Anda di halaman 1dari 26

KESEHATAN MASYARAKAT INTERMEDIATE

REFLEKSI KULIAH UMUM , DETERMINAN KESEHATAN,


LATAR BELAKANG PEMILIHAN JUDUL, PROBLEM TREE,
EPIDEMIOLOGI, KEBIJAKAN KESEHATAN, HUKUM
KESEHATAN, HAM DAN KESEHATAN MASYARAKAT

Oleh :

Nama : Hamas Musyaddad Abdul Aziz

NPM : 2006504982

Magister Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)

Fakultas Kesehatan Masyarakat

Universitas Indonesia

2020
Pada kesempatan kali ini , saya akan merefleksikan kuliah umum Kesehatan
Masyarakat Intermediate yang telah disampaikan oleh Bapak Dr. Ede Surya Darmawan,
S.KM, M.DM dan Ibu Agustin Kusumayati, dr, MSc, PHD pada tanggal 19 September 2020 ,
dikaitkan dengan rencana thesis yang akan saya ambil memahami factor- faktor Keselamatan
dan Kesehatan Kerja (K3) dengan pendekatan perilaku (behavior) dan Human Factor di
area pertambangan batu bara.

A. Refleksi pemaparan Bapak Dr. Ede Surya Darmawan, S.KM, M.DM

Poin poin penting yang dapat saya ambil dari pemaparan beliau , sebagai berikut :

1. Diawal setelah memaparkan definisi sehat dan kesehatan, saya tertarik terhadap
pemaparan beliau mengenai Filosofi Kesehatan: Hidup Sebagai
Realitas, Kesehatan Sebagai Nilai Universal , beliau
menjelaskan "Kesehatan" adalah kondisi kemudahan fungsi
yang dapat dipelihara di berbagai tingkatan. Kemudahan fungsi
yang dapat dipertahankan dalam populasi umum dapat diamati
pada tingkat sel, diri, dan masyarakat secara bersamaan
sehingga kesehatan muncul dari sistem yang tujuan utamanya
Gambar 1. Ciri Negara maju
adalah menghasilkan kemudahan fungsi yang dapat dipelihara
di tingkat masing-masing. Dari filosofi tersebut , beliau menjelaskan salah satu aspek kita
akan menjadi ciri penduduk maju jika memiliki derajat kesehatan yang tinggi , tercapainya
derajat kesehatan tinggi akan menghasilkan penduduk yang sehat dan berumur panjang.
berpendidikan tinggi akan menghasilkan penduduk yang terdidik dan terampil. ditambah
Pendapatan tinggi akan menghasilkan penduduk yang produktif.

Dari paparan beliau , saya merefleksikan untuk menempatkan hidup sehat atau derajat
kesehatan yang tinggi menjadi pondasi atau akar nya , bagaimana kita bisa sehat secara fisik ,
mental, dan sosial dalam menjalankan suatu aktifitas . Setelah itu bagaimana kita terus
menambah kapasitas dalam diri baik ilmu pengetahuan , keterampilan , membangun jaringan
(networking), hingga dalam kehidupan social bermasyarakat sehingga tujuannya bisa
produktif dengan memiliki pendapatan yang tinggi . ini sangat menarik dan saling terkait satu
sama lain .

2. Jika kita sudah menjadi manusia yang produktif , kita harus memahami dan harus
sadar kalau kita menjadi produktif membawa misi dan keahlian sebagai seorang kesehatan
masyarakat,meskipun memiliki disiplin ilmu masing-masing. Beliau menanamkan semangat
untuk kita semua dapat memenuhi kompetensi sebagai seorang kesehatan masyarakat di
Indonesia yang mampu menjawab tantangan dan memberikan ide segar dalam pemecahan
masalah kesmas di Indonesia , dengan kompetensi sebagai berikut :
1. Kemampuan untuk melakukan kajian dan analisis (Analysis and Assessment)
2. Kemampuan untuk mengembangkan kebijakan dan prerencanaan program kesehatan
(Policy development and program planning)
3. Kemampuan untuk melakukan komunikasi (Communication skill)
4. Kemampuan untuk memahami budaya local (Cultural competency/local wisdom)
5. Kemampuan untuk melakukan pemberdayaan masyarakat (Community Empowerment)
6. Memahami dasar-dasar ilmu kesehatan masyarakat (Basic public health sciences)
7. Kemampuan untuk merencanakan dan mengelola sumber dana (Financial planning and
management)
8. Kemampuan untuk memimpin dan berfikir sistem (Leadership and systems
thinking/total system)

Saya merefleksikan ini lah capaian yang harus saya lengkapi selama 1,5 tahun saya
akan menempuh pendidikan S2 Keselamatan dan Kesehatan Kerja di FKM UI, dari capaian
kompetensi yang harus tercapai tersebut saya akan membuat road map sebagai bentuk
perencanaan dan merealisasikan semuanya sehingga produktif yang dihasilkan membawa
kebermanfaatan untuk banyak orang dan untuk bangsa Indonesia.

3. Selanjutnya Dr. Ede Ede Surya Darmawan, S.KM, M.DM, mengajak kita semua untuk siap
menjadi inovator dalam evolusi kesehatan masyarakat generasi 4.0

Tugas Dasar Negara Improving &


Radical Collaboration
Enhancing
Area Based Development
Approach Human Value
IOT, Big Data, AI, Drone
Saya merefleksikan revolusi industri 4.0 memberikan tantangan yang tidak ringan di
sektor kesehatan masyarakat . Selain bonus demografi yang melimpah, tantangan lain
juga terdapat pada ranah inovasi teknologi pelayanan kesehatan. Menghadapi revolusi
industri 4.0 tersebut, maka seorang ahli kesehatan masyarakat harus memiliki beberapa skill
tertentu. Seperti kemampuan untuk berfikir kritis, kemampuan komunikasi, kolaborasi,
problem solving, kemampuan beradaptasi dengan teknologi dan lain sebagainya.

B. Refleksi Pemaparan Ibu Agustin Kusumayati, dr, MSc, PhD

Pemaparan Ibu Agustin Kusumayati, dr, MSc, PhD menekankan pada peran profesi
kesehatan masyarakat di era new normal baru akibat pandemic covid-19 , Poin – poin yang
dapat saya ambil untuk di refleksikan :

1. Peran profesi kesehatan masyarakat di era new normal baru akibat pandemic covid-19
harus di dukung 2 penguatan :
1. Penguatan Sistem Kesehatan Masyarakat
a. Pemastian penerapan perilaku promotif dan preventif
b. Pengendalian pergerakan manusia, penjarakan social, dan penjarakan fisik
c. Peningkatan kapasitas, cakupan, dan akurasi laboratorium
d. Penyelenggaraan community-based isolation secara efektif
e. Pelaksanaan contact tracing secara massif
f. Pemantauan tingkat penularan, insidens, fatalitas, dan prevalen
2. Penguatan Sistem Pelayanan Kesehatan
a. Tingkatkan kapasitas, cakupan, dan kehandalan laboratorium (Uji
Diagnostik)
b. Tingkatkan kapasitas dan kehandalan rumah sakit

Saya merefleksikan sebagai insan kesehatan masyarakat harus mampu menjadi


garda terdepan dalam mendukung penguatan system kesehatan masyarakat , menjadi
leader dan role model di area kerja maupun di masyarakat . kita harus siap dan mampu
mulai merencanakan program , mengimplementasikan dan mengavaluasi secara berkala
terhadap program pencegahan pandemic covid-19 . sedangkan dari sisi dukungan
pemerintah dan swasta harus mampu berkolaborasi dalam penguatan system pelayanan
kesehatan yang terpadu dengan guidance yang telah di tetapkan dalam bentuk keputusan
menteri kesehatan maupun peraturan daerah . hal ini perlu sinergisitas antara pusat ,
daerah dan pihak swasta untuk mewujudkan pelayanan kesehatan yang terpadu dalam
penanganan pandemic covid-19.

2. Profesi Kesehatan Masyarakat harus mampu mencegah penularan di tatanan khusus dan
tempat – tempat umum terkendali.
Sebagai profesi kesmas harus mampu melakukan Pengendalian risiko wabah di
berbagai tatanan khusus berisiko tinggi baik itu di lingkungan perumahan, RT, RW, Desa,
lembaga pemerintahan, fasilitas pelayanan kesehatan, laboratorium, sekolah, universitas,
pekerja sampai dengan lembaga pemasyarakatan, selaintu juga mampu melakukan
pengendalian risiko penularan di tempat-tempat umum. Tempat umum ini tidak hanya
transportasi umum akan tetapi juga kampus, sekolah, tempat kerja sampai dengan objek
wisata. Terkait dengan tempat kerja, penularan yang diawali dari transportasi umum dapat
menjalar ke tempat kerja sehingga harus dilakukan pembagian jam kerja agar dapat
dikendalikan jumlah pekerja yang berangkat tidak menumpuk di satu waktu tertentu;
3. Risiko dan kasus impor terkendali , profesi kesmas dapat memastikan protokol pandemic
covid- 19 di setiap perbatasan RI berjalan sesuai aturan karena sebagai pintu gerbang
masuknya covid-19
4. Masyarakat terdidik, terlibat, dan berdaya
Saya merefleksikan untuk mewujudkan hal tersebut , seorang profesi kesmas harus
memiliki komunikasi yang baik, informasi / wawasan luas , dan peningkatan pendidikan.
Sehingga lulusan profesi kesmas sudah siap selagi masih menempuh pendidikan untuk
berkontribusi pada masyarakat , setelah lulus nantinya sudah siap mengembangkan ide ide
baru untuk pengembangan pengetahuan menyesuaikan kondisi masyarakat.

Dari pemaparan kuliah umum tersebut, jika dikaitkan dengan rencana topic thesis
factor- faktor Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) dengan pendekatan Perilaku (behavior)
dan Human Factor di area pertambangan batu bara , saya kembali merefleksikan definisi
sehat merupakan suatu kondisi yang ingin dimiliki oleh setiap individunya. Sehat tidak hanya
dalam keadaan fisik, namun juga sehat secara mental dan sehat secara sosial. Tidak hanya
meliputi kebebasan dari suatu penyakit, namun juga sehat meliputi keadaan psikis dari
seseorang. Perilaku seseorang dapat mempengaruhi keadaan kesehatan seseorang itu sendiri.
Perilaku yang baik dalam menjaga kesehatan dapat meningkatkan kualitas hidup seseorang
menjadi lebih baik dan lebih sejahtera. Terdapat empat pilar yang mempengaruhi derajat
kesehatan seseorang, diantaranya adalah keturunan, lingkungan, pelayanan kesehatan, dan
perilaku. Faktor yang paling besar pengaruhnya adalah lingkungan dan perilaku. Contoh
perilaku yang dapat mempengaruhi kesehatan adalah gaya hidup dan personal hygiene. Ini
pun berpengaruh dalam penerapan aspek K3 dalam bekerja . ini akan menjadi sesuatu hal
yang menarik untuk dibahas , ditambah dengan kondisi pandemic covid 19 juga dapat
menambah ruang lingkup pembahasan jika dikaitkan aktivitas pekerjaan di area tambang
yang pada dasarnya di remote area dengan jumlah pekerja yang banyak dapat menerapkan
protokol covid 19 . Mohon bimbingannya karena ini baru refleksi umum yang dapat saya
jabarkan . terimakasih

C. Hubungan Rencana Thesis dengan Determinan Kesehatan

Saya memahami jika kesehatan merupakan sebuah kebutuhan yang sangat mendasar
bagi setiap orang. Namun, kesehatan seringkali menjadi hilir (dampak) dari berbagai
permasalahan yang dialami individu dan lingkungan sekitarnya. Padahal, kesehatan
merupakan modal awal bagi perkembangan potensi individu dalam hidup.

Konsep determinan kesehatan H. L. Bloom hingga saat ini sangat relevan untuk
diterapkan. Kondisi kesehatan secara holistic bukan saja sehat secara fisik saja , melainkan
juga mental, spiritual dan social bermasyarakat . HL Bloom menyatakan bahwa ada 4 faktor
yang mempengaruhi derajat kesehatan secara berturut-turut, yaitu: 1) perilaku/gaya hidup
(life style); 2) lingkungan (sosial, ekonomi, politik, budaya); 3) pelayanan kesehatan; dan 4)
faktor genetik (keturunan). Keempat determinan tersebut saling berinteraksi dan
mempengaruhi status kesehatan seseorang. Dari determinan kesehatan tersebut , yang
berkaitan dengan rencana thesis saya mengambil topic analisis angka kejadian kecelakaan
pada pekerja tambang dengan pendekatan human factor , ada dua factor determinan
kesehatan yang dominan untuk dibahas, yaitu :

a. Faktor Perilaku / Gaya Hidup (Life style)


Perilaku dapat di pengaruhi oleh pengetahuan dan sikap, jika dikaitkan dengan
pekerja tambang , Perilaku / gaya hidup pekerja tambang menurut saya cukup
kompleks,. pengetahuan pekerja tambang jika dilihat dari faktor pendidikan , di
tempat kerja saya 75% di dominasi pendidikan SMA bekerja sebagai operator alat
berat , 20 % pendidikan D3 dan S1 , 5% lain – lain. Mayoritas mereka mendapat
promosi jabatan karena lamanya bekerja dan memiliki pengalaman selama bekerja
di tambang . Dilihat dari tingkat pendidikan , perlu metode yang tepat dalam
mempromosikan program K3 di tempat kerja . Gaya hidup pekerja tambang yang
bekerja di area terbatas (remote area) juga menjadi perhatian , karena mereka
mayoritas bekerja dengan system roster sehingga memiliki tingkat kejenuhan dan
stress yang tinggi yang sangat berpengaruh terhadap kejadian kecelakaan

b. Faktor Lingkungan (social , ekonomi, budaya)

Dari segi sosial , pekerja tambang mayoritas bekerja di area terpencil ,


berinteraksi hanya dengan sesama pekerja tambang , bekerja berangkat dalam
suasana gelap (subuh) pulang dalam suasana gelap / petang , di tempat kerja saya
kami harus siap berangkat setelah sholat subuh pukul 05.00 WITA karena
memerlukan perjalanan 1 jam ke area pertambangan dan pulang pukul 18.00
WITA sehingga interaksi hanya sedikit dan mayoritas ketika sampai tempat
istirahat langsung istirahat karena fatigue atau kelelahan. Pekerja tambang juga
dipengaruhi pendapatan yang mereka dapatkan , mayoritas mereka memiliki
pendapatan tinggi karena resiko pekerjaan dengan potensi bahaya tinggi dan
bekerja di area terbatas (remote area), namun waktu bertemu keluarga sangat
terbatas . Budaya di sekitar area pertambangan juga berpengaruh , karena pekerja
non skill wajib mengambil dari masyarakat sekitar area pertambangan , mayoritas
mereka memiliki skill yang sangat minim sehingga juga dapat menyumbang
angka kecelakaan di area pertambangan.

D. Latar Belakang Pemilihan Judul / Topik Thesis

Dalam sejarahnya, Industri batubara merupakan suatu kegiatan usaha yang dipandang
memiliki risiko kecelakaan yang sangat tinggi. Namun demikian, seiring berkembangnya
teknologi, kecelakaan yang tinggi tersebut telah jauh berkurang karena banyaknya perbaikan-
perbaikan yang sudah dilakukan. Menurut Mine Safety and Health Administration bahwa
sejak tahun 2000 angka kematian per 200.000 jam kerja telah berkurang sebanyak 44%.
Walaupun angka tersebut menurun secara drastis, masih banyak kejadian-kejadian di industri
pertambangan yang mengalami cedera atau bahkan meninggal dunia. (Jessica Patterson,
2009)

Laporan ILO tahun 2008 menyatakan, setiap tahun diperkirakan 1,2 juta jiwa pekerja
meninggal karena kecelakaan dan penyakit akibat kerja. Sementara kerugian ekonomi akibat
kecelakaan dan penyakit akibat kerja mencapai 4% dari pendapatan perkapita tiap negara
(International Labour Organization, 2008).
Sebuah studi yang dilakukan oleh US Bureau of Mines menemukan bahwa hampir
85% dari semua kecelakaan yang terjadi, salah satu penyebab diantaranya adalah Human
Error. (Rushworth et al., 1999). Sedangkan di Australia 2 dari 3 kecelakaan kerja dinyatakan
akibat human error. (Williamson and Feyer, 1990). Sepanjang tahun 2010, Jamsostek
mencatat terjadi kasus kecelakaan kerja sebanyak 98.711 kasus dan sebanyak 2.191 tenaga
kerja meninggal dunia dari kasus-kasus kecelakaan tersebut dan 6.667 orang mengalami cacat
permanen. (www.bpjsketenagakerjaan.co.id)

Gambar 1. Jumlah Kecelakaan tambang tahun 2019 (sumber: Kementerian ESDM)

Menurut Kepala Inspektur Tambang , Direktur teknik dan lingkungan minerba


kementrian ESDM, Bapak Sri Raharjo, pada tahun 2019 ada 24 pekerja yang meninggal
dunia akibat kecelakaan kerja di pertambangan mineral dan batu bara (minerba). Total
kecelakaan kerja di tambang mineral ada 90 kasus , ditambang batubara ada 67 kasus .
Perusahaan jasa atau kontraktor pertambangan menyumbang jumlah kecelakaan yang cukup
besar 79 % dan 4 % subkontraktor

Dalam teori domino yang dikembangkan oleh Frank Bird menyatakan bahwa 88%
kejadian kecelakaan adalah akibat unsafe act, 10 % karena unsafe condition dan 2% adalah
act of God (Heinrich, 1931-OHS Body Knowledge 2012). Dapat disimpulkan bahwa unsafe
act merupakan bagian yang berhubungan dengan manusia. Faktor manusia menjadi penyebab
utama penyebab kecelakaan. Human error menjadi bagian dari unsafe act yang menyebabkan
terjadinya kecelakaan. Berdasarkan teori tersebut , peneliti tertarik untuk menelaah lebih
dalam lagi terkait analisis data kecelakaan pada kontraktor jasa pertambangan dengan metode
human factor pendekatan HFACS (Human Factor Analysis and Classification System)
Problem tree

LWR PROBLEM TREE SAMPLE MODEL


Effect 1: Effect 2: Effect 3: Effect 4:
Near Miss Kecelakaan Ringan Kecelakaan Berat Fatality (kematian)
(Kepmen
Kepmen 1827/2018:
1827/2018: kaidah
kaidah pelaksanaan
pelaksanaan (Kepmen 1827/2018: kaidah pelaksanaan (Kepmen
Kepmen 1827/2018:
1827/2018: kaidah
kaidah pelaksanaan
pelaksanaan
pertambaangan
pertambaangan yang
yang baik)
baik) pertambaangan yang baik) pertambaangan
pertambaangan yang
yang baik)
baik)

Problem Statement: Kecelakaan Kerja Tinggi di Kontraktor Jasa Pertambangan PT. X akibat
Human Factor pada Masa Pandemi Covid 19

Cause 1: Cause 3:
ERROR VIOLATION
(Kesalahan pada factor manusia) (Pelanggaran yang dilakukan manusia)

Cause 1.b: Decision Cause 1.c: Perseptual Error Cause 3.a:Pelanggaran penggunaan APD
Cause 1.a: Skill Based Error 1.
1. Kesalahan
Kesalahan presepsi
presepsi atau
atau pemikiran
pemikiran
Error 1.
1. Kesalahan
Kesalahan dalam
dalam melakukan
melakukan
2.Kesalahan
2.Kesalahan dalam
dalam penglihatan
penglihatan atau
atau
1. Kesalahan teknik pengamatan
pengamatan dan
dan inspeksi
inspeksi
risk assesment 3. Cause 3.b: Pelanggaran peraturan
pengoperasian
pengoperasian alat
alat atau
atau unit 2.Kesalahan 3. kesalahan
kesalahan dalam
dalam pendengaran
pendengaran
unit 2.Kesalahan proses
proses informasi
informasi dll
2.Kurangnya pengetahuan 3. dll
3. kesalahan
kesalahan pemilihan
pemilihan APD
APD
3.Posisi
3.Posisi yang
yang salah
salah dalam
dalam yang
yang tepat
tepat digunakan
digunakan
melaksanakan tugas
Cause 3.c: Pelanggaran SOP , instruksi
Kerja
Dari Problem statement pada problem tree yang saya susun , untuk mendalami
permasalahan tersebut , saya fokus melakukan pendekatan pada HFACS (Human Factor
Analysis and Classification System ) , merupakan klasifikasi error yang cukup panjang yang
dapat digunakan untuk menandai jenis-jenis error, permasalahan atau beberapa keputusan yang
dibuat oleh manusia dan organisasi. Menggunakan model Swiss Cheese, HFACS
mengkategorikan lubang dalam potongan keju pertama yaitu “Unsafe Acts” yang terdiri dari
Error dan Violation. Violation disini merupakan tindakan yang disengaja dan error merupakan
tindakan yang tidak disengaja. Walaupun kelihatannya mungkin untuk menghilangkan kedua
faktor diatas, kemungkinan tidak bisa mengetahui kebenaran dari setiap tindakan operator,
sehingga akan banyak bias yang terjadi. Dalam kategori “error” terdapat 3 bagian yaitu: skill
based errors, decision errors dan perceptual error.
Skill based error terjadi dimana selama pelaksanaan pekerjaan yang tidak membutuhkan
pemikiran secara sadar atau terjadi karena kurangnya daya ingat atau kemampuan. Sedangkan
decision error terjadi karena penilaian yang salah atau buruk. Perceptual error merupakan
terjadianya kesalahan dalam mempersepsikan sesuatu hal dimana tidak sesuai dengan kenyataan.
(Margaret V Stringfellow, 2010). Berikut ini akan dijelaskan terkait dengan elemen-elemen yang
terdapat dalam metode Human Factor Analysis and Classification System (HFACS).
Unsafe Act terdiri dari error dan violation, dimana error menggambarkan aktivitas
individu yang gagal mencapai hasil yang diinginkan dan violation merujuk pada ketidaktaatan
pada aturan keselamatan dan peraturan lainnya. Tindakan tidak aman ini lebih jauh dibagi
kedalam bagian informasi yang lebih detail yang diperuntukkan untuk investigasi, dimana
kesalahan dapat dibagi berupa: Skill based, decision based or perceptual, dan violation dibagi
menjadi pelanggaran routine dan pelanggaran exceptional.
Skill based error merupakan kesalahan rentan yang terkait dengan perhatian (seperti
terganggu, sibuk, fokus pada satu hal) dan atau kegagalan memori (contoh: menghilangkan item
pada ceklist, tidak memperhatikan) serta bakat dari seseorang.
Pengambilan keputusan yang salah (rule based error) terjadi selama melakukan
pekerjaan yang sifatnya terstruktur dimana perilaku yang disengaja terbukti menjadi tidak
memadai atau tidak tepat pada situasi tersebut (cth: prosedur, pilihan yang salah dan pemecahan
masalah).
Perceptual error merujuk pada situasi dimana informasi yang disampaikan tidak lazim
sehingga otak mencoba untuk mengisi gap tersebut “fill the gaps’. Kesalahan rutin (routine
violation) cenderung terkait dengan kebiasaan yang sering ditoleransi oleh atasan (Reason, 1990)
dan exceptional violation, merupakan pelanggaran yang diluar otoritas dan bukan merupakan
bentuk perilaku dari seseorang sehingga dapat ditoleransi oleh manajemen. (Katryn Mears, dkk,
2003). (Wiegmann & Shappel, 2000).
Pelanggaran (violation) dihubungkan dengan lebih dari seperempat kejadian kecelakaan.
Pelanggaran yang sering diidentifikasi adalah terkait dengan ketidakpatuhan terhadap standar
operasional prosedur atau standard instruksi kerja. SOP maupun instruksi kerja dibuat sehingga
dapat melakukan pekerjaan dengan cara yang aman dan efisien. Ketika ketidakpatuhan tersebut
terjadi, maka risiko terhadap kecelakaan meningkat. Pada umumnya orang yang tidak mematuhi
dan sering melanggar SOP dan WI adalah operator. (Jessica Paterson, 2009)

E. Hubungan Keterkaitan Determinan Kesehatan dengan Penyebab Penyakit


(Epidemiology Approach)

Sebagai dasar atau pondasi kesehatan masyarakat, epidemiologi disebut juga sebagai
sains inti kesehatan masyarakat.  Kesehatan masyarakat (public health) adalah “sains dan seni
untuk mencegah penyakit, memperpanjang hidup, dan meningkatkan kesehatan, melalui upaya-
upaya yang terorganisasi dan pilihan yang berpengetahuan, yang dilakukan oleh masyarakat,
organisasi, baik pemerintah maupun swasta, komunitas, dan individu-individu” (Winslow,
1920). Jadi kesehatan masyarakat tidak hanya berarti sains, tetapi juga seni, dan upaya-upaya
terorganisasi. Kesehatan masyarakat tidak hanya bertujuan mencegah penyakit, tetapi juga
memperpanjang hidup, dan meningkatkan kesehatan
Ruang lingkup epidemiologi adalah sebagai berikut:

a. Subjek dan objek epidemiologi : masalah kesehatan ( penyakit menular, penyakit tidak menular,
kecelakaan, bencana alam dan sebagainya).
b. Masalah kesehatan yang ditemukan pada sekelompok manusia (bedakan dengan ilmu
kedokteran klinik).
c. Dalam merumuskan penyebab timbulnya suatu masalah kesehatan dimanfaatkan data tentang
frekuensi dan penyebaran masalah kesehatan tesebut. Dalam metode penelitian epidemiologi
akan melihat penyebab masalah dan timbulnya masalah kesehatan.
Seperti telah disebut terdahulu,epidemiologi dulu hanya di artikan sebagai ilmu yang
mempelajari wabah atau epidemi. Dalam hal ini wabah sudah terjadi dan epidemiologi
dianggap sebagai alat yang tangguh untuk mengendalikan wabah.
Proses pengendalian tersebut didasarkan atas metode untuk mencari penyebab , dan
mengendalikannya,metodelogi epidemiologi tersebut berkembang atas dasar empat hal sbb :
1. Bahwa penyakit ada hubungannya dengan lingkungan
2. Bahwa fenomena alam dapat dikuantifikasi secara statistis,misalnya dengan biostatistik
dan statistik lingkungan
Di dalam epidemiologi deskriptif dipelajari bagaimana frekuensi penyakit berubah menurut
perubahan variabel-variabel epidemiologi yang terdiri dari orang (person), tempat (place) dan
waktu (time). Epidemiologi terdapat Hubungan asosiasi dalam bidang adalah hubungan keterikatan
atau saling pengaruh antara dua atau lebih variabel, dimana hubungan tersebut dapat bersifat
hubungan sebab akibat maupun yang bukan sebab akibat. Dalam kaitanya dengan penyakit terdapat
hubungan karasteristik antara Karakteristik Segitiga Utama. Yaitu host, agent dan improvment.
Serta terdapat interaksi antar variabel epidemologi sebagai determinan penyakit. Ketiga faktor
dalam trias epidemiologi terus menerus dalam keadaan berinteraksi satu sama lain. Jika interaksinya
seimbang, terciptalah keadaan seimbang. Begitu terjadi gangguan keseimbangan, muncul penyakit.
Terjadinya gangguan keseimbangan bermula dari perubahan unsur-unsur trias itu.

Gambar 2. Determinan Kesehatan menurut HL. Blum Gambar 3. Segitiga


Epidemiologi
Perubahan unsur trias yang potensial menyebabkan kesakitan tergantung pada karakteristik
dari ketiganya dan interaksi antara ketiganya, yaitu :

a. Karakteristik Penjamu

Pejamu adalah tempat yang dinvasi oleh penyakit. Penjamu dapat berupa manusia, hewan
atapun tumbuhan. Manusia mempunyai karakteristik tersendiri dalam menghadapi ancaman
penyakit, yang bisa berupa:

a. Resistensi: kemampuan dari penjamu untuk bertahan terhadap suatu infeksi. Terhadap
suatu infeksi kuman tertentu, manusia mempunyai mekanisme pertahanan tersendiri dalam
menghadapinya.
b. Imunitas: kesanggupan host untuk mengembangkan suatu respon imunologis, dapat secara
alamiah maupun perolehan (non-ilmiah), sehingga tubuh kebal terhadap suatu penyakit
tertentu. Selain mempertahankan diri, pada jenis-jenis penyakit tertentu mekanisme
pertahanan tubuh dapat menciptakan kekebalan tersendiri. Misalnya campak, manusia
mempunyai kekebalan seumur hidup, mendapat imunitas yang tinggi setelah terserang
campak, sehingga seusai kena campak sekali maka akan kebal seumur hidup.
c. Infektifnes (infectiousness): potensi penjamu yang terinfeksi untuk menularkan penyakit
kepada orang lain. Pada keadaan sakit maupun sehat, kuman yang berada dalam tubuh
manusia dapat berpindah kepada manusia dan sekitarnya
b. Karakteristik Agen

Agen adalah penyebab penyakit yang dapat terdiri dari berbagai jenis yaitu agen biologis
(virus, bakteri, fungi, riketsia, protozoa, metazoa); Agen nutrien (Protein, lemak, karbohidrat,
vitamin, mineral, dan air); Agen fisik: Panas, radiasi, dingin, kelembaban, tekanan; Agen kimia
(Dapat bersifat endogenous seperti asidosis, diabetes (hiperglikemia), uremia, dan eksogenous
(zat kimia, alergen, gas, 16 debu, dll.); dan agen mekanis (Gesekan, benturan, pukulan yang
dapat menimbulkan kerusakan jaringan).

c. Karakteristik Lingkungan
a. Topografi: situasi lingkungan tertentu, baik yang natural maupun buatan manusia yang
mungkin mempengaruhi terjadinya dan penyebaran suatu penyakit tertentu.
b. Geografis: keadaan yang berhubungan dengan struktur geologi dari bumi yang
berhubungan dengan kejadian penyakit.

F. Hubungan Tema / Judul Thesis dengan Epidemiologi


Tema atau judul yang saya ambil dalam rencana penelitian atau thesis saya terkait factor-
faktor Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) dengan pendekatan perilaku (behavior) dan
Human Factor di area pertambangan batu bara. . jika dikaitkan dengan epidemiologi , saya
tertarik untuk membahasanya dengan pendekatan epidemiologi perilaku  (behavioral
epidemiology).

Epidemiologi perilaku  (behavioral epidemiology) mempelajari faktor perilaku dan gaya-


hidup (life-style) yang berhubungan dengan risiko penyakit, faktor-faktor yang mempengaruhi
perilaku, dan penerapan pengetahuan untuk mengembangkan intervensi yang efektif untuk
mengubah perilaku.   Epidemiologi perilaku meneliti hubungan antara perilaku dewasa (merokok,
diet, aktivitas jasmani, konsumsi alkohol, dan sebagainya) dan risiko terjadinya dan progresi
penyakit di usia dewasa Tetapi epidemiologi perilaku dapat juga menggunakan perspektif
sepanjang hayat. Sebagai contoh, epidemiologi perilaku meneliti efek jangka panjang pola diet
dan gaya hidup kurang gerakan jasmani di masa remaja dan risiko obesitas di usia dewasa (Kuh
dan Ben-Shlomo, 1997; Sallis et al., 2000; University of North-Carolina, 2016).
Untuk mengkaitkan topik thesis saya dengan epidemiologi , saya tertarik untuk
menggambungkan konsep aspek variabel-variabel yang biasa digunakan dalam epidemiologi,
seperti:

1. Variabel orang
Karakteristik yang selalu diperhatikan dalam suatu penyelidikan epidemiologi untuk
variabel orang adalah umur, jenis kelamin, kelas sosial (pendidikan, pekerjaan,
penghasilan), golongan etnik, status perkawinan, besarnya keluarga, paritas (keturunan),
dan lain sebagainya yang berhubungan dengan variabel orang, gaya hidup dan kebiasaan
makan (Sutrisna, 1994). Variabel orang dapat digunakan untuk mengetahui populasi yang
berisiko.
2. Variabel tempat
Karakteristik dalam variabel tempat yang biasa digunakan adalah daerah berdasarkan
batas-batas pemerintahan (kelurahan, kecamatan, kabupaten/ kotamadya, propinsi),
daerah perkotaan dan pedesaan, daerah berdasarkan batasbatas alam (pegunungan, pantai,
laut, sungai, padang pasir), daerah berdasarkan batas negara. Variabel tempat dalam suatu
penyelidikan epidemiologi dapat digunakan untuk mengetahui distribusi geografis dari
suatu penyakit sehingga dapat dilakukan perencanaan pelayanan kesehatan dan dapat
mengetahui faktor penyebab dari suatu penyakit (Sutrisna, 1994).

3. Variabel waktu
Karakteristik dalam variabel waktu dilihat berdasarkan panjangnya waktu terjadinya
perubahan pada suatu penyakit dan dibedakan menjadi fluktuasi jangka pendek atau
epidemi (jam, hari, minggu, dan bulan), perubahan secara siklis dimana terjadi perubahan
angka kesakitan yang berulang-ulang (beberapa hari, beberapa bulan/musiman, tahunan,
beberapa tahun), dan fluktuasi jangka panjang atau disebut juga secular trends (bertahun-
tahun, puluhan tahun) (Sutrisna, 1994).

Gambar 4. Hubungan determinan Ekonomi, sosial , kesehatan dengan epidemiologi

Dengan memadukan berbagai cabang epidemiologi, studi epidemiologi memberikan


bukti-bukti mekanisme kausal tentang pengaruh paparan/ pengalaman bilogis dan sosial dalam
membentuk kesehatan dan penyakit, serta dampak perubahan biologis, perubahan sosial,
pembangunan ekonomi, dan perubahan lingkungan fisik, yang berlangsung pada berbagai tahap
sepanjang siklus hidup dan antar generasi, terhadap kesehatan populasi. Epidemiologi memiliki
peran memberikan model teoretis dan bukti ilmiah bagi pembangunan yang berkelanjutan, yakni
bukti-bukti tentang determinan bio-psiko-sosial yang terdapat dalam SDGs yang berhubungan
kuat dengan peningkatan kesehatan dan keadilan distribusi kesehatan dalam populasi.
Gambar 4 menyajikan diagram alir kerangka konsep peran epidemiologi dalam pencapaian SDGs,
peningkatan kesehatan dan distribusi kesehatan yang adil pada populasi, namun dalam hal ini saya
mengkaitkan terhadap evaluasi kejadian kecelakaan pada area kerja yang disebabkan human
factor

G. TOPIK THESIS DIKAITKAN DENGAN KEBIJAKAN KESEHATAN, HUKUM


KESEHATAN , DAN ETIKA KESEHATAN

Rencana Judul Thesis :

Analisis Data Kecelakaan pada Kontraktor Jasa Pertambangan PT. X Pada Masa Pandemi
Covid-19 Berdasarkan Metode Human Factor Analysis And Classsification System (HFACS)

G.1 Kebijakan dan Hukum Kesehatan Secara Umum dan tanggung Jawab Pemerintah

Kebijakan Kesehatan sebagai Tanggung Jawab Pemerintah, Menurut UU No. 36 tahun 2009
tentang kesehatan bahwa kesehatan adalah keadaan sehat, baik secara fisik, mental, spiritual maupun
sosial yang memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif secara sosial dan ekonomi. Menurut UU
Kesehatan No.36 tahun 2009 pasal 5 disebutkan bahwa setiap orang mempunyai hak yang sama dalam
memperoleh derajat kesehatan dan pasal 14 disebutkan bahwa pemerintah bertanggung jawab
merencanakan, mengatur, menyelenggarakan, membina, dan mengawasi penyelenggaraan upaya
kesehatan yang merata dan terjangkau oleh masyarakat.

Jika dikaitkan dengan rencana judul thesis saya yang lebih fokus menganalisa data kecelakaan
kerja pada masa pandemic covid-19 , sesuai amanat yang tercantum pada beberapa pasal UU No. 36
tahun 2009 tentang kesehatan , pemerintah bertanggung jawab membuat regulasi terkait kebijakan
selama masa pandemic Covid-19 untuk memastikan kesehatan masyarakat terutama pekerja selama
masa pandemic Covid-19.

G.2 Kebijakan dan Hukum Kesehatan Selama Masa Pandemic Covid-19 di Area Lingkungan
Kerja

Penanggulangan pandemi COVID-19 ini membutuhkan peran serta dari semua pihak baik
Pemerintah Pusat, Pemerintah daerah, pihak swasta dan seluruh elemen masyarakat di wilayah Negara
Kesatuan Republik Indonesia. Dunia usaha dan masyakat pekerja memiliki kontribusi besar dalam
memutus mata rantai penularan karena besarnya jumlah populasi pekerja dan besarnya mobilitas serta
interaksi penduduk umumnya disebabkan aktifitas bekerja.

Dalam rangka menjaga produktivitas masyarakat namun tetap aman dari Covid-19, Pemerintah
melalui Kementerian Kesehatan telah menerbitkan Keputusan Menteri Kesehatan Nomor
HK.01.07/MENKES/328/2020 tentang Panduan Pencegahan dan Pengendalian Covid-19 di Tempat
Kerja Perkantoran dan Industri dalam Mendukung Keberlangsungan Usaha pada Situasi Pandemi.

Kita semua memahami dunia usaha dan masyarakat pekerja memiliki kontribusi yang besar
dalam memutus rantai penularan Covid-19. Jumlah pekerja, mobilitas dan interaksi dalam aktivitas
pekerja cukup besar, dan apabila bisa dilakukan mitigasi dan menyiapkan tempat kerja yang aman,
maka kita dapat memutus rantai penularan
Diperlukan langkah-langkah untuk mencegah dan mengendalikan potensi penularan COVID-19
di lingkungan kerja yang dilaksanakan oleh seluruh komponen yang ada di tempat kerja mulai dari
pekerja hingga tingkat pimpinan serta memberdayakan semua sumber daya yang ada. Penentuan
langkah ini disesuaikan dengan tingkat risiko berdasarkan jenis pekerjaan dan besarnya sektor usaha
dengan pertimbangan termasuk :

1. Faktor pekerjaan Identifikasi jenis pekerjaan dan hubungannya dengan potensi bahaya
paparan penularan penyakit perlu dilakukan dalam rangka membuat upaya yang lebih
efektif. Penilaian risiko ini dilakukan berdasarkan potensi terpapar dari lingkungan
umum selama perjalanan, rekan kerja dan hubungan dengan pelanggan serta potensi
terpapar dengan riwayat perjalanan dari dan ke daerah terinfeksi penyakit COVID-19.
Adapun pengelompokkan pekerja berisiko adalah sebagai berikut ;
a. Risiko pajanan rendah - pekerjaan yang aktifitas kerjanya tidak sering
berhubungan/kontak dengan publik (pelanggan, klien atau masyarakat umum) dan
rekan kerja lainnya.
b. Risiko pajanan sedang - pekerjaan yang sering berhubungan/kontak dengan
masyarakat umum, atau rekan kerja lainnya, pengunjung, klien atau pelanggan, atau
kontraktor.
c. Risiko pajanan tinggi - pekerjaan atau tugas kerja yang berpotensi tinggi untuk
kontak dekat dengan orang-orang yang diketahui atau diduga terinfeksi COVID-19,
serta kontak dengan benda dan permukaan yang mungkin terkontaminasi oleh virus.

2. Faktor di luar pekerjaan Faktor yang dapat terjadi di rumah maupun komunitas.
3. Faktor komorbiditas Potensi pada usia yang lebih tua, adanya penyakit penyerta seperti
Diabetes, hipertensi, gangguan paru dan gangguan ginjal, adanya kondisi
immunocompromised/penyakit autoimun dan kehamilan.

Adapun dalam penanggulangan Covid-19 di Kalimantan Timur, area kerja Kontraktor Jasa
Pertambangan PT X. telah mengeluarkan Peraturan Gubernur (Pergub) Kaltim Nomor 48 tahun 2020
tentang Penerapan Disiplin dan Penegakan Hukum Protokol Kesehatan Sebagai Upaya Pencegahan dan
Pengendalian Corona Virus Disease 2019 (Covid-19). Dalam Pergub tersebut, masyarakat khususnya
yang ada di Kaltim ini untuk bersama-sama menerapkan protokol kesehatan dengan baik, tidak hanya
ketika berkegiatan di kantor,tapi saat berkegiatan di masyarakat juga harus disiplin.

Dalam Pergub Kaltim Nomor 48 tahun 2020 menjelaskan setiap Pelaku


Usaha/Pengelola/Penyelenggara/Penanggung Jawab tempat dan fasilitas umum sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 7 huruf j yang melanggar Protokol Kesehatan dikenakan sanksi administratif berupa:

a. teguran lisan;

b. teguran tertulis;

c. denda administratif sebesar Rp l.000.000,- (satu juta rupiah);

d. penghentian sementara kegiatan; atau

e. pencabutan izin usaha.


G.3 Kebijakan Perusahaan terkait Keselamatan, Kesehatan Kerja Pertambangan, Lingkungan
Hidup dan Mutu (K3PLM)
Gambar G.3 Kebijakan K3PLM PT. X

Dalam kebijakan perusahaan jasa kontraktor pertambangan PT. X , telah dilakukan revisi
penambahan dalam mencegah dan mengurangi penyebaran corona virus disease 2019 (Covid-19)

G.4 Kebijakan atau peraturan dalam pelaksanaan kaidah pertambangan yang baik

a. Keputusan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Nomor 1827 K/30/MEM/2018 tentang


Pedoman Pelaksanaan Kaidah Teknik Pertambangan yang Baik.

Human Factor dapat dipengaruhi salah satunya dari lemahnya pengawasan terhadap pekerja tambang ,
dalam Kepmen 1827 di sebutkan tugas dan tanggung jawab pengawas operasional dan pengawas teknis
pertambangan.

Tugas dan tanggung jawab Pengawas Operasional meliputi:

1. Bertanggung jawab kepada KTT/PTL untuk keselamatan dan kesehatan semua pekerja tambang yang
menjadi bawahannya;

2. Melaksanakan inspeksi, pemeriksaan, dan pengujian;

3. Bertanggung jawab kepada KTT/PTL atas keselamatan, kesehatan, dan kesejahteraan dari semua
orang yang ditugaskan kepadanya; dan

4. Membuat dan menandatangani laporan pemeriksaan, inspeksi, dan pengujian

Tugas dan fungsi Pengawas Teknis, meliputi:

1. bertanggung jawab kepada KTT/PTL untuk keselamatan pemasangan dan pekerjaan serta
pemeliharan yang benar semua sarana, prasarana, instalasi, dan peralatan pertambangan yang
menjadi tugasnya;
2. merencanakan dan menekankan dilaksanakannya jadwal pemeliharaan yang telah direncanakan
serta semua perbaikan sarana, prasarana, instalasi, dan peralatan pertambangan yang dipergunakan.
3. mengawasi dan memeriksa semua sarana, prasarana, instalasi, dan peralatan pertambangan dalam
ruang lingkup yang menjadi tanggung jawabnya;
4. menjamin bahwa selalu dilaksanakan penyelidikan, pemeriksaan, dan pengujian sarana, prasarana,
instalasi, dan peralatan pertambangan;
5. melaksanakan penyelidikan, pemeriksaan, dan pengujian sarana, prasarana, instalasi, dan peralatan
pertambangan sebelum digunakan, setelah dipasang kembali, dan/atau diperbaiki; dan
6. membuat dan menandatangani laporan dari penyelidikan, pemeriksaan, dan pengujian sarana,
prasarana, instalasi, dan peralatan pertambangan

Dalam Kepmen ESDM 1827 , Pelaksanaan Keselamatan dan Kesehatan Kerja Pertambangan dan
Pengolahan dan/atau Pemurnian Mineral dan Batubara meliputi:

1. Keselamatan Kerja Pertambangan dan Pengolahan dan/atau Pemurnian mencakup:

a. Manajemen Risiko Manajemen risiko merupakan suatu aktivitas dalam mengelola risiko yang ada,
terdiri atas: 1) komunikasi dan konsultasi, 2) penetapan konteks, 3) identifikasi bahaya, 4) penilaian
dan pengendalian risiko, dan 5) pemantauan dan peninjauan.
b. Program Keselamatan Kerja Program keselamatan kerja dibuat dan dilaksanakan untuk mencegah
kecelakaan, kejadian berbahaya, kebakaran, dan kejadian lain yang berbahaya serta menciptakan
budaya keselamatan kerja. Kejadian berbahaya merupakan kejadian yang dapat membahayakan jiwa
atau terhalangnya produksi. Kecelakaan atau kejadian berbahaya dilaporkan sesaat setelah terjadinya
kecelakaan atau kejadian berbahaya. Program keselamatan kerja disusun dengan mengacu kepada
peraturan perundang-undangan, kebijakan, kebutuhan, dan proses manajemen risiko.
c. Pendidikan dan Pelatihan Keselamatan kerja
Pendidikan dan pelatihan diberikan kepada pekerja baru, pekerja tambang untuk tugas baru,
pelatihan untuk menghadapi bahaya dan pelatihan penyegaran tahunan atau pendidikan dan
pelatihan lainnya. Pelaksanaan pendidikan dan pelatihan disesuaikan dengan kegiatan, jenis, dan
risiko pekerjaan pada kegiatan usaha pertambangan atau pengolahan dan/atau pemurnian dan
mengacu kepada standar kompetensi yang berlaku atau kualifikasi yang ditetapkan oleh Kepala
Inspektur Tambang (KaIT).
d. Kampanye
Kampanye keselamatan kerja direncanakan dan dilaksanakan sesuai dengan kebutuhan dan
ketentuan peraturan perundangundangan. Pelaksanaan kampanye keselamatan dievaluasi sebagai
bahan peningkatan kinerja keselamatan kerja.
e. Administrasi Keselamatan Kerja

b. PP 50 Tahun 2012, Sistem Manajemen K3


Sistem manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja yang selanjutnya disingkat SMK3 adalah
bagian dari sistem manajemen perusahaan secara keseluruhan dalam rangka pengendalian risiko yang
b€rkaitan dengan kegiatan kerja guna terciptanya tempat kerja yang aman, efisien dan produktif, dalam
pasal 5 di jelaskan Setiap perusahaan wajib menerapkan SMK3 di perusahaannya.

c. Keputusan Direktur Jenderal Mineral Dan Batubara Nomor 185.K/37.04/DJB/2019 Tahun 2019
Petunjuk Teknis Pelaksanaan Keselamatan Pertambangan Dan Pelaksanaan, Penilaian, dan
Pelaporan Sistem Manajemen Keselamatan Pertambangan Mineral Dan Batubara

H. HAM (HAK ASASI MANUSIA) DAN KESEHATAN MASYARAKAT


Dalam situasi pandemic Covid – 19 yang terjadi secara global di seluruh dunia menjadi
tantangan semua negara untuk mencari solusi alternatif menekan jumlah orang yang tertular Covid-19 ,
termasuk dalam hal pekerjaan yang memperkerjakan banyak pekerja di dalamnya , para pengusaha dan
pekerja terkena dampak dari wabah COVID-19 ini. Namun, jangan sampai hal tersebut mengakibatkan
kita lalai melindungi hak pekerja termasuk hak kesehatannya

Kita mengetahui kesehatan sebagai Hak Asasi Manusia (HAM) adalah hak yang melekat pada
manusia karena kelahirannya sebagai manusia. Hak-hak tersebut diperoleh bukan pemberian orang lain
ataupun negara, tetapi karena kelahirannya sebagai manusia. Dalam konteks religius hak-hak ini
merupakan karunia Tuhan, dan hanya Tuhanlah yang berhak mencabutnya. Karena HAM merupakan
hak yang diperoleh saat kelahirannya sebagai manusia, maka HAM meliputi hak-hak yang apabila
dicabut atau dikurangai akan mengakibatkan berkurang derajat kemanusiaannya. Ukuran derajat
kemanusiaan selalu berkembang sesuai dengan peradaban masyarakatnya. Jelas bahwa hak dasar
pertama adalah hak hidup yang membawa konsekuensi adanya hak-hak lain seperi hak mendapatkan
kehidupan dan pekerjaan yang layak, hak berkeluarga dan melanjutkan keturunan, hak mendapatkan
kewarganegaraan dan hak mengeluarkan pendapat, berserikat dan berkumpul. Pada perkembangan
selanjutnya, derajat kemanusiaan juga ditentukan oleh tingkat pendidikan dan kesehatannya, sehingga
pendidikan dan kesehatan pun kemudian menjadi hak asasi manusia dengan segala perangkat hak lain
untuk mendapatkan pendidikan dan kesehatan.

- Hak Asasi Manusia di dalam Kesehatan

Hak kesehatan adalah hak asasi manusia yang melekat pada seseorang sejak lahir dan bukan
karena pemberian seseorang atau negara, maka oleh sebab itu tidak dapat dicabut oleh siapa pun.
Makna dari hak atas kesehatan tersebut yaitu pemerintah harus menciptakan kondisi yang
memungkinkan bagi setiap individu untuk hidup sehat. Berarti pemerintah harus menyediakan sarana
pelayanan kesehatan yang memadai dan terjangkau untuk semua. Adapun dua asas yang melandasi
Hukum kesehatan :

a. The right to health care


Hak atas pemeliharaan kesehatan berarti setiap orang memiliki hak untuk mendapatkan standar
tertinggi dari kesehatan fisik dan mental meliputi akses terhadap jasa pelayanan kesehatan dan
perawatan kesehatan, seperti: akses terhadap nutrisi, air bersih, perumahan yang sehat, imunisasi,
pendidikan, sanitasi, dan akses terhadap informasi terkait kesehatan. Faktor yang mempengaruhi
hak atas pemeliharaan kesehatan yaitu:
1. Faktor Sarana Kesehatan
2. Faktor Geografis
3. Faktor Finansial/Keuangan
4. Faktor Kualitas

b. The right of self determination

Sebagai hak dasar atau hak primer individual yang merupakan sumber dari hak-hak
individual terdiri dari Hak atas privacy dan hak atas tubuhnya sendiri. 3 Hak atas privacy Right to
privacy atau Right to be Let Alone secara sederhana diterjemahkan sebagai hak untuk tidak diusik
dalam kehidupan pribadinya(Cooley, 1888). Hak atas privasi juga dapat diterjemahkan sebagai hak
dari setiap orang melindungi aspek-aspek pribadi kehidupannya untuk dipergunakan dan dimasuki
oleh orang lain(Gillmor, 1990:281). Hak atas tubuhnya sendiri Merupakan hak pasien memilih
dokter, hak atas informed consent, hak menolak pengobatan atau perawatan tindakan medis
tertentu, hak menghentikan pengobatan atau perawatan, dan hak atas second opinion serta hak
memeriksa rekam medis.

Banyak upaya yang dilakukan terkait pencegahan Covid-19 termasuk di area kerja baik
itu regulasi dari pemerintah hingga Standart Operasional Procedur Perusahaan . Namun kaitannya
hak - hak kesehatan berhubungan dengan pandemic Covid – 19 lebih banyak fokus pada
permasalahan nasib pekerja yang dikaitkan pada pengurangan karyawan secara massal (PHK)
akibat situasi pandemic Covid-19. Pada dasarnya, perusahaan tidak boleh melakukan PHK
terhadap pekerja/buruhnya secara sewenang-wenang dalam situasi apa pun, termasuk dalam situasi
kedaruratan kesehatan masyarakat. Sebagaimana ketentuan Pasal 151 ayat 1 Undang-undang No.
13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan telah dinyatakan bahwa pihak perusahaan, serikat pekerja,
maupun pekerja dengan segala upaya harus mengusahakan agar jangan terjadi pemutusan
hubungan kerja.
Namun, bila PHK tidak dapat terhindarkan pada situasi kedaruratan kesehatan
masyarakat akibat wabah pandemi virus COVID-19 dan tetap hendak dilakukan oleh perusahaan,
baik dengan alasan: (1) “Force Majeure/Keadaan Memaksa yang di luar kehendak
perusahaan/pekerja/serikat pekerja/negara/masyarakat”, maupun dengan alasan (2)
“efisiensi”, maka perusahaan wajib untuk membuktikan alasan-alasan tersebut dengan adanya
laporan keuangan selama 2 (dua) tahun terakhir yang telah diaudit oleh akuntan publik yang
menunjukan adanya kerugian yang dialami oleh perusahaan.

- TOPIK THESIS DIKAITKAN DENGAN HAM DAN KESEHATAN MASYARAKAT\

Topik Thesis yang akan saya teliti terkait analisa data kecelakaan pada jasa kontraktor
pertambangan PT. X selama masa pandemic Covid-19 dengan metode Human Factor Analysis and
Classification System (HFACS), Keputusan Presiden Jokowi yang telah menetapkan virus Corona
sebagai bencana nasional — sebagaimana tertuang dalam Keppres Nomor 12 Tahun 2020 — berikut
Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 21 Tahun 2020 tentang Pembatasan Sosial Skala Besar, tampaknya
tak berlaku bagi korporasi tambang. Rata-rata perusahaan tambang di berbagai daerah, masih dan terus
beraktivitas, namjun harus tetap mematuhi protocol kesehatan terhadap pandemic Covid-19 dan
terhadap keselamatan para buruh. Disatu sisi meskipun aktivitas tambang tetap berjalan , diakrenakan
beberapa negara menerapkan lock down sehingga permintaan batubara dari industri turun
menyebabkan adanya pengurangan karyawan di perusahaan sector pertambangan batubara. Menjadikan
permasalahan pada aktivitas tambang semakin kompleks , selain karena resiko pekerjaan yang high risk
, pekerja mulai memikirkan nasibnya apakah terkena dampak pengurangan karyawan akibat penurunan
produksi . Sehingga menambah beban psikologis pekerja yang dapat juga berpotensi menyebabkan
terjadinya kecelakaan kerja di area pertambangan.

Pasal 27 ayat (2) Undang-Undang Dasar 1945 “Tiap-tiap warga Negara berhak atas pekerjaan
dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan”. Selain itu, UUD RI mengamanatkan bahwa 3 setiap
orang berhak untuk bekerja serta mendapatkan imbalan dan perlakuan yang adil dan layak dalam
hubungan kerja. Hal tersebut dapat dilihat dalam Pasal 28D ayat (2) UUD NRI 1945. Pegaturan
sebagaiana diamanatkan dalam UUD NRI 1945 diuraikan atau diatur lebih lanjut dalam peraturan
perundangundangan, salah satunya Undang-undang Nomor 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan
(UU Ketenagakerjaan).

Kecelakaan kerja merupakan salah satu permasalahan yang sering terjadi pada pekerja di
perusahaan. Kecelakaan kerja ini biasanya terjadi karena faktor dari pekerja itu sendiri dan lingkungan
kerja yang dalam hal ini adalah dari pihak pengusaha. Sehingga syarat-syarat keselamatan kerja perlu
ditetapkan untuk mencegah dan mengurangi kecelakaan kerja di tempat kerja. Apabila seorang pekerja
mengalami kecelakaan kerja maka untuk memenuhi kebutuhan hidupnya pun akan menjadi lebih sulit
dan mengakibatkan tidak adanya kesejahteraan dalam bekerja. Akibat kecelakaan yang terjadi tersebut
harus ada perlindungan hukum bagi parapekerja yang mengalami kecelakaan kerja, agar dapat
terpenuhinya hak-hak pekerja. Perlindungan hukum terhadap pekerja merupakan pemenuhan hak dasar
yang melekat dan dilindungi oleh konstitusi

Perlindungan Hukum Bagi Pekerja Yang Mengalami Kecelakaan Kerja

Dalam hukum ketenagakerjaan bentuk perlindungan hukum yang diberikan berupa


perlindungan hukum dibidang keamanan kerja dimana baik dalam waktu yang relatif singkat atau lama
akan aman dan ada jaminan keselamatan bagi pekerja. Dengan adanya perlindungan hukum terhadap
pekerja, negara mewajibkan kepada pengusaha untuk menyediakan alat keamanan kerja bagi pekerja.
Salah satu bentuk perlindungan tenaga kerja adalah menyangkut penyelesaian perselisihan hubungan
industrial. Dalam hal pertanggungjawaban terhadap pekerja apabila terjadi kecelakaan kerja ketika
melaksanakan kewajibannya dalam pekerjaan, maka pengusaha akan menanggung beban yang timbul
secara materiil dengan memberikan penggantian dari biaya yang timbul akibat kecelakaan kerja.6Untuk
menjalankan proses dari perlindungan terhadap tenaga kerja itu sendiri memerlukan beberapa
perencanaan dan pelaksanaan secara terpadu dan berkeseimbangan

Perlindungan pekerja dapat dilakukan, baik dengan jalan memberikan tuntunan, maupun dengan
jalan meningkatkan pengakuan hak-hak asasi manusia, perlindungan fisik dan teknis serta sosial dan
ekonomi melalui norma yang berlaku dalam lingkungan kerja itu. Dengan demikian maka perlindungan
kerja ini akan mencangkup :

1. Norma keselamatan kerja yang meliputi keselamatan kerja, keadaan tempat kerja dan
lingkungan serta cara-cara melakukan pekerjaan.
2. Norma kesehatan kerja dan heigiene kesehatan perusahaan yang meliputi pemeliharaan dan
mempertinggi derajat kesehatan pekerja, perawatan tenaga kerja yang sakit.
3. Norma kerja yang meliputi perlindungan terhadap tenaga kerja yang berkaitan dengan waktu
bekerja, sistem pengupahan, istirahat, cuti.

I. ETIKA KESEHATAN MASYARAKAT

Etika kesehatan masyarakat adalah suatu tatanan moral berdasarkan sistem nilai yang berlaku
secara universal dalam eksistensi mencegah perkembangan resiko pada individu, kelompok dan
masyarakat yang mengakibatkan penderitaan sakit dan kecacatan, serta meningkatkan keberdayaan
masyarakat untuk hidup sehat dan sejahtera.

Sesuai rencana judul thesis saya untuk menganalisis data kecelakaan pada kontraktor jasa
pertambangan PT. X pada masa pandemi covid-19, diperlukan proses penelitian yang mengembangkan
tatanan moral dalam mengambil data penelitian. Dalam dimensi kesehatan masyarakat rahasia tidak
dikenal, bahkan tranparansi merupakan kekuatan dari penyelesaian problema. Prosedur kerja tenaga
kesehatan masyarakat adalah akuntabiltas dari masyarakat sebagai indicator dari kualitas. Ketika terjadi
suatu upaya penyembuyian fakta-fakta dari tenaga kesehatan masyarakat, maka di situlah kegagalan
dari pekerjaannya, karena fakta-fakta masalah kesehatan akan terus berkembang dan hadir sebagai
sesuatu yang kongkrit.

Anda mungkin juga menyukai