Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH KEWARGANEGARAAN

‘’KONSITUSI’’
”Dosen pengampuh:Drs. Muzakkir, M.A.

DI SUSUN OLEH :

KELOMPOK 4

1. Muammar (19.1200.045)
2. Mutmainnah (19.1200.013)

PRODI PENDIDKAN BAHASA ARAB


FAKULTAS TARBIYAH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI PAREPARE

TAHUN AKADEMIK 2020/2021

1
KATA PENGANTAR

‫بسم هللا الرحمن الرحيم‬


Kata Pengantar Puji Syukur kami panjatkan Atas kehadirat Allah Swt.
Karena rahmat dan karunia-nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah
ini dengan tepat waktu. Shalawat serta salam selalu tercurah kepada Nabi
Muhammad SAW beserta Keluarganya, Sahabatnya, serta kami para ummatnya.
Semoga kita mampu meneladani beliau sebagai manusia yang berguna.

Penyusunan makalah ini diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata
kuliah Kewarganegaraan dengan Judul “Konsitusi”. Makalah ini membahas
negara adalah wilayah akan memiliki sistem ataupun aturan yang diberlakukan
kepada orang yang berada dibawah naungannya. Makalah ini tentu tidak akan
berhasil tanpa adaya bantuan dan dukungan dari berbagai pihak. Terima kasih
kami ucapkan kepada Bapak Muzakkir, Drs.MA selaku dosen pengampuh mata
kuliah kewarganegaraan dan semua pihak yang telah membantu memberikan
saran serta masukan untuk menyempurnakan makalah ini.

Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh
karena itu, kami sangat mengharapkan adanya kritik dan saran yang bersifat
membangun agar makalah kami menjadi lebih baik dan berguna dimasa yang
akan datang.

Pare-Pare, 1 April 2020

Penulis.

Kelompok 4

2
DAFTAR ISI

Hal.
SAMPUL....................................................................................................................i
KATA PENGANTAR .............................................................................................ii
DAFTAR ISI............................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN

Latar Belakang1
Rumusan Masalah............................................................................................4
Tujuan Penulisan.............................................................................................4

BAB II PEMBAHASAN

1.Arti pentingnya konsitusi..............................................................................5


2.Prinsip dasar konsitusi..................................................................................6
3.Perubahan konstitusi berbagai negara..........................................................9

BAB III PENUTUP

A.Kesimpulan................................................................................................15
B.Saran..........................................................................................................15

3
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Negara adalah sekumpulan orang yang menempati wilayah tertentu dan


diorganisasi oleh pemerintah negara yang sah, yang umumnya memiliki
kedaulatan.Negara juga merupakan suatu wilayah yang memiliki suatu
sistem atau aturan yang berlaku bagi semua individu di wilayah tersebut, dan
berdiri secara independent. Syarat primer sebuah negara adalah memiliki
rakyat, memiliki wilayah,dan memiliki pemerintahan yang berdaulat.
Sedangkan syarat sekundernya adalah mendapat pengakuan dari negara lain.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka permasalahan yang akan dibahas
dalam makalah ini yaitu :
1. Arti penting konsitusi
2. Prinsip dasar konsitusi
3. Perubahan konsitusi berbagai Negara

C. Tujuan
Adapun tujuan penulis dari makalah ini yaitu :
1. Mengetahui Arti penting konsitusi
2. Mengetahui Prinsip dasar konsitusi
3. Mengetahui Perubahan konsitusi berbagai Negara

4
BAB II
PEMBAHASAN

1. Arti penting konsitusi

Konstitusi memiliki kemuliaan dan arti penting bagi kehidupan suatu


negara.Kemuliaan suatu konstitusilah yang menjadikannya sebagai fundamental
law (hukum dasar) danthe higher law (hukum tertinggi).Hal itu dikarenakan
konstitusi dapat disamakan dengan suatu piagam kelahiran suatu negara baru.

Konstitusi memiliki arti penting bagi negara karena tanpa konstitusi bisa
jadi tidak akan terbentuk negara. Konstitusi menjadi barometer kehidupan
negara yang sarat dengan bukti sejarah perjuangan para pahlawan.

Dalam sebuah konstitusi, tercakup pandangan hidup dan inspirasi


bangsayang memilikinya. A. Hamid S. Attamimi menyatakan bahwa konstitusi
sebagai pemberi pegangan dan pemberi batas dan sekaligus pegangan dalam
mengatur bagaimana kekuasaan negara itu akan dijalankan.

Struycken dalam bukunya berjudul Het Staatsrecht van Het Koninkrijk


dre Nederlander menyatakan bahwa undang-undang dasar sebagai konstitusi
tertulis merupakan dokumen formal yang berisi sebagai berikut:
1. 1.Hasil perjuangan politik bangsa di waktu yang lampau.
2. 2.Tingkat tertinggi perkembangan ketatanegaraan bangsa.
3. 3.Pandangan tokoh bangsa yang hendak diwujudkan baik untuk waktu
sekarang maupun yang akan datang.
4. 4.Suatu keinginan di mana perkembangan kehidupan ketatane garaan
bangsa hendak dipimpin.

Keempat hal yang termuat dalam konstitusi tersebut menun jukkan arti
pentingnya suatu konstitusi yang menjadi barometer kehidupan bernegara dan
berbangsa.Konstitusi juga memberikan arah dan pedoman bagi generasi penerus
bangsa dalam menjalankan suatu negara.Konstitusi memiliki kedudukan
istimewa dan menjadi sumber hukum utama.Oleh karena itu, tidak boleh ada
satu peraturan perundang-undangan pun yang bertentangan dengannya.

Konstitusi sangat diperlukan oleh suatu negara. Oleh karena itu, semua
negara yang baru merdeka akan menyusun konstitusi. Konstitusi merupakan
dokumen nasional yang bersifat mulia dan istimewa dan sekaligus merupakan

5
dokumen hukum dan politik.Konstitusi berisi kerangka dasar, susunan, fungsi,
dan hak lembaga negara, pemerintahan, hu bungan antara negara dan warganya,
serta pengawasan jalannya pemerintahan.

2. Prinsip dasar konsitusi

Aristotle (384-322 SM) mengatakan bahwa konstitusi adalah pengaturan


kekuasaan dalam negara, dimana pembagian tugas-kewenangan ditentukan,
pemegang kekuasaan itu ditentukan. Didalamnya juga tertanam tujuan akhir
yang ingin dicapai oleh negara dan seluruh rakyatnya.
Ada yang mengatakan, konstitusi adalah keseluruhan sistem
ketatanegaraan dari suatu Negara, berupa kumpulan peraturan-peraturan yang
membentuk, mengatur atau memerintah dalam pemerintahan suatu Negara.
Peraturan disini merupakan gabungan antara ketentuan-ketentuan yang
memiliki sifat hukum (legal) dan yang tidak memiliki sifat hukum (non legal).
Juga sering dikatakan bahwa konstitusi itu adalah sebuah sistem keyakinan dan
hukum dengan mana sebuah negara dijalankan.
Konstitusi mempunyai dua sisi, yaitu sebagai hukum dasar dan hukum
tertinggi. Sebagai hukum dasar, konstitusiberisi aturan-aturan dan ketentuan
tentang hal-hal yang mendasar dalam kehidupan suatu Negara, seperti
pembatasan kekuasaan pemerintah dan jaminan akan hak dasar rakyat. Sebagai
hukum tertinggi, konstitusi berada di puncak piramida peraturan
hukum (supreme law of the land)serta mempunyai validitas yang lebih tinggi
dibanding perundangan biasa.
Menurut peranannya dalam kehidupan negara, konstitusi dapat dibedakan
dalam tiga jenis, yaitu konstitusi yang normatif dan preskriptif, konstitusi
nominal, dan konstitusi semantik atau konstitusi semu (pseudo-constitution).
 Konstitusi yang normative itu merupakan resep yang diterapkan
serta efektif mengatur dan mengendalikan proses kehidupan bernegara.
 Konstitusi yang nominal adalah konstitusi dimana aturan dan
ketentuan di dalam konstitusi itu tidak atau tidak dapat dilaksanakan
sebagaimana harusnya. Berbagai kondisi setempat, termasuk tidak siapnya
institusi pelaksana dan masyarakat menyebabkan konstitusi itu tidak efektif.
 Konstitusi yang semu (pseudo-consitution) pada dasarnya
berisikan ketentuan untuk meresmikan dan melegalisir monopoli
kekuasaan.Sebaliknya daripada menjamin hak-hak rakyat, konstitusi ini
memberi landasan danpembenaran bagi penguasa untuk bertindak menurut
keinginanya sendiri. Konstitusi ini adalah milik negara-negara otoriter.
6
Dari sisi itu, konstitusi dapat dibedakan kedalam konstitusi demokratis
dan konstitusi yang otoriter. Konstitusi juga dibedakan dalam kontitusi yang
tertulis dan konstitusi tidak tertulis (Inggris dan Selandia Baru).
 
Konstitusi yang demokratis
Yang akan dibicarakan lebih lanjut adalah konstitusi yang demokratis,
yaitu konstitusi yang didasarkan pada kedaulatan rakyat dan supremasi
hukum.Dalam kaitan itu, penggunaan kekuasaan dibatasi oleh konstitusi,
sehingga hukum merupakan pengendalian terhadap penggunaan kekuasaan agar
tidak melanggar hak-hak rakyat. Tanpa pengaturan kekuasaan negara oleh
sebuah sistim hukum, prosedur, dan peradilan, demokrasi tidak akan berdiri.
Atas nama demokrasi, kekuasaan yang dipilih rakyat sering
memanipulasi hukum. Peraturan perundang-undangan dimanipulasi justru untuk
memberi pembenaran kepada kebijakan atau tindakan diskriminatif.
Oleh karena itu, dalam suatu negara demokrasi, struktur pemerintahan,
kekuasaan dan batas kewenangannya diatur dalam konstitusi. Bentuk demokrasi
seperti ini, yang dikenal sebagai demokrasi konstitusional, percaya bahwa
walaupun para wakil rakyat dan pejabat dipilih oleh rakyat tetapi mereka harus
tunduk pada batasan yang diatur oleh konstitusi.
Jadi, dengan demokrasi dapat diartikan sebagai penundukan kekuasaan
negara pada konstitusi dan hukum. John Adam(1780) mengatakan ini adalah “a
government of laws, not men.”
Dengan demikian, sebuah konstitusi yang demokratis mengandung prinsip-
prinsip kedaulatan rakyat dan prinsip-prinsip negara hokum dan ke duanya
saling terkait.
Prinsip kedaulatan rakyat dinyatakan dengan penegasan bahwa kekuasaan
pemerintah dibentuk dengan dan ditopang oleh persetujuan rakyat, baik
langsung maupun melalui wakil-wakil rakyat.
Prinsip negara hukum, yang juga disebut nomokrasi (nomocracy),
menegaskan bahwa hukum yang memerintah, bukan pembuat hukum dan/atau
para penguasa.  Aristotle mengatakan “law should govern”. Tetapi, pengertian
negara hukum itu berbeda dari satu negara ke negara lain, tidak seragam. Semua
negaraberpendapat bahwa negara hukum mempunyai makna yang positif,
sehingga negara otoriter juga menyatakan negara-nya adalah negara hukum.
Sehubungan dengan itu, pengertian negara hokum perlu dibedakan dengan
memperhatikan unsur-unsur yang terkandung didalamnya.

7
Berdasarkan unsur-unsur yang terdapat didalamnya, negara hukum dapat
dibedakan mulai dari yang “tipis” (thin) sampai yang ‘tebal” (thick).
Pengertian negara hukum yang paling tipis menempatkan hukum sebagai
pelayan kekuasaan pemerintah, bukan untuk membatasinya. Kelompok negara
hukum dalam pengertian tipis seperti ini umum terdapat di negara-negara
otoriter. Sebenarnya ini bukan rule of law tetapi rule by law.Versi “tipis”lebih
mementingkan sumber hukum yang jelas dan bentuk hukum yang tepat, tetapi
tidak pada kandungan substansi. Oleh karena itu dalam pengertian yang sempit,
kekuasaan bisa melanggar hak asasi manusia tanpa melanggar hukum.
Pada pengertian yang “tebal”, negara hukum itu mengandung makna
bahwa negara, termasuk para pejabatnya, tunduk kepada hukum.
Bisa dikatakan bahwa versi “tebal” adalah versi “tipis” yang dilengkapi dengan
isi-kandungan hukum, seperti prinsip-prinsip demokrasi, hak-hak asasi, moral
dan rasa keadilan.
Dengan demikian sesungguhnya, pengertian negara hukum bergerak dari
yang paling “tipis”, dimana hukum itu melayani kekuasaan, dan lebih tepat
disebut sebagai rule by law,sampai  pada ujung yang lain, negara hukum yang
memasukkan hak asasi, demokrasi dan hak-hak dasar kesejahteraan
sosial.Tetapi, perlu diperhatikan bahwamemasukkan sekaligus seluruh aspek
filsafat sosial politik kedalam penerapan hukum dapat mengurangi daya-guna
supremasi hukum.
Namun, umum disepakati bahwa dalam konstitusi yang demokratis, rule
of law itu mempunyai peran ganda, yaitu untuk melindungi rakyat dari tindakan
sewenang-wenang kekuasaan dan untuk melindungi rakyat dari tindakan
semena-mena sesama rakyat.
Untuk tujuan itu, maka konstitusi juga harus memastikan bahwa kekuasaan
kehakiman adalah sebuah kekuasaan yang independen.
Selanjutnya, dalam kedudukannya sebagai hukum tertinggi, konstitusi
adalah merupakan rujukan dari semua peraturan perundangan dan kebijakan
dibawahnya. Dengan demikian peraturan perundang-undangan tersusun secara
berjenjang-hierarkis dengan Undang-Undang Dasar dipuncak. Untuk itu maka
konstitusi yang demokratis memiliki cara untuk menguji konstitusionalitas
peraturan perundangan terhadap konstitusi.
Dengan wacana diatas, konstitusi yang demokratis seyogianya
mempunyai kelembagaan dan prosedur tertentu untuk membatasi kekuasaan
pemerintah.

8
Yang pertama adalah pemisahan dan sekaligus saling berbagi
kekuasaan (separated and shared of powers). Setiap cabang kekuasaan
mempunyai fungsi tertentu seperti legislatif, eksekutif, dan judikatif. Tetapi tiap
cabang itu juga berbagi fungsi dengan cabang kekuasaan lain.
Yang kedua adalah checks and balances. Saling mengawasi dan saling
mengimbangi. Cabang kekuasaan memiliki kewenangan yang cukup untuk
mengimbangi kewenangan cabang-cabang yang lain. misalnya, adalah
kewenangan Mahkamah Konstitusi untuk menguji dan dapat membatalkan
karya cabang lain bila mana karya itu dalam (undang-undang) disimpulkan
berlawanan dengan konstitusi.
Yang ketiga adalah proses hukum yang adil. Dengan prinsip ini,
perlindungan atas hak-hak asasi, seperti perlindungan hak milik, kebebasan
berpendapat, dan sebagainya terjamin.
Yang keempat adalah jaminan pergantian kekuasaan melalui pemilihan
umum. Pemilihan umum menjamin bahwa posisi kunci dalam pemerintahan,
seperti presiden, anggota DPR, akan di pertandingkan secara berkala dan
peralihan kekuasaan dilakukan secara dami dan teratur.
Pada sisi lain, konstitusi juga memuat tujuan yang ingin dicapai oleh
rakyat yang membentuk negara.Oleh karena itu, konstitusi sebagai hukum
tertinggi memberi landasan dan arah bagi peran hukum sebagai instrumen
perubahan sosial untuk mencapai suatu keadaan yang ingin dituju atau untuk
mengubah keadaan keadaan yang ada atau sebagai sarana perekayasa dan
pembaharuan masyarakat.
Di samping itu konstitusi juga mengandung peran simbolik yaitu sebagai
sarana pemersatu, sebagai rujukan identitas dan keagungan kebangsaan serta
sebagai sarana pengendalian masyarakat, baik dalam arti sempit yaitu bidang
politik dan dalam arti luas mencakup bidang sosial ekonomi.

3. Perubahan konsitusi berbagai Negara


Chile

Chili, adalah sebuah negara di Amerika Serikat yang sering mengalami


konflik internal menyangkut permasalah politik dan sosial. Namun Chili
memiliki sistem peradilan terbaik di Amerika Latin.

Bentuk negara Chili adalah kesatuan, yang terdiri dari 13 (tiga belas)
daerah, dengan 40 (empat puluh) propinsi yang dipimpin oleh Gubernur yang

9
ditunjuk oleh President Chili menganut sistem desentralisasi dan merupakan
Negara yang menganut sistem Presidentsial dengan multi pertai.
Hukum Romawi dan spanyol, juga dari tradisi Prancis, khususnya kode
Napoleon, merupakan hukum yang mengispirasi dari pada lahirnya sistem
hukum peradilan di negara Republik Chili.
Berdasarkan Konstitusi Chili Tahun 1980, Mahkamah Konstitusi Chili
memiliki karakteristik sebagai berikut; Kelembagaan, yaitu Konstitusi 1980,
kelembagaan Mahkamah Konstitusi mulai terbentu Mahkamah Konstitusi chili
sebagai kelembagaan dilihat dari 3 (tiga) aspek, yaitu:
 Pertama, Komposisi Hakim yaitu
a) Jumlah hakim adalah 7 (tujuh) orang.
b) 3 (tiga) hakim dipilih dari Mahkamah Agung berdasarkan suara terbanyak.
c) 1 (satu) praktisi hukum ditunjuk oleh President.
d) 2 (dua) praktisi hukum ditunjuk Dewan Keamanan Nasional.
e) 1 (satu) praktisi hukum di tunjuk oleh senat.

 Kedua, Sedangkan sayarat untuk praktisi hukum dimaksudkan adalah :


a) Memiliki kerja yang sangat baik di dalam universitas ataupun suatu kegiatan
umum.
b) Tidak memiliki halangan yang menyebabkan mereka tidak dapat
menjalankan fungsi dan tugasnya selaku Konstitusi.
c) Syarat tmbahan untuk praktisi hukum yang di usulkan oleh President dan
senat adalah sebelumnya paernah aktif di dalam MA (bukan sebagai hakim)
sedikitnya dalam jangka waktu 3 tahun berturut-turut.
d) Masa jabatan 8 Tahun.

Mahkamah Kosntitusi Chili memiliki sekertariat dan kepaniteraan yang


menjalankan otonomi administrasi, anggaran, layanan administrasi layanan
khusus seperti pusat infoemsi hukum, perpustakaan hukum dan penasehat
hukum.
Persidangan, Setiap sesi persidangan yang digelar oleh Mahkamah
Konstitusi harus memenuhi kuorum sedikitnya 5 (lima) hakim Konstitusi dan
putusan yang dikeluarkan oleh Mahkamah Konstitusi tidak diajukan
banding. Kedudukan Mahkamah Konstitusi Indonesia merupakan salah satu
lembaga Negara yang melakukan kekuasaan kehakiman yang merdeka untuk
menyelenggarakan peradilan dalam menegakkan hukum dan keadilan. Adalah
sama dengan kedudukan Mahkamah Konstitusi di negara Republik Chili, sifat

10
dan prinsip Mahkamah Segala bentuk Putusan harus dipublikasikan melalui
berita resmi. Dan segala bentuk Putusan apapun atau pendapat Mahkamah
adalah final, tidak dapat diganggu gugat dan mengikat semua lembaga.

A. Filipina
Konstitusi 1987 merupakan produk dari transisi pasca-otoriterian.
Sebagai reaksi terhadap ekses-ekses kediktatoran marcos, para penyusun
konstitusi menghidupkan kembali lembaga pra-UU Kondisi Darurat yang
dipolakan menurut bentuk pemerintahan presidensial Amerika Serikat.
Beberapa upaya telah dilakukan untuk revisi konstitusi. Pemerintahan ramos
berusaha merevisinya pada tahun 1996-1997, dan pemerintahan Estrada pada
tahun 1999-2000.
Tetapi, perdebatan mengenai reformasi konstitusional sangat terbelah
antara mereka yang menginginkan perubahan kostitusi dengan mengutip
kelemahan-kelemahan constitutional 1987 sebagai alasan utama yang
mendorong kebutuhan akan reformasi konstitusi, dengan mereka yang
menentangnya, yang mengutip alasan utamanya adalah kekhawatiran
konjungtur, dalam pengertian waktu yang kurang baik bagi prakarsa perubahan
konstitusi.
Dibawah pemerintahan Macapagal-Arroyo, isu reformasi konstitutional
dihidupkan kembali. Para pengajur perubahan menyatakan, bahwa presiden
Arroyo berhak untuk meneruskan masa jabatan kedua, karena ia sekedar
meneruskan masa jabatan presiden Estrada yang tersingkir. Jadi ia tidak akan
dicurigai sebagai mengubah konstitusi hanya untuk melanjutkan masa
jabatannya saja. Para pendukung perubahan konstitusi menunjuk wilayah
reformasi berikut ini, yang dianggap bias dilakukan revisinya :

1.  Pergeseran bentuk pemerintahan, dari sitem presidensial yang berlaku sekarang,


dengan system parlementer.
2. Perubahan aturan pemilu, seperti perpanjangan atau pencabutan masa jabatan
presiden, anggota parlemen dan/atau pejabat daerah, pemilihan senator menurut
wilayah (senat wilayah), system pemilu ‘siapa yang memperoleh suara tertinggi
yang menang’ (first-past-the-post) atau perwakilan proporsional.
3. Perubahan dalam system kepartaian, terutama pembalikan dari system multi
partai yang sekarang menjadi dua partai.
4.  Pergeseran dari system pemerintahan kesatuan menjadi federal.

11
5.  Pembahasan atas prinsip-prinsip ekonomi nasionalistik yang dianggap bias
membuat perekonomian Filipina bias berkompetisi dengan perekonomian dunia.

Filipina sebagai Negara yang menerapkan sistem pemerintahan presidensial


memiliki presiden sebagai kepala Negara sekaligus menjabat sebagai kepala
pemerintahan. Namun demikian, dalam sistem pemerintahan Filipina, presiden
mempunyai posisi yang cukup lemah. Hal tersebut karena dalam konstitusi
Filipina, Impeachment dapat dibahas disenat jika sebelumnya di setujui oleh
sepertiga anggota parlemen. Itu artinya presiden ada kemungkinan bisa
diberhentikan oleh parlemen. Impeachment yang dibolehkan diFilipina dengan
alasan politik, bukan kejahatan. Sebagai contoh, pada tahun 1997 opposisi di
parlemen berupaya untuk meloloskan Impeachment guna menjatuhkan Presiden
Geloria Macapagal Arroyo dalam kasus politik yang berkaitan dengan masalah
pelaksanan pemilu.
Kepala Negara atau Kepala Eksekutif Filipina adalah seorang Presiden,
sedangkan sistem pemerintahan Filipina adalah republik demokratis, kedaulatan
berada di tangan rakyat dan kewenangan pemerintah berasal dari rakyat.
Sebagaimana yang diatur dalam konstitusi 1987.[6] Konstitusi ini merupakan
model konstitusi persemakmuran 1935 yang mendirikan sebuah system pemerintah
yang serupa dengan Amerika serikat. Konstitusi ini mencakup banyak batasan
kekuasaan otoriter.
Adapun untuk lembaga Legislatif Negara Filipina memiliki Legislatif
Bicameral (dua bagian) yang disebut dengan kongres Filipina. Majelis tertinggi
atau senat memiliki 24 anggota yang secara langsung dipilih untuk mengabdi
dengan masa waktu selama enam tahun. Senator dibatasi waktunya untuk dua masa
berturut-turut.
Majelis rendah atau dewan perwakilan memiliki maksimal 260 anggota
dengan masa jabatan selama tiga tahun. 208 wakil dipilih langsung dan 52 orang
dipilih tidak langsung dari daftar nominasi kelompok minoritas masyarakat adat.
Anggota dewan perwakilan dibatasi masa baktinya untuk tiga kali berturut-turut.
Dua pertiga suara kongres di perlukan untuk menolak hak veto undang-undang
yang disusun presiden.
Untuk lembaga kehakiman (yudikatif) Pengadilan tertinggi I Filipina adalah
Mahkamah Agung yang terdiri atas Hakim Ketua dan 14 Hakim Anggota,
semuanya ditunjuk oleh Presiden Negara. Usia pension wajib bagi hakim
Mahkamah Agung adalah 70 tahun. Badan peradilan lainnya adalah pengadilan
banding, pengadilan tingkat pertama, dan pengadilan kota.

12
B. Brunei Darussalam
Sebuah konstitusi baru mulai diberlakukan pada tahun 1959 yang menjadi
dasar pembentukan Dewan Legislatif yang anggotanya sebagian dipilih
berdasarkan pemilihan.
Partai Rakyat Brunei (PRB) kemudian memenangkan semua kursi untuk
Dewan Legislatif berdasarkan hasil pemilihan. Tetapi, adanya perlawanan
bersenjata yang diprakarsai oleh PRB pada tahun 1962 terhadap rencana persatuan
Brunei dan Malaysia menghambat para kandidat terpilih untuk memulai tugas
mereka secara resmi.
Perlawanan bersenjata tersebut, walaupun dengan cepat dipadamkan oleh
Inggris, merupakan suatu peristiwa penting di dalam sejarah politik Brunei.
peristiwa tersebut menyebabkan perasaan tak berdaya dan tidak aman yang masih
bertahan sampai sekarang. Peristiwa tersebut juga menyediakan alasan bagi Omar
Ali Saifuddin III, yang kemudian menjadi sultan Brunei, dengan dalih untuk
memberlakukan peraturan-peraturan darurat, untuk menunda perubahan konstitusi
dan juga mempengaruhi keputusan sultan untuk menolak penggabungan Brunei
dengan Malaysia. Menolak untuk mengalah pada tekanan Inggris untuk
mengadakan perubahan konstitusi, sang sultan mengundurkan diri pada tahun 1967
dan menyerahkan tahta kerajaan pada putranya, haji Hassanal Bolkiah.
Dengan demikian, bisa dikatakan bahwa kolonisasi Inggris memberi nafas
kehidupan bagi kesultanan yang telah melemah dan terpecah-pecah, dan
mengubahnya menjadi suatu autokrasi yang tersentralisasi.
Saat Brunei memasuki abad ke-21 dan menjadi matang sebagai sebuah
negara, banyak orang di Brunei mengharapkan terlembaganya kembali pemilihan
umum dan kesempatan untuk berpartisipasi di dalam pemerintah.Tetapi,
serangkaian amandemen konstitusional yang diumumkan pada 2004 justru
memberi sang sultan kekuasaan yang jauh lebih besar.
Meskipun Dewan Legislatif dengan keanggotaan yang sebagian didasarkan
atas pemilihan difungsikan kembali pada 2004, keseluruhan anggotanya dipilih
oleh sultan dan anggota-anggotanya meliputi sang sultan sendiri, saudara laki-laki
sang sultan, pangeran Mohamed Bolkiah, putra mahkota, menteri-menteri kabinet,
tokoh-tokoh penting masyarakat dan perwakilan-perwakilan dari berbagai daerah.
Kabinet yang difungsikan kembali ini diberi tugas untuk mengesahkan
amandemen konstitusional tahun 2004 yang mencakup peraturan baru yang
disusun sedemikian rupa untuk menjadi landasan bagi sultan sebagai penguasa
mutlak. Amandemen baru ini mengklarifikasi kekuasaan sang sultan, memberinya

13
otoritas luar biasa dan menempatkan dirinya di atas hukum, baik dalam kapasitas
resmi maupun personal.
Dalam amandemen konstitusional yang baru ini, posisi dari Dewan
Legislatif menjadi semakin lemah. Walaupun ada kemungkinan
diselenggarakannya pemilihan, Dewan penasehat hanya terdiri dari anggota-
anggota terpilih yang bertemu setiap tahun pada bulan Maret untuk berdiskusi
tentang anggaran dan masalah-masalah yang berkaitan dengan pemerintahan yang
menjadi perhatian publik.
Berdasarkan konstitusi tahun 1959, Dewan penasehat memiliki fungsi
pengawasan dan setiap hukum harus mendapat persetujuan Dewan penasehat
sebelum disahkan. Tetapi, amandemen tahun 2004 meniadakan kondisi ini, dan
dengan demikian membuat Dewan Legislatif secara efektif menjadi lembaga
pemberi stempel cap tanpa arti.[14] Pemilihan langsung anggota Dewan Legislatif
sepertinya tidak akan terjadi dalam waktu dekat. Tey berpendapat bahwa
amandemen konstitusi tahun 2004 telah membuat sang sultan menjadi fondasi (atau
Grundnorm) dari sistem hukum di Brunei.
Horton menyatakan bahwa amandemen konstitusional pada tahun 2004
mengindikasikan suatu hasrat untuk membungkus kesultanan dalam suatu bentuk
demokrasi liberal tanpa benar-benar menjadi suatu demokrasi liberal.

14
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN
Konstitusi memiliki arti penting bagi negara karena tanpa konstitusi bisa
jadi tidak akan terbentuk negara. Konstitusi menjadi barometer kehidupan
negara yang sarat dengan bukti sejarah perjuangan para pahlawan.
Pada sisi lain, konstitusi juga memuat tujuan yang ingin dicapai oleh
rakyat yang membentuk negara.Oleh karena itu, konstitusi sebagai hukum
tertinggi memberi landasan dan arah bagi peran hukum sebagai instrumen
perubahan sosial untuk mencapai suatu keadaan yang ingin dituju atau untuk
mengubah keadaan keadaan yang ada atau sebagai sarana perekayasa dan
pembaharuan masyarakat.

B. SARAN

Penulis mengharapkan makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca.


Selain itu penulis berharap kepada penulis lainnya yang ingin menyusun
makalah tentang Konsitusi ini supaya membaca referensi-referensi lainnya
supaya hasilnya lebih baik dan lebih jelas. Kami menyadari mungkin masih
terdapat kekurangannya.

15

Anda mungkin juga menyukai