Definisi
Budaya jajan menjadi bagian dari keseharian hampir semua kelompok usia dan kelas
sosial, termasuk anak usia sekolah dan golongan remaja. Kandungan zat gizi pada makanan
jajanan bervariasi, tergantung dari jenisnya yaitu sebagaimana kita ketahui makanan utama,
makanan kecil, maupun minuman. Besar kecilnya konsumsi makanan jajanan akan
memberikan konstribusi (sumbangan) zat gizi bagi status gizi seseorang Menurut Winarno
(1993) makanan jajanan terdiri dari minuman, makanan kecil (kudapan), dan makanan
lengkap, didefinisikan sebagai makanan yang siap untuk dimakan atau terlebih dahulu
dimasak di tempat penjualan, dan dijual di pinggir jalan, atau tempat umum. Penyelenggaraan
makanan jajanan ini merupakan manajemen sistem penyelenggaraan makanan yang paling
lemah karena tidak semua tahap dilakukan, seperti pada penyelenggaraan jajanan bebas
kurang memperhatikan hal – hal seperti hygiene sanitasi, pemilihan bahan yang sesuai,
pengolahan yang tepat, dan hal – hal lain yang banyak diabaikan oleh pelaksana sistem
penyelenggaraan makanan ini. Meski begitu, tidak semua penyelenggara sistem ini tidak
memperhatikan hal tersebut. Karena disamping itu banyak pula pabrik – pabrik legal yang
juga memproduksi produk jajanan untuk dipasarkan. Sasaran dari sistem penyelenggaraan
makanan jajanan ini adalah hampir dari seluruh kalangan usia, namun lebih banyak tertuju
pada anak – anak. Seperti di lingkungan sekolah, banyak sekali jajanan yang dijual dengan
aneka kemasan yang sesuai minat anak – anak. Saat ini jajanan sekolah semakin beraneka
ragam dari mulai jajanan tradisional sampai jajanan modern sehingga mampu menarik para
siswa untuk mengkonsumsi jajanan sekolah. Ketersediaan jajanan sehat dan tidak sehat di
sekolah berpengaruh terhadap pemilihan makanan jajanan pada anak – anak. Padahal salah
satu indikator perilaku hidup bersih dan sehat yang harus diperhatikan pada anak sekolah
adalah mengkonsumsi jajanan sehat di kantin sekolah yang dapat memberi arti dan manfaat
apabila aneka makanan yang disediakan memiliki kandungan gizi yang tinggi, sehat dan layak
konsumsi oleh anak sekolah untuk membentuk kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) dan
derajat kesehaan anak – anak.
Upaya pengawasan jajanan makanan merupakan salah satu bentuk usaha menangani
permasalahan makanan yang dikonsumsi oleh siswa – siswa di sekolah seluruh Indonesia,
karena dominan kasus anak yang keracunan di sekolah disebabkan makanan yang dijual oleh
pedagang jajanan tidak higienis memenuhi standar kebersihan dan kesehatan. Setyawan
(2014) menyatakan lemahnya pengawasan jajanan ini berdampak buruk bagi kesehatan siswa,
yang berdampak tidak baik bagi kesehatan tubuhnya dimasa mendatang. Moehji (1993, dalam
Safriana 2012) mengemukakan anak-anak usia sekolah sudah cenderung dapat memilih
makanan yang disukai dan mana yang tidak. Anak-anak mempunyai sifat yang berubah-ubah
terhadap makanan. Seringkali anak memilih makanan yang salah terlebih lagi jika tidak
dibimbing oleh orang tuanya. Selain itu anak lebih sering menghabiskan waktu diluar rumah
sehingga anak lebh sering menemukan aneka jajanan baik yang dijual disekitar sekolah,
lingkungan bermain ataupun pemberian teman. Anaka usia sekolah dasar selalu ingin mencoba
makanan yang baru dikenalnya.
Dalam pemilihan jajanan juga terdapat beberapa cara untuk memilih jajanan yang
sehat, diantaranya adalah
1) menghindari jajanan yang dijual di tempat terbuka, kotor dan tercemar, tanpa
penutup dan tanpa kemasan,
2) memilih dan membeli hanya jajanan pangan yang dijual di tempat bersih dan
terlindung dari matahari, debu, hujan, angin dan asap kendaraan bermotor,
5) membeli pangan yang dikemas dengan kertas, plastik atau kemasan lain yang bersih
dan aman,
6) menghindari pangan yang mengandung bahan pangan sintetis berlebihan atau bahan
tambahan pangan terlarang dan berbahaya (Zein, 2010).
Makanan jajanan dapat berfungsi sebagai asupan gizi anak, menjaga kadar gula darah agar
konsumen tetap berkonsentrasi, untuk mempertahankan aktivitas fisik konsumen. Jenis – jenis
makanan jajanan antara lain:
a. Makanan utama/sepinggan
Kelompok makanan utama atau dikenal dengan istilah “jajanan berat”. Jajanan ini
bersifat mengenyangkan. Contohnya : mie ayam, bakso, bubur ayam, nasi goreng,
gado-gado, soto, lontong isi sayuran atau daging, dan lain-lain.
b. Camilan/snack
Camilan merupakan makanan yang biasa dikonsumsi diluar makanan utama. Camilan
dibedakan menjadi 2 jenis yaitu camilan basah dan camilan kering. Camilan basah
contohnya : gorengan, lemper, kue lapis, donat, dan jelly. Sedangkan camilan kering
contohnya : brondong jagung, keripik, biskuit, kue kering, dan permen.
c. Minuman
Minuman dibedakan menjadi dua kelompok, yaitu minuman yang disajikan dalam
gelas dan minuman yang disajikan dalam kemasan. Contoh minuman yang disajikan
dalam gelas antara lain : air putih, es teh manis, es jeruk dan berbagai macam minuman
campur (es cendol, es campur, es buah, es doger, jus buah, es krim). Sedangkan
minuman yang disajikan dalam kemasan contohnya : minuman Pedoman Jajanan
Anak Sekolah Untuk Pencapaian Gizi Seimbang – Untuk Orang Tua, Guru, dan
Pengelola Kantin 20 ringan dalam kemasan (minuman soda, teh, sari buah, susu,
yoghurt).
d. Jajanan Buah
Buah yang biasa menjadi jajanan anak sekolah yaitu buah yang masih utuh atau buah
yang sudah dikupas dan dipotong. Buah utuh contonya : buah manggis, buah jeruk.
Sedangkan buah potong contohnya : pepaya, nanas, melon, semangka, dan lain-lain.
c) Standar resep
Standar resep adalah resep yang sudah dimodifikasi dan dibakukan
untuk menciptakan kualitas/mutu dan porsi makanan yang relatif sama cita
rasanya untuk setiap hidangan (Palacio, 2010). Standar resep merupakan
resep yang telah dilakukan proses pengolahan berkali kali oleh panelis
sehingga kualitasnya seragam dan konsisten setiap waktu. Dalam proses
persiapan harus sesuai dengan standar resep dari masing-masing hidangan
yang akan diproduksi yang mencakup ukuran atau berat bahan makanan,
bumbu yang diperlukan baik jenis maupun jumlahnya, urutan pemasakan
(harus sesuai dengan SOP Pengolahan jika ada), suhu dan waktu
pemasakan, ketepatan macam dan ukuran alat yang digunakan, ketepatan
standar porsi, jumlah porsi yang dilayani, keseragaman bentuk, cara
memotong bahan makanan, cara membagi/ memorsi, cara penyajian
makanan dan taksiran atau perkiraan harga dalam porsi.
2. Kegiatan Pengolahan
Memperhatikan kaidah cara pengolahan makanan yang baik yaitu:
a. Tempat pengolahan makanan atau dapur harus memenuhi persyaratan
teknis higiene sanitasi untuk mencegah risiko pencemaran terhadap
makanan dan dapat mencegah masuknya lalat, kecoa, tikus dan hewan
lainnya.
b. Peracikan bahan, persiapan bumbu, persiapan pengolahan dan prioritas
dalam memasak harus dilakukan sesuai tahapan dan harus higienis dan
semua bahan yang siap dimasak harus dicuci dengan air mengalir.
c. Peralatan bersih yang siap pakai tidak boleh dipegang di bagian yang
kontak langsung dengan makanan atau yang menempel di mulut.
d. Kebersihan peralatan harus tidak ada kuman Eschericia coli (E.coli) dan
kuman lainnya.
e. Persiapan pengolahan harus dilakukan dengan menyiapkan semua
peralatan yang akan digunakan dan bahan makanan yang akan diolah
sesuai urutan prioritas.
f. Pengaturan suhu dan waktu perlu diperhatikan karena setiap bahan
makanan mempunyai waktu kematangan yang berbeda. Suhu
pengolahan minimal 900C agar kuman patogen mati dan tidak boleh
terlalu lama agar kandungan zat gizi tidak hilang akibat penguapan.
Agar makanan mudah dicerna oleh tubuh, karena tidak semua bahan
paangan bisa di konsumsi dalam keadaan mentah. Misalnya, telur akan lebih
baik dicernakan oleh tubuh jika dimakan setengah masak dari pada mentah.
Meningkatkan gizi makanan, ada sebagian bahan pangan yang nilai gizinya
bertambah setelah di masak, contohnya buah tomat. Lycopene pada buah
tomat lebih efektif dikonsumsi setelah di masak daripada saat mentah
Lea R. Dopson, David K. Hayes. Food and Beverage Cost Control. John
Willey & Sons, Inc. USA.
Mishra, Rajendra. 2018. Materials Management. Anurag Join fot Excel Books,
Naraina New Delhi.
Robert R. Zall. 2004. Managing Food Industry Waste: Common Sense Methods
for Food Processors. Publishing Asia. Victorias, Austalia.
Sari Edelstein. 2007. Managing Food and Nutrition Services: For the Culinary,
Hospitality, and Nutritions Professions. Jones and Bartlett
Publisher, Inc.