Meningkatkan Pemberdayaan
Masyarakat melalui Koperasi
Lembaga Keuangan Mikro
ii
Kegiatan DBM tersebut mampu memberikan akses keuangan untuk pengembangan usaha
mikro kepada masyarat terutama masyarakat miskin. Bertolak dari kenyataan diatas maka
menjadi strategis dan penting untuk menjaga keberlanjutan kegiatan DBM.
Keberadaan UU No. 1 Tahun 2013 Tentang Lembaga Keuangan Mikro (LKM) dimaksudkan untuk
memberikan perlindungan hukum dan pembinaan kepada pengelola lembaga keuangan
mikro dan nasabahnya, termasuk memberikan landasan hukum kepada kegiatan DBM. Dengan
demikian, diharapkan DBM dapat dikelola secara profesional dan dimanfaatkan oleh masyarakat
secara berkelanjutan.
1 BKD (Badan Kredit Desa) 1 Baitul Maal Wat Tamwil 1 UED-SP (Unit Ekonomi Desa-Simpan
(BMT) Pinjam)
2 BKK (Badan Kredit
Kecamatan) 2 Baitul Tamwil 2 Kelompok Usaha Bersama (KUBE)
Muhammadiyah (BTM)
3 PDPK (Perusahaan Daerah
Perkreditan Kecamatan) 3 Kelompok Swadaya 3 Pengembangan Ekonomi Masyarakat
Masyarat (KSM) Pesisir (PEMP)
4 BUKP (Badan Usaha
Perkreditan Kecamatan) 4 Pra Koperasi 4 PNPM Mandiri (Perdesaan/Perkotaan)
12 Raksa Desa
Pemerintah menerbitkan UU No. 1 Tahun 2013 Tentang Lembaga Keuangan Mikro (LKM). UU
tersebut memberikan payung hukum dan pembinaan kepada pengelola lembaga keuangan
mikro dan nasabahnya.
Menurut Pasal 3 UU No. 1 Tahun 2013 Tentang LKM, LKM adalah lembaga keuangan yang khusus
didirikan untuk memberikan jasa pengembangan usaha dan pemberdayaan masyarakat yang
bertujuan antara lain:
• Pinjaman atau pembiayaan dalam usaha skala mikro kepada anggota dan masyarakat
• Pengelolaan Simpanan
• Jasa Konsultasi Pengembangan Usaha
10
11
12
13
Modal awal
Sumber modal awal merupakan kriteria penting dalam memilih bentuk badan hukum. Untuk
kegiatan yang selama ini dikelola oleh masyarakat secara bersama-sama akan lebih mudah
menggunakan badan hukum koperasi.
Pemilihan badan hukum dapat dilakukan melalui musyawarah dengan melibatkan semua
pemangku kepentingan untuk menyepakati bentuk badan hukum yang paling sesuai.
Musyawarah tersebut setidaknya melibatkan antara lain sbb:
1. Pengelola dana bergulir masyarakat dan lembaga masyarakat yang terlibat dalam kegiatan
dana bergulir masyarakat. Misal: Unit Pengelola Kegiatan (UPK) dan Badan Kerjasama Antar
Desa (BKAD) di PNPM Perdesaan, Badan Keswadayaan Masyarakat (BKM) dan Unit Pengelola
Keuangan di PNPM Perkotaan, dan Gapoktan di PNPM PUAP.
2. Penerima manfaat (individu/kelompok masyarakat). Misal: Kelompok SPP PNPM Perdesaan,
Kelompok Swadaya Masyarakat (KSM) di PNPM Perkotaan, dan Kelompok Petani (Poktan).
14
Bagian berikutnya akan menjelaskan pembentukan LKM berbadan hukum koperasi untuk
menaungi kegiatan simpan pinjam dan kegiatan dana bergulir masyarakat. LKM dengan badan
hukum koperasi dianggap paling sesuai dengan prinsip pemberdayaan yang mengedepankan
asas kekeluargaan dan bertujuan meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan masyarakat
terutama masyarakat miskin dan berpenghasilan rendah. Lembaga Keuangan Mikro berbadan
hukum koperasi dapat dijalankan secara konvensional atau dijalankan dengan prinsip syariah
yang disebut Koperasi LKM Syariah (LKMS).
15
17
Panduan ini memberikan petunjuk pendirian koperasi jasa yang akan beroperasi sebagai
penyedia jasa keuangan mikro setelah mendapatkan ijin usaha dari Otoritas Jasa Keuangan.
Lembaga Keuangan Mikro berbadan hukum koperasi jasa dapat beroperasi secara konvensional
maupun beroperasi dengan menggunakan prinsip syariah.
18
19
20
1. Akta Pendirian Koperasi memuat Anggaran Dasar dan keterangan yang berkaitan dengan
pendirian Koperasi, sekurang-kurangnya memuat :
a. Nama lengkap, tempat dan tanggal lahir, tempat tinggal, dan pekerjaan pendiri
perseorangan.
b. Susunan, nama lengkap, tempat dan tanggal lahir, tempat tinggal, dan pekerjaan
Pengawas dan Pengurus koperasi yang pertama kali diangkat.
c. Jenis koperasi, sesuai dengan bidang usaha yang akan dilaksanakan (dalam hal ini
koperasi jasa/LKM
2. Waktu Berdirinya koperasi adalah saat penerima kuasa menandatangani akta pendirian
Dalam hal di wilayah setempat tidak terdapat NPAK, pembuatan atau penyusunan akta pendirian
dan anggaran dasar dibuat sendiri oleh para pendiri. Untuk permohonan pengesahan koperasi
secara tertulis ke Dinas Koperasi dan UKM dapat dibuat oleh para pendiri, dengan proses dan
persyaratan sebagai berikut:
21
22
PERIZINAN
LKM BARU
OJK
39 UU LKM yang telah berdiri PENGUKUHAN
dan beroperasi sebelum UU LKM (8 Januari 2015 s.d.
berlaku (8 Januari 2015) wajib 8 Januari 2016)
memperoleh izin usaha dari OJK
melalui pengukuhan.
Proses perizinan dapat dilakukan
mulai tanggal
8 Januari 2015
23
Izin Usaha
No Dokumen Baru Pengukuhan Keterangan
1 Akta pendirian badan hukum dan √ √
anggaran dasar
2 Dokumen Direksi, Dewan √ √
Komisaris, dan DPS
3 Dokumen pemegang saham atau √ √* Surat pernyataan
anggota, antara lain: bermaterai bahwa
a. Surat pernyataan setoran modal
bermaterai tidak berasal dari
bahwa setoran modal tidak pinjaman atau
berasal dari pinjaman dan tindak pidana
tindak pidana pencucian pencucian
uang uang, tidak
b. Laporan keuangan yang dipersyaratkan
telah diaudit, atau laporan untuk pengukuhan
keuangan atau
pembukuan terakhir.
4 Surat rekomendasi DPS dari DSN- √ √
MUI (Bagi LKM dengan prinsip
syariah)
5 Struktur organisasi dan √ √
kepengurusan
6 Sistem dan prosedur kerja √ √
7 Rencana kerja 2 tahun pertama √ -
8 Bukti pelunasan modal disetor √ -
atau simpanan pokok, simpanan
wajib dan hibah
9 Bukti kesiapan operasional √ -
10 Proyeksi laporan posisi dan - √
kinerja keuangan 2 tahun
pertama
11 Laporan keuangan tahunan 2 - √
tahun terakhir
12 Laporan posisi keuangan - √
penutupan dan pembukaan
13 Laporan kinerja pembiayaan 2 - √
tahun terakhir
24
Keterangan:
1. Pengecekan atas kelengkapan dan kebenaran dokumen, proses pengecekan ini akan memakan waktu selama 20
hari kerja, termasuk untuk meminta dokumen yang masih kurang.
2. Setelah proses pengecekan selesai, OJK akan melakukan Analisis Laporan Keuangan.
3. Persetujuan atau penolakan atas permohonan izin usaha akan dikeluarkan dalam jangka waktu paling lama 40
(empat puluh) hari kerja sejak permohonan izin usaha diterima secara lengkap dan benar.
25
26
27
29
Kementerian yang
menyelenggarakan urusan koperasi
& Kementerian Dalam Negeri
1) Penerimaan
Koordinasi laporan keuangan
pembinaan LKM dan input ke
dalam aplikasi
2) Analisis laporan
OJK keuangan
(Pembina, 3) Penerimaan dan
Pengatur & analisis laporan
Pengawas lain
4) Rencana kerja
LKM)
Pemda pemeriksaan
Kabupaten / 5) Pengenaan sanksi
Kota administratif
Pembinaan dan (selain cabut izin
Pengawasan didelegasikan dan denda)
Pihak lain 6) Pelaksanaan
dalam hal langkah-langkah
Pemda penyehatan
belum siap
30
31
32
No Kegiatan Keterangan
1 Inventarisasi keberadaan kegiatan Minimal data DBM yang ada adalah :
Dana Bergulir Masyarakat 1. Nama dan alamat kantor
2. Nilai asset
3. Jumlah nasabah aktif
4. Status badan hukum (Ada/Tidak ada)
5. Cakupan wilayah kerja
Desa/Kelurahan
6. Lembaga Pembina
2 Memetakan kegiatan DBM yang Memenuhi kriteria sebagai berikut:
memenuhi syarat untuk menjadi 1. Kesediaan stakeholders untuk bertransformasi
LKM/LKMS menjadi LKM
2. Memenuhi persyaratan sbb:
a. Masih menjalankan kegiatan simpan
pinjam
b. Memiliki persyaratan modal minimum
Rp.50juta untuk cakupan wilayah desa,
Rp.100juta untuk cakupan wilayah
kecamatan.
c. Memiliki pembukuan sederhana (kas
masuk, kas keluar)
d. Memiliki SOP yang jelas
3 Melakukan rapat koordinasi SK Bupati SKPD yang akan menjadi pembina &
untuk menentukan SKPD yang pengawas LKM
sesuai untuk menjadi pembina
LKM representatif OJK untuk
diajukan ke Bupati/walikota
4 Menentukan SKPD yang akan SKPD Pembina memfasilitasi pembentukan
memberikan insentif bagi DBM LKM dengan mempermudah proses perijinan,
yang akan bertransformasi memberikan bimbingan teknis yang diperlukan
menjadi badan hukum Koperasi kepada DBM
LKM
5 Melakukan pemantauan proses TKPK memantau proses pembetukan LKM sampai
pembentukan LKM. memperoleh ijin usaha dari OJK
6 Pelatihan LKM berbadan hukum Pelatihan diberikan kepada pengelola koperasi
koperasi LKM LKM sebagai insentif dari OJK. (Insentif juga dapat
berupa software dan hardware yang diberikan
kepada Koperasi LKM)
*tabel di atas digunakan oleh TKPK untuk memonitor kegiatan dalam mendorong pendirian badan hukum Koperasi
LKM
Sumber:
1. Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah
2. Otoritas Jasa Keuangan
33