PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Keberhasilan pembangunan suatu bangsa sangat tergantung pada Sumber Daya Manusia
(SDM) sedangkan keberhasilan SDM sangat ditentukan oleh pendidikannya. Hal yang menjadi
sorotan pada dunia pendidikan dewasa ini adalah rendahnya mutu lulusan pada setiap jenjang
pembelajaran konvensional yang belum menuntut keaktifan siswa dalam proses kegiatan
pembelajarannya. Sehingga banyak siswa yang menganggap bahwa matematika adalah pelajaran
yang menakutkan dan sulit untuk dikuasai siswa. Padahal pembelajaran matematika sangat
menuntut keaktifan dan keterampilan siswa untuk mengolah data yang diberikan guru.
berhitung saja, tetapi keterampilan yang mengembangkan kemampuan berpikir. Selama ini
proses pembelajaran matematika di setiap tingkat pendidikan hanya terbatas pada peningkatan
pembelajaran, perlu adanya perubahan yang dapat mewujudkan apa yang diharapkan dalam
membuat masalah dan menyelesaikan masalah. Salah satu perubahan yang dapat menuntut
Posing.
1
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan, maka rumusan masalah
C. Tujuan Penulisan
2
BAB II
PEMBAHASAN
Menurut Brown dan Walter (1990, dalam Muhfida 2010), pada tahun 1989 untuk pertama
berbagai media seperti buku teks, jurnal serta menjadi saran yang konstruktif dan mutakhir
Problem Posing adalah istilah dalam bahasa Inggris yaitu dari kata “problem” artinya
masalah, soal/persoalan dan kata “pose” yang artinya mengajukan (Echols dan Shadily, 1995:
439 dan 448 dalam Muhfida 2010). Problem Posing mempunyai beberapa padanan dalam bahasa
Indonesia. Suryanto (1998:7, dalam Siswono 2000:3) dan As’ari (2000:4) memadankan istilah
Problem Posing dengan pembentukan soal. Sedangkan Sutiarso (1999:16) menggunakan istilah
membuat soal, Siswono (1999:7) menggunakan istilah pengajuan soal, dan Suharta (2001:4)
Problem Posing dapat membantu siswa dalam mencari topik baru dan menyediakan
pemahaman yang lebih mendalam. Selain itu juga, Problem Posing dapat mendorong terciptanya
ide-ide baru yang berasal dari setiap topik yang diberikan. Topik disini khususnya dalam
pembelajaran matematika. “…Problem Posing can help student to see standard topic in a new
light and provide them with a deeper understanding of it as well. it can also encourage the
creation of new ideas derived from any given topic. althought our focus is on the field of
3
mathematics, the stragies we discuss can be applied to activities as diverse as trying”. (Brown
yang mewajibkan para peserta didik untuk mengajukan soal sendiri melalui belajar soal (berlatih
soal) secara mandiri. Maksud dari berlatih soal secara mandiri adalah siswa dituntut belajar
untuk membuat soal sendiri dan menjawab soal yang dibuatnya, ini berbeda dengan
pembelajaran matematika yang biasa dilakukan di sekolah, yang biasanya guru yang membuat
soal dan siswa hanya mengerjakan soal yaang diberikan guru tersebut.
1. Berikan kepada siswa soal cerita tanpa pertanyaan, tetapi semua informasi yang
diperlukan untuk memecahkan soal tersebut ada. Tugas siswa adalah membuat pertanyaan
2. Guru menyeleksi sebuah topik dan meminta siswa untuk membagi kelompok. Tiap
guru untuk dikoreksi tentang kebaikan dan kesiapannya. Soal-soal tersebut nanti
digunakan sebagai latihan. Nama pembuat soal tersebut ditunjukkan, tetapi solusinya
tidak. Soal-soal tersebut didiskusikan dalam masing-masing kelompok dan kelas. Hal ini
akan memberi nilai komunikasi dan pengalaman belajar. Diskusi tersebut seputar apakah
soal tersebut ambigu atau tidak cukup kelebihan informasi. Soal yang dibuat siswa
4
tergantung interes siswa masing-masing. Sebagai perluasan, siswa dapat menanyakan soal
3. Siswa diberikan soal dan diminta untuk mendaftar sejumlah pertanyaan yang berhubungan
dengan masalah. Sejumlah pertanyaan kemudian diseleksi dari daftar tersebut untuk
diselesaikan. Pertanyaan dapat bergantung dengan pertanyaan lain. Bahkan dapat sama,
masalah tersebut akan membantu siswa "memahami masalah", sebagai salah satu aspek
Problem Posing dikatakan sebagai inti terpenting dalam disiplin matematika dan dalam sifat
pemikiran penalaran matematika. Pendekatan Problem Posing dapat membantu siswa dalam
mengembangkan keyakinan dan kesukaan terhadap matematika, sebab ide-ide matematika siswa
dicobakan untuk memahami masalah yang sedang dikerjakan dan dapat meningkatkan
Problem Posing matematika menurut Brown dan Walter dalam Muhfida (2010) terdiri
a. Tahap Accepting (Menerima)
Pada tahap ini distimulasi kemampuan siswa dalam memahami situasi yang diberikan
b. Tahap Challenging (Menantang)
Pada tahap ini terukur sejauh mana siswa merasa tertantang dari situasi yang diberikan
5
Problem Posing dalam matematika mempunyai beberapa arti Suryanto (1998:8, dalam
a. Perumusan soal sederhana atau perumusan ulang soal yang ada dengan beberapa
perubahan agar lebih sederhana dan dapat dikuasai. Hal ini terjadi dalam pemecahan
soal-soal yang rumit. Pengertian ini menunjukkan bahwa pengajuan soal merupakan
b. Perumusan soal yang berkaitan dengan syarat-syarat pada soal yang telah diselesaikan
dalam rangka pencarian alternative pemecahan atau alternative soal yang relevan
(Silver, et.all, 1996, dalam Dian 2012:157). Pengertian ini berkaitan erat dengan
langkah melihat kembali yang dianjurkan oleh Polya (1973) dalam memecahkan
masalah soal.
c. Perumusan soal atau pembentukan soal dari suatu situasi yang tersedia, baik dilakukan
Silver dan Cai (1996: 292, dalam Siswono 2000:5) mengklasifikasikan tiga aktivitas
Pre solution posing yaitu siswa membuat pertanyaan berdasarkan pernyataan yang
dibuat oleh guru. Contoh penerapan dalam soal, jika guru memberikan pernyataan sebagai
berikut. “Dari 85 anak diketahui hanya 12 anak yang tidak menyukai biskuit dan cokelat, 45
6
c. Berapakah banyaknya anak yang menyukai biskuit dan cokelat?
Within solution posing yaitu siswa memecah pertanyaan tunggal dari guru menjadi
Contoh penerapan dalam soal, jika guru memberikan pernyataan sebagai berikut.
“Dari 85 anak diketahui hanya 12 anak yang tidak menyukai biskuit dan cokelat, 45 anak
menyukai cokelat, dan 38 anak menyukai biskuit. Berapakah banyaknya anak yang menyukai
Post solution posing yaitu siswa membuat soal yang sejenis, seperti yang dibuat oleh
“Dari 85 anak diketahui hanya 12 anak yang tidak menyukai biskuit dan cokelat, 45 anak
Dari 42 siswa, 45 siswa menyukai atletik, 38 siswa menyukai senam, dan hanya 8 siswa yang
7
b. Berapakah banyaknya anak yang hanya menyukai senam?
Jawaban yang diharapkan dari siswa pada pembelajaran yang menerapkan problem posing
adalah jawaban yang diharapkan dari siswa terdiri atas soal yang dibuat oleh siswa berdasarkan
situasi yang disediakan dan penyelesaian untuk soal tersebut. Ditinjau dari aspek soal, Silver
(1996, dalam Dian 2012:159) mengklasifikasikan soal yang dibuat siswa menjadi 3 jenis, yaitu
mempunyai kaitan dengan informasi yang diberikan. Selanjutnya pertanyaan matematika dapat
diklasifikasikan atas pertanyaan matematika yang dapat diselesaikan dan pertanyaan matematika
yang tidak dapat diselesaikan. Pertanyaan matematika yang tidak dapat diselesaikan adalah
pertanyaan yang kekurangan informasi tertentu untuk menyelesaikannya atau pertanyaan yang
tidak mempunyai kaitan atau hubungan dengan informasi yang diberikan. Suatu pertanyaan
digolongkan sebagai pertanyaan yang dapat diselesaikan jika pertanyaan tersebut memuat
informasi yang cukup sehingga dapat diselesaikan. Pertanyaan matematika yang dapat
diselesaikan ini diklasifikasikan lagi oleh Upu (dalam Dian 2012:159) menjadi pertanyaan
matematika yang memuat informasi baru dan pertanyaan matematika yang tidak memuat
informasi baru.
Pertanyaan matematika yang dapat diselesaikan ditinjau pula sintaksis dan semantiknya.
Sintaksis berhubungan dengan tata bahasa, sedangkan semantik berhubungan dengan makna
8
1. Susunan kalimat dalam soal yang dibuat siswa sesuai dengan tata bahasa Indonesia dan
maknanya jelas.
Contoh:
2. Susunan kalimat dalam soal yang dibuat siswa “sedikit tidak sesuai” dengan tata bahasa
Contoh:
3. Susunan kalimat dalam soal yang dibuat siswa tidak sesuai dengan tata bahasa Indonesia dan
Contoh:
Situasi : Seorang peternak menyediakan rumput cukup untuk 15 ekor ternaknya selama 6
hari
Soal : Berapa banyak ikat rumput bila mempunyai 20 ekor sapi untuk dimakan selama 5
hari?
matematika. Pernyataan adalah respon siswa yang hanya berupa konjektur (Upu,2003:28), tidak
mengandung kalimat pertanyaan maupun perintah yang mengarah kepada matematika atau non-
matematika. Klasifikasi soal yang dibuat siswa dapat digambarkan pada gambar 2.1 berikut.
9
Gambar 2.1 Klasifikasi Soal yang Dibuat Siswa
pengajuan soal (problem posing) sebagaimana disajikan pada Tabel 2.1 berikut:
10
Tabel 2.1 Pedoman Penskoran Pengajuan Soal
a. Bila susunan kalimat dalam soal yang dibuat siswa sesuai dengan tata bahasa Indonesia
b. Bila susunan kalimat dalam soal yang dibuat siswa tidak sesuai dengan tata bahasa
1
Indonesia, tetapi maknanya masih dapat ditangkap, skornya
2
c. Bila susunan kalimat dalam soal yang dibuat siswa tidak sesuai dengan tata bahasa
Indonesia dan maknanya tidak jelas (tidak dapat ditangkap maksudnya), skornya lihat butir
5.
11
a. Mudah, bila untuk menyelesaikannya hanya langsung menggunakan data yang ada tanpa
1
mengolah dulu, langsung diterapkan, skornya
3
b. Sedang, bila untuk menyelesaikannya tidak hanya langsung menggunakan data yang ada,
tetapi diolah terlebih dahulu atau ditambah data lain dan untuk menyelesaikannya
2
menggunakan satu prosedur penyelesaian saja, skornya
3
c. Sulit, bila untuk menyelesaikannya tidak hanya menggunakan data yang ada, tetapi diolah
lebih dahulu atau ditambah data/syarat lain dan untuk menyelesaikannya memerlukan
4. Bila siswa tidak melalui tahap 2, tetapi langsung pada tahap 3 dan benar, tahap 2 diberi skor
1.
5. Untuk soal yang tidak jelas, hanya pernyataan saja, atau tidak sesuai dengan situasi yang ada,
aturan penskorannya:
1
b. Bila tidak ada penyelesaian, skornya
2
1. Memberi kesempatan kepada siswa untuk mencapai pemahaman yang lebih luas dan
12
3. Memberi kesempatan kepada siswa untuk mengembangkan sikap kreatif, bertanggung
4. Pengetahuan akan lebih lama diingat siswa karena diperoleh dari hasil belajar atau hasil
eksperimen yang berhubungan dengan minat mereka dan lebih terasa berguna untuk
kehidupan mereka.
1. Membutuhkan lebih banyak waktu bagi siswa untuk menyelesaikan tugas yang diberikan.
2. Menyita lebih banyak waktu bagi pengajar, khususnya untuk mengoreksi tugas siswa.
3. Siswa berkemampuan rendah tidak dapat menyelesaikan semua soal yang dibuatnya atau
soal-soal yang dibuat oleh temannya yang memiliki kemampuan problem posing lebih
tinggi.
BAB III
PENUTUP
13
A. Kesimpulan
Pembelajaran Problem Posing adalah suatu pembelajaran yang mewajibkan para peserta
didik untuk mengajukan soal sendiri melalui belajar soal (berlatih soal) secara mandiri. Maksud
dari berlatih soal secara mandiri adalah siswa dituntut belajar untuk membuat soal sendiri dan
menjawab soal yang dibuatnya, ini berbeda dengan pembelajaran matematika yang biasa
dilakukan di sekolah, yang biasanya guru yang membuat soal dan siswa hanya mengerjakan soal
soal sederhana atau perumusan ulang soal yang ada dengan beberapa perubahan agar lebih
sederhana dan dapat dikuasai. Hal ini terjadi dalam pemecahan soal-soal yang rumit. Pengertian
ini menunjukkan bahwa pengajuan soal merupakan salah satu langkah dalam rencana pemecahan
masalah/soal.
memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya tentang hal-hal yang belum jelas,
B. Saran
Problem Posing suatu pendekatan dalam pembelajaran yang terbilang masih baru berada
di Indonesia, yaitu sekitar tahun 2000 baru masuk ke Indonesia. Oleh karena itu diharapkan
14
implementasi dari model pembelajaran ini, karena dengan pendekatan Problem Posing siswa
dilatih untuk memperkuat dan memperkaya konsep-konsep dasar matematika. Selain itu
pembelajaran Problem Posing merupakan keterampilan mental, siswa menghadapi suatu kondisi
15