ABSTRAK
Derajat kesehatan dipengaruhi oleh faktor lingkungan dan perilaku maka upaya peningkatan perilaku
hidup bersih dan sehat (PHBS) melalui pemberdayakan masyarakat mutlak diperlukan guna
tercapainya paradigma sehat. Tujuan penelitian ini adalah diperolehnya informasi yang mendalam
tentang proses pelaksanaan kegiatan PHBS tatanan rumah tangga dan kosan di lingkungan kampus UI
Kota Depok dalam rangka pengembangan program PHBS di masa yang akan datang. Penelitian ini
menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan fenomenologi deskriptif. Pengambilan data
dilakukan dengan wawancara mendalam dan observasi terhadap informan penelitian yaitu ibu rumah
tangga, mahasiswa kos, petugas puskesmas pengelola program PHBS dan tokoh masyarakat. Analisis
data hasil wawancara menggunakan tahapan analisis berdasarkan Colaizzi. Hasil penelitian ini
menyatakan bahwa upaya menggerakkan kegiatan PHBS yang menitikberatkan kepada pengelolaan
sumber daya manusia justru belum dijalankan. Peran serta masyarakat dalam upaya kesehatan masih
rendah, ditambah belum tersedianya petugas khusus baik tenaga formal maupun tidak formal untuk
menggerakkan masyarakat dalam kegiatan PHBS secara kontinu. Diperoleh kesimpulan bahwa
penggerakkan dan pelaksanaan kegiatan PHBS tatanan rumah tangga di lingkungan kampus belum
maksimal, terbatas kepada pelaksanaan yang bersifat empowerment.
Kata Kunci: program PHBS, tatanan rumah tangga
ABSTRACT
Quality of life is influenced by both environmental and behavioral factors, therefore improving the
clean and healthy lifestyles (PHBS) through empowering the community is absolutely needed in order
to achieve the health paradigm. The aim of study was to gain deep information regarding the
implementation process of PHBS in the household and rented rooms around housing complex area of
University of Indonesia in Depok, towards the development of PHBS program in the future. This
study used qualitative method with descriptive phenomenology. Data was collected through in-depth
interview followed by observation to the information providers comprising housewives, room-renter
students, staffs of public health centers who organize PHBS program, and public figures. The
questionnaire results were analyzed using steps of analysis according to Colaizzi. The study results
showed that efforts to activate PHBS program which prioritize on the management of human power
has apparently not been implemented. The society involvement towards health was still low, this
situation was coupled with unavailability of staffs either formal or informal who mobilize the society
continuously in actions of PHBS program. In conclution, that mobilization and implementation PHBS
programs in household context within the housing complex area has not adequate, only practiced in
empowerment-type of action.
Keywords: clean and healthy lifestyle program, household.
62
Cakradonya Dent J 2017; 9(1):62-72
jalan margonda gang beringin dan gang olah raga. Kan menyapu, mengepel tu olah
kedondong pondok cina (lingkungan kampus raga juga. Trus bersiin kamar mandi”
FKM UI) Depok, Jawa Barat. “jaga diri...kalo sakit berobat, jangan ada
pikiran, mandi, makan teratur, bersiin rumah”
Tabel 2. Data Pengelola PHBS Puskesmas “hidup sehat itu kan kita harus jaga
Menurut Lokasi, Pendidikan, Lama Bekerja Dan kesehatan, makan makanan yang sehat, tidak
Status Pegawai merokok, olah raga, tidak mabuk-mabukkan”
Puskes Jenis Pendidikan Lama Status
mas kelamin Bekerja Pega Informan dari petugas pengelola
di PKM wai
program PHBS puskesmas mengatakan bahwa
Beji P D3 2 tahun PNS kegiatan pelaksanaan PHBS dilakukan melalui
Kesling penyuluhan terhadap perpanjangan tangan
Kemiri puskesmas yakni ibu-ibu kader pengelola
Muka P D3 Gizi 3 tahun PNS
posyandu, terkadang disertai pembagian
poster. Sedangkan disekolah pelaksanaan
Tabel 3. Data Masyarakat Peserta Wawancara PHBS dilakukan melalui penyuluhan kepada
Mendalam Menurut Lokasi, Umur, Pendidikan para guru yang selanjutnya disosialisasikan
Data Gang Gang Jumlah kepada siswa-siswinya. Sebagaimana
Beringin Kedondong
dikemukakan sebagai berikut :
Jumlah 2 2 “PHBS dengan menggunakan perpanjangan
Informan tangan dari kader...petugas pengelola
Umur : posyandu...yaa tiap petugas puskesmas punya
25 – 45 1 1 2 tugas juga sebagai promkes”
46 - 60 1 1 2 “penyuluhan sih ke tokoh masyarakatnya...RT
Pendidikan : atau orang yang dituakan, mulai dari
Tamat SD 1 1 2 mereka...kalo di sekolah penyuluhan ke
Tamat 1 1 2 gurunya”
SLTP “pemasangan poster...pamflet di puskesmas....
terus juga di masyarakat dibagi-bagikan di
Informan dari tokoh masyarakat yang posyandu kalo lagi ada program...seperti
diambil adalah ketua rukun tetangga (RT) dan kemarin ada program pemberian obat cacing
atau sekretaris RT berjumlah 4 orang, ada laki- filariasis...kadang kita serahkan ke RW
laki dan perempuan, dengan umur bervariasi terserah mau ditempel dimana yang mudah
yaitu 29 th, 37 th, 49 th dan 56 th, hanya 1 dibaca warga”
informan yang berpendidikan tamat SLTP
sedangkan yang lainnya berpendidikan tamat Penulis juga mencoba menggali
SD. Informan dari mahasiswa kos yang informasi dari masyarakat tentang istilah
diambil adalah mahasiswa FKM tingkat 2 PHBS, kegiatan yang pernah dilaksanakan
yang kos berjumlah 4 orang, dengan variasi dalam kehidupan sehari-hari berkaitan dengan
jurusan yakni 1 orang jurusan Gizi, 1 orang PHBS dan pendapat tentang PHBS berkaitan
jurusan Epid, 1 orang jurusan Kesling dan 1 dengan gizi, kesehatan lingkungan, gaya hidup
orang jurusan K3. dan peran serta dalam upaya kesehatan.
Adapun hasil wawancara terkait Sebagian besar informan pernah
penggerakan dalam rangka pelaksanaan mendengar istilah hidup sehat, yang dimaksud
kegiatan PHBS hampir semua informan dengan perilaku hidup sehat oleh sebagian
menyatakan penggerakan tidak dilakukan besar informan adalah kegiatan yang berkaitan
tersendiri melainkan bersamaan dengan dengan kebersihan lingkungan baik didalam
kegiatan posyandu. Sedangkan pelaksanaan maupun diluar rumah, beberapa informan
kegiatan PHBS disampaikan oleh hampir lainnya memberikan jawaban bervariasi yaitu
semua informan menurut pengetahuannya kegiatan yang berkaitan dengan kebersihan
adalah pembersihan rumah dan pekarangan, perorangan dan makanan yang bergizi,
makan makanan yang sehat dan berolah raga, sebagaimana dikemukakan informan sebagai
sebagaimana dikemukakan berikut : berikut :
“yaa pekerjaan rumah tangga...bersih-bersih “jaga kebersihan, makan makanan yang sehat,
rumah, memasak, makan yang sehat-sehat, mandi, bersihkan rumah, berobat bila sakit”
65
Cakradonya Dent J 2017; 9(1):62-72
membantu diterimanya seseorang dari orang Ross, 1967).15,16 Mengingat kegiatan PHBS ini
lain atau kelompok sehingga orang tersebut banyak berkaitan dengan masalah perilaku di
percaya bahwa mereka merasa dicintai dan masyarakat maka pengelola PHBS harus
diperhatikan, dihargai dan mempunyai arti dan mengetahui bagaimana melakukan
bagian dari kehidupan sosial baik keluarga dan pengorganisasian dan pengembangan
masyarakat sehingga dapat membantu, masyarakat sehingga kegiatan PHBS nantinya
melayani dan saling membantu disaat dapat dilaksanakan oleh masyarakat setempat
membutuhkan dan kesulitan.4 Menurut WHO bersama-sama dengan petugas. Selama ini
social support adalah strategi yang ditujukan kegiatan PHBS terkesan hanya datang dari
kepada sasaran antara atau sekunder agar dapat petugas tanpa melibatkan peran serta
menyuarakan pendapat umum atau opini masyarakat sehingga kurang maksimal
sehingga masyarakat atau sasaran primer capaiannya.
terdorong untuk melakukan perilaku hidup
sehat.13,14 Realisasinya di lapangan, ketiga Istilah PHBS
strategi tersebut dilakukan secara bersamaan, Sebagian besar informan sudah
saling mengisi dan melengkapi. mengetahui tentang istilah hidup sehat, mereka
Menurut hampir semua informan mengemukakan antara lain kegiatan yang
kegiatan yang pernah dilakukan berkaitan berkaitan dengan kebersihan lingkungan baik
dengan PHBS adalah penyuluhan di posyandu, didalam maupun diluar rumah. Beberapa
pembersihan lingkungan dan fogging. informan menyebutkan kegiatan yang
Keberhasilan dari penggerakan dan berkaitan dengan kebersihan perorangan dan
pelaksanaan tidak terlepas dari peran manajer makanan yang bergizi. Berdasarkan hal
atau pmpinan. Menurut Muninjaya, A.A Gde tersebut, maka sosialisasi PHBS di daerah
(1999), penggerakan dan pelaksanaan lebih tersebut akan lebih mudah diterima oleh
menitikberatkan perhatian kepada pengelolaan masyarakat dan tidak bertentangan dengan
sumber daya manusia sehingga fungsi istilah yang ada di masyarakat.
pengerakkan dan pelaksanaan sangat erat
hubungannya dengan perilaku manusia. Kegiatan berkaitan dengan PHBS
Sehubungan dengan itu seorang manajer atau Perilaku atau kegiatan yang pernah
pimpinan harus mampu memotivasi diri dan dilakukan di masyarakat dikemukakan oleh
stafnya, memiliki kepekaan yang tinggi sebagian besar informan adalah kegiatan yang
terhadap permasalahan organisasi.16,17 berkaitan dengan pekerjaan sehari-hari yang
Manajer atau pimpinan kegiatan PHBS umum dilakukan oleh ibu rumah tangga seperti
untuk tingkat puskesmas adalah kepala mengepel, menyapu, membersihkan kaca,
puskesmas yang dalam pelaksanaannya mencuci, menyetrika, memasak untuk keluarga
dilimpahkan kepada koordinator PKM sebagai dan mengurus anak. Sedangkan beberapa
pengelola PHBS tingkat puskesmas sedangkan informan mengemukakan bervariasi yaitu
untuk tingkat kabupaten adalah kepala dinas buang air besar di WC, makanan bergizi, olah
kesehatan kabupaten yang dalam raga, cuci tangan, dan tidak merokok.
pelaksanaannya dilimpahkan kepada kepala Berdasarkan keterangan tersebut
seksi PKM tingkat kabupaten sebagai ternyata masyarakat di daerah tersebut telah
pengelola PHBS tingkat kabupaten. melaksanakan kegiatan sehubungan dengan
Berkaitan dengan kegiatan PHBS di perilaku hidup sehat secara rutin sehari-hari.
daerah kerjanya, sebagian besar pimpinan Namun menurut penulis masih ada beberapa
kurang menyadari akan pentingnya peran kegiatan PHBS yang belum pernah atau tidak
mereka dalam menggerakkan dan dilakukan oleh masyarakat sehingga dalam
melaksanakan kegiatan PHBS sehingga pendekatan di masyarakat nantinya perlu
pelaksanaan kegiatan PHBS yang berjalan dipilah-pilah mana yang pernah dilakukan dan
belum maksimal. mana yang belum pernah dilakukan. Dengan
Bagi pengelola kegiatan PHBS di begitu, maka petugas akan lebih mudah dalam
tingkat puskesmas, ada empat peran yang juga memahami permasalahan yang ada di
harus dilakukan oleh seorang petugas dalam masyarakat sehingga intervensi terhadap
rangka pengorganisasian dan pengembangan kegiatan PHBS akan lebih mudah.
masyarakat terkait pelaksanaan kegiatan PHBS Hasil observasi menunjukkan bahwa
yaitu penuntun, pemberi kesempatan, sebagai sebagian besar masyarakat telah
seorang ahli, dan seorang terapi (Murray G. mengaplikasikan perilaku hidup sehat dalam
68
Cakradonya Dent J 2017; 9(1):62-72
kesehariannya, rumah dan pekarangannya baik dari petugas atau tokoh lainnya berkaitan
bersih dan tersedia tempat sampah, dan dengan PHBS.13 Selain itu menurut Green
menggunakan jamban (WC) di rumah. Ada tidak hanya dipengaruhi oleh ketiga faktor
juga sebagian kecil yang pekarangannya kotor tersebut tetapi juga dipengaruhi oleh
dengan sampah dan tong sampahnya perekonomian, pendapatan dan lain-lain
berserakan. Kesehariannya masyarakat sehingga terciptanya PHBS. Semua faktor
menggunakan air bersih dan sebagian besar tersebut harus saling mendukung satu sama
memiliki toren (penampungan air). Informan lain dalam rangka terwujudnya perilaku hidup
juga memiliki kuku yang pendek dan bersih bersih dan sehat.
dan rutin membersihkan rumah serta
pekarangan. Sedangkan untuk selokan hampir Peran Serta Masyarakat
semua informan kurang memperhatikan Menurut informan pengelola PHBS
kebersihan selokan/ got sehingga mampet dan puskesmas, untuk menumbuhkan peran serta
kotor. masyarakat khususnya peran serta dalam
kegiatan PHBS di masyarakat perlu ada yang
Pengetahuan PHBS menggerakkan dari tokoh masyarakat setempat
Pengetahuan masyarakat tentang PHBS khususnya ketua RT, kemudian perlu adanya
berkaitan dengan gizi, kesehatan lingkungan petugas khusus dilapangan untuk
dan gaya hidup sudah cukup baik. Namun menggerakkan masyarakat. Selama ini,
pengetahuan PHBS berkaitan dengan peran didaerah panduan PHBS, peran serta
serta dalam upaya kesehatan khususnya gaya masyarakat tidak tumbuh secara optimal tetapi
hidup sehat masih rendah. Pengetahuan yang hanya bersifat insidentil bila ada kegiatan
tinggi tentang PHBS tidak menjamin tertentu saja.
seseorang atau masyarakat berperilaku atau Menurut Ida Bagus Mantra (1991),
melakukan kegiatan sesuai dengan peran serta masyarakat khususnya dalam
pengetahuan yang diketahuinya. Lawrence W. bidang kesehatan adalah keadaan dimana
Green (1991) menyatakan bahwa perilaku dan individu, keluarga, maupun masyarakat umum
gaya hidup dipengaruhi oleh tiga faktor yaitu ikut serta bertanggungjawab terhadap
predisposing, enabling, dan reinforcing kesehatan diri, keluarga ataupun kesehatan
factors.13 Predisposing factors menyangkut masyarakat lingkungannya.17
pengetahuan, sikap, kepercayaan, keyakinan, Menumbuhkan peran serta masyarakat
nilai-nilai dan persepsi seseorang yang akan pentingnya penerapan PHBS di
menjadi dasar motivasi individu atau masyarakat diperlukan proses
kelompok untuk bertindak. Enabling factors pengorganisasaian dan pengembangan
terwujud dalam lingkungan fisik, sumber daya masyarakat dimana petugas dan masyarakat
yang diperlukan untuk menunjang perilaku duduk bersama membahas permasalahan yang
seperti tersedianya fasilitas pelayanan berkaitan dengan kegiatan PHBS di
kesehatan, petugas, terjangkaunya biaya dan wilayahnya.
jarak. Pendekatan yang dapat dilakukan ada 2
Sedangkan reinforcing factors adalah yaitu pendekatan yang bersifat direktif dan non
faktor yang menentukan apakah tindakan direktif (Sarwono, Sarlito, 1979).18 Pada
kesehatan memperoleh dukungan atau tidak pendekatan yang bersifat direktif diasumsikan
dan dapat terwujud melalui sikap dan perilaku bahwa petugas mengetahui apa yang
petugas dalam suatu pelayanan. Selain dibutuhkan dan apa yang baik untuk
dipengaruhi oleh ketiga faktor tersebut, masyarakat sehingga dalam hal ini peran
perilaku dan gaya hidup dapat dipengaruhi petugas lebih dominan dibandingkan dengan
oleh lingkungan sekitar. peran masyarakat, interaksi yang muncul lebih
Model yang dikembangkan oleh Green bersifat instruktif dan masyarakat dilihat
ini jika dihubungkan dengan PHBS, maka sebagai obyek dari kegiatan tersebut.
predisposing-nya adalah menyangkut Sedangkan pada pendekatan non direktif
pengetahuan, sikap, kepercayaan, keyakinan, diasumsikan bahwa masyarakat sebenarnya
nilai-nilai dan persepsi seseorang tentang mengetahui apa yang mereka butuhkan dan
PHBS yang menjadi dasar motivasi untuk apa yang baik untuk mereka sehingga peran
bertindak. Enabling-nya adalah ketersediaan pokok ada pada masyarakat sedangkan petugas
sumber daya berkaitan dengan PHBS, lebih bersifat menggali dan mengembangkan
sedangkan reinforcing-nya adalah dukungan potensi masyarakat yang sudah ada, praksarsa
69
Cakradonya Dent J 2017; 9(1):62-72
kegiatan dan sumber daya yang dibutuhkan merahasiakan sesuatu dalam pelaksanaan
berasal dari masyarakat, interaksi yang muncul kegiatan PHBS. Tetapi ini tidak berarti bahwa
bersifat partisipatif dan masyarakat dilihat setiap mitra kerja harus mengetahui segala
sebagai subyek dalam pembangunan.19 sesuatunya. Mereka harus mempunyai
Masyarakat yang sudah mampu keyakinan bahwa mereka akan melakukan
mendayagunakan potensi yang dmiliki perlu perjanjian dengan terbuka dan jujur dalam
didekati dengan pendekatan non direktif rencana pelaksanaan PHBS. Saling
sedangkan masyarakat yang belum mampu menguntungkan artinya mitra kerja satu sama
dalam tingkat perkembangannya bisa dimulai lain merasa diuntungkan dengan adanya
dengan pendekatan direktif yang kemudian kegiatan PHBS.
secara bertahap diarahkan menuju pendekatan Dengan meningkatnya kemitraan antara
non direktif. lintas program, lintas sektoral dan institusi
lainnya baik di tingkat puskesmas maupun
Dukungan Lintas Program Dan Lintas kabupaten dalam pelaksanaan kegiatan PHBS,
Sektor maka pencapaian keberhasilan program PHBS
Dukungan kegiatan PHBS dari lintas akan cepat terlihat dan akhirnya tujuan dari
sektor dan lintas prgram ditingkat puskesmas paradigma sehat akan segera terwujud.
hanya terbatas pada pertemuan saja.
Menurut Depkes RI (1999), berkaitan Pertemuan / Pelatihan
dengan paradigma sehat dinyatakan bahwa Semua petugas puskesmas hingga
paradigma sehat adalah cara pandang, pola pengelolan PHBS tingkat puskesmas pernah
pikir, atau model pembangunan kesehatan mengikuti pertemuan dan pelatihan tentang
yang bersifat holistik, melihat masalah PHBS yang diadakan oleh dinas kesehatan
kesehatan yang dipengaruhi oleh banyak Depok. Selain memperoleh pengetahuan
faktor yang bersifat lintas sektor.6 Kegiatan tentang PHBS dari pertemuan dan pelatihan
PHBS sebagai operasionalisasi paradigma juga dari buku pedoman yang mereka peroleh.
sehat di lapangan, cara pandang dalam Menurut penulis, pertemuan atau
memecahkan permasalahan permasalahan sejenisnya dalam rangka pengelolaan PHBS
PHBS harus bersifat holistik atau menyeluruh, perlu terus ditingkatkan agar petugas
melihat bahwa masalah PHBS banyak pengelola PHBS profesional dalam mengelola
dipengaruhi oleh lintas program dan lintas PHBS di lapangan pada wilayah kerjanya.
sektor sehingga penanggulangannya juga harus
melibatkan lintas program dan lintas sektor. Kendala / Hambatan
Selama ini terkesan kegiatan PHBS di Kendala menyangkut pelaksanaan
lapangan adalah milik kesehatan saja, padahal kegiatan PHBS di tingkat puskesmas menurut
jika kita melihat arah pembangunan kesehatan informan mereka saat ini bekerja rangkap
yang disampaikan, maka keterlibatan sektoral program tidak hanya melaksanakan kegiatan
dalam rangka mensuksesan PHBS sangat besar PHBS saja dan tidak adanya tenaga khusus
peranannya. Kemitraan antara lintas program, promkes.
lintas sektoral dan institusi lain terkait dengan Adanya pekerjaan rangkap tersebut
kegiatan PHBS perlu terus dibina baik di menurut penulis dapat menyebabkan kegiatan
tingkat puskesmas maupun kabupaten.19 PHBS tidak maksimal dilaksanakan, terkesan
Mengenai kemitraan ini ada tiga prinsip sambilan saja. Padahal dalam mengelola
dasar yang harus diketahui jika kita ingin kegiatan PHBS ini harus fokus dan secara
melakukan kemitraan dengan pihak lain. kontinu (bukan sambilan) karena masalah
Ketiga prinsip kemitraan tersebut adalah yang dihadapi sangat kompleks. Demikian
kesetaraan, transparan, dan saling pula kurangnya SDM yang berbasis keilmuan
20
menguntungkan. Kesetaraan artinya bahwa promosi kesehatan di puskesmas menyebabkan
setiap mitra kerja dalam melaksanakan beban kerja pengelola menjadi berat termasuk
kegiatan PHBS perlu dihormati dan diberi pembinaan ke lapangan sehingga frekuensi
pengakuan dalam hal kemampuan dan nilai- pembinaan puskesmas ke wilyah kerjanya
nilai yang dimiliki serta memberikan menjadi rendah.
kepercayaan penuh kepada masing-masing
mitra dalam pelaksanaannya. Transparan Keterbatasan Penelitian
artinya kemitraan tidak dapat berjalan dengan Penelitian ini didapatkan beberapa
baik bila ada ketidakpercayaan atau keterbatasan yaitu tatanan yang diambil dalam
70
Cakradonya Dent J 2017; 9(1):62-72
72