Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

KEWARGANEGARAAN

DOSEN PENGAMPUH : DR. MUZAKKIR, M.A


DISUSUN:
KELOMPOK 3

1. IRFAN LUKMAN
2. MUHAMMAD FADLI
3. RUDY HARTONO

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA ARAB


FAKULTAS TARBIYAH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)
PAREPARE
2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena pertolonganNya, makalah ini dapat
diselesaikan dan diharapkan dapat bermanfaat bagi berbagai pihak. Tak lupa juga penulis
mengucapkan terimakasih kepada Dr. Muzakkir, M.A selaku dosen Kewarganegaraan yang telah
memberikan bimbingan dengan sebaik-baiknya.

Adapun tujuan dari penyusunan makalah ini yaitu memenuhi tugas mata kuliah
Kewarganegaraan. Selain itu, tujuan dari penyusunan makalah ini adalah memberi pengetahuan
kepada pembaca mengenai kewarganegaraan.

Penulis mengharapkan kritikan dan saran dari berbagai pihak agar makalah ini dapat
menjadi lebih baik dan bermanfaat bagi pembaca. Oleh karena itu, saran dan kritikan dari
berbagai pihak sangat dibutuhkan.

Semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi berbagai pihak sebagaimana yang
diharapkan oleh Penulis.

Sidrap, 7 April 2020

Penulis: KELOMPOK 3
DAFTAR ISI

SAMPUL .........................................................................................................
KATA PENGANTAR .....................................................................................
DAFTAR ISI ...................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................
A. Latar Belakang Masalah ......................................................................
B. Rumusan Masalah ................................................................................
BAB II PEMBAHASAN ................................................................................
A. Pengertian kewarganegaraan
B. Asas Asas Kewarganegaraan
C. Unsur unsur yang menunjukkan kewarganegaraan
D. Problem status kewarganegaraan
E. Karakteristik warga negara yang demokrat
F. Cara dan bukti memperoleh kewarganegaraan
G. Hak dan kewajiban warga negara
BAB III PENUTUP .........................................................................................
A. Kesimpulan ..........................................................................................
B. Saran ...................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Sebagai warga negara dan masyarakat, setiap warga Indonesia memiliki kedudukan, hak
dan kewajiban yang sama, yang pokok adalah setiap haruslah terjamin haknya dan
mendapatkan status kewarganegaraan, sehingga terhindar dari kemungkinan terjadi ‘stetless’
atau tidak berkewarganegaraan. Tetapi pada saat yang bersamaan, setiap negara tidak boleh
membiarkan seseorang memiliki dua status kewarganegaraan sekaligus. Itulah sebabnya
diperlukan perjanjian kewarganegaraan antara negara-negara modern untuk menghindari
status dwi-kwarganegaraan tersebut oleh karena itu disamping peraturan kewarganegaraan
berdasarkan kelahiran dan melaui proses pewarganegaraan (naturalisasi) tersebut, juga
diperlukan mekanisme lain yang lebih sederhana, yaitu melalui registrasi biasa.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Pengertian kewarganegaraan
2. Asas Asas Kewarganegaraan
3. Unsur unsur yang menunjukkan kewarganegaraan
4. Problem status kewarganegaraan
5. Karakteristik warga negara yang demokrat
6. Cara dan bukti memperoleh kewarganegaraan
7. Hak dan kewajiban warga negara
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian kewarganegaraan
Kewarganegaraan merupakan keanggotaan seseorang dalam kontrol satuan politik
tertentu (secara khusus: negara) yang dengannya membawa hak untuk berpartisipasi dalam
kegiatan politik. Seseorang dengan keanggotaan yang demikian disebut warga negara.
Seorang warga negara berhak memiliki paspor dari negara yang dianggotainya.
Kewarganegaraan merupakan bagian dari konsep kewargaan (bahasa Inggris:
citizenship). Di dalam pengertian ini, warga suatu kota atau kabupaten disebut sebagai warga
kota atau warga kabupaten, karena keduanya juga merupakan satuan politik. Dalam otonomi
daerah, kewargaan ini menjadi penting, karena masing-masing satuan politik akan
memberikan hak (biasanya sosial) yang berbeda-beda bagi warganya.
Kewarganegaraan memiliki kemiripan dengan kebangsaan (bahasa Inggris: nationality).
Yang membedakan adalah hak-hak untuk aktif dalam perpolitikan. Ada kemungkinan untuk
memiliki kebangsaan tanpa menjadi seorang warga negara (contoh, secara hukum merupakan
subyek suatu negara dan berhak atas perlindungan tanpa memiliki hak berpartisipasi dalam
politik). Juga dimungkinkan untuk memiliki hak politik tanpa menjadi anggota bangsa dari
suatu negara.

B. Asas Asas Kewarganegaraan


1. Asas Kewarganegaraan Berdasarkan Keturunan dan Kelahiran
 Asas keturunan asas keturunan ( lus sanguinnis ) adalah penentuan status
kewarganegaraan berdasarkan daerah atau keturunan. Asas ini menetapkan seseorang
memperoleh kewarganegaraan suatu negara apabila orang tuanya berstatus warga
negara dari negara tersebut; apabila seseorang lahir di Indonesia tetapi orang tuanya
berkewarganegaraan asing, ia memperoleh status kewarganegaraan berdasarkan dari
orang tuanya.
 Asas kelahiran ( lus soli ) adalah penentuan status kewarganegaraan berdasarkan tempat
atau daerah kelahiran seseorang; artinya, apabila seseorang lahir disuatu wilayah negara,
maka ia berhak mendapatkan status waraga negara tersebut.
2. Asas Kewarganegaraan Berdasarkan Perkawinan
 Asas kesatuan hokum
Asas kewarganegaraan yang diperoleh atas adanya pemahaman dan komitmen yang
sama dari suami dan istri untuk menjalankan hukum yang sama.
 Asas persamaan derajat
Asas yang menentukan bahwa suatu perkawinan tidak menyebabkan perubahan status
kewarganegaraan pihak masing – masing. Oleh karena itu, suami ataupun istri dapat
memiliki kewarganegaraan asal.
3. Unsur Dan Persoalan Kewarganegaraan
 Unsur darah atau keturunan ( ius sanguinis )
Kewarganegaraan yang diperoleh atas kewarganegaraan dari orang tua yang
melahirkan. Bila orang tua berkewarganegaraan Indonesia maka anaknya adalah
warga negara Indonesia. Unsur ini telah berlaku dalam system kesukuan sejak dahulu,
dan sekarang berlaku diantaranya di Inggris, Amerika Serikat, Perancis, Jepang, dan
Indonesia.
 Unsur daerah tempat lahir ( ius soli )
Kewarganegaraan yang diperoleh atas dasar daerah kelahiran dari orang tua yang
melahirkan. Bila orang dilahirkan di wilayah hukum Indonesia, maka ia berhak
menjadi warga negara Indonesia, kecuali korps diplomatik, dan tentara asing yang
sedang menjalani ikatan dinas. Unsur ini berlaku di antaranya di Inggris, Amerika
Serikat, Perancis dan Indonesia. Unsur ini tidak berlaku di Jepang karena harus
membuktikan bahwa orang tuanya berkebangsaan Jepang.

C. Unsur Unsur Yang Menunjukkan Kewarganegaraan


1. Ius sanguinis
Ius sanguinis adalah unsur kewarganegaraan yang berdasar pada darah atau keturunan. Hal
ini berarti bahwa seseorang akan memiliki kewargangeraan yang sama seperti yang
diturunkan oleh orang tua atau ayah ibu biologisnya. Jadi, apabila ayah atau ibu dari
seorang anak memiliki kewarganegaraan Indonesia, anak tersebut akan otomatis menjadi
WNI, dimanapun ia ldilahirkan. Indonesia adalah salah satu negara yang menerapkan unsur
kewarganegaraan ini. Selain Indonesia, beberapa unsur-unsur kewarganegaraan yang
menggunakan Ius Sanguinis antara lain China, Filipina, Korea Selatan, Turki, Yunani,
Spanyol, Portugal, Belanda, Jerman, dan Inggris. Unsur ini biasanya diterapkan oleh
negara-negra dengan sejarah perjuangan yang panjang.
2. Ius soli
secara harfiah, ius soli berarti hak untuk wilayah. Dalam konteks kewarganegaraan, hal ini
berarti kewarganegaraan seseorang ditentukan berdasar tempat atau wilayah orang tersebut
dilahirkan. Berbeda engan ius sanguinis, unsuk kewarganegaraan ini biasanya diterapkan
oleh negara yang ingin mengembangkan jumlah penduduknya. Jadi apapun warga negara
orang tua seoarang anak, apabila anak tersebut dilahirkan di negara yang menggunakan
unsur ius soli, anak tersebut akan mendapat kewarganegaraan berdasar tempat kelahiran.
Akan tetapi, pada saat ini pemberian kewarganegraan berdasar ius soli sudah diperketat.
Untuk mendapat unsur-unsur kewarganegaraan dengan ius soli, salah satu orang tua dari
anak tersebut harus mempunyai kewarganegaraan yang sah sesuai dengan tempat anak
tersebut lahir. Beberapa negara yang menerapkan ius soli antara lain Amerika Serikat,
Argentina, Brazil, Kanada, Jamaika, Meksiko, dan beberapa negara di benua Amerika
lainnya.
3. Naturalisasi
Naturalisasi atau yang disebut unsur pewarganegaraan adalah cara untuk mendapat
kewarganegaraan Indonesia dengan mengajukan permohonan. Selain untuk warga negara
asing, naturalisasi juga bisa diberlakukan untuk seseorang yang tidak mempunyai
kewarganegaraan dan mempunyai kewarganegaraan ganda. Di Indonesia,
kewarganegaraan Indonesia bisa diberikan kepada warga negara asing dengan status
sebagai berikut:
 Anak WNI yang lahir diluar perkawinan yang sah, belum berusia 18 tahun atau belum
kawin diakui secara sah oleh ayahnya yang berkewarganegaraan asing.
 Anak WNI belum berusia 5 tahun meskipun secara sah diakui sebagai anak oleh WNA
berdasarkan penetapan pengadilan, tetap sebagai WNI .
 Perkawinan WNI dan WNA baik sah maupun tidak sah dan diakui orang tuanya yang
WNI atau perkawinan yang melahirkan anak di wilayah RI meskipun status
kewarganegaraan orangtuanya tidak jelas berakibat anak berkewarganegaraan ganda
hingga usia 18 tahun atau sudah kawin.
 Pernyataan untuk memilih kewarganegaraan dibuat secara tertulis dan disampaikan
kepada pejabat dengan melampirkan dokumen sebagaimana ditentukan dalam undang-
undang.
 Perbuatan untuk memilih kewarganegaraan disampaikan dalam waktu paling lambat 3
tahun setelah anak berusia 18 tahun atau sudah kawin.
 Warga asing yang telah berjasa kepada negara RI dengan permohonan untuk menjadi
WNI atau dapat diminta oleh RI, kemudian mereka mengucapkan sumpah atau janji
setia. Dalam unsur-unsur kewarganegaraan sumpah tersebut, pemohon juga harus
memenuhi kewajiban warga negara Indonesia. Kewarganegaraan akan diberikan oleh
Presiden dengan persetujuan DPR.

D. Problem Status Kewarganegaraan


Jika diamati secara lebih cermat maka hampir semua negara didunia mempunyai
persoalan yang sangat serius berkaitan dengan status kewarganegaraan dari seorang penduduk
dalam negaranya ataupun warga negara lain yang berupaya menjadi warganegara suatu
negara.
Dalam hubungan antar negara seorang dapat pindah tempat dan berdomisili dinegara lain
karena urusan tertentu baik atas nama pribadi, LSM ataupun karena tugas-tugas negara,
kemudian melahirkan anaknya dinegara tersebut, maka kewarganegaraan anak tersebut
tergantung pada asas yang berlaku di negara tempat kelahirannya sesuai peraturan
perundangan yang berlaku, terkadang sebaliknya tidak tergantung pada negara tersebut juga
tidak tergantung pada negara asal. Asas yang dianut oleh suatu negara dengan negara lain pun
berbeda. Kondisi demikian menimbulkan persoalan status kewarganegaraan seseorang. Hal
ini menimbulkan seeorang dapat saja memiliki kewarganegaraan ganda (bipatride) ada yang
tidak memiliki kewarganegaraan (apatride) bahkan terkadang ada yang memiliki lebih dari
dua kewarganegaraan (multipatride).
Apatride timbul apabila karena menurut aturan kedua negara tidak diakui sebagai
warganegara. Misalkan Ari dan Afi adalah suami isteri yang berkewarganegaraan A yang
menganut asas soli, mereka berdomisili di negara B yang menganut asas ius sangiunis,
kemudian melahirkan anaknya C. C oleh negara A tidak diakui karena tidak lahir dalam
wilayah negara A dan tidak diakui negara B karena bukan keturunan bangsa B.
Bipatride timbul karena menurut aturan kedua negara diakui status kewarganegaraannya.
Misalkan Ari dan Afi adalah suami isteri yang berkewarganegaraan A yang menganut asas
sangiunis, mereka berdomisili di negara B yang menganut asas ius soli, kemudian melahirkan
anaknya C. C oleh negara A diakui karena keturunan bangsa A dan diakui negara B karena
lahir dalam wilayah negara B.
Multipatride timbul karena sesuatu dan lain hal seseorang selalu berurusan dengan negara
ataupun unsur-unsur lain dalam suatu negara dan sering berpindah wilayah domisilinya.
Dalam hukum internasional multipatride dianggap mengganggu sistem kewarganegaraan
suatu negara.

E. Karakteristik Warga Negara Yang Demokrat


Untuk membangun suatu tatanan masyarakat yang demokratis dan berkeadaban, maka
setiap warga negara haruslah memiliki karakter atau jiwa yang demokratis juga. Ada beberapa
karakteristik bagi warga negara yang disebut sebagai warga yang demokrat. Yakni antara lain:
1. RASA HORMAT DAN TANGGUNG JAWAB
Sebagai warga negara yang demokratis, hendaknya memiliki rasa hormat terhadap sesama
warga negara terutama dalam konteks adanya pluralitas masyarakat Indoneesia yang
terdiri dari berbagai etnis, suku, ras, keyakinan, agama, dan ideologi politik. Selain itu,
sebagai warga negara yang demokrat, seorang warganegara juga dituntut untuk turut
bertanggung jawab menjaga keharmonisan hubungan antar etnis serta keteraturan dan
ketertiban negara yang berdiri diatas pluralitas tersebut.
2. BERSIKAP KRITIS
Warga negara yang demokrat hendaknya selalu bersikap kritis, baik terhadap kenyataan
empiris (realitas soaial, budaya, dan politik) maupun terhadap kenyataan supra empiris
(agama, mitologi, kepercayaan). Sikap kritis juga harus ditunjukkan pada diri sendiri.
Sikap kritis pada diri sendiri itu tentu disertai sikap kritis terhadap pendapat yang berbeda.
Tentu saja sikap kritis ini harus didukung oleh sikap yang bertanggung jawab terhadap apa
yang harus dikritisi.
3. MEMBUKA DISKUSI DAN DIALOG
Perbedaan pendapat dan pandangan serta perilaku merupakan realitas empirik yang pasti
terjadi di ditengah komunitas warga negara, apalagi ditengah komunitas masyarakat yang
plural dan multi etnik. Untuk meminimalisasikan konflik yang ditimbulkan dari perbedaan
tersebut, maka membuka ruang untuk berdikusi dan berdialog merupakan salah satu solusi
yang bisa digunakan. Oleh karenanya, sikap membuka diri untuk berdialog dan diskusi
merupakan salah satu ciri sikap warga negara yang demokrat.

4. BERSIFAT TERBUKA
Sikap terbuka merupakan bentuk penghargaan terhadap kebebasan sesama manusia,
termasuk rasa menghargai terhadap hal-hal yang tidak biasa atau baru serta pada hal-hal
yang mungkin asing. Sikap terbuka yang didasarkan atas kesadaran akan pluralisme dan
keterbatasan diri akan melahirkan kemampuan untuk menahan diri dan tidak secepatnya
menjatuhkan penilaian dan pilihan.
5. RASIONAL
Bagi warga negara yang demokrat, memiliki kemampuan untuk mengambil keputusan
secara bebas dan rasional adalah sesuatu hal yang harus dilakukan. Keputusan-keputusan
yang diambil secara rasional akan mengantarkan sikap yang logis yang ditampilkan oleh
warga negara. Sementara, sikap dan keputusan yang diambil secara tidak rasional akan
membawa implikasi emosional dan cenderung egois. Masalah-masalah yang terjadi di
lingkungan warga negara, baik persoalan plitik, budaya, sosial, dan sebagainya, sebaiknya
dilakukan dengan keputusan-keputusan yang rasional.
6. ADIL
Sebagai warga negara yang demokrat, tidak ada tujuan baik, yang patut diwujudkan
dengan cara-cara yang tidak adil. Penggunaan cara-cara yang tidak adil merupakan bentuk
pelanggaran hak asasi dari orang yang diperlakukan tidak adil., dengan semangat
keadilan, maka tujuan-tujuan bersama bukanlah suatu yang didektekan akan tetapi
ditawarkan. Mayoritas suara bukanlah diatur tetapi diperoleh.
7. JUJUR
Memiliki sifat dan sikap yang jujur bagi warga negara merupakan sesuatu yang mutlak.
Kejujuran merupakan kunci bagi terciptanya keselarasan dan keharmonisan hubungan
antar warga negara. Sikap jujur bisa diterapkan disegala sektor, baik politik, sosial, dan
sebagainya. Kejujuran politik adalah bahwa, kesejahteraan warga negara merupakan
tujuan yang ingin dicapai, yaitu kesejahteraan dari masyarakat yang memilih para politisi.
Ketidak jujuran politik adalah seorang politisi mencari keuntungan bagi dirinya sendiri
atau mencari keuntungan demi partainya, karena partai itu penting bagi kedududukanya.

Beberapa karakteristik warga yang demokrat diatas, merupakan sikap dan sifat yang
seharusnya melekat pada seorang warga negara. Hal ini akan menampilkan sosok warga
negara yang otonom, yakni mampu mempengarui dan berpartisipasi dalam pengambilan
keputusan ditingkat lokal secara mandiri. Sebagai warga negara yang otonom, ia mempunyai
karakteristik lanjutan sebagai berikut :
 Memiliki kemandirian. Mandiri berarti tidak mudah dipengaruhi atau dimobilisasi, teguh
pendirian, dan bersikap kritis pada segenap keputusan publik.
 Memiliki tanggung jawab pribadi, politik, dan ekonomi sebagai warga negara, khususnya
dilingkungan masyarakat yang terkecil seperti RT, RW, Desa, dan seterusnya. Atau juga
dilingkungan sekolah dan perguruan tinggi.
 Menghargai martabat manusia dan dan kehormatan pribadi. Menghargai berarti
menghormati hak-hak asasi dan privasi pribadi setiap orang tanpa membedakan ras,
warna kulit, golongan, ataupun warga negara yang lain.
 Berpartisipasi dalam urusan kemasyarakatan dengan pikiran dan sikap yang santun.
Warga negara yang otonom secara efektif mampu mempengarui dan berpartisipasi dalam
proses-proses pengambilan kebijakan pada level sosial yang paling kecil dan lokal,
misalnya dalam rapat kepanitiaan, pertemuanrukun warta, termasuk juga mengawasi
kinerja dan kebijakan parlemen dan pemerintahan.
 Mendorong berfungsinya demokrasi konstitusional yang sehat. Tidak ada demokrasi
tanpa aturan hukum dan konstitusi. Tanpa konstitusi, demokrasi akan menjadi anarkhi.
Karena itu, warga negara yang otonom harus melakukan empat hal untuk mewujudkan
demokrasi konstitusional, yaitu :
a. menciptakan kultur tat hukum yang sehat dan aktif. (culture of law).
b. Ikut mendorong proses pembuatan hukum yang aspiratif. (process of low making).
c. Mendukung pembuatan-pembuatan materi-materi hukum yang responsif. (content of
law).
d. Ikut menciptakan aparat penegak hukum yang jujur dan bertanggung jawab(structure
of low)

F. Cara Dan Bukti Memperoleh Kewarganegaraan


Pada umumnya ada dua kelompok warga Negara dalam suatu Negara, yakni warga
Negara yang memperoleh status kewarganegaraannya melalui stelse pasif atau dikenal juga
dengan warga Negara by operation of law dan warga Negara yang memperoleh status
kewarganegaraan melalui stelse aktif atau dikenal dengan by regrisrtation.
Dalam penjelasan umum Undang-undang No. 62/1958 bahwa ada 7 cara memperoleh
kewarganegaraan Indonesia, yaitu (1) karena kelahiran, (2) karena pengangkatan, (3) karena
dikabulkannya permohonan, (4) karena pewarganegaraan, (5) karena perkawinan, (6) karena
turut ayah dan atau ibu, dan (7) karena pernyataan.
Untuk memperoleh status kewarganegaraan Indonesia, diperlukan bukti-bukti sebagai
berikut (berdasarkan undang-undang No. 62/1958) :
1. Surat bukti kewarganegaraan untuk mereka yang memperoleh kewarganegaraan
Indonesia Karena kelahiran adalah dengan akta kelahiran.
2. Surat bukti kewarganegaraan untuk mereka yang memperoleh kewarganegaraan
Indonesia karena pengangkatan adalah kutipan pernyataan sah buku catatan
pengangkatan anak asing dari peraturan pemerintah No. 67/1985.
3. Surat bukti kewarganegaraan untuk mereka yang memperoleh kewarganegaraan
Indonesia karena dikabulkannyapermohonan adalah petikan keputusan presiden tentang
permohonan tersebut (tanpa pengucapan sumpah dan janji setia).
4. Surat bukti kewarganegaraan untuk mereka yang memperoleh kewarganegaraan
Indonesia karena pewarga-negaraan adalah petikan presiden tentang pewarganegaraan
tersebut yang diberikan setelah pemohon mengangkat sumpah dan janji setia.
5. Surat bukti kewarganegaraan untuk mereka yang memperoleh kewarganegaraan
Indonesia karena pernyataan adalah sebagaimana diatur dalam surat edaran menteri
kehakiman No. JB.3/166/22, tanggal 30 September 1958 tentang memperoleh/ kehilangan
kewarganegaraan Republik Indonesia dengan pernyataan.

G. Hak Dan Kewajiban Warga Negara


Hak Warga Negara Indonesia :
1. Hak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak : “Tiap warga negara berhak atas
pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan” (pasal 27 ayat 2).
2. Hak untuk hidup dan mempertahankan kehidupan: “setiap orang berhak untuk hidup serta
berhak mempertahankan hidup dan kehidupannya.”(pasal 28A).
3. Hak untuk membentuk keluarga dan melanjutkan keturunan melalui perkawinan yang sah
(pasal 28B ayat 1).
4. Hak atas kelangsungan hidup. “Setiap anak berhak atas kelangsungan hidup, tumbuh, dan
Berkembang”
5. Hak untuk mengembangkan diri dan melalui pemenuhan kebutuhan dasarnya dan berhak
mendapat pendidikan, ilmu pengetahuan dan teknologi, seni dan budaya demi
meningkatkan kualitas hidupnya demi kesejahteraan hidup manusia. (pasal 28C ayat 1)
6. Hak untuk memajukan dirinya dalam memperjuangkan haknya secara kolektif untuk
membangun masyarakat, bangsa, dan negaranya. (pasal 28C ayat 2).
7. Hak atas pengakuan, jaminan, perlindungan, dan kepastian hukum yang adil serta
perlakuan yang sama di depan hukum.(pasal 28D ayat 1).
8. Hak untuk mempunyai hak milik pribadi Hak untuk hidup, hak untuk tidak disiksa, hak
kemerdekaan pikiran dan hati nurani,hak beragama, hak untuk tidak diperbudak, hak
untuk diakui sebagai pribadi di hadapan hukum, dan hak untuk tidak dituntut atas dasar
hukum yang berlaku surut adalah hak asasi manusia yang tidak dapat dikurangi dalam
keadaan apapun. (pasal 28I ayat 1).

Kewajiban Warga Negara Indonesia :


 Wajib menaati hukum dan pemerintahan. Pasal 27 ayat (1) UUD 1945 berbunyi : segala
warga negara bersamaan kedudukannya di dalam hukum dan pemerintahan dan wajib
menjunjung hukum dan pemerintahan itu dengan tidak ada kecualinya.
 Wajib ikut serta dalam upaya pembelaan negara. Pasal 27 ayat (3) UUD 1945
menyatakan : setiap warga negara berhak dan wajib ikut serta dalam upaya pembelaan
negara”.
 Wajib menghormati hak asasi manusia orang lain. Pasal 28J ayat 1 mengatakan : Setiap
orang wajib menghormati hak asai manusia orang lain
 Wajib tunduk kepada pembatasan yang ditetapkan dengan undang-undang. Pasal 28J ayat
2 menyatakan : “Dalam menjalankan hak dan kebebasannya,setiap orang wajib tunduk
kepada pembatasan yang ditetapkan dengan undang-undang dengan maksud untuk
menjamin pengakuan serta penghormatan atas hak kebebasan orang lain dan untuk
memenuhi tuntutan yang adil sesuai dengan pertimbangan moral, nilai-nilai agama,
keamanan, dan ketertiban umum dalam suatu masyarakat demokratis.”
 Wajib ikut serta dalam usaha pertahanan dan keamanan negara. Pasal 30 ayat (1) UUD
1945. menyatakan: “tiap-tiap warga negara berhak dan wajib ikut serta dalam usaha
pertahanan dan keamanan negara.” Hak dan Kewajiban telah dicantumkan dalam UUD
1945 pasal 26, 27, 28, dan 30, yaitu :
1. Pasal 26, ayat (1), yang menjadi warga negara adalah orang-orang bangsa Indonesia
asli dan orang-orang bangsa lain yang disahkan dengan undang-undang sebagai warga
negara. Dan pada ayat (2), syarat-syarat mengenai kewarganegaraan ditetapkan
dengan undang-undang.
2. Pasal 27, ayat (1), segala warga negara bersamaan dengan kedudukannya di dalam
hukum dan pemerintahannya, wajib menjunjung hukum dan pemerintahan itu. Pada
ayat (2), taip-tiap warga negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak
bagi kemanusiaan
3. Pasal 28, kemerdekaan berserikat dan berkumpul, mengeluarkan pikiran dengan lisan,
dan sebagainya ditetapkan dengan undang-undang.
4. Pasal 30, ayat (1), hak dan kewajiban warga negara untuk ikut serta dalam pembelaan
negara. Dan ayat (2) menyatakan pengaturan lebih lanjut diatur dengan undang-
undang.

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Kewarganegaraan merupakan keanggotaan seseorang dalam kontrol satuan politik
tertentu (secara khusus: negara) yang dengannya membawa hak untuk berpartisipasi
dalam kegiatan politik. Seseorang dengan keanggotaan yang demikian disebut warga
negara. Seorang warga negara berhak memiliki paspor dari negara yang dianggotainya.
Adapun asas asas kewarganegaraan yaitu berdasarkan keturunan dan kelahiran,
berdasarkan perkawinan. Dan adapun unsur-unsur yang menunjukkan kewarganegaraan
yaitu Ius sanguinis, Ius soli, Naturalisasi. Dan adapun karakteristik negara yang nemokrat
yaitu rasa hormat dan tanggung jawab, bersikat kritis, membuka diskusi dan dialog,
bersifat terbuka, rasional, adil dan jujur
Untuk hak warga negara indonesia terbagi atas delapan yaitu hak atas pekerjaan
dan penghidupan yang layak, hak untuk hidup dan mempertahankan kehidupan, hak
untuk membentuk keluarga dan melanjutkan keturunan melalui perkawinan yang sah, hak
atas kelangsungan hidup, hak untuk mengembangkan diri melalui pemenuhan kebutuhan
dasarnya dan berhak mendapat pendidikan, hak untuk memajukan dirinya dalam
memperjuangkan haknya secara kolektif untuk membangun masyarakat, bangsa, dan
negaranya, hak atas pengakuan, jaminan, perlindungan, dan kepastian hukum yang adil
serta perlakuan yang sama di depan hukum, hak untuk mempunyai hak milik pribadi Hak
untuk hidup, hak untuk tidak disiksa, hak kemerdekaan pikiran dan hati nurani,hak
beragama.

B. Saran
Tiada harapan sedikitpun dari penulis kecuali makalah ini dapat bermanfaat bagi
pembaca maupun penulis sendiri menyarankan kepada pembaca agar selalu membaca
karena membaca adalah salah satu cara untuk mengetahui tentang suatu ilmu atau
pelajaran yang belum kamu ketahui serta membaca adalah termasuk jendela ilmu.
Dengan demikian, apabila ada kesalahan-kesalahan dalam makalah ini, kami
mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun.

DAFTAR PUSTAKA

https://id.wikipedia.org/wiki/Kewarganegaraan

https://mkri.id/index.php?page=web.Berita&id=11732
https://www.padamu.net/pengertian-kewarganegaraan-dan-asas-kewarganegaraan

http://mcholieq.blogspot.com/2014/05/cara-dan-bukti-memperoleh.html

http://zolopox.blogspot.com/2009/12/karakteristik-warga-negara-yang.html

https://contohdanfungsi.blogspot.com/2013/03/masalah-status-kewarganegaraan.html

https://guruppkn.com/unsur-unsur-kewarganegaraan

Anda mungkin juga menyukai