana Dan Prasarana Pelayanan Kesehatan 4
BAB III VISI, MISI, TUJUAN, STRATEGI 6
3.1 Visi Dan Misi Pembangunan Kesehatan Kota Padang 6
3.2 Tujuan dan Sasaran 6
3.2 Strategi dan Kebijakan 7
BAB IV KEDUDUKAN, STRUKTUR ORGANISASI, TUGAS POKOK 10
DAN FUNGSI 10
4.1 Kedudukan 10
4.2 Struktur Organisasi 10
4.3 Tugas Pokok dan Fungsi 13
BAB V PROGRAM DAN INDIKATOR KESEHATAN 38
5.1 Program Kesehatan 38
5.2 Indikator Kesehatan 44
BAB VI PEMBIAYAAN PROGRAM KESEHATAN TAHUN 2018 45
6.1 Pembiayaan Bersumber APBD Kota Padang 45
6.2 Pembiayaan Bersumber Selain APBD Kota Padang 46
BAB VII PENCAPAIAN PROGRAM DAN KEGIATAN 47
7.1 Sekretariat 48
7.2 Bidang Kesehatan Masyarakat 53
7.3 Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit 116
7.4 Bidang Pelayanan Kesehatan 147
7.5 Bidang Sumber Daya Kesehatan 170

ii
LAPORAN TAHUNAN TAHUN 2018 EDISI 2019

BAB VIII MASALAH DAN UPAYA YANG DILAKUKAN 196


1.1 Sekretariat 196
1.2 Bidang Kesehatan Masyarakat 199
1.3 Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit 206
1.4 Bidang Pelayanan Kesehatan 213
BAB IX PENUTUP 224

iii
LAPORAN TAHUNAN TAHUN 2018 EDISI 2019

DAFTAR TABEL

Nomor
Judul Tabel Hal
Tabel
Tabel 3.1 Tujuan dan Sasaran Jangka Menengah Pelayanan 6
Anggaran Program Kesehatan Bersumber APBD Kota Padang
Tabel 6.1 45
Tahun 2018
Tabel 6.2 Sumber-sumber Lain Pembiayaan Kesehatan Tahun 2018 46
Tabel 7.1 Indikator Kinerja SPM Bidang Kesehatan Tahun 2018 47
Tabel 7.2 Capaian DDTK Menurut Puskesmas Tahun 2018 69
Jumlah Dan Jenis Tanaman Obat Keluarga Dinas Kesehatan Kota
Tabel 7.3 96
Padang Tahun 2018
Persentase Rumah Tangga Berperilaku Hidup Bersih dan Sehat
Tabel 7.4 97
Menurut Kecamatan dan Puskesmas Kota Padang Tahun 2018

Tabel 7.5 Pencapaian Indikator Kesehatan Kerja dan Olahraga Tahun 2018 114

Rekapitulasi Laporan Bulanan Kesehatan Pekerja Dinas Kesehatan


Tabel 7.6 115
Kota Padang Tahun 2018
Rekapitulasi Laporan Olahraga Dinas Kesehatan Kota Padang
Tabel 7.7 116
Tahun 2018
Tabel 7.8 Gambaran kasus DBD Kota Padang Tahun 2013-2017 135
Pelayanan Kesehatan Penderita Hipertensi Menurut Jenis Kelamin,
Tabel 7.9 142
Kecamatan Dan Puskesmas Kota Padang Tahun 2018
Pelayanan Kesehatan Penderita Diabetes Melitus (DM) Menurut
Tabel.7.10 144
Kecamatan Dan Puskesmas Kota Padang Tahun 2018
Tabel.7.11 Kasus Gangguan Jiwa di Puskesmas Tahun 2018 146
Data Kunjungan Rawat Jalan Puskesmas sekota Padang Tahun
Tabel 7.12 148
2018
10 Kunjungan Kasus Penyakit Terbanyak Berdasarkan Laporan e
Tabel 7.13 151
Puskesmas Tahun 2017 - 2018
Data Cakupan Program Perawatan Kesehatan Masyarakat
Tabel 7.14 153
Berdasarkan Indikator Penilaian Output Kegiatan Tahun 2018
Data Rekapan Proses Pemberian Izin Klinik, Optik dan
Tabel 7.15 Laboratorium Berdasarkan Berkas Permohonan Yang Diterima 155
Tahun 2018

iv
LAPORAN TAHUNAN TAHUN 2018 EDISI 2019

Tabel 7.16 Data Distribusi Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama Berdasarkan 155
Lokasi per Kecamatan di Kota Padang Tahun 2018
Pelayanan Kesehatan Tradisional Puskesmas Kota Padang Tahun
Tabel 7.17 158
2018
Tabel 7.18 Data Rumah Sakit Tahun 2018 161

Tabel 7.19 Status Akreditasi Puskesmas Tahun 2018 167

Tabel 7.20 Kegiatan Pendampingan Pasca Akreditasi Puskesmas Tahun 2018 168

Pelaporan Narkotika di Sarana Pelayanan Kefarmasian yang Telah


Tabel 7.21 171
Melakukan Registrasi Tahun 2018
Pelaporan Psikotropika di Sarana Pelayanan Kefarmasian yang
Tabel 7.22 172
Telah Melakukan Registrasi Tahun 2018
Pemakaian Obat Secara Rasional Pada Puskesmas di Kota Padang
Tabel 7.23 173
Tahun 2018

Tabel 7.24 Penerbitan Sertifikat Pangan Industri Rumah Tangga Tahun 2018 174
Jumlah Sertifikat Pangan Industri Rumah Tangga yang Masih
Tabel 7.25 175
Berlaku Sampai Tahun 2018

Tabel 7.26 Pembinaan dan Pengawasan PJAS Tahun 2018 175

Tabel 7.27 Kasus Kejadian Luar Biasa (KLB) Pangan Tahun 2018 176
Data Pegawai yang Sedang Melanjutkan Pendidikan di
Tabel 7.28 179
Lingkungan DKK Padang Sampai Tahun 2018
Tabel 7.29 Tenaga Kesehatan yang Mengikuti Program RPL Tahun 2018 181
Tabel 7.30 Jumlah Surat Izin Praktik yang diterbitkan Tahun 2018 182
188
Tabel 7.31 Jumlah Kepesertaan JKN Kota Padang Perbulan Tahun 2018
Jumlah Kunjungan dan Rujukan Peserta JKN Berdasarkan Jenis
Tabel 7.32 Kelamin Se Kota Padang tahun 2018 190

Kunjungan dan Rujukan Jaminan Kesehatan Nasional Masyarakat


Tabel 7.33 192
Miskin Sekota Padang Tahun 2018
Kunjungan Peserta Baru PBI APBD dan PBI APBN Puskesmas
Tabel 7.34 194
se-Kota Padan Tahun 2018
Realisasi Kegiatan Berdasarkan Pembiayaan Bersumber APBD
Tabel 7.35 195
dan DAK pada Dinas Kesehatan Kota Padang Tahun 2018

v
LAPORAN TAHUNAN TAHUN 2018 EDISI 2019

DAFTAR GRAFIK

Nomor
Grafik Judul Grafik Hal

Grafik 7.1 Cakupan Kunjungan Ibu Hamil K1 Tahun 2018 55


Grafik 7.2 Cakupan Kunjungan Ibu Hamil K4 Tahun 2018 56
Cakupan Kunjungan Ibu Hamil K1 dan K4 Kota Padang Tahun
Grafik 7.3 57
2014 - 2018
Capaian Deteksi Ibu Hamil Resiko Tinggi Oleh Tenaga Kesehatan
Grafik 7.4 57
Tahun 2018
Cakupan Persalinan oleh Tenaga Kesehatan di Kota Padang Tahun
Grafik 7.5 58
2018
Grafik 7.6 Cakupan Kunjungan Nifas Kota Padang Tahun 2014 – 2018 59

Grafik 7.7 Cakupan Peserta KB Aktif dan KB Baru Kota Padang Tahun 2018 61

Grafik 7.8 Capaian KB Pasca Persalinan Menurut Puskesmas Tahun 2018 62


Capaian Kunjungan Neonatal Pertama menurut Puskesmas Tahun
Grafik 7.9 64
2018
Capaian Kunjungan Neonatal Lengkap menurut Puskesmas Tahun
Grafik 7.10 64
2018
Capaian Kunjungan Neonatus Komplikasi Di Kota Padang Tahun
Grafik 7.11 65
2014 – 2018
Grafik.7.12 Cakupan Pelayanan Kesehatan Bayi di Kota Padang Tahun 2018 67

Grafik 7.13 Cakupan Kunjungan Balita Menurut Puskesmas Tahun 2018 68

Grafik 7.14 Cakupan Pelaksanaan MTBS pada Balita Sakit Tahun 2018 70

Grafik 7.15 Data Kasus Kematian Ibu di Kota Padang Tahun 2014 - 2018 72
Grafik 7.16 Data Kasus Kematian Balita di Kota Padang Tahun 2014-2018 74

Grafik 7.17 Cakupan Hasil Penjaringan Kesehatan Anak Sekolah Tahun 2018 76
Capaian Pelayanan Kesehatan Lansia Menurut Puskesmas Tahun
Grafik 7.18 79
2018
Grafik 7.19 Jumlah Kasus Gizi Buruk di Kota Padang Tahun 2018 80
Cakupan Indikator SKDN Kota Padang (D/S, N/D dan BGM/D
Grafik 7.20 81
tahun 2014 – 2018)

vi
LAPORAN TAHUNAN TAHUN 2018 EDISI 2019

Cakupan Pemberian ASI Ekslusif 0-6 Bulan Menurut Puskesmas


Grafik 7.21 83
Tahun 2018
Grafik 7.22 Cakupan Garam Beryodium di Kota Padang Tahun 2018 84
Grafik 7.23 Distribusi Tablet Tambah Darah pada Ibu Hamil Tahun 2018 85
Capaian Pemberian Vit. A Ibu Nifas Menurut Puskesmas Tahun
Grafik 7.24 86
2018
Ibu Hamil KEK yang Mendapat Makanan Tambahan Pada
Grafik 7.25 88
Puskesmas di Kota Padang Tahun 2018
Balita Bawah Garis Merah pada Puskesmas di Kota Padang Tahun
Grafik 7.26 89
2018
Distribusi Vitamin A pada Balita 6-59 Bulan pada Puskesmas di
Grafik 7.27 90
Kota Padang Tahun 2018
Persentase Bayi Lahir Dengan Berat Badan Lahir Rendah pada
Grafik 7.28 91
Puskesmas di Kota Padang Tahun 2018
Persentase Bayi Baru Lahir Mendapatkan IMD pada Puskesmas di
Grafik 7.29 92
Kota Padang Tahun 2018
Cakupan Ibu Hamil Anemia pada Puskesmas di Kota Padang Tahun
Grafik 7.30 93
2018
Persentase TTU Kota Padang Tahun 2018 yang Memenuhi Syarat
Grafik 7.31 100
Kesehatan
Persentase TPM yang Memenuhi Syarat Kesehatan Di Kota Padang
Grafik 7.32 102
Tahun 2018
Persentase Penduduk yang Mengakses Air Minum Berkualitas Di
Grafik 7.33 104
Kota Padang Tahun 2018

Persentase Sarana Air Minum yang Memenuhi Syarat Kesehatan di


Grafik 7.34 105
Kota Padang Tahun 2018
Persentase Kualitas Air Minum yang memenuhi Syarat di Kota
Grafik 7.35 105
Padang Tahun 2018
Jumlah Depot Air Minum Memenuhi Syarat di Kota Padang Tahun
Grafik 7.36 106
2018
Persentase Masyarakat yang Akses Jamban Sehat di Kota Padang
Grafik 7.37 108
Tahun 2018
Persentase Rumah yang Memenuhi Syarat di Kota Padang Tahun
Grafik 7.38 109
2018
Persentase Saluran Pembuangan Air Limbah (SPAL) yang
Grafik 7.39 110
Memenuhi Syarat Per Puskesmas Tahun 2018

vii
LAPORAN TAHUNAN TAHUN 2018 EDISI 2019

Persentase Pengelolaan Sampah Rumah Tangga yang Memenuhi


Grafik 7.40 111
Syarat Per Puskesmas Tahun 2018
Grafik 7.41 Trend Penemuan Kasus AFP Kota Padang Tahun 2014 - 2018 118

Grafik 7.42 Persentase Cakupan Iminisasi HB 0 di Kota Padang Tahun 2018 122

Grafik 7.43 Pencapaian Imunisasi BCG Per Puskesmas Tahun 2018 123
Persentase Pencapaian Polio 1 Puskesmas Se-Kota Padang Tahun
Grafik 7.44 123
2018
Persentase Capaian Imunisasi Polio 4 Puskesmas Kota Padang
Grafik 7.45 124
Tahun 2018
Grafik 7.46 Persentase DPT/HB-Hib 1 Puskesmas Se-Kota Padang Tahun 2018 124
Pencapaian Imunisasi Campak/MR Per Puskesmas Kota Padang
Grafik 7.47 125
Tahun 2018
Grafik 7.48 Pencapaian Imunisasi Dasar Lengkap (IDL) Puskesmas Tahun 2018 126
Pencapaian Imunisasi TT2+ Pada Ibu Hamil Di Kota Padang Tahun
Grafik 7.49 128
2018
Grafik 7.50 Gambaran Kasus TB Kota Padang tahun 2013-2017 132
Grafik 7.51 Gambaran Kasus HIV AIDS Kota Padang Tahun 2013-2017 134
Grafik 7.52 Jumlah ODHA Yang Akses dan Patuh ARV Tahun 2018 135
Perbandingan Kasus Gigitan HPR dan yang Mendapat VAR Kota
Grafik 7.53 137
Padang Tahun 2013 s/d Tahun 2017
Grafik 7.54 Capaian Pneumoni Balita di Kota Padang Tahun 2018 138

Grafik 7.55 Visit Rate Puskesmas Se Kota Padang tahun 2018 149

Grafik 7.56 BTO pada Puskesmas Rawat Inap di Kota Padang Tahun 2018 150

Grafik 7.57 BOR Rumah Sakit Umum Tahun 2018 164


Grafik 7.58 BOR RSIA Tahun 2018 164
Grafik 7.59 AVLOS Rumah Sakit Umum se Kota Padang 165
Grafik 7.60 AVLOS RSIA se Kota Padang Tahun 2018 165

Grafik 7.61 Pemakaian Obat Narkotika Terbanyak Tahun 2018 172

Grafik 7.62 Pemakaian Obat Psikotropika Terbanyak Tahun 2018 173


Jumlah Kepesertaan Jaminan Kesehatan Nasional Dinas Kesehatan
Grafik 7.63 189
Kota Padang Tahun 2018
Kunjungan Peserta JKN Per Puskesmas Di Kota Padang Tahun
Grafik 7.64 191
2018

viii
LAPORAN TAHUNAN TAHUN 2018 EDISI 2019

Rujukan Peserta JKN Per Puskesmas Dinas Kesehatan Kota Padang


Grafik 7.65 191
tahun 2018
Sepuluh Penyakit Terbanyak Kunjungan Peserta JKN Puskesmas se
Grafik 7.66 193
Kota Padang Tahun 2018
Sepuluh Penyakit Terbanyak Rujukan Peserta JKN Puskesmas se-
Grafik 7.67 193
Kota Padang Tahun 2018

ix
LAPORAN TAHUNAN TAHUN 2018 EDISI 2019

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 mempunyai tujuan pembangunan
salah satunya adalah upaya pembangunan yang berkesinambungan yang
merupakan suatu rangkaian pembangunan yang menyeluruh terarah dan terpadu,
termasuk di antaranya pembangunan kesehatan (Depkes RI, 2009)
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009 tentang
Kesehatan menyatakan bahwa derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-
tingginya dicapai melalui penyelenggaraan pembangunan kesehatan.
Pembangunan kesehatan diarahkan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan
kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujudnya peningkatan derajat
kesehatan masyarakat yang setinggi tingginya.
Komitmen pemerintah untuk memenuhi hak atas kesehatan dan mencapai
sasaran MDGs yang dilanjutkan dengan SDGs telah diintegrasikan di dalam
Rencana Pembangunan Jangka Panjang (RPJP) 2005-2025 yang dijabarkan dalam
RPJMN 2015 – 2019. Sasaran pokok RPJMN 2015-2019 adalah: (1)
meningkatnya status kesehatan dan gizi ibu dan anak; (2) meningkatnya
pengendalian penyakit; (3) meningkatnya akses dan mutu pelayanan kesehatan
dasar dan rujukan terutama di daerah terpencil, tertinggal dan perbatasan; (4)
meningkatnya cakupan pelayanan kesehatan universal melalui Kartu Indonesia
Sehat dan kualitas pengelolaan SJSN Kesehatan, (5) terpenuhinya kebutuhan
tenaga kesehatan, obat dan vaksin; serta (6) meningkatkan responsivitas sistem
kesehatan.
Salah satu alat transformasi data yang dimiliki oleh Dinas Kesehatan Kota
Padang adalah laporan tahunan, yang berisi data tahunan dari hasil pembangunan
kesehatan. Laporan Tahunan ini menampilkan capaian pelaksanaan Pembangunan
bidang Kesehatan dalam rangka menjawab Visi Pembangunan Kesehatan Kota
Padang yakni “Mewujudkan Masyarakat Kota Padang Sehat Tahun 2019”.
Pembangunan kesehatan dilaksanakan melalui peningkatan penyediaan obat

1
LAPORAN TAHUNAN TAHUN 2018 EDISI 2019

dan perbekalan, upaya kesehatan masyarakat, pengawasan obat dan


makanan, promosi kesehatan dan pemberdayaan masyarakat, perbaikan gizi
masyarakat, pengembangan lingkungan sehat, pencegahan dan penanggulangan
penyakit menular, standarisasi pelayanan kesehatan, pengadaan peningkatan dan
perbaikan sarana dan prasarana puskesmas/puskesmas pembantu dan jaringannya,
kemitraan peningkatan pelayanan kesehatan, peningkatan pelayanan kesehatan
anak balita, peningkatan pelayanan kesehatan lansia, peningkatan keselamatan
ibu melahirkan dan anak, peningkatan pelayanan kesehatan anak sekolah dan
asuransi kesehatan.
Keberhasilan pelaksanaan pembangunan kesehatan sangat dipengaruhi oleh
pendekatan, kebijakan, dan strategi program yang tepat serta sasaran yang jelas.
Agar sumber daya yang ada dapat dimanfaatkan secara efektif dan efisien, maka
upaya-upaya pembangunan kesehatan diselenggarakan secara terintegrasi sejak
dari perencanaan sampai ke pelaksanaan, pemantauan dan evaluasinya. Upaya
yang diakukan tersebut dengan memperhatikan dinamika kependudukan,
epidemiologi penyakit, perubahan ekologi dan lingkungan, kemajuan ilmu
pengetahuan dan teknologi (iptek) serta kerjasama lintas sektoral.

1.2 MAKSUD DAN TUJUAN


Laporan Tahunan disusun untuk memberikan gambaran dan informasi
tentang hasil pembangunan kesehatan yang telah dicapai oleh Pemerintah Kota
Padang khususnya Dinas Kesehatan Kota Padang selama tahun 2018. Laporan
tahunan Dinas Kesehatan ini di susun dari data-data laporan kegiatan yang didapat
dari masing-masing bidang dan bagian yang ada di Dinas Kesehatan Kota
Padang.

2
LAPORAN TAHUNAN TAHUN 2018 EDISI 2019

BAB II
GAMBARAN UMUM

2.1 Geografi
Kota Padang memiliki luas keseluruhan 695,10 Km2, secara geografis
terletak pada bagian pantai Barat Sumatera pada posisi 000 44 „ 00„‟- 01‟08” 35”
Lintang Selatan dan 1000 05‟ 05” – 100‟ 34‟ 09” Bujur Timur.. Secara geogafis
Kota Padang merupakan perpaduan dataran rendah dan perbukitan serta aliran
sungai dan pulau – pulau, dengan uraian 21 buah sungai (5 sungai besar dan 21
sungai kecil) dengan sungai terpanjang yaitu batang kandis sepanjang 20 km.
Terdapat 19 buah pulau yang tersebar di beberapa kecamatan dengan pemanfaatan
lahan produktif 180 km2 sedangkan panjang pantai 68.126 Km.
Tingkat curah hujan Kota Padang selama tahun 2016 mencapai rata -rata
421,17 mm per bulan dengan rata-rata hari hujan 23 hari. Sementara itu temperatur
Kota Padang cukup rendah bila di bandingkan tahun sebelumnya yaitu antara 23,1oC –
31,8 oC dengan kelembaban berkisar antara 71 – 97 persen (PDA, 2018).
Wilayah Kota Padang memiliki ketinggian yang bervariasi menurut
kecamatannya, yaitu antara 0 – 1853 m di atas permukaan laut dengan daerah tertinggi
adalah Kecamatan Lubuk Kilangan. Kecamatan Bungus Teluk Kabung merupakan
wilayah yang paling luas yaitu 100,80 km2, diikuti dengan Kecamatan Koto
Tangah, Kecamatan Pauh, dan Kecamatan Lubuk Kilangan. Sedangkan
Kecamatan Padang Barat dengan luas wilayahnya yang relative kecil.
Kota Padang Secara administrasi terdiri dari 11 Kecamatan dan memiliki
104 kelurahan, sedangkan kecamatan yang memiliki paling banyak kelurahan
adalah Kecamatan Lubuk Begalung yaitu 15 Kelurahan. Batas Kota Padang di
sebelah utara berbatas dengan Kabupaten Padang Pariaman, sebelah Selatan
berbatas dengan Kabupaten Pesisir Selatan, sebelah timur berbatas dengan
Kabupaten Solok, sebelah barat berbatas dengan Samudra Indonesia (BPS Kota
Padang, 2018).

3
LAPORAN TAHUNAN TAHUN 2018 EDISI 2019

2.2 Demografi
Proyeksi penduduk Indonesia yang dilakukan oleh BPS untuk tahun 2010-
2035, berdasarkan hal tersebut kemudian diolah oleh Pusdatin Kemenkes RI dan
DKK Kota Padang maka jumlah penduduk Kota Padang pada tahun 2018
sebanyak 939.112 jiwa yang terdiri dari 469.737 jiwa laki-laki dan 469.375 jiwa
perempuan. Kecamatan Koto Tangah merupakan Kecamatan yang memiliki
penduduk terbanyak yaitu 184.178 jiwa dan Kecamatan Bungus memiliki
penduduk yang paling sedikit yaitu 25.828 jiwa.
Menurut PDA 2018 Kecamatan Padang Timur adalah daerah yang paling
tinggi kepadatan penduduknya yaitu 9.751/km2 dan daerah terendah tingkat
kepadatan penduduknya adalah Bungus Teluk Kabung yaitu 247/ km2.

2.3 Sarana dan Prasarana Pelayanan Kesehatan


Pembangunan kesehatan diarahkan untuk meningkatkan kualitas dan
pemerataan jangkauan pelayanan kesehatan. Dalam upaya mencapai tujuan
tersebut penyediaan sarana dan prasarana kesehatan yang bermutu merupakan hal
yang penting.
2.3.1 Sarana Kesehatan
2.3.1.1 Puskesmas
Fasilitas pelayanan yang tersedia di kota Padang saat ini, secara umum
sudah memenuhi kebutuhan pelayanan kesehatan masyarakat. Pada tingkat
pelayanan dasar, saat ini terdapat 23 unit Puskesmas yang terletak pada 11
Kecamatan di Kota Padang. Diantara 23 unit Puskesmas tersebut terdapat
diantaranya 7 unit Puskesmas rawatan dan 16 Puskesmas non rawatan.
2.3.1.2 Puskesmas Pembantu
Puskesmas Pembantu didirikan untuk meningkatkan aksesibilitas pelayanan
kesehatan sampai ke daerah yang sulit dijangkau dan juga memenuhi tuntutan dan
kebutuhan masyarakat akan pelayanan kesehatan sehingga masyarakat
mendapatkan pelayanan. Total Puskesmas Pembantu yang ada pada tahun 2018
adalah 61 buah.
2.3.1.3 Poskeskel

4
LAPORAN TAHUNAN TAHUN 2018 EDISI 2019

Jumlah Poskeskel tahun 2018 berjumlah 82 buah, tetapi yang memiliki


bangunan sampai tahun 2018 adalah sebanyak 27 buah. Poskeskel yang belum
mempunyai bangunan dan yang telah mempunyai bangunan beroperasi dan
menyebar pada Kelurahan di Kota Padang. Poskeskel yang telah mempunyai
bangunan dibangun dengan dana APBD, Swadaya masyarakat dan PNPM
mandiri, sedangkan Poskeskel yang belum ada bangunannya untuk sementara
beroperasi pada pustu atau kantor lurah yang ada di Kota Padang.
2.3.1.4 Puskesmas Keliling
Sarana transportasi pendukung pelayanan Puskesmas antara lain Puskesmas
keliling (kendaraan roda 4) hingga tahun 2018 berjumlah 27 unit. Artinya setiap
Puskesmas sudah didukung fasilitas Puskesmas keliling roda 4.
2.3.1.5 Sarana dan prasaran lain
a. Rumah Sakit Umum : 14 buah.
b. Rumah Sakit Khusus : 13 buah
c. Balai Pengobatan/ Klinik : 124 buah
d. Praktek Dokter Perorangan : 131 buah (Memiliki SIP)
e. Praktek Dokter Gigi Perorangan : 141 buah
f. Posyandu Aktif : 729 buah
g. Apotek : 227 buah
h. Toko Obat : 24 buah
i. IFK : 1 buah
2.3.1.6 Tenaga Kesehatan
Jumlah tenaga di lingkungan Dinas Kesehatan Kota Padang pada tahun
2018 adalah 1.236 orang yang terdiri dari 1.103 orang PNS, tenaga kontrak /honor
Pemko 25 orang, tenaga PTT 34 orang dan tenaga volunter sebanyak 74 orang.

5
LAPORAN TAHUNAN TAHUN 2018 EDISI 2019

BAB III
VISI, MISI, TUJUAN, STRATEGI

3.1 Visi dan Misi Pembangunan Kesehatan Kota Padang


Visi Pembangunan Kesehatan Kota Padang yakni ” Mewujudkan
Masyarakat Kota Padang Sehat 2019 ” yang mengacu pada RPJK-K Tahun
2005-2025 dan RPJMD Kota Padang Tahun 2014-2019, dengan misi
”Melindungi kesehatan masyarakat dengan menjamin tersedianya upaya
kesehatan yang paripurna”

3.2 Tujuan dan Sasaran


Tujuan yang akan dicapai oleh Dinas Kesehatan adalah meningkatnya
derajat kesehatan masyarakat dengan indikator “Angka Harapan Hidup”.
Untuk memberikan arah dan tolok ukur yang jelas dari tujuan yang telah
dirumuskan, serta agar dapat menggambarkan secara spesifik hasil yang akan
dicapai, maka tiap tujuan tersebut ditetapkan sasarannya, dapat dilihat pada tabel
berikut :
Tabel 3.1
Tujuan dan Sasaran Jangka Menengah Pelayanan
Indikator Indokator Target
No Tujuan Sasaran Satuan
Tujuan Sasaran 2015 2016 2017 2018 2019
1 Meningkatnya Angka
derajat kesehatan Harapan Th 73,19 73,19 73,19 73,19 73,19
masyarakat Hidup
Persentase
1. Menurunkan kasus
kematian ibu saat % 0,10 0,10 0,10
kematian ibu
melahirkan
2. Menurunkan angka
Incident rate % 80 75 70
kesakitan
3. Menurunkan kasus Persentase kasus
% 6,50 6,40 6,30
kematian bayi kematian bayi
4. Meningkatnya
Org/hr
layanan kesehatan Visite rate 2,5 2,8 2,8
/pusk
pada masyarakat
5. Pemenuhan obat Persentase
dan perbekalan ketersediaan obat % 91 92 93
kesehatan di Puskesmas
6. Meningkatnya
akuntabilitas Nilai LAKIP
Skor Baik Baik Baik
keuangan dan DKK Padang
kinerja

6
LAPORAN TAHUNAN TAHUN 2018 EDISI 2019

3.2 Strategi dan Kebijakan


3.3.1 Strategi
Tujuan dan sasaran akan terlaksana jika didukung oleh sasaran dan
kebijakan yang tepat. Dinas Kesehatan sebagai unit kerja Pemerintah Kota
Padang memiliki strategi pembangunan kesehatan dengan mengoptimalkan
kekuatan yang dimiliki dan memanfaatkan peluang- peluang yang ada, mengatasi
berbagai kelemahan dan meminimalkan faktor-faktor yang mengancam, Strategi
tersebut antara lain :
a. Penurunan ibu hamil resiko tinggi
b. Persalinan dengan tenaga kesehatan
c. Penurunan ibu hamil KEK
d. Peningkatan Pencegahan penyebaran penyakit menular yang tepat waktu
e. Penurunan kasus penyakit tidak menular
f. Peningkatan cakupan sanitasi dasar masyarakat yang mandiri
g. Penurunan penyakit infeksi pada bayi
h. Meningkatnya Deteksi Dini Tumbuh Kembang (DDTK) Balita
i. Peningkatan layanan kunjungan ke kelompok masyarakat
j. Meningkatnya Kepuasan Masyarakat Kota Padang
k. Peningkatan kualitas Fasilitas Kesehatan Dasar dan rujukan sesuai
standar
l. Keamanan Obat dan Pangan dikonsumsi masyarakat aman
m. Kebutuhan Obat dan perbekalan kesehatan sesuai standar
n. Kompetensi SDMK di DKK Padang
o. Meningkatkan kapasitas lembaga DKK
p. Meningkatnya kualitas kinerja DKK Padang

3.3.2 Kebijakan
Untuk melaksanakan strategi tersebut diperlukan arah kebijakan
pembangunan yang meliputi :
a. Meningkatnya kunjungan pertama bumil
b. Konsumsi tablet Fe pada ibu hamil

7
LAPORAN TAHUNAN TAHUN 2018 EDISI 2019

c. Peningkatan Kemampuan tenaga bidan dalam menolong persalinan


d. Meningkatnya Audit Maternal Perinatal
e. Meningkatnya asupan gizi dengan PMT pada ibu hamil KEK
f. Rendahnya pengetahuan ibu hamil
g. Penyelidikan Epidemiologi yang tepat waktu
h. Meningkatnya cakupan imunisasi
i. Pelacakan kasus penyakit menular
j. Cakupan pelayanan Penyakit Tidak Menular
k. Menurunnya Perilaku merokok
l. Meningkatnya perilaku sanitasi masyarakat
m. Meningkatnya akses air bersih
n. Meningkatnya manajemen terpadu balita sakit
o. Meningkatnya ASI Ekslusif
p. Ditemukan secara dini penyimpangan tumbuh kembang balita
q. Pelayanan neonatal lengkap
r. Meningkatnya layanan kesehatan kesehatan anak sekolah
s. Meningkatnya Posyandu lansia aktif
t. Meningkatnya layanan kesehatan peserta jaminan kesehatan
u. Meningkatanya kesehatan kerja pada kelompok pekerja
v. Berkurangannya pengaduan masyarakat terhadap pelayanan kesehatan
w. Meningkatkan kunjungan Puskesmas
x. Meningkatnya cakupan pendampingan Puskesmas
y. Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama
z. Fasiltas Pelayanan Kesehatan Rujukan yang ada izin
aa. Menurunnya kasus keracunan obat dan makanan
bb. Meningkatnya jumlah Pangan Industri Rumah Tangga yang memenuhi
syarat
cc. Penggunaan obat rasional
dd. Meningkatnya SDMK sesuai kompetensi
ee. Meningkatnya ketersedian sarana dan prasarana
ff. Meningkatnya layanan administrasi perkantoran

8
LAPORAN TAHUNAN TAHUN 2018 EDISI 2019

gg. Meningkatan ASN dalam pembuatan SKP yang tepat waktu


hh. Meningkatan ketersedian dokumen perencanaan dan data kesehatan yang
tepat waktu
ii. Meningkatnya pertanggungjawaban keuangan yang akuntabel
jj. Meningkatnya persentase Barang Milik Daerah yang jelas
kepemilikannya
kk. Meningkatnya Barang Milik Daerah yang terpelihara dengan baik
ll. Meningkatnya penegendalian internal

9
LAPORAN TAHUNAN TAHUN 2018 EDISI 2019

BAB IV
KEDUDUKAN, STRUKTUR ORGANISASI, TUGAS POKOK
DAN FUNGSI

4.1 Kedudukan
Sesuai dengan Peraturan Daerah Kota Padang Nomor 6 tahun 2016 tentang
Pembentukan dan Susunan Perangkat Daerah Kota Padang. Dalam Pembentukan
Organisasi dan Tata Kerja Dinas Daerah, Dinas Kesehatan merupakan Dinas
Daerah yang dikepalai oleh seorang kepala Dinas.
4.2 Struktur Organisasi
Berdasarkan Perwako Padang Nomor 67 Tahun 2016, susunan organisasi
dinas terdiri atas :
1. Kepala Dinas
2. Sekretaris, teridiri atas :
a. Sub bagian umum
b. Sub bagian keuangan
c. Sub bagian program
3. Bidang kesehatan masyarakat, terdiri dari :
a. Seksi kesehatan keluarga dan gizi
b. Seksi promosi kesehatan dan pemberdayaan masyarakat
c. Seksi kesehatan lingkungan, kesehatan kerja dan olahraga
4. Bidang pencegahan dan pengendalian penyakit, terdiri dari :
a. Seksi surveilan dan imunisasi
b. Seksi pencegahan dan pengendalian penyakit tidak menular
c. Seksi pencegahan dan pengendalian penyakit tidak menular, kesehatan
jiwa, narkotika, psikosomatik dan zat aditif
5. Bidang pelayanan kesehatan, terdiri dari :
a. Seksi pelayanan kesehatan primer dan tradisional
b. Seksi pelayanan kesehatan rujukan
c. Seksi fasilitas pelayanan kesehatan dan peningkatan mutu
6. Bidang sumber daya kesehatan, terdiri dari :
a. Seksi kefarmasian

10
LAPORAN TAHUNAN TAHUN 2018 EDISI 2019

b. Seksi alat kesehatan dan sarana prasarana kesehatan


c. Seksi sumber daya manusia kesehatan dan jaminan kesehatan
8. Unit pelaksana teknis dinas; dan
9. Kelompok jabatan fungsional

11
LAPORAN TAHUNAN TAHUN 2018 EDISI 2019

STRUKTUR ORGANISASI DINAS KESEHATAN KOTA PADANG


(Berdasarkan Perda Kota Padang Nomor 6 Tahun 2016)
KEPALA DINAS KESEHATAN KOTA

SEKRETARIAT

Kepala Sub Bagian Kepala Sub Bagian Kepala Sub Bagian


Program Keuangan Umum

KEPALA BIDANG KEPALA BIDANG KEPALA BIDANG KEPALA BIDANG


PENCEGAHAN DAN
KESEHATAN MASYARAKAT PENGENDALIAN PENYAKIT PELAYANAN KESEHATAN SUMBER DAYA KESEHATAN

Kepala Seksi Kepala Seksi Kepala Seksi Kepala Seksi


Kesehatan Keluarga dan Gizi Surveilan dan Imunisasi Pelayanan Kesehatan Primer Kefarmasian
dan Tradisional
Kepala Seksi Kepala Seksi
Promosi Kesehatan dan Pencegahan dan Pengendalian Kepala Seksi Kepala Seksi
Pemberdayaan Penyakit Menular
Masyarakat
Pelayanan Kesehatan
Rujukan Sarana & Alat Kesehatan

Kepala Seksi Kepala Seksi


Pencegahan & Pengendalian Kepala Seksi Kepala Seksi
Kesehatan Lingkungan, Penyakit Tidak Menular,
Kesehatan Kerja dan Olah Fasilitas Pelayanan Kesehatan Sumber Daya Manusia Kesehatan
Kesehatan Jiwa dan NAFZA 12
Raga & Peningkatan Mutu & Jaminan Kesehatan
Kesehatan

Unit Pelaksana Teknis (UPT)


BLUD Puskesmas, Puskesmas & Instalasi Farmasi
LAPORAN TAHUNAN TAHUN 2018 EDISI 2019

4.3 Tugas Pokok dan Fungsi


Sesuai dengan Peraturan Walikota Padang Nomor 67 Tahun 2016 tentang
Penjabaran Tugas Pokok dan Fungsi Dinas Kesehatan, maka tugas pokok dan
fungsi struktur organisasi Dinas Kesehatan sebagai berikut :
4.3.1 Kepala Dinas
Kepala Dinas mempunyai tugas membantu Walikota melaksanakan urusan
pemerintahan bidang kesehatan dan tugas perbantuan yang diberikan kepala
daerah.
Untuk menyelenggarakan tugas, Kepala Dinas mempunyai fungsi :
a. Menetapkan kebijakan operasional di bidang kesehatan masyarakat,
pencegahan dan pengendalian penyakit, pelayanan kesehatan, sarana
prasarana kesehatan, kefarmasian, alat kesehatan, dan sumberdaya
kesehatan
b. Menyelenggarakan kebijakan operasional di bidang kesehatan masyarakat,
pencegahan dan pengendalian penyakit, pelayanan kesehatan, sarana
prasarana kesehatan, kefarmasian, alat kesehatan, dan sumberdaya
kesehatan
c. Menyelenggarakan monitoring dan evaluasi, pelaporan di bidang kesehatan
masyarakat, pencegahan dan pengendalian penyakit, pelayanan kesehatan,
sarana prasarana kesehatan, kefarmasian, alat kesehatan, dan sumberdaya
kesehatan
d. Menyelenggarakan dukungan substantive kepada seluruh unsure organisasi
di lingkungan dinas
e. Pengguna anggaran dinas
f. Pengguna barang dinas
g. Melaksanakan tugas kedinasan lain yang diberikan oleh atasan sesuai
dengan tugas dan fungsinya.
4.3.2 Sekretariat
Sekretariat dipimpin oleh Sekretaris yang dalam melaksanakan tugasnya
berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Dinas. Sekretariat
mempunyai tugas melaksanakan koordinasi pelaksanaan tugas, pembinaan dan

13
LAPORAN TAHUNAN TAHUN 2018 EDISI 2019

pemberian dukungan administrasi kepada seluruh unit organisasi di lingkungan


dinas
Untuk menyelenggarakan tugas, Sekretarus mempunyai fungsi :
a. Melaksanakan koordinasi perumusan kegiatan dinas
b. Melaksanakan koordinasi dan penyusunan rencana, program dan anggaran
dinas
c. Melaksanakan pembinaan dan pemberian dukungan administrasi yang
meliputi ketatausahaan, kepegawaian, keuangan dan aset, kerumahtanggaan,
kerja sama, hubungan masyarakat, arsip dan dokumentasi dinas;
d. Melaksanakan pembinaan dan penataan organisasi dan tatalaksana
e. Melaksanakan kkordinas dan perumusan penyusunan peraturan serta
pelaksanaan advokasi
f. Melaksanakan pengelolaan barang milik negara atau daerah
g. Mengelola layanan informasi dan dokumentasi publik
h. Mengelola layanan pengaduan masyarakat
i. Melaksanakan tugas kedinasan lain yang diberikan oleh atasan sesuai
dengan tugas dan fungsinya.
4.3.2.1 Sub Bagian Umum
Sub Bagian Umum dipimpin oleh seorang Kepala Sub Bagian yang dalam
melaksanakan tugasnya berada di bawah dan bertanggung jawab kepada
Sekretaris.
Sub Bagian Umum mempunyai tugas membantu Sekretaris dalam
melaksanakan penyiapan dan penyusunan peraturan dan pelaksanaan advokasi,
pengelolaan urusan umum, kepegawaian, ketatausahaan, kerumahtanggaan, arsip,
dokumentasi, monitoring, evaluasi dan pelaporan.
Penjabaran tugas Sub Bagian Umum adalah :
a. Menyusun rencana kegiatan berdasarkan ketentuan peraturan perundang-
undangan
b. Menghimpun dan mempelajari peratruan perundang-undangan, kebijakan
teknis, pedoman, serta bahan lain yang berhubungan dengan urusan umum
dan kepegawaian

14
LAPORAN TAHUNAN TAHUN 2018 EDISI 2019

c. Melakukan penyiapan konsep dan tata naskah dinas di bidang administrasi


perkantoran dan kepegawaian berdasarkan ketentuan peraturan perundang-
undangan dan kebijakan yang ditetapkan atasan
d. Melakukan penyiapan konsep dan tata naskah dinas di bidang administrasi
perkantoran dan kepegawaian berdasarkan ketentuan peraturan perundang-
undangan dan kebijakan yang ditetapkan atasan
e. Melakukan pengadaan kebutuhan peralatan atau perlengkapan kantor
f. Melakukan pengumpulan, mengolah data dan informasi, menginventarisasi
permasalahan serta melaksanakan pemecahan masalah yang berhubungan
dengan urusan umum dan kepegawaian
g. Melakukan pemeliharaan dan perawatan ruang kerja, ruang rapat, ruang
pertemuan, sarana dan prasarana kantor dan barang habis pakai
h. Melakukan pengurusan perjalanan dinas, kendaraan dinas, keamanan kantor,
serta pelayanan kerumahan tanggaan lainnya
i. Melakukan fasilitasi dan pelaksanaan penyusunan analisis jabatan, peta
jabatan, analisis beban kerja dan evaluasi jabatan
j. Mengerjakan perencanaan dan melaksanakan serta memfasilitasi pelatihan
yang terkait dengan fungsional kesehatan untuk mencapai persyaratan
kompetensi teknis yang diperlukan dalam pelaksanaan tugas tenaga
kesehatan sesuai persyaratan kompetensi, jenis dan jenjang jabatan
fungsional masing-masing
k. melakukan kerjasama dengan lintas program dan lintas sektor dalam
menganalisajabatan serta kebutuhan sumber daya tenaga kesehatan;
l. melakukan pengelolaan administrasi kepegawaian, membuat daftar urut
pegawai;
m. melakukan koordinasi dan melaporkan kehadiran pegawai;
n. menyusun penerbitan surat keputusan dalam jabatan fungsional dan
mengurus urusan kepegawaian pada jabatan tersebut;
o. mengerjakan fasilitasi usulan pengangkatan, kesejahteraan pegawai,
pemberian penghargaan, pemberian sanksi dan atau hukuman, dan
pelatihan penjenjangan pegawai;

15
LAPORAN TAHUNAN TAHUN 2018 EDISI 2019

p. memproses keperluan dan kebutuhan administrasi kepegawaian dalam hal


penataan kinerja pegawai serta pengurusan administrasi angka kredit dan
pelayanan lainya;
q. menyusun laporan hasil pelaksanaan tugas staf sub bagian umum dan
kepegawaian pada atasan; dan
r. melaksanakan tugas kedinasan lain yang diberikan oleh atasan sesuai
dengan tugas dan fungsinya.
4.3.2.2 Sub Bagian Keuangan
Sub Bagian Keuangan dipimpin oleh seorang Kepala Sub Bagian yang
dalam melaksanakan tugasnya berada di bawah dan bertanggung jawab kepada
Sekretaris.
Sub Bagian Keuangan mempunyai tugas membantu Sekretaris dalam
melaksanakan pengelolaan urusan keuangan dan barang milik negara dan
daerah, pemantauan, evaluasi, dan pelaporan.
Penjabaran tugas Suba Bagian Keuangan adalah :
a. menyusun dan mengelola keuangan dinas berdasarkan ketentuan peraturan
perundang-undangan;
b. mempelajari dan menelaah peraturan tentang keuangan dinas;
c. menyusun rencana penclapatan dan belanja tidak langsung dinas;
d. melakukan koordinir pengadministrasian keuangan dinas terhadap belanja
administrasi umum, belanja operasional dan pemeliharaan, serta belanja
modal, belanja aparatur dan publik;
e. melakukan pertanggungjawaban pencairan dana;
f. melakukan verifikasi anggaran pendapatan belanja dinas;
g. mengerjakan dan menyiapkan laporan pertanggungjawaban keuangan atau
anggaran pendapatan dan belanja dinas termasuk perhitungan anggaran;
h. melakukan pembinaan dan pengendalian satuan pemegang kas;
melaksanakan pengendalian administrasi barang, aset, dan perlengkapan
dinas;
i. melakukan koordinir dan menindaklanjuti laporan hasil pemeriksaan
keuangan dan asset;

16
LAPORAN TAHUNAN TAHUN 2018 EDISI 2019

j. melakukan pemantauan, pencatatan barang dan pelaksanaan administrasi


aset, barang inventaris, kendaraan dinas, rumah dinas serta
menyelenggarakan usulan penghapusan asset;
k. menyusun laporan terkait urusan keuangan, penganggaran, dan aset dinas;
dan
l. melaksanakan tugas kedinasan lain yang diberikan oleh atasan sesuai
dengan tugas dan fungsinya.
4.3.2.3 Sub Bagian Program
Sub Bagian Program dipimpin oleh seorang Kepala Sub Bagian yang
dalam melaksanakan tugasnya berada di bawah dan bertanggung jawab
kepada Sekretaris.
Sub Bagian Program mempunyai tugas membantu Sekretaris dalam
melaksanakan penyusunan rencana, program, dan anggaran, dan pengelolaan
data dan informasi, monitoring dan evaluasi, dokumentasi dan pelaporan.
Penjabaran tugas Sub Bagian Program adalah :
a. menyusun rencana jangka pendek, jangka menengah, dan jangka panjang
untuk program dan kegiatan dinas;
b. melakukan penyusunan program dengan menyiapkan bahan penyusunan
rencana umum jangka pendek, jangka menengah,
c. dan jangka panjang;
d. melakukan penghimpunan dan fasilitasi penyusunan perencanaan program
dan kegiatan di lingkungan dinas;
e. melakukan penghimpunan, menganalisa, dan menyusun laporan evaluasi
program dan kegiatan dinas;
f. melakukan pengelolaan sistim informasi kesehatan;
g. melakukan pengelolaan informasi lintas program dan lintas sektor;
h. menyusun kebijaksanaan teknis, pengembangan sistem informasi,
pengelolaan teknologi informasi dan pengelolaan data;
i. melakukan pelaksanaan pelayanan informasi dan pengaduan masyarakat
serta hubungan masyarakat;
j. melakukan rekapitulasi laporan pencapaian program dan kegiatan dinas;

17
LAPORAN TAHUNAN TAHUN 2018 EDISI 2019

k. melakukan monitoring dan evaluasi program dan kegiatan dinas;


l. menyusun laporan sub bagian progran dan informasi untuk disampaikan
kepada atasan; dan
m. melaksanakan tugas kedinasan lain yang diberikan oleh atasan sesuai
dengan tugas dan fungsinya.

4.3.3 Bidang Kesehatan Masyarakat


Bidang Kesehatan Masyarakat dipimpin oleh seorang Kepala Bidang yang
dalam melaksanakan tugasnya berada di bawah dan bertanggung jawab kepada
Kepala Dinas.
Bidang Kesehatan Masyarakat mempunyai tugas membantu Kepala Dinas
dalam melaksanakan penyiapan perumusan dan pelaksanaan kebijakan
operasional serta pemantauan, evaluasi, dan pelaporan dibidang kesehatan
keluarga, gizi, promosi kesehatan, pemberdayaan masyarakat, kesehatan
lingkungan, kesehatan kerja dan olah raga.
Untuk menyelenggarakan tugas, Bidang Kesehatan Masyarakat mempunyai
fungsi :
a. menyiapkan bahan perumusan kebijakan operasional di bidang kesehatan
keluarga, gizi, promosi kesehatan, pemberdayaan masyarakat, kesehatan
lingkungan, upaya kesehatan sekolah, kesehatan kerja dan olah raga;
b. menyiapkan bahan perumusan pelaksanaan kebijakan operasioanal
kesehatan keluarga, gizi, promosi kesehatan, pemberdayaan masyarakat,
kesehatan lingkungan, upaya kesehatan sekolah, kesehatan kerja dan
olah raga;
c. menyiapkan bahan bimbingan teknis di bidang kesehatan keluarga, gizi,
promosi kesehatan, pemberdayaan masyarakat, kesehatan lingkungan,
upaya kesehatan sekolah, kesehatan kerja dan olah raga;
d. menyusun norma, standar, prosedur, dan kriteria bidang kesehatan
keluarga, kesehatan lingkungan, upaya kesehatan sekolah, kesehatan kerja
dan olah raga, gizi masyarakat, serta promosi kesehatan dan pemberdayaan
masyarakat;

18
LAPORAN TAHUNAN TAHUN 2018 EDISI 2019

e. memantau, evaluasi, dan pelaporan di hidang kesehatan keluarga, gizi,


promosi kesehatan, pemberdayaan masyarakat, kesehatan lingkungan,
upaya kesehatan sekolah, kesehatan kerja dan olah raga;
f. melaksanakan evaluasi dan pelaporan pelaksanaan tugas/kegiatan bidang
kesehatan masyarakat berdasarkan ketentuan peraturan perundang-
undangan;dan
g. melaksanakan tugas kedinasan lain yang diberikan oleh atasan sesuai
dengan tugas dan fungsinya.
4.3.3.1 Seksi Kesehatan Keluarga dan Gizi
Seksi Kesehatan Keluarga dan Gizi dipimpin oleh seorang Kepala Seksi
yang dalam melaksanakan tugasnya berada di bawah dan bertanggung jawab
kepada Kepala Bidang Kesehatan Masyarakat.
Seksi Kesehatan Keluarga dan Gizi mempunyai tugas membantu Kepala
Bidang dalam melaksanakan penyiapan bahan pelaksanaan kebijakan
operasional, dan pemberian bimbingan teknis, serta pemantauan, evaluasi, dan
pelaporan di bidang kesehatan keluarga dan gizi.
Penjabaran tugas Seksi Kesehatan Keluarga dan Gizi adalah :
a. Melakukan penyiapan pelaksanaan kebijakan bidang kesehatan maternal
dan neonatal, balita dan anak pra sekolah, usia sekolah dan remaja, usia
reproduksi dan keluarga berencana, gizi lanjut usia serta perlindungan
kesehatan keluarga, peningkatan mutu dan kecukupan gizi, kewaspadaan
gizi, penanggulangan masalah gizi, dan pengelolaan konsumsi gizi dan
upaya kesehatan sekolah;
b. melakukan pembinaan pelayanan kesehatan ibu, anak, keluarga berencana,
upaya kesehatan sekolah dan gizi masyarakat;
c. melakukan pembinaan pelayanan kesehatan ibu hamil, bersalin atau nifas,
menyusui, anak dan gizi di fasilitas kesehatan tingkat pertama dan
jejaringnya;
d. melakukan pembinaan tenaga kesehatan penolong persalinan;
e. melakukan audit maternal dan perinatal;

19
LAPORAN TAHUNAN TAHUN 2018 EDISI 2019

f. melakukan penyiapan pemberian bimbingan teknis dan supervisi di bidang


kesehatan keluarga, peningkatan mutu dan kecukupan gizi, kewaspadaan
gizi, penanggulangan masalah gizi, dan pengelolaan konsumsi gizi;
g. melakukan pemantauan, evaluasi dan pelaporan dibidang kesehatan
keluarga, gizi dan peningkatan mutu dan kecukupan gizi, kewaspadaan
gizi, penanggulangan masalah gizi, dan pengelolaan konsumsi gizi;
h. melakukan pemantauan status gizi anak balita dan ibu hamil di fasilitas
kesehatan tingkat pertama dan jejaringannya, serta posyandu;
i. melakukan pemantauan pendistribusian vitamin A kepada balita, ibu nifas
dan masalah gizi lainnya;
j. merancang perencanaan dan melaksanakan penberian makanan tambahan
pada kasus kekurangan energi protein dan kekurangan energi kronis pada
ibu hamil;
k. melakukan pembinaan pemberian ASI ekslusif dan klinik laktasi:
l. melakukan pembinaan kegiatan peningkatan gizi usaha kesehatan sekolah
di tingkat sekolah dasar, sekolah menengah pertama, sekolah menengah
atas dan kejuruan, panti, lembaga pemasyarakatan;
m. melakukan bimbingan teknis ke Puskesmas dan rumah sakit; dan
n. melaksanakan tugas kedinasan lain yang diberikan oleh atasan sesuai
dengan tugas dan fungsinya.
4.3.3.2 Seksi Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat
Seksi Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat dipimpin oleh
seorang Kepala Seksi yang dalam melaksanakan tugasnya berada di bawah dan
bertanggung jawab kepada Kepala Bidang Kesehatan Masyarakat.
Seksi Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat mempunyai
tugas membantu Kepala Bidang dalam melaksanakan penyiapan bahan
pelaksanaan kebijakan operasional, dan pemberian bimbingan teknis, serta
pemantauan, evaluasi, dan pelaporan di bidang promosi kesehatan dan
pemberdayaan masyarakat.
Penjabaran tugas Seksi Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat
adalah :

20
LAPORAN TAHUNAN TAHUN 2018 EDISI 2019

a. Menyiapkan serta pelaksanaan kebijakan dibidang komunikasi, informasi,


dan edukasi kesehatan, advokasi dan kemitraan, potensi sumber daya
promosi kesehatan dan pemberdayaan masyarakat;
b. membuat rencana dan melaksanakan kegiatan yang berhubungan dengan
upaya pemberdayaan masyarakat dibidang kesehatan;
c. melakukan pengelolaan produksi komunikasi publik tentang program, dan
evaluasi produksi komunikasi kesehatan;
d. melakukan peliputan, pendokumentasian, dan pengolahan bahan publikasi
program kesehatan;
e. melaksanakan bimbingan teknis dan supervisi di bidang komunikasi,
informasi, dan edukasi kesehatan, advokasi dan kemitraan, potensi sumber
daya promosi kesehatan, dan pemberdayaan masyarakat;
f. memantau, evaluasi, dan pelaporan dibidang komunikasi, informasi, dan
edukasi kesehatan, advokasi dan kemitraan, potensi sumber daya promosi
kesehatan, dan pemberdayaan masyarakat;
g. mengkoordinir dan melaksanakan penyuluhan kesehatan tentang perilaku
hidup bersih dan sehat pada masyarakat;
h. menyebarluaskan informasi kesehatan melalui poster, radio, televisi,
billboard, "leaflet, teknologi informasi dan media lainnya;
i. menyediakan data yang berhubungan dengan seksi promosi kesehatan dan
peran serta masyarakat;
j. melakukan koordinasi dan pembinaan, pelaksanaan kegiatan peningkatan
peran serta masyarakat dibidang kesehatan;
k. menggerakkan partisipasi masyarakat di bidang kesehatan melalui
organisasi kemasyarakatan, generasi muda, pramuka melalui Saka Bhakti
Husada dan lembaga swadaya masyarakat;
l. membina dan mengembangkan upaya kesehatan bersumber daya
masyarakat, Polindes, Pos Kesehatan Kelurahan, Pos Pembinaan Terpadu,
Pos Lanjut Usia, Tanaman Obat Keluarga, Pos Upaya Kesehatan Kerja,
Pos Kesehatan Pesantren, dan Saka Bhakti Husada;

21
LAPORAN TAHUNAN TAHUN 2018 EDISI 2019

m. mengumpulkan bahan serta mengolah laporan dan evaluasi pelaksanaan


bimbingan penyuluhan kesehatan pada masyarakat;
n. melakukan koordinasi dan pembinaan pelaksanaan bimbingan penyuluhan
kesehatan dengan instansi terkait;
o. menjalin kerjasama dengan lintas program dan lintas sektor:
p. menyusun dan menganalisa data untuk laporan kegiatan seksi promosi
kesehatan dan peran serta masyarakat;
q. Melakukan pencatatan dan memberikan laporan kepada atasan; dan
r. melaksanakan tugas kedinasan lain yang diberikan oleh atasan sesuai
dengan tugas dan fungsinya.
4.3.3.3 Seksi Kesehatan Lingkungan, Kesehatan Kerja dan Olahraga
Seksi Kesehatan Lingkungan, Kesehatan Kerja, dan Olahraga. dipimpin
oleh seorang Kepala Seksi yang dalam melaksanakan tugasnya berada di bawah
dan bertanggung jawab kepada Kepala Bidang Kesehatan Masyarakat.
Seksi Kesehatan Lingkungan, Kesehatan Kerja dan Olahraga mempunyai
tugas membantu Kepala Bidang dalam melaksanakan penyiapan bahan pelaksana
kebijakan penyehatan lingkungan operasional, dan pemberian bimbingan teknis,
serta pemantauan dan pengawasan, evaluasi, dan pelaporan di bidang
kesehatan lingkungan, kesehatan kerja dan olah raga.
Penjabaran tugas Seksi Kesehatan Lingkungan, Kesehatan Kerja dan
Olahraga adalah:
a. Melakukan penyiapan pelaksanaan kebijakan penyehatan lingkungan dan
sanitasi dasar, hygiene, dan sanitasi pangan dan sanitasi tempat tempat
umum/tempat pengelolaan makanan;
b. melakukan penyiapan pelaksanaan kebijakan kesehatan okupasi dan
survailens, kapasitas kerja, lingkungan kerja, dan kesehatan olah raga;
c. merancang rencana pelaksanakan kegiatan yang berhubungan dengan
kesehatan lingkungan, kesehatan kerja dan olah raga;
d. melakukan penyiapan penyusunan bahan kegiatan dan bimbingan teknis
serta supervisi kapasitas kerja pekerja dan institusi;

22
LAPORAN TAHUNAN TAHUN 2018 EDISI 2019

e. melakukan penyiapan pelaksanan kegiatan dan bimbingan teknis supervise


kegiatan kesehatan lingkungan, kesehatan kerja dan olah raga, okupasi dan
survailans kapasitas kerja, lingkungan kerja;
f. melakukan kegiatan, pembinaan, pemantauan, pengawasan, evaluasi dan
pelaporan penyehatan air dan sanitasi dasar penyehatan pangan, dan
penyehatan udara dan kawasan, serta pengawasan limbah dan radiasi;
g. melakukan pengendalian lingkungan kerja dan perlindungan ergonomi;
h. melakukan kegiatan kesehatan keolahragaan masyarakat;
i. melakukan pengawasan dan pemeriksaan terhadap kualitas air, Perusahaan
Daerah Air Minum, depot air minum isi ulang, dan sumber air lainnya
serta air badan air, kolam renang, pemandian umum;
j. melakukan pembinaan terhadap kegiatan Sanitasi Total Berbasis
Masyarakat dan Kader Kesehatan Lingkungan;
k. melakukan pengawasan hygiene dan sanitasi di tempat-tempat umum dan
tempat pengolahan atau penyediaan makanan;
l. melakukan pengawasan dan pembinaan sanitasi pada lingkungan
pemukiman, pembinaan kota sehat dan pengawasan sampah medis;
m. melakukan koordinasi lintas sektor dan lintas program yang menyangkut
analisis dampak lingkungan, upaya pengelolaan lingkungan hidup, dan
upaya pemantauan lingkungan hidup;
n. memproses penerbitan rekomendasi laik sehat bagi sarana tempat umum,
tempat pengelolaan makanan, dan pestisida;
o. melakukan pengelolaan laboratorium air pada dinas;
p. menyusun laporan tahunan kesehatan lingkungan; dan
q. melaksanakan tugas kedinasan lain yang diberikan oleh atasan sesuai
dengan tugas dan fungsinya.

4.3.4 Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit


Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit dipimpin oleh seorang
Kepala Bidang yang dalam melaksanakan tugasnya berada di bawah dan
bertanggung jawab kepada Kepala Dinas.

23
LAPORAN TAHUNAN TAHUN 2018 EDISI 2019

Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit mempunyai tugas


membantu Kepala Dinas dalam melaksanakan penyiapan perumusan dan
pelaksanaan kebijakan operasional serta pemantauan, evaluasi surveilen dan
imunisasi, pencegahan dan pengendalian penyakit menular, pencegahan dan
pengendalian penyakit tidak menular dan kesehatan jiwa, kesehatan lanjut usia
dan NAPZA.
Untuk menyelenggarakan tugas, Bidang Pencegahan dan Pengendalian
Penyakit mempunyai fungsi:
a. melakukan penyiapan bahan perumusan kebijakan operasional di bidang
surveilans dan imunisasi, pencegaan dan pengendalian penyakit menular,
pencegahan dan pengendalian penyakit tidak menular, kesehatan jiwa,
kesehatan lanjut usia dan narkotika psikosomatik zat adiktif;
b. melakukan penyiapan bahan pelaksanaan kebijakan operasional di bidang
surveilans dan imunisasi, pencegahan dan pengendalian penyakit menular,
pencegahan dan pengendalian penyakit tidak menular dan kesehatan jiwa,
kesehatan lanjut usia dan NAPZA;
c. melakukan penyiapan bahan Bimbingan teknis di bidang surveilans dan
imunisasi, pencegaan dan pengendalian penyakit menular, pencegahan dan
pengendalian penyakit tidak menular dan kesehatan jiwa, kesehatan lanjut
usia dan NAPZA;
d. melakukan pertemuan evaluasi, dan pelaporan di bidang surveilans dan
imunisasi, pencegahan dan pengendalian penyakit menular, pencegahan
dan pengendalian penyakit tidak menular dan kesehatan jiwa, kesehatan
lanjut usia dan NAPZA;
e. melakukan koordinasi dalam pengendalian wabah, bencana, imunisasi
pencegahan dan pengendalian penyakit menular, pencegahan dan
pengendalian penyakit tidak menular dan kesehatan jiwa, kesehatan lanjut
usia dan NAPZA; dan
f. melaksanakan tugas kedinasan lain yang diberikan atasan sesuai dengan
tugas dan fungsinya.

24
LAPORAN TAHUNAN TAHUN 2018 EDISI 2019

4.3.4.1 Seksi Surveilan dan Imunisasi


Seksi Surveilan dan Imunisasi dipimpin oleh seorang Kepala Seksi yang
dalam melaksanakan tugasnya berada di bawah dan bertanggung jawab
kepada Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit.
Seksi Surveilan dan lmunisasi mempunyai tugas membantu Kepala Bidang
dalam melaksanakan penyiapan bahan pelaksanaan kebijakan operasional, dan
pemberian bimbingan teknis, serta pemantauan, evaluasi, dan pelaporan di Bidang
Surveilan Imunisasi, Bencana.
Penjabaran tugas Seksi Surveilan dan Imunisasi adalah :
a. melakukan penyiapan pelaksanaan kegiatan surveilans wabah dan bencana,
penyakit infeksi emerging, kesehatan haji dan imunisasi;
b. melakukan penyiapan, pelaksanaan kegiatan surveilans wabah dan bencana,
penyakit infeksi emerging, kesehatan haji, dan imunisasi;
c. melakukan penyiapan pemberian bimbingan teknis dan supervisi kegiatan
surveilans wabah dan bencana, penyakit infeksi emerging, kesehatan haji
dan imunisasi;
d. melakukan pemantauan, evaluasi, dan pelaporan kegiatan surveilans wabah
dan bencana, penyakit infeksi emerging, kesehatan haji, imunisasi;
e. melakukan penyiapan bahan bimbingan teknis dan supervisi kegiatan
kewaspadaan dini dan respon kejadian luar biasa dan wabah;
f. merancang rencana kegiatan sebelum, saat, dan setelah terjadi bencana;
g. melakukan penyelidikan kasus penyakit yang dapat dicegah dengan
imunisasi dan penyakit yang berpotensi wabah serta keracunan;
h. melakukan pembinaan, pelayanan, dan perlindungan terhadap calon jamaah
haji;
i. Melakukan penghimpunan dan menganalisa data surveilans, kejadian luar
biasa, wabah dan bencana dari rumah sakit dan Puskesmas;
j. melakukan koordinir penanggulangan kejadian luar biasa;
k. dan melaksanakan tugas kedinasan lain yang diberikan oleh atasan sesuai
dengan tugas dan fungsinya.

25
LAPORAN TAHUNAN TAHUN 2018 EDISI 2019

4.3.4.2 Seksi Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular


Seksi Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular dipimpin oleh
seorang Kepala Seksi yang dalam melaksanakan tugasnya berada di bawah dan
bertanggung jawab kepada Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian
Penyakit.
Seksi Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular mempunyai tugas
membantu Kepala Bidang dalam melaksanakan penyiapan bahan pelaksanaan
kebijakan operasional, dan bimbingan teknis, serta pemantauan, evaluasi, dan
pelaporan di bidang pencegahan dan pengendalian penyakit menular.
Penjabaran tugas Seksi Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular
adalah:
a. melakukan penyiapan pelaksanaan kebijakan dibidang pencegahan dan
pengendalian tuberkolosis, infeksi saluran pernapasan akut, HIV AIDS
dan penyakit infeksi menular seksual, hepatitis dan penyakit infeksi
saluran pencernaan, dan penyakit tropis menular langsung;
b. melakukan penyiapan pelaksanaan kebijakan dibidang pencegahan dan
pengendalian menular langsung, penyakit bersumber binatang dan vektor;
c. merancang rencana kegiatan pemberantasan penyakit menular;
d. melakukan penyiapan pemberian bimbingan teknis dan supervisi di bidang
pencegahan dan pengendalian tuberkulosis, infeksi saluran pemapasan akut,
HIVAIDS, infeksi saluran pencernaan, dan penyakit tropis menular
langsung;
e. merancang rencana kebutuhan obat dan sarana program penyakit menular;
f. melakukan koordinasi pelaksanaan kegiatan pengendalian dan
pemberantasan penyakit menular ke fasilitas kesehatan tingkat pertama dan
fasilitas kesehatan tingkat lanjut beserta jaringannya;
g. melakukan monitoring dan bimbingan teknis program pengendalian dan
pemberantasan penyakit menular ke fasilitas kesehatan tingkat pertama dan
fasilitas tingkat lanjut beserta jejaringnya;

26
LAPORAN TAHUNAN TAHUN 2018 EDISI 2019

h. melakukan pengawasan dan evaluasi terhadap pelaksanaan program


pengendalian dan pemberantasan penyakit menular ke fasilitas kesehatan
tingkat pertama dan fasilitas tingkat lanjut beserta jejaringnya;
i. menyusun laporan program penyakit menular; dan
j. melaksanakan tugas kedinasan lain yang diberikan oleh atasan sesuai
dengan tugas dan fungsinya.
4.3.4.3 Seksi Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tidak Menular,
Kesehatan Jiwa, Narkotika, Psikosomatik, dan Zat Aditif
Seksi Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tidak Menular, Kesehatan
Jiwa, Narkotika, Psikosomatik, dan Zat Adiktif dipimpin oleh seorang Kepala
Seksi yang dalam melaksanakan tugasnya berada di bawah dan bertanggung
jawab kepada Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit.
Seksi Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tidak Menular, Kesehatan
Jiwa, Narkotika, Psikosomatik, dan Zat Adiktif mempunyai tugas membantu
Kepala Bidang dalam melaksanakan penyiapan bahan pelaksanaan kebijakan
operasional, dan bimbingan teknis, serta pemantauan, evaluasi, dan pelaporan
di bidang pencegahan dan pengendalian penyakit tidak menular dan kesehatan
jiwa, kesehatan lanjut usia dan NAPZA,dan kesehatan lanjut usia.
Penjabaran tugas Seksi Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tidak Menular,
Kesehatan Jiwa, Narkotika, Psikosomatik, dan Zat Adiktif adalah :
a. melakukan penyiapan bahan kebijakan tentang pencegahan dan
pengendalian penyakit paru kronik dan gangguan imunologi, jantung dan
pembuluh darah, kanker dan kelainan darah, diabetes melitus dan
gangguan metabolik, dan gangguan indera dan fungsional;
b. melakukan penyiapan pelaksanaan tentang pencegahan dan pengendalian
penyakit paru kronik dan gangguan imunologi, jantung dan pembuluh
darah, kanker dan kelainan darah, diabetes melitus dan gangguan
metabolik, dan gangguan indera dan fungsional;
c. melakukan penyiapan pernberian bimbingan teknis dan supervisi tentang
pencegahan dan pengendalian penyakit paru kronik dan gangguan
imunologi, jantung dan pembuluh darah, kanker dan kelainan darah,

27
LAPORAN TAHUNAN TAHUN 2018 EDISI 2019

diabetes melitus dan gangguan metabolik, dan gangguan indera dan


fungsional;
d. melakukan pemantauan, evaluasi, dan pelaporan tentang pencegahan dan
pengendalian penyakit paru kronik dan gangguan imunologi, jantung dan
pembuluh darah, kanker dan kelainan darah, diabetes melitus dan gangguan
metabolik, dan gangguan indera dan fungsional;
e. melakukan penyiapan pelaksanaan kebijakan tentang pencegahan dan
pengendalian masalah kesehatan jiwa anak dan remaja, kesehatan jiwa
dewasa dan lanjut usia dan penyalahgunaan NAPZA;
f. melakukan penyiapan pemberian bimbingan teknis dan supervisi tentang
pencegahan dan pengendalian masalah keseahtan jiwa anak dan remaja,
kesehatan jiwa dewasa dan lanjut usia dan penyalahgunaan NAPZA;
g. Melakukan pemantauan, evaluasi, dan pelaporan tentang pencegahan dan
pengendalian masalah kesehatan jiwa anak dan remaja, kesehatan jiwa
h. dewasa dan lanjut usia dan penyalahgunaan NAPZA; dan
i. melaksanakan tugas kedinasan lain yang diberikan oleh atasan sesuai
dengan tugas dan fungsinya.

4.3.5 Bidang Pelayanan Kesehatan


Bidang Pelayanan Kesehatan dipimpin oleh seorang Kepala Bidang yang
dalam melaksanakan tugasnya berada di bawah dan bertanggung jawab kepada
Kepala Dinas.
Bidang Pelayanan Kesehatan mempunyai tugas membantu Kepala Dinas
dalam melaksanakan penyiapan perumusan kebijakan operasional serta
pemantauan, evaluasi, dan pelaporan di bidang pelayanan kesehatan primer dan
tradisioanal, pelayanan kesehatan rujukan, fasilitas pelayanan kesehatan dan
peningkatan mutu.
Untuk menyelenggarakan tugas dimaksud pada ayat (2), Bidang Pelayanan
Kesehatan mempunyai fungsi:

28
LAPORAN TAHUNAN TAHUN 2018 EDISI 2019

a. merumuskan kebijakan operasional di bidang pelayanan kesehatan primer


dan tradisional, pelayanan kesehatan rujukan, fasilitas pelayanan kesehatan
dan peningkatan mutu;
b. merumuskan pelaksanaan dan kebijakan operasional di bidang pelayanan
kesehatan primer dan tradisional, pelayanan kesehatan rujukan, dan fasilitas
pelayanan kesehatan dan peningkatan mutu;
c. merumuskan bimbingan teknis di bidang pelayanan kesehatan primer dan
tradisional, pelayanan kesehatan rujukan, dan fasilitas pelayanan kesehatan
dan peningkatan mutu;
d. melaksanakan pemantauan evaluasi, dan pelaporan di bidang pelayanan
kesehatan primer dan tradisional, pelayanan kesehatan rujukan, dan fasilitas
pelayanan kesehatan dan peningkatan mutu; dan
e. melaksanakan tugas kedinasan lain yang diberikan oleh atasan sesuai
dengan tugas dan fungsinya.
4.3.5.1 Seksi Pelayanan Kesehatan Primer dan Tradisional
Seksi Pelayanan Kesehatan Primer dan Tradisional dipimpin oleh seorang
Kepala Seksi yang dalam melaksanakan tugasnya berada di bawah dan
bertanggung jawab kepada Kepala Bidang Pelayanan Kesehatan.
Seksi Pelayanan Kesehatan Primer dan Tradisional mempunyai tugas
membantu Kepala Bidang dalam melaksanakan urusan perencanaan program
dan kegiatan dinas.
Penjabaran tugas Pelayanan Kesehatan Primer dan Tradisional adalah :
a. menyusun kebijakan di bidang pelayanan kesehatan primer dan tradisional
meliputi upaya kesehatan masyarakat, upaya kesehatan perorangan pada
pusat kesehatan masyarakat, perkesmas, serta kesehatan primer pada
klinik dan praktik perorangan;
b. merancang pelaksanaan kebijakan di bidang pelayanan kesehatan primer
dan tradisional meliputi upaya perawatan kesehatan masyarakat, upaya
kesehatan perorangan pada pusat kesehatan masyarakat, perkesmas serta
kesehatan primer pada klinik dan praktik perorangan;

29
LAPORAN TAHUNAN TAHUN 2018 EDISI 2019

c. melakukan pemberian bimbingan teknis dan supervisi di bidang pelayanan


kesehatan primer dan tradisional meliputi upaya perawatan kesehatan
masyarakat dan upaya kesehatan perorangan pada pusat kesehatan
masyarakat, perkesmas serta kesehatan primer pada klinik dan praktik
perorangan;
d. memproses pemberian rekomendasi izin klinik, pengobatan tradisional,
dan atau pelayanan kesehatan primer lainnya;
e. melakukan pemantauan, evaluasi, dan pelaporan di bidang pelayanan
kesehatan primer dan tradisional meliputi upaya kesehatan masyarakat,
upaya kesehatan perorangan pada pusat kesehatan masyarakat, perkesmas
serta kesehatan primer pada klinik dan praktik perorangan;
f. mengerjakan laporan pelayanan kesehatan primer dan tradisional melalui
sistim informasi kesehatan yang berlaku;
g. merancang pelaksanaan bahan kebijakan dibidang pelayanan kesehatan
tradisional empiris, komplementer, dan integritas;
h. melakukan pemberian bimbingan teknis dan supervisi dibidang pelayanan
kesehatan tradisional empiris, komplementer, dan integritas;
i. melakukan pengelolaan pelayanan kesehatan dasar dan tradisional di
Puskesmas, Puskesmas Pembantu, dan fasilitas kesehatan lainnya;
j. melakukan pembinaan dalam perencanaan program pelayanan kesehatan
primer dan tradisional melalui rencana strategis dan rencana kerja
Puskesmas;
k. melakukan monitoring dan evaluasi capaian kinerja pelayanan primer dan
tradisional tingkat pertama melalui lokakarya mini, laporan bulanan, dan
laporan tahunan;
l. mengerjakan dan mengkoordinir kegiatan Pertolongan Pertama pada
kecelakaan, baik dalam kegiatan pemerintah maupun swasta;
m. melakukan pengawasan pelaksanaan standar pelayanan minimal di fasilitas
kesehatan tingkat pertama; dan
n. melaksanakan tugas kedinasan lain yang diberikan oleh atasan sesuai
dengan tugas dan fungsinya.

30
LAPORAN TAHUNAN TAHUN 2018 EDISI 2019

4.3.5.2 Seksi Pelayanan Kesehatan Rujukan


Seksi Pelayanan Kesehatan Rujukan dipimpin oleh seorang Kepala Seksi
yang dalam melaksanakan tugasnya berada di bawah dan bertanggung jawab
kepada Kepala Bidang Pelayanan Kesehatan.
Seksi Pelayanan Kesehatan Rujukan mempunyai tugas membantu Kepala
Bidang dalam melaksanakan penyiapan bahan pelaksanaan kebijakan, dan
pemberian bimbingan teknis, serta pemantauan, evaluasi, dan pelaporan di
bidang Pelayanan Kesehatan Rujukan Terpadu di Rumah Sakit Rujukan.
Penjabaran tugas Seksi Pelayanan Kesehatan Rujukan adalah :
a. menyusun bahan pelaksana kebijakan dibidang pelayanan medik dan
keperawatan, penunjang, gawat darurat terpadu, dan pengelolaan rujukan
dan pemantauan rumah sakit, serta rumah sakit pendidikan;
b. melakukan penyiapan pelaksanaan kebijakan dibidang pelayanan medik
dan keperawatan, penunjang, gawat darurat terpadu, dan pengelolaan
rujukan dan pemantauan rumah sakit, serta rumah sakit pendidikan;
c. melakukan penyiapan penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria
dibidang pelayanan medik dan keperawatan, penunjang, gawat darurat
terpadu, dan pengelolaan rujukan dan pemantauan rumah sakit, serta
rumah sakit pendidikan;
d. melakukan pemberian bimbingan teknis dan supervisi dibidang pelayanan
medik dan keperawatan, penunjang, gawat darurat terpadu, dan
pengelolaan rujukan dan pemantauan rumah sakit, serta rumah sakit
pendidikan;
e. memproses rekomendasi izin rumah sakit kelas C, D;
f. melakukan pemantauan, evaluasi, dan pelaporan di bidang pelayanan
medik dan keperawatan, penunjang, gawat darurat terpadu, dan pengelolaan
rujukan dan pemantauan rumah sakit, serta rumah sakit pendidikan; dan
g. melaksanakan tugas kedinasan lain yang diberikan oleh atasan sesuai
dengan tugas dan fungsinya.

31
LAPORAN TAHUNAN TAHUN 2018 EDISI 2019

4.3.5.3 Seksi Fasilitas Pelayanan Kesehatan dan Peningkatan Mutu


Seksi Fasilitas Pelayanan Kesehatan dan Peningkatan Mutu dipimpin oleh
seorang Kepala Seksi yang dalam melaksanakan tugasnya berada di bawah dan
bertanggung jawab kepada Kepala Bidang Pelayanan Kesehatan.
Seksi Fasilitas Pelayanan Kesehatan dan Peningkatan Mutu mempunyai
tugas pokok membantu Kepala Bidang dalam melaksanakan penyiapan bahan
pelaksanaan kebijakan, operasional, dan pemberian bimbingan teknis, serta
pemantauan, evaluasi, dan pelaporan di bidang Fasilitas Pelayanan Kesehatan
dan peningkatan mutu.
Penjabaran tugas Seksi Fasilitas Pelayanan Kesehatan dan Peningkatan
Mutu adalah:
a. melakukan penyiapan bahan pelaksana kebijakan dibidang mutu dan
akreditasi pelayanan kesehatan, fasilitas pelayanan kesehatan primer,
rujukan, dan fasilitas pelayanan kesehatan lainnya;
b. melakukan penyiapan pelaksanaan kebijakan dibidang mutu dan akreditasi
fasilitas pelayanan kesehatan primer, rujukan, dan fasilitas pelayanan
kesehatan lainnya;
c. melakukan pemberian bimbingan teknis dan supervisi dibidang mutu dan
akreditasi fasilitas pelayanan kesehatan primer, rujukan, dan fasilitas
pelayanan kesehatan lainnya;
d. melakukan pemantauan, evaluasi, dan pelaporan dibidang mutu dan
akreditasi fasilitas pelayanan kesehatan primer, rujukan, dan fasilitas
pelayanan kesehatan lainnya;
e. melakukan perencanaan kebutuhan sarana prasarana dan peralatan pada
pelayanan kesehatan primer dan rujukan;
f. merancang rencana dan pelaksanaan kegiatan yang berhubungan dengan
akreditasi sarana pelayanan kesehatan;
g. melakukan pemantauan dan pembinaan mutu secara terpadu bersama tim
terkait;
h. melakukan pengumpulan data dan analisa data yang berhubungan dengan
kegiatan seksi fasilitas pelayanan kesehatan dan peningkatan mutu;

32
LAPORAN TAHUNAN TAHUN 2018 EDISI 2019

i. melakukan pembinaan dan pengawasan terhadap pelaksanaan akreditasi


sarana kesehatan;
j. melakukan kegiatan pembinaan fasilitas pelayanan kesehatan dan tenaga
kesehatan berprestrasi;
k. melakukan registrasi dan rekomendasi sarana kesehatan yang meliputi
Puskesmas, rumah sakit kelas C dan kelas D, praktek berkelompok, klinik
umum dan spesialis, rumah bersalin, klinik dokter keluarga atau dokter gigi
keluarga, kedokteran komplementer, optikal, tukang gigi, laboratorium
kesehatan, pengobatan tradisional, serta sarana penunjang yang setara; dan
l. melaksanakan tugas kedinasan lain yang diberikan oleh atasan sesuai
dengan tugas dan fungsinya.

4.3.6 Bidang Sumber Daya Kesehatan


Bidang Sumber Daya Kesehatan dipimpin oleh seorang Kepala Bidang
yang dalam melaksanakan tugasnya berada di bawah dan bertanggung
jawab kepada Kepala Dinas.
Bidang Sumber Daya Kesehatan mempunyai tugas membantu Kepala
Dinas dalam melaksanakan penyiapan perumusan dan pelaksanaan kebijakan
operasional serta pemantauan, evaluasi dan pelaporan di bidang kefarmasian,
serta pengadaan sarana dan prasarana kesehatan, alat kesehatan, jaminan
kesehatan dan sumber daya manusia kesehatan.
Untuk menyelenggarakan tugas, Bidang Sumber Daya Kesehatan
mempunyai fungsi:
a. merumuskan kebijakan operasional di bidang kefarmasian, sarana prasarana
kesehatan, alat kesehatan, jaminan kesehatan dan sumber daya manusia
kesehatan;
b. merumuskan pelaksanaan kebijakan operasional di bidang kefarmasian,
sarana prasarana kesehatan, alat kesehatan, jaminan kesehatan dan sumber
daya manusia kesehatan;

33
LAPORAN TAHUNAN TAHUN 2018 EDISI 2019

c. melaksanakan bimbingan teknis di bidang kefarmasian, sarana prasarana


kesehatan alat kesehatan, jaminan kesehatan dan sumber daya manusia
kesehatan;
d. Melaksanakan pemantauan evaluasi, dan pelaporan di bidang kefarrnasian,
sarana prasarana kesehatan, alat kesehatan, jaminan kesehatan dan sumber
daya manusia kesehatan; dan
e. melaksanakan tugas kedinasan lain yang diberikan oleh atasan sesuai
dengan tugas dan fungsinya.
4.3.6.1 Seksi Kefarmasian
Seksi Kefarmasian dipimpin oleh seorang Kepala Seksi yang dalam
melaksanakan tugasnya berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Kepala
Bidang Sumber Daya Kesehatan.
Seksi Kefarmasian mempunyai tugas membantu Kepala Bidang dalam
melaksanakan penyiapan bahan pelaksanaan kebijakan operasional, dan
pemberian bimbingan teknis, serta pemantauan, evaluasi, dan pelaporan di
bidang pelayanan kefarmasian.
Penjabaran tugas Seksi Kefarmasian adalah:
a. melakukan perencanaan, pengadaan, pengawasan obat;
b. melakukan pembinaan manajemen pengelolaan obat di Puskesmas dan
Puskesmas pembantu;
c. melakukan perencanaan dan pendistribusian obat;
d. melakukan pemeriksaan, monitoring obat pada Puskesmas, Puskesmas
pembantu, dan pos kesehatan keliling;
e. melakukan pengelolaan kegiatan laik sehat pangan, Industri Pangan
Rumah Tangga dan rekomendasi apotik, toko obat, dan perbekalan
kesehatan;
f. melakukan pengawasan dan registrasi obat, makanan dan minuman
produksi rumah tangga, apotik, toko obat;
g. melakukan pembinaan, menitoring, pengawasan, dan evaluasi, penanggung
jawab peredaran obat atau sediaan farmasi, napza, kosmetik, obat

34
LAPORAN TAHUNAN TAHUN 2018 EDISI 2019

tradisional di Puskesmas, Puskesmas pembantu, apotik, toko obat, dan toko


obat tradisional;
h. melakukan pembinaan, menitoring, pengawasan, dan evaluasi, terhadap
pengelola toko makanan, minuman, dan sarana produksi industri rumah
tangga;
i. melakukan pengambilan sampel atau contoh sediaan farmasi di lapangan;
j. menyusun laporan pelaksanaan kegiatan seksi kefarmasian untuk
disampaikan kepada atasan; dan
k. melaksanakan tugas kedinasan lain yang diberikan oleh atasan sesuai
dengan tugas dan fungsinya.
4.3.6.2 Seksi Sumber Daya Manusia Kesehatan dan Jaminan Kesehatan
Seksi Sumber Daya Manusia Kesehatan dan Jaminan Kesehatan dipimpin
oleh seorang Kepala Seksi yang dalam melaksanakan tugasnya berada di bawah
dan bertanggung jawab kepada Kepala Bidang Sumber Daya Kesehatan.
Seksi Sumber Daya Manusia Kesehatan dan Jaminan Kesehatan mempunyai
tugas membantu Kepala Bidang dalam melakukan penyiapan bahan pelaksanaan
kebijakan operasional, dan pemberian bimbingan teknis, serta pemantauan,
evaluasi, dan pelaporan di bidang Sumber Daya Manusia Kesehatan dan Jaminan
Kesehatan.
Penjabaran tugas Seksi Sumber Daya Manusia Kesehatan dan Jaminan
Kesehatan adalah :
a. menyusun kebijakan teknis tenaga kesehatan dan jaminan kesehatan;
b. merancang rencana dan pelaksanaan kegiatan yang berhubungan dengan
upaya pendayagunaan sumber daya tenaga kesehatan;
c. menyusun kebijakan teknis dibidang pendidikan berkelanjutan sumber daya
manusia kesehatan dan profesi kesehatan;
d. merancang rencana dan pelaksanaan kegiatan yang berhubungan dengan
registrasi tenaga kesehatan seta melakukan penerbitan registrasi dan praktek
tenaga kesehatan (Surat Izin Kerja dan Surat Izin Praktek);
e. merancang rencana program jaminan kesehatan berdasarkan ketentuan
peraturan perundang-undangan;

35
LAPORAN TAHUNAN TAHUN 2018 EDISI 2019

f. melakukan pengelolaan jaminan kesehatan nasional atau jaminan kesehatan


masyarakat;
g. melakukan pengelolaan jaminan kesehatan daerah dan atau jaminan
kesehatan lainnya;
h. melakukan penghimpunan data kepersertaan dan pembiayaan jaminan
kesehatan nasional;
i. melakukan koordinasi dengan lintas sektor terkait;
j. melakukan sosialisasi jaminan kesehatan;
k. melakukan koordinasi dan pembinaan kepada institusi penyelengaraan
pendidikan di bidang kesehatan dalam rangka optimalisasi pendayagunaan
sumber daya tenaga kesehatan;
l. melakukan pengelolaan izin belajar dan tugas belajar tenaga kesehatan;
m. melakukan koordinasi pendidikan dan pelatihan, penelitian dan
pengembangan yang terkait dengan pendayagunaan sumber daya tenaga
kesehatan;
n. melakukan koordinasi pendayagunaan sumber daya tenaga kesehatan,
pendidikan, dan pelatihan serta melakukan pencatatan dan pelaporan;
o. menyusun laporan registrasi tenaga kesehatan dan jaminan kesehatan;
p. melakukan pembinaan, menitoring, pengawasan, dan evaluasi sumber daya
manusia kesehatan dan jaminan kesehatan; dan
q. melaksanakan tugas kedinasan lain yang diberikan oleh atasan sesuai
dengan tugas dan fungsinya.
4.3.6.3 Seksi Alat Kesehatan dan Sarana, Prasarana Kesehatan
Seksi Alat Kesehatan dan Sarana Prasarana Kesehatan dipimpin oleh
seorang Kepala Seksi yang dalam melaksanakan tugasnya berada di bawah dan
bertanggung jawab kepada Kepala Bidang Sumber Daya Kesehatan.
Seksi Alat Kesehatan dan Sarana Prasarana Kesehatan mempunyai tugas
membantu Kepala Bidang dalam melaksanakan penyiapan bahan kebijakan
operasional, perencanaan dan pengadaan alat kesehatan dan sarana prasarana
kesehatan dan bimbingan teknis untuk mendukung pelayanan kesehatan.

36
LAPORAN TAHUNAN TAHUN 2018 EDISI 2019

Penjabaran tugas Seksi Alat Kesehatan dan Sarana Prasarana Kesehatan


adalah:
a. melakukan perencanaan, pengadaan dan rehabilitasi alat kesehatan dan
sarana prasarana kantor kesehatan, Puskesmas, Puskesmas pembantu dan
pos kesehatan keliling;
b. melakukan perencanaan, pengadaan dan pendistribusian alat kesehatan;
c. melakukan pemeriksaan, monitoring dan pengawasan terhadap alat
kesehatan diPuskesmas, Puskesmas pembantu dan Pos Kesehatan Keliling;
d. Melakukan inventarisasi, monitoring dan pengawasan terhadap kerusakan
pada Puskesmas, Puskesmas Pembantu dan Pos Kesehatan Keliling;
e. melakukan perencanaan dan pengadaan alat transportasi roda dua dan roda
empat berupa Ambulance atau Puskesmas Keliling sesuai dengan
kebutuhan;
f. menyusun laporan pelaksanaan kegiatan seksi alat kesehatan dan sarana
prasarana kesehatan untuk disampaikan kepada. atasan; dan
g. melaksanakan tugas kedinasan lain yang diberikan oleh atasan sesuai
dengan tugas dan fungsinya.

4.3.7 Unit Pelaksana Teknis Dinas


Pada dinas dapat dibentuk UPTD untuk melaksanakan kegiatan teknis
operasional dan/atau kegiatan teknis penunjang tertentu.
Ketentuan lebih lanjut mengenai pembentukan, susunan organisasi, tugas
dan fungsi UPTD sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dengan Peraturan
Walikota.
4.3.8 Jabatan Fungsional
Pada dinas dapat ditempatkan Pegawai Negeri Sipil dalam Kelompok
Jabatan Fungsional berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Kelompok jabatan fungsional mempunyai tugas melaksanakan sebagian
tugas teknis dinas sesuai dengan keahlian dan kebutuhan. Kelompok jabatan
fungsional dalam melaksanakan tugasnya berada di bawah dan bertanggung jawab
kepada Kepala Dinas.

37
LAPORAN TAHUNAN TAHUN 2018 EDISI 2019

BAB V
PROGRAM DAN INDIKATOR KESEHATAN

5.1 Program Kesehatan


Tahun 2018 Dinas Kesehatan Kota Padang telah menyusun dan menetapkan
21 program dan 94 kegiatan sebagai strategi kebijakan, dengan rincian sebagai
berikut :
5.1.1 Program Pelayanan Administrasi Perkantoran
Tujuan program ini adalah untuk memenuhi kebutuhan administrasi
perkantoran dan pelayanan umum dilingkungan Dinas Kesehatan. Kegiatan yang
dilaksanakan dalam program ini antara lain :
a. Penyediaan jasa surat menyurat
b. Penyedian jasa komunikasi, sumber daya air dan listrik
c. Penyedian jasa pemeliharaan dan perizinan kendaraan dinas/operasional
d. Penyedian jasa kebersihan kantor
e. Penyediaan jasa perbaikan peralatan kerja
f. Penyedian Alat Tulis kantor
g. Penyedian barang cetakan dan penggandaan
h. Penyedian komponen instalasi listrik/penerangan bangunan kantor
i. Penyediaan peralatan dan perlengkapan kantor
j. Penyediaan peralatan rumah tangga
k. Penyedian bahan bacaan dan peraturan perundang-undangan
l. Penyedian makanan dan minuman
m. Rapat-rapat koordinasi dan konsultasi ke luar daerah
n. Penyedian jasa pelayanan publik
o. Peningkatan pelayanan administrasi perkantoran
p. Penyediaan jasa pengamanan kantor
5.1.2 Program Peningkatan Sarana dan Prasarana Aparatur
Tujuan program ini adalah untuk pemeliharaan gedung, peralatan dan
kendaraan dinas dilingkungan dinas Kesehatan.
Kegiatan yang dilaksanakan dalam program ini antara lain :

38
LAPORAN TAHUNAN TAHUN 2018 EDISI 2019

a. Pengadaan Kenderaan dinas/operasional


b. Pemeliharaan rutin/berkala gedung kantor
c. Pemeliharaan rutin/berkala kendaraan dinas/operasional
d. Pemeliharaan rutin/berkala peralatan gedung kantor
e. Pemeliharaan rutin/ berkala alat listrik, air dan telepon
5.1.3 Program Peningkatan Kapasitas Sumber Daya Aparatur
Program ini bertujuan untuk meningkatkan kinerja dan kualitas aparatur
negara melalui pertemuan dan bimbingan teknis bagi tenaga kesehatan di
lingkungan Dinas Kesehatan Kota Padang.
Kegiatan yang dilaksanakan dalam program ini antara lain :
a. Pembinaan aset dan manajemen keuangan di Puskesmas
b. Peningkatan kapasitas sumber daya aparatur kesehatan
c. Penilaian angka kredit jabatan fungsional kesehatan
5.1.4 Program Peningkatan Pengembangan Sistem Pelaporan Capaian
Kinerja dan Keuangan
Program ini sebagai penunjang kegiatan pengolahan data keuangan untuk
melihat capaian kinerja dan keuangan, sehingga laporan keuangan Dinas
Kesehatan Kota Padang dapat dipertanggungjawabkan. Kegiatannya adalah
Penyusunan laporan capaian kinerja dan ikhtisar realisasi kinerja SKPD.
5.1.5 Program Obat dan Perbekalan Kesehatan
Program ini bertujuan untuk menjamin ketersedian obat di Puskesmas dan
Puskesmas Pembantu di Kota Padang. Kegiatan yang dilaksanakan untuk
mencapai tujuan yang telah ditetapkan yaitu:
a. Pengadaan obat dan perbekalan kesehatan
b. Pengadaan bahan logistic (Bahan habis pakai medis)
c. Perencanaan serta pendistribusian obat dan perbekalan kesehatan
d. Pengadaan obat dan vaksin (DAK)
e. Distribusi obat dan E-logistik (DAK Non Fisik)
5.1.6 Program Upaya Kesehatan Masyarakat
Program ini bertujuan untuk meningkatkan mutu dan jangkauan pelayanan
kesehatan dasar dan rujukan.

39
LAPORAN TAHUNAN TAHUN 2018 EDISI 2019

Kegiatan yang dilakukan untuk mencapai tujuan program adalah:


a. Peningkatan perawatan kesehatan masyarakat (Perkesmas)
b. Penilaian Puskesmas dan tenaga kesehatan berprestasi
c. Pelaksanaan kegiatan/ pelayanan P3K
d. Pencegahan dan pengendalian penyakit tidak menular
e. Sosialisasi dan pembinaan perizinan bidang kesehatan
f. Peningkatan kesehatan olahraga dan kesehatan kerja
g. BOK UKM (DAK Non Fisik)
h. BOK Puskesmas (DAK Non Fisik)
i. Peningkatan pelayanan kesehatan primer
j. Peningkatan pelayanan kesehatan rujukan
k. Pelayanan kesehatan masyarakat gangguan jiwa dan narkoba
5.1.7 Program Pengawasan Obat dan makanan
Program ini bertujuan untuk memantau peredaran obat, kosmetik dan
makanan di masyarakat. Kegiatan yang dilaksanakan adalah Peningkatan
pengawasan peredaran obat serta keamanan pangan dan bahan berbahaya.
5.1.8 Program Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat
Tujuan dari program ini adalah untuk merubah perilaku masyarakat agar
berperilaku Hidup Bersih dan Sehat melalui pemberdayaan masyarakat dan
memanfaatkan media promosi. Kegiatan yang dilaksanakan adalah :
a. Pengembangan media promosi dan informasi sadar hidup sehat
b. Peningkatan fungsi pokjanal posyandu
c. Pengembangan ORSOS kemasyarakatan (kelurahan siaga)
d. Penerapan kawasan tanpa rokok
e. Pembinaan pengobatan tradisional
f. Penyelenggaraan hari kesehatan nasional
5.1.9 Program Perbaikan Gizi Masyarakat
Program ini bertujuan untuk menanggulangi masalah gizi di kota Padang.
Kegiatan yang dilaksanakan dalam rangka mencapai tujuan program adalah :
a. Penanggulangan kurang energi protein (KEP), anemia gizi besi,
gangguan akibat kekurangan yodium (GAKY), kurang vitamin A dan

40
LAPORAN TAHUNAN TAHUN 2018 EDISI 2019

kekurangan zat gizi mikro lainnya


b. Pemerdayaan untuk mencapai keluarga sadar gizi
c. Penyediaan PMT bagi balita gizi buruk dan ibu hamil KEK
d. Penanggulangan balita gizi buruk rawat inap
5.1.10 Program Pengembangan Lingkungan Sehat
Program ini bertujuan untuk meningkatkan kualitas lingkungan dan
menurunkan kasus penyakit yang berbasis lingkungan. Kegiatan untuk mencapai
tujuan program tersebut adalah :
a. Pengawasan kualitas air dan lingkungan.
b. Pengawasan tempat-tempat umum/ tempat pengolahan makanan
(TTU/TPM)
c. Sosialisasi dan pembinaan penyehatan lingkungan
d. Pembinaan sanitasi total berbasis masyarakat
5.1.11 Program Pencegahan dan Penanggulangan Penyakit Menular
Tujuan dari program ini adalah untuk menurunkan angka kesakitan dan
kematian karena penyakit menular. Kegiatan yang dilaksanakan dalam program
ini adalah :
a. Penyemprotan / fogging sarang nyamuk
b. Pengadaan alat fogging dan bahan-bahan fogging
c. Pencegahan penularan penyakit endemik/ epidemik
d. Peningkatan imunisasi
e. Peningkatan surveilance epidemiologi dan penanggulangan wabah
f. Pelayanan kesehatan jemaah haji
g. Pencegahan dan pengendalian penyakit menular langsung (TB dan HIV
AIDS)
5.1.12 Program Standarisasi Pelayanan Kesehatan
Tujuan program ini untuk mengevaluasi dan menyusun laporan bidang
kesehatan dan standarisasi pelayanan bidang kesehatan, dimana kegiatannya
meliputi:
a. Evaluasi dan pengembangan standar pelayanan kesehatan
b. Rapat kerja kesehatan daerah (RAKERKESDA)

41
LAPORAN TAHUNAN TAHUN 2018 EDISI 2019

c. Akreditasi Puskesmas (DAK Non Fisik)


d. Penyusunan SOP pemberian rekomendasi perizinan RS
e. Penyusunan laporan dan profil kesehatan
5.1.13 Program Pengadaan, Peningkatan dan Perbaikan Sarana dan
Prasarana Puskesmas / Puskesmas Pembantu dan Jaringannya
Tujuan program ini adalah untuk meningkatkan fasilitas sarana dan
prasarana kesehatan untuk pelayanan kesehatan dasar melalui kegiatan pengadaan
alat, pembangunan dan rehabilitasi fasilitas kesehatan yang rusak sedang/berat.
Kegiatan yang dilakukan dalam mencapai tujuan program adalah sebagai berikut :
a. Pembangunan Puskesmas
b. Pembangunan Puskesmas Pembantu
c. Pengadaan sarana dan prasarana Puskesmas
d. Rehabilitasi sedang/berat Puskesmas Pembantu
e. Rehabilitasi sedang/berat Puskesmas
f. Pengadaan alat kedokteran dan alat laboratorium (DAK)
g. Rehabilitasi sedang/berat Puskesmas (DAK)
h. Pengadaan Instalasi Pengolah Limbah (DAK)
i. Rehabilitasi Pos Kesehatan Kelurahan (Poskeskel)
j. Pengadaan sarana gudang farmasi dan Pelet Penyimpanan Obat (DAK)
k. Pengadaan alat-alat Kesehatan
l. Pembangunan Puskesmas (DAK)
m. Pengadaan Puskesmas Keliling (DAK Reguler)
n. Pengadaan kenderaan Ambulan/Kenderaan Jenazah
o. Rehabilitasi sedang/berat rumah dinas kesehatan
p. Pematangan Lahan Pembangunan Puskesmas
q. Pembinaan dan Pengawasan Sarana dan Prasarana Kesehatan
r. Penambahan Ruang Terapi Berhenti Merokok (DBHCAT)
5.1.14 Program Kemitraan Peningkatan Pelayanan Kesehatan
Tujuan dari program ini adalah untuk memberikan pelayanan kesehatan
bagi masyarakat miskin Kota Padang, terutama yang memiliki jaminan kesehatan.
Adapun kegiatan yang dilakukan untuk mencapai tujuan program adalah kegiatan

42
LAPORAN TAHUNAN TAHUN 2018 EDISI 2019

kemitraan asuransi kesehatan jamkes sumbar sakato.


5.1.15 Program Peningkatan Pelayanan Kesehatan Anak Balita
Tujuan dari program ini adalah untuk meningkatkan pengetahuan ibu
balita tentang tumbuh kembang anak dan meningkatkan mutu pelayanan
kesehatan anak balita. Kegiatan yang dilakukan dalam menunjang pencapaian
tujuan program adalah kegiatan peningkatan pelayanan kesehatan anak balita.
5.1.16 Program Peningkatan Pelayanan Kesehatan Lansia
Program ini bertujuan untuk meningkatkan kesehatan lansia. Kegiatan
yang dilakukan adalah peningkatan pelayanan kesehatan lansia
5.1.17 Program Peningkatan Keselamatan Ibu Melahirkan dan Anak
Program ini bertujuan untuk meningkatkan kesehatan dan keselamatan ibu
yang melahirkan dan anak. Kegiatannya adalah peningkatan pelayanan kesehatan
ibu dan AMP.
5.1.18 Program Peningkatan Pelayanan Kesehatan Anak Sekolah
Tujuan dari program ini adalah untuk meningkatkan mutu pelayanan
kesehatan bagi anak sekolah dengan melihat status gizi anak sekolah serta absensi
sesuai dengan SKB 4 menteri dan Permenkes No 741/Menkes/PER/VII/2008.
Kegiatan yang dilakukan dalam menunjang program tersebut adalah peningkatan
jangkauan pelayanan kesehatan anak sekolah.
5.1.19 Program Asuransi Kesehatan
Tujuan dari program ini adalah meningkatkan penatalaksanaan kasus
resiko tinggi dan pencegahan komplikasi pada ibu hamil dalam rangka
menurunkan jumlah kasus kematian ibu dan bayi melalui kegiatannya adalah
Jaminan persalinan (Jampersal) (DAK non fisik).
5.1.20 Program Peningkatan Pelayanan Kesehatan
Tujuan program ini adalah untuk meningkatkan mutu pelayanan kesehatan
di Puskesmas. Kegiatan yang dilakukan dalam mencapai tujuan program adalah
kegiatan pelayanan Badan Layanan Umum Daerah (BLUD).
5.1.21 Program Peningkatan dan Pengembangan Pengelolaan Keuangan
Daerah
Tujuan dari program ini adalah meningkatnya kinerja dan penatalaksanaan

43
LAPORAN TAHUNAN TAHUN 2018 EDISI 2019

aset negara melalui pertemuan dan bimbingan teknis ke Puskesmas. Kegiatan


yang dilakukan adalah Sensus Barang Mlik Daerah Pemerintah Kota Padang.

5.2 Indikator Kesehatan


Agar keberhasilan pembangunan kesehatan dapat diketahui dan terukur,
ada beberapa indikator yang dijadikan acuan dalam melaksanakan program dan
kegiatan di Dinas Kesehatan Kota Padang. Indikator tersebut merupakan
indikator kunci pelayanan kesehatan yang terkandung dalam tujuan Sustainable
Development Goals (SDGs) yaitu :
5.2.1 Kasus kematian bayi dan balita
Kasus kematian neonatal tahun 2018 adalah sebanyak 70 kasus, kematian
bayi sebanyak 92 kasus, dan kematian anak Balita sebanyak 14 kasus. Jadi jumlah
kematian Balita tahun 2018 adalah sebanyak 106 kasus.
5.2.2 Kasus kematian ibu
Kasus kematian Ibu yang ditemukan pada tahun 2018 sebanyak 17 kasus.
Kematian ibu ini terdiri dari ibu hamil 2 orang, ibu bersalin 5 orang dan ibu nifas
10 orang. Jika dilihat dari sisi umur maka ibu yang meninggal terbanyak adalah
ibu yang berumur 20-34 tahun yaitu sebanyak 13 orang.
5.2.3 Prevalensi Gizi buruk
Kasus gizi buruk yang ditemukan pada tahun 2018 terdapat 61 orang dari
sebelumnya tahun 2017 adalah 66 orang. Semua kasus gizi buruk tersebut
mendapat perawatan.
5.2.4 Kasus HIV dan AIDS, Malaria
Pada tahun 2018 ditemukan kasus HIV sebanyak 447 kasus, AIDS sebanyak
103 kasus dengan jumlah kematian akibat AIDS sebanyak 6 kasus. Sementara
untuk Malaria suspek yang ditemukan sebanyak 47 kasus di Puskesmas dan dari
sediaan yang diperiksa semuanya positif malaria, namun tidak ada penderita yang
meninggal karena penyakit ini.
5.2.5 Umur harapan hidup
Umur harapan hidup tahun 2018 adalah 73,2 tahun

44
LAPORAN TAHUNAN TAHUN 2018 EDISI 2019

BAB VI
PEMBIAYAAN PROGRAM KESEHATAN
TAHUN 2018

6.1 Pembiayaan Bersumber APBD Kota Padang


Pembiayaan pelaksanaan program dan kegiatan pada Dinas Kesehatan Kota
Padang yang bersumber dari Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD) Kota
Padang untuk tahun 2018 dapat dilihat dari tabel dibawah ini:
Tabel 6.1
Anggaran Program Kesehatan Bersumber APBD Kota Padang
Tahun 2018

No. Kegiatan Belanja Jumlah (Rp) Realisasi Persentase (%)


Anggaran (Rp)
1. Belanja Tidak Langsung
a. Belanja Pegawai 90.108.645.042 88.138.136.089 97,81
2. Belanja Langsung
a. Belanja Pegawai 1.098.438.200 698.238.160 63,57
a. Belanja Barang dan Jasa 82.278.888.933 63.613.842.226 77,32
b. Belanja Modal 26.021.055.881 21.150.455.348 81,28
Sumber : DKK Padang

Berdasarkan tabel di atas diketahui bahwa realisasi belanja tidak langsung


pada Dinas Kesehatan Kota Padang cukup tinggi yaitu 97,81%, namun untuk
realisasi belanja pegawai pada Belanja langsung masih 63,57%. Hal ini
disebabkan karena rendahnya realisasi kegiatan Pelayanan BLUD (Badan
Layanan Umum Daerah) yang tidak sesuai dengan standar harga dan pelaksanaan
kegiatan lembur yang tidak jadi dilaksanakan, serta besarnya prediksi anggaran
pegawai untuk kegiatan Pelayanan BLUD. Turunnya realisasi belanja langsung
pada tahun 2018 ini disebabkan karena : penggunaan anggaran di kegiatan BOK
Puskesmas pada petunjuk teknis BOK yang terlalu mengikat; pada kegiatan
Penyediaan PMT bagi balita gizi buruk dan ibu hamil KEK disebabkan karena
PMT yang disediakan Kementerian Kesehatan sudah mencukupi sehingga
anggaran untuk pembelian PMT tidak digunakan, hanya terealisasi untuk
mendistribusikan PMT dari Kementerian; pada kegiatan penanggulangan balita
gizi buruk rawat inap hanya disebabkan karena tidak ada pasien gizi buruk yang

45
LAPORAN TAHUNAN TAHUN 2018 EDISI 2019

mau di rawat inap; sedangkan pada kegiatan pengadaan alat kedokteran dan alat
laboratorium disebabkan karena harga pada dokumen perencanaan disusun sesuai
e catalog tahun 2016, sementara pada tahun 2018 terjadi fluktuasi harga pada e
catalog sesuai aturan LKPP; pada kegiatan Jampersal disebabkan karena dari 6
rumah tunggu yang ditargetkan, hanya 4 unit yang terealisasi, 2 unit tidak
memenuhi syarat; pada kegiatan BLUD disebabkan karena penyerapan belanja
obat-obatan rendah karena kebutuhan obat sudah terpenuhi dari dana DAK.
6.2 Pembiayaan Bersumber Selain APBD Kota Padang
Pembiayaan untuk kesehatan pada Kota Padang, selain anggaran dari APBD
Kota Padang terdapat anggaran yang bersumber selain APBD seperti pada tabel
berikut ini:
Tabel 6.2
Sumber-Sumber Lain Pembiayaan Kesehatan Tahun 2018
No Sumber Kegiatan Belanja 2018

1. APBD Propinsi Belanja Langsung 4.255.312.800,-

2. APBN Dana Dekosentrasi 42.060.000,-

Sumber :Profil Kesehatan Kota Padang

46
LAPORAN TAHUNAN TAHUN 2018 EDISI 2019

BAB VII
PENCAPAIAN PROGRAM DAN KEGIATAN

Pencapaian derajat kesehatan masyarakat dapat dilihat dari capaian indikator


pelayanan kesehatan dan capaian program kesehatan dengan menggunakan tolok
ukur target. Tabel berikut ini menggambarkan capaian indikator Standar
Pelayanan minimal (SPM) bidang kesehatan tahun 2017 adalah sebagai berikut :
Tabel 7.1
Indikator Kinerja SPM Bidang Kesehatan Tahun 2018
TARGET CAPAIAN
No INDIKATOR DEVIASI
SPM PROGRAM

1. Pelayanan kesehatan ibu hamil 100 92,48 -7,52

2. Pelayanan kesehatan ibu bersalin 100 93,23 -6,77

3. Pelayanan kesehatan bayi baru lahir 100 97,41 -2,59

4. Pelayanan kesehatan balita 100 83,14 -16,86

Pelayanan kesehatan pada usia 93,37 -6,63


5. 100
pendidikan dasar
6. Pelayanan kesehatan usia produktif 100 25,33 -74,67

7. Pelayanan kesehatan usia lanjut 100 59,00 -41,00

8. Pelayanan kesehatan hipertensi 100 71,79 -28,21

Pelayanan kesehatan Diabetes Melitus 54,95 -45,05


9. 100
(DM)
Pelayanan kesehatan orang dengan 92,80 -7,20
10. 100
dengan gangguan jiwa (ODGJ) berat
Pelayanan kesehatan orang dengan 100 0
11. 100
Tuberkulosis (TB)
Pelayanan kesehatan orang dengan resiko 100 0
12. 100
terinfeksi HIV

Keberhasilan pembangunan kesehatan dapat dilihat dari pencapaian standar


pelayanan minimal (SPM bidang kesehatan) yang telah ditetapkan oleh masing-
masing kota sesuai dengan kemampuan daerah. Untuk tahun 2018 Dinas
Kesehatan Kota Padang mengacu kepada indikator SPM bidang kesehatan tahun
2018. Pada tabel diatas dapat dillihat bahwa masih rendahnya capaian pelayanan
kesehatan usia lanjut disebabkan karena masih adanya kelompok lansia pada

47
LAPORAN TAHUNAN TAHUN 2018 EDISI 2019

FKTP swasta yang tidak memberikan laporan ke Puskesmas yang belum


melaporkan. Sedangkan rendahnya capaian pelayanan kesehatan usia produktif
disebabkan karena disebabkan karena kelompok usia produktif tidak banyak yang
memeriksakan kesehatan ke fasilitas kesehatan. Rendahnya pencapaian kegiatan
Pelayanan kesehatan Diabetes Melitus disebabkan karena belum optimalnya
petugas dalam melakukan penjaringan kasus hipertensi dan diabetes serta FKTP
swasta belum memberikan laporan kunjungan pasien diabetes dan hipertensi
secara rutin.
Pencapaian program dan kegiatan yang dilaksanakan pada tahun 2018
berdasarkan bidang membawahinya dapat dilihat dalam uraian sebagai berikut :

7.1 Sekretariat
7.1.1 Sub Bagian Umum
a. Administrasi Umum
Pelaksanan kegiatan Subbag Umum di lingkungan Dinas Kesehatan Kota
Padang untuk kegiatan rutin tahun 2018 adalah sebagai berikut :
1) Administasi surat menyurat dimana kegiatannya adalah berupa
penyelenggaraan surat menyurat perkantoran. Adapun jumlah surat yang
masuk selama tahun 2018 adalah sebanyak 5.687 surat dan surat keluar
sebanyak 6.776 surat.
2) Penyediaan jasa komunikasi, sumber daya air dan listrik, merupakan
kegiatan rutin yang bertujuan bagaimana agar fasiltas komunikasi,
telepon, internet, air , dan listrik DKK, Puskesmas dan GFK tersedia dan
berjalan dengan baik dan lancar.
3) Perpanjangan STNK untuk Pemeliharaan dan perizinan kendaraan
dinas/operasional terdiri dari 30 roda 4 dan 30 roda 2.
4) Kegiatan pembersihan kantor telah dilakukan pada 23 Puskesmas dan
GFK dilakukan secara swakelola sedangkan untuk DKK Padang
dilakukan secara kontrak PL dengan pihak ketiga.
5) Penyediaan alat tulis kantor, barang cetakan dan penggandaan.
6) Penyediaan komponen instalasi listrik/penerangan bangunan kantor

48
LAPORAN TAHUNAN TAHUN 2018 EDISI 2019

7) Penyediaan peralatan dan perlengkapan kantor yang terdiri dari


penyediaan umbul-umbul bendera, marawa, bendera, laptop, komputer,
AC, printer dan infocus.
8) Penyediaan peralatan rumah tangga, bacaan dan peraturan perundang-
undangan, makanan dan minuman dan Penyediaan jasa pengamanan
kantor.
b. Administrasi Kepegawaian
Subbag Umum juga bertugas mengurus administrasi kepegawaian di
lingkungan Dinas Kesehatan. Adapun hasil kegiatan selama Tahun 2018 :
1) Sumber Daya Kesehatan yang ada pada Dinas Kesehatan Kota Padang
Tahun 2018 adalah 1.236 orang yang terbagi atas :
a) Pegawai Negeri Sipil (PNS) sebanyak 1.103 orang.
b) Pegawai Honor Daerah sebanyak 25 orang.
c) Pegawai Volunteer sebanyak 74 orang
d) Pegawai Tidak Tetap ( PTT ) sebanyak 34 orang
2) Administrasi kepegawaian yang dilaksanakan pada tahun 2018 adalah :
a) Pengurusan kenaikan pangkat sebanyak 274 orang yang terbagi atas
dua periode yaitu periode April 2018 sebanyak 102 orang dimana
fungsional umum sebanyak 20 orang dan fungsional tertentu 82 orang.
untuk periode Oktober 2018 terdapat 172 orang yang terdiri dari 42
orang kenaikan pangkat fungsional umum dan sebanyak 130 orang
kenaikan pangkat fungsional tertentu.
b) Kenaikan Gaji berkala Selama tahun 2018 terdapat 489 orang PNS
yang mendapatkan SK kenakan gaji berkala.
c) Pengurusan proses pensiun sebanyak 23 orang
d) Pengurusan mutasi/pindah pegawai, yaitu 12 orang masuk ke Kota
Padang dan 23 orang keluar Kota Padang.
e) Terdapat sebanyak 940 orang yang terdiri dari cuti tahunan sebanyak
868 orang, cuti bersalin sebanyak 39 orang, cuti alasan penting
sebanyak 28 orang dan cuti sakit sebanyak 4 orang dan cuti besar
sebanyak 1 orang.

49
LAPORAN TAHUNAN TAHUN 2018 EDISI 2019

f) Subag Umum dan Kepegawaian telah menyusun anjab yang


diperlukan untuk kelancaran kinerja dan analisis jabatan yang
disusun adalah dengan memperhatikan kompetensi dan keahliannya
masing-masing serta penjabaran tentang ketatalaksanaan dan
kebutuhan yang ditemui pada organisasi instansi di Dinas Kesehatan
Kota Padang.
g) Tahun 2018 terdapat 6 orang PNS dilingkungan DKK Padang yang
mengusulkan proses perceraian. Ketiga usulan tersebut diproses dan
ditindak lanjuti sesuai dengan aturan yang berlaku dan sudah
diteruskan ke BKPSDM.
h) Melaksanakan administrasi penegakan disiplin pegawai di lingkungan
Dinas Kesehatan Kota Padang
i) Pengurusan Penetapan Angka Kredit (PAK) Fungsional tertentu
j) Pembuatan Daftar Urut Kepegawaian (DUK) dan Bezetting/ semester
k) Melaksanakan administrasi penegakan disiplin pegawai di lingkungan
Dinas Kesehatan Kota Padang
l) Melaksanakan proses pelanggaran disiplin berdasarkan PP No.53
Tahun 2010
m) Melaksanakan pertemuan dengan Tata Usaha Puskesmas se Kota
Padang dalam rangka pembinaan kepegawaian
7.1.2 Sub Bagian Keuangan
Pada tahun 2018 subbag keuangan mempunyai total dana program sebesar
Rp. 199.937.500,- yang terealisasikan sebesar Rp 196.888.050,- (98,47%). Sub
Bagian Keuangan juga melaksanakan manajemen keuangan sesuai dengan bidang
tugasnya. Bendaharawan di bawah lingkungan Dinas kesehatan telah melakukan
pembukuan/administrasi keuangan serta pembuatan SPJ setiap bulan sesuai
dengan ketentuan yang berlaku. Subbag Keuangan dalam rangka melaksanakan
kegiatannya telah melakukan administrasi keuangan baik kegiatan langsung dan
kegiatan tak langsung dengan perincian sebagai berikut :
a. Pendapatan / Penerimaan
Tahun 2018 pendapatan/penerimaan dikelola oleh BLUD Puskesmas dan

50
LAPORAN TAHUNAN TAHUN 2018 EDISI 2019

terealisasi sebesar Rp.31.801.400.834,- (65,17%) dari target sebesar Rp.


48.800.000.000,-. Sumber pendapatan tersebut berasal dari dana pendapatan
dari pelayanan kesehatan (SKK, SKK haji, imunisasi calon pengantin/Catin,
visum hidup, jasa giro dan dana non kapitasi) dan dana kapitasi FKTP
Puskesmas serta jasa pelayanan pasien umum.
b. Belanja /Pengeluaran yang Berasal Dari :
1) APBD Kota Padang
Belanja / pengeluaran yang berasal dari APBD Kota Padang yang
dialokasikan ke Dinas Kesehatan Kota Padang sebanyak
Rp.82.960.660.581,- dan terealisasi sebesar Rp. 64.661.703.034,-
(77,94%). Anggaran ini alokasikan untuk kegiatan – kegiatan belanja
tidak langsung dan belanja langsung.
2) Dana APBN
Dana APBN untuk Dinas Kesehatan Kota Padang bersumber dari dana
alokasi khusus (DAK) dan dana dekonsentrasi yang berjumlah
Rp.26.492.822.433,-DenganrealisasisebesarRp. 20.814,282,700,-
(78,57%)
3) Dana – Dana Lainnya
Pada tahun 2018 Dinas Kesehatan Kota Padang juga mendapatkan dana
pinjaman/hibah luar negeri (PHLN) yang berjumlah Rp. 348.637.841,-
dengan rincian :
● GF TB : Rp. 166.578.000,-
● GF AIDS : Rp. 182.059.841,-
c. Belanja Tidak Langsung
Belanja tidak langsung (BTL) dialokasikan dalam rangka memenuhi
kebutuhan gaji dan tunjangan Pegawai Negeri Sipil dilingkungan Dinas
Kesehatan Kota Padang yang meliputi gaji pokok PNS, tunjangan keluarga,
tunjangan jabatan, tunjangan fungsional, tunjangan fungsional umum,
tunjangan beras, tunjangan PPh / tunjangan khusus, tambahan penghasilan
berdasarkan beban kerja dan tunjangan penghasilan berdasarkan tempat kerja.
Pada tahun 2018 Dinas Kesehatan Kota Padang mendapat alokasi BTL

51
LAPORAN TAHUNAN TAHUN 2018 EDISI 2019

sebanyak Rp. 90.108.655.042,24,- dan terealisasi sebanyak Rp.


88.138.136.089,- (97,81%).
d. Aset
Pada tahun 2018 Subbag Keuangan melakukan kegiatan pembinaan,
pendataan, sensusbarangmilikdaerah dan penghapusan aset. Jumlah aset Dinas
Kesehatan Kota Padang yang dilakukan penghapusan sebesar
Rp.4.296.976.773.78,- yang terdiri dari peralatan dan mesin serta gedung
sehingga jumlah aset Dinas Kesehatan Kota Padang tahun 2018 menjadi
Rp.173.836.095.451.92,- yang terdiri dari tanah, peralatan dan mesin, gedung
dan bangunan, jalan irigasi dan jaringan, asset tetap lainnya serta kontruksi
dalam pengerjaan. Selain itu dalam rangka tertib manajemen aset telah
dilakukan pemasangan kartu inventaris ruangan (KIR) disetiap ruangan yang
ada di DKK dan di Puskesmas sesuai dengan inventaris barang yang ada dan
labelisasi inventaris. Pembinaan aset yang dilakukan diharapkan dapat
mewujudkan WTP bagi Kota Padang.
7.1.3 Sub Bagian Program
Sub Bagian Program selama tahun 2018 telah melaksanakan kegiatan yang
bersifat perencanaan dan pelaporan. Kegiatan perencanaan yang dilaksanakan
antara lain mengikuti Musrenbang dan forum SKPD, revisi Rencana Strategis
(RENSTRA) Dinas Kesehatan Kota Padang Tahun 2014-2019, pembuatan
Rencana Kerja (Renja) melalui aplikasi e-planning, pembuatan Dokumen
Pelaksanaan Anggaran/Perubahan Anggaran (DPA/DPPA) melalui proses entry
Rencana Kerja dan Anggaran/Perubahan Anggaran (RKA/RKPA) ke aplikasi
SIPKD, membuat Plan Of Action (POA), Perjanjian Kinerja (PK) dan penyusunan
Indikator Kinerja Utama (IKU), Sistem Informasi Pembangunan Daetah (SIPD),
Perencanaan dan Penganggaran Responsif Gender (PPRG).
Kegiatan pelaporan yang dilaksanakan antara lain pembuatan Laporan
Tahunan Dinas Kesehatan, buku Profil Kesehatan Kota Padang, penyusunan
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP), laporan Evaluasi
Kinerja Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah (EKPPD) bidang kesehatan,
Laporan Keterangan PertanggungJawaban Walikota (LKPJ), laporan Realisasi

52
LAPORAN TAHUNAN TAHUN 2018 EDISI 2019

Fisik dan Keuangan (RFK) atau Sistem Pembangunan Daerah (Simbangda),


laporan evaluasi renja triwulan atau e-monev, pengelolaan Sistem Informasi
Kesehatan (SIK) secara online, laporan Sistem Pengawasan Internal Pemerintah
(SPIP) dan evaluasi penerapan aplikasi pelayanan kesehatan berbasis teknologi
E-Puskesmas ke Puskesmas, Laporan Padang Dalam Angka dan Sumatera Barat
Dalam Angka (PDA/SBDA), Sistem Pejabat Pelaksana Informasi dan
Dokumentasi (PPID), Layanan Aspirasi dan Pengaduan Online Rakyat Sistem
Pengelolaan Pengaduan Pelayanan Publik Nasional Sistem Layanan aspirasi dan
pengaduan Online Rakyat (E-LAPOR SP4N), E-SAKIP (Elektronik Sistem
Akuntabilitas Kinerja Instasi Pemerintah)
Dinas Kesehatan Kota Padang sejak tahun 2010 telah menerapkan sistem
satu pintu untuk manajemen data. Hal ini berarti kegiatan pengolahan data,
pendistribusian data dan informasi kesehatan yang dibutuhkan oleh mahasiswa
untuk penelitian maupun data untuk lintas program dan sektoral yang terkait
dilakukan melalui Subbag Program.

7.2 Bidang Kesehatan Masyarakat


7.2.1 Seksi Kesehatan Keluarga dan Gizi
7.2.1.1 Kesehatan Keluarga
a. Pelayanan Kesehatan Ibu
Program Pelayanan Kesehatan Ibu ditujukan untuk meningkatkan status
kesehatan ibu, menurunkan angka kematian ibu dan bayi serta meningkatnya
cakupan Keluarga Berencana. Beberapa indikator penting yang terkait dengan
status kesehatan ibu dan bayi antara lain AKI (angka kematian ibu) dan AKB
(angka kematian bayi). Selain itu penilaian terhadap pelaksanaan pelayanan
kesehatan ibu dapat dilakukan dengan melihat cakupan pemantauan wilayah
setempat (PWS). Pemantauan wilayah setempat juga dilakukan untuk menilai
pelayanan kesehatan anak (PWS KIA). PWS KIA bertujuan untuk memantau
pelayanan kesehatan ibu dan anak secara berkesinambungan di tiap wilayah
kerja Puskesmas mulai dari pelayanan ANC (Ante Natal Care), persalinan,
masa nifas, penanganan komplikasi kebidanan serta kesehatan bayi hingga

53
LAPORAN TAHUNAN TAHUN 2018 EDISI 2019

balita. Pemantauan yang dilakukan adalah pemantauan kesehatan ibu hamil


(K1, K4), Deteksi hamil resiko tinggi oleh tenaga kesehatan/masyarakat,
Persalinan oleh tenaga kesehatan dan oleh dukun, kunjungan neonatus,
penanganan neonatus komplikasi serta kunjungan bayi, dan balita. Salah satu
bagian yang penting dalam PWS KIA adalah kohort. Sebagai bagian dari
sistem pencatatan dan pelaporan kesehatan, keberadaan kohor menjadi sangat
penting. Selain sebagai sumber data utama dalam pelaporan rutin , juga sangat
diperlukan dalm melakukan pemantauan pelayanan kesehatan baik secara
individu maupun antar wilayah. Kohort juga berperan dalam mengintegrasikan
program terkait kesehatan ibu dan anak sehingga pelayanan kesehatan yang
diberikan menjadi komprehensif. Pelayanan KIA , gizi dan imunisasi dan hiv
aids pada ibu dan anak dapat dipantau secara terus menerus sepanjang
informasinya terekam dalam kohort sehingga dapat dinilai sejauh mana
kualitas pelayanan yang diberikan atau sebaliknya seberapa banyak sasaran di
wilayah tersebut yang belum mendapatkan pelayanan yang selayaknya
diterima. Data yang ada dalam kohor tersebut akan menjadi informasi penting
ketika ditungkan dalam pemantauan wilayah Setempat (PWS) yang dapat
digunakan sebagai acuan dalam melakukan penilaian terhadap kinerja maupun
kompetensi tenaga kesehatan di suatu wilayah. Tenaga kesehatan di tingkat
pelayanan dasar di puskesmas diharapkan dapat memanfaatkan keberadaan
kohor sebagai pijakan dalam memberikan pelayanan kesehatan kepada
masyarakat khususnya ibu, bayi, balita, dan prasekolah. Pemanfaatan kohor
dapat dilakukan mulai dari mengisi secara lengkap kolom yang ada,
menghitung cakupan program sampai dengan melakukan analisis secara
sederhana terhadap cakupan program. Untuk dapat memenuhi harapan tersebut
tentu saja dibutuhkan kerja keras dan kemauan yang kuat untuk secara bersama
mewujudkannya.
1) Cakupan Kunjungan K-1 dan K-4
Cakupan Kunjungan K-1 adalah cakupan ibu hamil yang pertama kali
mendapat pelayanan antenatal oleh tenaga kesehatan pada masa kehamilan di
satu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu. Pelayanan antenatal yang

54
LAPORAN TAHUNAN TAHUN 2018 EDISI 2019

diberikan sesuai dengan standar pelayanan 10 T. Standar pelayanan 10 T


tersebut mencakup : 1. Timbang berat badan dan ukur tinggi badan, 2.
Pemeriksaan tekanan darah, 3. Nilai status gizi (LILA), 4. Tinggi fundus uteri,
5. Tentukan presentasi janin dan denyut jantung janin , 6. Skrining status
imunisasi Tetanus dan berikan bila diperlukan, 7. Pemberian tablet besi
minimal 90 tablet selama kehamilan, 8.Tes laboratorium (Hb, Triple E (HIV,
Hepatitis B, Sifilis), protein urine, gula darah ), 9. Tatalaksana kasus , 10.
Temu wicara (konseling) termasuk perencanaan persalinan dan pencegahan
komplikasi (P4K) serta kb pasca salin.
Cakupan kunjungan ibu hamil K-4 adalah Ibu hamil yang mendapatkan
pelayanan antenatal sesuai standar paling sedikit empat kali, dengan distribusi
pemberian pelayanan yang dianjurkan adalah minimal satu kali pada trimester
pertama, satu kali pada trimester kedua dan dua kali pada trimester ketiga umur
kehamilan. Untuk mengetahui capaian program kunjungan ibu hamil di
Puskesmas se Kota Padang dapat dilihat pada grafik berikut :
Grafik 7.1.
Cakupan Kunjungan Ibu Hamil K1 Tahun 2018
101.1
100.5
100.4
100.3
100.0
99.9
99.8
99.8
99.7
99.6
99.5
98.9
98.7
98.2
98.1
97.8
96.8
96.6
96.6
96.5
92.4

120.0
89.1
84.0
100.0 74.3
80.0
60.0
40.0
20.0
0.0
Lapai

Nanggalo

Alai
Pdg. Pasir

Pauh
Air Tawar

Bungus
Lb. Kilangan

Ambacang

Andalas

Kuranji
Rawang
Lb. Begalung
Pemancungan

Lb. Buaya
Anak Air
Ikur Koto

Air Dingin

Seb. Padang
Dadok TH
Belimbing

Pegambiran
Ulak Karang

Kota Padang

Target pencapaian program untuk K1 = 100%. Tahun 2018 jumlah ibu


hamil yang ada di Kota Padang sebanyak 18.275 orang dengan capaian K1
sebanyak 17.638 orang (96,5%). Angka ini belum mencapai target disebabkan
karena belum semua ibu hamil mengakses fasilitas pelayanan kesehatan pada

55
LAPORAN TAHUNAN TAHUN 2018 EDISI 2019

trimester pertama (K1 murni). Masih ada ibu hamil yang mengakses fasyankes
setelah kehamilan diatas 12 minggu (K1 akses). Capaian kunjungan K1 yang
sudah mencapai target terdapat di Puskesmas Lapai, Pemancungan, Ikur Koto,
Ambacang, dan Lubuk Kilangan sedangkan capaian terendah (74,3%) terdapat
di Puskesmas Seberang Padang.
Grafik 7.2.
Cakupan Kunjungan Ibu Hamil K4 Tahun 2018
98.6
97.5
97.0
96.8
96.7
96.5
96.3
96.3
96.2
96.0
95.7
95.6
120.0

95.2
94.9
94.1
93.8
93.6
92.5
92.2
92.1
88.9
81.7
78.3
100.0

71.0
80.0
60.0
40.0
20.0
0.0
Lapai
Nanggalo

Alai

Pauh
Pdg. Pasir

Padang
Bungus

Ambacang
Air Tawar
Lb. Kilangan

Andalas

Kuranji

Lb. Buaya
Rawang

Lb. Begalung

Seb. Padang
Pemancungan

Anak Air
Ikur Koto
Air Dingin

Dadok TH
Belimbing

Pegambiran
Ulak Karang

Dari grafik 3.2 diatas, capaian kunjungan K4 Kota Padang sebesar 92,5%
(16.900 orang ) dari target 96% (17.544 orang). Angka ini belum mencapai
target disebabkan salah satunya karena masih kurangnya pengetahuan ibu
hamil untuk memeriksakan kehamilan ke fasyankes serta masih kurangnya
koordinasi Puskesmas dengan RS dan BPM (Bidan Prektek Mandiri) yang
memberikan pelayanan kepada ibu hamil sehingga berpengaruh terhadap
pencatatan dan pelaporan kunjungan ibu hamil Selain itu cakupan kunjungan
K4 sangat dipengaruhi oleh capaian kunjungan K1. Puskesmas yang telah
mencapai target yaitu Puskesmas Bungus, Rawang, Lubuk Kilangan,
Nanggalo, Lubuk begalung, Belimbing, Air Dingin, Ikur koto, Ambacang, Air
tawar . Capaian terendah terdapat di Puskesmas Seberang Padang (71%)

56
LAPORAN TAHUNAN TAHUN 2018 EDISI 2019

Grafik 7.3
Cakupan Kunjungan Ibu Hamil K1 dan K4 Kota Padang
Tahun 2014 – 2018
102 100.3
99.6
100 98.6
97.81
98 96.3 96.5
95.6 95.6
96
K1
94 93.2
92.5
K4
92
90
88
2014 2015 2016 2017 2018

Dari grafik diatas dapat dilihat bahwa cakupan kunjungan ibu hamil selama
5 tahun terakhir mulai tahun 2014 – 2018 rata-rata sudah di atas 90%. Capaian
K1 tertinggi terdapat pada tahun 2015 dan K4 pada tahun 2016 sedangkan
capaian terendah baik untuk K1 dan K4 yaitu pada tahun 2018.
2) Deteksi Ibu Hamil Resiko Tinggi
Deteksi ibu hamil Risiko tinggi adalah ibu hamil yang beresiko terhadap
kehamilan dan terdeteksi oleh Tenaga kesehatan. Tujuan dilakukan deteksi ibu
hamil resiko tinggi agar dapat mengetahui apakah ibu hamil dalam kondisi
pada saat hamil, bersalin maupun nifas tidak dalam kondisi komplikasi dan
aman dalam persalinan. Sesuai dengan definisi operasional bahwa perhitungan
ibu hamil resiko tinggi ibu 20% dari sasaran ibu hamil. Capaian deteksi ibu
hamil resiko tinggi oleh tenaga kesehatan dapat dilihat pada tabel berikut :
Grafik 7.4
Capaian Deteksi Ibu Hamil Resiko Tinggi Oleh Tenaga Kesehatan
Tahun 2018
124.5
108.5
107.5
104.1
102.8
102.5
102.4
101.6
101.0
100.5
100.0
100.0

140.0
96.8
96.5
96.4
96.0
95.1
93.3
92.6
85.1
80.0

120.0
79.4
67.2

100.0
40.6

80.0
60.0
40.0
20.0
0.0
Lapai

Nanggalo
Alai

Kuranji
Padang
Pauh

Ambacang

Pdg. Pasir
Air Tawar

Bungus
Andalas

Rawang

Lb. Kilangan
Lb. Begalung

Pemancungan

Lb. Buaya

Anak Air
Ikur Koto

Seb. Padang

Dadok TH
Air Dingin
Pegambiran
Belimbing

Ulak Karang

57
LAPORAN TAHUNAN TAHUN 2018 EDISI 2019

Jumlah sasaran ibu hamil resti tahun 2018 yaitu 3.655 orang. Jumlah Ibu
hamil resti yang terdeteksi oleh nakes sebanyak 3.525 orang dengan persentase
96,4%. Artinya belum semua ibu hamil resiko tinggi terdeteksi oleh petugas di
Puskesmas. Apabila ada ibu hamil resti yang tidak terdeteksi maka akan
meningkatkan resiko kematian ibu sehingga diperlukan inovasi program dan
penguatan dalam pelaksanaan PWS oleh puskesmas terutama oleh pengelola
program dan pembina wilayah sehingga semua ibu hamil resiko tinggi dapat
terdeteksi.
3) Cakupan Persalinan Oleh Tenaga Kesehatan
Ibu hamil yang melakukan persalinan dengan tenaga kesehatan adalah
16.264 orang dari 17.445 orang ibu bersalin (93,2%). Angka ini belum
mencapai target yang ditetapkan yaitu 100%. Hal ini menunjukkan masih
kurangnya kerjasama dan koordinasi antara Puskesmas, BPM ( Bidan Praktek
Mandiri) dan Rumah sakit dalam pelaksanaan PWS KIA serta kurang
maksimalnya peran tugas dan tanggung jawab pembina wilayah. Cakupan
persalinan oleh tenaga kesehatan dapat dilihat pada grafik berikut :
Grafik 7.5
Cakupan Persalinan oleh Tenaga Kesehatan di Kota Padang
Tahun 2018
99.9
99.7
99.3
99.2
99.2
99.0
98.1
98.1
96.1
94.8
94.4
104.3
100.1
100.0

93.3
93.2
92.2
92.1
91.9
89.9
88.0

120.0
85.6
71.5
70.7
100.0
80.0
60.0
40.0
20.0
0.0
Andalas

Pauh
Lb. Kilangan

Lapai
Padang

Anak Air
Rawang

Pegambiran
Ambacang

Seb. Padang
Nanggalo
Belimbing
Pdg. Pasir
Ikur koto

Bungus

Alai

Pemancungan
Air Dingin

Air Tawar

Kuranji

Lb. Begalung
Ulak Karang
Dadok TH

Lb. Buaya

Dari grafik diatas dapat dilihat bahwa hanya 3 puskesmas yang


mencapai target yaitu Puskesmas Ikur Koto, Lubuk Kilangan dan Air Dingin
sedangkan capaian cakupan persalinan oleh tenaga kesehatan terendah di
Puskesmas Seberang Padang (70.7%). Untuk Kota Padang, persentase
persalinan nakes (93,2%) melebihi cakupan K4 (92,5%). Hal

58
LAPORAN TAHUNAN TAHUN 2018 EDISI 2019

ini menjadi tantangan tersendiri karena pelayanan antenatal memiliki peranan


yang sangat penting dalam mendeteksi dan tatalaksana dini komplikasi yang
dapat timbul dalam persalinan. Apabila seorang ibu datang langsung untuk
bersalin di tenaga kesehatan tanpa adanya riwayat antenatal sebelumnya , maka
faktor resiko dan kemungkinan komplikasi saat persalinan akan lebih sulit
diantisipasi.
4) Cakupan Pelayanan Kesehatan Ibu Nifas
Pelayanan nifas sesuai standar adalah pelayanan kepada ibu nifas sesuai
standar sedikitnya 3 kali, kunjungan nifas ke-1 pada 6 jam setelah persalinan
s.d 3 hari; kunjungan nifas ke-2 hari ke 4 s/d hari ke 28 setelah persalinan,
kunjungan nifas ke-3 hari ke 29 s/d hari ke 42 setelah persalinan termasuk
didalamnya pemberian vitamin A yang diberikan 2 kali ( 1 kapsul setelah
melahirkan dan 1 kapsul lagi setelah 24 jam dan tidak lebih dari 6 minggu )
dan pemasangan KB Pasca Salin. Pada tahun 2018, jumlah ibu yang
mendapatkan pelayanan kesehatan ibu nifas sebanyak 15.625 (89.6%) orang
dari sasaran ibu bersalin 17.445 orang. Angka ini belum mencapai target.
Target capaian program adalah 15.700 orang untuk angka absolute dengan
persentase 90%. Capaian pelayanan kesehatan ibu nifas Kota Padang dapat
dilihat pada grafik berikut :
Grafik 7.6
Cakupan Kunjungan Nifas Kota Padang Tahun 2014 – 2018
100
96.6
94.88
95 92.8 93.68
89.6
90

85
2014 2015 2016 2017 2018

Capaian Kunjungan Nifas Kota Padang pada tahun 2018 mengalami


penurunan dari tahun sebelumnya dan merupakan capaian terendah selama 5
tahun terakhir. Angka kunjungan nifas ini pun lebih kecil jika dibandingkan
dengan angka persalinan dengan tenaga kesehatan. Apabila jumlah cakupan

59
LAPORAN TAHUNAN TAHUN 2018 EDISI 2019

persalinan dengan tenaga kesehatan tidak sama dengan cakupan nifas,


kemungkinan terjadi komplikasi persalinan di masa nifas atau masa nifas tidak
terkontrol oleh penolong persalinan. Semakin lebar jarak persalinan dengan
kunjungan nifas, maka resiko terjadinya kematian ibu semakin besar.
5) Keluarga Berencana
Dalam rangka percepatan penurunan angka kematian ibu, salah satu upaya
yang dilakukan adalah melalui pelayanan keluarga berencana. Pelayanan
Keluarga Berencana berkualitas adalah pelayanan KB sesuai standar dengan
menghormati hak individu dalam merencanakan kehamilan sehingga
diharapkan dapat berkontribusi menurunkan angka kematian ibu dan
menurunkan tingkat fertilitas bagi pasangan yang memiliki dua anak.
Walaupun program KB telah lama dijalankan tetapi pasangan yang ber-KB
masih jauh dari target program. Target program yaitu persentase capaian KB
aktif adalah 75% dari jumlah sasaran PUS (Pasangan Usia Subur) dan Kb
Pasca salin 35 % dari jumlah sasaran ibu bersalin.
Pasangan Usia Subur adalah pasangan suami istri yang istrinya berumur
antara 15-49 tahun, dalam hal ini termasuk pasangan yang istrinya lebih dari
49 tahun tetapi masih mendapat menstruasi. Peserta Aktif KB adalah peserta
KB baru dan lama yang masih aktif memakai kontrasepsi terus-menerus untuk
menunda, menjarangkan kehamilan atau yang mengakhiri kesuburan. Peserta
KB Baru adalah pasangan usia subur yang baru pertama kali menggunakan
salah satu cara/alat kontrasepsi dan/atau pasangan usia subur yang
menggunakan kembali salah cara/alat kontrasepsi, termasuk pasca keguguran,
sesudah melahirkan, atau pasca istirahat. KB Pasca salin adalah pelayanan KB
yang diberikan setelah persalinan sampai kurun waktu 42 hari. Drop-Out (DO)
adalah akseptor KB yang tidak menggunakan alat kontrasepsi dan atau tidak
terlindungi oleh efek kontrasepsi dengan alasan apapun. Kegagalan KB adalah
kasus terjadinya kehamilan pada akseptor KB aktif yanag pada saat tersebut
menggunakan metode kontrasepsi. Komplikasi Kontrasepsi adalah gangguan
kesehatan ringan sampai berat bagi klien yang terjadi akibat proses
pemberian/pemasangan metode kontrasepsi.

60
LAPORAN TAHUNAN TAHUN 2018 EDISI 2019

Pada tahun 2018 Pasangan Usia Subur (PUS) Kota Padang berjumlah
183.088 jiwa dengan jumlah peserta KB baru 34037 orang (18,59%) dan
peserta KB aktif 126.651 orang (69,17%). Peserta KB yang mengalami
komplikasi sebanyak 31 orang, Kegagalan KB 8 orang dan Drop Out 1695
orang. Capaian peserta Kb baru meningkat 2 x lipat dari tahun sebelumnya
sedangkan untuk kb aktif mengalami sedikit penurunan. Pada tahun 2017,
jumlah peserta KB baru 16.947 orang (9,35%) dan peserta KB aktif sebanyak
116.458 orang (64,24%). Jenis kontrasepsi ini terbagi menjadi 2 yaitu Metode
Kontrasepsi Jangka Panjang (MKJP) terdiri dari IUD, MOP/MOW, Implan dan
non MKJP terdiri dari kondom, suntik, dan pil Jumlah peserta KB Aktif dan
KB baru berdasarkan metode keluarga berencana dapat dilihat pada gambar
berikut:
Grafik 7.7
Cakupan Peserta KB Aktif dan KB Baru Kota Padang Tahun 2018

3939 22751122
89 suntik
6442 717 suntik 1750
8568
2149 pil
10739 pil
kondom AKDR
akdr kondo
67761 implan 18411 m
28485 8241 implan
MOW
MOW
MOP

Dari gambar diatas dilihat bahwa metode Non MJKP lebih banyak
diminati baik oleh peserta Kb aktif maupun Kb baru dengan jumlah untuk KB
Aktif yang menggunakan MKJP sebanyak 19.666 orang (10,74%) dan non
MKJP sebanyak 28.845 (15.56%) orang. Jumlah peserta Kb baru yang
menggunakan MJKP sebanyak 5.236 orang (2,86%) dan yang Non MJKP
sebanyak 28.801 (15,73%). Metoda Non MJKP yang banyak diminati yaitu KB
Suntik, diikuti pil dan kondom sedangkan untuk Metoda MJKP yang diminati

61
LAPORAN TAHUNAN TAHUN 2018 EDISI 2019

adalah Implan diikuti oleh MOW (Metoda Operasi Wanita) dan MOP (Metoda
Operasi Pria).
Salah satu indikator pelayanan keluarga berencana adalah KB pasca salin.
Pelayanan KB pasca persalinan akan mencegah kehamilan dengan jarak yang
terlalu dekat (salah satu faktor dalam 4T / terlalu) sehingga dapat menurunkan
dalam kehamilan ibu. Pelayanan Kb Pasca Persalinan juga akan mencegah
terjadinya kehamilan yang tidak diinginkan yang sering berakhir dengan
terminasi kehamilan sehingga dapat menurunkan kesakitan dan kematian ibu.
Target capaian KB Pasca Persalinan adalah 35%. Capaian KB Pasca Persalinan
Menurut Puskesmas dapat dilihat pada gambar berikut :
Grafik 7.8
Capaian KB Pasca Persalinan Menurut Puskesmas Tahun 2018
95.05

100.00
58.38

90.00
80.00
45.15
42.51
39.17
38.65
38.43
37.15

70.00
31.63
28.63
27.17

60.00
25.70
24.88
22.97
19.98
18.84
50.00 18.75
16.29
16.23
15.60
13.19
13.16
12.02
40.00

4.00
30.00
20.00
10.00
0.00
Alai

Andalas
Padang Pasir

Nanggalo

Anak Air

PADANG

Dadok TH
Air Dingin
Pauh
Air Tawar

Bungus

Kuranji

Ambacang

Pagambiran
Lb. Kilangan

Belimbing
Seb. Padang

Lb. Begalung
Pemancungan

Ulak Karang
Ikur Koto

Lubuk Buaya
Rawang
Lapai

Dari gambar tersebut dapat dilihat bahwa hanya 8 puskesmas yang telah
mencapai target dengan capaian tertinggi terdapat di Puskesmas Padang Pasir
(95.05%) sedangkan sebagian besar puskesmas (15 puskesmas) belum dapat
mencapai target dengan capaian terendah terdapat di Puskesmas Lubuk Buaya
(4%). Hal ini berpengaruh terhadap capaian Kota Padang yang hanya 27,17%
dengan jumlah peserta 4.739 orang sehingga diperlukan penguatan pada
pelayanan anc terutama dalam temu wicara/konseling pada ibu hamil untuk
memotivasi penggunaan KB Pasca Persalinan.
b. Pelayanan Kesehatan Anak
Program tersebut bertujuan untuk menjamin kelangsungan hidup bayi baru
lahir, memelihara dan meningkatkan kesehatan anak sesuai tumbuh

62
LAPORAN TAHUNAN TAHUN 2018 EDISI 2019

kembangnya, dalam rangka meningkatkan kualitas hidup anak yang akan


menjadi sumber daya pembangunan bangsa di masa mendatang. Upaya
Kesehatan Anak dilakukan sedini mungkin sejak anak masih di dalam
kandungan sampai lima tahun pertama kehidupannya yang ditujukan untuk
mempertahankan kelangsungan hidupnya sekaligus meningkatkan kualitas
hidup anak agar mencapai tumbuh kembang yang optimal baik fisik, mental,
emosional maupun sosial serta memiliki intelegensia majemuk sesuai dengan
potensi genetiknya. Indikator berikut ini merupakan indikator kesehatan anak
yang terdapat di dalam Renstra kesehatan dan SPM (Standar Pelayanan
Minimal ) serta indikator output dari program terkait kesehatan anak :
1) Cakupan Kunjungan Neonatal
Cakupan Kunjungan Neonatal Pertama atau yang dikenal dengan sebutan
dengan KN1, merupakan indikator yang menggambarkan upaya kesehatan
yang dilakukan untuk mengurangi risiko kematian pada periode neonatal yaitu
6 - 48 jam setelah lahir, dengan cara mendeteksi sedini mungkin permasalahan
yang mungkin dihadapi bayi baru lahir, sekaligus memastikan pelayanan yang
seharusnya didapatkan oleh bayi baru lahir yang diantaranya terdiri dari
konseling perawatan bayi baru lahir, ASI eksklusif, pemberian Vitamin K1
injeksi (bila belum diberikan) dan Hepatitis B 0 (nol) injeksi (bila belum
diberikan). Kunjungan ini dilakukan dengan pendekatan MTBM (Manajemen
Terpadu Bayi Muda) hingga penanganan neonatus komplikasi dan rujukan
kasus. Perhitungan cakupan ini dilakukan dengan cara membandingkan bayi
baru lahir yang mendapatkan kunjungan neonatal pertama dengan jumlah
seluruh bayi baru lahir di wilayahnya yang kemudian dikonversi dalam bentuk
persentase. Target indikator kunjungan neonatal pertama (KN 1) tahun 2018
adalah 90% dan capaian Kota padang tahun 2018 telah mencapai target yakni
sebesar 99,7% yang berarti sebanyak 16.240 bayi baru telah dilakukan
kunjungan neonatal pertama dari jumlah bayi baru lahir sebanyak 16.282 bayi.
Untuk melihat capaian kunjungan neonatal menurut puskesmas dapat
dilihat pada gambar berikut :

63
LAPORAN TAHUNAN TAHUN 2018 EDISI 2019

Grafik 7.9
Capaian Kunjungan Neonatal Pertama menurut Puskesmas Tahun 2018

100.3
100.0
100.0
100.0
100.0
100.0
100.0
100.0
100.0
100.0

99.2
99.8
99.8
99.8
99.8
99.8
99.7
99.7
99.7
99.6
99.5

99.2
99.2
101.0
100.0

96.7
99.0
98.0
97.0
96.0
95.0
94.0

Lubuk…
Seberang…
Air Dingin
Andalas

Alai
Belimbing

Lapai

Nanggalo
Pegambiran

Padang
Pauh
Air Tawar
Kuranji

Anak Air
Ulak Karang

Lb.Buaya
Dadok TH

Rawang Barat

Lubuk Kilangan
Padang Pasir

Ikur Koto
Ambacang Kri

Pemancungan
Bungus

Dari grafik diatas dapat dilihat bahwa untuk kunjungan neonatal pertama
semua puskesmas sudah mencapai target. Selain Kunjungan Neonatal Pertama,
indikator yang menggambarkan pelayanan kesehatan bagi neonatal adalah
Kunjungan neonatal lengkap (KN lengkap). KN Lengkap ini merupakan
cakupan neonatal yang mendapat pelayanan kesehatan neonatal lengkap
minimal masing-masing satu kali pada saat usia 6-48 jam, pada saat usia 3-7
hari dan pada saat usia 8-28 hari setelah lahir di suatu wilayah kerja pada kurun
waktu tertentu. Target indikator capaian KN3 adalah 95 %. dan capaian Kota
padang tahun 2018 telah mencapai target yakni sebesar 97,4% yang berarti
sebanyak 15.861 bayi baru telah dilakukan kunjungan neonatal lengkap dari
jumlah bayi baru lahir sebanyak 16.282 bayi.
Untuk melihat capaian kunjungan neonatal menurut puskesmas dapat
dilihat pada gambar berikut :
Grafik 7.10
Capaian Kunjungan Neonatal Lengkap menurut Puskesmas Tahun 2018
103.7
101.6
100.0

98.4
99.9
99.5
99.2
98.8

98.4
98.3
98.0
97.9
97.4
96.9
96.8
96.3
96.3
96.2

105.0
96.0
95.8
93.0
92.3

100.0
90.3
90.2

95.0
90.0
85.0
80.0
Dadok…
Lubuk…
Seberang…
Andalas

Lapai

Anak Air
Pauh
Nanggalo
Belimbing
Alai
Pegambiran
Air Dingin

Kuranji

Air Tawar
Lb.Buaya

Ulak Karang

Rawang Barat

Ikur Koto
Lubuk Kilangan

Padang Pasir
Ambacang Kri

Pemancungan

Padang

Bungus

64
LAPORAN TAHUNAN TAHUN 2018 EDISI 2019

Dari 23 puskesmas, hanya 4 puskesmas yang belum mencapai target


dengan pencapaian terendah berada pada wilayah kerja Puskesmas Dadok
Tunggl Hitam (90,2%).
2) Cakupan Penanganan Neonatus Dengan Komplikasi
Cakupan Penanganan Neonatus dengan komplikasi adalah cakupan
seluruh neonatal komplikasi yang mendapatkan penanganan oleh
dokter/bidan/perawat di suatu wilayah kerja sesuai standar. Komplikasi pada
neonatus antara lain : prematuritas, BBLR (Berat badan lahir rendah < 2500
gr), asfiksia, infeksi bakteri, kejang, ikterus, diare, hipotermia, tetnus
neonatorum, masalah pemberian ASI, Trauma lahir, sindroma gangguan
pernafasan, kelainan kongenital, serta semua klasifikasi kuning dan merah pada
MTBM. Jumlah neonatus komplikasi adalah 15% dari sasaran bayi. Target
capaian penanganan kasus adalah 80% dari jumlah neonatus komplikasi. Pada
tahun 2018 capaian penanganan neonatus dengan komplikasi belum mencapai
target. Jumlah neonatus komplikasi yang tertangani sebanyak 1.450 bayi
(59,4%) dari jumlah sasaran 2.442 bayi.
Grafik 7.11
Capaian Kunjungan Neonatus Komplikasi Di Kota Padang
Tahun 2014 – 2018
80
67.4
70 62.9
59.4
60 55.1
50
39.1
40
30
20
10
0
2014 2015 2016 2017 2018

Dari grafik diatas dapat dilihat capaian penanganan neonatus degan


komplikasi mengalami kenaikan pada tahun-tahun sebelumnya, namun terjadi
penurunan pada tahun 2018. Hal ini tidak sejalan dengan capaian KN1 dan KN
Lengkap yang sudah mencapai target. Rendahnya capaian ini dapat disebabkan
karena pelayanan kunjungan neonatal yang dilakukan belum berkualitas /

65
LAPORAN TAHUNAN TAHUN 2018 EDISI 2019

sesuai standar dan kurangnya koordinasi antara Puskesmas dengan RS/BPM


dalam pencatatan dan pelaporan neonatal komplikasi. Apabila terdapat
perbedaan yang lebar antara capaian KN dengan penanganan neonatus
komplikasi tentunya hal ini akan meningkatkan resiko kematian bayi.
Kedepannya diperlukan kebijakan dan komitmen untuk meningkatkan mutu
mulai dari pelayanan hingga pencatatan dan pelaporan.
3) Cakupan Pelayanan Kesehatan Bayi
Cakupan Pelayanan Kesehatan Bayi (umur 29 hari-11bulan) yang
memperoleh pelayanan kesehatan sesuai standar minimal 4 kali :
a) Pemberian imunisasi dasar lengkap (Hb0 1 kali, BCG 1 kali, Polio 4 kali,
DPT-HB-Hib 3 kali, dan Campak 1 kali)
b) Stimulasi Deteksi Intervensi Dini Tubuh Kembang Bayi (SDIDTK)
paripurna. Pelayanan SDIDTK paripurna meliputi : minimal 4 kali untuk
SDIDTK yaitu 1 kali pada usia 3 bulan, 1 kali usia 4-6 bulan, dan 1 kali
pada umur 7-9 bulan dan 1 kali pada umur 10-12 bulan sesuai standar
c) Penimbangan bayi minimal 8 kali dalam setahun (4 kali dalam waktu 6
bulan)
d) Pemberian Vitamin A 100.000 IU (6-11 bulan), 1 kali pada bulan
Februari atau Agustus.
e) Konseling ASI ekslusif, pemberian MP ASI, tanda-tanda sakit dan
perawatan bayi dirumah dengan menggunakan buku KIA
f) Penanganan kasus dengan MTBS dan rujukan kasus bila diperlukan.
Target capaian pelayanan kesehatan bayi adalah 95%. Dari 16.869 bayi
yang ada, terdapat 15.2018 bayi yang mendapat pelayanan kesehatan atau
sebesar 90%. Meskipun terjadi peningkatan dari tahun 2017 (88.94%) namun
capaian ini belum dapat mencapai target.

66
LAPORAN TAHUNAN TAHUN 2018 EDISI 2019

Grafik 7.12
Cakupan Pelayanan Kesehatan Bayi di Kota Padang Tahun 2018

160.0 135.6
140.0 113.2
99.4
96.1
95.0
94.8
94.2
94.1

92.3
92.5

91.2
91.2
90.6

89.5
88.8
88.7
87.9
87.5
86.3
83.7
120.0

80.8
78.5
90
100.0

61.3
80.0
60.0
40.0
20.0
0.0
Dadok Tunggul…
Padang Pasir

Pauh
Pegambiran

Alai
Andalas
Lapai

Belimbing

Rawang Barat
Nanggalo
Lubuk Begalung

Lubuk Kilangan
Ikur Koto
Kuranji
Ambacang Kri

Air Dingin

Anak Air

Seberang Padang
Air Tawar

Lb.Buaya
Ulak Karang

Padang
Pemancungan
Bungus

Dari gambar diatas dapat dilihat bahwa sebagian besar puskesmas (18
puskesmas ) belum dapat mencapai target. Sepuluh diantaranya berada
dibawah rata-rata capaian kota padang, dengan capaian terendah berada di
wilayah kerja Puskesmas Lubuk Buaya (61.3%) sedangkan yang mencapai
target hanya 5 Puskesmas dengan capaian tertinggi di wilayah kerja
Puskesmas Bungus (136.6%).
4) Cakupan Pelayanan Kesehatan Balita
Cakupan pelayanan kesehatan balita yang memperoleh pelayanan sesuai
standar meliputi :
a) Pemantauan pertumbuhan (penimbangan) setiap bulan (minimal 8 kali
pertahun/4 kali dalam waktu 6 bulan)
b) Pemantauan perkembangan minimal 2 kali pertahun / per 6 bulan sekali
c) Pemberian kapsul vitamin A 2 kali setahun ( Februari dan Agustus )
Indikator ini mengukur kemampuan manajemen program KIA dalam
melindungi balita sehingga kesehatannya terjamin melalui penyediaan
pelayanan kesehatan. Semua pelayanan kesehatan yang diberikan baik pada
bayi maupun balita di catat pada kohort. Pembina wilayah bertanggung jawab
terhadap kelengkapan dan kesinambungan isi kohor sesuai dengan jumlah
sasaran yang ada di wilayah kerjanya. Pengisian kohor dilakukan antara lain
agar dapat memenuhi ketersediaan data laporan.

67
LAPORAN TAHUNAN TAHUN 2018 EDISI 2019

Grafik 7.13
Cakupan Kunjungan Balita Menurut Puskesmas Tahun 2018

97.9
97.4
95.5
94.7
94.3
94.3
93.7
93.5
91.6
91.5
120.0

89.3
87.5
86.8
86.7
86.1
83.4
83.1
83.0
74.4
100.0

68.4
68.4
62.5
55.7
51.4
80.0
60.0
40.0
20.0
0.0
Pegambiran

Padang

Pauh
Andalas
Nanggalo

Rawang Barat
Lapai

Alai

Belimbing
Lubuk Begalung

Lubuk Kilangan
Padang Pasir

Ikur Koto
Ambacang Kri

Kuranji
Air Tawar

Air Dingin

Seberang Padang
Anak Air

Lb.Buaya
Dadok Tunggul Hitam

Ulak Karang
Pemancungan
Bungus

Grafik diatas memperlihatkan cakupan pelayanan kesehatan balita tahun


2018 antar puskesmas berada pada rentang 51.4 - 97.9%, dengan cakupan
tertinggi di Puskesmas Bungus dan terendah Puskesmas Seberang Padang.
Bila dilihat berdasarkan target tahun 2018 yaitu 92.5%, Cakupan pelayanan
kesehatan balita Kota Padang belum mencapai target, sedangkan untuk tingkat
puskemas hanya ada 8 puskesmas yang sudah mencapai target. Rata-rata
cakupan pelayanan kesehatan anak balita Kota Padang sebesar 83,1% atau
sebesar 67.736 dari jumlah sasaran sebesar 81.473. Dengan demikian dapat
dikatakan masih ada sekitar 9,4% atau sebesar 14.737 balita di Kota Padang
belum terpenuhi haknya untuk memperoleh pelayanan kesehatan yang
memadai.
5) Deteksi Dini Tumbuh Kembang Anak
Pembinaan tumbuh kembang anak secara komprehensif dan berkualitas
dapat diselenggarakan melalui kegiatan stimulasi, deteksi, dan intervensi dini
penyimpangan tumbuh kembang balita melalui program SDIDTK di
Puskesmas, Posyandu, Paud, Kelas ibu balita dll. Memberikan stimulasi yang
memadai berarti kita sudah merangsang otak balita sehingga perkembangan,
kemampuan gerak, bicara dan bahasa, sosialisasi dan kemandirian pada balita
bisa berlangsung secara optimal sesuai dengan umur anak. Melaksanakan

68
LAPORAN TAHUNAN TAHUN 2018 EDISI 2019

deteksi dini penyimpangan tumbuh kembang artinya melakukan skrining atau


mendeteksi secara dini adanya penyimpanagn tumbuh kembang balita
termasuk menindaklanjuti setiap keluhan orangtua terhadap permasalahan
tumbuh kembang anaknya dengan menggunakan instrument Deteksi Dini
Penyimpangan Perkembangan pada balita dan anak prasekolah. Hasil cakupan
SDIDTK bayi dan balita Kota Padang dapat dilihat pada tabel dibawah ini :
Tabel 7.2
Capaian DDTK Menurut Puskesmas Tahun 2018
DDTK Kontak I DDTK Kontak IV DDTK Kontak I DDTK Kontak
PUSKESM Sasaran
No Bayi Bayi A. Balita II A. Balita
AS
Bayi Abal Jml % Jml % Jml % Jml %
Padang
1 881 3364 898 101.9 816 92.6 3328 98.9 3009 89.4
pasir
2 Andalas 1546 5909 1433 92.7 1509 97.6 4826 81.7 4789 81.0
Ulak
3 372 1421 389 104.6 359 96.5 1022 71.9 984 69.2
karang
4 Alai 448 1711 364 81.3 420 93.8 1566 91.5 1497 87.5
5 Air Tawar 561 2144 562 100.2 531 94.7 2142 99.9 2050 95.6
Seberang
6 335 1279 282 84.2 242 72.2 659 51.5 567 44.3
Padang
Pemancu
7 346 1325 348 100.6 310 89.6 1216 91.8 1167 88.1
ngan
8 Rawang 474 1807 580 122.4 471 99.4 1755 97.1 1575 87.2
9 Lubay 1332 5089 729 54.7 1025 77.0 3195 62.8 3199 62.9
10 Air Dingin 476 1822 566 118.9 503 105.7 1124 61.7 1149 63.1
11 KPIK 272 2318 272 100.0 281 103.3 885 38.2 881 38.0
12 Anak Air 607 1040 594 97.9 550 90.6 1531 147.2 1476 141.9
13 Dadok 627 2396 705 112.4 703 112.1 2612 109.0 2510 104.8
14 Nanggalo 717 2738 425 59.3 414 57.7 1653 60.4 1641 59.9
15 Lapai 439 1679 521 118.7 505 115.0 1912 113.9 1873 111.6
16 Kuranji 520 1989 1116 214.6 1157 222.5 3683 185.2 3548 178.4
17 Belimbing 1143 4373 939 82.2 945 82.7 3558 81.4 3386 77.4
18 Ambacang 936 3578 1069 114.2 1036 110.7 2474 69.1 2302 64.3
19 Pauh 1227 4689 713 58.1 995 81.1 2943 62.8 3304 70.5
Lubuk
20 998 3817 1143 114.5 1163 116.5 3831 100.4 4322 113.2
Kilangan
Lubuk
21 1207 4611 903 74.8 923 76.5 3583 77.7 3612 78.3
Begalung
22 968 3701 629 65.0 432 44.6 1678 45.3 1564 42.3
Pegambiran
23 Bungus 464 1777 621 133.8 571 123.1 2828 159.1 2123 119.5
24 Padang 16896 64577 15801 93.5 15861 93.9 54004 83.6 52528 81.3

Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa capaian Kota Padang untuk DDTK
bayi sudah mencapai target sementara DDTK Balita belum dapat mencapai
target. Adapun target capaian DDTK bayi maupun balita adalah 92,5%.

69
LAPORAN TAHUNAN TAHUN 2018 EDISI 2019

Terdapat 10 Puskesmas dengan capaian DDTK bayi Kontak I lebih tinggi


daripada DDTK Kontak IV dan 5 puskesmas dengan DDTK Anak Balita
Kontak I lebih tinggi daripada DDTK Anak Balita Kontak II. Hal ini
menandakan bahwa pelayanan yang dilakukan belum berkualitas dan belum
sesuai standar serta belum maksimalnya penggunaan kohor dalam pencatatan
dan pelaporan. Kedepannya diharapkan puskesmas dapat meningkatkan mutu
dan kualitas pelayanan dan mencatat pelayanan yang dilakukan di dalam
kohor sebagai sumber data utama.
6) Manajemen Terpadu Balita Sakit
MTBS merupakan MTBS merupakan kombinasi perbaikan tatalaksana
kasus pada balita sakit (kuratif) dengan aspek gizi, imunisasi dan konseling
(promotif dan preventif sehingga menjadikannya sebagai pendekatan terbaik
dalam menurunkan risiko akibat kesakitan dan menurunkan kematian pada
neonatal, bayi dan balita. MTBS mencakup tata laksana penanganan penyakit
yang menjadi penyebab utama kematian, antara lain pneumonia, diare, malaria,
DBD, campak dan kondisi yang diperberat oleh masalah gizi (malnutrisi dan
anemia). Berikut ini adalah pencapaian pelaksanaan MTBS menurut
puskesmas di Kota Padang Tahun 2018 :
Grafik 7.14
Cakupan Pelaksanaan MTBS pada Balita Sakit Tahun 2018
101.1
100.8
100.0
100.0
100.0
100.0
100.0
100.0
100.0
100.0
100.0
99.9
99.5
99.1
98.8
98.4
97.0
96.7
96.5
95.8
94.5
91.2

120.0
85.1
80.9

100.0
80.0
60.0
40.0
20.0
0.0
Lubuk Buaya

Padang
Air Tawar
Seberang Padang

Air Dingin

Anak Air

Andalas
Ulak Karang
Alai
Dadok

Ikua Koto
Lapai

Nanggalo

Pemancungan

Belimbing
Bungus
Ambacang
Rawang

Lubuk Begalung

Lubuk Kilangan

Pegambiran
Pauh
Padang pasir

Kuranji

Dari grafik diatas terlihat bahwa persentase capaian pelaksanaan MTBS di


Kota Padang berada pada rentang 80.9%-101.1% Meskipun capaian

70
LAPORAN TAHUNAN TAHUN 2018 EDISI 2019

pelaksanaan MTBS di 4 Puskesmas berada di bawah angka Kota Padang tetapi


angka ini sudah mencapai target program yakni 80%. Capaian yang diperoleh
Kota Padang yaitu 95,8% dengan jumlah absolute sebesar 42.100 orang dari
sasaran balita sakit berjumlah 43.293 orang.
7) Pemantauan Kasus Kematian Ibu dan Bayi.
Dalam penyelenggaraan upaya kesehatan, ibu dan anak merupakan
anggota keluarga yang perlu mendapatkan prioritas. Oleh karena itu, upaya
peningkatan kesehatan ibu dan anak perlu mendapatkan perhatian khusus.
Penilaian terhadap status kesehatan dan kinerja upaya kesehatan ibu dan anak
penting untuk dilakukan pemantauan. Hal tersebut dikarenakan Angka
Kematian Ibu ( AKI ) dan Angka Kematian Bayi (AKB) merupakan salah satu
indikator yang peka dalam menggambarkan kesejahteraan masyarakat di suatu
wilayah.
a) Angka Kematian Ibu
Kematian ibu menurut definisi WHO adalah kematian selama 16
kehamilan atau dalam periode 42 hari setelah berakhirnya kehamilan akibat
semua sebab yang terkait dengan atau yang diperberat oleh kehamilan atau
penanganannya, tetapi bukan disebabkan oleh kecelakaan/cedera.
Berdasarkan SUPAS ( Survey Penduduk Antar Sensus) tahun 2015, angka
kematian ibu di Indonesia masih tinggi sebesar 305/100.000 Kelahiran
Hidup. Angka ini sedikit menurun bila dibandingkan dengan tahun SDKI
2012 yaitu sebesar 359/100.000 KH.
Target SDG‟s (Sustainable Development Goal’s) ke 3 adalah
menurunkan angka kematian Ibu pada tahun 2030 menjadi 70 kematian per
100,000 kelahiran hidup dan mengakhiri kematian bayi dan balita yang
dapat dicegah, dengan seluruh negara berusaha menurunkan Angka
Kematian Neonatal setidaknya hingga 12 per 1.000 KH dan Angka
Kematian Balita 25 per 1.000 KH. Selain itu akan dipastikan pula akses
menyeluruh pada pelayanan kesehatan reproduksi dan seksual, termasuk
program keluarga berencana, informasi dan pendidikan serta

71
LAPORAN TAHUNAN TAHUN 2018 EDISI 2019

pengintegrasian kesehatan reproduksi dalam program dan strategi nasional


setiap Negara.
Di Kota Padang pada tahun 2018 terjadi peningkatan kasus kematian
ibu dari tahun sebelumnya menjadi 17 orang . Jumlah kasus kematian ibu
tahun 2017 berjumlah 16 orang. Jumlah kasus kematian ibu dapat dilihat
pada grafik berikut :
Grafik 7.15
Data Kasus Kematian Ibu di Kota Padang Tahun 2014 - 2018

50
40 20
16 17 16 17
30 total
20 16 bufas
5 10 8 10
10 4 bulin
7 4 0 4 5
3 4 4 2 bumil
0
2014 2015 2016 2017 2018

Bila diperhatikan meningkatnya kasus kematian ini dapat disebabkan


karena hampir semua cakupan pelaksanaan program kesehatan ibu pada
tahun 2018 belum dapat mencapai target. Hal ini menunjukkan bahwa
masih rendahnya kualitas pelayanan kesehatan yang diberikan. Adapun
penyebab kematian ibu yaitu : perdarahan (5), Infeksi (3), gangguan
peredaran darah (3), gangguan metabolik (3), Hipertensi dalam kehamilan
(2), lain-lain (3) dengan kematian terbanyak terjadi pada masa nifas (10
orang). Meningkatnya kasus kematian ibu juga dipengaruhi dan didorong
oleh berbagai faktor yang mendasari timbulnya resiko maternal dan neonatal
yaitu faktor-faktor penyakit seperti kanker, jantung atau penyakit lain yang
diderita ibu, masalah gizi dari WUS, serta faktor 4T (terlalu muda dan
terlalu tua untuk hamil dan melahirkan, terlalu dekat jarak
kehamilan/persalinan dan terlalu banyak hamil dan melahirkan). Kondisi
tersebut diperberat lagi oleh adanya keterlambatan penanganan kasus
emergensi/komplikasi maternal dan neonatal akibat kondisi 3T (Terlambat

72
LAPORAN TAHUNAN TAHUN 2018 EDISI 2019

mengambil keputusan, terlambat mengakses fasyankes yang tepat dan


terlambat memperoleh pelayanan dari tenaga yang kompeten).
Mengacu pada kondisi ini, penting untuk lebih meningkatkan kerja
sama dengan lintas sektor terkait, melakukan upaya penguatan pelayanan
kesehatan ibu, dan kebijakan untuk dapat menurunkan kasus kematian ibu.
Dalam upaya penurunan AKI, maka pemerintah menjalankan berbagai
program yang di rencanakan secara internasional diantaranya adalah “safe
motherhood” dan “making pregnancy safer” (MPS). Terdapat Tiga Pesan
Kunci MPS :
1) setiap persalinan ditolong tenaga kesehatan terampil
2) setiap komplikasi obstetri dan neonatal ditangani secara adekuat
3) setiap wanita usia subur mempunyai akses terhadap pencegahan
kehamilan yang tidak diinginkan dan penanggulangan komplikasi
keguguran tidak aman.
Pemerintah bersama masyarakat bertanggung jawab untuk menjamin
bahwa setiap ibu hamil memiliki akses terhadap pelayanan kesehatan ibu
yang berkualitas, mulai dari saat hamil (pelayanan ante natal care),
pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan terlatih, perawatan pasca
persalinan bagi ibu dan bayi (kunjungan nifas/perawatan postnatal care dan
kunjungan bayi baru lahir), perawatan khusus dan rujukan bila terjadi
komplikasi, serta akses terhadap keluarga berencana. Disamping itu,
pentingnya melakukan intervensi lebih ke hulu yaitu kepada kelompok
remaja dan dewasa muda dalam upaya percepatan penurunan AKI.
b) Angka Kematian Bayi
Kematian bayi adalah kematian anak kurang dari satu tahun. Angka
Kematian Bayi merupakan salah satu indikator derajat kesehatan di suatu
wilayah yang menunjukkan kemampuan dan kualitas pelayanan kesehatan,
kapasitas pelayanan kesehatan, kualitas pendidikan dan pengetahuan
masyarakat, kualitas kesehatan lingkungan, sosial dan budaya serta
hambatan dalam memperoleh akses terhadap pelayanan kesehatan. Beberapa
faktor berkontribusi pada kematian bayi seperti tingkat pendidikan dan

73
LAPORAN TAHUNAN TAHUN 2018 EDISI 2019

pengetahuan ibu, penyakit/kondisi ibu selama kehamilan, pertolongan


persalinan, penanganan kasus gawat darurat maternal-neonatal, kondisi
lingkungan, infrastruktur politik, pengobatan/penanganan kasus neonatal
komplikasi, sanitasi dan akses air bersih, status imunisasi, pembiayaan dan
langkah-langkah kesehatan publik. Sejalan dengan kasus kematian ibu,
kasus kematian bayi di Kota Padang juga mengalami peningkatan pada
tahun 2018 dengan jumlah kasus sebanyak 92 kasus. Trend kasus kematian
bayi setiap tahun bervariasi, secara umum mengalami naik turun, seperti
terlihat pada grafik berikut :
Grafik 7.16
Data Kasus Kematian Balita di Kota Padang Tahun 2014-2018

250

200 108 111


96 92
150 89
bayi
100 76 neonatus
62 74 70
52 anak balita
50
17 26 16 19 14
0
2014 2015 2016 2017 2018

Dari grafik diatas dapat dilihat bahwa lebih dari 2/3 kematian bayi
adalah kematian neonatal. Kematian bayi baru lahir disebabkan karena
berbagai hal yang saling berkaitan antara sebab medis, faktor sosial, dan
kegagalan berbagai sistem yang banyak dipengaruhi oleh budaya. Dalam
banyak hal, kesehatan bayi baru lahir berkaitan erat dengan kesehatan ibu.
Walaupun diagnosis kematian ibu dan neonatal berbeda, namun penyebab
yang mendasari kematian keduanya hampir sama, yaitu ketidakmampuan
memperoleh akses perawatan ibu dan bayi serta status sosial ibu yang
rendah. Penyebab kematian bayi pada tahun 2018 yaitu : BBLR (28),
Asfiksia (16), kelainan bawaan (13), sepsis (6), diare (2), pneumonia (3),
lain-lain (24)
Salah satu Puskesmas di Kota Padang telah melakukan inovasi dalam
rangka menurunkan AKI dan AKB yaitu Puskesmas Padang Pasir dengan

74
LAPORAN TAHUNAN TAHUN 2018 EDISI 2019

Program Inovasi Kelas Ibu Muda. Program ini dilatarbelakangi adanya


kematian neonatus dari ibu muda yang berusia < 20 tahun. Program ini
telah berjalan selama 3 tahun dan telah berhasil menekan angka AKI dan
AKB di wilayah kerja Puskesmas Padang Pasir sehingga pada tahun 2018
Puskesmas Padang Pasir mendapatkan penghargaan Top 33 Inovasi
Pelayanan Publik dari KemenpanRB. Berkaitan dengan hal ini, Dinas
Kesehatan Kota Padang selanjutnya membuat edaran agar inovasi tersebut
dapat direplikasi di semua Puskesmas Kota Padang, mengingat angka ibu
hamil < 20 tahun yang cukup tinggi di Kota Padang. Untuk tahun 2018 ada
sebanyak 235 orang ibu hamil < 19 tahun. Kondisi ini dapat meningkatkan
risiko baik AKI maupun AKB sehingga diperlukan pembinaan yang
khusus terhadap kelompok tersebut.
Selain inovasi diatas, upaya yang dapat dilakukan adalah meningkatkan
cakupan pelayanan kesehatan ibu dan Bayi Baru Lahir berkualitas cost
effective ( pelayanan dan pembiayaan efektif ) serta membangun kemitraan
yang efektif melalui kerjasama lintas program, lintas sektor, dan mitra
lainnya untuk advokasi, menerapkan MPS, meningkatkan pemberdayaan
perempuan dan keluarga via meningkatkan pengetahuan serta mendorong
keterlibatan masyarakat menjamin penyediaan dan pemanfaatan pelayanan
kesehatan ibu dan bayi baru lahir. Diharapkan dengan dilakukannya
berbagai upaya tersebut akan dapat menurunkan kasus kematian bayi pada
tahun-tahun berikutnya.
c. Pelayanan Usaha Kesehatan Sekolah
1) Penjaringan kesehatan peserta didik
Penjaringan kesehatan peserta didik merupakan salah satu indikator
standar pelayanan minimal bidang kesehatan yang menjadi urusan wajib
pemerintah daerah. Penjaringan kesehatan dilakukan 1 tahun sekali terhadap
peserta didik kelas 1 SD/SDLB / MI, kelas 7 SMP/SMPLB / MTs, dan
kelas 10 SMA/SMK/SMALB/MA negeri dan swasta. Walaupun pelayanan
penjaringan peserta didik sudah dilaksanakan sejak lama, namun pelayanan
ini baru dijadikan indikator di tahun 2015. Masuknya pelayanan penjaringan

75
LAPORAN TAHUNAN TAHUN 2018 EDISI 2019

peserta didik kelas 7 & 10 merupakan bentuk intervensi di hulu didalam


upaya penurunan AKI dan AKB. Melalui pemeriksaan kesehatan ini
diharapkan status kesehatan peserta didik dapat diketahui untuk kemudian
dilakukan tindak lanjut atas permasalahan yang ditemui. Kegiatan
penjaringan kesehatan tersebut dilaksanakan melalui wadah Usaha
Kesehatan Sekolah (UKS) dan didukung dengan adanya
peraturan/perundang-undangan yang mendukung pelaksanaan UKS seperti
SKB 4 Menteri tahun 2003 dengan nomor : 1/U/SKB; Nomor
1067/Menkes/SKB/VII/2003; Nomor MA/203 A/2003; Nomor: 26 Tahun
2003 tanggal 23 Juli 2003 tentang Pembinaan dan Pengembangan UKS.
Dan juga Undang-undang No.36 tahun 2009 tentang kesehatan, pasal 79. 2.
Pemeriksaan kesehatan yang dilakukan adalah pemeriksaan tanda vital,
pemeriksaan status gizi, pemeriksaan kebersihan diri, pemeriksaan
kesehatan indera penglihatan dan pendengaran, serta pemeriksaan gigi dan
mulut. Jumlah SD/SMP/SMA di Kota Padang tahun 2018 masing-masing
sebanyak 433/120/103 buah. Semua sekolah mendapatkan pelayanan
kesehatan (penjaringan). Capaian hasil penjaringan Kota Padang tahun 2018
dapat dilihat pada grafik berikut:
Grafik 7.17
Cakupan Hasil Penjaringan Kesehatan Anak Sekolah Tahun 2018

17000 16786
15804
16000 15297 15273 jumlah peserta didik
15000
14152 14164
14000
yg mendapatkan
13000 pelayanan kesehatan

12000
SD/MI SMP/MTS SMA/MAN

Dari grafik diatas dapat dilihat bahwa bila hasil tersebut


dipersentasekan maka capaian penjaringan peserta didik kelas 1 SD atau
setingkat, kelas 1 SMP atau setingkat dan kelas 1 SMA atau setingkat
masing-masing adalah 94,15%, 92.51%, dan 90.08%. Persentase anak

76
LAPORAN TAHUNAN TAHUN 2018 EDISI 2019

sekolah sehat (dilihat dari status gizi) dari peserta didik yang dijaring yaitu
sebanyak 81.9%. Meskipun penjaringan di lakukan pada semua sekolah
yang ada di Kota Padang tetapi capaian ini belum dapat mencapai target
program yaitu 95% (capaian hasil penjaringan peserta didik kelas 1 dan 7).
Hal ini disebabkan karena koordinasi yang masih sulit antara Puskesmas
dengan pihak sekolah dalam pelaksanaan kegiatan. Masih ada pihak sekolah
yang membatasi waktu pelaksanaan kegiatan ini dengan alasan mengganggu
proses belajar mengajar sehingga kegiatan penjaringan tidak dapat
dilakukan pada semua murid yang ada di sekolah.
2) Pelayanan Kesehatan Peduli Remaja (PKPR)
Pelayanan Kesehatan peduli Remaja (PKPR), yaitu pelayanan
kesehatan yang ditujukan dan dapat dijangkau remaja, menyenangkan,
menerima remaja dengan tangan terbuka, menghargai remaja, menjaga
kerahasiaan, peka akan kebutuhan terkait dengan kesehatannya, serta efektif
dan efisien dalam memenuhi kebutuhan tersebut. PKPR ditujukan untuk
semua remaja (10-19 tahun) baik di sekolah maupun di luar sekolah, seperti
kelompok remaja masjid, gereja, karang taruna, pramuka, dll. Untuk di
sekolah, program yang dilakukan adalah pembentukan kader konselor
remaja sedangkan untuk diluar sekolah program yang dilaksanakan salah
satunya yaitu posyandu remaja. Tahun 2015, puskesmas PKPR masuk
kedalam indikator Renstra sebagai bentuk penanganan di hulu dalam upaya
penurunan AKI dan AKB. Indikator puskesmas melaksanakan kegiatan
kesehatan remaja adalah 4 puskesmas perkabupaten/kota. Untuk Kota
Padang puskesmas yang telah aktif melaksanakan PKPR sebanyak
Puskesmas. Salah satu Puskesmas yang aktif melaksanakan PKPR ini
adalah Puskesmas Andalas dengan menyediakan layanan konseling bagi
remaja di Puskemas dan membentuk Sakura (Sawahan Timur Kampung
Ramah Anak ) serta Posyandu Remaja di Kelurahan Parak Gadang Timur
yang merupakan satu-satunya di Kota Padang. Diharapkan kedepannya
semua puskesmas di Kota Padang dapat melakukan layanan PKPR sehingga
dapat membantu mengatasi permasalahan yang ada pada remaja serta

77
LAPORAN TAHUNAN TAHUN 2018 EDISI 2019

khususnya dapat berkontribusi dalam menurunkan AKI dan AKB di Kota


Padang.
d. Pelayanan Kesehatan Lansia
Keberhasilan pembangunan kesehatan berdampak terhadap terjadinya
penurunan angka kelahiran, angka kesakitan, dan angka kematian serta
peningkatan Umur Harapan Hidup (UHH) saat lahir. Meningkatnya UHH saat
lahir mengakibatkan peningkatan jumlah penduduk lanjut usia secara signifikan
di masa yang akan datang. Lanjut usia adalah seseorang yang telah mencapai
usia 60 (enam puluh) tahun keatas. Makin bertambah usia, makin besar
kemungkinan seseorang mengalami permasalahan fisik, jiwa, spiritual, ekonomi
dan sosial. Oleh karena itu setiap warga negara Indonesia usia 60 tahun ke atas
harus mendapatkan skrining kesehatan sesuai standar.
Salah satu permasalahan yang sangat mendasar pada lanjut usia adalah
masalah kesehatan akibat proses degeneratif terutama adalah penyakit tidak
menular antara lain hipertensi, osteo artritis, masalah gigi-mulut, Penyakit Paru
Obstruktif Kronis (PPOK) dan Diabetes Mellitus (DM) sehingga perlu
dikembangkan pelayanan kesehatan yang lebih mengutamakan upaya
peningkatan, pencegahan, dan pemeliharaan kesehatan di samping upaya
penyembuhan dan pemulihan. Misi yang ingin dicapai adalah terwujudnya
masyarakat lansia yang sehat, mandiri, aktif dan produktif. Kelompok lansia ini
bisa memanfaatkan Posyandu Lansia untuk mendapatkan pemeriksaan
kesehatan, penyuluhan kesehatan, senam lansia dan pemeriksaan laboratorium
(gula darah, kolesterol) secara berkala.
Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota wajib memberikan skrining kesehatan
sesuai standar pada warga negara usia 60 tahun ke atas yang dilakukan oleh
tenaga kesehatan serta kader di fasilitas pelayanan kesehatan jaringannya, serta
di posyandu lansia minimal 1 kali dalam 1 tahun yang meliputi deteksi
hipertensi, diabetes mellitus, kolesterol dan gangguan mental emosional dan
perilaku yang memiliki faktor resiko dengan target capaian program pada tahun
2018 adalah 70% dan jumlah sasaran 65.581 orang. Capaian pelayanan
kesehatan lansia tahun 2018 dapat dilihat pada tabel berikut :

78
LAPORAN TAHUNAN TAHUN 2018 EDISI 2019

Grafik 7.18
Capaian Pelayanan Kesehatan Lansia Menurut Puskesmas
Tahun 2018

157.5
180
160

119.5
107.3
103.5
102.8
140
120

77.7
76.7
73.3
73.3
100

69.7
67.6
64.2
63.4
54.8
51.7
80

59
35.1
33.3
31.6
30.3

60
23.1
26
12.7
11.7

40
20
0
Lubuk…

lubuk…

Pemancung…
Seberang…
Pauh

padang

Andalas
lapai

Nanggalo
Belimbing

Alai
Pagambiran
Kuranji
Amcacang

Anak air

Air Dingin
Ulak Karang
Dadok TH

bungus
Ikur Koto

Air tawar
Padang Pasir

lubuk Buaya

Rawang

Dari grafik diatas dapat dilihat bahwa capaian Kota Padang untuk
pelayanan kesehatan lansia sebesar 59% dengan jumlah absolute 38.693 orang.
Angka ini meningkat dari tahun 2017 (26,75%). Untuk capaian perpuskesmas,
hanya 10 puskesmas yang dapat mencapai target (grafik biru) dengan capaian
tertinggi berada di Puskesmas Air Dingin (157.5%) dan capaian terendah (grafik
warna merah) berada di wilayah kerja Puskesmas Padang Pasir (11,2%). Untuk
meningkatkan cakupan pelayanan lansia ini perlu kerjasama yang baik antara
puskesmas, tokoh masyarakat, kader Posyandu dan lintas terkait.
Berkaitan dengan pelayanan bagi lansia, sebagian besar puskesmas di Kota
Padang telah menjadi Puskesmas Santun Lansia dengan kriteria strata 2.
Pelayanan Puskesmas Santun Lansia adalah puskesmas yang menyediakan
ruang khusus untuk melakukan pelayanan bagi kelompok usia lanjut yang
meliputi pelayanan kesehatan promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif.
Selain pelayanan dasar di Puskesmas, program kesehatan lansia yang
dilakukan antara lain : perawatan kesehatan bagi lansia di rumah (home care)
yang terintegrasi dalam perawatan kesehatan masyarakat, pelayanan gizi bagi
lansia, pelayanan rujukan di rumah sakit dan pencegahan penyakit tidak
menular yang berintegrasi dengan posbindu PTM.

79
LAPORAN TAHUNAN TAHUN 2018 EDISI 2019

a. Upaya Perbaikan Gizi


1) Penatalaksanaan Kasus Balita Gizi Buruk
Dinas Kesehatan Kota Padang mempunyai 2 puskesmas perawatan kasus
gizi buruk yaitu Puskesmas Nanggalo dan Bungus. Untuk kasus yang perlu
dirujuk ke rumah sakit, maka Dinas Kesehatan Kota Padang telah bekerjasama
dengan RSUD dr Rasidin Padang dalam menyelenggarakan kegiatan
penanggulangan gizi buruk yang dirujuk dari Puskesmas Nanggalo dan
Puskesmas Bungus.
Jumlah kasus balita gizi buruk nyata dengan indikator BB/TB < -3 SD
selama tahun 2019 dilaporkan sebanyak 61 orang. Sampai akhir Desember
2019 diperoleh data balita yang membaik artinya dari status gizi kurus sekali
membaik menjadi kurus sebanyak 12 orang dan membaik menjadi normal
sebanyak 33 orang sedangkan yang masih berstatus gizi buruk sebanyak 15
orang. Balita yang meninggal sebanyak 1 orang yang disebabkan oleh diare.
Kasus gizi buruk pada tahun 2018 menurun dibandingkan pada tahun 2017
sebanyak 66 orang.
Grafik 7.19
Jumlah Kasus Gizi Buruk di Kota Padang Tahun 2018
70 61
60
50
40
30
20 6 11 7
4 5 1 1 1 4 3 3 5 3 2 2 3
10
0

Dari grafik diatas dapat dilihat bahwa jumlah balita gizi buruk terbanyak
terdapat di wilayah kerja Puskesmas Lubuk Begalung (11 orang). Tentunya
hal ini harus menjadi perhatian karena dengan banyaknya kasus gizi buruk
akan dapat meningkatkan risiko kesakitan dan kematian pada balita. Dari 23
puskesmas di Kota Padang hanya 16 Puskesmas yang memiliki kasus gizi

80
LAPORAN TAHUNAN TAHUN 2018 EDISI 2019

buruk. Dalam penanggulanan kasus balita gizi buruk ini, banyak kendala yang
ditemui seperti Ibu Balita yang tidak mau merujuk anaknya ke Puskesmas
Nanggalo dan Bungus dengan alasan ekonomi dan lamanya waktu untuk
perawatan anak gizi buruk sehingga pada tahun 2018, hampir tidak ada balita
gizi buruk yang dirawat di puskesmas nanggalo dan bungus. Meskipun tidak
ada balita yang dirawat inap, tetapi balita gizi buruk tetap mendapatkan
perawatan dengan rawat jalan. Adapun upaya yang telah dilakukan antara lain:
Pemberian PMT pemulihan dan F-100, melakukan kunjungan rumah sekaligus
memberikan KIE pada orang tua balita gizi buruk, mengadakan pos gizi,
pemantauan tumbuh kembang di Posyandu, kerja sama lintas program,
berkoordinasi dengan kader dan lintas sektoral dalam menemukan dan
menangani kasus gizi buruk serta melakukan rujukan pada kasus yang
memerlukan perawatan di rumah sakit.
2) Penimbangan balita
Penimbangan balita dilakukan setiap bulannya di posyandu, di
puskesmas maupun sarana pelayanan kesehatan lainnya. Salah satu cara
memantau status gizi balita dan tingkat partisipasi masyarakat terhadap
Posyandu adalah dengan menggunakan indikator SKDN. SKDN adalah data
untuk memantau pertumbuhan balita. SKDN sendiri mempunyai singkatan S =
jumlah Balita yang ada di wilayah Posyandu, K = Jumlah Balita yang terdaftar
dan mempunyai KMS, D = Jumlah Balita yang datang ditimbang bulan ini dan
N = Jumlah Balita yang naik berat badannya.
Grafik 7.20
Cakupan Indikator SKDN Kota Padang
(D/S, N/D dan BGM/D tahun 2014 – 2018)
200

91.29 90.68 90.6 91.8 90.2


150
N/D
100
69.9 71.1 66.47 D/S
62.66 65.71
50
BGM/D
0 0.73 0.44 0.4 1.15 3.51
2014 2015 2016 2017 2018

81
LAPORAN TAHUNAN TAHUN 2018 EDISI 2019

Tingkat partisipasi masyarakat (D/S) tahun 2018 lebih sebesar 66,47%


dengan jumlah absolute 54.146 dari 81.473 balita. Jumlah ini menurun jika
dibandingkan tahun sebelumnya (71,10%) dengan jumlah BGM ditemukan
sebanyak 1628 orang (3.51%). Angka D/S ini masih jauh dari target yang
ditetapkan yaitu sebesar 85%.
Cakupan D/S yang rendah disebabkan karena persepsi orang tua yang
merasa anaknya tidak perlu lagi di bawa ke posyandu seiring dengan
pertambahan umur anak (tidak mendapatkan imunisasi lagi). Disamping itu
juga dipengaruhi oleh tingkat pengetahuan masyarakat yang masih rendah
terhadap pemanfaatan posyandu bahwasanya di posyandu tidak hanya sekedar
menimbang dan mendapatkan imunisasi, tetapi juga pengetahuan kesehatan
lainnya. Dukungan dari tokoh masyarakat, keluarga dan pemerintahan juga
berperan dalam meningkatkan kunjungan posyandu ini. Kelangsungan
posyandu tergantung dari partisipasi masyarakat itu sendiri. Dengan keaktifan
masyarakat untuk datang dan memanfaatkan pelayanan kesehatan di posyandu
dapat mencegah dan mendeteksi sedini mungkin gangguan tumbuh kembang
dan permasalahan gizi pada balita.
3) Cakupan Bayi yang mendapat ASI Ekslusif
Cakupan Bayi yang mendapat ASI Ekslusif adalah persentase bayi usia
kurang dari 6 bulan (0 sampai 5 bulan 29 hari) yang diberi ASI saja tanpa
makanan atau cairan lain , kecuali obat, vitamin dan mineral dengan target
pada tahun 2018 adalah 80%.
ASI sangat penting diberikan kepada secara ekslusif selama 6 bulan
pertama kehidupan untuk mencukupi kebutuhan nutrisi bayi dalam tumbuh
kembang. Adanya faktor protektif dan nutrient yang sesuai dalam ASI
menjamin status gizi bayi dan melindungi anak dari penyakit infeksi. Bayi
yang berumur 0-6 bulan yang tercatat dalam register pencatatan pemberian ASI
tahun 2018 adalah sebanyak 9.976 orang dan mendapat ASI Ekslusif sebanyak
7.580 (76%). Meskipun belum dapat mencapai target namun angka ini
mengalami peningkatan dari tahun sebelumnya (74,77%).

82
LAPORAN TAHUNAN TAHUN 2018 EDISI 2019

Untuk meningkatkan cakupan ASI Eksklusif di Kota Padang telah


dilaksanakan beberapa kegiatan seperti pelatihan konseling ASI bagi Bidan,
promosi dan edukasi masyarakat melaui posyandu, kelas ibu hamil dan kelas
ibu balita, pemberdayaan masyarakat melalui KP-ASI (Kelompok
Pendampinng ASI). Rendahnya cakupan ASI Ekslusif ini disebabkan karena
ibu bekerja, kurangnya motivasi dan pengetahuan ibu dan kurangnya dukungan
keluarga. Selain itu untuk mendukung pencapaian cakupan ASI Ekslusif di
Kota Padang, maka dibuatlah Perwako No 7 tahun 2015 tentang Penyediaan
Ruang Menyusui dan atau Memerah ASI. Capaian ASI Ekslusif menurut
puskesmas dapat dilihat pada tabel berikut :
Grafik 7.21
Cakupan Pemberian ASI Ekslusif 0-6 Bulan Menurut Puskesmas
Tahun 2018
79.3
80.2
81.3
81.5
81.6
82.2
83.8
84.2
84.8
86.6
89.0
94.0
100.0
100.0
76.9
76.6
76.0
72.7
71.0
70.4

120.0
64.3
63.6
59.5
58.8

100.0
80.0
60.0
40.0
20.0
0.0
Dadok…

Lubuk…

Lubuk…
Seberang…
Lapai
Nanggalo
Pauh

Padang

Alai
Air Tawar
Andalas

Lb.Buaya

Kuranji
Anak Air

Padang Pasir

Ikur Koto
Air Dingin
Belimbing

Pegambiran
Ulak Karang

Ambacang
Bungus

Rawang

Dari grafik diatas terlihat bahwa terdapat 16 Puskesmas yang mempunyai


presentase ASI Ekslusif diatas angka Kota Padang dan baru 13 Puskesmas
yang telah mencapai target sehingga perlu dilakukan upaya dan inovasi agar
puskesmas yang belum mencapai target dapat meningkatkan cakupan ASI
Ekslusif.
4) Pemantauan Garam Beryodium
Masalah kekurangan gizi mikro yang masih dihadapi adalah kekurangan
yodium atau lebih di kenal dengan Gangguan Akibat Kekurangan Iodium
(GAKI). Beberapa penelitian menunjukkan bahwa seseorang yang mengalami
GAKI akan terjadi defisit tingkat kecerdasan sampai 50 dibawah normal.
Dampak selanjutnya adalah produktifitas rendah dan pada akhirnya akan

83
LAPORAN TAHUNAN TAHUN 2018 EDISI 2019

mempengaruhi status ekonomi masyarakat. Salah satu upaya penanggulangan


GAKI adalah fortifikasi yodium pada garam. Tujuan umum kegiatan ini
adalah terlaksananya pemantauan garam untuk memperoleh gambaran berkala
tentang cakupan konsumsi garam beryodium yang memenuhi syarat di
masyarakat. Cakupan garam beryodium di Kota Padang Tahun 2018 dapat
dilihat pada grafik dibawah ini :
Grafik 7.22
Cakupan Garam Beryodium di Kota Padang Tahun 2018
100.0
100.0
100.0
100.0
100.0
100.0
100.0
100.0
100.0
100.0
100.0
100.0
100.0
100.0
100.0
99.2
99.2
99.0
99.0
98.7
98.0
98.0
102.0

96.0
100.0

94.2
98.0
96.0
94.0
92.0
90.0
Lubuk…
Lubuk…

Pemancun…

Tunggul…
Ambacang
Alai
Andalas

Rawang

Anak Air
Nanggalo
Lapai

Padang Pasir

Kuranji
Air Dingin

Padang

Pauh
Air Tawar
Belimbing

Pagambiran
Bungus
Ulak Karang

Seb. Padang

Ikur Koto
Lubuk Buaya

Pemeriksaan garam beryodium dilakukan pada Bulan Februari dan


Agustus. Berdasarkan grafik diatas, rata-rata hasil pemantauan garam
beryodium yang dilaksanakan oleh puskesmas sudah lebih dari 90%.
5) Distribusi Tablet Tambah Darah (TTD)/Fe Pada Ibu Hamil.
Tablet tambah darah diberikan kepada ibu hamil minimal 1 tablet 1 hari
selama 90 hari selama kehamilan sebagaimana yang telah diatur didalam
Permenkes Nomor 88 Tahun 2014 Tentang Standar Tablet Tambah Darah bagi
Wanita Usia Subur dan Ibu Hamil. Pemberian tablet tambah darah sebagai
salah satu upaya penting dalam pencegahan dan penanggulangan anemia
merupakan cara yang efektif karena dapat mencegah dan menanggulangi
anemia akibat kekurangan zat besi dan atau asam folat. Ibu hamil dengan
anemia akan meningkatkan risiko melahirkan bayi berat lahir rendah,
keguguran, lahir sebelum waktunya, risiko perdarahan sebelum dan/atau pada
saat persalinan yang dapat menyebabkan kematian ibu dan bayinya. Pada bayi
dalam kandungan dapat mengalami gangguan pertumbuhan dan
perkembangan, tidak dapat mencapai tinggi optimal dan anak menjadi kurang

84
LAPORAN TAHUNAN TAHUN 2018 EDISI 2019

cerdas. Berdasarkan Riskesdas Tahun 2018, ibu hamil yang mendapatkan


tablet TTD sebesar 73.2%. Dari persentase tersebut yang mengkonsumsi TTD
≥ 90 butir sebanyak 38,1% dan yang mengonsumsi TTD < 90 hari sebanyak
61.9%. Permasalahannya terletak pada kepatuhan ibu hamil dalam meminum
tablet tambah darah. Hal ini dapat disebabkan karena kurangnya tingkat
pengetahuan ibu dan dukungan keluarga sehingga dapat meningkatkan risiko
anemia pada ibu hamil. Capaian pemberian TTd menurut Puskesmas di Kota
Padang dapat dilihat pada grafik berikut :
Grafik 7.23
Distribusi Tablet Tambah Darah pada Ibu Hamil Tahun 2018

94.9
98.6
97.5
97.0
96.8
96.7
96.5
96.3
96.3
96.2
96.0
95.7
95.6
95.2

94.1
93.8
93.6
92.8
92.2
92.1
88.9
81.7
120.0

78.3
71.0
100.0
80.0
60.0
40.0
20.0
0.0
Lubuk…

Lubuk…
Tunggul…

Pemancung…

Ambacang
Ikur Koto

Anak Air
Nanggalo

Lapai
Kuranji

Alai
Pauh

PADANG
Air Tawar
Pagambiran

Bungus
Rawang

Andalas
Padang Pasir

Seb. Padang
Air Dingin

Lubuk Buaya
Belimbing

Ulak Karang

Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa capaian distribusi Fe untuk Kota
Padang belum mencapai target yaitu 92.8% dari target yang ditetapkan yaitu
95%. Capaian tertinggi terdapat di Puskesmas Pagambiran (98.6%) dan
capaian terendah terdapat di Puskesmas Seberang Padang (71%).
6) Ibu Nifas mendapatkan kapsul vitamin A.
Dalam menentukan cakupan kunjungan nifas, salah satu indikator yang
mempengaruhi adalah capaian pemberian vitamin A bufas. Vitamin A berperan
penting dalam pemeliharaan sistem imun serta untuk memelihara kesehatan ibu
selama hamil dan menyusui. Suplementasi vitamin A sesudah melahirkan akan
meningkatkan kandungan vitamin A pada ASI dan memperbaiki status vitamin
A pada bayi. Pemberian Vitamin A dilakukan 2 kali dimana satu kapsul
diberikan segera setelah melahirkan dan kapsul kedua diberikan minimal 24

85
LAPORAN TAHUNAN TAHUN 2018 EDISI 2019

jam setelah pemberian pertama. Untuk capaian pemberian vitamin A ibu nifas
dapat dilihat pada grafik berikut :
Grafik 7.24
Capaian Pemberian Vit. A Ibu Nifas Menurut Puskesmas Tahun 2018
101.83
100.29
100.08
100.00
99.56
98.98
98.76
98.24
96.09
95.05
95.00
94.70
94.55
93.08
92.74
92.10
91.71
90.91
90.73
90.53
88.02
87.77
120.00

71.78
71.30
100.00
80.00
60.00
40.00
20.00
0.00

Alai
Rawang

Andalas
Lapai

Nanggalo

Anak Air
Air Dingin

Pauh
Pdg. Pasir

Dadok TH

Padang

Lb. Kilangan
Ambacang

Belimbing

Bungus
Air Tawar
Pegambiran

Kuranji

Lb. Buaya
Lb. Begalung

Pemancungan

Ulak Karang
Ikur Koto

Seb. Padang
Berdasarkan gambar diatas dapat dilihat bahwa sebagian besar
puskesmas (13 Puskesmas) telah mencapai target dan selebihnya 10
puskesmas belum dapat mencapai target. Terdapat 5 puskesmas (grafik merah)
dengan cakupan pemberian vitamin A lebih tinggi dari cakupan kunjungan
nifas. Hal ini menandakan bahwa pelayanan yang diberikan belum berkualitas.
Seharusnya persentase capaian pemberian vitamin A bufas dan cakupan
kunjungan nifas adalah sama. Sementara untuk Kota Padang cakupan
pemberian vitamin A telah mencapai target yaitu 93.08% Adapun target
capaian program adalah 90%. Angka ini mengalami penurunan dari tahun
sebelumnya dimana capaian tahun 2017 adalah 95,89%.
7) Ibu Hamil KEK yang mendapat Makanan Tambahan
Ibu hamil KEK adalah ibu hamil dengan ukuran LILA (lingkar lengan
atas) < 23,5 cm. Kurangnya asupan energi yang berasal dari zat gizi makro
(karbohidrat, protein dan lemak) maupun zat gizi mikro pada wanita usia subur
yang berkelanjutan (remaja sampai masa kehamilan), mengakibatkan
terjadinya kurang energi kronik (KEK) pada masa kehamilan, yang diawali
dengan kejadian „risiko‟ KEK dan ditandai oleh rendahnya cadangan energi
dalam jangka waktu cukup lama yang diukur dengan lingkar lengan atas

86
LAPORAN TAHUNAN TAHUN 2018 EDISI 2019

(LiLA). Ibu hamil sebaiknya memiliki lingkar lengan atas lebih dari 23,5 cm
pada 3 bulan pertama kehamilan. Ibu hamil dengan masalah gizi dan kesehatan
berdampak terhadap kesehatan dan keselamatan ibu dan bayi serta kualitas bayi
yang dilahirkan. Kondisi ibu hamil KEK berisiko menurunkan kekuatan otot
yang membantu proses persalinan sehingga dapat mengakibatkan terjadinya
kematian janin (keguguran), prematur, lahir cacat, bayi berat lahir rendah
(BBLR) bahkan kematian bayi, ibu hamil KEK dapat mengganggu tumbuh
kembang janin yaitu pertumbuhan fisik (stunting), otak dan metabolisme yang
menyebabkan penyakit menular di usia dewasa. Selain membutuhkan energi
untuk dirinya, ibu hamil juga membutuhkan energi untuk pertumbuhan janin
dalam kandungannya. Kondisi KEK pada ibu hamil ini harus segera
ditindaklanjuti untuk menurunkan angka kejadian BBLR sehingga risiko
kematian bayi atau neonatal yang disebabkan BBLR dapat diturunkan.
Riskesdas 2018 menunjukkan prevalensi risiko KEK pada ibu hamil (15-49
tahun) sebesar 17,3%, khususnya prevalensi tertinggi ditemukan pada usia
remaja (15-19 tahun) sebesar 33,5% dibandingkan dengan kelompok lebih tua
(20-24 tahun) sebesar 23.3%. Persentase ibu hamil KEK diharapkan turun
sebesar 1,5% setiap tahunnya. Dimulai pada tahun 2015 dengan batasan
maksimal 24,2% ibu hamil KEK, hingga pada akhir tahun 2019 diharapkan
persentase ibu hamil KEK dibawah 18,2%. Data dasar sebagai bahan
penetapan persentase bumil KEK ini didapat dari hasil Riset Kesehatan Dasar
(Riskesdas) tahun 2013. Dengan ditetapkannya target tersebut, maka
diharapkan persentase ibu hamil KEK setiap tahunnya tidak melebihi target.
Salah satu cara yang dapat dilakukan untuk menurunkan persentase ibu hamil
KEK adalah dengan pemberian makanan tambahan bagi ibu hamil. Makanan
tambahan adalah makanan yang dikonsumsi sebagai tambahan asupan zat gizi
di luar makanan utama dalam bentuk makanan tambahan pabrikan atau
makanan tambahan lokal yang diberikan minimal selama 90 HMI (hari
makanan ibu). Makanan tambahan ibu hamil KEK di Kota Padang diberikan
dalam bentuk biskuit dan susu ibu hamil.
Grafik 7.25

87
LAPORAN TAHUNAN TAHUN 2018 EDISI 2019

Ibu Hamil KEK yang Mendapat Makanan Tambahan


Pada Puskesmas di Kota Padang Tahun 2018
180
160 84
78
140 73 75
65 62 65
120 55
55
100 48
80 78 38 41 40 84 42
65 29 34 73 75 65
60 64 57
27 55 26 48 24 23
40 41 40 42
31 38 14 27 26 17 34 13
24 17 25
20 14 13
0

Ket : grafik biru : Jumlah ibu hamil KEK grafik hijau : Bumil KEK yang mendapat PMT

Tahun 2018, jumlah ibu hamil KEK yang mendapat PMT sebanyak 1028
orang dari jumlah ibu hamil KEK sebanyak 1034 orang dengan persentase
99.4%. Masih ada 6 ibu hamil KEK yang tidak PMT dengan rincian : 2 orang
di Puskesmas Ulak Karang, 2 orang di Puskesmas Pagambiran, 2 orang di
Puskesmas Lubuk Begalung. Kasus tertinggi ibu hamil KEK yang diberikan
PMT terdapat di wilayah kerja Puskesmas Pauh (84) dan yang terendah
terdapat di wilayah kerja Puskesmas Kuranji (13).
8) Balita yang mempunyai KMS/Buku KIA
KMS adalah kartu yang memuat kurva pertumbuhan normal anak
berdasarkan indeks berat badan menurut umur yang dibedakan berdasarkan
jenis kelamin. KMS digunakan untuk mencatat berat badan, memantau
pertumbuhan balita setiap bulan dan sebagai media penyuluhan gizi dan
kesehatan balita. Buku KIA adalah buku yang berisi catatan kesehatan ibu
(hamil, bersalin, nifas) dan anak (bayi baru lahir, bayi dan anak balita) serta
berbagai informasi cara memelihara dan merawat kesehatan ibu dan anak.
Untuk Tahun 2018 persentase balita yang mempunyai KMS/Buku KIA sebesar
100%. Seluruh balita di Kota Padang telah mempunyai buku KIA. Jumlah ini
meningkat dari tahun 2017 dengan persentase 85.58%.

9) Balita Bawah Garis Merah

88
LAPORAN TAHUNAN TAHUN 2018 EDISI 2019

Balita BGM adalah balita dengan hasil timbangan berat badan di bawah
garis merah pada Kartu Menuju Sehat (KMS). BGM ini merupakan warning
untuk mengkonfirmasi dan menentukan penanganan lanjutan tetapi perlu
diingat tidak berlaku pada anak dengan berat badan awalnya memang sudah
dibawah garis merah. Naik-Turunnya berat badan balita selalu mengikuti pita
warna pada KMS. Gizi buruk atau gizi kurang dapat dilihat dari status gizi
balita yang dideteksi melalui kurva berat badan pada KMS. Balita sehat jika
berat badan selalu naik mengikuti salah satu pita warna atau pindah ke pita
warna di atasnya. Balita mengalami gangguan pertumbuhan dan perlu
perhatian khusus bila berat badannya berada di bawah garis merah (BGM).
Cakupan BGM tertinggi terdapat di wilayah kerja Puskesmas Anak Air
(10.99%) dan yang terendah terdapat di wilayah kerja Puskesmas Belimbing
(0.67%). Persentase jumlah Balita BGM dapat dilihat pada grafik berikut :
Grafik 7.26
Balita Bawah Garis Merah pada Puskesmas di Kota Padang
Tahun 2018
10.99
9.35

12.00
7.85
6.70

10.00
4.94

8.00
3.98
3.51
3.38
3.28
3.12
2.92
2.80
2.66
2.58
2.37

6.00
2.14
2.00
1.94
1.66
1.58
1.55
1.17
1.07
0.67
4.00
2.00
0.00
Pagambiran
Air Dingin

Lubay

Andalas
Lapai

Belimbing
PADANG

Nanggalo

Alai

Pemancungan
Bungus
Rawang
Kuranji

Pauh
Seb. Padang

Ambacang
Air Tawar

Luki
Anak Air

Tunggul Hitam

Ulak Karang

Lubeg
Padang Pasir
Ikur Koto

Target capaian BGM adalah <5%. Dari grafik diatas dapat dilihat, terdapat
4 puskesmas dengan capaian BGM>5%. Keadaan ini tentunya memerlukan
pemantauan agar jangan sampai balita BGM jatuh kedalam kondisi buruk.
10) Distribusi Vitamin A pada balita 6-59 bulan
Vitamin A adalah salah satu zat gizi dari golongan vitamin yang sangat
di perlukan oleh tubuh yang berguna untuk kesehatan mata (agar dapat melihat
dengan baik) dan untuk kesehatan tubuh (meningkatkan daya tahan tubuh
untuk melawan penyakit misalnya campak, diare dan penyakit infeksi lain.

89
LAPORAN TAHUNAN TAHUN 2018 EDISI 2019

Vitamin A adalah salah satu zat gizi mikro yang diperlukan oleh tubuh yang
berguna untuk meningkatkan daya tahan tubuh (imunitas) dan kesehatan mata.
Untuk bayi berusia 6 - 11 bulan, diberikan kapsul vitamin A bewarna biru
dengan dosis 100.000 IU dan untuk usia 12-59 bulan diberikan kapsul vitamin
A berwarna merah dengan dosis 200.000 IU. Pemberian Vitamin a dilakukan
pada bulan Februari dan Agustus. Untuk capaian program data yang diambil
adalah data yang terendah diantara ke dua bulan tersebut.
Capaian distribusi vitamin A paling rendah terdapat di Puskesmas dan
yang paling tinggi terdapat di Puskesmas. Capaian distribusi Vitamin A dapat
dilihat pada grafik berikut :
Grafik 7.27
Distribusi Vitamin A pada Balita 6-59 Bulan pada Puskesmas
di Kota Padang Tahun 2018
96.4
95.8
95.5
93.5
92.5
91.5

120.0
88.6
88.3
84.4
83.5
82.1
81.8
81.5
80.8
79.2
79.1
76.4
75.0
74.5
73.3
73.1
71.0
69.6
100.0
80.0

48.6
60.0
40.0
20.0
0.0
Andalas
Belimbing

Pemancungan

Lapai
Bungus

PADANG

Alai

Nanggalo
Rawang

Pagambiran
Kuranji
Pauh

Air Dingin

Seb. Padang
Ambacang

Air Tawar
Anak Air
Tunggul Hitam

Ulak Karang
Ikur Koto
Lubuk Kilangan
Lubuk Begalung

Padang Pasir
Lubuk Buaya

Target capaian cakupan distribusi Kapsul Vitamin A pada balita 6-59


bulan adalah 90%. Dari grafik diatas dapat dilihat bahwa 6 Puskesmas sudah
mencapi target (grafik hijau) sementara 17 Puskesmas lainnya belum dapat
mencapai target. Capaian tertinggi terdapat di Puskesmas Lubuk Kilangan
(96,4%) dan capaian terendah terdapat di Puskesmas Nanggalo (48.6%).
11) Persentase Kasus Bayi Lahir dengan Berat Badan Lahir Rendah
BBLR adalah bayi baru lahir dengan berat badan < 2500 gr. Bayi Berat
Lahir Rendah (BBLR) sampai saat ini masih menjadi masalah kesehatan
karena menjadi penyebab terbanyak kematian bayi di Kota Padang. BBLR juga
dapat berdampak serius terhadap kualitas generasi mendatang karena dapat

90
LAPORAN TAHUNAN TAHUN 2018 EDISI 2019

memperlambat pertumbuhan dan perkembangan anak, sehingga berpengaruh


terhadap penurunan kecerdasan bahkan BBLR mempunyai dampak yang
kompleks sampai usia dewasa, antara lain meningkatkan risiko penyakit
jantung koroner, diabetes, gangguan metabolik dan kekebalan tubuh. BBLR
disebabkan oleh multifaktor antara lain faktor ibu (usia, tingkat pendidikan,
status pekerjaan ibu, jarak kehamilan, riwayat penyakit, umur kehamilan,
paritas, kehamilan ganda, hipertensi, anemia, perilaku), faktor plasenta, faktor
janin, dan faktor lingkungan. Berdasarkan Riskesdas 2018 proporsi berat badan
lahir < 2500 gr sebesar 6,2% dari target RPJMN yaitu 8% dengan jumlah
perempuan lebih banyak dari laki-laki.
Grafik 7.28
Persentase Bayi Lahir Dengan Berat Badan Lahir Rendah
pada Puskesmas di Kota Padang Tahun 2018
5.0 4.4 4.5 4.8
3.9
4.0 3.0 3.0 3.1
3.0 2.1 2.3 2.5 2.6
1.8 1.8
2.0 1.4 1.4 1.5
0.6 0.6 0.7 0.9 1.0
1.0 0.0 0.2 0.4
0.0

Ulak Karang
Andalas
Nanggalo
Alai

Belimbing

Lapai
Padang

Pauh
Kuranji

Pegambiran

Luki
Air Dingin

Anak Air

Seb. Padang
Air Tawar

Lubeg

Lb.Buaya
Dadok TH

Padang Pasir

Ikur Koto

Pemancungan
Ambacang

Bungus

Rawang

Grafik 4.34 memperlihatkan persentase kasus Berat Badan Lahir Rendah


(BBLR) <2500 gram tahun 2018 antar puskesmas berada pada rentang 0-4.8%,
dengan cakupan tertinggi di Puskesmas Pemancungan (4.8%) dan terendah
Puskesmas Kuranji (0%). Target capaian BBLR adalah 7.3%. Rata-rata
kejadian BBLR secara Kota Padang sebesar 1.8% dengan jumlah absolute 295
orang dari 16.282 jumlah bayi baru lahir.
12) Persentase bayi baru lahir mendapatkan IMD
Inisiasi Menyusui Dini adalah memberikan ASI segera setelah bayi
dilahirkan, biasanya dalam waktu 30 menit-1 jam pasca bayi dilahirkan. Tujuan
IMD adalah :

91
LAPORAN TAHUNAN TAHUN 2018 EDISI 2019

a) Kontak kulit dengan kulit membuat ibu dan bayi lebih tenang dan
meningkatkan kasih sayang ibu dan bayi
b) Saat IMD bayi menelan bakteri baik dari kulit ibu yang akan membentuk
koloni di kulit dan usu bayi sebagai perlindungan diri
c) Mengurangi perdarahan setelah melahirkan
d) Mengurangi terjadinya anemia
Hasil Riskesdas menunjukkan proporsi IMD mengalami kenaikan dari
34.5% pada tahun 2013 menjadi 58,2 % pada tahun 2018.
Grafik 7.29
Persentase Bayi Baru Lahir Mendapatkan IMD
pada Puskesmas di Kota Padang Tahun 2018
100.0
100.0

100.0
99.8
99.5
99.4
99.2
99.0
98.6
98.6
98.6
98.6
98.5
98.5
98.4
93.7

86.4
120.0

80.4
91

75.4
71.9
70.3
67.5
100.0

59.9
80.0
60.0
40.0
20.0
0.0
Padang
Pegambiran

Pauh
Ambacang

Seb. Padang

Andalas

Belimbing
Lapai

Nanggalo

Alai
Lubuk Begalung
Padang Pasir

Ikur Koto
Kuranji
Luki

Lb.Buaya

Air Dingin

Anak Air
Air Tawar
Ulak Karang
Dadok TH
Rawang
Bungus

Pemancungan

Target bayi baru lahir yang mendapat IMD adalah 41%. Dari grafik diatas
terlihat bahwa semua puskesmas sudah mencapai target dengan persentase
IMD tertinggi terdapat di wilayah kerja Puskesmas Padang Pasir, Puskesmas
Ambacang, dan Puskesmas Pagambiran dengan capaian 100%. Capaian
terendah terdapat di wilayah kerja Puskesmas Anak Air (59.9%). Meskipun
telah mencapai target namun perlu dilakukan upaya untuk dapat meningkatkan
cakupannya, salah satunya dengan cara melakukan penyuluhan oleh bidan dan
tenaga kesehatan lainnya.
13) Persentase Ibu Hamil Anemia
Diperkirakan 41,8% ibu hamil di seluruh dunia dan 11,9% di Indonesia
mengalami anemia. Ibu hamil dinyatakan anemia jika hemoglobin kurang dari
11 mg/L Paling tidak setengahnya disebabkan oleh kekurangan zat besi. Hasil

92
LAPORAN TAHUNAN TAHUN 2018 EDISI 2019

Riskesdas menunjukkan persentase ibu hamil anemia mengalami kenaikan


dari 37.1% pada tahun 2013 menjadi 48.9% pada tahun 2018.. Masalah ini
memerlukan perhatian khusus karena dapat menyebabkan gangguan atau
kendala pada pertumbuhan janin, baik dalam sel pembentuk tubuh dan sel otak.
Anemia juga dapat mengakibatkan kematian janin, aborsi, cacat bawaan dan
berat bayi lahir rendah (BBLR). Hal ini berkontribusi pada peningkatan angka
kematian ibu dan perinatal. Target cakupan ibu hamil anemia tahun 2018
sebesar 24%. Cakupan ibu hamil anemia menurut puskesmas dapat dilihat pada
grafik dibawah ini :
Grafik 7.30
Cakupan Ibu Hamil Anemia pada Puskesmas
di Kota Padang Tahun 2018

20.27
22.66
25.00

14.85
13.41
10.95
10.82
10.52
20.00

9.41
8.56
7.72

15.00
6.95
6.58
6.57
6.12
6.06
5.99
5.73
5.68
3.95
2.73
2.36

10.00
2.20
2.14
0.97

5.00
0.00 Pdg. Pasir
Ikur Koto

Andalas
Lapai

Belimbing
Alai

Padang

Pemancungan
Nanggalo

Pauh

Bungus
Pegambiran

Rawang
Air Dingin

Ambacang

Seb. Padang
Kuranji
Anak Air
Dadok TH

Air Tawar

Lb. Begalung
Lb. Kilangan
Lb. Buaya

Ulak Karang

Dari grafik 4.36 dapat dilihat bahwa cakupan ibu hamil anemia terbanyak
terdapat diwilayah kerja Puskesmas Bungus yaitu 22.66% dengan jumlah
absolute sebanyak 114 orang dari 503 orang sasaran ibu hamil sedangkan
cakupan terendah terdapat di wilayah kerja Puskesmas Rawang yaitu 0.97%
dengan jumlah absolute 14 orang dari 512 orang sasaran ibu hamil. Untuk Kota
Padang cakupan ibu hamil anemia sebesar 7.72% dengan jumlah absolute 1410
orang dari 18.275 ibu hamil.
7.2.2 Seksi Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat
a. Kelurahan Siaga
Kelurahan Siaga adalah kelurahan yang penduduknya memiliki kesiapan
sumberdaya dan kemampuan serta kemauan untuk mencegah dan mengatasi
masalah kesehatan, bencana dan kegawatdaruratan kesehatan secara mandiri.

93
LAPORAN TAHUNAN TAHUN 2018 EDISI 2019

Kelurahan Siaga dibentuk berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kesehatan RI


Nomor:564/Menkes/SK/VIII/2006. Pengembangan Kelurahan Siaga dilaksanakan
melalui pembentukan Pos Kesehatan Kelurahan (Poskeskel) yaitu salah satu
Upaya Kesehatan Bersumberdaya Masyarakat (UKBM) yang dibentuk dalam
rangka menyediakan/mendekatkan pelayanan kesehatan bagi masyarakat yang
meliputi kegiatan peningkatan hidup sehat (promotif), pencegahan penyakit
(preventif) dan pengobatan (kuratif) yang dilaksanakan oleh tenaga kesehatan
terutama bidan dengan melibatkan kader dan tenaga sukarela lainnya.
Perkembangan Kelurahan Siaga di Kota Padang adalah ditandai dengan
dibangunnya 27 Poskeskel dari dana Pemerintah (APBN, APBD), PNPM dan
swadaya masyarakat. Pada wilayah kerja Dinas Kesehatan Kota Padang terdapat
82 kelurahan (79%) yang sudah memiliki poskeskel dari 104 kelurahan yang ada
di Kota Padang. Dimana hanya 27 unit (33%) poskeskel yang memiliki gedung
permanen yang digunakan hanya untuk poskeskel, sedangkan 55 unit (67%)
gedung poskeskel masih menumpang pada pustu, kantor lurah, dan balai pemuda.
Kelurahan desa siaga dilihat dari strata desa siaga di Kota Padang tahun
2018 diketahui bahwa strata pratama berjumlah 23 kelurahan (22,10) strata madya
berjumlah 26 kelurahan (25%) strata purnama terdapat 15 kelurahan ( 14,40%)
dan strata mandiri 20 kelurahan (19,20%).
b. Pos Kesehatan Pesantren (Poskestren)
Pondok Pesantren merupakan kelompok masyarakat yang perlu dibina,
yang mempunyai warga belajar yang disebut santri. Kelompok ini juga rawan
dengan masalah kesehatan, oleh sebab itu perlu dibentuk Pos Kesehatan Pesantren
(Poskestren). Poskestren merupakan wujud partisipasi masyarakat pondok
pesantrean dalam bidang kesehatan.
Jumlah Pesantren yang ada di Kota Padang sebanyak 10 unit dengan jumlah
santri sebanyak 3062 orang. Pada tahun 2018 telah Dinas Kesehatan Kota Padang
telah melakukan pertemuan tentang Pos Kesehatan Pesantren berdasarkan acuan
dari Peraturan Menteri Kesehatan RI No.1Tahun 2013 Tentang Pedoman
Penyelenggaraan dan Pembinaan Pos Kesehatan Pesantren. Pada acara tersebut di
hadiri oleh pesantren yang ada sebanyak 26 peserta di Kota Padang dan Pembina

94
LAPORAN TAHUNAN TAHUN 2018 EDISI 2019

wilayah Puskesmas. Pada tahun tersebut di pesantern Thawalib Padang telah


terbentuk poskestern.
Adapun kegiatan yang dilakukan di Pesantren yaitu kegiatan penyuluhan
kesehatan, pemeriksaan kesehatan santri, pemeriksaan kesehatan lingkungan
pesantren serta pembinaan PHBS di pesantren. Pesantren yang ada di Kota
Padang pada tahun 2018 ada sebanyak 10 pesantren. Sesuai hasil pembinaan dari
10 pesantren semuanya sudah memiliki poskestren dengan strata pratama 20% (2
pesantren), madya 40% (4 pesantren), dan mandiri 40% (4 pesantren).
c. Satuan Karya Bakti Husada (SBH)
Satuan Karya Bakti Husada (SBH) merupakan bentuk partisipasi generasi
muda khususnya pramuka didalam bidang kesehatan. SBH merupakan bentuk
wadah pramuka untuk mengembangkan pengetahuan, keterampilan, pengalaman
dan kesempatan untuk membaktikan diri pada masyarakat dalam rangka mencapai
masyarakat yang sehat.
Pada tahun 2016 Puskesmas Lubuk Kilangan telah melakukan pelantikan
pengurus Saka Bakti Husada di SMA 14, SMK Semen Padang dan SMA Semen
Padang yang pelantikannya langsung dilakukan oleh Kwarir Cabang Padang. Pada
tahun 2017 ini Kecamatan Padang Timur telah melakukan pertemuan dan
Pelantikan pengurus Saka Bhakti Husada yang pelantikannya langsung di lakukan
oleh Kwarcab Kota Padang. Pada tahun 2018 ini telah diadakan pertemuan Krida
SBH namun belum ada pembetukan SBH.
d. Tanaman Obat Keluarga (Toga)
Tanaman obat keluarga (TOGA) merupakan sebuah lahan atau pekarangan
yang dimanfaatkan untuk mananam tanaman yang berkhasiat sebagai obat. TOGA
merupakan wujud peran aktif masyarakat dalam peningkatan kesehatan dan
pengobatan sederhana dengan memanfaatkan obat tradisionil.
Fungsi utama TOGA adalah menghasilkan tanaman yang dapat
dipergunakan untuk menjaga dan meningkatkan kesehatan, mengobati gejala dan
beberapa penyakit ringan, memperbaiki gizi masyarakat, memperindah
pemandangan dan dapat menambah penghasilan keluarga. Hasil pendataan

95
LAPORAN TAHUNAN TAHUN 2018 EDISI 2019

tanaman obat keluarga di Kota Padang tahun 2018, seperti terlihat pada tabel 3.4
dibawah ini :
Tabel 7.3
Jumlah Dan Jenis Tanaman Obat Keluarga
Dinas Kesehatan Kota Padang Tahun 2018

Jumlah Jumlah KK
RT/KK yang Jenis Toga yg ada pd RT/KK
NO PUSKESMAS
yg ada memanfaatkan %
TOGA TOGA < 10 10-25 > 25 ABS
1 Lubuk Kilangan 960 287 29,9 279 7 1 287
2 Lubuk Begalung 2445 2430 99,4 2205 217 8 2430
3 Pegambiran 1209 529 43,8 354 173 2 529
4 Anak Air 75 75 100 75 0 0 75
5 Ulak Karang 3785 1918 50,7 1900 18 0 1918
6 Nanggalo 195 195 100 71 124 0 195
7 Lapai 67 20 29,9 20 0 0 20
8 Belimbing 653 520 79,6 300 220 0 520
9 Air Tawar 1347 487 36,2 485 2 0 487
10 Lubuk Buaya 9338 4243 45,4 4125 115 3 4243
11 KPIK 921 921 100 847 74 0 921
12 Air Dingin 4655 4655 100 4655 0 0 4655
13 Kuranji 1206 1166 96,7 895 271 0 1166
14 Ambacang 508 331 65,2 304 19 8 331
15 Dadok Tg.Hitam 801 768 95,9 37 631 100 768
16 Pemancungan 1215 1215 100 1115 100 0 1215
17 Rawang 41 41 100 24 15 2 41
18 Padang Pasir 2019 2019 100 1756 263 0 2019
19 Pauh 785 713 90,8 663 50 0 713
20 Bungus 504 504 100 485 19 0 504
21 Alai 2056 625 30,4 565 60 0 625
22 Seb Padang 330 330 100 191 108 31 330
23 Andalas 1853 1107 59,7 887 205 15 1.107
JUMLAH 36.633 25.099 68,5 9.724 890 44 25.099
Berdasarkan tabel diatas, dari 36.633 KK yang punya toga jumlah dan
jenis toga yang terbanyak terdapat pada kelompok 10-25 jenis toga yaitu 5511
KK dan Jumlah KK yang memanfaatkan toga sebanyak 43.079 KK
e. Posyandu
Posyandu merupakan bentuk UKBM yang paling populer dan memberikan
konstribusi terhadap percepatan penurunan angka kematian ibu dan bayi. Kegiatan
Posyandu dilaksanakan oleh petugas kesehatan dibantu oleh kader-kader
Posyandu. Pada tahun 2018 jumlah Posyandu Kota Padang 914 Posyandu dengan
perkembangan strata Posyandu adalah strata pratama sebanyak 11 Posyandu

96
LAPORAN TAHUNAN TAHUN 2018 EDISI 2019

(1,2%), madya 174 Posyandu (19,04 %), purnama 554 Posyandu (60,61%) dan
mandiri 175 Posyandu (19,15 %). Posyandu aktif sebanyak 729 Posyandu
(79,76%) dan kader aktif sebanyak 3.624 orang dengan capaian D/S 68,1%.
Capaian D/S ini masih belum mencapai target 85%.
f. Perilaku Hidup Bersih Dan Sehat (PHBS)
Pembinaan PHBS dilaksanakan dibeberapa tatanan antara lain : tatanan
rumah tangga, tatanan institusi pendidikan, tatanan tempat kerja dan tatanan
fasilitas kerja. Namun Dinas Kesehatan Kota Padang lebih memfokuskan pada
tatanan rumah tangga. PHBS di rumah tangga merupakan upaya untuk
memberdayakan anggota rumah tangga agar tahu, mau dan mampu melaksanakan
perilaku hidup bersih dan sehat serta berperan aktif dalam gerakan kesehatan di
masyarakat, dengan tujuan terciptanya rumah tangga sehat. Berikut data PHBS
rumah tangga tahun 2018:
Tabel 7.4
Persentase Rumah Tangga Berperilaku Hidup Bersih dan Sehat
Menurut Kecamatan dan Puskesmas Kota Padang - Tahun 2018
% RT
SASARAN Rumah Tangga % RT Rumah Tangga Yang
NO PUSKESMAS Ber
KK/RT Yang disurvey Dipantau di survey Ber PHBS
PHBS
1 Lubeg 15729 3453 22,0 2052 59,4
2 Luki 12465 8759 70,3 2844 32,5
3 Pegambiran 12931 6517 50,4 1300 19,9
4 Pemancungan 4097 1575 38,4 984 62,5
5 pauh 12461 4659 37,4 3082 66,2
6 rawang 5808 2680 46,1 1664 62,1
7 ambacang 10033 9530 95,0 4661 48,9
8 seb padang 4108 1530 37,2 649 42,4
9 andalas 16506 4128 25,0 2120 51,4
10 kuranji 5922 5922 100 2073 35,0
11 belimbing 19579 6297 32,2 2898 46,0
12 lapai 5359 1424 26,6 775 54,4
13 alai 4897 3507 71,6 3117 88,9
14 pdg pasir 10892 7810 71,7 5194 66,5
15 ulak karang 3785 1989 52,5 454 22,8
16 air tawar 5897 5410 91,7 3748 69,3
17 nanggalo 10467 6506 62,2 3792 58,3
18 kpik 3677 955 26,0 557 58,3
19 anak air 7607 1010 13,3 191 18,9
20 air dingin 7259 2945 40,6 1191 40,4
21 lubuk buaya 16558 10990 66,4 7065 64,3
22 dadok 7180 7180 100 988 13,8
23 bungus 6280 6189 98,6 4375 70,7
JUMLAH 209.497 110.965 53,0 55.774 50,3

97
LAPORAN TAHUNAN TAHUN 2018 EDISI 2019

Berdasarkan hasil survey dan pembinaan PHBS pada masing-masing


puskesmas dengan jumlah sampel dan KK yang dibina sebanyak 110.965 rumah
tangga dari 209.497 rumah tangga yang ada di Kota Padang, maka diperoleh
gambaran rumah tangga sehat di Kota Padang hanya 55.774 (50,30%) yang ber
PHBS.
g. Penyuluhan Kesehatan Masyarakat
Kegiatan penyuluhan kesehatan yang dilaksanakan kepada masyarakat
terbagi 2 lokasi yaitu dalam gedung dan luar gedung baik secara langsung maupun
tidak langsung. Kegiatan penyuluhan dalam gedung di Puskesmas se Kota Padang
dilaksanakan sebelum jam pelayanan dimulai, dengan sasaran seluruh masyarakat
yang berkunjung ke Puskesmas minimal 2 kali dalam seminggu disesuaikan
dengan hari dimana pasien ramai berkunjung ke Puskesmas. Topik penyuluhan
disesuaikan dengan masalah atau kondisi yang ada di wilayah kerja masing-
masing Puskesmas dan dikoordinir oleh tenaga promosi kesehatan di masing-
masing Puskesmas. Pada tahun 2018 Puskesmas melaksanakan 3.895 kali
(frekuensi), rata-rata dalam sebulan 325 frekuensi penyuluhan dalam gedung dengan
jumlah masyarakat yang diberi penyuluhan 64.794 orang.
Kegiatan penyuluhan kesehatan luar gedung adalah penyuluhan kesehatan
masyarakat yang dilaksanakan diluar gedung Puskesmas seperti di Posyandu
Balita, Posyandu Usila, kegiatan UKS , Mushalla, Mesjid, Kantor Lurah dan lain-
lain. Pada tahun 2018 penyuluhan luar gedung dilakukan oleh semua Puskesmas
sebanyak 13.489 kali dengan jumlah masyarakat yang diberi penyuluhan
sebanyak 562.217 orang.
Khusus untuk penyebaran informasi kesehatan tentang HIV – AIDS
dilaporkan satu kali per triwulannya, kegiatan penyuluhan dilaksanakan di dalam
dan di luar gedung baik itu oleh petugas Puskesmas maupun dari bagian Promosi
Kesehatan Dinas kesehatan Kota Padang. Sasaran penyuluhan adalah masyarakat
usia 15 tahun sampai 25 tahun dengan jumlah yang disuluh 27.513 orang. Lokasi
penyuluhan dilakukan di Puskesmas, sekolah (SLTP/MTsN dan SLTA), mesjid,
kelurahan, mushala dan tempat lain.

98
LAPORAN TAHUNAN TAHUN 2018 EDISI 2019

Penyuluhan juga dilakukan dengan penyebarluasan informasi kesehatan


melalui penyuluhan keliling yang dilaksanakan oleh Puskesmas maupun seksi
Promosi Kesehatan Dinas Kesehatan Kota Padang dengan frekwensi kegiatan
penyuluhan keliling sebanyak 804 kali pada tahun 2018. Penyuluhan tidak
langsung dilakukan oleh seksi promosi kesehatan melalui media cetak berupa
poster, spanduk, leaflet, stiker dan media elektronik.

7.2.3 Seksi Kesling, Kesehatan Kerja dan Olah Raga


a. Pengawasan Sanitasi TTU dan TPM
Dalam rangka penyehatan Tempat-Tempat Umum (TTU) dan Tempat
Pengolahan Makanan (TPM), maka Dinas Kesehatan Kota Padang melaksanakan
kegiatan pengawasan dan pemeriksaan TTU dan TPM yang dilaksanakan oleh
petugas kesehatan lingkungan. Adapun indikator pemeriksaan TTU adalah :
adanya jamban sehat, sarana air bersih, tempat sampah dan lingkungan bersih.
Sedangkan bagi TPM yang menjadi indikator pemeriksaan adalah : adanya tempat
air bersih, tempat penyimpanan bahan makanan, tempat penyimpanan bahan
makanan siap saji, penyimpanan peralatan bebas pencemaran, ada tempat cuci
tangan, ada tempat sampah, bebas lalat, tikus, dan binatang lainnya, ada SPAL
dan lingkungan yang bersih.
Tempat–tempat umum (TTU) adalah merupakan suatu tempat dimana
masyarakat banyak berkumpul dan melaksanakan aktifitas/kegiatannya dan oleh
karena itu perlu dikelola untuk mencapai keadaan sejahtera dari badan, jiwa dan
sosial, yang memungkinkan penggunanya hidup dan bekerja dengan produktif
secara sosial ekonomis. Sarana dan bangunan umum dinyatakan memenuhi syarat
kesehatan apabila memenuhi kebutuhan fisiologis, psikologis dan dapat mencegah
penularan penyakit antar pengguna, penghuni dan masyarakat sekitarnya, selain itu
harus memenuhi persyaratan dalam pencegahan terjadinya kecelakaan. Hal ini
telah diamanatkan pada UU No.36 Tahun 2009 tentang Kesehatan.
Pengawasan sanitasi TTU bertujuan untuk mewujudkan kondisi TTU yang
memenuhi syarat agar masyarakat pengunjung terhindar dari kemungkinan bahaya
penularan penyakit serta tidak menyebabkan gangguan terhadap kesehatan

99
LAPORAN TAHUNAN TAHUN 2018 EDISI 2019

masyarakat. Selain itu diharapkan agar pengunjung TTU menggunakan dan


memelihara fasilitas sanitasi yang tersedia di TTU tersebut, dan
pengelola/penanggung jawab TTU dengan upaya sendiri mampu menciptakan
sanitasi TTU.
Di Kota Padang terdapat sebanyak 807 TTU yang terdiri dari hotel, kolam
renang, pemandian umum, rumah sakit, pasar, sarana ibadah dan lain – lain.
Sarana ini menyebar diseluruh wilayah kerja Puskesmas se Kota Padang.
Kegiatan rutin pengawasan pada TTU tersebut dilakukan oleh Puskesmas sesuai
dengan target dan jumlah sarana yang ada. Jumlah sarana TTU terbanyak terdapat
di wilayah kerja Puskesmas Padang Pasir, disusul oleh Puskesmas Andalas dan
Lubuk Kilangan. Disamping pengawasan rutin oleh Puskesmas juga ada kegiatan
pengawasan dan pemeriksaan yang dilakukan secara bersama dengan lintas
program dan lintas sektor terkait sehubungan adanya permintaan pengurusan
perizinan terhadap sarana dimaksud. Selama tahun 2018 telah dilakukan
pemeriksaan terhadap 807 (100 %) TTU. Pemeriksaan dilakukan terhadap sarana
TTU yang ada diwilayah kerja masing - masing Puskesmas. Dari hasil
pengawasan dan yang diperiksa diketahui bahwa sebanyak 635 (79 %) sarana
TTU memenuhi syarat kesehatan dan sebanyak 172 (21 %) sarana dari yang
diperiksa tidak memenuhi syarat kesehatan. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat
pada grafik dibawah ini :
Grafik 7.31
Persentase TTU Kota Padang Tahun 2018
yang Memenuhi Syarat Kesehatan
120
100
80 100100100 94 95 95 93 92 91
89 88 87 82 81
60 79 77 76 73 79
67 67 66 62
40 53
20
0
Dadok

Rawang
Pauh

Pegambiran
Ambacang
Andalas

kota padang
Pemancungan

Belimbing
Nanggalo

Alai

Lapai

Ikur Koto
Lubuk Begalung

Bungus

Padang Pasir
Lb.Kilangan

Lubuk Buaya

Seberang Padang
Air Dingin
Air Tawar
Anak Air

Ulak Karang
Kuranji

100
LAPORAN TAHUNAN TAHUN 2018 EDISI 2019

Hal yang membuat tidak memenuhi syarat kesehatan umumnya adalah


kurangnya sarana sanitasi dasar seperti tidak tersedianya jamban yang memenuhi
syarat, kurangnya air bersih dan lingkungan sarana yang kotor.
Selain TTU, TPM (tempat pengolahan makanan) sebagai salah satu jenis
tempat pelayanan umum yang mengolah dan menyediakan makanan bagi
masyarakat banyak, maka TPM memiliki potensi yang cukup besar untuk
menimbulkan gangguan kesehatan atau penyakit bahkan keracunan akibat dari
makanan yang dihasilkannya. Dengan demikian kualitas makanan yang
dihasilkan, disajikan dan dijual oleh TPM harus memenuhi syarat-syarat
kesehatan. Salah satu syarat kesehatan TPM yang penting dan mempengaruhi
kualitas hygiene sanitasi makanan tersebut adalah faktor lokasi dan bangunan
TPM. Lokasi dan bangunan yang tidak memenuhi syarat kesehatan akan
memudahkan terjadinya kontaminasi makanan oleh mikroorganisme seperti
bakteri, jamur, virus dan parasit serta bahan-bahan kimia yang dapat
menimbulkan risiko terhadap kesehatan. Indikator pemeriksaan TPM adalah
adanya tempat air bersih, tempat penyimpanan bahan makanan, tempat
penyimpanan bahan makanan siap saji, penyimpanan peralatan bebas pencemaran,
ada tempat cuci tangan, ada tempat sampah
Di Kota Padang terdapat sebanyak 3244 TPM yang terdiri dari rumah
makan, restoran, jasa boga, warung kopi, kantin dan sebagainya yang menyebar
diseluruh wilayah kerja Puskesmas. Kegiatan rutin pengawasan pada TPM
tersebut dilakukan oleh Puskesmas sesuai dengan target dan jumlah sarana yang
ada. Jumlah sarana TPM terbanyak terdapat di wilayah kerja Padang Pasir ,
disusul oleh Puskesmas Pauh dan Puskesmas Ambacang.
Adapun pengawasan yang dilakukan, disamping pengawasan rutin oleh
Puskesmas juga ada kegiatan pengawasan dan pemeriksaan yang dilakukan secara
bersama dengan lintas program dan lintas sektor terkait sehubungan adanya
permintaan pengurusan perizinan terhadap sarana dimaksud. Selama tahun 2018
telah dilakukan pemeriksaan terhadap 3038 (94 %) TPM. Ada terjadi
kesenjangan antara target dan pencapaian yang disebabkan oleh terlalu banyak
jumlah TPM dengan ketersediaan tenaga yang ada sehingga tidak dicapai hasil

101
LAPORAN TAHUNAN TAHUN 2018 EDISI 2019

yang diharapkan. Pemeriksaan dilakukan terhadap sarana TPM yang ada


diwilayah kerja masing - masing Puskesmas. Dari hasil pengawasan diketahui
bahwa sebagian besar TPM yaitu sebanyak 2249 (69 %) TPM memenuhi syarat
dan sebanyak 789 (24 %) tidak memenuhi syarat. Hal yang membuat tidak
memenuhi syarat umumnya adalah kurangnya sarana sanitasi dasar seperti tidak
tersedianya air bersih dalam jumlah yang cukup, tidak tersedianya saluran
pembuangan limbah dapur yang memenuhi syarat, kebersihan peralatan serta
lingkungan sarana yang kotor.Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada grafik
dibawah ini :
Grafik 7.32
Persentase TPM yang Memenuhi Syarat Kesehatan
Di Kota Padang Tahun 2018

120
100
80 96 94 92
60 86 85 84 84 84 83 83 83 82 80 80
73 69 68 68 67 66 66 69
40 55
20 30
- Seberang…
Pemancungan

Nanggalo
Dadok

Rawang

Pauh
Pegambiran
Ambacang

Andalas
Belimbing

Lapai
Ikur Koto

Padang Pasir
Lubuk Begalung

Alai

KOTA PADANG
Bungus
Lb.Kilangan

Air Dingin

Lubuk Buaya
Anak Air

Air Tawar

Ulak Karang
Kuranji

Disamping pengawasan rutin, pada bulan ramadhan dilakukan pengawasan


terhadap penjual pabukoan yang bertujuan untuk melindungi masyarakat selaku
konsumen dari makanan dan minuman yang tidak memenuhi persyaratan
kesehatan selama bulan puasa. Pelaksanaan pengawasan dilakukan oleh
Puskesmas dan juga secara terpadu antara lintas program dan lintas sektoral.
Pengawasan pabukoan yang dilakukan pada tahun 2018 adalah pada
seluruh tempat pedagang berjualan pabukoan pada seluruh wilayah kerja
Puskesmas di Kota Padang. Hal yang dijadikan item pengawasan adalah mulai
dari sumber air yang digunakan, bahan pewarna makanan, kondisi bahan mentah,
kebersihan diri pribadi penjual pabukoan dan cara penyajian penjualan pabukoan.

102
LAPORAN TAHUNAN TAHUN 2018 EDISI 2019

Bagi makanan yang dicurigai tidak memenuhi persyaratan kesehatan dilakukan


sampling dan uji laborarorium dengan mengunakan sanitarian kit yang sudah
dimiliki oleh masing-masing puskesmas . Terhadap jenis makanan yang diperiksa
dan diketahui tidak memenuhi syarat kesehatan diberikan penyuluhan dan
pembinaan terhadap penjual pabukoan tersebut. Untuk meningkatkan
pengetahuan bagi pemilik /penjual pada makanan pabukoan diberikan selebaran
kuning tanda peringatan dan untuk menambah pengetahuan bagi penjual
makanan. Sedangkan untuk TPM lain seperti rumah makan /restoran dan catering
diberikan kursus penjamah makanan yang telah dilaksanakan sebanyak dua kali
dalam tahun 2018 ini yaitu bulan Mei 2018 dan bulan September 2018 yang
diikuti oleh pemilik/pengelola rumah makan /restoran dan catering se Kota
Padang sebanyak 60 orang yang telah diberikan sertifikat penjamah makanan.
b. Pengawasan Kualitas Air
Pengawasan kualitas air bertujuan untuk melindungi masyarakat dari
penyakit atau gangguan kesehatan yang berasal dari air minum atau air bersih
yang tidak memenuhi persyaratan kesehatan melalui surveilens kualitas air secara
berkesinambungan. Dalam rangka memenuhi persyaratan kualitas air tersebut
pemerintah sudah mengaturnya dalam Permenkes No. 416 Tahun 1990 tentang
Persyaratan dan Pengawasan Kualitas Air Bersih serta Permenkes No.
492/Menkes/Per/IV tahun 2010 tentang Persyaratan Kualitas Air Minum. Air
bersih adalah air yang digunakan untuk keperluan sehari-hari yang kualitasnya
memenuhi syarat kesehatan dan hanya bisa diminum apabila sudah dimasak, yaitu
air yang bersumber dari air PDAM, SGL, mata air dan lain sebagainya. Air
minum adalah air dengan pengolahan ataupun tanpa pengolahan yang memenuhi
syarat kesehatan dan bisa langsung diminum seperti air isi ulang Depot Air
Minum Isi Ulang (DAMIU) dan air kemasan.
Dinas Kesehatan Kota Padang bersama dengan Puskesmas secara rutin
selalu melakukan pengawasan yang terus menerus dan berkesinambungan
terhadap air bersih masyarakat. Tujuannya adalah agar air yang digunakan oleh
penduduk terjamin kualitasnya, sesuai dengan persyaratan dan ketentuan yang
telah disebutkan dalam Permekes 416 tahun 1990. Persyaratan kualitas bersih

103
LAPORAN TAHUNAN TAHUN 2018 EDISI 2019

tersebut meliputi persyaratan bakteriologis, kimiawi, radioaktif dan fisik. Kegiatan


pengawasan yang dilakukan tersebut meliputi pengamatan lapangan/inspeksi
sanitasi dan pengambilan sampel
Cakupan masyarakat Kota Padang yang mengakses air minum yang
berkualitas tahun 2018 adalah sebanyak 71,80 % seperti terlihat pada grafik
berikut :
Grafik 7.33
Persentase Penduduk yang Mengakses Air Minum Berkualitas
di Kota Padang Tahun 2018
96.6
100.0 91.9 88.4 82.9 77.5 72.4 71.8
80.0
97.4 95.4 91.0 84.0 80.0 53.1
60.0
38.3 31.5
40.0 76.1
96.4 91.2 84.1 80.5 19.8
20.0 47.0 36.6
20.7
0.0

Padang Pasir
Andalas
Belimbing
Pemancungan

Lapai

Alai
Nanggalo

KOTA PADANG
Seb.Padang
Rawang
Pegambiran
Pauh

Bungus

Kuranji
Lb.Kilangan

Lb.Begalung

Air Dingin

Lb.Buaya
Air Tawar

Anak Air

Ambacang
Ulak Karang

Dadok TH

Ikur Koto
Sumber air bersih terbanyak yang digunakan oleh masyarakat adalah dari
PDAM dan air perpipaan BPSPAM sebanyak 40,6 %, diikuti oleh air yang
bersumber dari SGL terlindung sebanyak 28,9 %, SGL dengan pompa 21,1 %,
sumur bor dengan pompa 9,3 %, PMA 0,06 %, terminal air/kran umum dan PAH
sebesar 0,3.
Berdasarkan hasil inspeksi sanitasi terhadap sumber air yang digunakan
oleh penduduk di Kota Padang, Sarana yang memenuhi syarat sebagai berikut;
SGL terlindung 65,9%, SGL dengan pompa 78,4%, sumur bor dengan pompa
77,4%, terminal air/kran umum 100%, mata air terlindung 39,7 %, Penampungan
air hujan 94,7%, BPSPAM/PDAM 93,3% dan secara total adalah 80,7%. Yang
belum memenuhi syarat kesehatan kemungkinan disebabkan oleh adanya sumber
pencemaran dekat dengan sarana, terjadi pencemaran pada saat distribusi melalui
perpipaan didalam tanah dan dapat juga oleh prilaku pemanfaat sarana. Berikut
gambaran sarana air minum yang memenuhi syarat kesehatan yang ada di Kota
Padang Tahun 2018.

104
LAPORAN TAHUNAN TAHUN 2018 EDISI 2019

Grafik 7.34
Persentase Sarana Air Minum yang Memenuhi Syarat Kesehatan
di Kota Padang Tahun 2018

100.0
90.0
80.0
70.0
60.0
50.0 100.0 94.7 93.3 80.7
40.0 65.9 78.4 77.4
30.0 39.7
20.0
10.0
0.0

Untuk tahun 2018 target pengambilan sampel air bersih adalah sebanyak
1000 sampel, tetapi yang terealisasi sebanyak 936 sampel ( 93,6 % ) sampel yang
terdiri dari PDAM 71 sampel, SGL/SPT sebanyak 582 sampel, sumur bor
sebanyak 152 sampel, terminal air/KU sebanyak 11 sampel, PMA sebanyak 56
sampel dan BPSPAM sebanyak 64 sampel. Pemeriksaan sampel air bersih ini
merupakan pengawasan rutin yang dilakukan terhadap sarana sumber air bersih
masyarakat.
Dari seluruh sampel air bersih yang diperiksa diketahui bahwa sumber air
bersih yang memenuhi syarat bakteriologi sesuai Permenkes 416 tahun 1990
adalah sebanyak 78 %. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada grafik berikut ini.
Grafik 7.35
Persentase Kualitas Air Minum yang memenuhi Syarat
di Kota Padang Tahun 2018
100100100100100100100100100100100100100
91 86
100 85 83
78
71 67
80 63
52
60
40
20 0 0
0
SEBERANG…

AMBACANG

BELIMBING
PEMANCUNGAN

NANGGALO
LUBUK BUAYA
LUBUK BEGALUNG
RAWANG

ANDALAS
KURANJI

DADOK

LAPAI
PEGAMBIRAN

KPIK

ALAI
BUNGUS

ULAK KARANG

PAUH
AIR TAWAR
PADANG PASIR

ANAK AIR

KOTA PADANG
AIR DINGIN

LUBUK KILANGAN

105
LAPORAN TAHUNAN TAHUN 2018 EDISI 2019

Disamping melakukan sampling pada air bersih di Kota Padang, juga


dilakukan sampling terhadap Depot Air Minum ( DAM ) yang ada di Kota
Padang. Jumlah DAM yang ada di Kota Padang adalah sebanyak 754 depot. Dari
754 DAM yang ditargetkan untuk diambil sampelnya, hanya 718 DAM yang
diambil sampelnya atau 95,23 % capaian pengambilan sampel DAM. Dari 718
sampel yang diambil, 576 sampel yang memenuhi syarat kesehatan atau sekitar
73,2 %. Pengawasan dan sampling ini tidak terealisasi 100% karena adanya depot
yang tutup dan tidak beroperasi lagi.
Grafik 7.36
Jumlah Depot Air Minum Memenuhi Syarat
di Kota Padang Tahun 2018
95.2 88.9
100.0 85.7 78.6
90.0 70.4 73.2
85.2 76.5
80.0 85.1 75.0 70.0
63.9
70.0 82.5 75.0 66.7
60.0 73.9 46.2
81.6
50.0 80.5 72.5 45.0
40.0 70.4
36.4
30.0
20.0 0.0
10.0
0.0
AMBACANG
PEGAMBIRAN
BELIMBING
ANDALAS

RAWANG

PEMANCUNGAN
NANGGALO
BUNGUS
ULAK KARANG

PAUH
KURANJI

LUBUK BUAYA

LUBUK BEGALUNG
LAPAI

DADOK
ALAI

KPIK

KOTA PADANG
AIR DINGIN

AIR TAWAR

SEBERANG PADANG
PADANG PASIR
ANAK AIR
LUBUK KILANGAN

Berdasarkan grafik diatas dapat dilihat bahwa pada umumnya Depot Air
Minum yang ada di Kota Padang sudah banyak yang memenuhi syarat secara
bakteriologis. Namun demikian tentunya masih harus terus dilakukan pengawasan
lanjutan melalui pengawasan internal oleh pihak penyelenggara air minum yang
dalam hal ini Depot Air Minum sendiri untuk melakukan pemeriksaan sampel air
depotnya secara rutin satu kali tiga bulan untuk pemeriksaan bakteriologis dan
satu kali satu tahun untuk pemeriksaan kimia dan fisik sesuai dengan Peraturan
Menteri Kesehatan RI No.736 Tahun 2010.
c. Penyelenggaraan STBM
Sanitasi Total Berbasis Masyarakat ( STBM ) atau Community Led Total
Sanitation (CLTS) merupakan pendekatan dan paradigma baru pembangunan
sanitasi di Indonesia yang mengedepankan pemberdayaan masyarakat dan

106
LAPORAN TAHUNAN TAHUN 2018 EDISI 2019

perubahan perilaku. STBM ditetapkan sebagai kebijakan nasional berdasarkan


Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
852/MENKES/SK/IX/2008 untuk mempercepat pencapaian SDGs. Diharapkan
pada tahun 2025, Indonesia bisa mencapai sanitasi total untuk seluruh masyarakat
sebagaimana tercantum dalam Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional
(RPJPN) Indonesia.
Program Sanitasi Total Berbasis Masyarakat merupakan salah satu
program pemerintah dalam rangka menciptakan masyarakat hidup bersih dan
sehat melalui penyediaan layanan air minum dan sanitasi berbasis masyarakat. Hal
ini sejalan dengan komitmen Pemerintah Indonesia untuk mencapai 100 % akses
masyarakat terhadap air minum yang aman dan sanitasi yang layak secara
berkelanjutan pada tahun 2019 atau disebut juga dengan Universal Akses 2019.
Adapun tujuan penyelenggaraan Program STBM adalah untuk
mewujudkan perilaku masyarakat yang higienis dan saniter secara mandiri dalam
rangka meningkatkan derajat kesehatan yang setinggi tingginya, dengan 5 pilar
STBM yaitu : 1. Stop Buang Air Besar Sembarangan (SBS), 2. Cuci Tangan Pakai
Sabun (CTPS), 3. Pengelolaan Air Minum dan Makanan Rumah Tangga, 4.
Pengamanan Sampah Rumah Tangga, dan 5. Pengamanan Limbah Cair Rumah
Tangga
Kegiatan pemicuan merupakan salah satu cara untuk meningkatkan
derajat kesehatan masyarakat melalui perubahan perilaku hidup bersih dan sehat.
Dengan pemicuan diharapkan masyarakat tidak buang air besar di tempat terbuka.
Pemicuan masyarakat ini dilakukan dengan pendekatan Community Led Total
Sanitation (CLTS) yang dilakukan untuk merubah perilaku hidup tidak bersih dan
sehat, khususnya mengubah perilaku buang air besar sembarangan menjadi tidak
di sembarang tempat dan CTPS (Cuci Tangan Pakai Sabun) dengan air bersih
yang mengalir.
Pelaksanaan kegiatan pemicuan harus segera dimulai setelah dilakukan
pemetaan sarana sanitasi awal dan perilaku Buang Air Besar masyarakat pada
tahap kegiatan identifikasi masalah dan analisis situasi. Kegiatan pemicuan
dilakukan di 15 Kelurahan yang didanai dari dana APBD, dimana kegiatan ini

107
LAPORAN TAHUNAN TAHUN 2018 EDISI 2019

dihadiri oleh masyarakat yang masih buang air besar sembarangan (BABS) seperti
di kolam, sungai, kebun bahkan ke pantai. Data pemicuan terlampir.
Sampai dengan Akhir 2018 capaian masyarakat yang akses jamban sehat
adalah 92,44% . Data akses jamban sehat dapat dilihat pada grafik dibawah ini.
Grafik 7.37
Persentase Masyarakat yang Akses Jamban Sehat
di Kota Padang Tahun 2018
100.0
96.6
94.0 97.3 96.7 94.9 93.6 95.5 91.0 95.7 95.8 94.8
50.0 98.2 96.9 96.6 97.0 94.5 96.9 94.7 88.6 92.7 92.47
94.0 82.3
64.3

0.0

Lubuk…
Lubuk…
Padang Pasir
Andalas

Alai

Pemancungan

Lapai

Belimbing
Seb.Padang

Nanggalo
Rawang

Pegambiran
Bungus
Kuranji

Pauh
Air Tawar

Air Dingin
Anak Air

Ambacang
Ulak Karang

Ikur Koto

Kota Padang
Lubuk Buaya

Dadok T.Hitam

Untuk Kampanye Cuci Tangan Pakai Sabun (CTPS) juga dilaksanakan di


lokasi pemicuan seperti tersebut diatas dimana masih ditemui masyarakat yang
masih rendah mengadopsi cuci tangan pakai sabun. Dari kegiatan CTPS yang
dilaksanakan diketahui bahwa masih rendahnya kemauan masyarakat untuk
melakukan cuci tangan pakai sabun, ini disebabkan masyarakat telah terbiasa
mencuci tangan hanya dengan menggunakan air.
d. Pengawasan Penyehatan Lingkungan Pemukiman
1) Survey Perumahan dan Lingkungan (SPL)/Rumah Sehat
Survei Perumahan dan Lingkungan (SPL ) ini di laksanakan oleh seluruh
Puskesmas di Kota Padang. Target SPL yang dilakukan adalah 91 % dari target
perumahan dalam tahun berjalan. Jumlah seluruh rumah yang ada di kota
Padang adalah 171.225 rumah yang merupakan sasaran/target pemeriksaan
lima tahunan. Tahun 2019 merupakan tahun ke lima. Diharapkan pemeriksaan
terhadap target seluruh rumah ini akan bisa dilakukan secara kumulatif dalam
lima tahun kedepan secara bertahap.
Sedangkan untuk target pemeriksaaan SPL tahun 2018 adalah sebanyak
54.765 rumah diperiksa 100% sedangkan kumulatif rumah yang memenuhi

108
LAPORAN TAHUNAN TAHUN 2018 EDISI 2019

syarat dari yang diperiksa sampai tahun 2018 adalah sebanyak 127.435 (74 %).
Item pemeriksaan minimal yang dilakukan dalam melaksanakan SPL ini adalah
sumber air bersih, jamban keluarga, ventilasi, pengelolaan sampah,
pencahayaan, dan pengelolaan limbah rumah tangga. Dari hasil cakupan rumah
sehat tahun 2018 yang tertinggi adalah puskesmas Alai 98 % dan Cakupan
rumah sehat paling rendah adalah puskesmas Belimbing 96 % dan puskesmas
Anak Air 91 %. Sedang yang terendah adalah puskesmas Padang Pasir. Secara
keseluruhan total cakupan sebesar 74 % untuk wilayah Kota Padang.
Informasi selengkapnya pada grafik di bawah ini.
Grafik 7.38
Persentase Rumah yang Memenuhi Syarat di Kota Padang
Tahun 2018
120 98 96 91 91
100 85 83 83 83 83 82 81 79 78 78 76
70 69 63 61 74
80 59 52
60 49 49
40
20
0
SEBERANG…

LUBUK…

LUBUK…
BELIMBING

AMBACANG
PEMANCUNGAN

NANGGALO

PADANG
KURANJI
PEGAMBIRAN

DADOK TH

RAWANG
LAPAI

ANDALAS

BUNGUS
AIR TAWAR

IKUR KOTO

ULAK KARANG

PAUH

LUBUK BUAYA

PADANG PASIR
ANAK AIR

AIR DINGIN
ALAI

Jumlah rumah adalah 171.225 buah sedang rumah sehat adalah 74 %


(126.706). Persentase memenuhi syarat tertinggi terletak di Puskesmas Alai
dan terendah di Puskesmas Lubuk Begalung. Sedang target rumah sehat adalah
95%. Target jumlah rumah 5 tahunan yang harus dicapai di tahun 2019 adalah
26% lagi ( 44.518 rumah)
Masih rendahnya cakupan rumah sehat dipengaruhi oleh masih
banyaknya rumah yang belum mempunyai jamban sebanyak 7,6% (13.013
rumah) Rumah yang tidak memenuhi syarat saluran pembuangan air limbah
sebanyak 33,26 % (56.949 rumah) dan pengelolaan sampah yang tidak
memenuhi syarat sebanyak 56.932 rumah (33,25 %).
2) Pembuangan Air Limbah

109
LAPORAN TAHUNAN TAHUN 2018 EDISI 2019

Pengawasan Didalam kegiatan SPL yang dilaksanakan juga dilakukan


pengawasan terhadap sarana pembuangan air limbah rumah tangga masyarakat.
Sistem saluran pembuangan air limbah yang memenuhi syarat akan memberi
pengaruh positif terhadap peningkatan derajat kesehatan masyarakat. Dan hal
ini akan mencerminkan tingginya kualitas sanitasi lingkungan pemukiman dan
perumahan.
Sebaliknya buruknya kualitas sanitasi akan tercermin dari rendahnya
persentase penduduk yang terkoneksi dengan sistem pembuangan limbah
(sewerage system). Pegolahan air limbah dimaksudkan untuk melindungi
lingkungan hidup terhadap pencemaran air limbah tersebut. Secara ilmiah
sebenarnya lingkungan mempunyai daya dukung yang cukup besar terhadap
gangguan yang timbul karena pencemaraan air limbah tersebut. Namun
demikian, alam tersebut mempunyai kemampuan yang terbatas dalam daya
dukungnya, sehingga air limbah perlu dibuang.
Untuk tahun 2018 ini diketahui bahwa jumlah rumah tangga yang
mempunyai sistem pengolahan saluran pembuangan air limbah yang
memenuhi syarat baru sebanyak 74 %. Memenuhi syarat disini adalah SPAL
dengan riol tertutup, air dalam riol tidak tergenang, aliran airnya lancar, tidak
ada sampah/gulma dalam riol dan mempunyai septik tank. Untuk lebih jelasnya
dapat dilihat pada grafik dibawah ini:
Grafik 7.39
Persentase Saluran Pembuangan Air Limbah (SPAL)
yang Memenuhi Syarat Per Puskesmas Tahun 2018

100.0
80.0
99.9 92.9 85.9
60.0 85.6 81.6
98.0 76.7 72.8 65.3
40.0 86.7 85.9 81.9 79.478.3
77.3 76.1 68.4 59.5
63.1 74.1
20.0 39.6 10.2
49.8
11.5
0.0
Dadok…
Lubuk…

Pemancung…

Lubuk…

Seberang…
Padang Pasir

Rawang

Pauh
Pengambiran
Andalas

Ambacang

JUMLAH
Lapai

Belimbing
Nanggalo

Alai

Bungus
Ikur Koto
Kuranji
Air Dingin

Lubuk Buaya
Anak Air

Air Tawar
Ulak Karang

110
LAPORAN TAHUNAN TAHUN 2018 EDISI 2019

Dari grafik diatas terlihat bahwa Puskesmas Lubuk Kilangan mempunyai


persentase tertinggi dalam SPAL yang memenuhi syarat yaitu 100%, diikuti
Puskesmas Lapai 97 % dan Belimbing92 %. Persentase terendah terdapat pada
Puskesmas Seberang Padang yaitu 10 %. Dari hasil SPL yang dilakukan masih
banyak ditemui rumah tangga yang membuang limbah nya pada riol terbuka,
air riol tidak mengalir dengan lancar/tergenang, masih banyak sampah didalam
riol dan tidak mempunyai septik tank.
3) Pembuangan Sampah
Sampah merupakan sisa hasil kegiatan manusia yang keberadaannya
banyak menimbulkan masalah jika tidak dikelola dengan baik dan dapat
menjadi sumber pencemar pada tanah, badan air dan udara. Sampah yang
dibuang dengan cara ditumpuk saja akan menimbulkan bau dan gas yang
berbahaya bagi kesehatan manusia dan jika dibakar akan menimbulkan
pengotoran udara. Kebiasaan membuang sampah di sungai dapat
mengakibatkan pendangkalan sungai sehingga menimbulkan banjir. Untuk
tahun2018 ini diketahui bahwa jumlah rumah tangga yang mempunyai sistem
pengolahan sampah yang memenuhi syarat sudah 74,1 %. Memenuhi syarat
disini adalah pembuangansampah yang ditanam dan yang dibuang ke TPS.
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel grafik dibawah ini :
Grafik 7.40
Persentase Pengelolaan Sampah Rumah Tangga
yang Memenuhi Syarat Per Puskesmas Tahun 2018

120.0
100.0
80.0
98.1 92.3
60.0 86.7 86.1 84.9
100.8 96.6 89.7 70.0
40.0 86.5 85.9 81.7 50.8
72.8 62.5 41.1 38.4 74.1
20.0 49.0 40.7 38.3
37.1
32.7
0.0 4.6
Lubuk…

Seberang…

Dadok…
Pauh
Lapai

Anak Air

Pengambiran

Rawang
Andalas

Ambacang
Nanggalo

JUMLAH
Alai

Pemancungan

Belimbing

Ikur Koto
Lubuk Kilangan

Padang Pasir

Bungus

Lubuk Buaya
Air Dingin

Kuranji
Air Tawar
Ulak Karang

111
LAPORAN TAHUNAN TAHUN 2018 EDISI 2019

Dari grafik diatas terlihat bahwa Puskesmas Lubuk Kilangan, Nanggalo,


Lapai mempunyai persentase tinggi dalam pengelolaan sampah yang
memenuhi syarat yaitu sebanyak Lubuk Kilangan 100 % dan Nanggalo 98 %,
diikuti Puskesmas Lapai 96 %. Persentase terendah terdapat pada Puskesmas
Dadok Tunggul Hitam yaitu sebanyak 4,6 %. Masih banyak masyarakat yang
melakukan pemusnahan sampah dengan cara dibakar, bahkan dibuang di
sungai
4) Pembuangan Sampah Medis
Pembuangan sampah medis seluruh Puskesmas di Kota Padang
dimusnahkan dengan pihak ketiga melalui kerjasama dan perjanjian (MOU)
antara BLUD Puskesmas dengan PT. Biuteknika Bina Prima. Setiap tahun
MOU ini diperbaharui dan ditandatangani oleh kedua belah pihak.
Selama tahun 2018 telah dimusnahkan sebanyak 5594 kg sampah medis
yang berasal dari seluruh kegiatan pelayanan kesehatan di Puskesmas di Kota
Padang. Jenis sampah medis terbanyak adalah jarum suntik bekas pakai baik
dari imunisasi rutin maupundari pelayanan BP, KIA dan IGD Puskesmas.
e. Kegiatan Tambahan Kesehatan Lingkungan
Disamping kegiatan rutin program kesehatan lingkungan, kesehatan kerja
dan olah raga juga melaksanakan kegiatan lainnya yang merupakan kegiatan
tambahan yang berintegrasi dengan lintas program dan lintas sektoral. Kegiatan –
kegiatan tersebut adalah:
1) Adipura
Seksi Kesehatan lingkungan, kesehatan kerja dan olah raga DKK Padang
bersama-sama dengan lintas sektoral maupun SKPD terkait, juga berperan aktif
dalam upaya pengawasan dan pembinaan kebersihan Kota untuk
mempertahankan Adipura. Adipura adalah sebuah penghargaan bagi kota di
Indonesia yang berhasil dalam kebersihan serta pengelolaan lingkungan
perkotaan. Penilaian Adipura ini diselenggarakan oleh Kementerian Negara
Lingkungan Hidup dan di Kota Padang menjadi tanggung jawab Dinas
Lingkungan Hidup Kota Padang.

112
LAPORAN TAHUNAN TAHUN 2018 EDISI 2019

Pembinaan Adipura yang dilakukan adalah ke Puskesmas di Kota


Padang yang meliputi beberapa indikator seperti : Kebersihan lingkungan area
perkantoran, Kebersihan drainase lingkungan kantor, Keteduhan dan
penghijauan, TPS / tempat sampah dan sampah medis dan Pemilahan dan
pengolahan sampah. Berkat upaya dan kerja dari masyarakat Kota Padang pada
tahun 2018 Kota Padang berhasil meraih penghargaan Adipura.
2) Kota Sehat
Kegiatan Kota Sehat di Kota Padang dilaksanakan oleh Forum Kota
Sehat Kota Padang yang sekretariatnya terletak di Jalan Raya Andalas Padang.
Penghargaan – penghargaan Kota Sehat sudah diraih oleh Kota Padang.
Penghargaan terakhir adalah Swasti Saba Wistara yang sudah didapat sebanyak
4 kali berturut-turut. Tahun 2019 ini Kota Padang sedang berupaya untuk
mendapatkan penghargaan yang sama untuk tahun ke lima yaitu penghargaan
tertinggi di Kota Sehat.
f. Pembinaan Kesehatan Kerja dan Olah Raga
Upaya kesehatan kerja dimaksud meliputi pekerja di sektor formal dan
informal, berlaku bagi setiap orang selain pekerja yang berada di lingkungan
tempat kerja dan juga bagi kesehatan pada lingkungan tentara nasional Indonesia
baik darat laut maupun udara serta kepolisian Republik Indonesia. Selain itu,
pemerintah harus melakukan pembinaan dan pengawasan terhadap masyarakat
dan terhadap setiap penyelenggara kegiatan yang berhubungan dengan sumber
daya kesehatan di bidang kesehatan dan upaya kesehatan.
Upaya kesehatan olahraga ditujukan untuk meningkatkan kesehatan dan
kebugaran jasmani masyarakat, peningkatan derajat kesehatan dan kebugaran
jasmani masyarakat, sebagai upaya dasar dalam meningkatkan prestasi belajar,
prestasi kerja dan prestasi olahraga, upaya kesehatan olahraga melalui aktivitas
fisik, latihan fisik, dan olahraga. Upaya kesehatan olahraga lebih mengutamakan
pendekatan preventif dan promotif tanpa mengabaikan pendekatan kuratif dan
rehabilitative, yang penyelenggaraannnya oleh pemerintah, pemerintah daerah dan
mayarakat.

113
LAPORAN TAHUNAN TAHUN 2018 EDISI 2019

Kesehatan Kerja dan Olahraga sangat berperan dalam pencapaian target


MDGs. Dengan adanya Upaya Kesehatan Kerja dan Olahraga dapat menciptakan
pekerja sehat, bugar dan produktif, sehingga dapat meningkatkan ekonomi
keluarga. Hal ini dapat berdampak terhadap pengurangan kemiskinan dan
meningkatkan umur harapan hidup serta berdaya ungkit terhadap penurunan IMR
dan MMR. Begitu pula terhadap pekerja perempuan dengan adaya upaya kesehata
kerja dan olahraga akan menciptakan pekerja wanita yang sehat, bugar dan
produktif sehingga akan berdampak peningkatan kualitas kesehatan pekerja
perempuan, bagi pekerja perempuan yang hamil dan mempunyai anak dapat
meningkatkan kesehatan ibu dan anaknya yang berdampak terhadap menurunnya
angka kematian ibu dan balita. Berikut pencapaian indicator kesehatan kerja dan
olahraga dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 7.5
Pencapaian Indikator Kesehatan Kerja dan Olahraga Tahun 2018

NO INDIKATOR TARGET CAPAIAN

Persentase Puskesmas yang 100%


60%
1 menyelenggarakan kesehatan (23 Puskesmas)
(Puskesmas)
kerja dasar
Jumlah Pos UKK yang terbentuk 15
2 11
di daerah PPI/TPI
Persentase fasilitas pemeriksaan 100%
100%
3 kesehatan TKI yang memenuhi (1 SPH)
(1 SPH)
standar
Persentase Puskesmas yang
melaksanakan kegiatan kesehatan 100%
4 40% (23 Puskesmas)
olahraga pada kelompok
masyarakat di wilayah kerjanya

Dari hasil kegiatan Dinas Kesehatan Kota Padang Tahun 2018 dapat
diketahui bahwa, pencapaian kinerja Dinas Kesehatan Kota Padang melebihi
target yang telah ditetapkan.

114
LAPORAN TAHUNAN TAHUN 2018 EDISI 2019

Tabel 7.6
Rekapitulasi Laporan Bulanan Kesehatan Pekerja
Dinas Kesehatan Kota Padang Tahun 2018

Kasus Kasus
Pekerja Kasus Kasus
Pykt diduga Target Pencapaian
Sakit Penyakit Kecelakaan
No Bulan Umum Pkyt
yang Akibat Akibat
yg Akbt
Dilayani kerja Kerja
Dilayani Kerja (%) (%)
1 Januari 5585 4672 167 43 21
2 Februari 4710 3020 171 45 19
3 Maret 4555 3382 114 33 12
4 April 5353 4116 124 32 20
5 Mei 5159 3916 152 67 23
6 Juni 3259 2343 85 51 5
7 Juli 4885 3765 149 75 13 60 100
8 Agus 4692 3803 118 45 8
9 Sept 4892 3666 150 33 13
10 Okt 5011 3811 220 85 14
11 Nov 5422 3861 605 140 16
12 Des 6715 5050 283 460 19
JUMLAH 60.238 45.405 2.338 1.109 183

Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa terdapat sebanyak 60.238 pekerja
sakit yang dilayani untuk kasus penyakit akibat kerja terdapat sebanyak 1109,
sedangkan kasus kecelakaan akibat kerja meningkat pada bulan Desember yaitu
19 kasus dari 183 kasus selama tahun 2018
Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa selama tahun 2018 terdapat
sebanyak 15 Pos UKK yang terbentuk dari 11 target yang ingin dicapai. Hal ini
menunjukkan bahwa pencapaian program melebihi target yang telah ditetapkan.
Hal ini terbukti bahwa kelompok masyarakat memahami arti dari Pos UKK dan
apa manfaat dari pembentukan pos tersebut. Artinya adanya kerjasama yang baik
antar petugas kesehatan, masyarakat dan sektor terkait lainnya. Agar lebih
meningkatkan lagi partisipasi masyarakat dalam upaya pembentukan Pos UKK
maka diharapkan agar petugas kesehatan lebih meningkatkan promosi tentang
manfaat dari UKK itu sendiri, upaya tersebut bukan hanya tugas dari petugas

115
LAPORAN TAHUNAN TAHUN 2018 EDISI 2019

kesehatan saja tapi harus ada dukungan dari sektor terkait seperti pihak
kecamatan/kelurahan, tokoh masyarakat dan lain-lain.
Tabel 7.7
Rekapitulasi Laporan Olahraga
Dinas Kesehatan Kota Padang Tahun 2018

Pendataan Penyuluhan Konsultasi


Pemeriksaan
Bulan kelompok/ Kes Kes
Club Olah Raga Kesehatan Olah raga Olah raga
Januari 112 80 42 2
Februari 59 88 41 48
Maret 80 117 58 111
April 49 80 61 17
Mei 46 102 38 10
Juni 49 48 36 4
Juli 31 88 35 17
Agustus 102 77 43 54
September 106 95 50 101
Oktober 508 548 453 76
November 515 556 289 46
Desember 627 656 494 33
JUMLAH 2284 2535 1640 541

Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa untuk pendataan kelompok /club
olahraga meningkat pada bulan November yaitu sebanyak 515 kelompok, untuk
pemeriksaan kesehatan juga meningkat sebanyak 656 orang sedangkan untuk
penyuluhan kesehatan olahraga meningkat lagi pada bulan Desember yaitu
sebanyak 494 dari 289 orang di Bulan November 2018, sedangkan jumlah untuk
konsultasi kesehatan olah raga sebanyak 541orang.

7.3 Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit


7.3.1 Seksi Surveilan dan Imunisasi
a. Surveilan
Kegiatan pengamatan penyakit (surveilan) difokuskan kepada penyakit
menular yang dapat dicegah dengan imunisasi dan penyakit menular yang
endemis di Kota Padang serta beberapa penyakit menular yang berpotensi
menimbulkan wabah. Kegiatan surveilans yang dilakukan selama tahun 2018

116
LAPORAN TAHUNAN TAHUN 2018 EDISI 2019

adalah hasil kegiatan surveilan dalam bentuk laporan mingguan dengan sistem
SMS Gateway SKDR (Sistem kewaspadaan Dini dan Respon) dalam kurun
waktu setahun dari minggu ke 1 sampai dengan minggu ke 52 selama tahun
2018.
1) Ketepatan dan Kelengkapan SKDR
Ketepatan dan kelengkapan pelaporan pengamatan penyakit merupakan
hal yang harus diperhatikan karena merupakan indikator dalam program
surveilan. Ketepatan SKDR Puskesmas sekota Padang sebesar 95,1%,
ketepatan terendah adalah Lubuk begalung (73,8%), Bungus dan Pemancungan
(82,69%) Adapun Kelengkapan SKDR adalah sudah mencapai 100%.
2) Surveilan Aktif Rumah Sakit
Kegiatan surveilan aktif rumah sakit dilakukan pada dua belas rumah
sakit yang ada di Kota Padang setiap minggunya untuk mengumpulkan data
penyakit menular dan PD3I. Kegiatan surveilan dilakukan oleh petugas
surveilan DKK dengan mendatangi rumah sakit. Hasil surveilan tahun 2018
didapatkan jumlah kasus DBD 699 kasus, malaria 47 kasus, difteri 14 kasus,
AFP 2 kasus, campak 3 kasus dan tetanus 0 kasus.
3) Penanggulangan KLB
Pada tahun 2018 kejadian luar biasa ( KLB) di Kota Padang yang terjadi
adalah 3 kasus keracunan makanan dengan jumlah penderita 3 orang (
Puskesmas Nanggalo, Andalas, Pauh ) dan 10 kasus Difteria. Untuk difteria
setelah dikomfirmasi dengan hasil pemeriksaan laboratorium 1 positif dan
setelah dilakukan penanganan kasus serta pemeriksaan kontak dari 95 orang
ditemukan 1 kontak yang positif.
4) Penemuan Kasus PD3I
Penyakit yang dapat dicegah dengan Imunisasi (PD3I) seperti Difteri,
Tetanus, Campak, Polio, Hepatitis type B, Pertusis (batuk 100 hari) dan TBC
dapat meningkatkan angka kesakitan, kecacatan bahkan kematian. Salah satu
upaya pencegahan yang menyeluruh dan dapat dilakukan hanya dengan
pemberian imunisasi. Penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi hanya
bisa berhasil jika cakupan imunisasi di kelurahan (UCI) mencapai diatas 80 %

117
LAPORAN TAHUNAN TAHUN 2018 EDISI 2019

sasaran. Keberhasilan ini akan dapat memberikan gambaran status


kelangsungan hidup yang dapat memberikan gambaran keberhasilan
pembangunan kesehatan kedepan terhadap kelangsungan hidup anak / generasi
yang akan datang. Penyakit PD3I bersifat sangat menular sehingga apabila
tidak dilakukan tatalaksana yang tepat dapat mengakibatkan Kejadian Luar
Biasa penyakit PD3I. Adapun kasus PD3I yang ditemukan di Kota Padang
tahun 2018 adalah :
a) Acute Flaccid Paralysis (AFP)
AFP adalah penyakit yang menyerang susunan syaraf pusat yang
disebabkan oleh virus polio. Secara klinis penyakit polio menyerang anak
di bawah umur 15 tahun yang menderita lumpuh layu akut (acute flaccid
paralysis/AFP). Penyebaran penyakit adalah melalui kotoran manusia
(tinja) yang terkontaminasi. Kelumpuhan dimulai dengan gejala demam,
nyeri otot dan kelumpuhan terjadi pada minggu pertama sakit. Kematian
bisa terjadi jika otot-otot pernapasan terinfeksi dan tidak segera
ditangani. Pencegahan terbaik penularan penyakit ini adalah dengan
melakukan Imunisasi Polio. Berikut ini tren Penemuan Kasus AFP di
Kota Padang sejak tahun 2014– 2018 :
Grafik 7.41
Trend Penemuan Kasus AFP Kota Padang Tahun 2014 - 2018

15
10
10 7 8
6 5
5
0

Tahun 2014 Tahun 2015 Tahun 2016 Tahun 2017 Tahun 2018

Pada tahun 2018 ditemukan 10 kasus AFP di Kota Padang, dengan


rincian : di wilayah kerja Puskesmas Air Dingin 2 kasus, Puskesmas
Lubuk Kilangan 1 kasus, Puskesmas Lubuk Buaya 4 kasus, Puskesmas
KPIK 2 kasus dan Puskesmas Ambacang Kuranji 1 kasus. Kelompok

118
LAPORAN TAHUNAN TAHUN 2018 EDISI 2019

umurnya usia 1- 4 tahun sebanyak 7 kasus, 5 tahun sebanyak 1 kasus dan


< 1 tahun sebanyak 2 kasus.
b) Kasus Campak
Campak adalah penyakit yang disebabkan oleh virus measles, disebarkan
melalui droplet bersin atau batuk dari penderita. Gejala awal penyakit
adalah demam, bercak kemerahan, batuk, pilek, conjunctivitis (mata
merah), selanjutnya timbul ruam pada muka dan leher, kemudian
menyebar ke tubuh, tangan serta kaki. Penularan campak sangat efektif
dengan sedikit virus yang infeksius sudah dapat menimbulkan infeksi
pada seseorang. Penularan campak terjadi melalui percikan ludah yang
keluar dari batuk, bersin, atau pilek. Pasien campak tanpa komplikasi/
penyulit dapat berobat jalan, tanpa perawatan dirumah sakit. Anak harus
diberi cukup cairan dan kalori sedangkan pengobatan bersifat
simptomatik dengan pemberian antipiretik untuk menurunkan demam,
obat batuk/pilek. Untuk campak dengan komplikasi perlu dirawat inap
dirumah sakit. Pencegahan campak dilakukan dengan pemberian
imunisasi aktif pada bayi berumur 9 bulan atau lebih. Terjadi penurunan
kasus dari tahun 2016 sampai tahun 2018, dimana pada tahun 2016
sebanyak 361 kasus dengan pengambilan spesimen 170 buah, tahun 2017
sebanyak 190 kasus dengan pengambilan spesimen 83 buah dan tahun
2018 sebanyak 98 kasus dengan pengambilan spesimen 38 buah.
c) Difteri
Penyakit difteri merupakan salah satu penyakit menular yang dapat
menyebabkan kejadian luar biasa. Penyakit difteri ini juga merupakan
penyakit yang dapat dicegah dengan Imunisasi (PD3I). Difteri adalah
penyakit menular Akut yang disebabkan oleh Corynebacterium Difteri
pada tonsil atau laring, faring dan hidung, kadang-kadang pada selaput
mukosa dan kulit.
Difteri dapat menyerang orang yang tidak mempunyai kekebalan. Gejala
difteri : Demam +38o C, sakit waktu menelan, pseudomembran putih
keabu-abuan, tak mudah lepas dan mudah berdarah difaring, tonsil, leher

119
LAPORAN TAHUNAN TAHUN 2018 EDISI 2019

membengkak seperti leher sapi (Bullneck), karena pembengkakan


kelenjer leher dan sesak nafas disertai bunyi (Stridor). Pada cakupan
imunisasi difteri yang rendah, akan berdampak pada suatu keadaan
wabah difteri diwilayah tersebut, sementara pada cakupan yang cukup
baik akan jarang dijumpai penyakit difteri.
Pada tahun 2015 ditemukan 97 kasus probable difteri yang tersebar di
Kota Padang. Hasil pemeriksaan konfirmasi laboratorium 4 kasus
dinyatakan positif, dan satu kasus meninggal. Pada tahun 2016 kasus
difteri nihil namun pada awal tahun 2017 kasus difteri ditemukan
kembali 7 kasus, namun setelah dilakukan pemeriksaan konfirmasi
laboratorium tidak ditemukan kasus yang positif. Akhir tahun 2017 kasus
difteri timbul kembali dan berlanjut pada awal tahun 2018. Kejadian
kasus Difteri pada tahun 2018 ditemukan sebanyak 14 kasus, yaitu 3
kasus di Puskesmas Andalas dan 1 kasus masing-masing di Puskesmas
Ulak Karang, Puskesmas Air Tawar, Puskesmas Rawang, Puskesmas Air
Dingin, Puskesmas KPIK, Puskesmas Dadok Tunggul Hitam, Puskesmas
Kuranji, Puskesmas Ambacang, Puskesmas Pauh, Puskesmas Bungus
dan Puskesmas Pegambiran. Setelah dilakukan pemeriksaan konfirmasi
laboratorium ditemukan 1 kasus yang positif, yaitu di wilayah kerja
Puskesmas Pauh. Pengelompokkan berdasarkan jenis kelamin diketahui
bahwa penderita berjenis kelamin laki-laki sebanyak 11 kasus dan
perempuan sebanyak 3 kasus.
b. Program Imunisasi
Salah satu upaya preventif dalam mencegah terjadinya penyakit menular
adalah pemberian imunisasi. Di Indonesia, imunisasi diberikan kepada bayi
(imunisasi dasar), anak usia < 24 bulan (imunisasi ulangan), anak sekolah dasar
dan wanita usia subur. Imunisasi pada bayi merupakan imunisasi dasar yang
terdiri atas hepatitis 0 : 1 kali, BCG 1 kali, DPT-HB 3 kali, Polio 4 kali serta
campak 1 kali. Bayi yang telah mendapatkan imunisasi dasar lengkap
diharapkan mempunyai antibodi yang cukup sehingga terhindar dari infeksi
PD3I.

120
LAPORAN TAHUNAN TAHUN 2018 EDISI 2019

Berbagai upaya telah dilakukan untuk menjangkau seluruh sasaran


imunisasi dengan melibatkan berbagai lintas sektor dan lintas program terkait.
Beberapa kendala yang menyebabkan angka cakupan imunisasi dasar lengkap
rendah pada beberapa daerah adalah : kondisi geografis yang sulit, tingginya
angka drop out, kurangnya pengetahuan masyarakat ataupun ketakutan adanya
efek samping imunisasi. Akumulasi anak yang rentan (karena tidak lengkap
status imunisasi) akan meningkatkan resiko terjadinya KLB.
Untuk tahun 2018 jumlah sasaran program imunisasi adalah untuk bayi
16896 orang, baduta <24 bulan 16455 orang, ibu hamil 18275 orang, murid SD
kelas 1 sebanyak 16144 orang dan murid kelas 2 sebanyak 15294 orang. Target
program imunisasi Kontak I = 95 %, Kontak Lengkap = 93 %, Cakupan UCI
93% dari imunisasi dasar lengkap, UCI kelurahan 85%, TT 2+ = 80% dan
BIAS = 95%.
1) Imunisasi Dasar/Imunisasi Rutin Lengkap
Kementerian Kesehatan (Kemenkes) mengubah konsep imunisasi dasar
lengkap menjadi imunisasi rutin lengkap, yang terdiri dari imunisasi dasar dan
lanjutan. Imunisasi dasar saja tidak cukup, diperlukan imunisasi lanjutan untuk
mempertahankan tingkat kekebalan yang optimal.
Pemberian imunisasi disesuaikan dengan usia anak. Untuk imunisasi
dasar lengkap, bayi berusia kurang dari 24 jam diberikan imunisasi Hepatitis B
(HB-0), usia 1 bulan diberikan BCG dan Polio 1, usia 2 bulan diberikan DPT-
HB-Hib 1 dan Polio 2, usia 3 bulan diberikan DPT-HB-Hib 2 dan Polio 3, usia
4 bulan diberikan DPT-HB-Hib 3, Polio 4 dan IPV atau Polio suntik, dan usia 9
bulan diberikan Campak atau MR. Untuk imunisasi lanjutan, bayi bawah dua
tahun (Baduta) usia 18 bulan diberikan imunisasi DPT-HB-Hib dan
Campak/MR.
a) Vaksin Hepatitis B
Vaksin Hepatitis B adalah vaksin untuk mencegah penyakit hepatitis B
yang dapat menyebabkan pengerasan hati yang berujung pada kegagalan
fungsi hati dan kanker hati. Dosis pertama dianjurkan dalam 24 jam
kelahiran dengan dua atau tiga dosis lagi diberikan setelahnya. Vaksin ini

121
LAPORAN TAHUNAN TAHUN 2018 EDISI 2019

juga diberikan kepada mereka yang memiliki fungsi kekebalan tubuh


buruk seperti HIV/AIDS dan mereka yang lahir prematur.
Hepatitis B adalah Antigen yang dikategorikan pada Kontak Pertama
Bayi mendapatkan Imunisasi dengan Target capaian 95% dari sasaran
bayi baru lahir, Pencapaian HB0 Kota Padang telah mencapai target
(95,3%), namun masih ada puskesmas yang memberikan imunisasi Hb 0
usia anak 1-7 hari (19%) adapun Puskesmas yang masih melaksanakan
Hb 0 usia 1-7 hari terbanyak adalah Puskesmas Pemancungan,
Pegambiran, Lubuk Begalung, Alai dan Rawang. Berikut ini capaian
Imunisasi HB0 Kota Padang Tahun 2018 :
Grafik 7.42
Persentase Cakupan Imunisasi HB di Kota Padang
Tahun 2018

b) Imunisasi BCG
Imunisasi BCG adalah vaksin yang diberikan guna mencegah penyakit
tuberculosis. Vaksin ini dibuat dari baksil tuberculosis (mycobacterium
bovis) yang dilemahkan dengan dikulturkan pada medium buatan selama
bertahun-tahun.
Imunisasi BCG adalah Antigen yang diberikan pada Kontak Pertama
Bayi mendapatkan Imunisasi dengan Target capaian 95% dari sasaran
bayi baru lahir, Pencapaian BCG Kota Padang belum mencapai target
(94%). Puskesmas tertinggi pencapaiannya adalah Puskesmas Nanggalo,
Ikur Koto, Belimbing dan Ambacang sedang Puskesmas yang terendah

122
LAPORAN TAHUNAN TAHUN 2018 EDISI 2019

capaiannya adalah : Lubuk buaya (69,4) dan Puskesmas Alai (71,4%).


Berikut ini capaian Imunisasi BCG Kota Padang Tahun 2018
Grafik 7.43
Pencapaian Imunisasi BCG Per Puskesmas
Tahun 2018

c) Imunisasi Polio
Imunisasi polio tetes diberikan 4 kali pada usia 1 bulan, 2 bulan, 3 bulan
dan 4 bulan untuk mencegah lumpuh layu. Imunisasi polio suntik pun
diberikan 1 kali pada usia 4 bulan agar kekebalan yang terbentuk
semakin sempurna. Target Polio 1 yang diberikan yaitu 95% namun
capaiannya kurang dari target yaitu sebesar 94.9%. Puskesmas yang yang
terendah capaian targetnya adalah : Puskesmas Lubuk Buaya (69,4%),
Puskesmas Air dingin (69,6%) dan Puskesmas Alai (74%)
Grafik 7.44
Persentase Pencapaian Polio I Puskesmas se Kota Padang
Tahun 2018

123
LAPORAN TAHUNAN TAHUN 2018 EDISI 2019

Capaian imunisasi polio 4 baru 92% belum mencapai target 93%. dengan
Puskesmas yang terendah capaiannya : Puskesmas Alai (60,3%), Puskesmas
Lubuk Buaya (68,4%), Puskesmas Bungus (83,8%) dan Puskesmas
Pemancungan (90,8%)
Grafik 7.45
Persentase Capaian Imunisasi Polio 4 Puskesmas Kota Padang
Tahun 2018

d) Vaksin DPT-HB-HIB I
Vaksin DPT-HB-HIB I diberikan guna mencegah 6 penyakit, yakni
Difteri, Pertusis, Tetanus, Hepatitis B, serta Pneumonia (radang paru) dan
Meningitis (radang selaput otak) yang disebabkan infeksi kuman Hib.
Terkait capaian imunisasi, cakupan DPT-HB-HIB I dikota Padang pada
tahun 2018 mencapai 94 %. Capaian ini belum mencapai target 95%
dimana Puskesmas yang capaiannya rendah adalah Puskesmas Lubuk
buaya, Puskesmas Alai, Puskesmas Bungus, Puskesmas Lubuk Kilangan,
Puskesmas Lapai, Puskesmas Pauh dan Puskesmas Andalas.
Grafik 7.46
Persentase DPT/HB-HIB I Puskesmas se Kota Padang
Tahun 2018

124
LAPORAN TAHUNAN TAHUN 2018 EDISI 2019

e) Imunisasi Campak/MR
Imunisasi campak/MR diberikan untuk mencegah penyakit campak
sekaligus rubella. Penyakit campak dapat mengakibatkan radang paru
berat (pneumonia), diare atau menyerang otak. Rubella pada anak
merupakan penyakit ringan, namun apabila menular ke ibu hamil terutama
pada periode awal kehamilannya dapat berakibat pada keguguran atau bayi
yang dilahirkan menderita cacat bawaan seperti tuli, katarak, dan
gangguan jantung bawaan. Imunisasi Campak / MR sudah mencapai
target (95%), namun masih ada Puskesmas yang rendah capaiannya.
Puskesmas yang terendah capaiannya adalah adalah Puskesmas Lubuk
Buaya (60,4%), Puskesmas Alai (63,3%), Puskesmas Air Dingin (69,6%),
Puskesmas Pauh (85,3%), Puskesmas Lapai (87,6%) dan Puskesmas
Rawang (88,1%)
Grafik 7.47
Pencapaian Imunisasi Campak/MR Per Puskesmas Kota Padang
Tahun 2018

f) Imunisasi Dasar lengkap (IDL)


Target IDL tahun 2018 adalah 93%, namun capaian kurang dari target
yaitu sebesar 89,4%. Capaian tertinggi pada Puskesmas Ikur Koto dan
Puskesmas Belimbing (102%), sedangkan capaian terendah adalah
Puskesmas Alai 56%, Puskesmas Lubuk Buaya 57%, Puskesmas
Pegambiran dan Puskesmas Seberang Padang 83%. Rendahnya capaian
indikator program imunisasi ini dipengaruhi oleh adanya faktor hoax
tentang kehalalan vaksin serta efek samping vaksin pada pelaksanaan

125
LAPORAN TAHUNAN TAHUN 2018 EDISI 2019

Kampanye Imunisasi Meales Rubella Fase II di Kota Padang, sehingga


banyak ibu yang tidak mau anak diimunisasi.
Grafik 7.48
Pencapaian Imunisasi Dasar Lengkap (IDL) Puskesmas
Tahun 2018

g) Kelurahan Universal Children Imunisation (UCI)


Kelurahan UCI juga merupakan indikator pelaksanaan Imunisasi dengan
target 80% dan telah mencapai target yaitu 89,4%. Namun masih ada
Puskesmas yang belum mencapai target yaitu Puskesmas Lubuk Buaya
55,4%, Puskesmas Alai 58,2% dan Puskesmas Seberang Padang 74,6%.
2) Imunisasi Ulangan (Boster)
Agar terbentuk kekebalan masyarakat yang tinggi, dibutuhkan cakupan
imunisasi dasar dan lanjutan yang tinggi dan merata di seluruh wilayah. Bila
tingkat kekebalan masyarakat tinggi, maka yang akan terlindungi bukan hanya
anak-anak yang mendapatkan imunisasi tetapi juga seluruh masyarakat.
Imunitas anak akan berkurang seiring dengan waktu, sehingga perlu diberi
imunisasi lanjutan.
Target imunisasi lanjutan (Boster) adalah 70% dari sasaran. Capaian
Imunisasi Lanjutan DPT/HB-Hib Kota Padang telah mencapai target 70%,
namun masih ada Puskemas yang belum mencapai target, yaitu Puskemas Alai
19%, Puskemas Ikur Koto 30%, Puskemas Pauh 29%, Puskemas Bungus dan
Puskemas Andalas 31%, Puskemas Padang Pasir 37%, Puskesmas Lubuk
Buaya (38%), Puskesmas Kuranji (44%), Puskesmas Lubuk Kilangan ( 53%),
Puskesmas Rawang (56%) dan Puskesmas Pagambiran (62%). Untuk
Imunisasi Lanjutan campak juga telah mencapai target yaitu 76%, namun

126
LAPORAN TAHUNAN TAHUN 2018 EDISI 2019

masih ada juga Puskesmas yang belum mencapai target, yaitu : Puskesmas Alai
14,7%, Puskesmas Ikur Koto 31,3%, Puskesmas Lubuk Buaya 35,8%,
Puskesmas Andalas 41,1%, Puskesmas Pagambiran 48,2%, Puskesmas
Rawang 50%, Puskesmas Bungus 51%, Puskesmas Pauh 57,2% dan
Puskesmas Pemancungan 68,2%.
3) Imunisasi Usia Anak Sekolah (BIAS)
Bulan Imunisasi Anak Sekolah (BIAS) adalah bulan dimana seluruh anak
sekolah mendapatkan imunisasi DT, Td dan dilaksanakan diseluruh Indonesia.
BIAS bertujuan untuk memberikan perlindungan bagi anak usia sekolah dasar
agar dapat mempertahankan eliminasi terhadap penyakit campak, difteri dan
tetanus dalam jangka panjang melalui imunisasi DT, TT dan Campak pada
anak sekolah. BIAS dilaksanakan 2 kali setahun yaitu Bulan September untuk
imunisasi Campak dan Bulan November untuk imunisasi DT kelas I dan Td
untuk kelas II dan III
Sasaran untuk BIAS Campak dan DT, Td tahun 2018 sebanyak 16.141
murid dengan capaian 66,4%, sedangkan BIAS Td dengan sasaran 15.298
murid capaiannya 67,8%. Untuk BIAS campak target dari sasaran adalah 80 %
dari hasil kegiatan BIAS Campak dengan capaian 87,7%. Pencapaian terendah
BIAS campak adalah Puskesmas Dadok Tunggul Hitam 34%, Puskesmas
Andalas 37,6%, Puskesmas Alai 37,6% dan Puskesmas Padang Pasir 39,8%
sedangkan capaian tertinggi pada Puskesmas Lubuk Begalung 93,4%,
Puskesmas Seberang Padang 89% dan Puskesmas Lubuk Kilangan 82%.
4) Imunisasi TT Wus dan Ibu Hamil
Imunisasi Tetanus Toksoid (TT) adalah pemberian imunisasi untuk
membangun kekebalan sebagai upaya pencegahan terhadap infeksi tetanus dan
untuk mencapai salah satu tujuan dari program imunisasi secara nasional yaitu
eliminasi tetanus maternal dan tetanus neonatorum. Imunisasi TT ibu hamil
untuk melindungi bayi yang baru lahir dari tetanus neonatorum, yaitu penyakit
tetanus yang terjadi pada neonatus (bayi berusia kurang 1 bulan) yang
disebabkan oleh clostridium tetani, kuman yang mengeluarkan toksin (racun)

127
LAPORAN TAHUNAN TAHUN 2018 EDISI 2019

dan menyerang sistim saraf pusat serta melindungi ibu terhadap kemungkinan
tetanus apabila terluka.
Pencapaian imunisasi TT2+ pada ibu hamil di kota Padang masih dibawa
target yaitu 70% dari sasaran ibu hamil.
Grafik 7.49
Pencapaian Imunisasi TT2+ Pada Ibu Hami di Kota Padang
Tahun 2018

5) Pelaksanaan Introduksi Imunisasi Measles Rubella (MR) Fase II Di Kota


Padang Tahun 2018
Campak merupakan penyakit yang sangat mudah menular yang
disebabkan oleh virus dan ditularkan melalui batuk dan bersin. Gejala penyakit
campak adalah demam tinggi, bercak kemerahan pada kulit (rash) disertai
dengan batuk dan/atau pilek dan/atau konjungtivitis akan tetapi sangat
berbahaya apabila disertai dengan komplikasi pneumonia, diare, meningitis dan
bahkan dapat menyebabkan kematian. Penyakit ini sangat berpotensi menjadi
wabah apabila cakupan imunisasi rendah dan kekebalan kelompok/herd
immunity tidak terbentuk. Ketika seseorang terkena campak, 90% orang yang
berinteraksi erat dengan penderita dapat tertular jika mereka belum kebal
terhadap campak. Seseorang dapat kebal jika telah diimunisasi atau terinfeksi
virus campak.
Rubella adalah penyakit akut dan ringan yang sering menginfeksi anak
dan dewasa muda yang rentan, tetapi yang menjadi perhatian dalam kesehatan
masyarakat adalah efek teratogenik apabila rubella ini menyerang pada wanita
hamil pada trimester pertama. Infeksi rubella yang terjadi sebelum konsepsi

128
LAPORAN TAHUNAN TAHUN 2018 EDISI 2019

dan selama awal kehamilan dapat menyebabkan abortus, kematian janin atau
sindrom rubella kongenital (Congenital Rubella Syndrome/CRS) pada bayi
yang dilahirkan.
Di Indonesia rubella merupakah salah satu masalah kesehatan
masyarakat yang memerlukan upaya pencegahan efektif. Data surveilans
selama lima tahun terakhir menunjukan 70% kasus rubella terjadi pada
kelompok usia <15 tahun. Indonesia telah berkomitmen untuk mencapai
eliminasi campak dan pengendalian rubella/Congenital Rubella Syndrome
(CRS) pada tahun 2020.
Strategi yang dilakukan untuk mencapai target tersebut
adalah:1.)Penguatan imunisasi rutin untuk mencapai cakupan imunisasi
campak ≥95% merata di semua tingkatan, 2). Pelaksanaan Crash program
Campak pada anak usia 9-59 bulan di 185 kabupaten/kota pada bulan Agustus-
September 2016, 3). Pelaksanaan kampanye vaksin MR pada anak usia 9 bulan
hingga 15 tahun,4). Introduksi vaksin MR ke dalam program imunisasi rutin
pada bulan Oktober 2017 dan 2018, 5). Surveilans Campak Rubella berbasis
kasus individu/ Case Based Measles Surveillance (CBMS), 6). Surveilance
sentinel CRS di 13 RS, 7). KLB campak diinvestigasi secara penuh (fully
investigated).
Untuk akselerasi pengendalian rubella/CRS maka perlu dilakukan
kampanye imunisasi tambahan sebelum introduksi vaksin MR ke dalam
imunisasi rutin. Kampanye pemberian imunisasi MR dilakukan pada anak usia
9 bulan sampai dengan <15 tahun dengan tujuan memutuskan transmisi virus
campak dan rubella, menurunkan angka kesakitan campak dan rubella serta
menurunkan angka kejadian CRS. Pemberian imunisasi MR pada usia 9 bulan
sampai dengan <15 tahun dengan cakupan tinggi (minimal 95%) dan merata
diharapkan akan membentuk imunitas kelompok (herd immunity), sehingga
dapat mengurangi transmisi virus ke usia yang lebih dewasa dan melindungi
kelompok tersebut ketika memasuki usia reproduksi.
Jumlah kasus CRS di kota Padang sebanyak 14 kasus. Hasil pemeriksaan
laboratorium terhadap campak sejak 2016 sampai tahun 2018 terjadi penurunan

129
LAPORAN TAHUNAN TAHUN 2018 EDISI 2019

kasus untuk Campak dan terdeteksi Rubella yang jumlahnya meningkat. Data
yang ada di RS M.Djamil terdapat 5 kasus CRS pada tahun 2016, 7 kasus CRS
pada tahun 2017 dan 9 kasus CRS pada tahun 2018 (data sd September ). Total
kasus selama tiga tahun sebanyak 22 kasus CRS. Ada kecenderungan
peningkatan kasus CRS dalam tiga tahun terakhir. ( Sumber : RS M. Jamil )
Berdasaran hasil laporan sampai dengan tanggal 31 Desember 2018
jumlah anak yang sudah dimunisasi MR sebanyak 117.025 anak dari 227.851
sasaran (51,4%) dan 110.826 anak yang belum diimunisasi yang terdiri dari
50.751 anak balita (45,8%) dan 60.075 anak usia sekolah (54,2%).
c. Pelayanan Kesehatan Haji
Ibadah haji adalah ibadah fisik, dimana jemaah haji dituntut mampu secara
fisik dan rohani agar dapat melaksanakan rangkaian ibadah haji dengan baik
dan lancar. Untuk itu perlu dilaksanakan program pemeriksaan dan pembinaan
kesehatan haji agar terpenuhinya kondisi istithaah kesehatan. Secara umum,
Istithaah Kesehatan Jemaah Haji didefenisikan sebagai kemampuan jemaah
haji dari aspek kesehatan yang meliputi fisik dan mental yang terukur dengan
pemeriksaan dan pembinaan yang dapat dipertanggungjawabkan sehingga
jemaah haji dapat menjalankan ibadahnya sesuai tuntunan agama Islam. Hal ini
diatur dalam Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia (Permenkes)
Nomor 15 Tahun 2016 tentang Istithaah Kesehatan Jemaah Haji.
Proses pemeriksaan dan pembinaan kesehatan haji menuju istithaah dimulai
pada saat calon jemaah haji mendaftarkan diri yang pelaksanaannya di
Puskesmas/klinik/rumah sakit di kabupaten/kota dan menjadi tanggungjawab
tim penyelenggara kesehatan haji kabupaten/kota. Pemeriksaan kesehatan haji
tahap ketiga yang diselenggarakan di embarkasih menjadi tanggung jawab
tenaga kesehatan haji yang bergabung dalam Panitia Penyelenggara Ibadah
Haji (PPIH) Embarkasih bidang Kesehatan.
Secara umum, kondisi kesehatan jemaah haji dipengaruhi oleh faktor risiko
internal dan faktor risiko eksternal. Faktor risiko internal antara lain usia,
pendidikan (mayoritas jemaah haji Indonesia adalah lulusan sekolah dasar dan
menengah), penyakit yang dideritanya (umumnya degenerative dan penyakit

130
LAPORAN TAHUNAN TAHUN 2018 EDISI 2019

kronis), dan perilaku jemaah haji. Sedangkan faktor risiko eksternal yang
mempengaruhi kejadian penyakit dan dapat memperberat kondisi kesehatan
jemaah antara lain lingkungan fisik (suhu dan kelembaban udara, debu), sosial,
psikologi, serta kondisi lainnya yang mempengaruhi daya tahan tubauh jemaah
haji.
Untuk tahun 2018 calon jemaah haji yang diberi vaksinasi meningitis
sebanyak 1172 orang, namun yang memenuhi syarat untuk naik haji sebanyak
1.093 orang. Jumlah jemaah haji terbanyak adalah perempuan sebanyak 651
orang (60%) dengan umur terbanyak 51-60 tahun sebanyak 457 orang
(41,81%).

7.3.2 Seksi Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular


7.3.2.1 P2 TB Paru
Pelaksanaan program TB Paru di unit pelayanan dinamakan dengan Layanan
DOTS (Directly Observed Treatment Short-course). Prinsipnya adalah memberikan
pelayanan pada pasien mulai dari penjaringan kasus melalu pemeriksaan fisik dan
laboratorium sampai tuntas pengobatannya. Semua puskesmas sudah dilatih untuk
menjalankan layanan DOTS begitu juga dengan rumah sakit.
Perkiraan penderita TB Paru BTA (+) pada awalnya 160/100.000 penduduk,
kemudian meningkat menjadi 212/100.000 penduduk. Namun pada tahun 2017
Insiden Rate kasus TB Paru nasional meningkat menjadi 399/100.000 penduduk.
Tahun 2018 Insiden rate TB Paru Propinsi Sumatera Barat adalah 495/100.000
penduduk dengan target 50%, sedangkan Insiden Rate TB Paru Kota Padang
tahun 2016 adalah 183,5/ 100.000 penduduk. Insiden Rate TB tahun 2017 di Kota
Padang adalah 235,4/100.000 penduduk. Program TB paru sebelumnya
menggunakan indikator CDR (Case Detection Rate) yaitu yang dinilai hasil
pemeriksaan sampel TB dengan BTA positif. Sedangkan pada tahun 2017
indikator CDR TB paru berubah menjadi semua kasus TB yang ditemukan dan
diobati.
Target program TB Kota Padang Tahun 2018 jika dilihat dari Insiden Rate
Sumatera Barat 495/100.000 penduduk adalah 4649 kasus dengan CDR 50%.

131
LAPORAN TAHUNAN TAHUN 2018 EDISI 2019

Berarti jumlah kasus TB yang harus ditemukan dan diobati adalah 2325 kasus.
Namun berdasarkan situasi dan kondisi perkembangan penemuan kasus TB di
Kota Padang maka target CDR kinerja yang harus dicapai adalah 46%. Berikut
adalah gambaran kasus TB Kota Padang Tahun 2013-2017.
Grafik 7.50
Gambaran Kasus TB Kota Padang tahun 2013-2017

13423 13397
14000
12000
10000 8528 7963
Suspect
8000
5757
Total Kasus
6000
4000 Succes Pengobatan
1990 1679 2182
1556 1850 1541
2000 1485 1286 1454 1906
0
2013 2014 2015 2016 2017

Dari grafik diatas dapat dilihat bahwa pada tahun 2016 dan tahun 2017 sudah
terjadi peningkatan penjaringan suspect TB dan penemuan kasus TB. Hal ini
dilakukan karena target yang diberikan oleh pemerintah cukup tinggi, sehingga
strategi yang dilakukan yaitu Puskesmas mulai aktif ke masyarakat, termasuk ke
sekolah dengan melakukan perawatan kesehatan masyarakat (Perkesmas) dan
ketuk pintu. Disamping itu penjaringan kasus TB paru juga dilakukan dengan
pelaksanaan PIS PK waktu pendataan ke rumah warga. Pada tahun 2017 jumlah
kasus TB yang terinput di laporan termasuk data dari rumah sakit sebanyak 2182
kasus. Kasus TB BTA posistif Kota Padang berdasarkan pemeriksaan
mikroskopis mengalami penurunan dari tahun 2012 sampai tahun 2017 dan
penemuan kasus TB lainnya cenderung meningkat. Hal ini disebabkan semua
rumah sakit mulai aktif menjaring kasus Tb sehingga penemuan Tb dari berbagai
unit layanan di rumah sakit juga terjaring (TB ektra Paru dan Tb Anak).
Target suspect TB Kota Padang adalah 16270 orang, sedangkan hasilnya
adalah 16290 orang. Penjaringan suspect dari Puskesmas 63,89% dan dari rumah

132
LAPORAN TAHUNAN TAHUN 2018 EDISI 2019

sakit 36,11 %, sedangkan penemuan semua kasus TB sebanyak 2358 orang yang
terdiri dari 2267 kasus baru dan 91 orang pengobatan ulang.
Tingkat keberhasilan program TB yang dinilai adalah kasus TB tahun 2017.
Jumlah kasus Tb Kota Padang tahun 2017 adalah 2182 dan semuanya dievaluasi.
Adapun hasil evaluasi adalah 88,5% sukses dan berhasil, 8,8% drop out, 2,7%
meninggal. Keberhasilan adalah pasien yang sembuh, ditambah dengan
pengobatan lengkap dan pasien yang pindah pengobatan setelah dievaluasi.
Pada tahun 2018 jumlah kasus TB MDR (Multi Drug Resisten/TB yang
resisten obat) sebanyak 22 kasus. Hal ini disebabkan pasien yang putus/drop out
(DO) minum obat dan gagal pengobatan, sehingga tidak cocok lagi dengan
beberapa obat dan perlu pengobatan khusus dengan pengawasan petugas
kesehatan. Penyebab pasien DO bermacam-macam diantaranya sudah bosan
minum obat, kurang mendapatkan dukungan keluarga sehingga motivasinya untuk
sembuh menurun. Lama pengobatan pada awalnya adalah 2 tahun, namun sejak
tahun 2018 pengobatan pasien TB MDR mulai dari 11 bulan sampai 2 tahun
tergantung dari tingkat resistensi dan hasil pemeriksaan serta keputusan dokter
yang merawat. Tempat pengobatan MDR adalah RS Ahmad Muchtar Bukittinggi,
RS Paru Lubuk Alung dan RSUP M Dajmil Padang.
7.3.2.2 P2 HIV AIDS dan IMS
Berbagai upaya untuk memerangi merebaknya HIV/AIDS dan
penyakit menular lainnya di Kota Padang terus dilakukan antara lain dengan
mengoptimalkan peran dan fungsi Komisi Penanggulangan AIDS (KPA),
mengintegrasikan tugas bersama lintas sektor dan LSM Peduli AIDS, mengurangi
stigma dan diskriminasi terhadap Orang Dengan HIV/AIDS (ODHA),
mempercepat pencegahan dan penanggulangan HIV/AIDS pada kelompok resiko
tertular, ibu dan anak, memudahkan ODHA untuk memperoleh obat Anti Retro
Viral (ARV) melalui pelayanan di klinik Voluntary Counseling and Testing
(VCT) dan perawatan, dukungan serta pengobatan CST (Care, Support and
Treatment) baik di rumah sakit maupun di komunitas. Pada tahun 2018 semua
Puskesmas sudah menjadi layanan LKB (Layanan Komprehensif

133
LAPORAN TAHUNAN TAHUN 2018 EDISI 2019

Berkesinambungan). Pelayanannya berupa konseling VCT/PITC pelayanan


terhadap IMS (Infeksi Menular Seksual).
Dari data yang terkumpul, kasus HIV dan AIDS mengalami peningkatan
setiap tahunnya. Kelompok beresiko terinfeksi terdiri dari kelompok kunci (ponci)
yaitu WPS, LSL, TG/waria, IDU dan lainnya serta kelompok khusus seperti ibu
hamil dan pekerja pelabuhan serta penghuni Lapas. Berikut gambaran kasus HIV
dapat dilihat pada data dibawah ini.
Grafik 7.51
Gambaran Kasus HIV AIDS Kota Padang Tahun 2013-2017

400 370
350 300
300
225 227
250 HIV
200 164
AIDS
150 95 93
81 MENINGGAL
100 61 56
50 5 11 4 5 3
0
2013 2014 2015 2016 2017

Total orang yang dilakukan tes HIV adalah 25.381 orang. Tes HIV sudah bisa
dilakukan disemua Puskesmas Kota Padang. Untuk layanan yang menjadi rujukan
pengobatan adalah RSUP M Djamil dan RS Yos Sudarso. Puskesmas Bungus dan
Seberang Padang akhir tahun 2017 sudah menjadi layanan pengobatan HIV satelit
melalui kerjasama dengan RS Yos Sudarso.
Penemuan kasus HIV di Kota Padang, memang cukup tinggi karena rumah
sakit yang ada di Kota padang merupakan layanan rujukan, sehingga banyak
orang yang dari daerah ke RSUP M Djamil dan RS Yos Sudarso ditemukan
positif. Walaupun pasien dari daerah/luar Kota Padang karena tempat layanan di
Kota Padang maka kasus secara laporan tetap masuk layanan Kota Padang, karena
sistem pelaporan mengakomodir tempat layanan. Faktor resiko tertinggi dari 447
kasus adalah kelompok LSL 185 orang, umur 25-49 tahun 314 orang dan jenis
kelamin laki-laki 352 orang.

134
LAPORAN TAHUNAN TAHUN 2018 EDISI 2019

Untuk kasus IMS dari 4143 yang dites IMS, dengan pemeriksaan laboratorium
sebanyak 107 orang terdiagnosa terinfeksi sifilis dengan rincian 52 orang sifilis
dini dan 55 orang sifilis lanjutan. Semua yang terdiagnosa mendapatkan
pengobatan baik di Puskesmas maupun di rumah sakit. Sedangkan untuk penyakit
IMS lainnya hanya berupa klinis seperti radang panggul, Duh vagina dan Duh
urethra.
Grafik 7.52
Jumlah ODHA yang Akses dan Patuh ARV Tahun 2018

1494 1437
1500

1000 669

500 216

0
Memenuhi syaratPernah Mulai ARV Aktif ARV Meninggal

Jumlah ODHA yang patuh ARV targetnya adalah 27%, Kota padang sudah
mencapai 669 orang, berarti sudah 46,5% dari yang memulai ARV.
7.3.2.3 P2 DBD
Kota Padang merupakan daerah yang endemis terhadap penyakit DBD karena
dari 104 kelurahan semuanya sudah ada kasus DBD. Data kasus DBD berasal dari
puskesmas dan rumah sakit Kota Padang. Berikut gambaran dan perkembangan
kasus DBD 5 tahun 2013-2017 dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 7.8
Gambaran Kasus DBD Kota Padang Tahun 2013-2017

Data 2013 2014 2015 2016 2017


Jumlah penderita 998 666 1.126 911 608
Jumlah kematian 9 6 8 11 4
Incidence rate 109 75,95 124,8 98,3 65,5
Case fatality rate 0,9 0,9 0,7 1,2 0,6
Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa jumlah kasus DBD berfluktuasi dari
tahun ke tahun. Hal ini dipengaruhi oleh iklim dan perilaku masyarakat serta

135
LAPORAN TAHUNAN TAHUN 2018 EDISI 2019

kepedulian terhadap kebersihan lingkungan. Sedangkan untuk IR kasus DBD


Kota Padang berdasarkan Renstra tahun 2017 adalah 80, sedangkan capaian sudah
65,%. Pada tahun 2017 terjadi penurunan kasus, hal ini dikarenakan sebagaian
dari masyarakat sudah mengerti dan memahami tentang penularan penyakit DBD.
Begitu juga dengan capaian CFR terjadi penurunan karena pasien cepat
mengakses layanan kesehatan sehingga cepat mendapatkan pertolongan.
Target IR DBD Kota Padang berdasarkan jumlah penduduk dan renstra
adalah 75 dan mencapai target dengan capaian IR 74,4. Untuk tahun 2018 jumlah
kasus DBD sebanyak 699 kasus. Kasus DBD terbanyak pada tahun 2018 terdapat
di wilayah kerja Puskesmas Belimbing (105 kasus) diikuti oleh Puskesmas Pauh
(55 kasus) dan Puskesmas Air Dingin 40 kasus dengan angka kematian 3 orang
(Puskesmas Air Dingin, Puskesmas Belimbing dan Puskesmas Pauh), berarti CFR
DBD adalah 0,43%. Target dari CFR <1% juga sudah tercapai, begitu juga
dengan penanganan kasus sudah dilakukan 100%. Kecamatan Kuranji dan Koto
Tangah merupakan kecamatan dengan kasus DBD terbanyak, masing-masing 183
kasus dan 155 kasus.
Untuk mengantisipasi terjadinya penyebaran kasus, maka dilakukan fogging
focus terhadap semua kasus DBD yang bertujuan untuk memutus mata rantai
penularan. Disamping itu tetap dianjurkan pada masyarakat untuk melakukan
Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) di rumah maupun kelurahan masing-
masing. Pada tahun 2017 Kota Padang juga mengeluarkan kebijakan terhadap
penyakit DBD yaitu Surat Edaran Walikota Padang No 443/01.98/DKK/2017
tentang Edaran pencegahan kasus DBD dan Peraturan Walikota Padang Nomor 46
tahun 2017 Tentang Pencegahan dan Penanggulangan DBD. Disamping itu
dibentuk juga bundo peduli jentik di kelurahan dan tim serdadu jentik pada anak
sekolah.
7.3.2.4 P2 Rabies
Kasus HPR dan yang di VAR dari tahun ke tahun tidak begitu fluktuatif.
Tahun 2018 jumlah kasus gigitan HPR sebanyak 557 kasus dengan pemberian
VAR sebanyak 212 kasus. Untuk melihat gambaran kasus Gigitan HPR di Kota
Padang dapat dilihat pada grafik berikut:

136
LAPORAN TAHUNAN TAHUN 2018 EDISI 2019

Grafik 7.53
Perbandingan Kasus Gigitan HPR dan yang Mendapat VAR
Kota Padang Tahun 2013 s/d Tahun 2017

600
556 534
500 497
400 415

300 286 304 Kasus


258 259 253
200 193 VAR
100
0
TH 2013 TH 2014 TH 2015 TH 2016 TH 2017

7.3.2.5 P2 ISPA
Pneumonia merupakan penyakit menular langsung pada saluran pernapasan
atas yang terdiri dari pnemonia dan bukan pnemonia. Penanganan kasus
Pneumonia dan ISPA di Puskesmas disesuaikan dengan protap atau Standar
Operasional Prosedur (SOP) penanganan yang sudah baku dan rasional. Pada
awalnya target penemuan pneumonia balita adalah 10% dari jumlah balita, namun
pada tahun 2016 target penemuan pneumonia balita adalah 3,91% dari balita.
Capaian pneumonia balita pada tahun 2016 sebanyak 3022 orang (94,2%) dan
tahun 2017 sebanyak 2719 orang (75,01%), sedangkan tahun 2018 sebanyak 3697
orang (116,05%) dari target 3186 orang. Pada tahun 2018 program P2 ISPA sudah
melibatkan rumah sakit, karena sebagian masyarakat ada yang langsung datang ke
rumah sakit terutama untuk kasus pneumonia yang agak berat. Kasus yang
ditemukan di Puskesmas sebanyak 2314 orang (62,6%) dan di rumah sakit
sebanyak 1383 orang (37,4%).
Dari jumlah kasus pneumonia sebanyak 3697, yang masuk kategori
pneumonia berat adalah 37 orang (1%) dan yang dengan pneumonia adalah 3660
orang (99%). Seseorang dikatakan pneumonia pada bayi adalah jika ada demam,
nafas cepat pada bayi 0-2 bulan hitung nafas >60kali/menit, pada bayi 2-12 bulan
frekwensi nafas >50 kali/menit, dan pada anak usia 1-5 tahun frekwensi nafas >40
kali/menit. Jika nafas sesak disertai dengan tarikan dinding dada ke dalam maka

137
LAPORAN TAHUNAN TAHUN 2018 EDISI 2019

masuk ke dalam kategori pneumonia berat dan di rujuk ke rumah sakit. Adapun
capaian pneumonia balita di Kota Padang tahun 2018 adalah sebagai berikut :
Grafik 7.54
Capaian Pneumoni Balita di Kota Padang Tahun 2018
151.28
160
140 113.81
108.24
120 100.997.2596.7894.63 116.05
94.0789.1286.93
100 83.5280.12
67.8561.65
80 39.82
60 44.96
37.66 26.13
40 26.26 20.9115.1713.26
11.95
20 3.67
0
RAWANG

NANGGALO

PEMANCUNGAN
LAPAI
LUBEG

ANDALAS

PEGAMBIRAN

DADOK

PADANG
AIR TAWAR

AMBACANG

KURANJI
SEB PADANG

BUNGUS
ULAK KARANG

PADANG PASIR
BELIMBING
LUKI

ALAI
AIR DINGIN

RS
LUBUK BUAYA

ANAK AIR
PAUH
IKUR KOTO

7.3.2.6 P2 Hepatitis
Hepatitis adalah penyakit menular langsung yang dapat ditularkan melalui
kontak langsung dengan cairan tubuh orang yang terdiagnosa hepatitis. Pada saat
ini pemerintah melaksanakan program pencegahan hepatitis pada bayi melalui tes
dan skrining pada ibu hamil. Pada tahun 2018 target tes HBsag pada ibu hamil
adalah 70% dengan jumlah ibu hamil Kota Padang 18.275 orang. Jumlah yang
dilakukan tes Hbsag adalah 16.514 orang (90,4 %) dan didapatkan hasil yang
reaktif 171 orang. Setiap ibu yang reaktif diberikan vaksin Hbig pada bayinya
dalam 24 jam kelahiran, dan vaksin HBig yang telah diberikan sebanyak 112
orang, 2 orang pindah luar daerah dan menolak, sedangkan sisanya belum
melahirkan. Angka prevalensi hepatitis pada ibu hamil adalah 10,35 per 1000
bumil.
7.3.2.7 P2 Malaria
Untuk tahun 2018, penemuan kasus malaria masih bersumber dari data rumah
sakit. Jumlah kasus malaria yang ditemukan dan diobati adalah sebanyak 47
kasus. Setiap kasus yang positif dilakukan Penyelidikan Epidemiologi (PE) dan
pemeriksaan kontak. Hasil PE tidak ada ditemukan kontak yang positif dan semua

138
LAPORAN TAHUNAN TAHUN 2018 EDISI 2019

kasus adalah kasus bukan dari dalam Kota Padang, namun penderita ada riwayat
berkunjung ke daerah endemis malaria sebelum sakit (import). Jumlah kasus
malaria di Kota Padang tahun 2018 terbanyak di Kecamatan Koto Tangah 20
kasus diikuti oleh Kecamatan Kuranji 11 kasus, Kecamatan Lubuk Begalung 4
kasus, Kecamatan Nanggalo dan Padang Selatan masing- masing 3 kasus,
Kecamatan Lubuk Kilangan dan Kecamatan Padang Timur masing-masing 2
kasus, Padang Utara dan Pauh masing-masing 1 kasus, sedangkan Kecamatan
Padang Barat dan Bungus tidak ditemukan kasus. Anual Parasit Indek Malaria
Kota Padang Tahun 2018 adalah 0,05%.
7.3.2.8 P2 Filariasis dan Kecacingan
Filariasis adalah penyakit menular kronis yang disebabkan oleh cacing filaria
yang ditularkan melalui gigitan vektor yaitu nyamuk. Jumlah kasus filariasis di
Kota Padang masih 33 kasus lama dan tidak ada penambahan kasus baru. Pada
saat ini kasus lama yang masih ada 29 kasus, karena yang 2 orang sudah
meninggal dan 2 orang pindah. Kota Padang sudah melakukan POMP Filariasis
selama 5 tahun yang di mulai tahun 2008. Tahun 2016 Dilakukan POMP
Filariasis tambahan dengan hasil 85,8%.
Pada tahun 2017, Kota Padang melanjutkan kegiatan filariasis dengan survey
darah jari (SDJ) pada 2 lokasi kelurahan sentinel yang ditentukan oleh tim
Kementerian Kesehatan yaitu pada Puskesmas Andalas dengan lokasi Kelurahan
Andalas, dan Puskesmas Lubuk Begalung di Kelurahan Parak Laweh Pulau Aia.
Jumlah Sampel masing-masing lokasi adalah 310 sampel dengan total sampel
620. Pengambilan sampel melibatkan kader, tokoh masyarakat, tim puskesmas,
tim Dinas Kesehatan Kota, tim Dinas Kesehatan Propinsi dan Tim Litbang dari
Kemenkes RI. Waktu pelaksanaan adalah Minggu 2 Bulan April 2017 selama 3
hari pengambilan sampel dan 3 hari pemeriksaan sampel. Pemeriksaan sampel
SDJ dilakukan oleh tim Litbang dari Kementerian Kesehatan RI dimana dari 620
sampel hasinya negatif.
Kegiatan dilanjutkan dengan Survey TAS (Transmission Asessment Survey)
pada anak Sekolah Dasar usia 6-7 tahun. Pemilihan sampel dilakukan secara acak.
Dari 419 sekolah yang dikirim, maka terpilih 32 sekolah yang menjadi sampel

139
LAPORAN TAHUNAN TAHUN 2018 EDISI 2019

dengan total sampel 1599 murid. Tim pemeriksa terdiri dari Tim kemenkes,
Propinsi, Kota dan Puskesmas. Semua sampel yang diperiksa hasilnya negatif.
Untuk program kecacingan adalah kegiatan pemberian obat cacing 1 dosis
dalam setahun. Sasaran minum obat cacing adalah anak usia 1 tahun dengan dosis
0,5 tablet albendazol dan usia 2-12 tahun 1 tablet albendazol. Jumlah sasaran dan
hasil POMP kecacingan Kota Padang tahun 2018 adalah 175.573 orang. Hasil
capaian POMP kecacingan sebanyak 161.759 orang (92,1%).
7.3.2.9 P2 Kusta
Berdasarkan data kasus yang dikumpulkan di DKK Padang kasus kusta sudah
jarang ditemukan, namun tetap ada pada beberapa Puskesmas. Untuk Tahun 2016
penemuan kasus kusta ada 5 kasus dengan kategori 2 kasus PB dan 3 kasus MB.
Jika ditinjau dari tempat domisilinya maka distribusi kasus adalah 1 kasus MB di
Puskesmas Andalas, 1 kasus MB di Puskesmas Air Tawar, 1 kasus PB di
Puskesmas Pemancungan 1 kasus MB di Puskesmas Lapai dan 1 kasus PB di
Puskesmas Lubuk Kilangan.
Tahun 2018 jumlah kasus kusta berjumlah 4 kasus, yang ditemukan di
wilayah kerja Puskesmas Rawang 1 kasus, Puskesmas Pegambiran 1 kasus,
Puskesmas Lubeg 1 kasus, Puskesmas Ikur Koto 1 kasus. Semua kasus type multi
basiler(MB)/kusta basah dan sudah ditindaklanjuti dan diobati. Terhadap semua
penderita dilakukan pemeriksaan kontak erat pada keluarganya dengan hasil
belum ada terjadi penularan terhadap anggota keluarga.
7.3.2.10 P2 Diare
Cakupan pelayanan diare dan penatalaksanaan kasus diare di Kota Padang
tahun 2016 sebanyak 9213 orang, tahun 2017 sebanyak 7800 orang dan semua
kasus ditangani 100%. Target penemuan kasus diare pada balita adalah 843/1000
x jumlah balita (81473 x 20%) = 13737. Target penemuan diare adalah 10-20%
dari jumlah target.
Jumlah penemuan kasus diare Kota Padang tahun 2018 adalah 8696 yang
terdiri dari 2247 orang kasus diare pada balita (capaian 16,36% dari target) dan
sisanya pada umur diatas balita sebanyak 6449 orang. Semua kasus diare pada
balita diberikan oralit dan zinc.

140
LAPORAN TAHUNAN TAHUN 2018 EDISI 2019

7.3.2.11 P2 ILI
Untuk program ILI (Influenza Like Illness), tidak semua Puskesmas yang
menjadi objek atau target dari program. Program ILI dilakukan oleh Puskesmas
yang sudah terlatih dengan tim pengelola program dan analis yaitu Puskesmas
Lubuk Buaya. Jumlah sampel yang dikirim tahun 2017 adalah 144 sampel dengan
hasil negative, sedangkan tahun 2018 sampel yang dikirim sebanyak 118 hasil
negatif.

7.3.3 Seksi Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tidak Menular,


Kesehatan Jiwa, Narkotika, Psikosomatik dan Zat Aditif
7.3.3.1 Program Penyakit Tidak Menular
a. Pelayanan Kesehatan pada Usia Produktif
Setiap warga negara Indonesia usia 15–59 tahun mendapatkan skrining
kesehatan sesuai standar pada Posbindu PTM. Hal ini adalah bentuk peran serta
masyarakat (kelompok masyarakat, organisasi, industri, kampus, instansi,
sekolah dll) dalam upaya promotif dan preventif untuk mendeteksi dan
pengendalian dini keberadaan faktor resiko penyakit tidak menular secara
terpadu.
Jumlah posbindu yang ada di wilayah kerja Kota Padang adalah 128 Pos
dengan rincian 121 Posbindu umum dan 7 Posbindu khusus. Tahun 2018
jumlah penduduk Kota Padang usia ≥ 15 tahun sebanyak 633.008 orang dan
yang dilakukan skrining sebanyak 160.316 orang (25,3%). Jumlah tersebut
belum mencapai target 30%.
b. Hipertensi
Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah kondisi kronis di mana
tekanan darah pada dinding arteri (pembuluh darah bersih) meningkat. Kondisi
ini dikenal sebagai “pembunuh diam-diam” karena jarang memiliki gejala yang
jelas. Satu-satunya cara mengetahui apakah Anda memiliki hipertensi adalah
dengan mengukur tekanan darah. Tekanan darah terbagi menjadi dua angka.
Tekanan sistolik adalah angka atas, dan tekanan diastolik adalah angka bawah.

141
LAPORAN TAHUNAN TAHUN 2018 EDISI 2019

Keduanya tercatat sebagai mm Hg (milimeter merkuri), yang memberitahu


tinggi kolom merkuri yang meningkat karena tekanan.
Tekanan sistolik adalah tekanan maksimal karena jantung berkontraksi,
sementara tekanan diastolik adalah tekanan terendah antara kontraksi (jantung
beristirahat). Nilai normal biasanya 120/80. Hipertensi pada orang dewasa
berkisar 140 mm Hg sistolik atau lebih dan/atau 90 mm Hg diastolik atau lebih.
Angka ini hanya berguna sebagai panduan. Jumlah kasus dan kunjungan
penderita hipertensi pada wilayah kerja Kota Padang dapat dilihat pada tabel di
bawah ini :
Tabel 7.9
Pelayanan Kesehatan Penderita Hipertensi Menurut Jenis Kelamin, Kecamatan,
Dan Puskesmas Kota Padang Tahun 2018
Jumlah Estimasi Penderita Mendapat Pelayanan Kesehatan
Hipertensi Berusia > 15 Tahun
No Kecamatan Puskesmas
Laki- Perem Laki-Laki + Laki-Laki Perempuan Laki-Laki +
Laki puan Perempuan Perempuan
Jlh % Jlh % Jlh %
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
1 Bungus Bungus
2.070 2.071 4.141 1.896 91,6 1.763 85,1 3.659 88,3
2 Lubuk Lubuk
Kilangan Kilangan 4.450 4.451 8.901 4.322 97,1 4.002 89,9 8.324 93,5
3 Lubuk Lubuk
Begalung Begalung 5.376 5.378 10.754 2.322 43,2 3.124 58,1 5.446 50,6
4 Pegambiran 4.314 4.316 8.630 2.981 69,1 3.645 84,5 6.626 76,8
5 Padang Seberang
Selatan Padang 1.491 1.491 2.982 825 55,3 985 66,0 1.810 60,7
6 Pemancungan
1.543 1.544 3.087 706 45,7 876 56,7 1.582 51,2
7 Rawang Barat
2.108 2.109 4.217 887 42,1 1.023 48,5 1.910 45,3
8 Padang Andalas
Timur 6.889 6.891 13.780 5.678 82,4 6.321 91,7 11.999 87,1
9 Padang Padang Pasir
Barat 3.923 3.924 7.847 2.541 64,8 3.969 101,1 6.510 83,0
10 Padang Ulak Karang
Utara 1.656 1.657 3.313 1.098 66,3 1.564 94,4 2.662 80,3
11 Air Tawar
2.499 2.501 5.000 2.598 103,9 1.478 59,1 4.076 81,5
12 Alai
1.995 1.996 3.991 1.369 68,6 1.453 72,8 2.822 70,7
13 Nanngalo Nanggalo
3.192 3.194 6.386 2.436 76,3 3.152 98,7 5.588 87,5
14 Lapai
1.957 1.958 3.915 1.090 55,7 1.891 96,6 2.981 76,1
15 Kuranji Belimbing
5.097 5.099 10.196 1.566 30,7 3.241 63,6 4.807 47,1
16 Kuranji
2.319 2.320 4.639 1.240 53,5 1.978 85,3 3.218 69,4

142
LAPORAN TAHUNAN TAHUN 2018 EDISI 2019

Jumlah Estimasi Penderita


Mendapat Pelayanan Kesehatan
Hipertensi Berusia > 15 Tahun
No Kecamatan Puskesmas Laki-Laki +
Laki- Perem Laki-Laki + Perempuan Laki-Laki
Perempuan
Laki puan Perempuan
Jlh % Jlh % Jlh %
17 Ambacang
4.171 4.173 8.344 3.091 74,1 3.651 87,5 6.742 80,8
18 Pauh Pauh
5.466 5.468 10.934 2.356 43,1 4.376 80,0 6.732 61,6
19 Koto Air Dingin
Tangah 2.123 2.124 4.247 1.967 92,7 1.856 87,4 3.823 90,0
20 Lubuk Buaya
5.933 5.935 11.868 4.677 78,8 5.261 88,6 9.938 83,7
21 Ikur Koto
1.212 1.213 2.425 809 66,7 1.372 113,1 2.181 89,9
22 Anak Air
2.703 2.704 5.407 845 31,3 1.879 69,5 2.724 50,4
23 Dadok
Tunggul 2.793 2.794 5.587 521 18,7 1.423 50,9 1.944 34,8
Hitam
JUMLAH (KAB/KOTA) 75.280 75.311 150.591 47.821 63,5 60.283 80,0 108.104 71,8

c. Diabetes Mellitus
Penyakit Diabetes Mellitus (DM) yang juga dikenal sebagai penyakit
kencing manis atau penyakit gula darah adalah golongan penyakit kronis yang
ditandai dengan peningkatan kadar gula dalam darah sebagai akibat adanya
gangguan sistem metabolisme dalam tubuh, dimana organ pankreas tidak
mampu memproduksi hormon insulin sesuai kebutuhan tubuh. Diabetes
melitus atau penyakit kencing manis setiap tahunnya selalu dan terus
mengalami kenaikan jumlah penderita, penyakit ini tidak bisa disembuhkan
namun masih bisa untuk dikendalikan dengan penerapan diet yang ketat dan
kebiasaan hidup sehat. untuk mengontrol kadar gula dalam darah agar selalu
berada pada kondisi normal. Data penderita Diabetes Mellitus pada wilayah
kerja Kota Padang dapat dilihat pada tabel berikut :

143
LAPORAN TAHUNAN TAHUN 2018 EDISI 2019

Tabel 7.10
Pelayanan Kesehatan Penderita Diabetes Melitus (DM)
Menurut Kecamatan Dan Puskesmas Kota Padang Tahun 2018
Penderita Dm Yang
Jumlah Estimasi Penderita DM Mendapatkan Pelayanan
No Kecamatan Puskesmas Kesehatan Sesuai
Standar
Laki- Perempuan Laki-Laki + Jumlah %
Laki Perempuan
1 2 3 4 5 6 7 8
1 Bungus Bungus 837 837 1674 873 52,2
2 Lubuk Kilangan Lubuk Kilangan 1799 1798 3597 2592 72,1
3 Lubuk Begalung Lubuk Begalung 2174 2172 4345 1769 40,7
4 Pegambiran 1744 1743 3487 2078 59,6
5 Padang Selatan Seberang Padang 603 602 1205 105 8,7
6 Pemancungan 624 624 1248 652 52,3
7 Rawang Barat 852 852 1704 716 42,0
8 Padang Timur Andalas 2785 2783 5569 3892 69,9
9 Padang Barat Padang Pasir 1586 1585 3171 2231 70,4
10 Padang Utara Ulak Karang 670 669 1339 899 67,1
11 Air Tawar 1011 1010 2021 1062 52,6
12 Alai 807 806 1613 1342 83,2
13 Nanngalo Nanggalo 1291 1290 2580 1890 73,2
14 Lapai 791 791 1582 998 63,1
15 Belimbing 2061 2059 4120 981 23,8
16 Kuranji Kuranji 938 937 1874 2567 136,9
17 Ambacang 1686 1685 3372 2034 60,3
18 Pauh Pauh 2210 2208 4418 2854 64,6
19 Air Dingin 858 858 1716 378 22,0
20 Koto Tangah Lubuk Buaya 2399 2397 4796 1169 24,4
21 Ikur Koto 490 490 980 980 100,0
22 Anak Air 1093 1092 2185 512 23,4
23 Dadok Tunggul 1129 1128 2258 865 38,3
Hitam
JUMLAH (KAB/KOTA) 30.439 30.416 60.854 33.439 54,9

d. Kanker Serviks
Kanker merupakan penyakit “yang menakutkan” terutama pada wanita.
Kanker adalah penyakit yang diakibatkan pertumbuhan tidak normal dari sel-
sel jaringan tubuh yang berubah menjadi sel kanker. Dalam perkembangannya,
sel-sel kanker ini dapat menyebar kebagian tubuh lain sehingga dapat
menyebabkan kematian. Diantaranya, penyakit kanker serviks (leher rahim)

144
LAPORAN TAHUNAN TAHUN 2018 EDISI 2019

yang merupakan pembunuh terbanyak kedua penyebab kematian pada wanita


setelah kanker payudara.
Kanker serviks adalah penyakit kanker yang terjadi pada daerah leher rahim
yaitu daerah pada organ reproduksi wanita yang merupakan pintu masuk ke
arah rahim. Letaknya antara rahim (uterus) dengan liang senggama wanita
(vagina). Kanker ini 99,7% disebabkan oleh human papilloma virus (HPV)
onkogenik, yang menyerang leher rahim. Berawal terjadi pada leher rahim,
apabila telah memasuki tahap lanjut, kanker ini bisa menyebar ke organ-organ
lain di seluruh tubuh penderita. Penularan virus HPV bisa terjadi melalui
hubungan seksual, terutama yang dilakukan dengan berganti-ganti pasangan.
Penularan virus ini dapat terjadi baik dengan cara transmisi melalui organ
genital ke organ genital, oral ke genital, maupun secara manual ke genital.
Bagi orang yang sudah aktif secara seksual amat dianjurkan untuk
melakukan IVA test dan tes pap smear setiap dua tahun sekali. Pada tahun
2018 jumlah wanita usia 30-50 tahun sebanyak 130.678 orang dan yang
menjadi target deteksi dini pemeriksaan IVA dan Sadanis (Pemeriksaan
Payudara Secara Klinis) sebanyak 39.203 orang, dengan capaian 6.966 orang
(17,77%). Hasil pemeriksaan didapat 349 orang (5,01%) IVA positif dan 94
orang (1,35%) ditemukan tumor/benjolan di payudara.
7.3.3.2 Program Kesehatan Jiwa
Pelayanan kesehatan jiwa oleh tenaga Puskesmas yang didukung oleh
masyarakat dalam rangka mencapai derajat kesehatan jiwa masyarakat yang
optimal dilakukan melalui kegiatan promotif dan preventif. Kegiatan tersebut
berupa deteksi dini gangguan jiwa, pertolongan pertama gangguan jiwa dan
konseling jiwa serta kuratif dengan kepatuhan minum obat. Selain itu petugas
puskesmas juga melaksanakan kunjungan dan penyuluhan ke rumah pasien
dengan masalah kesehatan jiwa.
Pada tahun 2018 jumlah ODGJ (Orang dengan Gangguan Jiwa) berat
sebanyak 1.999 orang dan yang dilayani sebanyak 1.855 orang (92,80%), serta
ditemukan 3 kasus pasung baru. Puskesmas yang belum mencapai target 100%
pelayanan sebanyak 10 Puskesmas yaitu Puskesmas Lubuk Buaya, Puskesmas

145
LAPORAN TAHUNAN TAHUN 2018 EDISI 2019

Anak Air, Puskesmas Air Tawar, Puskesmas Lapai, Puskesmas Lubuk Begalung,
Puskesmas Pegambiran, Puskesmas Ambacang, Puskesmas Kuranji, Puskesmas
Pauh dan Puskesmas Andalas. Hal ini disebabkan adanya orang dengan gangguan
jiwa berat yang tidak datang berkunjung ke Puskesmas dalam tahun 2018 dan
belum dilakukan kunjungan rumah oleh petugas.
Untuk menjalankan program bebas pasung dinas kesehatan, RT, RW, lurah,
dinas sosial telah melakukan beberapa kali pendekatan terhadap keluarga pasien.
Hasil pendekatan yang telah dilakukan 2(dua) pasien telah teratur minum obat
namun keluarga masih belum bersedia untuk membawa pasien untuk rawat inap di
RSJ HB. Saanin Padang, sedangkan 1(satu) pasien lagi belum ada kemajuan
dikarenakan keluarga menolak pendekatan petugas dan pasien berobat ke klinik
swasta.
Tabel 7.11
Kasus Gangguan Jiwa di Puskesmas Tahun 2018
No Jenis Penyakit Total Kunjungan
1 Psikotik Akut 21
2 Psikotik Kronik 1999
3 Neurotik 283
4 Epilepsi 324
5 Retardasi Mental 24
6 Gangguan Kesehatan Anak dan Remaja 700
7 Gangguan Mental Organik 20
8 Depresi 180
7 Gangguan Jiwa Lainnya 45
Jumlah 3596

7.3.3.3 Program Narkotika, Psikosomatik dan Zat Aditif


Pada tahun 2015 skrining narkoba dilakukan terhadap 822 orang dan
didapatkan hasil positif menggunakan narkoba sebanyak 23 orang. Tahun 2016
dari pemeriksaan yang dilakukan didapatkan data 10 orang positif. Pemeriksaan
dilakukan dengan menggunakan stick 3 parameter, dan di tahun 2017 pemeriksaan
dilakukan terhadap 1000 orang dan yang positif 9 orang. Pada tahun 2018 telah

146
LAPORAN TAHUNAN TAHUN 2018 EDISI 2019

dilaksanakan kegiatan skrinning napza sebanyak 14 kali dengan jumlah sasaran


sebanyak 1000 orang dan didapatkan hasil 12 orang positif.
Seluruh sasaran yang positif menggunakan narkoba tersebut telah di ditangani
oleh BNNP dan dirujuk langsung ke IPWL (Instistusi Penerima Wajib Lapor )
terdekat. IPWL merupakan sistem kelembagaan yang dibentuk berdasarkan
Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun 2011 tentang pelaksanaan wajib lapor
bagi pecandu narkotika. Upaya preventif dan rehabilitatif lebih baik untuk
pengguna narkoba daripada dipenjara. Lembaga ini merupakan implementasi
Undang-undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika khususnya pasal 55.
Sebelum melakukan kegiatan pemeriksaan skrining narkoba dilakukan
pertemuan lintas sektor dalam persiapan skrining penyalahgunaan narkoba. Untuk
meningkatkan pengawasan terhadap penyalahgunaan napza pada anak sekolah
telah dilakukan workshop ASSIST bagi petugas puskesmas dalam rangka
penguatan untuk skrinning dengan blanko ke kelompok beresiko sebelum
dilakukan skrinning labor.

7.4 Bidang Pelayanan Kesehatan


7.4.2 Seksi Pelayanan Kesehatan Primer dan Tradisional
7.4.2.1 Kunjungan Pasien
Puskesmas dan jajarannya merupakan ujung tombak dari sistem kesehatan
Indonesia yang berfungsi sebagai pusat penggerak pembangunan berwawasan
kesehatan, pusat pemberdayaan masyarakat dan keluarga serta pusat pelayanan
kesehatan tingkat pertama. Masyarakat Kota Padang sudah memanfaatkan
pelayanan yang ada di Puskesmas. Seperti yang terlihat pada tabel berikut :

147
LAPORAN TAHUNAN TAHUN 2018 EDISI 2019

Tabel 7.12
Data Kunjungan Rawat Jalan Puskesmas Se-kota Padang Tahun 2018

Jenis Kunjungan
Jumlah
No Puskesmas Baru Lama Total
Penduduk
L P L P
1 Padang Pasir 48.933 11.015 16.161 40.685 57.625 125.486
2 Andalas 85.937 45.116 46.170 46.373 66.769 204.428
3 UlakKarang 20.662 5.359 8.037 12.789 22.293 48.487
4 Alai 24.889 6.843 8.596 19.159 23.955 58.553
5 Air tawar 31.182 15.101 19.403 15.407 19.820 69.731
6 Seb Padang 18.597 8.867 9.487 9.237 15.216 42.807
7 Pemancungan 19.245 3.153 4.531 12.933 20.669 41.286
8 Rawang Barat 13.154 3.363 6.092 7.169 17.257 33.881
9 Lb Buaya 74.009 43.019 48.985 39.971 51.105 183.080
10 Air Dingin 26.486 11.247 11.659 19.948 30.365 73.246
11 Anak Air 33.717 28.375 34.032 5.395 9.224 77.026
12 Ikur Koto 15.122 11.061 13.275 3.760 5.698 33.794
13 Dadok 34.844 14.078 14.369 12.341 14.227 55.015
14 Nanggalo 39.822 24.338 29.726 25.886 32.026 111.976
15 Lapai 24.419 14.148 23.623 16.042 21.530 75.343
16 Kuranji 28.927 6.845 8.677 17.618 19.585 52.725
17 Belimbing 63.584 24.677 20.118 25.821 30.520 101.136
18 Ambacang 52.032 9.118 14.282 30.864 50.084 104.348
19 Pauh 68.186 20.580 24.309 25.525 39.399 109.813
20 Lb Kilangan 55.507 8.461 10.664 35.877 46.077 101.079
21 Lb Begalung 67.060 17.266 17.953 49.467 63.270 147.956
22 Pegambiran 53.817 12.532 17.369 24.304 30.785 84.990
23 Bungus 25.828 11.042 12.698 8.593 13.616 45.949
Padang 939.112 355.631 420.216 505.173 701.115 1.982.135

Total kunjungan rawat jalan Puskesmas se-Kota Padang tahun 2018


meningkat 5,3% jika dibandingkan dengan tahun 2017 yang hanya 1.877.780
kunjungan menjadi 1.982.135 kunjungan, dengan jenis kunjungan terbanyak jenis
kunjungan lama (60,86%) dan jenis kelamin perempuan (56,57%), sehingga
capaian visit rate Puskesmas Kota Padang adalah 2,1 dari target 2,8. Visit rate ini
meningkat jika dibandingkan dengan tahun 2017 yang hanya 2,03. Puskesmas
dengan visit rate tertinggi adalah Puskesmas Lapai (3,1) dan yang terendah

148
LAPORAN TAHUNAN TAHUN 2018 EDISI 2019

Puskesmas Dadok Tunggul Hitam, Puskesmas Belimbing, Puskesmas Pauh dan


Puskesmas Pegambiran yang masing-masing visit ratenya 1,6. Berikut grafik visit
rate per Puskesmas tahun 2018 :
Grafik 7.55
Visit Rate Puskesmas Se Kota Padang tahun 2018

3.5 3.1
2.6 2.4 2.6 2.5 2.8 2.8
3 2.3 2.4 2.2 2.3 2.1 2.3 2.2 2.2 2.1
2.5 1.6 1.8 1.6 2 1.6 1.8 1.6 1.8
2
1.5
1
0.5
0

Nanggalo

Kuranji

Pauh
Andalas

Lapai
Seb Padang

Lb Buaya

Ambacang
Belimbing

Pegambiran
UlakKarang

Rawang Barat
Pemancungan
Air tawar

Lb Begalung

KOTA PADANG
Air Dingin
Anak Air
Ikur Koto

Lb Kilangan
Alai

Dadok

Bungus
Padang Pasir

Sejak diberlakukannya sistem Jaminan Kesehatan Nasional bidang kesehatan


yang diselenggarakan oleh Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) pada 1
Januari 2014, maka pengunjung Puskesmas dapat dikategorikan menjadi 2 yaitu
kategori Umum dan BPJS. Pengunjung dengan kategori umum adalah masyarakat
yang belum mendaftarkan diri sebagai peserta BPJS. Pada tahun 2018 jumlah
kunjungan Puskesmas Kota Padang kategori umum sebanyak 935.088 kunjungan
(47,18%) dan BPJS sebanyak 1.047.047 kunjungan (52,82%). Tahun 2018 jumlah
kunjungan pasien BPJS lebih banyak dibanding dengan pasien Umum, hal ini
berbanding terbalik jika dibandingkan dengan tahun 2017. Untuk tahun 2018
pasien BPJS mengalami peningkatan sebesar 31,9%, sedangkan pasien Umum
mengalami penurunan sebesar 24,5%.
Selain kunjungan rawat jalan Puskesmas Kota Padang juga melayani
kunjungan rawat inap sebanyak 787 orang yang dilayani oleh 7 Puskesmas rawat
inap, yaitu Puskesmas Pauh 198 orang, Puskesmas Seberang Padang 194 orang,
Puskesmas Air Dingin 142 orang, Puskesmas Nanggalo 76 orang, Puskesmas
Lubuk Buaya 67 orang, Puskesmas Padang Pasir 65 orang dan Puskesmas Bungus
45 orang, dengan rincian 130 orang laki-laki dan 657 orang perempuan. Pada

149
LAPORAN TAHUNAN TAHUN 2018 EDISI 2019

umumnya Puskesmas dengan fasilitas rawat inap ini melayani persalinan normal
dan perawatan penderita gizi buruk serta penderita dengan kasus penyakit tanpa
penyulit atau komplikasi seperti demam berdarah dengue, diare akut, observasi
demam dan lain sebagainya.
Jumlah hari perawatan untuk 7 ( tujuh ) puskesmas adalah sebanyak 1.332
hari, dengan jumlah tempat tidur 39 unit dan rata-rata hari rawatan (BTO)
sebanyak 34,2 kali. BTO adalah bed turn over yaitu jumlah hari perawatan dibagi
jumlah kapasitas tempat tidur di Puskesmas. Angka ini menunjukkan tingkat
penggunaan sebuah tempat tidur rata-rata dalam tahun yang bersangkutan. BTO ideal
adalah > 30 kali. Berikut grafik BTO tahun 2018 :
Grafik 7.56
BTO Pada Puskesmas Rawat Inap di Kota Padang Tahun 2018

100 82

49.2
39.5
50 26.8
22.4 20
10.8

7.4.2.2 Penyakit Terbanyak


Pada tahun 2018 penyakit Infeksi Akut lain pada saluran nafas menempati
urutan teratas dari 10 jenis kunjungan kasus penyakit, sama seperti kondisi tahun
sebelumnya. Begitu juga dengan penyakit hipertensi dan dispepsia pada urutan ke
2 dan ke 3. Penyakit lainnya yaitu diabetes mellitus, penyakit radang sendi
termasuk reumatik dan demam yang tidak diketahui penyebabnya masih tergolong
dalam 10 penyakit terbanyak walaupun dengan urutan yang berbeda. Secara
umum jenis penyakit pada tahun 2018 memiliki pola yang tidak jauh berbeda
dengan jenis penyakit pada tahun 2017. Berikut daftar 10 penyakit terbanyak
tahun 2018 dan tahun 2017 :

150
LAPORAN TAHUNAN TAHUN 2018 EDISI 2019

Tabel 7.13
10 Kunjungan Kasus Penyakit Terbanyak
Berdasarkan Laporan e Puskesmas Tahun 2017 – 2018
Tahun 2018 Tahun 2017
No Jenis Penyakit Jumlah N Jenis Penyakit Jumlah
1 Infeksi Akut lain pada saluran nafas 53.218 o
1 Infeksi Akut lain pada 76.474
saluran nafas
2 Hipertensi primer 38.009 2 Hipertensi 41.435
3 Dispepsia 16.066 3 Gastritis 18.761
4 Nasofaringitis akut 14.381 4 Nasofaringitis 15.384
5 Nekrosisi pulpa 11.996 5 Demam tdk diketahui 11.635
6 Diabetes Mellitus tanpa komplikasi 9.357 6 Dispepsia
penyebabnya 9.029
7 Demam Tidak Spesifik 8.813 7 Penyakit radang sendi 8.256
termasuk reumatik
8 Gastritis Tidak spesifik 7.063 8 Diabetes Mellitus 7.780
9 Faringitis akut 6.870 9 Penyakit pulpa dan 7.481
jaringan periapikal
10 Sakit Kepala 6.622 10 Kelainan refraksi 7.277

7.4.2.3 Program Kesehatan Indera


Program kesehatan indera meliputi indera penglihatan dan indera
pendengaran dan merupakan salah satu bentuk program pengembangan yang
dilaksanakan di Puskesmas. Program ini dilaksanakan terutama dalam rangka
mengurangi angka kesakitan yang berhubungan dengan organ penglihatan dan
pendengaran di masyarakat dengan melakukan preventif, kuratif dan rehabilitatif.
Jumlah kunjungan penyakit kelainan refraksi menempati urutan terbanyak
pada penyakit indera penglihatan yaitu 14.750 kunjungan. Kelainan refraksi
terbanyak terdapat di Puskesmas Andalas sebanyak 4.125 kunjungan, diikuti oleh
Puskesmas Lubuk Buaya sebanyak 1.974 kunjungan dan Puskesmas Lubuk
Begalung sebanyak 1.198 kunjungan. Jumlah kunjungan kedua terbanyak adalah
penyakit katarak yaitu 1.797 kunjungan dan telah dilakukan operasi sebanyak 155
kasus. Penyakit katarak terbanyak terdapat di Puskesmas Lubuk Buaya sebanyak
347 kunjungan, diikuti oleh Puskesmas Ambacang sebanyak 147 kunjungan dan
Puskesmas Lubuk Begalung sebanyak 142 kunjungan. Selain itu juga telah
dilakukan skrining penyakit glukoma sebanyak 148 kasus.
Untuk penyakit indera pendengaran dilakukan skrining terhadap tuli hantaran
dan tuli permanen. Skrining tuli hantaran sebanyak 396 kasus dengan 12 kasus
operasi, 196 kasus dirujuk dan sisanya diobati, sedangkan tuli permanen sebanyak
23 kasus dengan 14 kasus operasi dan 9 kasus dirujuk. Kasus tuli hantaran

151
LAPORAN TAHUNAN TAHUN 2018 EDISI 2019

terbanyak ditemukan di Puskesmas Ambacang, sedangkan tuli permanen


terbanyak ditemukan di Puskesmas Pauh.
7.4.2.4 Program Kesehatan Gigi dan Mulut
Program kesehatan gigi dan mulut yang dilaksanakan di semua Puskesmas se-
kota Padang memiliki tujuan agar masyarakat Kota Padang mendapatkan
pelayanan kesehatan gigi dan mulut yang bermutu dengan kegiatan program
seperti : pelayanan BP gigi di Puskesmas, Upaya Kesehatan Gigi anak Sekolah
(UKGS) dan Upaya Kesehatan Gigi Masyarakat Desa (UKGMD) yang
dilaksanakan di luar gedung seperti di posyandu, kelas ibu hamil, dan lain-lain.
Cakupan program pelayanan kesehatan gigi dan mulut rata-rata puskesmas se kota
Padang mencapai 7,25%, sudah melebihi target yang ditetapkan yaitu 5% . Hal ini
menunjukkan bahwa program kesehatan gigi dan mulut sudah menyentuh
masyarakat di Kota Padang. Pencapaian tertinggi terdapat di Puskesmas Padang
Pasir (12,71%), sedangkan pencapaian terendah terdapat di Puskesmas Dadok
Tunggul Hitam (2,34%), sama seperti tahun lalu. Cakupan pelayanan kesehatan
gigi dan mulut terintegrasi dengan KIA baru mencapai 41,55% dari target 50%,
masih di bawah target. Pencapaian tertinggi terdapat di Puskesmas Air Tawar
(79.24%) dan yang terendah terdapat di Puskesmas Pemancungan (10.26%).
Pada tahun 2018 telah dilaksanakan pelayanan kesehatan gigi dan mulut
murid pada 431 SD dan sederajat yang ada di Kota Padang dengan jumlah murid
yang diperiksa sebanyak 25.789 orang (27,33%) dari total murid sebanyak 94.357
orang dan yang mendapatan perawatan sebanyak 3.845 orang. Selain itu juga
dilaksanakan kegiatan Sikat Gigi Massal (SKM) pada 230 SD (53,4%).
Puskesmas Rawang Barat, Puskesmas Lapai dan Puskesmas Bungus melakukan
Dental Health Education (DHE) sebanyak 100%, sedangkan Puskesmas Dadok
Tunggul Hitam tidak melakukan DHE pada sekolah dasar atau sederajat di
wilayah kerjanya. DHE adalah kegiatan penyuluhan tentang kesehatan gigi dan mulut
yang bertujuan untuk memberikan pemahaman tentang pentingnya merawat kesehatan
rongga mulut sejak dini. Pelaksanaan skrining rata-rata dilakukan oleh semua
Puskesmas dan pencapaian 100% dilakukan oleh Puskesmas Alai, Puskesmas
Lubuk Kilangan dan Puskesmas Bungus.

152
LAPORAN TAHUNAN TAHUN 2018 EDISI 2019

7.4.2.5 Program Perawatan Kesehatan Masyarakat


Program Perkesmas (Perawatan Kesehatan Masyarakat) dilaksanakan di
setiap Puskesmas yang ada di Kota Padang dengan mengoptimalkan fungsi
keluarga dan meningkatkan kemampuan keluarga dalam menangani masalah
kesehatan dan mempertahankan status kesehatan anggotanya. Pada tahun 2018
jumlah keluarga yang dibina sebanyak 29.445 KK dengan jumlah kunjungan
68.498 kunjungan, sehingga rata-rata kunjungan Puskesmas ke keluarga binaan
adalah 2,3 kali/tahun.
Pelaksanaan program Perkesmas sangat berkaitan dengan kegiatan Program
Indonesia Sehat dengan Pendekatan Keluarga ( PIS-PK ). Hal ini terlihat dari jenis
masalah atau kasus yang terdapat dalam keluarga yang menjadi sasaran dalam
pembinaan. Terdapat 12 ( duabelas ) indikator dalam PIS-PK yang terkait dengan
seluruh program kesehatan. Masalah merokok dalam keluarga merupakan jenis
kasus terbanyak yang dilakukan pembinaan yaitu sebanyak 13.117 kasus, diikuti
dengan keluarga dengan masalah jamban keluarga sebanyak 5.797 kasus dan
keluarga dengan masalah jaminan kesehatan nasional sebanyak 5.578 kasus.
Pembinaan/ kunjungan keluarga dengan kasus hipertensi menempati urutan
terbanyak dari kelompok keluarga dengan penyakit tidak menular, diikuti dengan
kasus diabetes mellitus sebanyak 888 kasus dan osteoartritis sebanyak 439 kasus.
Setelah dilakukan pembinaan maka tingkat kemandirian keluarga berubah
dari tingkat kemandirian I ke arah tingkat kemandirian II, III, dan IV. Hal ini
menunjukkan bahwa pembinaan tenaga kesehatan ke keluarga binaan yang
dilakukan oleh Puskesmas sangat berpengaruh positif terhadap tingkat
kemandirian dan derajat kesehatan masyarakat di wilayah kerjanya.
Tabel 7.14
Data Cakupan Program Perawatan Kesehatan Masyarakat
Berdasarkan Indikator Penilaian Output Kegiatan Tahun 2018
No Tingkat Kemandirian Sebelum Dibina Setelah Dibina
Keluarga
1 KM-I 16.390 3.067
2 KM-II 13.025 6.526
3 KM-III 20 9.140
4 KM-IV - 10.702

153
LAPORAN TAHUNAN TAHUN 2018 EDISI 2019

7.4.2.6 Laboratorium
Pelayanan laboratorium yang dilaksanakan di Puskesmas adalah pelayanan
laboratorium sederhana dasar yang merupakan pelayanan dasar esensial di bidang
laboratorium kesehatan yang dilaksanakan oleh tenaga analis laboratorium dengan
dukungan peran serta aktif masyarakat baik di dalam maupun di luar gedung.
Fungsi laboratorium sederhana di Puskesmas antara lain untuk melaksanakan
pemeriksaan laboratorium sederhana mencakup mikrobiologi (pemeriksaan
penyakit menular), parasitologi, pemeriksaan klinik (darah rutin, kimia klinik,
urinalisa, serologi dan rapid test), pemeriksaan penyaringan (screening) ibu hamil,
melaksanakan pemeriksaan laboratorium untuk mendukung program lain (TB,
Malaria), melaksanakan pencatatan dan pelaporan, serta melaksanakan
penyuluhan kesehatan.
7.4.2.7 Laporan Kematian
Jumlah kematian di wilayah kerja Puskesmas se Kota Padang pada tahun
2018 adalah 1.134 orang, dengan rincian 632 orang laki-laki dan 502 orang
perempuan. Kematian terbanyak terdapat di Puskesmas Lubuk Kilangan dengan
kematian sebanyak 116 orang dan yang terendah di Puskesmas Nanggalo
sebanyak 4 orang. Penyebab kematian terbanyak adalah Penyakit Jantung
Koroner ( PJK ) sebanyak 154 orang, diikuti dengan kondisi lanjut usia sebanyak
143 orang dan Diabetes Mellitus sebanyak 135 orang.
7.4.2.8 Pemberian Rekomendasi Izin Sarana/ Fasilitas Kesehatan Tingkat
Pertama meliputi Klinik, Optik dan Laboratorium

Dinas Kesehatan Kota Padang berperan sebagai tim teknis dalam penerbitan
rekomendasi izin beberapa objek layanan publik bidang kesehatan, seperti klinik
mandiri, optik, laboratorium serta pelayananan kesehatan tradisional, sedangkan
izin dikeluarkan oleh Dinas Penanaman Modal dan Perizinan Terpadu Satu Pintu
(DPMPTSP) kota Padang. Pada tahun 2018 terdapat 37 berkas permohonan
perizinan yang diajukan yaitu 32 berkas untuk klinik pratama, 4 berkas untuk
optik dan 1 berkas untuk laboratorium. Pengajuan berkas permohonan meliputi
izin klinik baru dan izin klinik perpanjangan. Rekomendasi izin tidak dapat
diberikan jika belum memenuhi syarat yang ada.

154
LAPORAN TAHUNAN TAHUN 2018 EDISI 2019

Tabel 7.15
Data Rekapan Proses Pemberian Izin Klinik, Optik dan Laboratorium
Berdasarkan Berkas Permohonan yang Diterima Tahun 2018
Rekomendasi
Berkas yang
No Sarana Kesehatan Dapat Tidak Dapat
Diterima
Diberikan Diberikan
1 Klinik Pratama 32 31 1
2 Klinik Utama 0 0 0
3 Optik 4 4 0
4 Laboratorium 1 1 0
Jumlah 37 36 1

Tabel 7.16
Data Distribusi Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama Berdasarkan
Lokasi per Kecamatan di Kota Padang Tahun 2018

N FKTP
Kecamatan Jumlah
o Klinik Klinik Utama Optik Laboratorium
1 Padang Barat Prata
12 2 5 2 21
ma
2 Padang Timur 22 3 1 1 27
3 Padang Utara 12 0 1 1 14
4 Padang Selatan 10 0 0 0 10
5 Koto Tangah 12 0 0 0 12
6 Nanggalo 10 0 1 1 12
7 Kuranji 10 0 0 0 10
8 Pauh 5 0 0 0 5
9 Lubuk Kilangan 6 0 0 0 6
10 Lubuk Begalung 11 0 0 0 11
11 Bungus 1 0 0 0 1
Jumlah 111 5 8 5 129

7.4.2.9 Pembinaan ke Puskesmas Pembantu


Puskesmas Pembantu (Pustu) merupakan unit pelayanan kesehatan terdepan
yang berfungsi untuk menunjang dan membantu memperluas jangkauan
Puskesmas dalam melaksanakan kegiatan-kegiatan yang dilakukan dalam ruang
lingkup wilayah yang lebih kecil serta jenis dan kompetensi pelayanan yang
disesuaikan dengan kemampuan tenaga dan sarana yang tersedia. Puskesmas dan
Pustu berperan penting dalam meningkatkan akses peningkatan pelayanan
kesehatan yang merata, seperti pusat pembangunan berwawasan kesehatan, pusat

155
LAPORAN TAHUNAN TAHUN 2018 EDISI 2019

pemberdayaan keluarga dan masyarakat, pusat pelayanan kesehatan strata pertama


yang meliputi; pelayanan kesehatan perorangan (private goods) dan pelayanan
kesehatan masyarakat (public goods). Pustu menjadi pilihan masyarakat untuk
dimanfaatkan karena merupakan satu-satunya pelayanan kesehatan yang bisa di
jangkau oleh masyarakat yang berada di pelosok.
Hasil Pembinaan yang dilakukan di Puskesmas Pembantu selama Tahun 2018
dapat disimpulkan sebagai berikut :
a. Jumlah Puskesmas Pembantu yang aktif sebanyak 61 unit;
b. Kondisi fisik bangunan dan sarana prasarana pada beberapa Pustu sangat
butuh perhatian seperti lokasi rawan banjir, keterbatasan atau ketiadaan
sumber air bersih, keterbatasan alat kesehatan, bangunan yang sudah tidak
layak pakai;
c. Keterbatasan jumlah petugas kesehatan (1 orang) pada beberapa Pustu,
terutama bidan;
d. Pemanfaatan alat kesehatan yang belum optimal sesuai kegunaanya
terutama partus set dan bed ginecology serta peralatan lainnya;
e. Rendahnya jumlah kunjungan pasien pada beberapa Pustu (1 - 10 orang per
hari);
f. Tidak adanya pelayanan kesehatan yang diberikan oleh tenaga dokter pada
sebahagian besar Pustu. Hal ini dikarenakan keterbatasan jumlah dokter
umum di Puskesmas Induk;
g. Belum lengkapnya data sasaran di wilayah kerja masing-masing Pustu,
pencatatan dan pelaporan yang belum rapi pada beberapa Puskesmas
Pembantu;
h. Kebersihan yang sangat kurang pada beberapa Pustu.
7.4.2.10 Program Pelayanan Kesehatan Tradisional (Yankestrad)
Pelayanan kesehatan tradisional sebagai bagian dari upaya kesehatan yang
menurut sejarah budaya dan kenyataan hingga saat ini banyak dijumpai di
Indonesia bersama pelayanan kesehatan konvensional. Berdasarkan Riset
Kesehatan Dasar tahun 2010, tanpa melihat kelompok umur dan jenis kelamin,
didapatkan 59,12% penduduk baik di perkotaan maupun di pedesaan

156
LAPORAN TAHUNAN TAHUN 2018 EDISI 2019

menggunakan jamu yang merupakan produk obat tradisional asli Indonesia dan
95,6% diantaranya merasakan manfaat jamu. World Health Organization (WHO)
melalui Traditional Complementary Medicine tahun 2014-2023 telah memberikan
rekomendasi agar pelayanan kesehatan tradisional terintegrasi ke dalam pelayanan
kesehatan sehingga pelayanan kesehatan tradisional merupakan bagian dari sistem
kesehatan nasional. Berdasarkan perkembangannya, penerapan pelayanan
kesehatan tradisional menjadi :
a. Pelayanan kesehatan tradisional empiris, yang manfaat dan keamanannya
terbukti secara empiris
b. Pelayanan kesehatan tradisional komplementer, yang manfaat dan
keamanannya terbukti secara ilmiah dan memanfaatkan ilmu biomedis.
Pelayanan kesehatan tradisional empiris dan komplementer harus dibina dan
diawasi oleh pemerintah agar dapat dipertanggungjawabkan manfaat dan
keamanannya serta tidak bertentangan dengan norma agama. Berdasarkan cara
pengobatannya, pelayanan kesehatan tradisional empiris dan komplementer
terbagi menjadi :
a. Pelayanan yang menggunakan ketrampilan
b. Pelayanan yang menggunakan ramuan.
Tahun 2018 penyehat tradisional (Hattra) Kota Padang yang menggunakan
keterampilan dengan metode manual sebanyak 402 hattra, terapi energi sebanyak
10 hattra dan olah pikir sebanyak 14 hattra, sedangkan penyehat tradisional yang
menggunakan ramuan sebanyak 317 hattra, tapi Hattra yang memiliki STPT (Surat
Tanda Penyehat Tradisional) baru 25 Hattra. Selain itu di Kota Padang juga ada 34
buah fasilitas pelayanan Spa, namun belum ada fasilitas Spa yang memiliki izin STPT
bagi tenaga penyehatnya.
Untuk pelayanan kesehatan tradisional di Puskesmas dibagi menjadi
pelayanan dalam gedung dan pelayanan luar gedung. Berikut data pelayanan
kesehatan tradisional di Puskesmas Kota Padang tahun 2018 :

157
LAPORAN TAHUNAN TAHUN 2018 EDISI 2019

Tabel 7.17
Pelayanan Kesehatan Tradisional Puskesmas Kota Padang Tahun 2018
Pelayanan Dalam Gedung Pelayanan Luar Gedung
N
Puskesmas Akupunktur Akupressur Herbal/ Konseling Pemb Kel Pendataan
o
Ramuan Asman Asman Hatrra
1 Padang Pasir - 1 - - - 1
2 Andalas - 1 - - 2 1
3 Ulak Karang - - - - 1 1
4 Alai - - 1 - - 1
5 Air Tawar - - - - - 1
6 Seb Padang - - - - 1 1
7 Pemancungan - - - - - 1
8 Rawang Barat - - - - - 1
9 Lb Buaya - 1 - 1 1
10 Air Dingin - - - - 1 1
11 Anak Air - - - - 1 1
12 Ikur Koto - - - - 1 1
13 Dadok - - - - 1 1
14 Nanggalo - 1 - 1 1
15 Lapai - - - - 1 1
16 Kuranji - 1 - - 5 1
17 Belimbing - - - - 0 1
18 Ambacang - 1 - - 2 1
19 Pauh 1 - - - 1 1
20 Lb Kilangan - - - - 7 1
21 Lb Begalung - - - - 1 1
22 Pegambiran - - - - 2 1
23 Bungus - - - - 1 1
Jumlah 1 6 1 - 30 23

7.4.2.11 Program Indonesia Sehat Dengan Pendekatan Keluarga


Program Indonesia Sehat merupakan salah satu program dari agenda ke 5
Nawa Cita, yaitu Meningkatkan Kualitas Hidup Manusia Indonesia. Program ini
didukung oleh program sektoral lainnya yaitu Program Indonesia Pintar, Program
Indonesia Kerja, dan Program Indonesia Sejahtera. Program Indonesia Sehat
selanjutnya menjadi program utama pembangunan kesehatan yang direncanakan
pencapaiannya melalui Rencana Strategis Kementrian Kesehatan tahun 2015-2019
yang ditetapkan melalui Keputusan Menteri Kesehatan R I Nomor
HK.02.02/Menkes/52/2015.
Program Indonesia Sehat dilaksanakan dengan menegakkan tiga pilar utama
yaitu : penetapan paradigma sehat, penguatan pelayanan kesehatan dan

158
LAPORAN TAHUNAN TAHUN 2018 EDISI 2019

pelaksanaan jaminan kesehatan nasional. Pembangunan kesehatan dalam periode


2015-2019 difokuskan pada empat area prioritas yaitu :
a. Penurunan Angka Kematian Ibu dan Angka Kematian Bayi
b. Perbaikan Gizi Masyarakat, khususnya untuk pengendalian prevalensi
Balita pendek (Stunting)
c. Pengendalian Penyakit Menular, khususnya HIV-AIDS, Tuberkulose dan
Malaria
d. Pengendalian Penyakit Tidak Menular, khususnya Hipertensi, Diabetes
Mellitus, Obesitas, Kanker khususnya Kanker Leher Rahim dan Payudara,
dan Gangguan Jiwa.
Pendekatan Keluarga merupakan pengembangan dari kegiatan kunjungan
rumah oleh Puskesmas dan perluasan dari upaya Perawatan Kesehatan
Masyarakat (Perkesmas). Pendekatan keluarga adalah pendekatan pelayanan oleh
Puskesmas yang mengintegrasikan upaya kesehatan perorangan (UKP) dan upaya
kesehatan masyarakat (UKM) secara berkesinambungan dengan target keluarga,
didasarkan pada data dan informasi dari profil kesehatan keluarga (Prokesga)
dengan tujuan :
a. Meningkatkan akses keluarga beserta anggotanya terhadap pelayanan
kesehatan komprehensif meliputi promotif, preventif, kuratif dan
rehabilitatif dasar
b. Mendukung pencapaian Standar Pelayanan Minimal melalui peningkatan
akses dan skrining kesehatan
c. Mendukung pelaksanaan JKN dengan meningkatkan kesadaran masyarakat
untuk menjadi peserta JKN
d. Mendukung tercapainya tujuan Program Indonesia Sehat dalam Renstra
Kemenkes tahun 2015-2019.
Dalam rangka pelaksanaan PIS-PK ini telah disepakati adanya 12 (duabelas)
indikator utama untuk penanda status kesehatan sebuah keluarga yaitu :
a. Keluarga mengikuti program Keluarga Berencana (KB)
b. Ibu melakukan persalinan di fasilitas kesehatan
c. Bayi mendapat imunisasi dasar lengkap

159
LAPORAN TAHUNAN TAHUN 2018 EDISI 2019

d. Bayi mendapat air susu ibu (ASI) ekslusif


e. Balita mendapatkan pemantauan pertumbuhan
f. Penderita tuberkulosis paru mendapatkan pengobatan sesuai standar
g. Penderita hipertensi melakukan pengobatan teratur
h. Penderita gangguan jiwa mendapatkan pengobatan dan tidak ditelantarkan
i. Anggota keluarga tidak ada yang merokok
j. Keluarga sudah menjadi anggota Jaminan Kesehatan Nasional (JKN)
k. Keluarga mempunyai akses sarana air bersih
l. Keluarga mempunyai akses atau menggunakan jamban sehat.
Berdasarkan indikator tersebut, maka dilakukan penghitungan Indeksa
Keluarga Sehat (IKS) dari setiap keluarga, sedangkan keadaan masing-masing
indikator mencerminkan kondisi Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) dari
keluarga yang bersangkutan. Program Indonesia Sehat dengan Pendekatan
Keluarga (PIS-PK) telah dilaksanakan oleh seluruh puskesmas (23 puskesmas)
sejak tahun 2017 sampai saat ini dan seluruh Puskesmas telah menjadi lokus.
Sasaran PIS-PK Kota Padang adalah 210.065 KK dan jumlah keluarga yang telah
dikunjungi sampai Desember 2018 sebanyak 165.157 KK (78,6%), sementara
yang telah dilakukan entry data manual sebanyak 113.534 KK. Selanjutnya
capaian keluarga sehat berdasarkan hasil entry manual adalah keluarga sehat
sebanyak 37.576 KK (33,1%), keluarga prasehat sebanyak 60.809 KK (53,6%)
dan keluarga tidak sehat sebanyak 15.149 KK (13,3%), sisanya 51.623 KK masih
dalam proses entry.

7.4.3 Seksi Pelayanan Kesehatan Rujukan


7.4.3.1 Pembinaan Rumah Sakit
Pembinaan rumah sakit dilakukan melalui 2 bentuk kegiatan, yaitu pertemuan
pengelola rumah sakit dan pembinaan langsung ke rumah sakit. Tahun 2018
jumlah rumah sakit Kota Padang sebanyak 27 rumah sakit, yaitu :

160
LAPORAN TAHUNAN TAHUN 2018 EDISI 2019

Tabel 7.18
Data Rumah Sakit Tahun 2018

No Nama RS Type Akreditasi Kepemilikan Klasifikasi

1 RSUP M Jamil Umum Paripurna Kemenkes A


2 RSJ HB Saanin Khusus (Jiwa) Paripurna Pemprof A
3 RSU BMC Umum Paripurna Swasta C
4 RST Umum Perdana TNI/POLRI C
5 RSI Ibnusina Umum Paripurna Swasta C
6 SPH Umum Paripurna BUMN C
7 RSI Siti Rahmah Umum Madya Swasta C
8 RSUD Rasidin Umum - Pemko C
9 RS Bhayangkara Umum Perdana TNI/POLRI C
10 RSI Aisyiyah Umum Perdana Swasta C
11 RS Selaguri Umum Perdana Swasta C
12 RS Yos Sudarso Umum Utama Swasta C
13 RS Naili DBS Umum Perdana Swasta C
14 RSKM Padang Eye Center Khusus (Mata) Paripurna Swasta C
15 RSKM Regina Khusus (Mata) Perdana Swasta C
16 RSKB Ropanasuri Khusus (Bedah) Utama Swasta C
17 RS Kartika Dokta Khusus (Bedah) Perdana Swasta C
18 RSIA Siti Hawa Khusus (Ibu dan Anak) Perdana Swasta C
19 RSIA Cicik Khusus (Ibu dan Anak) Perdana Swasta C
20 RSIA Restu Ibu Khusus (Ibu dan Anak) Perdana Swasta C
21 RSIA Mutiara Bunda Khusus (Ibu dan Anak) - Swasta C
22 RSIA Bunda Khusus (Ibu dan Anak) - Swasta C
23 RSU Unand Umum Paripurna Kemenristek Dikti C
24 RSJ Puti Bungsu Khusus (Jiwa) Perdana Swasta C
25 RSKGM Baiturrahmah Khusus (Gigi) - Swasta C
26 RSIA Lenggogeni Khusus (Ibu dan Anak) Perdana Swasta C
27 RSKM Sitawa Khusus (Mata) - Swasta C

7.4.3.2 Pemberian Rekomendasi Rumah Sakit


Sesuai Permenkes 56 tahun 2014 tentang Klasifikasi dan Perizinan Rumah
Sakit, bahwa Izin Mendirikan dan Izin Operasional Rumah Sakit Kelas C dan D
diberikan oleh Pemerintah Kabupaten/Kota setelah mendapat rekomendasi dari
pejabat yang berwenang di bidang Kesehatan pada Pemerintah Daerah
Kabupaten/Kota (pasal 64). Rekomendasi yang dimaksud meliputi Persyaratan
Izin Mendirikan Rumah Sakit (pasal 67) dan Persyaratan Izin Operasional Rumah
Sakit (pasal 72). Pada tahun 2018 rumah sakit yang mengajukan rekomendasi izin
rumah sakit adalah RSIA Lenggogeni, RSKB Ropanasuri, RSU Bhayangkara dan
RSU Hermina.
Proses pemberian rekomendasi untuk masing-masing rumah sakit tergantung
kepada pemenuhan persyaratan yang dituntut sesuai dengan aturan yang berlaku.
Beberapa rumah sakit terkendala dengan pemenuhan persyaratan administrasi

161
LAPORAN TAHUNAN TAHUN 2018 EDISI 2019

seperti Surat Izin Kerja (SIP) dokter, Surat Izin Kerja (SIK) tenaga kesehatan
lainnya, ada juga terkendala dengan sarana dan prasarana yang harus ada di
sebuah rumah sakit. Ada juga rumah sakit yang terkendala dengan pemenuhan
tenaga baik dokter maupun tenaga kesehatan lainnya sesuai kelas rumah sakit.
Sampai akhir Desember 2018 RSU Bhayangkara belum dapat diberikan
rekomendasi izin operasional disebabkan karena tidak mampu memenuhi dokter
purnawaktu untuk 4 spesialis dasar (Kebidanan, Anak, Penyakit Dalam dan
Bedah).
7.4.3.3 Pemberian Izin Penambahan Pelayanan Rumah Sakit
Berdasarkan Permenkes No 56 tahun 2014, semua pelayanan yang ada di
rumah sakit, izinnya sudah tercakup di dalam Izin Operasional Rumah Sakit yang
diterbitkan 5 tahun sekali. Apabila ada pengembangan atau penambahan
pelayanan, untuk operasionalnya harus ada Izin dari Kepala Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota dan diatur dengan aturan tersendiri. RS yang mengajukan
penambahan pelayanan tahun 2018 adalah RSU BMC penambahan pelayanan
hemodialisis, RS Tingkat III Reksodiwiryo penambahan pelayanan hemodialisis,
RSU Unand penambahan pelayanan Hemodialisis tetapi belum memenuhi
persyaratan sesuai dengan Permenkes No 812 tahun 2010 tentang
Penyelenggaraan Pelayanan Hemodialisis di fasilitas pelayanan kesehatan dan
RSI Ibnusina penambahan pelayanan Cathlab.
7.4.3.4 Credensialing Rumah Sakit
Credensialing ataupun recredensialing rumah sakit dilaksanakan bersama
dengan tim dari BPJS kesehatan, dimana dinas kesehatan merupakan salah satu
anggota tim credensialing untuk menentukan apakah sebuah rumah sakit telah
memenuhi persyaratan untuk bekerjasama dengan BPJS Kesehatan. Pada tahun
2018 dilakukan credensialing untuk rumah sakit yang akan bekerjasama untuk
pertama kalinya dan rumah sakit yang akan melakukan perpanjangan kerjasama
dengan BPJS kesehatan di tahun 2019. Penilaian credensialing ataupun
recredensialing mengacu kepada persayaratan atau pelayanan yang tertuang di
dalam Permenkes No 56 tahun 2014 tentang Klasifikasi dan Perizinan Rumah
Sakit. Hasil credensialing rumah sakit di tahun 2018 meningkat dibanding tahun

162
LAPORAN TAHUNAN TAHUN 2018 EDISI 2019

2017, hal ini membuktikan bahwa komitmen RS dalam memberikan pelayanan


kepada pasien BPJS semakin meningkat, baik dari segi administrasi, pemenuhan
sarana prasarana, tenaga dan pelayanan.
7.4.3.5 Pelaporan Rumah Sakit
Pada tahun 2018 ini tingkat kepatuhan rumah sakit dalam mengirimkan
laporan ke Dinas Kesehatan Kota Padang meningkat dari tahun tahun sebelumnya.
Hal ini bisa terjadi karena Dinas Kesehatan Kota Padang selalu melakukan
pembinaan ke rumah sakit, juga dilakukan melalui pertemuan koordinasi dengan
membuat kesepakatan bahwa setiap rumah sakit harus mengirimkan laporan
kunjungannya ke Dinas Kesehatan Kota Padang paling lambat setiap tanggal 10
setiap bulannya. Disamping itu antara rumah sakit dan Dinas Kesehatan Kota
Padang mempunyai wadah koordinasi melalui media sosial berupa WA yang
sangat membantu dalam berkoordinasi maupun memberikan informasi.
Beberapa rumah sakit ada yang mengirimkan laporan tepat waktu, ada yang
digabung beberapa bulan dan ada yang mengirim di akhir tahun, namun
demikian secara umum pelaporan ataupun data yang diminta dapat terealisasi
dengan baik. Di era BPJS, rumah sakit yang sudah bekerjasama dengan BPJS
kesehatan data kunjungan rawat jalan maupun rawat inap dari bulan ke bulan
mengalami peningkatan dibandingkan dengan angka kunjungan rumah sakit
yang belum bekerjasama dengan BPJS kesehatan.
7.4.3.6 Indikator Pelayanan Rumah Sakit
Indikator pelayanan rumah sakit dapat dipakai untuk mengetahui tingkat
pemanfaatan, mutu dan efisiensi pelayanan rumah sakit. Indikator tersebut
bersumber dari sensus harian rawat inap, yaitu :
a. BOR (Bed Occupancy Ratio = angka penggunaan tempat tidur)
BOR menurut Huffman (1994) adalah the ratio of patient service days to
inpatient bed count days in a period under consideration, sedangkan menurut
Depkes RI (2005) BOR adalah prosentase pemakaian tempat tidur pada satuan
waktu tertentu. Indikator ini memberikan gambaran tinggi rendahnya tingkat
pemanfaatan tempat tidur rumah sakit. Nilai parameter BOR yang ideal adalah
antara 60-85% (Depkes RI, 2005), dengan rumus :

163
LAPORAN TAHUNAN TAHUN 2018 EDISI 2019

BOR = (Jumlah hari perawatan rumah sakit) / (Jumlah tempat tidur X


Jumlah hari dalam satu periode) X 100%
Grafik 7.57
BOR Rumah Sakit Umum Tahun 2018
80 72.80
61.0463.4963.6165.0565.12
56.71
60 44.0544.1046.27
40.46
40
14.4415.81
20
0

Dari grafik di atas dapat dilihat BOR tertinggi di RS BMC (72.80 %) dan
terendah RS Selaguri (14.44 %). BOR RS ibu dan anak sebaga berikut :
Grafik 7.58
BOR RSIA Tahun 2018

89.8
100 76 77.81

50
15.56
0.58 2.76
0

Dari grafik di atas dapat dilihat BOR RSIA Restu Ibu tertinggi (89.8 %) dan
terendah adalah RSIA Lenggogeni (0,58%)
b. AVLOS (Average Length of Stay = Rata-rata lamanya pasien dirawat)
AVLOS menurut Huffman (1994) adalah the average hospitalization stay of
inpatient discharged during the period under consideration. AVLOS menurut
Depkes RI (2005) adalah rata-rata lama rawat seorang pasien. Indikator ini
disamping memberikan gambaran tingkat efisiensi, juga dapat memberikan

164
LAPORAN TAHUNAN TAHUN 2018 EDISI 2019

gambaran mutu pelayanan, apabila diterapkan pada diagnosis tertentu dapat


dijadikan hal yang perlu pengamatan yang lebih lanjut. Secara umum nilai
AVLOS yang ideal antara 6-9 hari (Depkes, 2005).
AVLOS = Jumlah lama dirawat / Jumlah pasien keluar (hidup + mati)
Grafik 7.59
Average Length of Stay (AVLOS) Rumah Sakit Umum Se-Kota Padang

8 6.54
6 4.36 4.41 4.76
3.27 3.76 3.81 3.9
3.1 3.2
4 2.57 3.02
1.57
2
0

Dari grafik di atas dapat dilihat AVLOS tertinggi di RS M.Djamil (6,54)


dan terendah RS Selaguri (1,57). AVLOS RSJ HB Saanin 34,13 dan RJS Puti
Bungsu 31,74, sedangkan AVLOS RS ibu dan anak sebagai berikut :
Grafik 7.60
Average Length of Stay (AVLOS) Rumah Sakit Ibu dan Anak
Se-Kota Padang Tahun 2018

4 3.3
2.94 2.99
2.77
3

2 1.39

0
RSIA Bunda RSIA Siti RSIA M. RSIA Cicik RSIA Restu
Hawa Bunda Ibu

c. TOI (Turn Over Interval = Tenggang perputaran)

165
LAPORAN TAHUNAN TAHUN 2018 EDISI 2019

TOI menurut Depkes RI (2005) adalah rata-rata hari dimana tempat tidur
tidak ditempati dari telah diisi ke saat terisi berikutnya. Indikator ini
memberikan gambaran tingkat efisiensi penggunaan tempat tidur. Idealnya
tempat tidur kosong tidak terisi pada kisaran 1-3 hari.
TOI = ((Jumlah tempat tidur X Periode) – Hari perawatan) / Jumlah
pasien keluar (hidup + mati)
TOI rata-rata rumah sakit di Kota Padang adalah 3.92 hari. Untuk beberapa
rumah sakit, TOI sangat tinggi disebabkan karena jumlah tempat tidur banyak,
pasien rawat inap sedikit dan sangat sering terjadi kekosangan tempat tidur.
d. BTO (Bed Turn Over = Angka perputaran tempat tidur)
BTO menurut Huffman (1994) adalah the net effect of changed in
occupancy rate and length of stay. BTO menurut Depkes RI (2005) adalah
frekuensi pemakaian tempat tidur pada satu periode, berapa kali tempat tidur
dipakai dalam satu satuan waktu tertentu. Idealnya dalam satu tahun, satu
tempat tidur rata-rata dipakai 40-50 kali. BTO rumah sakit Kota Padang 41.87
kali
BTO = Jumlah pasien keluar (hidup + mati) / Jumlah tempat tidur.
e. NDR (Net Death Rate)
NDR menurut Depkes RI (2005) adalah angka kematian 48 jam setelah
dirawat untuk tiap-tiap 1000 penderita keluar. Indikator ini memberikan
gambaran mutu pelayanan di rumah sakit. Angka NDR untuk Kota Padang
adalah 24.9 permil.
NDR = (Jumlah pasien mati > 48 jam / Jumlah pasien keluar (hidup + mati))
X 1000 permil.
f. GDR (Gross Death Rate)
GDR menurut Depkes RI (2005) adalah angka kematian umum untuk setiap
1000 penderita keluar. Angka GDR untuk Kota Padang adalah 44.18 permil
GDR = ( Jumlah pasien mati seluruhnya / Jumlah pasien keluar (hidup +
mati)) X 1000 permil

7.4.4 Seksi Pelayanan Kesehatan dan Peningkatan Mutu

166
LAPORAN TAHUNAN TAHUN 2018 EDISI 2019

7.4.4.1 Kegiatan Akreditasi Puskesmas


Akreditasi adalah pengakuan terhadap fasilitas yang diberikan oleh lembaga
independen penyelenggara akreditasi yang ditetapkan oleh Menteri. Di masa
transisi, penyelenggaraan akreditasi FKTP dilakukan oleh Komisi Akreditasi
FKTP yang dibentuk oleh Menteri Kesehatan melalui Keputusan Menteri
Kesehatan No.HK 02.02/Menkes/59/2105. Akreditasi bertujuan untuk menjamin
bahwa upaya perbaikan mutu dan peningkatkan kinerja dilaksanakan secara
berkesinambungan di FKTP.
Unsur yang dinilai dalam pelaksanaan Akreditasi Puskesmas meliputi: 1)
Administrasi dan Manajemen Puskesmas, 2) Penyelenggaraan Upaya Kesehatan
Masyarakat, dan 3) Penyelenggaraan Upaya Kesehatan Perorangan. Untuk
mempersiapkan FKTP dalam pelaksanaan akreditasi perlu di fasilitasi melalui
proses pendampingan oleh Tim Pendamping Akreditasi Kabupaten/ Kota. Pada
tahun 2018 Puskesmas Kota Padang yang dilakukan akreditasi sebanyak 8
Puskesmas. Hal ini berarti 23 Puskesmas Kota Padang semuanya telah
terakreditasi karena pada tahun 2016 Puskesmas yang diakreditasi 5 Puskesmas
dan tahun 2017 Puskesmas yang diakreditasi 10 Puskesmas. Hasil akreditasi tahun
2018 adalah :
Tabel 7.19
Status Akreditasi Puskesmas Tahun 2018
No Nama Puskesmas Tanggal Survei Akreditasi Kelulusan Akreditasi
1 Dadok T-Hitam 25-27 Juni 2018 Utama
2 KPIK 25-27 Juni 2018 Madya
3 Belimbing 25-27 Juni 2018 Madya
4 Kuranji 25-27 Juni 2018 Madya
5 Pegambiran 25-27 Juni 2018 Madya
6 Rawang 25-27 Juni 2018 Madya
7 Pemancungan 25-27 Juni 2018 Madya
8 Ulak Karang 25-27 Juni 2018 Madya

Pasca akreditasi dilakukan pendampingan setiap 1 (satu) tahun selama tiga


tahun karena per tiga tahun Puskesmas akan dilakukan penilaian akreditasi
kembali. Pendampingan dilakukan dengan tujuan agar tidak terjadi penurunan

167
LAPORAN TAHUNAN TAHUN 2018 EDISI 2019

kinerja. Pada tahun 2018 dilakukan pendampingan terhadap 15 Puskesmas


yang telah terakditasi pada tahun 2016 dan 2017, yaitu :
Tabel 7.20
Kegiatan Pendampingan Pasca Akreditasi Puskesmas Tahun 2018
No Nama Puskesmas Status Akreditasi
1 Padang Pasir Madya
2 Air Tawar Madya
3 Lubuk Buaya Dasar
4 Lapai Dasar
5 Lubuk Kilangan Dasar
6 Seberang Padang Dasar
7 Pauh Dasar
8 Alai Madya
9 Andalas Madya
10 Lubuk Begalung Utama
11 Bungus Madya
12 Ambacang Madya
13 Anak Air Madya
14 Air Dingin Madya
15 Nanggalo Madya

7.4.4.2 Sosialisasi dan Pembinaan Perizinan Sarana Kesehatan


Setiap tenaga kesehatan yang menjalankan praktik wajib memiliki surat izin
yang diberikan dalam bentuk SIP (Surat Izin Praktek). SIP diberikan oleh
pemerintah daerah kabupaten/kota atas rekomendasi pejabat kesehatan yang
berwenang di kabupaten/kota dengan memenuhi persyaratan yang berlaku.
Untuk terselenggaranya praktik tenaga kesehatan yang bermutu dan
perlindungan kepada masyarakat perlu dilakukan pembinaan praktik terhadap
tenaga kesehatan. Pembinaan dapat dilakukan oleh menteri bersama-sama dengan
pemerintah daerah, konsil masing-masing tenaga kesehatan dan organisasi profesi
sesuai dengan kewenangannya (terintegrasi).
Untuk itu Dinas Kesehatan Kota Padang merasa perlu untuk mengadakan
Pertemuan Tenaga Kesehatan Puskesmas dalam rangka pemberian rekomendasi
izin sekaligus melakukan pembinaan terhadap tenaga kesehatan Dinas Kesehatan
Kota Padang. Pertemuan diikuti oleh 64 orang peserta untuk kategori tenaga
dokter gigi, perawat dan tenaga labor. Selain itu juga diadakan Pertemuan yang

168
LAPORAN TAHUNAN TAHUN 2018 EDISI 2019

diikuti oleh Kepala Tata Usaha dan Pengelola Sarana Prasarana Puskesmas
sebanyak 45 orang dalam rangka meningkatkan mutu pelayanan kesehatan.
Pada tahun 2018 juga dilakukan pembinaan terhadap sarana kesehatan dengan
melakukan kunjungan ke sarana kesehatan dengan tujuan pemberian bimbingan
teknis serta pemantauan, evaluasi dan pelaporan ke 23 Puskesmas, 65 klinik dan
21 rumah sakit.
7.4.4.3 Penilaian Puskesmas Berprestasi dan Tenaga Kesehatan Teladan
Penilaian Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama (FKTP) Berprestasi
merupakan salah satu bentuk pembinaan dan pengawasan yang dilakukan secara
terintegrasi dan berjenjang untuk memberikan pengakuan dan penghargaan secara
institusi maupun perorangan atas prestasi dan peran aktif FKTP dalam
mendukung keberhasilan pembangunan di bidang kesehatan. Selain itu juga
sebagai bentuk pengakuan atas keteladan tenaga kesehatan terhadap pembangunan
kesehatan di Puskesmas yang dilaksanakan secara objektif dan transparan oleh
Menteri Kesehatan Republik Indonesia. Penilaian dilaksanakan dengan
menggunakan instrumen penilaian yang mengacu pada standar akreditasi FKTP.
Di samping menilai proses, dilakukan penilaian hasil kerja dengan menggunakan
indikator kinerja, serta inovasi yang dilaksanakan oleh FKTP terutama dalam
melaksanakan kegiatan promotif dan preventif serta upaya meningkatkan peran
serta masyarakat. Adapun hasilnya sesuai dengan Surat Keputusan Walikota
Padang No 159 Tahun 2018 adalah :
1) Puskesmas Berprestasi sebagai berikut:
a) Juara I : Puskesmas Ambacang
b) Juara II : Puskesmas Andalas
c) Juara III : Puskesmas Lubuk Buaya
2) Tenaga Kesehatan Berprestasi sebagi berikut :
a) Dokter/Dokter Gigi :
a. Juara I : drg.Dwi Filiana A, M.Kes (Puskesmas Andalas)
b. Juara II : dr.Rina Indra Puspita (Puskesmas Ambacang)
c. Juara III : dr.Lusiana Yanti (Puskesmas Pauh)
b) Perawat/Bidan :

169
LAPORAN TAHUNAN TAHUN 2018 EDISI 2019

a. Juara I : Ns.Fitri Diah NP, S.Kep (Puskesmas Nanggalo)


b. Juara II : Ns.Titi Infanti, S.Kep (Puskesmas Ambacang)
c. Juara III : Fani Sufrina, Amd.Keb (Puskesmas Lubuk Kilangan)
c) Promkes/Kesling/ Tenaga Kesehatan lainnya :
a. Juara I : Nurmayanti, Amd.Keb (Puskesmas Ambacang)
b. Juara II : Isna Desvera, S.Farm, Apt (Puskesmas Nanggalo)
c. Juara III : Nisa Ulya, Amd.Keb (Puskesmas Lubuk Begalung)
d) Gizi :
a. Juara I : Mardalena, SKM (Puskesmas Ambacang)
b. Juara II : Rahma Imrani, S.Gz (Puskesmas Air Tawar)
c. Juara III : Deni Elfita, AMG (Puskesmas Andalas)
Juara I dari masing-masing kategori dikirim untuk mengikuti lomba
Penilaian Puskesmas Berprestasi dan Tenaga Kesehatan Teladan Tingkat
Provinsi Sumatera Barat. Hasilnya Dinas Kesehatan Kota Padang berhasil
memperoleh peringkat III Kategori Tenaga Keperawatan.

7.5 Bidang Sumber Daya Kesehatan


Seksi Kefarmasian

7.5.2.1 Peningkatan Pengawasan Peredaran Obat


Berdasarkan Undang-undang kesehatan Nomor 36 tahun 2009 yang terdapat
pada pasal 98, pasal 100 ayat (1), pasal 102, pasal 103, pasal 104, pasal 105 atyat
(2), pasal 106 ayat (1), pasal 108 bagian kelima belas (Pengamanan dan
Penggunaan Sedian farmasi dan alat kesehatan) semata-mata bertujuan untuk
melindungi masyarakat dari sedian farmasi dan alat kesehatn yang tidak
memenuhi syarat, dan memberikan kewenangan kepada pemerintah dalma hal ini
kewenangan tersebut diberikan kepada Dinas Kesehatan Kota Padang untuk
melakukan pembinaan, pengawasan, terhadap sedian farmasi dan alat kesehatan
yang tidak memenuhi beredar di masyarakat, dan melakukan evaluasi terhadap
penerimaan dan pendistribusian obat-obatan, baik itu obat Keras, Prekursor,

170
LAPORAN TAHUNAN TAHUN 2018 EDISI 2019

Narkotika dan Psikotropika agat tidak disalahagunakan dengan agar penggunaan


obat sesuai denagn aturannya atau rasional.
Evaluasi dan menitoring terhadap pelaporan Prekursor, Narkotika dan
Psikotropika bertujuan untuk mencegah penyalahgunaan obat-obatan yang
berakibat terhadap kesehatan masyarakat, keamanan lingkungan dan berdampak
terhadap masa depan anak- anak muda yang dirusak dengan mengkonsumsi obat-
obatan atau lebih dikenal dengan Narkoba, semantara anak –anak muda tersebut
merupakan aset bangsa untuk masa yang akan datang.
Oleh karena itu untuk mencegah hal yang demikian, maka setiap sarana
pelayanan kefarmasian harus memiliki tenaga kefarmasian (Apoteker dan Tenaga
Teknis Kefarmasi/TTK) sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor: 51 Tahun
2009 tentang Pekerjaan Kefarmasian pada pasal 51 terhadap keredaan tenaga
kefarmasian yang bertujuan untuk mengamankan sedian farmasi dan alat
kesehatan, serta pendistribusian obat khususnya obat Keras, Antibiotik, Narkotika
dan Psikotropika.
Untuk golongan Obat Psikotropika diatur dalam Undang-Undang Nomor 5
Tahun 1997 tentang Psikotropika dan Undang-undang Nomor 35 Tahun 2009
tentang Narkotika dimana dalam peraturan tersebuat bahwa kedua jenis obat
tersebut diperlakukan secara khusus, baik itu cara permintaannya,
penyimpanannya, pendistribusiannya, dan pengarsipannya harus dilakukan oleh
Apoteker yang dibantu oleh TTK.
Tabel 7. 21
Pelaporan Narkotika di Sarana Pelayanan Kefarmasian
yang Telah Melakukan Registrasi Tahun 2018
Belum % Yg. % Tidak
Bulan Sudah Melapor Jumlah
Melapor Melapor Melapor
1 110 6 116 94.83 5.17
2 110 8 118 93.22 6.78
3 113 9 122 92.62 7.38
4 115 9 124 92.74 7.26
5 116 9 125 92.80 7.20
6 121 9 130 93.08 6.92
7 124 10 134 92.54 7.46
8 126 10 136 92.65 7.35
9 127 11 138 92.03 7.97
10 131 11 142 92.25 7.75
11 131 11 142 92.25 7.75

171
LAPORAN TAHUNAN TAHUN 2018 EDISI 2019

12 136 22 158 86.08 13.92

Tabel 7.22
Pelaporan Psikotropika di Sarana Pelayanan Kefarmasian
Yang Telah Melakukan Registrasi Tahun 2018
Bulan Sudah Melapor Belum Jumlah % Yg. % Tidak
Melapor Melapor Melapor
1 110 6 116 94.83 5.17
2 109 9 118 92.37 6.63
3 113 9 122 92.62 7.38
4 115 9 124 92.74 7.26
5 116 9 125 92.80 7.20
6 121 9 130 93.08 6.92
7 124 10 134 92.54 7.46
8 126 10 136 92.65 7.35
9 127 11 138 92.03 7.97
10 131 11 142 92.25 7.75
11 131 11 142 92.25 7.75
12 136 22 158 86.08 13.92

Dilihat tabel diatas belum semua sarana pelayanan kefarmasian yang


melakukan pelaporan Narkotika dan Psikotropika dengan SIPNAP. Dari 213
sarana pelayanan kefarmasian (Apotek) sampai Desember 2018 baru 158 sarana
yang melakukan registrasi untuk pelaporan SIPNAP atau 75 %
Grafik 7. 61
Pemakaian Obat Narkotika Terbanyak Tahun 2018

500000 439884.45
400000
300000
200000 68112 40516.25
100000 41617.5 38110.1 9963 9597 3265.3 3215 3019
0

Dan pada tabel 5 (lima) diatas ada 10 (sepuluh) penggunaan obat


Psikotropika yang banyak dipakai sebagai berikut:

172
LAPORAN TAHUNAN TAHUN 2018 EDISI 2019

Grafik 7. 62
Pemakaian Obat Psikotropika Terbanyak Tahun 2018
350000 297699
300000 255537.45
250000 140148.5
200000 137157.3
150000 104069.75 68144.5
100000 112429 39550 39059.5
50000 81000.5
0

Selain pelaporan SIPNAP, Seksi Kefarmasian juga melakukan pemantauan


Penggunan Obat Rasional (POR), dan peresepan Obat Generik di puskesmas dan
jaringannya pada umum telah melakukan Penggunaan Obat secara Rasional dan
telah sesuai dengan indikatornya yaitu:
Tabel 7.23
Pemakaian Obat Secara Rasional
Pada Puskesmas di Kota Padang Tahun 2018
No Indikator Target Capaian
1 Rerata R/ 2,8 3
2 Antibiotik Diare Non Spesifik 8% 6%
3 Antibiotik Ispa Non Pnemoni 10 % 6%
4 Injeksi Myalgia 0% 0%
5 Penggunaan Obat Generik 90 % 98,25 %
Berdasarkan tabel ditas, terlihat jelas dengan pemakaian antibiotik untuk
Diare Non Spesifik tidak melebih dari 8 %, dan antibiotik untuk Ispa Non
Pnemoni juga kurang dari 10 %, serta injeksi Myalgia tidak lebeh dari 0 %,
hanya rerata R/ dalam resep di atas 2,8 yaitu 3.
Selain pelaporan diatas, Seksi Kefarmasian juga melakukan pembinaan dan
pengawasan terhadap apotek 76 sarana, toko obat 6 sarana, toko kosmetik 3
sarana, batra 1 sarana, instalasi farmasi 7 sarana, puskesmas 14 sarana, dalam
pembinaan ke sarana tersebut juga telah memberikan sanksi administrasi berupa
peringatan terhadap apotek 23 sarana.
7.5.2.2 Peningkatan Pengawasan Peredaran Makanan dan Minuman
a. Pangan Industri Rumah Tangga (P-IRT)

173
LAPORAN TAHUNAN TAHUN 2018 EDISI 2019

Sebagaimana yang telah diamanahkan oleh Undang-Undang Kesehatan


Nomor: 36 Tahun 2009 pada pasal 111 ayat (2) dan (3) dan Peraturan Kepala
Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) RI Nomor: 22 Tahun 2018
menyatakan bahwa bahwa makanan dan minuman yang diedarkan setelah
mendapt izin edar sesuai denagn ketentuan peraturan perundang-undangan, dan
setiap makan dan minuman yang dikemas wajib diberi tanda atau label yang
berisi nama produk, daftar bahan yang digunakan, berat bersih, nama dan
alamat pihak yang memproduksi.
Makanan dan minuman yang beredar khusus P-IRT yang telah diberi label
dan izin edarnya (Sertifikat P-IRT) selama tahun 2018 sesuai dengan peraturan
yang berlaku seperti dalam tabel dibawah ini:
Tabel 7.24
Penerbitan Sertifikat Pangan Industri Rumah Tangga Tahun 2018
No Tgl. Kegiatan Sumber Dana Jlh. Sertifikat P-IRT
1 12- 13 Februari 2018 APBD (dianggarkan) 41
2 14-15 Februari 2018 APBD (dianggarkan) 32
3 04-05 April 2018 MoU Unand 30
4 09-10 April 2018 APBD (dianggarkan) 41
5 11-12 April 2018 APBD (dianggarkan) 48
6 16-17 April 2018 MoU UMKM 57
7 13 Desember 2018 MoU DKP 23
8 Perpanjangan - 19
Jumlah 291
Berdasarkan Surat Keputusan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan
Republik Indonesia (BPOM).RI Nomor: HK.03.1.23.04.12.22.05 tanggal 05
April 2012 tentang Sertifikat Pangan Industri Rumah Tangga (P-IRT), yang
penomorannya belum 15 (lima belas) digit dinyatakan tidak berlaku dan harus
diperbaharui/diperpanjang lagi. Perka BPOM RI Nomor :
HK.03.1.23.04.12.22.05 tanggal 05 April 2012 tentang Sertifikat Pangan
Industri Rumah Tangga (P-IRT), telah diganti dengan Peraturan Badan
Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) RI Nomor 22 Tahun 2018 tentang Tata
Cara Penerbitan Sertifikat Penyuluhan Pangan Industri Rumah Tangga (SPP-
IRT) dimana dalam peraturan ini baik Sertifikat P-IRT maupun SPP-IRT yang
penomorannya belum 15 (lima belas) digit dinyatakan tidak berlaku dan harus
diperbaharui/diperpanjang lagi.

174
LAPORAN TAHUNAN TAHUN 2018 EDISI 2019

Perberlakuan penomoran Sertifikat P-IRT maupun SPP-IRT dengan


angka 15 (lima belas) digit terhitung sejak tahun 2013 dan berlaku selama 5
(lima) tahun sejak diterbitkan, maka sertifikat P-IRT yang terbit pada tahun
2013 dinyatakan tidak berlaku lagi karena telah 5 (lima) lebih sejak diterbitkan.
Sertifikat P-IRT maupun SPP-IRT yang berlaku samapi saat ini adalah yang
diterbitkan pada tahun 2014 sampai sekarang. Total Sertifikat P-IRT/SPP-IRT
yang telah 15 (lima belas) digit dan masih berlaku sampai saat ini dan telah
diterbitkan oleh Dinas Kesehatan Kota Padang berjumlah sebagai berikut:
Tabel 7.25
Jumlah Sertifikat Pangan Industri Rumah Tangga
yang Masih Berlaku Sampai Tahun 2018
No Tahun Penerbitan Jumlah
1 2014 158
2 2015 149
3 2016 234
4 2017 329
5 2018 291
Jumlah 1161
b. Pangan Jajanan Anak Sekolah (PJAS)
Selain melakukan Kominikasi Informasi Edukasi dan pertemuan terhadap
anak didik dan guru yang membidangi/penaggung jawab terhadap pangan dan
kantin sekolah sebanyak 60 Sekolah Dasar (terdiri 60 orang anak didik dan 60
orang guru) kegiatan pembinaan dan pengawasan terhadap PJAS adalh dengan
melakukan pengambilan sampel secara acak untuk dilakukan uji laboratorium
yang bekerjasama dengan BBPOM dengan hasil uji laboratorium sebagai
berikut:
Tabel 7.26
Pembinaan dan Pengawasan PJAS Tahun 2018
No Tanggal Jlh. Sampel MS TMS Ket
1 9 Maret 2018 16 9 7 (Siklamat) SD
2 12 Maret 2018 14 14 - SD & SMP
3 14 Mei 2018 6 6 - SD & SMP
4 15 Mei 2018 4 4 - SMP
5 25 Mei 2018 10 10 - SD
6 18 Juli 2018 23 23 - SD
Jumlah 73 66 7

175
LAPORAN TAHUNAN TAHUN 2018 EDISI 2019

Dari 73 sampel pangan yang diambil dan dilakukan uji laboratorium 7


(tujuh) sampel yang tidak memenuhi syarat karena mengandung pemanis
buatan (Siklamat) yang melebihi takaran yang terdapat pada minuman yang
dijual di sekolah, sampel PJAS yang TMS pada tahun 2018 ini 9,58 %.
Pangan Jajanan Anak Sekolah (PJAS) ini perlu sekali jadi perhatian kita
bersama, jika PJAS yang tersedia di sekolah-sekolah tidak layak untuk
dikonsumsi ini bisa berdampak buruk terhadap anak didik kita, karena hampir
setiap hari mereka mengkonsumsi pangan yang tidak aman, tidak sehat, tidak
higienis dan tidak bergizi ini dapat menyebabkan kemunduran daya ingat anak
didik, bahkan bisa menyebab stunting (pertumbuhan tubuh yang kerdil) karena
kurang gizi, dan mengganggu kesehatan, serta berkontribusi terhadap kejadian
luar biasa pangan (KLB) Pangan. Selain melakukan penyuluhan dan
pertemuan, untuk keamanan PJAS seksi kefarmasian juga telah meyebarkan
SMS Broadcast yang dikirimkan kepada Kepala Sekolah Dasar secara acak
yang ditayangkan setiap bulan sekali sebanyak 30 (tiga puluh SMS) yang
berisikan pesan-pesan tentang PJAS dengan harapan agar semua anak didik
mengetahuinya terhadap PJAS yang TMS.
c. Kejadian Luar Biasa (KLB) terhadap Pangan
Pada Tahun 2018 ada beberapa kasus keracunan pangan (KLB) yang
terjadi di Kota Padang, sebagaimana dalam tabel dibawah ini:
Tabel 7.27
Kasus Kejadian Luar Biasa (KLB) Pangan Tahun 2018
No Tanggal Lokasi Jlh. Korban Keterangan
1 12 Januari Jl. Pagang Raya 8 orang Histamin pada
2018 Kec. Nanggalo (1 org meninggal) ikan
2 01 Februari Jl. Koto Tinggi 4 orang (rawat Asam Oksalan
2018 Depan Dinkes. jalan) pada kemumu
Prov. Sumbar
3 01 Juli 2018 Koto Lua Lubuak 12 orang Bakteri
Minturun (1 org dirawat) Staphylococus
Dilihat dari kasus diatas, Kejadian Luar Biasa (KLB) Pangan pada Tahun
2018 ada 3 (tiga) kasus, sementara pada Tahun 2017 terjadi 2 (dua) kasus,
artinya kasus KLB Pangan di Kota Padang pada Tahun 2018 terjadi
peningkatan dengan satu kasus.

176
LAPORAN TAHUNAN TAHUN 2018 EDISI 2019

Selain dari KLB Pangan diatas, Seksi Kefarmasian juga telah mengambil
sampel untuk dilakukan uji ke laboratorium BBPOM Padang terhadap pangan
olahan yang yang diduga mengandung daging B2.
Seksi Kefarmasian juga melakukan pembinaan dan pengawasan terhadap
pasar tradisionaihl yang diduga masih menjual pangan yang mengandung
bahan berbahaya, dari 15 pasar tradisional yang ada di Kota Padang, 5 (lima)
diantaranya sudah mendapat predikat pasar aman (Pasar Alai, Pasar Tanah
Kongsi, Pasar Ulak Karang, Pasar Lubuk Buayo dan Pasar Nanggalo).
Pembinaan dan Pengawasan Pangan di Pasar Tradisional ini bertujuan
untuk melindungi masyarakat terhadap peredaran makanan-minuman/pangan
pabokoan dari bahaya bahan kimia berbahaya yang tidak memenuhi syarat
untuk dikomsumsi, sehingga makanan-minuman/pangan pabukoan yang
dikonsumsi masyarakat aman, sehat, hygienis, bersih dan terbebas dari
penyakit atau pangan tersebut laik untuk dikonsumsi, dan masyarakat dapat
terhindar dari berbagai penyakit yang disebabkan oleh makanan-minuman.
Kegiatan ini dapat terlaksana dengan adanya kerja sama dengan lintas
sektor dan membentuk TIM Terpadu yang terdiri dari Balai Besar Pengawas
Obat dan Makan (BBPOM) Padang, Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera
Barat, Dinas Tenaga Kerja dan Perindustrian Kota Padang dan Provinsi, Dinas
Perdagangan Kota Padang, Satuan Polisi Pamong Praja (Sat. Pol. PP), serta
dari Kepolisian Daerah Sumatera Barat.
Menjelang dan selama bulan puasa kegiatan ini dilakukan di sebelas
Pasar Tradisional terhadap penjaja makanan-minuman dan pabukoan di Pasar
Raya Padang, Pasar Alai, Pasar Nanggalo, Pasar Tabing, Pasar Simpang
Haru, Pasar Lubuk Buaya, Pasar Pagi Lolong, Pasar Banda Buek, Pasar
Belimbing, Pasar Baru Pauh, dan Pasar Tanah Kongsi, dari semua pasar
tradisional tersebut yang ditemukan menjual pangan olahan yang mengandung
bahan berbahaya (Rhodamin B) ada di Pasar Nanggalo
d. Peningkatan Pengawasan Bahan Berbahaya
Kegiatan pembinaan dan pengawasan terhadap peredaran Kosmetika
yang bekerja sama dengan BBPOM Padang pada bulan Maret 2019, yang

177
LAPORAN TAHUNAN TAHUN 2018 EDISI 2019

dilakukan di Jalan Hiligoo dan di Pasar raya Padang. Dalam Pengawasan ini
telah diamankan beberapa jenis kosmetik yang tidak memenuhi syarat (TMS),
antara lain:
Lipstick tidak ada izin edar (TIE), Bedak Tabur (TIE) dan Expire Date
(ED), Shampoo TIE, Maskara TIE, Pewarna Kuku (TIE). Pembinaan dan
pengawasan dilakukan terhadap pedagang/distributor/penjual kosmetik yang
disinyalir mengandung bahan berbahaya (Air Raksa, Hydroquinon diatas 2 %),
juga pengawasan terhadap Izin Edar Kosmetik, Legalitas Kosmetik (yang telah
terdaftar di Badan Pengawas Obat dan Makanan), dengan dilakukan kegiatan
pembinaan dan pengawasan terhadap kosmetik ini, diharapkan kosmetik yang
beredar terbebas dari bahan berbahaya.

7.5.3 Seksi Sumber Daya Manusia Kesehatan dan Jaminan Kesehatan


7.5.3.1 Sumber Daya Manusia Kesehatan (SDMK)
a. Pemberian Surat Rekomendasi Tugas Belajar dan Izin Belajar
Berdasarkan Undang-undang kesehatan Nomor 36 tahun 2009 pasal 27
ayat (2) menyebutkan bahwa tenaga kesehatan dalam melaksanakan tugasnya
berkewajiban mengembangkan dan meningkatkan pengetahuan dan
keterampilan yang dimiliki sehingga mampu memberikan pelayanan yang
bermutu sesuai dengan pengetahuan dan teknologi baru.
Peningkatan pengetahuan dan keterampilan tenaga kesehatan ditempuh
melalui pendidikan formal dan informal. Pendidikan formal ditempuh melalui
pendidikan berkelanjutan. Bagi tenaga kesehatan Indonesia telah diatur
ketentuan tentang program Tugas Belajar SDM Kesehatan yang ditetapkan
dengan Permenpan RB RI No 04 tahun 2013 dan Permenkes nomor 54 Tahun
2013 tentang Izin Belajar.
Selama tahun 2018 BPPSDM Kemenkes RI memberikan kesempatan
kepada Pegawai Negeri Sipil di lingkungan Kementerian Kesehatan dan
jajarannya untuk mengikuti pendidikan melalui jalur beasiswa untuk jenjang SI
dan S2. Tenaga kesehatan yang melanjutkan pendidikan sampai tahun 2018 di

178
LAPORAN TAHUNAN TAHUN 2018 EDISI 2019

lingkungan Dinas Kesehatan Kota Padang ke jenjang yang lebih tinggi dapat
dilihat pada tabel dibawah ini :
Tabel 7.28
Data Pegawai yang Sedang Melanjutkan Pendidikan
di Lingkungan DKK Padang Sampai Tahun 2018
No Jenis Dikjut Jenjang Lk Pr Jumlah
1 PPDS Sp-1 - 2 2
3 Tubel Pusat S-2 - 2 2
Profesi - 2 2
4 Tubel Daerah Sp-1 1 2 3
S-1 - 3 3
5 Ibel S-2 1 1 2
Profesi - 1 1
S-1 1 2 3
D-4 - 7 7
D-3 - 11 11
TOTAL 3 33 36
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa pegawai yang melanjutkan
pendidikan sampai tahun 2018 sebanyak 36 orang, terdiri dari Pendidikan
lanjutan PPDS 2 orang, Tubel Pusat 4 orang, Tubel daerah 6 orang dan yang
mengikuti Ibel sebanyak 23 orang.
b. Pemberian Izin Praktek Kuliah Lapangan, Izin Pengambilan Data dan
Penelitian bagi Mahasiswa
Dinas Sejak tahun 2017 semua Institusi yang akan bekerjasama dengan
Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) harus membuat MOU dengan
Pemerintah Kota Padang Cq Bagian Kerjasama. Setelah ada MOU dengan
Pemko Padang kemudian ditindaklanjuti dengan Perjanjian Kerja Sama (PKS)
sesuai SKPD yang dituju.
Tahun 2018 dilaksanakan pertemuan dengan Institusi Pendidikan dalam
rangka mensosialisasikan pembuatan MOU dengan Pemko Padang dan
Pembuatan PKS dengan Dinas Kesehatan Kota, hal ini penting dilakukan
karena Dinas Kesehatan Kota Padang, Instalasi Farmasi Kota (IFK) dan 23
Puskesmas se Kota Padang merupakan tempat lahan Praktik Kuliah Lapangan,
pengambilan data dan penelitian bagi Institusi Pendidikan Kesehatan (negeri
maupun swasta) dan Institusi Non Kesehatan yang ada di Kota Padang.

179
LAPORAN TAHUNAN TAHUN 2018 EDISI 2019

Sepanjang tahun 2018 seksi SDMK dan Jaminan Kesehatan telah


memproses dan menerbitkan sebanyak 1.774 surat izin pengambilan
data/penelitian, 179 surat izin praktik kuliah lapangan/magang, 6 surat selesai
penelitian dan 12 surat tidak sedang Tubel/Ibel. Dalam pemberian izin praktik
kerja lapangan/magang, seksi SDMK dan Jaminan Kesehatan membagi
berdasarkan kebutuhan institusi pendidikan dan disesuaikan dengan kondisi
yang ada di lapangan.
c. Data Peserta Pendidikan dan Pelatihan PNS di Lingkungan Dinas
Kesehatan Kota Padang
Untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan tenaga kesehatan
dalam memberikan pelayanan di Puskesmas dan Dinas Kesehatan Kota
Padang maka perlu dilakukan peningkatan kompetensi melalui pendidikan dan
pelatihan baik yang dilaksanakan oleh Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera
Barat maupun Dinas Kesehatan Kota Padang. Seksi SDMK dan Jaminan
Kesehatan tahun 2018 melaksanakan pelatihan Pelayanan Prima sebanyak 28
orang. Adapun tujuan pelatihan ini adalah meningkatkan pengetahuan dan
keterampilan tenaga Kesehatan dalam melaksanakan pelayanan di bidang
kesehatan.
d. Rekognisi Pendidikan Lampau (RPL)
Tahun 2018 peningkatan pendidikan tenaga kesehatan yang berpendidikan
dibawah Diploma III dilakukan dengan sistem pendidikan khusus yang disebut
program Rekognisi Pendidikan Lampau (RPL). Adapun sistem pembiayaannya
50% disubsidi dari PPSDM Kementerian Kesehatan RI. Untuk jadwal
perkuliahan tidak mengganggu jam kerja. Tenaga kesehatan yang mengikuti
program RPL ini dapat dilihat dari tabel berikut :

180
LAPORAN TAHUNAN TAHUN 2018 EDISI 2019

Tabel 7.29
Tenaga Kesehatan yang Mengikuti Program RPL
Tahun 2018
Pendidikan
No Unit Kerja Jenjang
Terakhir
1 Puskesmas Bungus SMF D-3 Farmasi
2 Puskesmas Nanggalo SMF D-3 Farmasi
3 Puskesmas Padang Pasir SMF D-3 Farmasi
4 Puskesmas Ulak Karang SPAG D-3 Gizi

Program RPL ini dilaksanakan di beberapa Sekolah Tinggi Kesehatan


yaitu Politeknik Kesehatan Kemenkes RI dan STIFAR Dwi Farma Bukittinggi.
e. Registrasi Tenaga Kesehatan
Registrasi adalah pencatatan resmi terhadap Tenaga Kesehatan yang telah
memiliki Sertifikat Kompetensi dan telah mempunyai kualifikasi tertentu
lainnya serta diakui secara hukum untuk menjalankan praktik dan/atau
pekerjaan keprofesiannya. Kewajiban kepemilikan Surat Tanda Registrasi bagi
tenaga kesehatan untuk bekerja dijelaskan dalam Peraturan Menteri Kesehatan
Nomor 1796/Menkes/PER/VIII/2011 tentang Registrasi Tenaga Kesehatan
yang diperbarui pada Peraturan Menteri Kesehatan No. 46 Tahun 2013 tentang
Registrasi Tenaga Kesehatan. Pemerintah saat ini telah melakukan upaya
strategis dalam penguatan pembinaan dan pengawasan mutu SDM Kesehatan
yang dilakukan melalui proses registrasi tenaga kesehatan yang meliputi
standarisasi, sertifikasi dan lisensi.
Surat Tanda Registrasi yang selanjutnya disingkat STR adalah bukti
tertulis yang diberikan oleh Menteri kepada Tenaga Kesehatan yang telah
diregistrasi. Surat Tanda Registrasi merupakan pengakuan secara yuridis
bahwa seseorang memiliki kewenangan atas suatu bidang, sehingga Surat
Tanda Registrasi memiliki fungsi sebagai pengakuan secara legal bagi tenaga
kesehatan dalam berpraktik.
Registrasi disamping sebagai bentuk perlindungan bagi masyarakat, juga
merupakan perlindungan bagi tenaga kesehatan. Setiap Tenaga Kesehatan
yang akan menjalankan praktik dan/atau pekerjaan keprofesiannya wajib
memiliki izin dari Pemerintah. Dalam Perwako Nomor 67 Tahun 2016 pasal

181
LAPORAN TAHUNAN TAHUN 2018 EDISI 2019

24 menyatakan bahwa tugas Seksi Sumber Daya Manusia Kesehatan dan


Jaminan Kesehatan Dinas Kesehatan Kota Padang adalah Merancang rencana
dan pelaksanaan kegiatan yang berhubungan dengan registrasi tenaga
kesehatan serta melakukan penerbitan registrasi dan praktik tenaga kesehatan.
Berikut data jumlah surat izin praktik yang diterbitkan pada tahun 2018 adalah:
Tabel 7.30
Jumlah Surat Izin Praktik yang diterbitkan Tahun 2018
No Jenis Tenaga Jumlah
1 Dokter Umum 626
2 Dokter Gigi 145
3 Dokter Spesialis 175
4 Perawat 1.026
5 Perawat Mandiri 2
6 Perawat Gigi 55
7 Perawat Gigi Mandiri 7
8 Bidan 405
9 Bidan Mandiri 63
10 Apoteker 136
11 Asisten Apoteker 184
12 Gizi 71
13 Rekam Medis 200
14 Fisioterapis 31
15 Refraksionis Optisien 11
16 Sanitarian 15
17 Radiographer 23
18 Analis Laboratorium 111
19 Penata Anastesi 4
20 Terapis Wicara 2
21 Akupuntur Terapis 2
22 Elektromedis 53
23 Psikolog Klinis 6
24 Okupasi Terapis 2
25 Tukang Gigi 2
Total 3.357

1) Registrasi Surat Izin Praktek Dokter


Jumlah Dokter Umum yang mengurus SIP di Dinas Kesehatan Kota
Padang pada tahun 2018 adalah 626 orang dan mengalami penurunan
dibandingkan dengan tahun 2017 sebanyak 662 orang.
Sedangkan jumlah Dokter Gigi yang mengurus SIP di Dinas Kesehatan
Kota Padang adalah 145 orang dan mengalami penurunan dari Tahun 2017
sebanyak 148 orang. Tahun 2018 jumlah Dokter Spesialis yang mengurus

182
LAPORAN TAHUNAN TAHUN 2018 EDISI 2019

SIP di Dinas Kesehatan Kota Padang adalah 175 orang dan mengalami
penurunan dibandingkan dengan tahun 2017 sebanyak 865 orang.
2) Registrasi Surat Izin Praktek Perawat (SIPP)
Pada tahun 2018 jumlah perawat yang mengurus Surat Praktik Perawat
(SIPP) di praktik mandiri adalah sebanyak 2 (dua) orang dan mengalami
penurunan dibandingkan dengan tahun 2017 sebanyak 19 (sembilan belas)
orang. Sedangkan jumlah perawat yang mengurus SIPP di luar praktik
mandiri/di fasilitas kesehatan pada tahun 2018 adalah sebanyak 1.026 orang
yang mengalami penurunan dibandingkan pada tahun 2017 sebanyak 2.003
orang.
3) Registrasi Surat Izin Praktik Terapis Gigi dan Mulut (SIPTGM)
Jumlah Terapis Gigi dan Mulut yang mengurus SIPTGM di fasilitas
kesehatan pada tahun 2018 adalah 55 orang dan mengalami peningkatan
dari tahun 2017 sebanyak 23 orang. Sedangkan terapis gigi dan mulut yang
mengurus Surat Izin Praktik Mandiri sebanyak 7 (tujuh) orang
4) Registrasi Surat Izin Praktek Bidan (SIPB)
Pada tahun 2018 jumlah Bidan yang mengurus Surat Izin Praktik Bidan
(SIPB) Mandiri sebanyak 63 orang dan Surat Izin Praktik Bidan (SIPB) di
Fasyankes adalah sebanyak 405 orang, mengalami peningkatan
dibandingkan dengan tahun 2017 sebanyak 285 orang.
5) Registrasi Surat Izin Praktek Tenaga Kefarmasian
Pada tahun 2018 jumlah apoteker yang mengurus SIPA di Dinas
Kesehatan Kota Padang adalah sebanyak 136 orang dan mengalami
penurunan dibandingkan dengan tahun 2017 sebanyak 138 orang.
Sedangkan Jumlah Tenaga Teknik Kefarmasian yang mengurus
SIPTTK di Dinas Kesehatan Kota Padang Tahun 2018 adalah 184 orang
yang mengalami penurunan dibandingkan dengan tahun 2017 sebanyak 353
orang.
6) Registrasi Surat Izin Praktek Tenaga Gizi (SIP TGz)

183
LAPORAN TAHUNAN TAHUN 2018 EDISI 2019

Pada tahun 2018 terdapat tenaga gizi yang mengurus SIPTGz sebanyak
71 orang yang mengalami penurunan apabila dibandingkan dengan tahun
2017 berjumlah 76 orang.
7) Registrasi Surat Izin Praktik Rekam Medis (SIPRM)
Pada tahun 2018 jumlah petugas Rekam Medis yang mengurus SIP
Rekam Medis adalah berjumlah 200 orang dan mengalami peningkatan
apabila dibandingkan dengan tahun 2017 berjumlah 60 orang.
8) Registrasi Surat Izin Praktek Fisioterapis
Pada tahun 2018 jumlah Fisioterapis yang mengurus SIPF di Dinas
Kesehatan Kota Padang sebanyak 31 orang mengalami peningkatan jika
dibandingkan dengan tahun 2017 berjumlah 12 (dua belas) orang.
9) Registrasi Surat Izin Praktek Refraksionis Optisien (SIP-RO)
Jumlah tenaga Refraksionis Optisien yang mengurus SIPRO di Dinas
Kesehatan Kota Padang Tahun 2018 adalah sebanyak 11 (sebelas) orang dan
mengalami penurunan apabila dibandingkan dengan tahun 2017 adalah
sebanyak 14 (empat belas) orang. Peluang kerja tenaga Refraksionis
Optisien yaitu bekerja di Rumah Sakit maupun klinik pemerintah dan
swasta, karyawan optikal, industri lensa dan bingkai kacamata, optik
mandiri dan tenaga pengajar di bidang refraksi optisi.
10) Registrasi Surat Izin Praktik Tenaga Kesehatan Lingkungan (SIP
Sanitarian)
Pada tahun 2018 jumlah SIPTS yang dikeluarkan oleh Dinas Kesehatan
Kota Padang adalah 15 (lima belas) orang yang mengalami penurunan
apabila dibandingkan dengan tahun 2017 sebanyak 33 orang.
11) Registrasi Surat Izin Praktik Radiografer (SIP-Rad)
Jumlah Radiografer yang mengurus SIPR di Dinas Kesehatan Kota
Padang pada tahun 2018 adalah sebanyak 23 orang dan mengalami
penurunan apabila dibandingkan dengan tahun 2017 sebanyak 67 orang.
12) Registrasi Surat Izin Praktik Ahli Teknologi Laboratorium (Analis
Laboratorium)

184
LAPORAN TAHUNAN TAHUN 2018 EDISI 2019

Pada tahun 2018 jumlah tenaga ahli teknologi laboratorium yang


mengurus SIP-ATLM di Dinas Kesehatan Kota Padang adalah sebanyak
111 orang dan mengalami peningkatan apabila dibandingkan dengan tahun
2017 sebanyak 53 orang.
13) Registrasi Surat Izin Praktik Penata Anastesi
Surat Izin Praktik Penata Anestesi (SIPPA) adalah bukti tertulis
pemberian kewenangan untuk menjalankan praktik keprofesian Penata
Anestesi di Fasilitas Pelayanan Kesehatan. Pada tahun 2018 tenaga peñata
anestesi yang mengurus SIPPA di Dinas Kesehatan Kota Padang sebanyak 4
(empat) orang dan mengalami penurunan dibandingkan tahun 2017
sebanyak 20 (dua puluh) orang.
14) Registrasi Surat Izin Praktik Terapi Wicara (SIPTW)
Surat Izin Terapis Wicara merupakan bukti tertulis atas kewenangan
untuk menjalankan pekerjaan terapis wicara di seluruh wilayah Indonesia.
Terapis wicara yang mengurus Surat Izin Praktik Terapis Wicara (SIPTW)
di Dinas Kesehatan Kota Padang pada tahun 2018 hanya 2 orang.
15) Registrasi Surat Izin Praktik Akupuntur Terapis
Tenaga Akupunktur merupakan salah satu tenaga kesehatan yang
masuk dalam kelompok keterapian fisik. Pada tahun 2018 tenaga akupuntur
yang mengurus Surat Izin Praktik Akupuntur Terapis di Dinas Kesehatan
Kota Padang hanya 2 orang.
16) Registrasi Surat Izin Praktik Elektromedis
Surat Tanda Registrasi Elektromedis yang selanjutnya disingkat STR-E
adalah bukti tertulis yang diberikan oleh konsil tenaga kesehatan kepada
Elektromedis yang telah teregistrasi. Pada tahun 2018 tenaga elektromedis
yang mengurus Surat Izin Praktik ke Dinas Kesehatan Kota Padang
sebanyak 53 orang
17) Registrasi Surat Izin Praktik Psikolog Klinis
Surat Izin Praktik Psikolog Klinis yang selanjutnya disingkat SIPPK
adalah bukti tertulis pemberian kewenangan untuk menjalankan praktik

185
LAPORAN TAHUNAN TAHUN 2018 EDISI 2019

keprofesian Psikolog Klinis. Pada tahun 2018 Dinas Kesehatan Kota Padang
mengeluarkan sebanyak 6 (enam) SIPPK
18) Registrasi Surat Izin Praktik Okupasi Terapis
Surat Izin Praktik Okupasi Terapis yang selanjutnya disingkat SIPOT
adalah bukti tertulis pemberian kewenangan untuk menjalankan praktik
pelayanan Okupasi Terapi secara mandiri. Pada tahun 2018 tenaga Okupasi
Terapis yang mengurus Surat Izin Praktik ke Dinas Kesehatan Kota Padang
sebanyak 2 (dua) orang
19) Registrasi Surai Izin Praktik Tukang Gigi
Izin Tukang Gigi adalah bukti tertulis yang diberikan kepada Tukang
Gigi yang telah melaksanakan pendaftaran untuk melaksanakan pekerjaan
Tukang Gigi. Semua Tukang Gigi yang menjalankan pekerjaan Tukang Gigi
wajib mendaftarkan diri kepada pemerintah daerah kabupaten/kota
ataudinas kesehatan kabupaten/kota setempat untuk mendapat Izin Tukang
Gigi. Izin Tukang Gigi berlaku selama 2 (dua) tahun dan dapat diperpanjang
selama memenuhi persyaratan. Pada tahun 2018, Tukang Gigi yang
mengurus Izin Praktik ke Dinas Kesehatan Kota Padang sebanyak 2 (dua)
orang.
f. Analisa Kebutuhan Sumber Daya Manusia
Perencanaan kebutuhan SDMK adalah proses sistematis dalam upaya
menetapkan jumlah dan kualifikasi SDMK yang dibutuhkan sesuai dengan
kondisi suatu wilayah dalam rangka mencapai tujuan pembangunan kesehatan.
Tujuan perencanaan ini untuk menghasilkan rencana kebutuhan SDMK yang
tepat meliputi jenis, jumlah dan kualifikasi sesuai kebutuhan organisasi
berdasarkan metode perencanan yang sesuai dalam rangka mencapai tujuan
pembangunan kesehatan. Hasil akhir dari kegiatan ini adalah tersedianya
Dokumen Rencana Kebutuhan Tenaga Kesehatan Dinas Kesehatan Kota
Padang Tahun 2018 dan diharapkan dokumen ini bisa dijadikan acuan
g. Penyelenggaraan Program Internsip Dokter dan Dokter Gigi
Internsip adalah proses pemantapan mutu profesi dokter dan dokter gigi
untuk menerapkan kompetensi yang diperoleh selama pendidikan, secara

186
LAPORAN TAHUNAN TAHUN 2018 EDISI 2019

terintegrasi, komprehensif, mandiri, serta menggunakan pendekatan kedokteran


keluarga, dalam rangka pemahiran dan penyelarasan antara hasil pendidikan
dengan praktik di lapangan. Surat lzin Praktik Internsip yang selanjutnya
disebut SIP Internsip adalah bukti tertulis yang diberikan Pemerintah Daerah
kepada dokter atau dokter gigi yang akan menjalankan praktik kedokteran
selama Internsip setelah memiliki STR Internsip. SIP Internsip hanya berlaku
selama melaksanakan program Internsip.
7.5.3.2 Jaminan Kesehatan
a. Kepesertaan
Peserta Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) meliputi Penerima Bantuan
Iuran (PBI) dan bukan PBI JKN dengan rincian sebagai berikut Peserta PBI
Jaminan Kesehatan meliputi orang yang tergolong fakir miskin dan orang tidak
mampu dan Peserta bukan PBI adalah Peserta yang tidak tergolong fakir
miskin.
Peserta Program Jaminan Kesehatan Kota Padang yang terdaftar pada
Pemberi Pelayanan Kesehatan Tingkat Pertama, setiap bulan ditetapkan dengan
Keputusan Kepala BPJS Kesehatan Cabang Padang, yang mana jumlah
pesertanya meningkat setiap bulan. Kepesertaan Jaminan Kesehatan Nasional
Kota Padang terdiri dari Peserta Jaminan Kesehatan Sumbar Sakato/Jamkesda,
Jamkesmas, ASN, TNI/POLRI, Pegawai Swasta, Pekerja Penerima Upah
(PPU), Pekerja Bukan penerima Upah (PBPU)/Mandiri dan Bukan Pekerja
(BP).
Adapun jumlah peserta JKN penduduk Kota Padang yang terdaftar di
BPJS Kesehatan sebagai berikut :

187
LAPORAN TAHUNAN TAHUN 2018 EDISI 2019

Tabel 7.31
Jumlah Kepesertaan JKN Kota Padang Perbulan Tahun 2018
Jumlah Peserta Non PBI Jumlah Peserta PBI
Bulan Total
PPU PBPU BP Jumlah APBD Panti APBN Jumlah
Januari 411.166 77.093 150 200.942 278.185 689.351
Susulan
4.024 4.024
Desember
Februari 406.061 77.064 150 200.954 278.168 684.229
Susulan
3.841 3.841
Januari
Maret 258.722 110.657 39.674 409.053 77.115 150 201.103 278.368 687.421
Susulan
465 3.122 14 3.601 215 215 3.816
Februari 1
April 264.657 113.596 39.770 418.023 77.091 150 200.992 278.233 696.256
Susulan
4.069 2.868 31 6.968 6.968
Maret
Mei 265.116 112.358 39.620 417.094 77.062 150 200.935 278.147 695.241
Susulan April 3.239 3.239
Susulan
232 232
Februari 2
Juni 269.151 126.797 39.687 435.635 77.103 150 200.977 278.230 713.865
Susulan Mei 2.850 2.850
Susulan
41 41
Februari 3
Juli 402.447 77.077 150 201.011 278.238 680.685
Susulan Juni 2.144 2.144
Agustus
269.745 117.397 39.813 426.955 77.071 150 200.803 278.024 704.979
Susulan Juli 2.662 2.662
September 267,448 116.865 39.783 424.096 77.073 150 200.688 277.911 702.007
Susulan
3.286 5 3.291
Agustus
Oktober 269.149 117.201 39.766 426.116 77.063 131 200.320 277.599 703.715
Susulan
2.628 182 2.810
September
November 268.701 119.252 40.000 427.953 77.102 131 199.844 277.077 705.030
Susulan
2.653 286 2.939
Oktober
Desember 270.606 118.841 40.028 429.475 77.104 131 201.419 278.654 708.129
Susulan
0 111 111
Oktober 2
Susulan
2.435 3.308 5.743
November

Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa jumlah Peserta JKN yang terdaftar di
BPJS Kesehatan naik turun setiap bulannya, hal ini disebabkan karena adanya
peserta mandiri yang menunggak langsung di non aktifkan, jika peserta

188
LAPORAN TAHUNAN TAHUN 2018 EDISI 2019

tersebut membayarkan tunggakan maka kartu JKN peserta tersebut langsung


aktif. Awal Januari jumlah peserta JKN 693.375 jiwa dan pada bulan
Desember menjadi 713.983 jiwa.
Peserta JKN yang terdaftar di Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama (FKTP)
Milik Pemerintah di Lingkungan Dinas Kesehatan Kota Padang setiap
bulannya dapat dilihat pada grafik berikut ini:
Grafik 7.63
Jumlah Kepesertaan Jaminan Kesehatan Nasional
Dinas Kesehatan Kota Padang Tahun 2018

415000
412.447 409.722
410000406.370 406.388 407.495 406.976
405.738
405000 407.675 407.611 406.516
400.707
405.789
400000

395000

390000

Berdasarkan grafik di atas dapat dilihat bahwa jumlah peserta Jaminan


Kesehatan Nasional yang terdaftar di FKTP Milik Pemerintah (Puskesmas)
setiap bulan tidak sama, kadang-kadang mengalami kenaikan dan kadang
mengalami penurunan (tidak stabil)
b. Kunjungan Peserta JKN
Jumlah kunjungan dan rujukan peserta Jaminan Kesehatan Nasional (JKN)
berdasarkan gender perbulan se Kota Padang dapat dilihat pada tabel berikut :

189
LAPORAN TAHUNAN TAHUN 2018 EDISI 2019

Tabel 7.32
Jumlah Kunjungan dan Rujukan Peserta JKN
Berdasarkan Jenis Kelamin Se Kota Padang tahun 2018

Kunjungan Rujukan Rujukan


Bulan
L P Jumlah L P Jumlah %
Januari 16.081 26.856 42.937 2.762 4.582 7.344 17.10
Februari 14.207 22.881 37.088 2.548 3.753 6.301 16.98
Maret 14.421 24.580 39.001 2.590 4.182 6.772 17.36
April 15.584 27.162 42.746 3.268 4.734 8.002 18.71
Mei 16.900 27.762 44.662 5.264 6.601 11.865 26.56
Juni 11.821 20.021 31.842 2.780 3.839 6.619 20.78
Juli 16.931 28.456 45.387 4.289 6.276 10.565 23.27
Agustus 16.949 27.849 44.798 4.895 6.623 11.518 25.71
September 17.240 26.881 44.121 4.605 6.385 10.990 24.90
Oktober 18.441 30.452 48.893 4.645 6.446 11.091 22.68
November 17.498 29.010 46.508 4.775 6.397 11.172 24.02
Desember 17.647 28.920 46.567 4.919 6.579 11.498 24.69

JUMLAH 193.720 320.830 514.550 47.340 66.397 113.737 22.10

Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa jumlah kunjungan peserta


JKN perempuan 320.830 lebih banyak dibanding kunjungan peserta laki laki
yaitu 193.720. Jika dibandingkan dengan tahun 2017 ada peningkatan
kunjungan di tahun 2018 ini, dimana kunjungan pada tahun 2017 untuk peserta
perempuan 292.139 dan kunjungan peserta laki-laki yaitu 179.310 kali. Untuk
rujukan di tahun 2018 tetap peserta perempuan lebih banyak (66.397) jika
dibandingkan dengan peserta laki laki (47.340). Rujukan ditahun 2018 lebih
tinggi dbanding tahun 2017, yaitu rujukan peserta perempuan (45.910) rujukan
peserta laki-laki (28.984) kali. Sementara itu persentase rujukan spesialistik
sebanyak 22.10 % meningkat dari tahun 2017 yaitu 15.89 %. Kunjungan
peserta JKN tahun 2018 ke Puskesmas sebagai berikut :

190
LAPORAN TAHUNAN TAHUN 2018 EDISI 2019

Grafik 7.64
Kunjungan Peserta JKN Per Puskesmas
Di Kota Padang Tahun 2018
60000
46.483
50.048
30.007 35.549
4000029.734
25.338 23.475 22.618 23.435
17.101 21.768 25.205
20000 13.073 16.339 17.559 12.492
17.645
21.508 12.927 7.963
17.714 16.509 10.060
0
Padang…

Pemanc…
Rawang…

Dadok…
Ulak…

Seb.…

Lb.…
Pegambi…

Lb.…
Lapai
Air Tawar
Alai

Ambacang
Lb. Buaya

Kuranji

Bungus
Belimbing

Pauh
Air Dingin
Nanggalo

Ikur Koto
Andalas

Anak Air
Grafik diatas menggambarkan kunjungan peserta JKN per Puskesmas,
dimana urutan teratas adalah Puskesmas Andalas 50.048 kunjungan, disusul
Puskesmas Lubuk Buaya 46.483 kunjungan dan Puskesmas Pauh 35.549
kunjungan. Tingginya kunjungan di 3 (tiga) Puskesmas tersebut sangat
berpengaruh terhadap besarnya jumlah kapitasi yang ada di masing-masing
Puskesmas. Jika dibandingkan dengan tahun 2017, kunjungan tertinggi
Puskesmas Lubuk Buaya, Andalas dan Pauh mengalami sedikit peningkatan
kunjungan.
c. Rujukan Peserta JKN
Jumlah rujukan peserta Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) pada
Puskesmas se Kota Padang tahun 2018 dapat dilihat pada grafik berikut ini :
Grafik 7.65
Rujukan Peserta JKN Per Puskesmas
Dinas Kesehatan Kota Padang tahun 2018

191
LAPORAN TAHUNAN TAHUN 2018 EDISI 2019

15000
11.506
9.043
10000 9.711
5.828 5.348 6.147
4.702 5.158 4.653 5.001 5.119
5000 4.871 2.835 6.455 3.175 2.232
2.502 4.635 5.025
2.791 3.755 1.920 1.415
0 Ulak…

Lb.…
Pegambir…

Lb.…
Seb.…
Pemancu…
Padang…

Rawang…

Dadok…
Air Tawar

Lapai
Kuranji

Ambacang
Pauh
Lb. Buaya

Belimbing

Bungus

Ikur Koto
Alai

Andalas

Air Dingin
Nanggalo

Anak Air
Pada tahun 2018 ini, Puskesmas yang terbanyak memberikan rujukan pada
peserta JKN adalah Puskesmas Andalas sebanyak 11.506 rujukan, meningkat
dibanding tahun 2017 sebanyk 7.529 rujukan dan disusul oleh Puskesmas
Lubuk Buaya 9.711 rujukan, meningkat juga dibanding tahun 2017 sebanyak
7.088 rujukan dan Puskesmas Padang Pasir sebanyak 9.043 rujukan.
Untuk kunjungan dan rujukan masyarakat miskin perbulan di Kota Padang
dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 7.33
Kunjungan dan Rujukan Jaminan Kesehatan Nasional
Masyarakat Miskin Sekota Padang Tahun 2018

Kunjungan Rujukan
Rujukan
Bulan PBI PBI PBI PBI
Jumlah Jumlah (%)
APBN APBD APBN APBD
Januari 15.312 7.189 22.501 1.765 1.147 2.912 12.94
Februari 13.138 6.370 19.508 1.725 854 2.579 13.22
Maret 13.368 6.746 20.114 1.834 905 2.739 13.62
April 14.699 7.626 22.325 2.183 1.216 3.399 15.23
Mei 15.183 7.419 22.602 3.108 1.523 4.631 20.49
Juni 10.470 5.073 15.543 1.720 816 2.536 16.32
Juli 15.928 7.629 23.557 2.934 1.416 4.350 18.47
Agustus 14.999 7.660 22.659 3.216 1.564 4.780 21.10
September 14.604 8.420 23.024 3.314 1.407 4.721 20.50
Oktober 16.570 8.391 24.961 3.041 1.528 4.569 18.30
November 15.813 7.837 23.650 3.214 1.630 4.844 20.48
Desember 15.685 7.951 23.636 3.117 1.735 4.852 20.53
Jumlah 175.769 88.311 264.080 31.171 15.741 46.912 17.76

Jika dilihat dari tabel di atas, kunjungan masyarakat miskin terbanyak pada
bulan Oktober 2018 dan untuk rujukan terbanyak pada bulan Agustus 2018.
Untuk total kunjungan masyarakat miskin Kota Padang tahun 2018 sebanyak

192
LAPORAN TAHUNAN TAHUN 2018 EDISI 2019

264.080 kunjungan dan total rujukannya sebanyak 46.912 rujukan. Persentase


kunjungan dibanding rujukan masyarakat miskin di tahun 2018 adalah
17.76%.
d. Sepuluh Penyakit Terbanyak Kunjungan
Rekapitulasi sepuluh penyakit terbanyak kunjungan pada Puskesmas se
Kota Padang tahun 2018 dapat dilihat pada grafik berikut ini :

Grafik 7.66
Sepuluh Penyakit Terbanyak Kunjungan Peserta JKN
Puskesmas se Kota Padang Tahun 2018

7563 6253 5666 4366 4140 Acute upper respiratory


7883 infection, unspecified
48110
Essential (primary)
hypertension
Dyspepsia
13394
37485 Acute nasopharingitis
(commond cold)
11756 Non insulin dependent
diabetes mellitus without
complications

Berdasarkan grafik di atas dapat diketahui bahwa penyakit yang paling


banyak pada kunjungan peserta JKN Puskesmas se-Kota Padang adalah Acute
upper respiratory infection, unspecified sebanyak 48.110 kasus, turun jika
dibanding tahun 2017 yaitu sebanyak 58.136 kasus, penyakit terbanyak ke dua
adalah Essential (primary) Hypertensi sebanyak 37.485 kasus, ada penurunan
dibanding tahun 2017 yaitu sebanyak 36.857 kasus dan terbanyak ketiga adalah
Dyspepsia sebanyak 13.394 kasus.
e. Sepuluh Rujukan Terbanyak Rujukan
Rekapitulasi sepuluh penyakit terbanyak rujukan pada Puskesmas se -Kota
Padang tahun 2018 dapat dilihat pada grafik berikut ini :
Grafik 7.67
Sepuluh Penyakit Terbanyak Rujukan Peserta JKN
Puskesmas se-Kota Padang Tahun 2018

193
LAPORAN TAHUNAN TAHUN 2018 EDISI 2019

1206 11311033 929 Disorder of refraction


1142 5066 Presbyopia

Myopia

3791 Atherosclerotic heart disease


1537
Hypertensive heart disease
3546
without congestive heart failure
Senile Cataract
1327

Berdasarkan grafik di atas dapat diketahui bahwa penyakit yang paling


banyak di rujuk pada Puskesmas se Kota Padang tahun 2018 adalah disorders
of refraction yaitu 5.066 kasus, jika dibanding tahun 2017 ada peningkatan
kasus yaitu 10.842 kasus
f. Kunjungan Baru Masyarakat Miskin
Jumlah masyarakat miskin yang menggunakan kartu (PBI APBD dan PBI
APBN) yang berkunjung ke Puskesmas pada tahun 2018 dapat dilihat pada
tabel berikut:
Tabel 7.34
Kunjungan Peserta Baru PBI APBD dan
PBI APBN Puskesmas se-Kota Padan Tahun 2018
Kunjungan Baru
No Puskesmas PBI APBN PBI APBD Total
L P Jumlah L P Jumlah
1 Padang Pasir 96 76 172 21 43 64 236
2 Ulak Karang 402 548 950 86 292 378 1.328
3 Alai 29 35 64 20 26 46 110
4 Air Tawar 81 88 169 55 65 120 289
5 Seb. Padang 1.313 3.160 4.473 565 1.138 1.703 6.176
6 Pemancungan 400 850 1.250 222 296 518 1.768
7 Rawang Barat 269 489 758 100 184 284 1.042
8 Lb. Begalung 74 90 164 68 63 131 295
9 Pegambiran 482 561 1.043 239 217 456 1.499
10 Andalas 1.137 1.485 2.622 883 1.166 2.049 4.671
11 Lubuk Buaya 248 304 552 126 146 272 824
12 Air Dingin 1.037 1.662 2.699 371 558 929 3.628
13 Nanggalo 1.137 2.492 3.629 548 1.042 1.590 5.219
14 Lapai 61 71 132 32 40 72 204
15 Kuranji 30 58 88 18 41 59 147
16 Belimbing 671 958 1.629 256 294 550 2.179
17 Ambacang 132 155 287 127 126 253 540
18 Pauh 636 859 1.495 412 476 888 2.383

194
LAPORAN TAHUNAN TAHUN 2018 EDISI 2019

19 Bungus 1.596 2.793 4.389 488 1.054 1.542 5.931


20 Lb. Kilangan 52 222 274 35 112 147 421
21 Anak Air 366 573 939 106 119 225 1.164
22 Ikur Koto 85 97 182 94 93 187 369
23 Dadok Tg. Hitam 276 531 807 297 474 771 1.578
Total 10.610 18.157 28.767 5.169 8.065 13.234

Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa kunjungan peserta baru PBI
APBN paling banyak pada Puskesmas Seberang Padang yaitu sebanyak 4.473
orang dan kunjungan baru PBI APBD paling banyak juga pada Puskesmas
Andalas yaitu sebanyak 2.049 orang.
7.5.4 Seksi Sarana dan Alat Kesehatan
Pelaksanaan kegiatan pada seksi Sarana dan Alat Kesehatan Tahun 2018
didukung oleh APBD Kota Padang Tahun 2018 dan APBN Kementerian
Kesehatan (DAK) Tahun 2018. Adapun pencapaian program pada seksi Sarana
dan Alat Kesehatan yang bersumber APBD Kota Padang dan bersumber DAK
tahun 2018 adalah sebagai berikut :
Tabel 7.35
Realisasi Kegiatan Berdasarkan Pembiayaan Bersumber APBD dan
DAK pada Dinas Kesehatan Kota Padang Tahun 2018
Total Nilai Aset Realisasi Sumber
No Kegiatan APBD Kota (Rp) Fisik % Dana
1 Pembangunan
1. Pembangunan Puskesmas Pegambiran 1.975.561.000,- 100 APBD
2. Pembangunan Puskesmas Andalas 1. 234.827.000,- 100 APBD
3. Pembangunan Puskesmas Lapai 1.282.909.000,- 100 APBD
4. Pembangunan Puskesmas Anak Air 98.729.000,- 100 APBD
5. Pembangunan Pustu Kalumbuk 245.823.000,- 100 APBD
6.Pembangunan Ruangan Pelayanan DBH CHT 216.040.000,- 100 APBD
7.Pembangunan Pematangan Lahan untuk 978.736.000.- 100 APBD
Pembangunan Puskesmas Lolong Belanti

2 Rehabilitasi Puskesmas
1. Rehabilitasi Puskesmas Pauh 2.339.869.000.- 100 DAK
2. Rehabilitasi Puskesmas Nanggalo 192.864.000.- 100 APBD
3. Puskesmas Padang Pasir 197.772.000,- 100 APBD
4. Rehabilitasi Puskesmas Seberang Padang 208.530.000,- 100 APBD
5. Rehabilitasi Pustu Koto Baru Bungus 190.303.000.- 100 APBD
6. Rehabilitasi Pustu Koto Gadang Bungus 194.054.000,- 100 APBD
7. Rehabilitasi Pustu Piai 192.931.000,- 100 APBD
8. Rehabilitasi Pustu Limau Manis Selatan 193.888.000,- 100 APBD
9. Rehabilitasi Pustu Nipah 174.607.000,- 100 APBD
10. Rehabilitasi Poskeskel Sungai Sapih 189.971.000.- 100 APBD
11. Rehabilitasi Poskeskel Sungai Lareh 124.841.000,- 100 APBD
12. Rehabilitasi Poskeskel Bukit Gado-gado 218.331.000.- 100 APBD

3 Rehabilitasi Rumah Dinas

195
LAPORAN TAHUNAN TAHUN 2018 EDISI 2019

1. Puskesmas Pegambiran 242.297.000,- 100 APBD

4 Pengadaan Sarana dan Prasarana


1.Pengadaan Instalasi Pengolahan Air 1.714.434.110 100. DAK
Limbah(IPAL): 3 unit ( Pkm Pegambiran,
Pemancungan dan Kuranji)
2.Pengadaan Puskesmas Keliling : 3 unit (PKM 1.302.299.400,- 100 DAK
Pemancungan, Kuranji, Air Tawar dan Alai)
3.Pengadaan sarana transportasi roda 2 35.050.000.- 100 DAK
4. Pengadaan sarana pendukung IFK 4.033.000 100
5. Pengadaan sarana Alat Kesehatan 825.252.750 100 DAK
6. Pengadaan sarana Alat Kesehatan 215.684.126 100 APBD
7. Pengadaan sarana Transportasi 119 685.050.000,- 100 APBD
8. Pengadaan sarana Transportasi Mobil 941.250.000,- 100 APBD
Operasional
9.Pengadaan Obat dan Vaksin 3.617.522.819 100 DAK
BAB VIII
MASALAH DAN UPAYA YANG DILAKUKAN

1.1 Sekretariat
1.1.1 Sub Bagian Umum
1.1.1.1 Masalah
a. Masih ada PNS yang membuat usulan DUPAK persemester/sesuai dengan
aturan sehingga ada berkas kenaikan pangkat ASN DKK Padang yang
tidak bisa diproses dan dikembalikan oleh BKPSDM Kota Padang
b. Masih belum tepat waktunya pegawai membuat dan memasukkan
realisasi SKP per bulan
c. Masih adanya PNS di lingkungan DKK Padang yang belum memahami
nama jabatan nya sesuai dengan Permenpan nomor 25 tahun 2016
d. Masih ada PNS yang terlambat dalam memberikan berkas untuk pensiun
sesuai dengan BUP
e. Tidak semua jabfung yang ada di DKK Padang ada tim penilai jabfungnya
karena jumlah PNS dengan jabfung tersebut kurang
f. Adanya kekurangan anggaran untuk pelaksanaan service sehingga
terkendala dalam pelaksanaan service kendaraan dan keterlambatan dalam
menaikkan SPJ
1.1.1.2 Upaya yang Dilakukan

196
LAPORAN TAHUNAN TAHUN 2018 EDISI 2019

a. Pemberitahuan kembali dan penegasan ulang kepada seluruh ASN yang


naik pangkat dengan angka kredit bahwa untuk kenaikan pangkat harus
membuat PAK sesuai dengan Kepmenkes RI Nomor :
153/Menkes/SK/III/2006 bahwa masa penilaian angka kredit dilaksanakan
2 kali dalam setahun ( persemester )
b. Mengingatkan agar seluruh PNS agar memasukkan PAK nya sesuai
dengan ketentuan tersebut diatas yaitu Januari – Juni dan Juli – Desember
setiap tahun nya
c. Upaya-upaya pemecahan masalah yang timbul dalam pelaksanaan
kegiatan diupayakan untuk melaksanakan koordinasi terlebih dahulu
dengan SKPD terkait dengan kegiatan terutama dengan BKPSDM
d. Pengambilan keputusan atas permasalahan atau jalan keluarnya didasarkan
pada peraturan perundang-undangan yang berlaku
e. Mengingatkan tim penilai agar melakukan penilaian terhadap DUPAK

segera ketika pemangku jabatan fungsional kesehatan mengajukan

penilaian DUPAKnya karena tugas utama tim penilai adalah melakukan

penilaian dan verifikasi terhadap DUPAK yang diajukan.

f. Terhadap PNS yang kenaikan pangkatnya tidak bisa diproses karena

merapel PAK, menyarankan agar mengusulkan kembali pada tahun ketika

PAK persemester nya sudah lengkap.

g. Penegasan pada seluruh ASN untuk segera membuat SKP masing –

masing dan entri realisasi kegiatan SKP per bulan tepat waktu karena akan

berkaitan dengan penilaian dan tunjangan kinerja.

h. Peningkatan pembinaan dan sosialisasi pada ASN dilingkungan DKK dan

Puskesmas terkait nama jabatan fungsional yang sesuai dengan

Permenpan nomor 25 tahun 2016.

197
LAPORAN TAHUNAN TAHUN 2018 EDISI 2019

i. Menyurati PNS yang sudah memasuki BUP agar segera memasuki berkas

pensiun agar proses pensiun yang bersangkutan bisa diproses tepat waktu.

j. Bagi jabfung yang tidak ada tim penilainya di DKK terutama jabfung

Epidemiologi, melakukan kerjasama dengan kota lain yang mempunyai

tim penilai jabfung epidemiologi yaitu Kota Payakumbuh.

k. Mengupayakan penyelesaian pertanggungjawaban anggaran dapat selesai


tepat waktu dan aspek akuntabilitas diperhatikan sehingga tidak timbul
permasalahan dikemudian hari.

1.1.2 Sub Bagian Keuangan


1.1.2.1 Masalah
a. Masih ada SPJ yang diajukan belum sesuai dengan perencanaan triwulan
yang ada di POA
b. Masih ditemukan penumpukan SPJ diakhir tahun
c. Pembuatan Kwitansi masih terdapat kesalahan penulisan
1.1.2.2 Upaya yang Dilakukan
a. Diharapkan kepada pemegang Program maupun Puskesmas agar
memasukan SPJ sesuai triwulan sehingga pada akhir tahun SPJ tidak
menumpuk
b. Sebelum memasukan SPJ agar diperiksa dengan telilti sehingga tidak ada
lagi kesalahan dalam pembuatan kode rekening, tanggal, penulisan uang
dan lain sebagainya dalam kwitansi
1.1.3 Sub Bagian Program
1.1.3.1 Masalah
a. Masih ada beberapa bidang memasukkan data komdat tidak sesuai dengan
waktu yang telah ditetapkan yaitu sebelum tanggal 10 setiap bulannya
b. Tidak tepat waktunya bidang memasukkan laporan tahunan dan profil
kesehatan
c. Tidak sinkronnya data profil Puskesmas dan data pada seksi

198
LAPORAN TAHUNAN TAHUN 2018 EDISI 2019

1.1.3.2 Upaya yang Dilakukan


a. Menetapkan komitmen waktu penyerahan data, laporan tahunan dan profil
kesehatan dengan kasi dilingkungan DKK
b. Data yang diberikan oleh Puskesmas ke seksi harus lengkap dan tepat
waktu
b. Melakukan monitoring dan evaluasi program dengan masing- masing
program pada masing- masing bidang
1.2 Bidang Kesehatan Masyarakat
1.2.1 Seksi Kesehatan Keluarga dan Gizi
1.2.1.1 Masalah
a. Perkembangan berat badan balita gizi buruk yang diberikan PMT
Pemulihan tidak terpantau secara maksimal karena ibu balita tidak rutin
menjemput ke Puskesmas sesuai jadwal yang telah disepakati
b. Ketidaksinambungan pelaksanaan Pos Gizi karena keterbatasan dana
c. Rendahnya partisipasi masyarakat untuk datang ke posyandu dalam
penimbangan bulanan
d. Cakupan ASI Eksklusif masih di bawah target dan hanya beberapa
Puskesmas yang belum membentuk kelompok pendukung ASI (KP-ASI)
e. Masih ditemukan garam berlabel mengandung yodium, tetapi setelah diuji
ternyata tidak mengandung yodium
f. Cakupan Vitamin A masih dibawah target yang ditetapkan
g. Cakupan pelayanan lansia rendah disebabkan karena menurunnya
partisipasi lansia ke posyandu lansia dengan alasan mereka tidak
mendapatkan pengobatan di posyandu lansia
h. Belum maksimalnya pelaksanaan ANC yang berkualitas karena pelayanan
ANC belum dilakukan secara terpadu dan terintegrasi di semua fasilitas
kesehatan serta belum maksimalnya pelayanan Ibu hamil, bersalin dan
nifas ditempat rujukan
i. Kurang maksimalnya supervisi fasilitatif yang dilakukan oleh tenaga
kesehatan terhadap pelayanan kesehatan ibu - anak serta pemantauan
sarana prasarana yang ada di Puskesmas, Pustu, Poskeskel dan BPM

199
LAPORAN TAHUNAN TAHUN 2018 EDISI 2019

j. Belum terdokumentasinya pelayanan kesehatan ibu dan anak, kasus


komplikasi di fasilitas kesehatan seperti kohor dan buku KIA
k. Tingkat kepatuhan petugas yang masih rendah terhadap penerapan SOP di
fasilitas kesehatan
l. Kurangnya kerja sama dan dukungan lintas program dan lintas sektor
dalam pelayanan KIA dan KB
m. Tenaga kesehatan belum maksimal dalam menggunakan MTBM sehingga
masalah yang ada pada bayi baru lahir (neonatus) tidak terdeteksi dengan
baik
n. Masih adanya tenaga kesehatan yang belum mengetahui dan memahami
definisi operasional pelayanan kesehatan
o. Belum terlaksananya penatalaksanaan kegawatdaruratan bayi baru lahir,
P4K, serta Sistem rujukan maternal dan neonatal dengan baik
p. Masih rendahnya pencairan dana jampersal disebabkan belum
maksimalnya pemanfaatan RTK bagi masyarakat
q. Capaian pelayanan kesehatan anak sekolah yang belum mencapai target
disebabkan karena kurangnya pemahaman sekolah tentang pelaksanaan
skrining sehingga kegiatan skrining dianggap mengganggu kegiatan
belajar mengajar
r. Tim AMP yang belum ada di tingkat Puskesmas dan Kegiatan AMP yang
hanya bisa dianggarkan 1 kali di DPA karena seharusnya kegiatan AMP
dilaksanakan 1 kali/triwulan (4x/tahun)
1.2.1.2 Upaya yang Dilakukan
a. Petugas gizi ataupun petugas lain mengantarkan PMT Pemulihan langsung
ke rumah sasaran, untuk pemantauan berat badan dan kenaikan LILA
selalu diberikan edukasi kepada ibu untuk mau menjemput PMT ke
Puskesmas
b. Petugas kesehatan membuat proposal baik ke perusahaan yang ada di
wilayah kerja Puskesmas, bekerjasama dengan perguruan tinggi dan
PKPU Kota Padang.

200
LAPORAN TAHUNAN TAHUN 2018 EDISI 2019

c. Selalu memberikan edukasi kepada masyarakat, meningkatkan


keterampilan dan pengetahuan petugas maupun kader sebagai pelaksana
kegiatan posyandu
d. Mendorong petugas Puskesmas untuk segera membentuk KP-ASI
e. Memberikan edukasi kepada masyarakat dan pedagang agar selalu
menggunakan garam berlabel yodium
f. Mengkampanyekan bulan pendistribusian vitamin A yaitu bulan Februari
dan Agustus dan melakukan „Sweeping” pemberian Vitamin A
g. Melaksanakan pelayanan lansia terintegrasi antara lain bekerjasama
dengan Promkes, PTM, Laboratorium, Dr Gizi dan Jiwa
h. Membuat kegiatan dan melibatkan lansia dalam pelaksanaan kegiatan
(Pemberdayaan lansia)
i. Melaksanakan pelayanan kesehatan Ibu dan Anak untuk seluruh sasaran
sesuai standar masing-masing indikator.
j. Memaksimalkan pelayanan di Puskesmas PONED dan Rumah Sakit
Rujukan
k. Memaksimalkan superfisi fasilitatif dengan melibatkan tim di Puskesmas
dan Dinas Kesehatan Kota Padang
l. Pelayanan kesehatan Ibu dan Anak mengacu kepada SPM yang ada
melalui Kohor dan Buku KIA merupakan standar dokumentasi pelayanan
yang harus diisi lengkap.
m. Pembina posyandu, Bikor serta pembina wilayah bertanggung jawab
terhadap pemantauan wilayah setempat dengan dokumentasi lengkap
n. Petugas dan tenaga kesehatan yang memberikan pelayanan kesehatan Ibu
dan anak mengacu dan mematuhi standar pelayanan yang ada.
o. Meningkatkan kepedulian Lintas Sektor terhadap Program KIA melalui
pendekatan dan sosialisasi yang berkelanjutan.
p. Melaksanakan MTBM kepada seluruh bayi baru Lahir yang merupakan
standar yang harus dilaksanakan
q. Melaksanakan rujukan Ibu Hamil dan bayi resiko dan resiko tinggi sesuai
dengan jenjang rujukan

201
LAPORAN TAHUNAN TAHUN 2018 EDISI 2019

r. Meningkatkan penjaringan sasaran Kesehatan Ibu Hamil dan anak melalui


kunjungan rumah oleh pembina Posyandu / wilayah serta volunter
s. Meningkatkan kualitas Kelas Ibu Hamil dan Ibu Balita di wilayah kerja
masing- masing.
t. Bekerjasama dengan Lintas Sektor dan petugas PPKBD masing-masing
kecamatan untuk pendataan awal peserta KB aktif.
u. Melaksanakan komitmen kesepakatan antara Dinas Kesehatan Kota
Padang dengan Rumah Sakit Rujukan dalam Penanganan Kasus
Kegawatdaruratan maternal dan Neonatal.
v. Melaksanakan Sosialisasi program Jampersal ke tokoh masyarakat dan
melaksanakan evaluasi pelaksanaan program
w. Meningkatkan kerja sama dengan Dinas Pendidikan dan Bagian Kesra
selaku Tim Pembina UKS Kota Padang dalam mensosialisakan pentingnya
kegiatan penjaringan kesehatan untuk peserta didik kelas satu kepada
sekolah
x. Mengarahkan puskesmas untuk membuat tim AMP dan menganggarkan
kegiatan AMP minimal 2x setahun di DPA Seksi Kesga dan Gizi Dinas
Kesehatan Kota Padang
1.2.2 Seksi Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat
1.2.2.1 Masalah
a. Kegiatan kelurahan siaga belum tergambar di Poskeskel, kegiatannya
masih lebih berorientasi kepada pelayanan kesehatan dasar atau kegiatan
dalam gedung
b. Pada umumnya forum kepengurusan kegiatan kelurahan siaga yang sudah
terbentuk belum berjalan sesuai yang diharapkan
c. Masih ada bangunan Poskeskel yang belum ditempati
d. Beberapa bidan Poskeskel (PTT) masih tugas rangkap di Poskeskel dan di
Puskesmas
e. Pada umumnya belum ada pendanaan dari pemerintah kelurahan untuk
kegiatan kelurahan siaga

202
LAPORAN TAHUNAN TAHUN 2018 EDISI 2019

f. Belum semua Puskesmas yang ada Pesantrennya membentuk Pos


Kesehatan Pesantren
g. Belum seluruh Puskesmas melaksanakan pembinaan terhadap SBH di
wilayah kerjanya
h. Masih kurangnya koordinasi antara Dinas Kesehatan dan Puskesmas
dengan pengurus kwarcab maupun kwartir tentang kegiatan SBH
i. Pelantikan atau pengurus SBH berdasarkan kecamatan belum ada
terbentuk baru satu kecamatan yaitu di puskesmas Lubuk Kilangan
j. Pendataan tentang jumlah KK yang mempunyai Toga belum optimal
k. Masih minimnya pemanfaatan Toga bagi rumah tangga
l. Cakupan D/S 68,10% dari target 85 %
m. Masih banyak Posyandu yang masih menumpang atau tempat yang tidak
representatif
n. Jumlah kader aktif dibeberapa posyandu masih kurang disebabkan
kurangnya reward terhadap kader posyandu
o. Persentasi beberapa indikator PHBS masih rendah yaitu tidak merokok di
dalam rumah dan pemberian ASI Eksklusif
p. Kurangnya anggaran untuk melakukan survey PHBS rumah tangga
q. PHBS masih terfokus pada PHBS rumah tangga sedangkan PHBS sekolah
belum berjalan dengan optimal
r. Penyuluhan langsung dalam gedung masih rendah atau belum mencapai
target
s. Penyuluhan keliling masih rendah atau belum mencapai target
t. Frekuensi penyuluhan terutama di luar gedung belum merata di setiap
puskesmas
u. Penyuluhan dalam gedung yang menggunakan media audio visual
(televisi) masih kurang
v. Masih kurangnya pengadaan media penyuluhan baik media cetak maupun
elektronik
w. Materi penyuluhan masih terpokus pada yang ada belum sesuai dengan
kondisi dan permasalahan di Puskesmas atau kasus surveilans

203
LAPORAN TAHUNAN TAHUN 2018 EDISI 2019

1.2.2.2 Upaya yang Dilakukan


a. Melakukan bimbingan teknis langsung ke petugas di Poskeskel
b. Mengadakan pertemuan dengan seluruh pengurus kelurahan siaga yang
ada bangunan Poskeskelnya yang terdiri dari : Lurah, LPM dan bidan
Poskeskel, serta membuat kesepakatan secara tertulis untuk mengaktifkan
forum keluraha siaga yang ditanda tangani oleh perwakilan dari Lurah,
LPM dan bidan yang ada bangunan poskeskelnya
c. Memberikan masukan kepada pimpinan Puskesmas agar bangunan
Poskeskel ditempati dan bidan penanggungjawab Poskeskel tidak
melakukan tugas rangkap, akan tetapi hanya bertugas di Poskeskel atau di
Kelurahan saja.
d. Memberikan masukan kepada Lurah agar membuat anggaran untuk
kegiatan kelurahan siaga
e. Perlu peningkatan advokasi dan motivasi terhadap penanggung jawab
Pesantren dan instansi terkait (Kemenag dan Dinas Pendidikan) oleh
Puskesmas dan Dinas Kesehatan Kota Padang dalam upaya pembentukan
Poskestren
f. Memberikan motivasi kepada petugas promosi kesehatan Puskesmas agar
melakukan pembinaan terhadap anggota pramuka (SBH) yang ada di
wilayah kerjanya
g. Perlu upaya untuk pembentukan pengurus SBH dari Dinas Kesehatan Kota
Padang
h. Meningkatkan koordinasi baik terhadap kwarcab maupun kwartir untuk
pembinaan SBH terhadap anggota pramuka yang ada di Kota Padang
i. Memberikan masukan serta arahan agar petugas Puskesmas melengkapi
data-data jumlah KK yang mempunyai Toga
j. Mengadakan sosialisasi tentang manfaat TOGA bagi kesehatan pada tahun
2018 serta melakukan pembinaan secara langsung ke kelurahan yang ada
TOGA percontohannya
k. Memotivasi petugas agar lebih pro aktif terhadap sasaran posyandu dengan
melakukan kunjungan rumah bersama kader dengan membuat kegiatan

204
LAPORAN TAHUNAN TAHUN 2018 EDISI 2019

inovatif di posyandu dan penekanan terhadap pelaksanaan kegiatan DDTK


serta memberikan penyuluhan di Posyandu setiap bulan
l. Puskesmas mengusulkan melalui Musrembang kelurahan atau kecamatan
agar menyediakan tempat yang representatif untuk kegiatan Posyandu
m. Mengusulkan melalui instansi terkait agar diajukannya anggaran untuk
pemberian reward kader posyandu setiap bulan serta melalui Puskesmas
agar memberikan reward kader pada anggaran BOK Puskesmas
n. Mengupayakan pelaksanaan pembinaan ke posyandu oleh tim dari Dinas
Kesehatan Kota Padang
o. Meningkatkan sosialisasi tentang PHBS baik terhadap lintas program
maupun lintas sektor
p. Meningkatkan penyuluhan terhadap rumah tangga tentang indikator PHBS
yang masih bermasalah, melalui penyuluhan individu maupun kelompok
serta menyebarluaskan leaflet-leaflet yang berhubungan dengan indikator
PHBS yang masih rendah cakupannya
q. Mengupayakan pengalokasian dana untuk mengadakan survey PHBS
r. Mengoptimalkan kegiatan PHBS khususnya untuk PHBS anak sekolah
s. Memberikan motivasi serta pembinaan melalui koordinator Promkes
Puskesmas agar frekuensi penyuluhan langsung dalam gedung
ditingkatkan
t. Memberikan motivasi serta pembinaan melalui koordinator Promkes
Puskesmas agar frekuensi penyuluhan dalam gedung menggunakan media
televisi ditingkatkan
u. Memberikan motivasi serta pembinaan melalui koordinator Promkes
Puskesmas agar frekuensi penyuluhan keliling ditingkatkan
v. Menyarankan kepada kordinator promkes agar materi penyuluhan
disesuaikan dengan permasalahan kesehatan yang ada di tiap-tiap
puskesmas (materi fleksible)

1.2.3 Seksi Kesling, Kesehatan Kerja dan Olah Raga


1.2.3.1 Masalah

205
LAPORAN TAHUNAN TAHUN 2018 EDISI 2019

a. Masih rendahnya cakupan TPM/TTU yang memenuhi syarat kesehatan


yaitu 79% dari 92 % Target
b. Masyarakat yang akses dengan air bersih adalah 71,8 dari targetnya 95%
sedangkan kualitas air minum adalah 64,1% dari 100% yang ditargetkan
c. Persentase penduduk yang CTPS adalah 92, 47%. Belum mencapai target
yang ditetapkan sebanyak 95%
d. Penggunaan jamban sehat masih belum mencapai target yaitu 92,47% dari
target 95%.
e. Terdapat 20,9 % rumah belum memiliki SPAL yang memenuhi syarat
kesehatan
1.2.3.2 Upaya yang Dilakukan
a. Peningkatan pengawasan dan pembinaan ke TTU dan TPM oleh sanitarian
yang ada di Kota Padang dan meningkatkan kerjasama dengan lintas
sektor dan program
b. Peningkatan pengetahuan masyarakat tentang pentingnya air bersih yang
memenuhi syarat kesehatan yang dilaksanakan melalui pertemuan-
pertemuan serta melakukan peningkatan inspeksi kesehatan lingkungan
yang dilakukan oleh sanitarian Puskesmas
c. Melakukan penyuluhan PHBS kepada masyarakat dengan harapan
masyarakat mau untuk melaksanakan CTPS
d. Peningkatan pemicuan dan sosialisasi pada masyarakat dengan lintas
sektoral terkait untuk peningkatan penggunaan jamban keluarga yang
memenuhi syarat dan sosialisasi pola hidup yang higienis dan saniter /
PHBS kemasyarakat dengan meningkatkan akses masyarakat yang Buang
Air Besar di jamban sehat dan peningkatan stop BABS melalui kegiatan
MPA – PHAST dan pembangunan jamban sehat dengan tangki septic
e. Peningkatan pembinaan kepada masyarakat dan peningkatan kesadaran
masyarakat tentang pentingnya SPAL yang sehat

1.3 Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit


1.3.1 Seksi Surveilan dan Imunisasi

206
LAPORAN TAHUNAN TAHUN 2018 EDISI 2019

1.3.1.1 Masalah
a. Masih ada Puskesmas yang belum mencapai target untuk ketepatan dan
kelengkapan SKDR
b. Belum semua specimen Campak diambil darahnya, karena adanya
penolakan dari orang tua dan specimen yang dikirim belum semua
didapatkan hasilnya
c. Cakupan imunisasi untuk bayi, batita dan juga BIAS terhadap anak
sekolah belum tercapai, begitu juga untuk pencapaian kampanye massal
MR. Hal ini terjadi karena adanya isu halal/haram terhadap vaksin dan
adanya fatwa MUI bahwa untuk melakukan imunisasi harus ada
persetujuan orang tua serta ketakutan adanya efek samping imunisasi
d. Masih ada jemaah yang datang terlambat untuk melakukan pemeriksaan
kesehatan haji sehingga terlambat dilakukan vaksinasi meningitis dan
jemaah tertunda keberangkatannya
e. Jemaah haji masih banyak yang belum mengembalikan K3JHnya
1.3.1.2 Upaya yang Dilakukan
a. Komitmen petugas dalam ketepatan dan kelengkapan SKDR
b. Komitmen petugas dalam melakukan kegiatan surveilan Campak
sehingga specimennya semua dapat dikirimkan dan juga kordinasi dengan
pihak propinsi untuk mengetahui hasilnya
c. Meningkatkan kordinasi dengan lintas sektor dengan mengirimkan surat
edaran dan surat untuk mendukung kegiatan program imunisasi serta
pertemuan untuk kordinasi dan sosialisasi ke lintas sektor terkait terutama
dinas pendidikan dan kamenag
d. Melalukan evaluasi dan validasi data imunisasi serta melaksanakan
sweeping dan DOFU(Drop Out Follow Up) imunisasi oleh puskesmas
e. Melibatkan sektor swasta seperti rumah sakit dan klinik dalam membantu
kegiatan imunisasi
f. Mengoptimalkan pemakaian kartu imunisasi
g. Mengkolaborasikan kegiatan imunisasi dengan pelayanan vitamin A dan
kegiatan Puskesmas yang lainnya

207
LAPORAN TAHUNAN TAHUN 2018 EDISI 2019

h. Meningkatkan dukungan promosi kesehatan dan sektor terkait dalam


peningkatan cakupan imunisasi
i. Melakukan pertemuan sosialisasi serta kordinasi dan kesepakatan dengan
lintas sector terkait tentang prosedur pemeriksaan jemaah haji
j. Melakukan sosilisasi ke calon jemaah haji tentang pelaksanaan
pemeriksaan jemaah haji dan melakukan pembinaan jemaah haji yang mau
berangkat

1.3.2 Seksi Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular


1.3.2.1 Masalah
a. Belum semua pasien yang mengakses layanan DOTS Puskesmas dan
rumah sakit karena merasa malu dan takut diketahui orang menderita TB
Paru, sehingga ada yang menyembunyikan penyakitnya, dan juga ada yang
hanya datang berobat ke tempat bidan swasta
b. Angka keberhasilan TB Kota Padang baru 88,5% belum mencapai target
90% karena masih adanya yang putus minum obat atau drop out (DO) dan
juga ada yang meninggal
c. Penemuan kasus baru HIV di Kota Padang terus meningkat
d. Sulitnya melakukan pemeriksaan darah/tes HIV pada pasien Tb anak-anak
e. Petugas Puskesmas belum semua aktif menggunakan internet padahal laporan ke
kementerian kesehatan dilakukan online dengan batas waktu (tanggal 5 setiap
bulannya), sehingga masih ada data yang masuk lewat batas
f. Kota Padang daerah endemis DBD karena mobilisasi penduduk di Kota
Padang sangat tinggi baik dari dunia pendidikan maupun pariwisata
g. Kasus gigitan HPR di Kota Padang cukup tinggi, karena masih banyaknya
hewan penular rabies yang berkeliaran bebas di Kota Padang
h. Belum semua rumah sakit memahami tatalaksana kasus gigitan HPR,
sehingga ada rumah sakit merujuk pasien ke puskesmas yang dekat rumah
sakit, padahal seharusnya dirujuk ke wilayah tempat tinggalnya
i. Klinik dan BPS yang belum memahami tata laksana kasus sehingga
menjahit rapi luka gigitan, padahal prosedurnya jahit situasional

208
LAPORAN TAHUNAN TAHUN 2018 EDISI 2019

j. Perubahan target pneumonia sangat mempengaruhi capaian program


terutama untuk daerah yang jumlah penduduknya sedikit, karena untuk
kunjungan berobat ada sebagian yang dari luar wilayah kerja puskesmas
k. Belum semua ibu hamil yang datang ke layanan kesehatan melakukan tes
hepatitis
l. Untuk RSIA dan Rumah Sakit, penemuan hepatitis positif dilakukan
sebelum persalinan sehingga tidak bisa distock vaksinnya, sedangkan
seharusnya tes dilakukan pada awal kehamilan sehingga 2-4 minggu
sebelum persalinan sehingga vaksin sudah bisa di stock
m. Tidak semua orang yang tinggal dekat penderita malaria pada saat
dilakukan Penyelidikan Epidemiologi (PE) di lapangan berada di rumah
sehingga butuh waktu agak lama untuk pelaksanaannya
n. Puskesmas masih belum aktif dalam pemeriksaan malaria, sehingga data
yang ditemukan hanya pasien yang berkunjung ke rumah sakit
o. Penemuan kasus kusta tahun 2018 sebanyak 4 kasus
p. Belum semua Puskesmas mempunyai pojok oralit atau LROA (Layanan
Rehidrasi Oral Aktif)
q. Tidak semua petugas yang piket di BP memahami protap diare karena
sering berganti
1.3.2.2 Upaya yang Dilakukan
a. Pendekatan oleh petugas dan tokoh masyarakat kepada pasien dan
keluarga pasien TB
b. Melanjutkan MOU dengan klinik setempat tentang jejaring pengobatan TB
dan laporan dikirim melalui puskesmas yang memiliki wilayah kerja
c. Koordinasi dengan BPJS kesehatan agar pasien TB yang ditemukan di
rumah sakit dikembalikan pengobatannya ke puskesmas sehingga mudah
dipantau baik pasiennya maupun kontak erat yang berhubungan dengan
pasien, kecuali pasien TB dengan komplikasi penyakit yang butuh
penanganan oleh beberapa dokter
d. Melakukan pertemuan dengan rumah sakit dan klinik agar melakukan tes
HIV pada orang yang beresiko

209
LAPORAN TAHUNAN TAHUN 2018 EDISI 2019

e. Melakukan rapat dengan tim pokja TB HIV dengan sektor terkait untuk
pencegahan penularan serta membuat kesepakatan kalau pencegahan HIV
AIDS merupakan tugas dari semua sektor sesuai dengan kompetensinya
f. Untuk menjaring kasus dilakukan mobile VCT oleh petugas puskesmas
baik pada kelompok bumil dan kelompok beresiko. Mobile juga dilakukan
dengan kerjasama Dinas Kesehatan dan Pol PP, sehingga setiap razia Pol
PP melakukan kerjasama untuk tes HIV pada pasangan yang tertanggap
g. Tahun 2018 Puskesmas Bungus mendapat bimbingan program HIV dari
Yayasan Kasih Suwitno (YKS) khusus untuk layanan LSL dan kelompok
resiko, jika ada kendala maka tim dari YKS langsung turun melakukan
kunjungan ke lokasi binaan baik terhadap input data maupun analisa data
h. Membentuk bundo peduli jentik tingkat kelurahan dan tim serdadu jentik
di sekolah
i. Penyuluhan kepada masyarakat tentang tatalaksana kasus gigitan HPR dan
pencegahannya serta sosialisasi dengan petugas rumah sakit dan klinik
serta bidan swasta, karena pertolongan pertama masyarakat banyak yang
datang ke bidan atau klinik pratama
j. Koordinasi dengan dinas peternakan setempat baik tingkat kota maupun
tingkat kecamatan untuk pemberantasan hewan penular rabies
k. Sosialisasi dengan petugas puskesmas dan dokter umum tentang
tatalaksana pnemonia dan target Pnemonia yang baru
l. Sosialisasi deteksi dini hepatitis pada tenaga kesehatan baik dengan kepala
puskesmas, petugas P2M dan petugas KIA. Disamping itu Dinas
Kesehatan juga sudah menyediakan format pelaporan untuk kroscek data
ibu hamil yang dites dan memantau yang positif agar anaknya juga
dipantau sampai umur 9 bulan untuk di tes ulang lagi walaupun sudah
dapat vaksin HB 0 dan HbIg
m. Penyelidikan epidemiologi malaria oleh petugas puskesmas dengan
koordinator petugas dari Dinas Kesehatan. Setiap kasus malaria positif
maka dilakukan pemeriksaan kontak pada 25-30 orang yang tinggal
disekitar penderita termasuk anggota keluarganya

210
LAPORAN TAHUNAN TAHUN 2018 EDISI 2019

n. Peningkatan penjaringan kasus melalui petugas surveilan puskesmas


karena penyakit kusta biasanya kurang dimengerti oleh masyarakat serta
penyebaran informasi melalui pamflet atau selebaran lainnya di bagian
informasi puskesmas yang bisa dibaca oleh pengunjung yang datang ke
puskesmas
o. Petugas penanggung jawab program diare konfirmasi laporan yang dikirim
oleh puskesmas setiap bulan, jika ada yang tidak cocok maka segera
diperbaiki dan sosialisasi tentang penatalaksanaan kasus diare kepada
petugas
p. Peningkatan kapasitas petugas melalui workshop atau pelatihan juga
dilakukan baik oleh dinas kesehatan propinsi maupun tingkat kota melalui
pertemuan program
q. Setiap puskesmas atau rumah sakit yang mengalami kendala untuk
pelaporan online bisa dikonsultasikan di media komunikasi group atau
telepon
r. Meningkatkan kerjasama baik lintas program maupun lintas sektor, karena
masalah penyakit menular bukan saja selesai dengan pengobatan, namun
juga perlu diperhatikan lingkungan dan tempat tinggalnya
s. Dukungan Pemerintah Kota Padang dalam penanganan penyakit menular
dengan dikelurakannya Surat Keputusan Walikota Padang Tentang Pokja
TB dan HIV serta Peraturan Walikota Padang Nomor 36 Tahun 2017
Tentang Penanggulangan dan Pengendalian Tuberkulosis, Peraturan
Walikota Padang nomor 26 Tahun 2017 Tentang Pengendalian dan
Penanggulangan DBD

1.3.3 Seksi Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tidak Menular,


Kesehatan Jiwa, Narkotika, Psikosomatik, dan Zat Aditif
1.3.3.1 Masalah
a. Kurangnya tingkat pemahaman pengelola program terhadap definisi
operasional sehingga pencapaian SPM untuk Kota Padang masih jauh dari
target

211
LAPORAN TAHUNAN TAHUN 2018 EDISI 2019

b. Penyebaran tanggung jawab program di Puskesmas tidak merata, masih


ada petugas PTM dipuskesmas yang bertanggung jawab terhadap program
besar lebih dari satu serta sering bergantinya pengelola program PTM
setiap tahunnya di puskesmas
c. Kurang optimalnya kerjasama lintas program dan lintas sektor serta
dukungan masyarakat untuk kegiatan PTM
d. Perolehan anggaran di beberapa Puskesmas masih belum optimal
dimanfaatkan untuk kegiatan PTM sehingga berdampak besar terhadap
pencapaian SPM yang ada di program PTM
e. Kurang maksimalnya pelaksanaan kunjungan rumah dan penyuluhan
terhadap keluarga dan pasien dengan masalah kesehatan jiwa karena
kegiatan program jiwa di puskesmas masih terfokus pada pengobatan
pasien yang datang ke Puskesmas
f. Kurangnya pengetahuan petugas tentang napza terkait skrinning di
lapangan
g. Kurang maksimalnya petugas dalam pelaksanaan skrinning terkait kasus
pada kelompok beresiko
1.3.3.2 Upaya yang Dilakukan
a. Meningkatkan pemahaman petugas mengenai definisi operasional di
program PTM dengan cara mensosialisasikan kembali kepada pengelola
dan pimpinan puskesmas apa-apa saja program PTM yang ada di SPM
b. Pendekatan terhadap penentu kebijakan di Puskesmas agar meratakan
tanggung jawab pengelola program puskesmas dan tidak menggantinya
setiap tahun
c. Penguatan kerjasama lintas program dan lintas sektor serta dukungan
masyarakat dalam pelayanan kesehatan PTM
d. Meningkatkan kunjungan rumah dan penyuluhan yang berkualitas
terhadap keluarga dan pasien dengan masalah kesehatan jiwa oleh petugas
e. Meningkatkan pelaksanaan deteksi dini masalah kesehatan jiwa ke
masyarakat

212
LAPORAN TAHUNAN TAHUN 2018 EDISI 2019

f. Meningkatkan pengetahuan petugas tentang skrinning napza di lapangan


pada kelompok beresiko melalui workshop dan rapat evaluasi program
g. Meningkatkan kemampuan petugas untuk turun ke lapangan dengan
melakukan pembekalan terkait pelaksanaan skrinning napza sehari
sebelum dilakukan

1.4 Bidang Pelayanan Kesehatan


1.4.1 Seksi Pelayanan Kesehatan Primer dan Tradisional
1.4.1.1 Masalah
a. Belum semua puskesmas memahami dengan baik tentang Manajemen
Puskesmas. P1 – P2 – P3 belum dijadikan sebagai pedoman yang utuh
dalam pelaksanaan seluruh kegiatan puskesmas. Lokakarya mini
puskesmas belum dilaksanakan sesuai dengan ketentuan untuk sebahagian
puskesmas
b. Jumlah tenaga medis dokter umum masih kurang di beberapa puskesmas
c. Pelayanan kesehatan gigi di puskesmas lebih banyak kuratif daripada
promotif dan preventif
d. Program Perkesmas belum terlaksana secara maksimal. Target 1 perawat
2 KK binaan setiap bulannya belum tercapai, begitu juga dengan dokumen
asuhan keperawatan yang belum lengkap
e. Pemanfaatan Puskesmas Pembantu oleh masyarakat makin rendah terlihat
dari jumlah kunjungan yang makin berkurang di banding tahun
sebelumnya. Keterbatasan sarana dan prasarana di Puskesmas Pembantu
menyebabkan masyarakat kurang tertarik untuk memanfaatkan Pustu
f. Program Indonesia Sehat dengan Pendekatan Keluarga tidak terlaksana
sebagaimana mestinya. Target Total Coverage untuk pendataan awal
belum tercapai. Pemahaman program masih kurang pada petugas
kesehatan
g. Pemahaman dan penguasaan program petugas kesehatan masih belum
optimal sehingga pelaksanaan program tidak maksimal
1.4.1.2 Upaya yang Dilakukan

213
LAPORAN TAHUNAN TAHUN 2018 EDISI 2019

a. Puskesmas harus melakukan refreshing ilmu terkait program atau kegiatan


yang dilakukan, seperti materi manajemen Puskesmas, definisi operasional
berbagai program, target Standar Pelayanan Minimal dan lain-lain.
Diharapkan seluruh petugas mengikuti dan memahaminya
b. Meningkatkan pelayanan di puskesmas dan jaringannya
c. Melengkapi sarana prasarana di Puskesmas Pembantu dan meninjau
kembali regulasi yang ada terkait pelayanan di puskesmas pembantu
d. Pembagian tugas atau beban kerja yang proporsional dan
memberdayagunakan petugas puskesmas yang ada secara maksimal
e. Melaksanakan pembinaan ke puskesmas dengan lebih berkualitas

1.4.2 Seksi Pelayanan Kesehatan Rujukan


1.4.2.1 Masalah
a. Peserta yang diundang dalam pertemuan sosialisasi atau koordinasi tidak
sesuai dengan kualifikasi peserta yang diminta hadir
b. Pemberian rekomendasi izin rumah sakit dan penambahan layanan rumah
sakit tidak bisa diberikan sesuai dengan SOP yang sudah ditetapkan,
karena rumah sakit lama/kurang/tidak mampu memenuhi persyaratan
sesuai dengan Permenkes 56 tahun 2014 tentang Klasifikasi dan Perizinan
rumah sakit
c. Beberapa rumah sakit mengirim laporan belum sesuai dengan kesepakatan,
tapi mengirim laporan yang digabung beberapa bulan
1.4.2.2 Upaya yang Dilakukan
a. Memberi pesan kepada peserta untuk menyampaikan atau transfer ilmu
kepada tenaga yang seharusnya atau bertanggungjawab. Pada waktu
pembinaan langsung ke rumah sakit juga akan dievaluasi kembali
b. Menyampaikan hal-hal terkait persyaratan pemberian rekomendasi izin
mendirikan atau izin operasional rumah sakit kelas C dan D pada saat rapat
koordinasi dengan DPMPTSP dan menyurati DPMPTSP agar form
permohonan rekomendasi izin mendirikan atau izin operasional rumah

214
LAPORAN TAHUNAN TAHUN 2018 EDISI 2019

sakit disesuaikan dengan Permenkes RI No 56 tahun 2014 tentang


Kalasifikasi dan Perizinan Rumah Sakit
c. Terkait pemenuhan persyaratan sarana prasarana, peralatan, SDM dan
administrasi yang belum dipenuhi oleh pemilik usaha rumah sakit, maka
Dinas Kesehatan Kota Padang menyurati DPMPTSP yang ditembuskan ke
rumah sakit yang mengurus izin untuk segera melengkapi persyaratan
sesuai aturan, disamping itu juga berkomunikasi melalui telpon dan
whatsApp
d. Untuk pelaporan yang terlambat, Dinas Kesehatan selalu berkomunikasi
dengan rumah sakit melalui telpon atau whatsApp

1.4.3 Seksi Pelayanan Kesehatan dan Peningkatan Mutu


1.4.3.1 Masalah
a. Penyelenggaraan Manajemen Puskesmas belum terlaksana secara terpadu
dan maksimal dan pembinaan oleh DKK belum optimal
b. Penempatan tenaga di Puskesmas belum sesuai dengan kompetensi dan
kebutuhan serta sarana dan prasarana belum semuanya terpenuhi sesuai
dengan kebutuhan
c. Pemahaman Surveior Akreditasi tentang konsep penilaian akreditasi belum
seragam
d. Masih terdapat beberapa Klinik yang belum memberikan pelayanan sesuai
dengan standar pelayanan (seperti jadwal pelayanan yang belum terpajang,
Dokter Spesialis di Klinik Pratama)dan belum optimal dalam memenuhi
hak dan kewajiban pasien dalam pelayanan yang diberikan
e. Keterlambatan dokumen dan kelengkapan bahan penilaian Lomba
Puskesmas Berprestasi dan Tenaga Kesehatan Teladan (PKP, Dokumen
Lokmin) serta masih rendahnya minat Puskesmas dalam mengikuti
penilaian Puskesmas Berprestasi dan Tenaga Kesehatan Teladan

215
LAPORAN TAHUNAN TAHUN 2018 EDISI 2019

1.4.3.2 Upaya yang Dilakukan


a. Puskesmas diharapkan untuk lebih optimal dalam menerapkan Manajemen
Puskesmas dan pembinaan panagemen Puskesmas oleh DKK agar lebih
optimal
b. Puskesmas diharapkan untuk selalu melakukan Self Assesment (SA)
berdasarkan Permenkes RI No. 75 Tahun 2014 tentang Puskesmas dalam
pemenuhan ketenagaan serta sarana dan prasarana Puskesmas
c. Peningkatan mutu Tim Pendamping Akreditasi Puskesmas melalui
pelatihan, workshop dan seminar
d. Memberikan saran dan masukan (feed back) kepada pemilik dan pengelola
Klinik agar dapat memberikan pelayanan sesuai dengan standar pelayanan
berdasarakan kepada regulasi yang berlaku dan lebih optimal dalam
memberikan pelayanan untuk pemenuhan hak dan kewajiban pasien
e. Menghubungi Pimpinan Puskesmas agar dokumen penilaian Puskesmas
Berprestasi dan Tenaga Kesehatan Teladan dapat berjalan sesuai dengan
jadwal yang telah ditetapkan

1.5 Bidang Sumber Daya Kesehatan


Seksi Kefarmasian

1.5.1.1 Masalah
a. Masih ada ditemukan di sarana pelayanan kefarmasian, dimana pelayanan
tersebut dilakukan bukan oleh yang berwenang
b. Izin Operasioanl Apotek atau lazimnya disebut dengan Surat Izin Apotek
(SIA) sudah habis masa berlakunya sesuai dengan Permenkes No. 9 tahun
2017 tentang Apotek
c. Tidak ditemuakan tenaga kefarmasian (Apoteker atau TTK) di sarana
d. Faktur Pesanan Obat/Surat Pesanan (SP) sudah ditanda tangani oleh
Apoteker Penanggung Jawab Apotek (APA) dalam keadaan kosong dalam
jumlah banyak
e. Pendistribusian obat maupun obat Keras yang tidak jelas

216
LAPORAN TAHUNAN TAHUN 2018 EDISI 2019

f. Memperlakukan Apotek seperti Pedagang Besar Farmasi (PBF), sehingga


banyak tenaga kesehatan lainnya melakukan transaksi terhadap penjualan
obat
g. Belum semua apotek yang melakukan pelaporan penggunaan narkotika
dan psikotropika melalui SIPNAP
h. Tidak ditemukan APA di apotek atau TTK di Toko Obat
i. Masih ditemukan makanan dan minuman olahan rumah tangga yang
beredar di masyarakat yang belum memiliki izin edar (Sertifikat P-
IRT/SPP-IRT)
j. Masih ada makanan dan minuman yang izin edarnya belum menggunakan
15 digit atau masa berlakunya telah habis
k. Sarana dan prasarana P-IRT masih ditemukan yang belum higienis
l. Pekerja/karyawan P-IRT yang menggolah makanan dan minuman belum
menggunakan perlengkapan kerja
m. PJAS yang beredar di sekolah khusus Sekolah Dasar masih menggunakan
pemanis buatan yang melebihi takaran/dosis
n. Ditemukan makan olahan yang diduga menggandung daging B2 yang
penandaannya tidak ada
o. Masih ditemukan P-IRT yang berasal dari luar Kota Padang yang telah
habis masa berlakunya yang beredar di Kota Padang
p. Makanan dan minuman yang beredar masih ditemukan yang TMS
dikarenakan sudah ED, kemasannya rusak, dan basi
q. Masih ada kasus keracunan pangan (KLB) di Kota Padang
r. Ditemukan produk P-IRT yang pada labelnya mencantumkan klaim untuk
pengobatan penyakit
s. Ditemukan di pasar tradisional pangan olahan yang mengandung bahan
berbahaya yaitu Rhodamin B pada Kanji Dalimo
t. Ditemukan di beberapa sarana makanan dan minuman yang
didistribusikan/dijual di swalayan, minimarkert, toko makanan dan
minuman, parcel menjelang hari-hari besar agama (bulan Ramadhan, atau

217
LAPORAN TAHUNAN TAHUN 2018 EDISI 2019

selama bulan Ramadhan, menjelang Natalan serta tahun baru) masih


ditemukan makanan dan minuman yang TMS
u. Ditemukan beberapa jenis kosmetik yang beredar tanpa izin edar (TIE)
seperti Lipstick tidak ada izin edar (TIE), Bedak Tabur (TIE) dan Expire
Date (ED), Shampoo TIE, Maskara TIE, Pewarna Kuku (TIE).
v. Ditemukan kosmetik yang tersediakan di Apotik untuk dijual yang
diproduksi oleh apotek di luar Kota Padang (Apotek Tunggal Serpong)
yang mengandung obat keras (Hydroquinon) dan TIE
w. Ditemukan kosmetik yang tidak mencantumkan komposisinya pada label

1.5.1.2 Upaya yang Dilakukan


a. Memanggil atau diminta kepada APA nya untuk datang ke DKK dengan
memberikan peringatan, diminta kepada APA setiap pelayanan
kefarmasian harus dilakukan oleh APA yang dibantu oleh TTK
b. SIA yang tidak berlaku lagi diminta kepada APA nya untuk segera
memperbaharuinya.
c. Diharuskan kehadirannya APA dan TTK selama sarana operasional
d. Mengamankan SP kosong yang telah ditanda tangani oleh APA, dan
memanggil APA ke DKK, agar kedepannya tidak boleh meninggalkan SP
kosong yang telah ditanda tangani dan diberikan peringatan
e. Semua obat keras harus diserahkan melalui resep dokter.
f. Memberikan peringatan kepada APA, dan melarang Apotek
mendistribusikan obat dalam jumlah yang banyak kepada dokter, bidan,
perawat apalagi yang tidak jelas identitasnya
g. Memanggil APA agar melakukan pelaporan penggunaan narkotika dan
psikotropika melalui SIPNAP, dan membantu cara/menunjukan ke APA
cara pelaporan dengan SIPNAP dengan menggunakan laptop Ybs
h. Setiap akan survey selalu diminta keberadaan penanggung jawab sarana,
kalau tidak ada izin operasional ditunda
i. Diminta kepada pemilik/penanggung sarana makanan dan minuman tidak
menerima pangan olahan yang belum memiliki izin edar (Sertifikat P-

218
LAPORAN TAHUNAN TAHUN 2018 EDISI 2019

IRT/SPP-IRT) melalui surat edaran atau disampaikan langsung waktu


petugas melakukan pembinaan dan pengawasan
j. Juga diminta kepada pemilik/penanggung jawab makanan dan minuman
yang diproduksi pangan untuk segera memperpanjangan Sertifikat P-IRT
nya yang telah habis masa berlakunya ke DKK
k. Pemilik/penaggung jawab P-IRT untuk memperhatikan kebersihan
lingkungan sarana dan prasarana agar tetap bersih dan higienis, dengan
memberikan teguran/peringatan
l. Pekerja/karyawan P-IRT yang menggolah makanan dan minuman harus
menggunakan perlengkapan kerja, dan diminta kepada
pemilik/penanggung jawab P-IRT untuk menyediakan perlengkapan kerja
m. Melakukan penyuluhaan langsung ke sekolah-sekolah kepada anak didik
waktu upacara bendera, dan mengundang anak didik beserta guru yang
bertanggung jawab terhadap kantin sekolah dan PJAS dalam pertemuan
yang dilakukan oleh Seksi Kefarmsian dengan salah satu materinya bahaya
dan resiko terhadap penggunaan pemanis buatan yang melebihi
dosis/takaran
n. Melakukan pengambilan sampel pangan yang yang diduga menggandung
daging B2, dan mengirimkannya ke BBPOM Padang untuk dilakukan uji
laboratorium
o. Menghubungi petugas Dinas Kesehatan Kab/Kota yang menerbitkan P-
IRT dari luar Kota Padang yang telah habis masa berlakunya dan
memberitahukan agar produk yang beredar di Kota Padang ditarik dari
peredarannya
p. Memberikan penyuluhan kepada pemilik/penanggung jawab sarana
makanan dan minuman agar pangan yang TMS karena ED, kemasan yang
rusak ditarik/diretur dan dikembalikan kepada si produsennya atau
diamankan oleh petugas
q. Melakukan pengambilan sampel pangan yang diduga penyebab terjadinya
kasus keracunan pangan (KLB), dan mengirikan ke BBPOM untuk

219
LAPORAN TAHUNAN TAHUN 2018 EDISI 2019

dilakukan uji laboratorium guna mebgetahui penyebab KLB dan


memutuskan mata rantai, agar KLB yang sama tidak terulang kembali
r. Diberi tahukan kepada pemilik/penanggung jawab P-IRT bahwa semua P-
IRT tidak boleh mengklaim/mencantumkan kegunaannya untuk
pengobatan.
s. Terhadap pedagangan pangan olahan tersebut (Kanji Dalimo) diberikan
peringatan dan penyuluhan untuk tidak menjual makanan atau bahan
makanan yang mengandung Rhodamin B yang bekerja sama dengan
kepala UPTD Pasar Nanggalo, dan juga diminta kepada tenaga farmasi
yang berada di wilayah kerja Pasar Tradisional untuk bekerja sama dalam
pembinaan dan pengawasan terhadap Pasar Tradisional yang ada di Kota
Padang
t. Bekerja sama dengan tim mengamankan makanan dan minuman yang
TMS untuk dimusnahkan oleh BBPOM Padang.
u. Kosmetik yang TIE dibuatkan BAP nya untuk mengamankan dan menyita
oleh BBPOM Padang untuk dimusnahkan, dan memanggil
pemilik/pedagang kosmetik tersebut agar tidak menjual kosmetik yang
sama kedepan nantinya.
v. Meminta kepada APA nya untuk tidak lagi menyediakan untuk dijual
kosmetik yang diproduksi oleh apotek di luar Kota Padang (Apotek
Tunggal Serpong) yang mengandung obat keras (Hydroquinon) dan TIE,
juga kepada dokter yang berpraktek di apotek yang sama agar tidak
meresepkan kosmetik yang dimaksud
w. Bersama BBPOM Padang dan Kepolisian daerah Sumatera Barat menarik
untuk diamankan kosmetik yang tidak mencantumkan komposisinya pada
label
1.5.2 Seksi Sumber Daya Manusia Kesehatan dan Jaminan Kesehatan
1.5.2.1 Masalah
a. Masih ada tenaga kesehatan yang melanjutkan pendidikan tidak sesuai
dengan aturan yang berlaku, yaitu mengikuti pendidikan lebih dulu baru
mengurus SK izin belajar

220
LAPORAN TAHUNAN TAHUN 2018 EDISI 2019

b. Masih ada tenaga kesehatan di Dinas Kesehatan yang melanjutkan


pendidikan tidak linear
c. Masih ada tenaga kesehatan yang ingin melanjutkan pendidikan, tetapi
tidak sesuai dengan analisa kebutuhan jabatan di Puskesmas
d. Masih ada kebutuhan peningkatan SDMK atau pelatihan sesuai
permintaan Puskesmas yang belum terpenuhi karena keterbatasan
anggaran
e. Jumlah masyarakat Kota Padang yang menjadi peserta JKN aktif hanya
76.03 %.
f. Masih ditemukan data peserta JKSS Tahun 2018 yang tidak valid
g. Persentase rujukan spesialistik lebih dari target 15 % (rasional) yaitu
22.10%.
h. Masih ada tenaga kesehatan yang memperpanjang SIP setelah masa
berlaku STR/SIP habis
i. Masih ditemukannya tenaga medis di puskesmas yang habis masa berlaku
SIP sudah lebih dari 1 (satu) tahun
j. Beberapa SIP Tenaga Kesehatan seperti SIP Elektromedis, Psikologi
Klinis, Okupasi Terapi, Tukang Gigi tidak bisa dientri melalui aplikasi SIP
a. Adanya beberapa tenaga kesehatan yang memindahkan SIP dalam waktu
yang cukup singkat, misalnya masih kurang dai 6 bulan sudah
memindahkan SIP ke sarana lain.
1.5.2.2 Upaya yang Dilakukan
a. Sosialisasi ke Puskesmas melalui monitoring dan evaluasi, lokakarya mini
dan menyurati Puskesmas tentang ketentuan izin belajar
b. Memberikan pembinaan serta arahan kepada Pegawai tersebut sebelum
mengikuti pendidikan agar mengurus SK izin belajar.
c. Menginformasikan kepada tenaga kesehatan yang melanjutkan pendidikan
yang tidak linear agar tidak menuntut untuk penyesuaian ijazah jika sudah
selesai pendidikan
d. Menyarankan kepada atasan agar selektif memberikan izin belajar dan
mempedomani analisis beban kerja di Puskesmas

221
LAPORAN TAHUNAN TAHUN 2018 EDISI 2019

e. Menyarakan kepada Kepala Puskesmas agar mengalokasikan dana


untuk pelatihan melalui dana Puskesmas/BLUD
f. meningkatkan sosialisasi tentang JKN khususnya bagi masyarakat yang
belum berasuransi atau belum menjadi peserta JKN termasuk bagi
masyarakat yang non aktif karena menunggak agar melunasi
tunggakannya dan bagi peserta mandiri kelas III menunggak dengan
kriteria miskin/kurang mampu dipindahkan menjadi peserta PBI APBD
atas usulan pihak kelurahan tanpa harus melunasi tunggakannya
g. melakukan rekonsiliasi data JKSS minimal 1 kali 3 bulan dengan Kasi PM
Kelurahan, TKSK dan PSM yang ada di kelurahan
h. melakukan pembinaan ke Puskesmas agar meningkatkan KIE terhadap
pasien yang meminta rujukan atas permintaan sendiri bukan sesuai
indikasi medis
i. Memberikan edaran ke seluruh organisasi profesi dan sarana yang ada
serta melakukan pembinaan bahwa perpanjangan STR diusulkan minimal
tiga bulan sebelum berakhir. Kemudian menerbitkan SIP sementara yang
berlaku 6 bulan bagi tenaga kesehatan yang sudah mengajukan persyaratan
perpanjangan STR
j. Memberikan pembinaan serta mengingatkan kalau SIP tidak diperpanjang
maka nakes tersebut tidak boleh melakukan pelayanan dan tidak bisa
dibayarkan jasa medisnya sesuai arahan Kepala Dinas dan adanya
pemotongan kapitasi terhadap Puskesmas yang tenaga Dokter/Dokter Gigi
tidak mempunyai SIP
k. Membuat SOP yang ditandatangani oleh Kepala Dinas yang mengatur
tentang kebijakan perpindahan SIP minimal 1 (satu) tahun

1.5.3 Seksi Alat Kesehatan dan Sarana, Prasarana Kesehatan


1.5.3.1 Masalah
a. Pada pekerjaan pisik: Pembebasan lahan, pengurusan IMB masihmenjadi
masalah klasik untuk pembangunan Puskesmas maupun Puskesmas
pembantu

222
LAPORAN TAHUNAN TAHUN 2018 EDISI 2019

b. Pada pekerjaan Rehabilitasi: Persoalan addendum pekerjaan, permintaan


user, Puskesmas, Puskesmas Pembantu, Poskeskel, sesuai dengan tuntutan
kebutuhan
c. Pengadaan melalui e-Katalog: Penyusunan HPS yang tidak sesuai dengan
harga e-Katalog, karena terjadi perubahan harga pada e-katalog, disamping
itu adanya keterlambatan harga addendum e-katalog LKPP yang membuat
keterlambatan pemilihan pengadaan
d. Pengadaan secara e-tendering: Keterlambatan dalam penyusunan DED
yang menyesuaikan harga satuan PU dan asistensi dengan pihak terkait
(PU-Tarkim) untuk pengesahan dopkumen perencanaan pisik
1.5.3.2 Upaya yang Dilakukan
a. Melakukan koordinasikan dengan Kepala Puskesmas untuk berpartisipasi
dalam pengamanan/ pembebasan lokasi pekerjaan
b. Menyusun Rancangan RAB, RSK, Spect, Gambar, pada saat pra DPA, dan
melakukan koordinas dengan Kepala Puskesmas dan tidak menampung
perubahan lagi pada saat pelaksanaan
c. Penyusunan DED sebelum pelaksanaan pisik dilaksanakan sesuai dengan
arahan kepala Bappeda dan Kabag Pembangunan Kota Padang

223
LAPORAN TAHUNAN TAHUN 2018 EDISI 2019

BAB IX PENUTUP

Pada tahun 2018 Dinas Kesehatan telah melaksanakan 21 program yang


terdiri dari 94 kegiatan. Untuk tercapainya indikator yang telah ditetapkan dalam
program dan kegiatan, Dinas Kesehatan Kota Padang telah menyusun kebijakan
yang selanjutnya dirinci dalam bentuk kegiatan yang dilakukan pada tahun 2018.
Dalam mencapai tujuannya, Dinas Kesehatan Kota Padang melaksanakan
kegiatan dengan menjalin kerja sama dengan berbagai pihak baik secara lintas
program maupun lintas sektor.
Pembangunan Kesehatan oleh Dinas Kesehatan tahun 2018 secara umum
dapat berjalan dengan baik. Pelaksanaan kegiatan tahun 2018 mempunyai kendala
dan hambatan dalam melaksanakan kegiatan yang berkaitan dengan anggaran,
tenaga kesehatan dan sarana prasarana penunjang kegiatan, yang secara umum
dapat mengganggu pencapaian tingkat kinerja. Namun demikian Dinas Kesehatan
Kota Padang tetap berupaya semaksimal mungkin dengan mendayagunakan
anggaran, tenaga kesehatan dan sarana prasarana yang ada untuk mencapai kinerja
yang maksimal.
Demikianlah laporan tahunan 2018 Dinas Kesehatan ini disusun semoga
dapat bermanfaat bagi semua pihak yang membutuhkannya.

224

Anda mungkin juga menyukai