‘’KONSITUSI’’
Dosen pengampuh:Drs. Muzakkir, M.A.
DI SUSUN OLEH :
KELOMPOK 4
1. Muammar (19.1200.045)
2. Mutmainnah (19.1200.013)
1
KATA PENGANTAR
Penyusunan makalah ini diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata
kuliah Kewarganegaraan dengan Judul “Konsitusi”. Makalah ini membahas
negara adalah wilayah akan memiliki sistem ataupun aturan yang diberlakukan
kepada orang yang berada dibawah naungannya. Makalah ini tentu tidak akan
berhasil tanpa adaya bantuan dan dukungan dari berbagai pihak. Terima kasih
kami ucapkan kepada Bapak Muzakkir, Drs.MA selaku dosen pengampuh mata
kuliah kewarganegaraan dan semua pihak yang telah membantu memberikan
saran serta masukan untuk menyempurnakan makalah ini.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh
karena itu, kami sangat mengharapkan adanya kritik dan saran yang bersifat
membangun agar makalah kami menjadi lebih baik dan berguna dimasa yang
akan datang.
Penulis.
Kelompok 4
2
DAFTAR ISI
Hal.
SAMPUL....................................................................................................................i
KATA PENGANTAR .............................................................................................ii
DAFTAR ISI............................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN
Latar Belakang1
Rumusan Masalah............................................................................................4
Tujuan Penulisan.............................................................................................4
BAB II PEMBAHASAN
A.Kesimpulan................................................................................................15
B.Saran..........................................................................................................15
3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka permasalahan yang akan dibahas
dalam makalah ini yaitu :
1. Arti penting konsitusi
2. Prinsip dasar konsitusi
3. Perubahan konsitusi berbagai Negara
C. Tujuan
Adapun tujuan penulis dari makalah ini yaitu :
1. Mengetahui Arti penting konsitusi
2. Mengetahui Prinsip dasar konsitusi
3. Mengetahui Perubahan konsitusi berbagai Negara
4
BAB II
PEMBAHASAN
Konstitusi memiliki arti penting bagi negara karena tanpa konstitusi bisa
jadi tidak akan terbentuk negara. Konstitusi menjadi barometer kehidupan
negara yang sarat dengan bukti sejarah perjuangan para pahlawan.
Keempat hal yang termuat dalam konstitusi tersebut menun jukkan arti
pentingnya suatu konstitusi yang menjadi barometer kehidupan bernegara dan
berbangsa.Konstitusi juga memberikan arah dan pedoman bagi generasi penerus
bangsa dalam menjalankan suatu negara.Konstitusi memiliki kedudukan
istimewa dan menjadi sumber hukum utama.Oleh karena itu, tidak boleh ada
satu peraturan perundang-undangan pun yang bertentangan dengannya.
Konstitusi sangat diperlukan oleh suatu negara. Oleh karena itu, semua
negara yang baru merdeka akan menyusun konstitusi. Konstitusi merupakan
dokumen nasional yang bersifat mulia dan istimewa dan sekaligus merupakan
5
dokumen hukum dan politik.Konstitusi berisi kerangka dasar, susunan, fungsi,
dan hak lembaga negara, pemerintahan, hu bungan antara negara dan warganya,
serta pengawasan jalannya pemerintahan.
7
Berdasarkan unsur-unsur yang terdapat didalamnya, negara hukum dapat
dibedakan mulai dari yang “tipis” (thin) sampai yang ‘tebal” (thick).
Pengertian negara hukum yang paling tipis menempatkan hukum sebagai
pelayan kekuasaan pemerintah, bukan untuk membatasinya. Kelompok negara
hukum dalam pengertian tipis seperti ini umum terdapat di negara-negara
otoriter. Sebenarnya ini bukan rule of law tetapi rule by law.Versi “tipis”lebih
mementingkan sumber hukum yang jelas dan bentuk hukum yang tepat, tetapi
tidak pada kandungan substansi. Oleh karena itu dalam pengertian yang sempit,
kekuasaan bisa melanggar hak asasi manusia tanpa melanggar hukum.
Pada pengertian yang “tebal”, negara hukum itu mengandung makna
bahwa negara, termasuk para pejabatnya, tunduk kepada hukum.
Bisa dikatakan bahwa versi “tebal” adalah versi “tipis” yang dilengkapi dengan
isi-kandungan hukum, seperti prinsip-prinsip demokrasi, hak-hak asasi, moral
dan rasa keadilan.
Dengan demikian sesungguhnya, pengertian negara hukum bergerak dari
yang paling “tipis”, dimana hukum itu melayani kekuasaan, dan lebih tepat
disebut sebagai rule by law,sampai pada ujung yang lain, negara hukum yang
memasukkan hak asasi, demokrasi dan hak-hak dasar kesejahteraan
sosial.Tetapi, perlu diperhatikan bahwamemasukkan sekaligus seluruh aspek
filsafat sosial politik kedalam penerapan hukum dapat mengurangi daya-guna
supremasi hukum.
Namun, umum disepakati bahwa dalam konstitusi yang demokratis, rule
of law itu mempunyai peran ganda, yaitu untuk melindungi rakyat dari tindakan
sewenang-wenang kekuasaan dan untuk melindungi rakyat dari tindakan
semena-mena sesama rakyat.
Untuk tujuan itu, maka konstitusi juga harus memastikan bahwa kekuasaan
kehakiman adalah sebuah kekuasaan yang independen.
Selanjutnya, dalam kedudukannya sebagai hukum tertinggi, konstitusi
adalah merupakan rujukan dari semua peraturan perundangan dan kebijakan
dibawahnya. Dengan demikian peraturan perundang-undangan tersusun secara
berjenjang-hierarkis dengan Undang-Undang Dasar dipuncak. Untuk itu maka
konstitusi yang demokratis memiliki cara untuk menguji konstitusionalitas
peraturan perundangan terhadap konstitusi.
Dengan wacana diatas, konstitusi yang demokratis seyogianya
mempunyai kelembagaan dan prosedur tertentu untuk membatasi kekuasaan
pemerintah.
8
Yang pertama adalah pemisahan dan sekaligus saling berbagi
kekuasaan (separated and shared of powers). Setiap cabang kekuasaan
mempunyai fungsi tertentu seperti legislatif, eksekutif, dan judikatif. Tetapi tiap
cabang itu juga berbagi fungsi dengan cabang kekuasaan lain.
Yang kedua adalah checks and balances. Saling mengawasi dan saling
mengimbangi. Cabang kekuasaan memiliki kewenangan yang cukup untuk
mengimbangi kewenangan cabang-cabang yang lain. misalnya, adalah
kewenangan Mahkamah Konstitusi untuk menguji dan dapat membatalkan
karya cabang lain bila mana karya itu dalam (undang-undang) disimpulkan
berlawanan dengan konstitusi.
Yang ketiga adalah proses hukum yang adil. Dengan prinsip ini,
perlindungan atas hak-hak asasi, seperti perlindungan hak milik, kebebasan
berpendapat, dan sebagainya terjamin.
Yang keempat adalah jaminan pergantian kekuasaan melalui pemilihan
umum. Pemilihan umum menjamin bahwa posisi kunci dalam pemerintahan,
seperti presiden, anggota DPR, akan di pertandingkan secara berkala dan
peralihan kekuasaan dilakukan secara dami dan teratur.
Pada sisi lain, konstitusi juga memuat tujuan yang ingin dicapai oleh
rakyat yang membentuk negara.Oleh karena itu, konstitusi sebagai hukum
tertinggi memberi landasan dan arah bagi peran hukum sebagai instrumen
perubahan sosial untuk mencapai suatu keadaan yang ingin dituju atau untuk
mengubah keadaan keadaan yang ada atau sebagai sarana perekayasa dan
pembaharuan masyarakat.
Di samping itu konstitusi juga mengandung peran simbolik yaitu sebagai
sarana pemersatu, sebagai rujukan identitas dan keagungan kebangsaan serta
sebagai sarana pengendalian masyarakat, baik dalam arti sempit yaitu bidang
politik dan dalam arti luas mencakup bidang sosial ekonomi.
Bentuk negara Chili adalah kesatuan, yang terdiri dari 13 (tiga belas)
daerah, dengan 40 (empat puluh) propinsi yang dipimpin oleh Gubernur yang
9
ditunjuk oleh President Chili menganut sistem desentralisasi dan merupakan
Negara yang menganut sistem Presidentsial dengan multi pertai.
Hukum Romawi dan spanyol, juga dari tradisi Prancis, khususnya kode
Napoleon, merupakan hukum yang mengispirasi dari pada lahirnya sistem
hukum peradilan di negara Republik Chili.
Berdasarkan Konstitusi Chili Tahun 1980, Mahkamah Konstitusi Chili
memiliki karakteristik sebagai berikut; Kelembagaan, yaitu Konstitusi 1980,
kelembagaan Mahkamah Konstitusi mulai terbentu Mahkamah Konstitusi chili
sebagai kelembagaan dilihat dari 3 (tiga) aspek, yaitu:
Pertama, Komposisi Hakim yaitu
a) Jumlah hakim adalah 7 (tujuh) orang.
b) 3 (tiga) hakim dipilih dari Mahkamah Agung berdasarkan suara terbanyak.
c) 1 (satu) praktisi hukum ditunjuk oleh President.
d) 2 (dua) praktisi hukum ditunjuk Dewan Keamanan Nasional.
e) 1 (satu) praktisi hukum di tunjuk oleh senat.
10
dan prinsip Mahkamah Segala bentuk Putusan harus dipublikasikan melalui
berita resmi. Dan segala bentuk Putusan apapun atau pendapat Mahkamah
adalah final, tidak dapat diganggu gugat dan mengikat semua lembaga.
A. Filipina
Konstitusi 1987 merupakan produk dari transisi pasca-otoriterian.
Sebagai reaksi terhadap ekses-ekses kediktatoran marcos, para penyusun
konstitusi menghidupkan kembali lembaga pra-UU Kondisi Darurat yang
dipolakan menurut bentuk pemerintahan presidensial Amerika Serikat.
Beberapa upaya telah dilakukan untuk revisi konstitusi. Pemerintahan ramos
berusaha merevisinya pada tahun 1996-1997, dan pemerintahan Estrada pada
tahun 1999-2000.
Tetapi, perdebatan mengenai reformasi konstitusional sangat terbelah
antara mereka yang menginginkan perubahan kostitusi dengan mengutip
kelemahan-kelemahan constitutional 1987 sebagai alasan utama yang
mendorong kebutuhan akan reformasi konstitusi, dengan mereka yang
menentangnya, yang mengutip alasan utamanya adalah kekhawatiran
konjungtur, dalam pengertian waktu yang kurang baik bagi prakarsa perubahan
konstitusi.
Dibawah pemerintahan Macapagal-Arroyo, isu reformasi konstitutional
dihidupkan kembali. Para pengajur perubahan menyatakan, bahwa presiden
Arroyo berhak untuk meneruskan masa jabatan kedua, karena ia sekedar
meneruskan masa jabatan presiden Estrada yang tersingkir. Jadi ia tidak akan
dicurigai sebagai mengubah konstitusi hanya untuk melanjutkan masa
jabatannya saja. Para pendukung perubahan konstitusi menunjuk wilayah
reformasi berikut ini, yang dianggap bias dilakukan revisinya :
11
5. Pembahasan atas prinsip-prinsip ekonomi nasionalistik yang dianggap bias
membuat perekonomian Filipina bias berkompetisi dengan perekonomian dunia.
12
B. Brunei Darussalam
Sebuah konstitusi baru mulai diberlakukan pada tahun 1959 yang menjadi
dasar pembentukan Dewan Legislatif yang anggotanya sebagian dipilih
berdasarkan pemilihan.
Partai Rakyat Brunei (PRB) kemudian memenangkan semua kursi untuk
Dewan Legislatif berdasarkan hasil pemilihan. Tetapi, adanya perlawanan
bersenjata yang diprakarsai oleh PRB pada tahun 1962 terhadap rencana persatuan
Brunei dan Malaysia menghambat para kandidat terpilih untuk memulai tugas
mereka secara resmi.
Perlawanan bersenjata tersebut, walaupun dengan cepat dipadamkan oleh
Inggris, merupakan suatu peristiwa penting di dalam sejarah politik Brunei.
peristiwa tersebut menyebabkan perasaan tak berdaya dan tidak aman yang masih
bertahan sampai sekarang. Peristiwa tersebut juga menyediakan alasan bagi Omar
Ali Saifuddin III, yang kemudian menjadi sultan Brunei, dengan dalih untuk
memberlakukan peraturan-peraturan darurat, untuk menunda perubahan konstitusi
dan juga mempengaruhi keputusan sultan untuk menolak penggabungan Brunei
dengan Malaysia. Menolak untuk mengalah pada tekanan Inggris untuk
mengadakan perubahan konstitusi, sang sultan mengundurkan diri pada tahun 1967
dan menyerahkan tahta kerajaan pada putranya, haji Hassanal Bolkiah.
Dengan demikian, bisa dikatakan bahwa kolonisasi Inggris memberi nafas
kehidupan bagi kesultanan yang telah melemah dan terpecah-pecah, dan
mengubahnya menjadi suatu autokrasi yang tersentralisasi.
Saat Brunei memasuki abad ke-21 dan menjadi matang sebagai sebuah
negara, banyak orang di Brunei mengharapkan terlembaganya kembali pemilihan
umum dan kesempatan untuk berpartisipasi di dalam pemerintah.Tetapi,
serangkaian amandemen konstitusional yang diumumkan pada 2004 justru
memberi sang sultan kekuasaan yang jauh lebih besar.
Meskipun Dewan Legislatif dengan keanggotaan yang sebagian didasarkan
atas pemilihan difungsikan kembali pada 2004, keseluruhan anggotanya dipilih
oleh sultan dan anggota-anggotanya meliputi sang sultan sendiri, saudara laki-laki
sang sultan, pangeran Mohamed Bolkiah, putra mahkota, menteri-menteri kabinet,
tokoh-tokoh penting masyarakat dan perwakilan-perwakilan dari berbagai daerah.
Kabinet yang difungsikan kembali ini diberi tugas untuk mengesahkan
amandemen konstitusional tahun 2004 yang mencakup peraturan baru yang
disusun sedemikian rupa untuk menjadi landasan bagi sultan sebagai penguasa
mutlak. Amandemen baru ini mengklarifikasi kekuasaan sang sultan, memberinya
13
otoritas luar biasa dan menempatkan dirinya di atas hukum, baik dalam kapasitas
resmi maupun personal.
Dalam amandemen konstitusional yang baru ini, posisi dari Dewan
Legislatif menjadi semakin lemah. Walaupun ada kemungkinan
diselenggarakannya pemilihan, Dewan penasehat hanya terdiri dari anggota-
anggota terpilih yang bertemu setiap tahun pada bulan Maret untuk berdiskusi
tentang anggaran dan masalah-masalah yang berkaitan dengan pemerintahan yang
menjadi perhatian publik.
Berdasarkan konstitusi tahun 1959, Dewan penasehat memiliki fungsi
pengawasan dan setiap hukum harus mendapat persetujuan Dewan penasehat
sebelum disahkan. Tetapi, amandemen tahun 2004 meniadakan kondisi ini, dan
dengan demikian membuat Dewan Legislatif secara efektif menjadi lembaga
pemberi stempel cap tanpa arti.[14] Pemilihan langsung anggota Dewan Legislatif
sepertinya tidak akan terjadi dalam waktu dekat. Tey berpendapat bahwa
amandemen konstitusi tahun 2004 telah membuat sang sultan menjadi fondasi (atau
Grundnorm) dari sistem hukum di Brunei.
Horton menyatakan bahwa amandemen konstitusional pada tahun 2004
mengindikasikan suatu hasrat untuk membungkus kesultanan dalam suatu bentuk
demokrasi liberal tanpa benar-benar menjadi suatu demokrasi liberal.
14
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Konstitusi memiliki arti penting bagi negara karena tanpa konstitusi bisa
jadi tidak akan terbentuk negara. Konstitusi menjadi barometer kehidupan
negara yang sarat dengan bukti sejarah perjuangan para pahlawan.
Pada sisi lain, konstitusi juga memuat tujuan yang ingin dicapai oleh
rakyat yang membentuk negara.Oleh karena itu, konstitusi sebagai hukum
tertinggi memberi landasan dan arah bagi peran hukum sebagai instrumen
perubahan sosial untuk mencapai suatu keadaan yang ingin dituju atau untuk
mengubah keadaan keadaan yang ada atau sebagai sarana perekayasa dan
pembaharuan masyarakat.
B. SARAN
15