Anda di halaman 1dari 11

Cakradonya Dent J 2017; 9(1):62-72

STUDI KUALITATIF TENTANG PELAKSANAAN PROGRAM PERILAKU


HIDUP BERSIH DAN SEHAT (PHBS) TATANAN RUMAH TANGGA

Munifah Abdat,* Sudarti Kresno**

*Staf Pengajar Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Syiah Kuala


**Guru Besar Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia

ABSTRAK
Derajat kesehatan dipengaruhi oleh faktor lingkungan dan perilaku maka upaya peningkatan perilaku
hidup bersih dan sehat (PHBS) melalui pemberdayakan masyarakat mutlak diperlukan guna
tercapainya paradigma sehat. Tujuan penelitian ini adalah diperolehnya informasi yang mendalam
tentang proses pelaksanaan kegiatan PHBS tatanan rumah tangga dan kosan di lingkungan kampus UI
Kota Depok dalam rangka pengembangan program PHBS di masa yang akan datang. Penelitian ini
menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan fenomenologi deskriptif. Pengambilan data
dilakukan dengan wawancara mendalam dan observasi terhadap informan penelitian yaitu ibu rumah
tangga, mahasiswa kos, petugas puskesmas pengelola program PHBS dan tokoh masyarakat. Analisis
data hasil wawancara menggunakan tahapan analisis berdasarkan Colaizzi. Hasil penelitian ini
menyatakan bahwa upaya menggerakkan kegiatan PHBS yang menitikberatkan kepada pengelolaan
sumber daya manusia justru belum dijalankan. Peran serta masyarakat dalam upaya kesehatan masih
rendah, ditambah belum tersedianya petugas khusus baik tenaga formal maupun tidak formal untuk
menggerakkan masyarakat dalam kegiatan PHBS secara kontinu. Diperoleh kesimpulan bahwa
penggerakkan dan pelaksanaan kegiatan PHBS tatanan rumah tangga di lingkungan kampus belum
maksimal, terbatas kepada pelaksanaan yang bersifat empowerment.
Kata Kunci: program PHBS, tatanan rumah tangga

ABSTRACT
Quality of life is influenced by both environmental and behavioral factors, therefore improving the
clean and healthy lifestyles (PHBS) through empowering the community is absolutely needed in order
to achieve the health paradigm. The aim of study was to gain deep information regarding the
implementation process of PHBS in the household and rented rooms around housing complex area of
University of Indonesia in Depok, towards the development of PHBS program in the future. This
study used qualitative method with descriptive phenomenology. Data was collected through in-depth
interview followed by observation to the information providers comprising housewives, room-renter
students, staffs of public health centers who organize PHBS program, and public figures. The
questionnaire results were analyzed using steps of analysis according to Colaizzi. The study results
showed that efforts to activate PHBS program which prioritize on the management of human power
has apparently not been implemented. The society involvement towards health was still low, this
situation was coupled with unavailability of staffs either formal or informal who mobilize the society
continuously in actions of PHBS program. In conclution, that mobilization and implementation PHBS
programs in household context within the housing complex area has not adequate, only practiced in
empowerment-type of action.
Keywords: clean and healthy lifestyle program, household.

62
Cakradonya Dent J 2017; 9(1):62-72

PENDAHULUAN Indikator PHBS tatanan rumah tangga


Indonesia sedang menghadapi transisi menurut pusat penyuluhan kesehatan
epidemiologi dimana penyakit tidak menular masyarakat (PKM) Kemenkes adalah indikator
(non communicable disease) semakin yang berkaitan dengan perilaku hidup bersih
meningkat, dilain sisi penyakit menular dan sehat di rumah tangga, diprioritaskan
(communicable disease) belum sepenuhnya dalam 5 program, yaitu Kesehatan Ibu dan
hilang. Angka kesakitan dan kematian akibat Anak (KIA), Gizi, Kesehatan Lingkungan,
penyakit masih tinggi dan merupakan masalah Gaya Hidup dan Peran Serta dalam Upaya
kesehatan masyarakat.1 Indonesia juga masih Kesehatan khususnya JPKM (jaminan
dihadapkan pada beberapa penyakit yang pemeliharaan kesehatan masyarakat).6
terabaikan (neglected infectious diseases) Tujuan umum penelitian ini adalah
seperti kusta, frambusia (patek), filariasis diperolehnya informasi yang mendalam
(kaki gajah) dan schistosomiasis (demam tentang proses pelaksanaan kegiatan PHBS
keong). tatanan rumah tangga dan kosan di lingkungan
Arah pembangunan kesehatan untuk kampus UI Kota Depok dalam rangka
Indonesia kedepan lebih diarahkan kepada pengembangan program PHBS di masa yang
upaya-upaya promotif dan preventif dimana akan datang. Adapun tujuan khusus penelitian
aspek perilaku baik yang berhubungan dengan ini adalah diperolehnya informasi yang
lingkungan maupun perilaku yang mendalam mengenai faktor pemicu (umur,
berhubungan dengan gaya hidup menjadi pendidikan, pengetahuan, sikap), diperolehnya
penting dalam mencapai paradigma sehat. informasi yang mendalam mengenai faktor
Undang-Undang Kesehatan No. 23 tahun 1992 pemungkin (fasilitas pelayanan) dalam
menyebutkan bahwa pembangunan kesehatan pelaksanaan PHBS tatanan rumah tangga dan
bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kosan di lingkungan kampus FKM UI Kota
kemauan, dan kemampuan hidup sehat tiap Depok, serta diperolehnya informasi yang
individu agar terwujud derajat kesehatan mendalam mengenai faktor penguat (dukungan
masyarakat yang optimal.2 UU tersebut tokoh masyarakat dan aturan yang ada) dalam
mengisyaratkan pentingnya perilaku hidup melaksanakan kegiatan PHBS di lingkungan
sehat dalam mewujudkan derajat kesehatan kampus FKM UI Kota Depok.
masyarakat. Pada penelitian ini unsur yang diteliti
Menurut Blum (Notoatmodjo, 1993) adalah menyangkut proses pelaksanaan
derajat kesehatan dipengaruhi oleh 4 (empat) program PHBS di Kota Depok khususnya
faktor dimana lingkungan dan perilaku lingkungan kampus FKM UI pada tatanan
memiliki peran penting dalam mempengaruhi rumah tangga dan kosan, dari 3 (tiga) aspek
derajat kesehatan selain faktor pelayanan yakni gizi, kesehatan lingkungan dan gaya
kesehatan dan keturunan.3 Perilaku hidup sehat hidup. Sedangkan aspek KIA dan peran serta
adalah perilaku yang berkaitan dengan upaya dalam upaya kesehatan (JPKM) tidak diteliti.
atau kegiatan seseorang untuk Alasan diambilnya tatanan rumah tangga dan
mempertahankan dan meningkatkan kosan dikarenakan rumah merupakan tempat
kesehatannya. Perilaku hidup sehat mencakup tinggal anggota keluarga dan beraktifitas mulai
antara lain makan dengan menu seimbang, dari bangun tidur, beribadah, memasak,
olah raga secara teratur, tidak merokok, tidak makan, dan rutinitas harian lainnya hingga
minum minuman keras dan mengkonsumsi tidur malam dan merupakan tatanan yang
narkoba, istirahat cukup, mengendalikan stres, spesifik dibanding tatanan yang lainnya.
atau gaya hidup lain yang positif bagi Sejalan dengan program pemerintah kota
kesehatan.4 Depok yang sedang mempersiapkan Perda
Upaya peningkatan PHBS dilakukan terkait program PHBS untuk meningkatkan
untuk memberdayakan masyarakat dalam derajat kesehatan masyarakat.
memelihara, meningkatkan dan melindungi
kesehatan sehingga masyarakat sadar, mau dan METODE PENELITIAN
mampu secara mandiri ikut aktif dalam Penelitian ini menggunakan metode
meningkatkan status kesehatannya.5 Kita kualitatif dengan pendekatan fenomenologi
menyadari bahwa upaya tersebut bukanlah hal deskriptif. Sampel dipilih secara purposive,
yang mudah karena berkaitan erat dengan informan penelitian adalah ibu rumah tangga
masalah perilaku sedangkan masalah perilaku dan mahasiswa kos, informan kunci terdiri dari
merupakan masalah yang kompleks. petugas puskesmas pengelola program PHBS
63
Cakradonya Dent J 2017; 9(1):62-72

dan tokoh masyarakat di lingkungan tersebut. c. Untuk informan petugas kesehatan


Penelitian dilakukan melalui metode Puskesmas pengelola PHBS menggunakan
wawancara mendalam dan observasi terhadap teknik wawancara mendalam (WM) dengan
informan pengelola PHBS tingkat puskesmas, menggunakan pedoman wawancara
serta ibu rumah tangga, tokoh masyarakat dan mendalam.
mahasiswa kos (anak kos).7 d. Untuk informan ibu rumah tangga dan
Jenis penelitian yang digunakan dalam mahasiswa kos dilakukan metode observasi
studi ini adalah kualitatif menggunakan terhadap kebersihan diri dan lingkungan
rancangan Rapid Assesment Procedure),8 sekitar rumah meliputi jamban dan kamar
dimaksudkan untuk mendapatkan informasi mandi, air bersih, ventilasi, sampah, kuku
yang lebih mendalam menyangkut proses anggota keluarga, dan selokan. 10,11
pelaksanaan kegiatan program Perilaku Hidup
Bersih dan Sehat (PHBS) di lingkungan Tabel 1. Sumber Informasi, Metode, dan Jumlah
kampus FKM UI Kota Depok. Sampel
Pemilihan lokasi dilakukan secara No Sumber Metode Jumlah Sampel
purposif yaitu Kota Depok Jawa Barat, di jalan Informasi
margonda raya tepatnya di 2 (dua) gang/ 1 Ibu rumah WM + Informan
lorong yaitu gang beringin dan gang tangga Observasi
- Gang 1 2
kedondong pondok cina dimana banyak
- Gang 2 2
terdapat dan perumahan penduduk baik untuk
rumah tangga maupun kosan. Lokasi tersebut 2 Tokoh WM 2 Informan
berada di lingkungan kampus FKM UI dan masyarakat WM 2 kunci
kebanyakan menjual makanan. - Gang 1
Pemilihan informan dalam penelitian ini - Gang 2
mengacu kepada prinsip kesesuaian
(appropriateness) dan kecukupan (adequacy).9 3 Petugas WM 2 Informan
Berdasarkan hal tersebut maka informan yang Pengelola WM 2 kunci
akan diambil adalah : PHBS
- Puskesmas 1
1. Ibu Rumah Tangga dan tokoh masyarakat
- Puskesmas 2
Dari informan tersebut diharapkan dapat
tergali informasi yang lebih mendalam 4 Mahasiswa
tentang pengetahuan dan sikap mengenai Kos
PHBS - Gang 1 WM + 2 Informan
2. Mahasiswa Kos - Gang 2 Observasi 2
Dari informan tersebut diharapkan dapat Jumlah informan 8
tergali informasi lebih mendalam tentang Jumlah informan kunci 8
pengetahuan dan sikap mengenai PHBS
3. Petugas Pengelola Program PHBS di Pengolahan data dilakukan dengan
tingkat Puskesmas mencatat dan membuat matriks, selanjutnya
Dari informan tersebut diharapkan dapat dianalisis isinya (content analysis). Proses
tergali informasi yang lebih mendalam analisa data dilakukan secara bertahap :
berkaitan dengan proses pelaksanaan a. Menelaah seluruh data yang tersedia dari
kegiatan program PHBS dari tahap sumber yaitu hasil wawancara mendalam
penggerakan dan pelaksanaan. dan observasi
b. Reduksi data dengan membuat abstraksi
Teknik pengumpulan data kualitatif yaitu rangkuman yang sesuai dengan data
yang digunakan adalah sebagai berikut : c. Menyusun dalam satuan-satuan yang
a. Untuk informan ibu rumah tangga dan kemudian dikategorikan dengan koding
tokoh masyarakat menggunakan teknik d. Mengadakan pemeriksaan keabsahan data
wawancara mendalam (WM) dengan e. Diakhiri dengan penafsiran data. 10,11,12
menggunakan pedoman wawancara
mendalam. HASIL PENELITIAN
b. Untuk informan mahasiswa kos Wawancara mendalam dilakukan
menggunakan teknik wawancara mendalam terhadap 14 informan terdiri dari 2 pengeola
(WM) dengan menggunakan pedoman PHBS tingkat puskesmas, 4 tokoh masyarakat,
wawancara mendalam dan observasi. 4 ibu rumah tangga dan 4 mahasiswa kos di
64
Cakradonya Dent J 2017; 9(1):62-72

jalan margonda gang beringin dan gang olah raga. Kan menyapu, mengepel tu olah
kedondong pondok cina (lingkungan kampus raga juga. Trus bersiin kamar mandi”
FKM UI) Depok, Jawa Barat. “jaga diri...kalo sakit berobat, jangan ada
pikiran, mandi, makan teratur, bersiin rumah”
Tabel 2. Data Pengelola PHBS Puskesmas “hidup sehat itu kan kita harus jaga
Menurut Lokasi, Pendidikan, Lama Bekerja Dan kesehatan, makan makanan yang sehat, tidak
Status Pegawai merokok, olah raga, tidak mabuk-mabukkan”
Puskes Jenis Pendidikan Lama Status
mas kelamin Bekerja Pega Informan dari petugas pengelola
di PKM wai
program PHBS puskesmas mengatakan bahwa
Beji P D3 2 tahun PNS kegiatan pelaksanaan PHBS dilakukan melalui
Kesling penyuluhan terhadap perpanjangan tangan
Kemiri puskesmas yakni ibu-ibu kader pengelola
Muka P D3 Gizi 3 tahun PNS
posyandu, terkadang disertai pembagian
poster. Sedangkan disekolah pelaksanaan
Tabel 3. Data Masyarakat Peserta Wawancara PHBS dilakukan melalui penyuluhan kepada
Mendalam Menurut Lokasi, Umur, Pendidikan para guru yang selanjutnya disosialisasikan
Data Gang Gang Jumlah kepada siswa-siswinya. Sebagaimana
Beringin Kedondong
dikemukakan sebagai berikut :
Jumlah 2 2 “PHBS dengan menggunakan perpanjangan
Informan tangan dari kader...petugas pengelola
Umur : posyandu...yaa tiap petugas puskesmas punya
25 – 45 1 1 2 tugas juga sebagai promkes”
46 - 60 1 1 2 “penyuluhan sih ke tokoh masyarakatnya...RT
Pendidikan : atau orang yang dituakan, mulai dari
Tamat SD 1 1 2 mereka...kalo di sekolah penyuluhan ke
Tamat 1 1 2 gurunya”
SLTP “pemasangan poster...pamflet di puskesmas....
terus juga di masyarakat dibagi-bagikan di
Informan dari tokoh masyarakat yang posyandu kalo lagi ada program...seperti
diambil adalah ketua rukun tetangga (RT) dan kemarin ada program pemberian obat cacing
atau sekretaris RT berjumlah 4 orang, ada laki- filariasis...kadang kita serahkan ke RW
laki dan perempuan, dengan umur bervariasi terserah mau ditempel dimana yang mudah
yaitu 29 th, 37 th, 49 th dan 56 th, hanya 1 dibaca warga”
informan yang berpendidikan tamat SLTP
sedangkan yang lainnya berpendidikan tamat Penulis juga mencoba menggali
SD. Informan dari mahasiswa kos yang informasi dari masyarakat tentang istilah
diambil adalah mahasiswa FKM tingkat 2 PHBS, kegiatan yang pernah dilaksanakan
yang kos berjumlah 4 orang, dengan variasi dalam kehidupan sehari-hari berkaitan dengan
jurusan yakni 1 orang jurusan Gizi, 1 orang PHBS dan pendapat tentang PHBS berkaitan
jurusan Epid, 1 orang jurusan Kesling dan 1 dengan gizi, kesehatan lingkungan, gaya hidup
orang jurusan K3. dan peran serta dalam upaya kesehatan.
Adapun hasil wawancara terkait Sebagian besar informan pernah
penggerakan dalam rangka pelaksanaan mendengar istilah hidup sehat, yang dimaksud
kegiatan PHBS hampir semua informan dengan perilaku hidup sehat oleh sebagian
menyatakan penggerakan tidak dilakukan besar informan adalah kegiatan yang berkaitan
tersendiri melainkan bersamaan dengan dengan kebersihan lingkungan baik didalam
kegiatan posyandu. Sedangkan pelaksanaan maupun diluar rumah, beberapa informan
kegiatan PHBS disampaikan oleh hampir lainnya memberikan jawaban bervariasi yaitu
semua informan menurut pengetahuannya kegiatan yang berkaitan dengan kebersihan
adalah pembersihan rumah dan pekarangan, perorangan dan makanan yang bergizi,
makan makanan yang sehat dan berolah raga, sebagaimana dikemukakan informan sebagai
sebagaimana dikemukakan berikut : berikut :
“yaa pekerjaan rumah tangga...bersih-bersih “jaga kebersihan, makan makanan yang sehat,
rumah, memasak, makan yang sehat-sehat, mandi, bersihkan rumah, berobat bila sakit”

65
Cakradonya Dent J 2017; 9(1):62-72

“Membersihkan rumah dari luar sampai “gotong royong...kerja bakti, membersihkan


dalam rumah, menyapu, ngepel, masak, sampah, terus dibuang sampahnya
menguras bak mandi, makan bergizi” ditempatnya”
“Jaga kesehatan, makan teratur, olah raga, “Membersihkan rumput, bersihkan selokan,
bersih-bersih rumah, membuang sampah pada menyapu, bersiin halaman, kerja bakti”
tempatnya”
Perilaku hidup sehat berkaitan dengan
Perilaku hidup sehat yang pernah gaya hidup yang sehat dikatakan oleh hampir
dilakukan oleh informan dalam kehidupan semua informan adalah olah raga. Beberapa
sehari-hari dikemukakan oleh sebagian besar informan lainnya memberikan jawaban
informan adalah kegiatan pekerjaan sehari- bervariasi tentang gaya hidup sehat yaitu tidak
hari yang umum dilakukan oleh ibu rumah merokok, tidak minum minuman keras dan
tangga seperti mengepel, menyapu, tidur teratur. Sebagaimana dikemukakan
membersihkan kaca, mencuci, menyetrika, informan sebagai berikut :
memasak untuk keluarga dan mengurus anak. “olah raga...jalan-jalan pagi.... bareng anak”
Kemudian beberapa informan yang memiliki “tidak merokok, tidak mabok, tidak narkoba”
pengetahuan tentang PHBS memberikan “olah raga, tidur teratur, menghindari stress”
jawaban bervariasi yaitu olah raga, makan
yang bergizi, buang sampah ditempatnya, cuci Semua keterangan informan diatas
tangan, memotong kuku dan tidak merokok. didukung oleh hasil observasi atas diri
Sebagaimana dikemukakan informan sebagai informan dan lingkungan rumahnya, dimana
berikut: sebagian besar telah memperhatikan kesehatan
“memasak, mengurus anak, ngurus suami, diri dan lingkungannya sebagaimana terdapat
ngasih makan anak, nyetrika, anak ditimbang, dalam prinsip PHBS.
halaman disapuin, kebersihan badan, nyapu, Menurut pendapat informan terkait
ngepel, ngelap kaca” peran serta masyarakat pada kegiatan PHBS
“sesuai dengan indikator PHBS, olah raga sangat bervariasi karena untuk memunculkan
teratur, mandi 2 kali sehari, cuci tangan peran serta masyarakat perlu ada yang
sebelum dan sesudah makan,mengkonsumsi menggerakkan dari tokoh masyarakat
buah, potong kuku, nggak ngerokok” khususnya RT, kemudian perlu adanya petugas
khusus di lapangan untuk menggerakkan
Perilaku hidup sehat berkaitan dengan masyarakat juga, kenyataannya memang
gizi dikemukakan oleh hampir semua masyarakat mau berperan serta kalau sudah
informan adalah kegiatan sehari-hari berkaitan ada kejadian. Sebagaimana dikemukakan
dengan penyediaan makanan yang bergizi informan sebagai berikut:
terutama tahu, tempe, buah-buahan dan “kegiatan barengan dengan RT, partisipasi
sayuran. Beberapa informan mengatakan bagus namun perlu ada yang menggerakkan”
memberikan makanan 4 sehat 5 sempurna. “biasanya melalui posyandu..... yang
Sebagaimana dikemukakan informan berikut : menggerakkan kader.... kadang ada poster”
“gizi ya makan-makanan yang sehat, yang “peran serta masyarakat harus didayakan.....
bervitamin seperti buah-buahan dan sayuran” masyarakat berpartisipasi kalau sudah ada
“makan tahu, tempe, sayur yang gizi, buah” kejadian, misalnya demam berdarah... kalau
“makanan yang bergizi, tempe, tahu, telur, kasus tidak begitu menonjol masyarakat susah
ikan, nasi” berpartisipasi”

Perilaku hidup sehat berkaitan dengan Pendapat informan tentang dukungan


kesehatan lingkungan dikemukakan oleh lintas sektor dan lintas program tingkat
hampir semua informan adalah kegiatan yang kecamatan dan kabupaten selama ini masih
berkaitan dengan membersihkan lingkungan sangat kurang. Kegiatan yang dilakukan
rumah dan sekitarnya, kemudian beberapa berupa pertemuan di kecamatan sedangkan
informan memberikan jawaban bervariasi keterlibatan dalam kegitan PHBS tidak ada
yaitu membersihkan got, kerja bakti dan buang sehingga terkesan cukup dilakukan oleh sektor
sampah. Sebagaimana dikemukakan informan kesehatan saja.
berikut : “Kalau leading sektor kesehatan ya...
“membersihkan got, nyapu halaman, bersiin kesehatan saja yang ngerjakan.... akhirnya
rumah juga” kita-kita sendiri yang ngerjakan... nggak
66
Cakradonya Dent J 2017; 9(1):62-72

jalan... mulanya ada instansi terkait. Kalau PEMBAHASAN


program kesehatan... ya kesehatan yang Penggerakan dan Pelaksanaan Kegiatan
paling banyak... bahkan hampir semua. Lintas PHBS
sektor supaya tahu dilibatkan... kalau tidak Penggerakan dan pelaksanaan
begitu hilang lagi... hilang lagi.” merupakan fungsi manajemen dalam rangka
“Seksi kesehatan lingkungan dan menggerakkan semua kegiatan untuk
pemberantasan penyakit yang paling erat mencapai tujuan yang telah ditetapkan.13 Oleh
dengan PHBS. Dukungan dari seksi kesling karena itu penggerakan dan pelaksanaan ini
berupa penyediaan air bersih dan jamban, lebih menekankan tentang bagaimana manajer
dari seksi pemberantasan penyakit berupa atau pimpinan mengarahkan dan
penyuluhan tentang 3M.” menggerakkan semua sumber daya khususnya
sumber daya manusia. Ada beberapa hal
Terkait pertemuan dan atau pelatihan penting yang harus diperhatikan oleh seorang
menurut petugas pengelola PHBS di tingkat manager yaitu peranan manajer dalam
puskesmas semuanya sudah mendapatkan memotivasi staf, kerjasama dan komunikasi
materi tentang program PHBS. Pemberian antar staf.15
materi tersebut melalui pertemuan-pertemuan Berdasarkan hasil wawancara dan telaah
tentang PHBS dan dipelajari dari buku terhadap laporan kegiatan PHBS di kota
panduan PHBS yang mereka terima. Depok tepatnya di pondok cina (lingkungan
“Mengikuti pelatihan, pertemuan evaluasi dan sekitar kampus FKM), penggerakan dan
rencana intervensi di dinas” pelaksanaan kegiatan PHBS terbatas kepada
“Sejak tahun pertama PHBS sudah upaya melaksanakan kegiatan intervensi yang
diinformasikan oleh dinas melalui pertemuan telah direncanakan saja dan waktu pelaksanaan
dinas kabupaten” kegiatan setiap tahunnya mengalami
“Pernah mengikuti pertemuan PHBS... pernah kemunduran dengan alasan dana belum keluar
pelatihan tentang cuci tangan (CTPS), bahaya dan kesibukan petugas dengan program
rokok (konseling), jamban sehat, kegiatan lainnya.
pemberantasan jentik, HIVAIDS...... banyak Pelaksanaan kegiatan PHBS tersebut
membaca buku pedoman” jika dilihat dari strategi pelaksanaannya masih
bersifat empowerrment atau pemberdayaan
Pelaksanaan program PHBS tidak kepada masyarakat, itupun seadanya,
terlepas dari kendala. Beberapa kendala sedangkan strategi advocacy dan social
menyangkut kegiatan PHBS yang support kegiatannya masih sedikit. Padahal
disampaikan informan bervariasi, untuk strategi advocacy sangat penting sebagai
pengelola PHBS tingkat puskesmas semua upaya untuk memperoleh dukungan dari
informan mengatakan bahwa mereka bekerja pimpinan terhadap kegiatan PHBS baik
sebagai koordinator PHBS juga merangkap menyangkut dana, kebijakan dan sebagainya.
pekerjaan lain. Selain itu dibutuhkan SDM Menurut Lawrence W. Green (1991),
yang berbasis PromKes untuk mengelola advocacy bekerja untuk kegiatan politik,
PHBS agar program dapat berjalan dengan pembuatan undang-undang atau merubah
optimal, selama ini pengelolanya tidak ada organisasi yang merupakan bagian dan minat
basis keilmuan tersebut dan bekerja rangkap. kelompok atau populasi sedangkan menurut
“Selain menjadi pengelola PHBS merangkap WHO, advocacy adalah pendekatan kepada
tugas di Kesling” sasaran penentu atau sasaran tersier yaitu para
“Sebenarnya ada waktu untuk ke lapangan... pengambil keputusan untuk memperoleh
tapi terlalu banyak yang dikerjakan pada persetujuan dan dukungan terhadap kegiatan
waktu yang pendek jam 10.00-11.30” perilaku hidup bersih dan sehat yang dilakukan
“merangkap menjadi kepala sub seksi... pada tatanan, unit, atau wilayah yang menjadi
demikian juga di puskesmas kerja rangkap. tanggung jawabnya.13.14
kekurangan staf yang berbasis PromKes Sedangkan social support penting dalam
menyebabkan pembinaan PHBS tidak rutin rangka menciptakan kondisi yang kondusif.
dilakukan” Berkaitan dengan kegiatan PHBS sehingga
“Sosialisasi dan dukungan PHBS lintas sektor masyarakat peduli dan menerima kegiatan
masih kurang... pertemuan lintas sektor PHBS. Menurut Sarafino (1994), social
kabupaten sekali dilakukan dalam rangka support berkenaan dengan perasaan senang
kabupaten sehat” atau nyaman, kepedulian, penghargaan atau
67
Cakradonya Dent J 2017; 9(1):62-72

membantu diterimanya seseorang dari orang Ross, 1967).15,16 Mengingat kegiatan PHBS ini
lain atau kelompok sehingga orang tersebut banyak berkaitan dengan masalah perilaku di
percaya bahwa mereka merasa dicintai dan masyarakat maka pengelola PHBS harus
diperhatikan, dihargai dan mempunyai arti dan mengetahui bagaimana melakukan
bagian dari kehidupan sosial baik keluarga dan pengorganisasian dan pengembangan
masyarakat sehingga dapat membantu, masyarakat sehingga kegiatan PHBS nantinya
melayani dan saling membantu disaat dapat dilaksanakan oleh masyarakat setempat
membutuhkan dan kesulitan.4 Menurut WHO bersama-sama dengan petugas. Selama ini
social support adalah strategi yang ditujukan kegiatan PHBS terkesan hanya datang dari
kepada sasaran antara atau sekunder agar dapat petugas tanpa melibatkan peran serta
menyuarakan pendapat umum atau opini masyarakat sehingga kurang maksimal
sehingga masyarakat atau sasaran primer capaiannya.
terdorong untuk melakukan perilaku hidup
sehat.13,14 Realisasinya di lapangan, ketiga Istilah PHBS
strategi tersebut dilakukan secara bersamaan, Sebagian besar informan sudah
saling mengisi dan melengkapi. mengetahui tentang istilah hidup sehat, mereka
Menurut hampir semua informan mengemukakan antara lain kegiatan yang
kegiatan yang pernah dilakukan berkaitan berkaitan dengan kebersihan lingkungan baik
dengan PHBS adalah penyuluhan di posyandu, didalam maupun diluar rumah. Beberapa
pembersihan lingkungan dan fogging. informan menyebutkan kegiatan yang
Keberhasilan dari penggerakan dan berkaitan dengan kebersihan perorangan dan
pelaksanaan tidak terlepas dari peran manajer makanan yang bergizi. Berdasarkan hal
atau pmpinan. Menurut Muninjaya, A.A Gde tersebut, maka sosialisasi PHBS di daerah
(1999), penggerakan dan pelaksanaan lebih tersebut akan lebih mudah diterima oleh
menitikberatkan perhatian kepada pengelolaan masyarakat dan tidak bertentangan dengan
sumber daya manusia sehingga fungsi istilah yang ada di masyarakat.
pengerakkan dan pelaksanaan sangat erat
hubungannya dengan perilaku manusia. Kegiatan berkaitan dengan PHBS
Sehubungan dengan itu seorang manajer atau Perilaku atau kegiatan yang pernah
pimpinan harus mampu memotivasi diri dan dilakukan di masyarakat dikemukakan oleh
stafnya, memiliki kepekaan yang tinggi sebagian besar informan adalah kegiatan yang
terhadap permasalahan organisasi.16,17 berkaitan dengan pekerjaan sehari-hari yang
Manajer atau pimpinan kegiatan PHBS umum dilakukan oleh ibu rumah tangga seperti
untuk tingkat puskesmas adalah kepala mengepel, menyapu, membersihkan kaca,
puskesmas yang dalam pelaksanaannya mencuci, menyetrika, memasak untuk keluarga
dilimpahkan kepada koordinator PKM sebagai dan mengurus anak. Sedangkan beberapa
pengelola PHBS tingkat puskesmas sedangkan informan mengemukakan bervariasi yaitu
untuk tingkat kabupaten adalah kepala dinas buang air besar di WC, makanan bergizi, olah
kesehatan kabupaten yang dalam raga, cuci tangan, dan tidak merokok.
pelaksanaannya dilimpahkan kepada kepala Berdasarkan keterangan tersebut
seksi PKM tingkat kabupaten sebagai ternyata masyarakat di daerah tersebut telah
pengelola PHBS tingkat kabupaten. melaksanakan kegiatan sehubungan dengan
Berkaitan dengan kegiatan PHBS di perilaku hidup sehat secara rutin sehari-hari.
daerah kerjanya, sebagian besar pimpinan Namun menurut penulis masih ada beberapa
kurang menyadari akan pentingnya peran kegiatan PHBS yang belum pernah atau tidak
mereka dalam menggerakkan dan dilakukan oleh masyarakat sehingga dalam
melaksanakan kegiatan PHBS sehingga pendekatan di masyarakat nantinya perlu
pelaksanaan kegiatan PHBS yang berjalan dipilah-pilah mana yang pernah dilakukan dan
belum maksimal. mana yang belum pernah dilakukan. Dengan
Bagi pengelola kegiatan PHBS di begitu, maka petugas akan lebih mudah dalam
tingkat puskesmas, ada empat peran yang juga memahami permasalahan yang ada di
harus dilakukan oleh seorang petugas dalam masyarakat sehingga intervensi terhadap
rangka pengorganisasian dan pengembangan kegiatan PHBS akan lebih mudah.
masyarakat terkait pelaksanaan kegiatan PHBS Hasil observasi menunjukkan bahwa
yaitu penuntun, pemberi kesempatan, sebagai sebagian besar masyarakat telah
seorang ahli, dan seorang terapi (Murray G. mengaplikasikan perilaku hidup sehat dalam
68
Cakradonya Dent J 2017; 9(1):62-72

kesehariannya, rumah dan pekarangannya baik dari petugas atau tokoh lainnya berkaitan
bersih dan tersedia tempat sampah, dan dengan PHBS.13 Selain itu menurut Green
menggunakan jamban (WC) di rumah. Ada tidak hanya dipengaruhi oleh ketiga faktor
juga sebagian kecil yang pekarangannya kotor tersebut tetapi juga dipengaruhi oleh
dengan sampah dan tong sampahnya perekonomian, pendapatan dan lain-lain
berserakan. Kesehariannya masyarakat sehingga terciptanya PHBS. Semua faktor
menggunakan air bersih dan sebagian besar tersebut harus saling mendukung satu sama
memiliki toren (penampungan air). Informan lain dalam rangka terwujudnya perilaku hidup
juga memiliki kuku yang pendek dan bersih bersih dan sehat.
dan rutin membersihkan rumah serta
pekarangan. Sedangkan untuk selokan hampir Peran Serta Masyarakat
semua informan kurang memperhatikan Menurut informan pengelola PHBS
kebersihan selokan/ got sehingga mampet dan puskesmas, untuk menumbuhkan peran serta
kotor. masyarakat khususnya peran serta dalam
kegiatan PHBS di masyarakat perlu ada yang
Pengetahuan PHBS menggerakkan dari tokoh masyarakat setempat
Pengetahuan masyarakat tentang PHBS khususnya ketua RT, kemudian perlu adanya
berkaitan dengan gizi, kesehatan lingkungan petugas khusus dilapangan untuk
dan gaya hidup sudah cukup baik. Namun menggerakkan masyarakat. Selama ini,
pengetahuan PHBS berkaitan dengan peran didaerah panduan PHBS, peran serta
serta dalam upaya kesehatan khususnya gaya masyarakat tidak tumbuh secara optimal tetapi
hidup sehat masih rendah. Pengetahuan yang hanya bersifat insidentil bila ada kegiatan
tinggi tentang PHBS tidak menjamin tertentu saja.
seseorang atau masyarakat berperilaku atau Menurut Ida Bagus Mantra (1991),
melakukan kegiatan sesuai dengan peran serta masyarakat khususnya dalam
pengetahuan yang diketahuinya. Lawrence W. bidang kesehatan adalah keadaan dimana
Green (1991) menyatakan bahwa perilaku dan individu, keluarga, maupun masyarakat umum
gaya hidup dipengaruhi oleh tiga faktor yaitu ikut serta bertanggungjawab terhadap
predisposing, enabling, dan reinforcing kesehatan diri, keluarga ataupun kesehatan
factors.13 Predisposing factors menyangkut masyarakat lingkungannya.17
pengetahuan, sikap, kepercayaan, keyakinan, Menumbuhkan peran serta masyarakat
nilai-nilai dan persepsi seseorang yang akan pentingnya penerapan PHBS di
menjadi dasar motivasi individu atau masyarakat diperlukan proses
kelompok untuk bertindak. Enabling factors pengorganisasaian dan pengembangan
terwujud dalam lingkungan fisik, sumber daya masyarakat dimana petugas dan masyarakat
yang diperlukan untuk menunjang perilaku duduk bersama membahas permasalahan yang
seperti tersedianya fasilitas pelayanan berkaitan dengan kegiatan PHBS di
kesehatan, petugas, terjangkaunya biaya dan wilayahnya.
jarak. Pendekatan yang dapat dilakukan ada 2
Sedangkan reinforcing factors adalah yaitu pendekatan yang bersifat direktif dan non
faktor yang menentukan apakah tindakan direktif (Sarwono, Sarlito, 1979).18 Pada
kesehatan memperoleh dukungan atau tidak pendekatan yang bersifat direktif diasumsikan
dan dapat terwujud melalui sikap dan perilaku bahwa petugas mengetahui apa yang
petugas dalam suatu pelayanan. Selain dibutuhkan dan apa yang baik untuk
dipengaruhi oleh ketiga faktor tersebut, masyarakat sehingga dalam hal ini peran
perilaku dan gaya hidup dapat dipengaruhi petugas lebih dominan dibandingkan dengan
oleh lingkungan sekitar. peran masyarakat, interaksi yang muncul lebih
Model yang dikembangkan oleh Green bersifat instruktif dan masyarakat dilihat
ini jika dihubungkan dengan PHBS, maka sebagai obyek dari kegiatan tersebut.
predisposing-nya adalah menyangkut Sedangkan pada pendekatan non direktif
pengetahuan, sikap, kepercayaan, keyakinan, diasumsikan bahwa masyarakat sebenarnya
nilai-nilai dan persepsi seseorang tentang mengetahui apa yang mereka butuhkan dan
PHBS yang menjadi dasar motivasi untuk apa yang baik untuk mereka sehingga peran
bertindak. Enabling-nya adalah ketersediaan pokok ada pada masyarakat sedangkan petugas
sumber daya berkaitan dengan PHBS, lebih bersifat menggali dan mengembangkan
sedangkan reinforcing-nya adalah dukungan potensi masyarakat yang sudah ada, praksarsa
69
Cakradonya Dent J 2017; 9(1):62-72

kegiatan dan sumber daya yang dibutuhkan merahasiakan sesuatu dalam pelaksanaan
berasal dari masyarakat, interaksi yang muncul kegiatan PHBS. Tetapi ini tidak berarti bahwa
bersifat partisipatif dan masyarakat dilihat setiap mitra kerja harus mengetahui segala
sebagai subyek dalam pembangunan.19 sesuatunya. Mereka harus mempunyai
Masyarakat yang sudah mampu keyakinan bahwa mereka akan melakukan
mendayagunakan potensi yang dmiliki perlu perjanjian dengan terbuka dan jujur dalam
didekati dengan pendekatan non direktif rencana pelaksanaan PHBS. Saling
sedangkan masyarakat yang belum mampu menguntungkan artinya mitra kerja satu sama
dalam tingkat perkembangannya bisa dimulai lain merasa diuntungkan dengan adanya
dengan pendekatan direktif yang kemudian kegiatan PHBS.
secara bertahap diarahkan menuju pendekatan Dengan meningkatnya kemitraan antara
non direktif. lintas program, lintas sektoral dan institusi
lainnya baik di tingkat puskesmas maupun
Dukungan Lintas Program Dan Lintas kabupaten dalam pelaksanaan kegiatan PHBS,
Sektor maka pencapaian keberhasilan program PHBS
Dukungan kegiatan PHBS dari lintas akan cepat terlihat dan akhirnya tujuan dari
sektor dan lintas prgram ditingkat puskesmas paradigma sehat akan segera terwujud.
hanya terbatas pada pertemuan saja.
Menurut Depkes RI (1999), berkaitan Pertemuan / Pelatihan
dengan paradigma sehat dinyatakan bahwa Semua petugas puskesmas hingga
paradigma sehat adalah cara pandang, pola pengelolan PHBS tingkat puskesmas pernah
pikir, atau model pembangunan kesehatan mengikuti pertemuan dan pelatihan tentang
yang bersifat holistik, melihat masalah PHBS yang diadakan oleh dinas kesehatan
kesehatan yang dipengaruhi oleh banyak Depok. Selain memperoleh pengetahuan
faktor yang bersifat lintas sektor.6 Kegiatan tentang PHBS dari pertemuan dan pelatihan
PHBS sebagai operasionalisasi paradigma juga dari buku pedoman yang mereka peroleh.
sehat di lapangan, cara pandang dalam Menurut penulis, pertemuan atau
memecahkan permasalahan permasalahan sejenisnya dalam rangka pengelolaan PHBS
PHBS harus bersifat holistik atau menyeluruh, perlu terus ditingkatkan agar petugas
melihat bahwa masalah PHBS banyak pengelola PHBS profesional dalam mengelola
dipengaruhi oleh lintas program dan lintas PHBS di lapangan pada wilayah kerjanya.
sektor sehingga penanggulangannya juga harus
melibatkan lintas program dan lintas sektor. Kendala / Hambatan
Selama ini terkesan kegiatan PHBS di Kendala menyangkut pelaksanaan
lapangan adalah milik kesehatan saja, padahal kegiatan PHBS di tingkat puskesmas menurut
jika kita melihat arah pembangunan kesehatan informan mereka saat ini bekerja rangkap
yang disampaikan, maka keterlibatan sektoral program tidak hanya melaksanakan kegiatan
dalam rangka mensuksesan PHBS sangat besar PHBS saja dan tidak adanya tenaga khusus
peranannya. Kemitraan antara lintas program, promkes.
lintas sektoral dan institusi lain terkait dengan Adanya pekerjaan rangkap tersebut
kegiatan PHBS perlu terus dibina baik di menurut penulis dapat menyebabkan kegiatan
tingkat puskesmas maupun kabupaten.19 PHBS tidak maksimal dilaksanakan, terkesan
Mengenai kemitraan ini ada tiga prinsip sambilan saja. Padahal dalam mengelola
dasar yang harus diketahui jika kita ingin kegiatan PHBS ini harus fokus dan secara
melakukan kemitraan dengan pihak lain. kontinu (bukan sambilan) karena masalah
Ketiga prinsip kemitraan tersebut adalah yang dihadapi sangat kompleks. Demikian
kesetaraan, transparan, dan saling pula kurangnya SDM yang berbasis keilmuan
20
menguntungkan. Kesetaraan artinya bahwa promosi kesehatan di puskesmas menyebabkan
setiap mitra kerja dalam melaksanakan beban kerja pengelola menjadi berat termasuk
kegiatan PHBS perlu dihormati dan diberi pembinaan ke lapangan sehingga frekuensi
pengakuan dalam hal kemampuan dan nilai- pembinaan puskesmas ke wilyah kerjanya
nilai yang dimiliki serta memberikan menjadi rendah.
kepercayaan penuh kepada masing-masing
mitra dalam pelaksanaannya. Transparan Keterbatasan Penelitian
artinya kemitraan tidak dapat berjalan dengan Penelitian ini didapatkan beberapa
baik bila ada ketidakpercayaan atau keterbatasan yaitu tatanan yang diambil dalam
70
Cakradonya Dent J 2017; 9(1):62-72

penelitian ini hanya tatanan rumah tangga SARAN


padahal ada beberapa tatanan lainnya yaitu Berdasarkan hasil penelitian, maka
tatanan instistusi kesehatan, institusi penulis menyampaikan beberapa saran sebagai
pendidikan, tempat umum dan tempat kerja. berikut proses menggerakkan dan
Keterbatasan lain, informasi dari kepala melaksanakan kegitan PHBS tatanan rumah
puskesmas tidak dapat diperoleh karena yang tangga di daerah panduan PHBS, pelaksanaan
bersangkutan tidak berada di tempat dan kegiatan agar tidak hanya empowerment saja
terkendala administrasi karena meminta tetapi juga perlu kegiatan social support dan
adanya surat resmi dari dinas kesehatan untuk advocacy. Menyangkut kegiatan
melakukan interview. Namun hal ini dapat menggerakkan kegiatan PHBS agar lebih
diatasi dengan mencoba menggali informasi ditingkatkan terutama dalam hal atau yang
dari pengelola PHBS tingkat puskesmas berkaitan dengan pengelolaan atau upaya
menggerakkan sumber daya manusia.
KESIMPULAN Untuk menambahkan peran serta
Berdasarkan hasil penelitian dan masyarakat sehingga tumbuh kebutuhannya
pembahasan, maka dapat ditarik kesimpulan akan pentingnya PHBS, maka diperlukan
bahwa penggerakan dan pelaksanaan kegiatan tenaga penggerak baik formal maupun tidak
PHBS tatanan rumah tangga di lingkungan formal di masyarakat.
kampus FKM UI, wilayah kerja Puskesmas Sosialisasi dan dukungan lintas program
Beji dan Kemiri Muka, masih terbatas hanya serta lintas sektor baik di tingkat puskesmas
kepada upaya melaksanakan kegiatan yang maupun kabupaten perlu terus dibina dan
telah direncanakan saja, selain itu pelaksanaan ditingkatkan perannya karena PHBS
kegiatan PHBS masih bersifat empowerment. merupakan salah satu kebijakan. Pembinaan
Idealnya ketiga strategi tersebut perlu tingkat kabupaten ke puskesmas dalam rangka
dilakukan secara bersama, saling mengisi dan kegiatan PHBS perlu terus ditingkatkan
melengkapi, tidak hanya empowerment saja kualitas dan kuantitasnya.
tetapi perlu kegiatan social support dan Dokumen hasil kegiatan PHBS dapat
advocacy. Sedangkan upaya menggerakkan menjadi sarana komunikasi antara pimpinan
kegiatan PHBS yang lebih menitikberatkan lama dan baru pemegang program PHBS
kepada pengelolaan sumber daya manusia sehingga komitmen atau hasil yang telah
justru belum berjalan. diperoleh dapat dijalankan secara
Tingkat pengetahuan PHBS masyarakat berkesinambungan.
tentang gizi, kesehatan lingkungan dan gaya Buku panduan atau dikenal dengan
hidup sudah cukup baik. Namun pengetahuan istilah buku pedoman pembinaan program
terkait peran serta masyarakat dalam upaya PHBS perlu dilakukan revisi terutama
kesehatan masih rendah. Untuk berhubungan dengan indikator PHBS,
menumbuhkan peran serta masyarakat agar penentuan prioritas masalah dan
tumbuh kebutuhannya akan pentingnya PHBS, menggerakkan kegiatan PHBS. Terkait
maka diperlukan tenaga penggerak, baik indikator PHBS; agar istilah, pengertian, cara
tenaga formal maupun tidak formal di pengisian maupun definisi operasional
masyarakat.19,20 Dukungan dari lintas program berkaitan dengan indikator PHBS lebih
dan lintas sektor baik di tingkat puskesmas diperjelas sehingga dapat dipahami oleh
maupun kabupaten pun masih kurang. pengelola atau pelaksana program PHBS di
Untuk peningkatan kualitas SDM Tidak lapangan. Perlunya penentuan prioritas
semua pengelola program PHBS pernah masalah; agar dapat disampaikan beberapa
mengikuti pelatihan khusus tentang PHBS metode atau teknik lainnya seperti metode
secara intensif. Mereka mempelajari tentang Delbec, Hanlon, pembobotan, metode Delphi
PHBS selain dari pertemuan juga dengan cara atau metode lainnya. Untuk menggerakkan
membaca buku panduan PHBS. Kendala kegiatan PHBS; perlu ditambahkan tentang
klasik yang dikemukakan dari informan beberapa teori berkaitan dengan pengelolaan
pengelola PHBS di tingkat puskesmas adalah sumber daya manusia terutama tentang
bahwa mereka bekerja rangkap tidak hanya motivasi dan kepemimpinan. Harapannya
mengelola kegiatan PHBS. Kurangnya tenaga kedepan hasil penelitian ini dapat digunakan
staf yang memiliki pendidikan PromKes sebagai dasar untuk pengembangan penelitian
menjadi masalah tersendiri yang menghambat kuantitatif.
proses pelaksanaan PHBS.
71
Cakradonya Dent J 2017; 9(1):62-72

DAFTAR PUSTAKA 11. Praktiknya, AW. Dasar-Dasar


1. Krishnan A, Ekowati R, Baridalyne, Metodologi Penelitian Kedokteran dan
Kusumawardani N, Suhardi, Kapoor Kesehatan. Jakarta: Raja Grafindo, 1993
SK., Leoski J. Evaluation of 12. Hudelson, Patricia M. Qualitative
Community-based Intervenstions for Research For Health Programmes.
non-communicable Disease: Geneva: Division of Mental Health
Experiences from India and Indonesia. World Health Organization, 1994
Health Promotion International 2010; 13. Green, Lawrence W. Health Promotion
26(3):276-288 Planning an Educational and
2. Depkes RI. Undang-undang Republik Environmental Approach. Institute of
Indonesia No.23 Tahun 1992 Tentang Health Promotion Research University
Kesehatan. Jakarta: 1992 of British Columbia: 1991
3. Notoatmodjo, S, 1993. Pengantar 14. World Health Organization.
Pendidikan Kesehatan dan Ilmu Development of Indicators for
Perilaku Kesehatan. Yogyakarta: Andi Monitoring Progress towards Health
Offset, 1993 For All by the Year 2000. Geneva: 1981
4. Glanz, Karen, et al. Health Behavior 15. Ilyas, Yaslis. Materi Pengajaran
and Health Education. Second edition. Manajemen Sumber Daya Manusia
San Fransisco: 1997 Kesehatan. Program Studi Ilmu
5. Britha Mikkelsen. Metode Penelitian Kesehatan Masyarakat UI: 1998
Parsipatoris dan Upaya-upaya 16. Notoatmodjo, S dkk. Pendidikan-
Pemberdayaan. Yayasan Obor Promosi dan Perilaku Kesehatan.
Indonesia: 1999 Program Studi Ilmu Kesehatan
6. Depkes RI. Pedoman Pembinaan Masyarakat Kekhususan PKIP. Depok:
Perilaku Hidup Bersih dan Sehat di 2000
Tatanan Rumah Tangga. Pusat 17. Notoatmodjo S, Sarwono S. Pengantar
penyuluhan kesehatan masyarakat. Ilmu Perilaku Kesehatan. BPKM-FKM
Jakarta: 1999 UI. Depok: 1985
7. Cassell chaterine, Symon Gillian. 18. Sarwono, Sarlito, dkk.
Qualitative Methods in Organizational Pengorganisasian dan Pengembangan
Research. SAGE Publication 1994 Masyarakat. Badan Penerbit Kesehatan
8. Scrimshaw, Susan C.M. Rapid Masyarakat, FKM-UI. Depok: 1979
Assessment Procedures for Nutrition 19. Gelberding. Handbook of Interventions
and Primary Health Care. Tokyo: The for Changing People and Communities.
United Nations University, 1987 Nevada: Context Press, 2004
9. Creswell JW. Research Design 20. Herawati, Lucky. Hubungan Program
Qualitative and Quantitative Approach. Dokter Kecil dengan Pengetahuan,
Lincoln : Sage Publication, 2003 Sikap dan Praktek Kebersihan
10. Bachtiar, Adang dkk. Metodologi Perorangan Siswa-Siswa Sekolah Dasar
Penelitian Kesehatan. Paket Mata Negeri di Kotamadya Yogyakarta tahun
Ajaran, Program Studi Kesehatan 1990. Tesis. Program Studi Ilmu
Masyarakat UI. Depok: 2000 Kesehatan Masyarakat UI. Depok: 1990

72

Anda mungkin juga menyukai