Anda di halaman 1dari 18

REFLEKSI KULIAH UMUM , DETERMINAN KESEHATAN,

LATAR BELAKANG PEMILIHAN JUDUL, PROBLEM TREE,


DAN EPIDEMIOLOGI

KESEHATAN MASYARAKAT INTERMEDIATE


Oleh :
Hamas Musyaddad A A
Mahasiswa Magister Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) Angkatan 2020
NPM : 2006504982

Pada kesempatan kali ini , saya akan merefleksikan kuliah umum Kesehatan
Masyarakat Intermediate yang telah disampaikan oleh Bapak Dr. Ede Surya Darmawan,
S.KM, M.DM dan Ibu Agustin Kusumayati, dr, MSc, PHD pada tanggal 19 September 2020 ,
dikaitkan dengan rencana thesis yang akan saya ambil memahami factor- faktor Keselamatan
dan Kesehatan Kerja (K3) dengan pendekatan perilaku (behavior) dan Human Factor di
area pertambangan batu bara.
A. Refleksi pemaparan Bapak Dr. Ede Surya Darmawan, S.KM, M.DM
Poin poin penting yang dapat saya ambil dari pemaparan beliau , sebagai berikut :
1. Diawal setelah memaparkan definisi sehat dan kesehatan, saya tertarik terhadap
pemaparan beliau mengenai Filosofi Kesehatan: Hidup Sebagai Realitas, Kesehatan Sebagai
Nilai Universal , beliau menjelaskan "Kesehatan" adalah kondisi kemudahan fungsi yang
dapat dipelihara di berbagai tingkatan. Kemudahan fungsi yang dapat dipertahankan dalam
populasi umum dapat diamati pada tingkat sel, diri, dan masyarakat secara bersamaan
sehingga kesehatan muncul dari sistem yang tujuan utamanya adalah menghasilkan
kemudahan fungsi yang dapat dipelihara di tingkat masing-
masing. Dari filosofi tersebut , beliau menjelaskan salah satu
aspek
kita akan menjadi ciri penduduk maju jika memiliki derajat
kesehatan yang tinggi , tercapainya derajat kesehatan tinggi akan
menghasilkan penduduk yang sehat dan berumur panjang.
berpendidikan tinggi akan menghasilkan penduduk yang terdidik
dan terampil. ditambah Pendapatan tinggi akan menghasilkan
penduduk yang produktif.
Dari paparan beliau , saya merefleksikan untuk menempatkan hidup sehat atau derajat
Gambar
kesehatan yang tinggi menjadi pondasi atau akar nya , bagaimana kita bisa 1. Ciri
sehat Negara
secara maju
fisik ,
mental, dan sosial dalam menjalankan suatu aktifitas . Setelah itu bagaimana kita terus
menambah kapasitas dalam diri baik ilmu pengetahuan , keterampilan , membangun jaringan
(networking), hingga dalam kehidupan social bermasyarakat sehingga tujuannya bisa
produktif dengan memiliki pendapatan yang tinggi . ini sangat menarik dan saling terkait satu
sama lain .
2. Jika kita sudah menjadi manusia yang produktif , kita harus memahami dan harus
sadar kalau kita menjadi produktif membawa misi dan keahlian sebagai seorang kesehatan
masyarakat,meskipun memiliki disiplin ilmu masing-masing. Beliau menanamkan semangat
untuk kita semua dapat memenuhi kompetensi sebagai seorang kesehatan masyarakat di
Indonesia yang mampu menjawab tantangan dan memberikan ide segar dalam pemecahan
masalah kesmas di Indonesia , dengan kompetensi sebagai berikut :
1. Kemampuan untuk melakukan kajian dan analisis (Analysis and Assessment)
2. Kemampuan untuk mengembangkan kebijakan dan prerencanaan program kesehatan
(Policy development and program planning)
3. Kemampuan untuk melakukan komunikasi (Communication skill)
4. Kemampuan untuk memahami budaya local (Cultural competency/local wisdom)
5. Kemampuan untuk melakukan pemberdayaan masyarakat (Community Empowerment)
6. Memahami dasar-dasar ilmu kesehatan masyarakat (Basic public health sciences)
7. Kemampuan untuk merencanakan dan mengelola sumber dana (Financial planning and
management)
8. Kemampuan untuk memimpin dan berfikir sistem (Leadership and systems
thinking/total system)
Saya merefleksikan ini lah capaian yang harus saya lengkapi selama 1,5 tahun saya
akan menempuh pendidikan S2 Keselamatan dan Kesehatan Kerja di FKM UI, dari capaian
kompetensi yang harus tercapai tersebut saya akan membuat road map sebagai bentuk
perencanaan dan merealisasikan semuanya sehingga produktif yang dihasilkan membawa
kebermanfaatan untuk banyak orang dan untuk bangsa Indonesia.
3. Selanjutnya Dr. Ede Ede Surya Darmawan, S.KM, M.DM, mengajak kita semua untuk siap
menjadi inovator dalam evolusi kesehatan masyarakat generasi 4.0

Tugas Dasar Negara


Radical Collaboration Improving &
Area Based Development Enhancing
Approach Human Value
IOT, Big Data, AI, Drone

Saya merefleksikan revolusi industri 4.0 memberikan tantangan yang tidak ringan di
sektor kesehatan masyarakat . Selain bonus demografi yang melimpah, tantangan lain
juga terdapat pada ranah inovasi teknologi pelayanan kesehatan. Menghadapi revolusi
industri 4.0 tersebut, maka seorang ahli kesehatan masyarakat harus memiliki beberapa skill
tertentu. Seperti kemampuan untuk berfikir kritis, kemampuan komunikasi, kolaborasi,
problem solving, kemampuan beradaptasi dengan teknologi dan lain sebagainya.
B. Refleksi Pemaparan Ibu Agustin Kusumayati, dr, MSc, PhD

Pemaparan Ibu Agustin Kusumayati, dr, MSc, PhD menekankan pada peran profesi
kesehatan masyarakat di era new normal baru akibat pandemic covid-19 , Poin – poin yang
dapat saya ambil untuk di refleksikan :

1. Peran profesi kesehatan masyarakat di era new normal baru akibat pandemic covid-19
harus di dukung 2 penguatan :
1. Penguatan Sistem Kesehatan Masyarakat
a. Pemastian penerapan perilaku promotif dan preventif
b. Pengendalian pergerakan manusia, penjarakan social, dan penjarakan fisik
c. Peningkatan kapasitas, cakupan, dan akurasi laboratorium
d. Penyelenggaraan community-based isolation secara efektif
e. Pelaksanaan contact tracing secara massif
f. Pemantauan tingkat penularan, insidens, fatalitas, dan prevalens

2. Penguatan Sistem Pelayanan Kesehatan


a. Tingkatkan kapasitas, cakupan, dan kehandalan laboratorium (Uji
Diagnostik)
b. Tingkatkan kapasitas dan kehandalan rumah sakit
Saya merefleksikan sebagai insan kesehatan masyarakat harus mampu menjadi
garda terdepan dalam mendukung penguatan system kesehatan masyarakat , menjadi
leader dan role model di area kerja maupun di masyarakat . kita harus siap dan mampu
mulai merencanakan program , mengimplementasikan dan mengavaluasi secara berkala
terhadap program pencegahan pandemic covid-19 . sedangkan dari sisi dukungan
pemerintah dan swasta harus mampu berkolaborasi dalam penguatan system pelayanan
kesehatan yang terpadu dengan guidance yang telah di tetapkan dalam bentuk keputusan
menteri kesehatan maupun peraturan daerah . hal ini perlu sinergisitas antara pusat ,
daerah dan pihak swasta untuk mewujudkan pelayanan kesehatan yang terpadu dalam
penanganan pandemic covid-19.
2. Profesi Kesehatan Masyarakat harus mampu mencegah penularan di tatanan khusus dan
tempat – tempat umum terkendali.
Sebagai profesi kesmas harus mampu melakukan Pengendalian risiko wabah di
berbagai tatanan khusus berisiko tinggi baik itu di lingkungan perumahan, RT, RW, Desa,
lembaga pemerintahan, fasilitas pelayanan kesehatan, laboratorium, sekolah, universitas,
pekerja sampai dengan lembaga pemasyarakatan, selaintu juga mampu melakukan
pengendalian risiko penularan di tempat-tempat umum. Tempat umum ini tidak hanya
transportasi umum akan tetapi juga kampus, sekolah, tempat kerja sampai dengan objek
wisata. Terkait dengan tempat kerja, penularan yang diawali dari transportasi umum dapat
menjalar ke tempat kerja sehingga harus dilakukan pembagian jam kerja agar dapat
dikendalikan jumlah pekerja yang berangkat tidak menumpuk di satu waktu tertentu;
3. Risiko dan kasus impor terkendali , profesi kesmas dapat memastikan protokol
pandemic covid- 19 di setiap perbatasan RI berjalan sesuai aturan karena sebagai
pintu gerbang masuknya covid-19
4. Masyarakat terdidik, terlibat, dan berdaya
Saya merefleksikan untuk mewujudkan hal tersebut , seorang profesi kesmas harus
memiliki komunikasi yang baik, informasi / wawasan luas , dan peningkatan
pendidikan. Sehingga lulusan profesi kesmas sudah siap selagi masih menempuh
pendidikan untuk berkontribusi pada masyarakat , setelah lulus nantinya sudah siap
mengembangkan ide ide baru untuk pengembangan pengetahuan menyesuaikan
kondisi masyarakat.
Dari pemaparan kuliah umum tersebut, jika dikaitkan dengan rencana topic thesis
factor- faktor Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) dengan pendekatan Perilaku (behavior)
dan Human Factor di area pertambangan batu bara , saya kembali merefleksikan definisi
sehat merupakan suatu kondisi yang ingin dimiliki oleh setiap individunya. Sehat tidak hanya
dalam keadaan fisik, namun juga sehat secara mental dan sehat secara sosial. Tidak hanya
meliputi kebebasan dari suatu penyakit, namun juga sehat meliputi keadaan psikis dari
seseorang. Perilaku seseorang dapat mempengaruhi keadaan kesehatan seseorang itu sendiri.
Perilaku yang baik dalam menjaga kesehatan dapat meningkatkan kualitas hidup seseorang
menjadi lebih baik dan lebih sejahtera. Terdapat empat pilar yang mempengaruhi derajat
kesehatan seseorang, diantaranya adalah keturunan, lingkungan, pelayanan kesehatan, dan
perilaku. Faktor yang paling besar pengaruhnya adalah lingkungan dan perilaku. Contoh
perilaku yang dapat mempengaruhi kesehatan adalah gaya hidup dan personal hygiene. Ini
pun berpengaruh dalam penerapan aspek K3 dalam bekerja . ini akan menjadi sesuatu hal
yang menarik untuk dibahas , ditambah dengan kondisi pandemic covid 19 juga dapat
menambah ruang lingkup pembahasan jika dikaitkan aktivitas pekerjaan di area tambang
yang pada dasarnya di remote area dengan jumlah pekerja yang banyak dapat menerapkan
protokol covid 19 . Mohon bimbingannya karena ini baru refleksi umum yang dapat saya
jabarkan . terimakasih

Hubungan Rencana Thesis dengan Determinan Kesehatan


Saya memahami jika kesehatan merupakan sebuah kebutuhan yang sangat mendasar
bagi setiap orang. Namun, kesehatan seringkali menjadi hilir (dampak) dari berbagai
permasalahan yang dialami individu dan lingkungan sekitarnya. Padahal, kesehatan
merupakan modal awal bagi perkembangan potensi individu dalam hidup.
Konsep determinan kesehatan H. L. Bloom hingga saat ini sangat relevan untuk
diterapkan. Kondisi kesehatan secara holistic bukan saja sehat secara fisik saja , melainkan
juga mental, spiritual dan social bermasyarakat . HL Bloom menyatakan bahwa ada 4 faktor
yang mempengaruhi derajat kesehatan secara berturut-turut, yaitu: 1) perilaku/gaya hidup
(life style); 2) lingkungan (sosial, ekonomi, politik, budaya); 3) pelayanan kesehatan; dan 4)
faktor genetik (keturunan). Keempat determinan tersebut saling berinteraksi dan
mempengaruhi status kesehatan seseorang. Dari determinan kesehatan tersebut , yang
berkaitan dengan rencana thesis saya mengambil topic analisis angka kejadian kecelakaan
pada pekerja tambang dengan pendekatan human factor , ada dua factor determinan
kesehatan yang dominan untuk dibahas, yaitu :
a. Faktor Perilaku / Gaya Hidup (Life style)
Perilaku dapat di pengaruhi oleh pengetahuan dan sikap, jika dikaitkan dengan
pekerja tambang , Perilaku / gaya hidup pekerja tambang menurut saya cukup
kompleks,. pengetahuan pekerja tambang jika dilihat dari faktor pendidikan , di
tempat kerja saya 75% di dominasi pendidikan SMA bekerja sebagai operator alat
berat , 20 % pendidikan D3 dan S1 , 5% lain – lain. Mayoritas mereka mendapat
promosi jabatan karena lamanya bekerja dan memiliki pengalaman selama bekerja
di tambang . Dilihat dari tingkat pendidikan , perlu metode yang tepat dalam
mempromosikan program K3 di tempat kerja . Gaya hidup pekerja tambang yang
bekerja di area terbatas (remote area) juga menjadi perhatian , karena mereka
mayoritas bekerja dengan system roster sehingga memiliki tingkat kejenuhan dan
stress yang tinggi yang sangat berpengaruh terhadap kejadian kecelakaan

b. Faktor Lingkungan (social , ekonomi, budaya)


Dari segi sosial , pekerja tambang mayoritas bekerja di area terpencil ,
berinteraksi hanya dengan sesama pekerja tambang , bekerja berangkat dalam
suasana gelap (subuh) pulang dalam suasana gelap / petang , di tempat kerja saya
kami harus siap berangkat setelah sholat subuh pukul 05.00 WITA karena
memerlukan perjalanan 1 jam ke area pertambangan dan pulang pukul 18.00
WITA sehingga interaksi hanya sedikit dan mayoritas ketika sampai tempat
istirahat langsung istirahat karena fatigue atau kelelahan. Pekerja tambang juga
dipengaruhi pendapatan yang mereka dapatkan , mayoritas mereka memiliki
pendapatan tinggi karena resiko pekerjaan dengan potensi bahaya tinggi dan
bekerja di area terbatas (remote area), namun waktu bertemu keluarga sangat
terbatas . Budaya di sekitar area pertambangan juga berpengaruh , karena pekerja
non skill wajib mengambil dari masyarakat sekitar area pertambangan , mayoritas
mereka memiliki skill yang sangat minim sehingga juga dapat menyumbang
angka kecelakaan di area pertambangan.

Latar Belakang Pemilihan Judul


Dalam sejarahnya, Industri batubara merupakan suatu kegiatan usaha yang dipandang
memiliki risiko kecelakaan yang sangat tinggi. Namun demikian, seiring berkembangnya
teknologi, kecelakaan yang tinggi tersebut telah jauh berkurang karena banyaknya perbaikan-
perbaikan yang sudah dilakukan. Menurut Mine Safety and Health Administration bahwa
sejak tahun 2000 angka kematian per 200.000 jam kerja telah berkurang sebanyak 44%.
Walaupun angka tersebut menurun secara drastis, masih banyak kejadian-kejadian di industri
pertambangan yang mengalami cedera atau bahkan meninggal dunia. (Jessica Patterson,
2009)
Laporan ILO tahun 2008 menyatakan, setiap tahun diperkirakan 1,2 juta jiwa pekerja
meninggal karena kecelakaan dan penyakit akibat kerja. Sementara kerugian ekonomi akibat
kecelakaan dan penyakit akibat kerja mencapai 4% dari pendapatan perkapita tiap negara
(International Labour Organization, 2008).

Sebuah studi yang dilakukan oleh US Bureau of Mines menemukan bahwa hampir
85% dari semua kecelakaan yang terjadi, salah satu penyebab diantaranya adalah Human
Error. (Rushworth et al., 1999). Sedangkan di Australia 2 dari 3 kecelakaan kerja dinyatakan
akibat human error. (Williamson and Feyer, 1990). Sepanjang tahun 2010, Jamsostek
mencatat terjadi kasus kecelakaan kerja sebanyak 98.711 kasus dan sebanyak 2.191 tenaga
kerja meninggal dunia dari kasus-kasus kecelakaan tersebut dan 6.667 orang mengalami cacat
permanen. (www.bpjsketenagakerjaan.co.id)

Gambar 1. Jumlah Kecelakaan tambang tahun 2019 (sumber: Kementerian ESDM)

Menurut Kepala Inspektur Tambang , Direktur teknik dan lingkungan minerba


kementrian ESDM, Bapak Sri Raharjo, pada tahun 2019 ada 24 pekerja yang meninggal
dunia akibat kecelakaan kerja di pertambangan mineral dan batu bara (minerba). Total
kecelakaan kerja di tambang mineral ada 90 kasus , ditambang batubara ada 67 kasus .
Perusahaan jasa atau kontraktor pertambangan menyumbang jumlah kecelakaan yang cukup
besar 79 % dan 4 % subkontraktor

Dalam teori domino yang dikembangkan oleh Frank Bird menyatakan bahwa 88%
kejadian kecelakaan adalah akibat unsafe act, 10 % karena unsafe condition dan 2% adalah
act of God (Heinrich, 1931-OHS Body Knowledge 2012). Dapat disimpulkan bahwa unsafe
act merupakan bagian yang berhubungan dengan manusia. Faktor manusia menjadi penyebab
utama penyebab kecelakaan. Human error menjadi bagian dari unsafe act yang menyebabkan
terjadinya kecelakaan. Berdasarkan teori tersebut , peneliti tertarik untuk menelaah lebih
dalam lagi terkait analisis data kecelakaan pada kontraktor jasa pertambangan dengan metode
human factor pendekatan HFACS (Human Factor Analysis and Classification System)
Problem tree

LWR PROBLEM TREE SAMPLE MODEL


Effect 1: Effect 2: Effect 3: Effect 4:
Near Miss Kecelakaan Ringan Kecelakaan Berat Fatality (kematian)
(Kepmen
Kepmen 1827/2018:
1827/2018: kaidah
kaidah pelaksanaan
pelaksanaan (Kepmen 1827/2018: kaidah pelaksanaan (Kepmen
Kepmen 1827/2018:
1827/2018: kaidah
kaidah pelaksanaan
pelaksanaan
pertambaangan
pertambaangan yang
yang baik)
baik) pertambaangan yang baik) pertambaangan
pertambaangan yang
yang baik)
baik)

Problem Statement: Kecelakaan Kerja Tinggi di Kontraktor Jasa Pertambangan PT. X akibat
Human Factor perspektif Unsafe Action

Cause 1: Cause 3:
ERROR VIOLATION
(Kesalahan pada factor manusia) (Pelanggaran yang dilakukan manusia)

Cause 1.b: Decision Cause 1.c: Perseptual Error Cause 3.a:Pelanggaran penggunaan APD
Cause 1.a: Skill Based Error 1.
1. Kesalahan
Kesalahan presepsi
presepsi atau
atau pemikiran
pemikiran
Error 1.
1. Kesalahan
Kesalahan dalam
dalam melakukan
melakukan
2.Kesalahan
2.Kesalahan dalam
dalam penglihatan
penglihatan atau
atau
1. Kesalahan teknik pengamatan
pengamatan dan
dan inspeksi
inspeksi
risk assesment 3. Cause 3.b: Pelanggaran peraturan
pengoperasian
pengoperasian alat
alat atau
atau unit 2.Kesalahan 3. kesalahan
kesalahan dalam
dalam pendengaran
pendengaran
unit 2.Kesalahan proses
proses informasi
informasi dll
2.Kurangnya pengetahuan 3. dll
3. kesalahan
kesalahan pemilihan
pemilihan APD
APD
3.Posisi
3.Posisi yang
yang salah
salah dalam
dalam yang
yang tepat
tepat digunakan
digunakan
melaksanakan tugas
Cause 3.c: Pelanggaran SOP , instruksi
Kerja
Dari Problem statement pada problem tree yang saya susun , untuk mendalami
permasalahan tersebut , saya fokus melakukan pendekatan pada HFACS (Human Factor
Analysis and Classification System ) , merupakan klasifikasi error yang cukup panjang yang
dapat digunakan untuk menandai jenis-jenis error, permasalahan atau beberapa keputusan yang
dibuat oleh manusia dan organisasi. Menggunakan model Swiss Cheese, HFACS
mengkategorikan lubang dalam potongan keju pertama yaitu “Unsafe Acts” yang terdiri dari
Error dan Violation. Violation disini merupakan tindakan yang disengaja dan error merupakan
tindakan yang tidak disengaja. Walaupun kelihatannya mungkin untuk menghilangkan kedua
faktor diatas, kemungkinan tidak bisa mengetahui kebenaran dari setiap tindakan operator,
sehingga akan banyak bias yang terjadi. Dalam kategori “error” terdapat 3 bagian yaitu: skill
based errors, decision errors dan perceptual error.
Skill based error terjadi dimana selama pelaksanaan pekerjaan yang tidak membutuhkan
pemikiran secara sadar atau terjadi karena kurangnya daya ingat atau kemampuan. Sedangkan
decision error terjadi karena penilaian yang salah atau buruk. Perceptual error merupakan
terjadianya kesalahan dalam mempersepsikan sesuatu hal dimana tidak sesuai dengan kenyataan.
(Margaret V Stringfellow, 2010). Berikut ini akan dijelaskan terkait dengan elemen-elemen yang
terdapat dalam metode Human Factor Analysis and Classification System (HFACS).
Unsafe Act terdiri dari error dan violation, dimana error menggambarkan aktivitas
individu yang gagal mencapai hasil yang diinginkan dan violation merujuk pada ketidaktaatan
pada aturan keselamatan dan peraturan lainnya. Tindakan tidak aman ini lebih jauh dibagi
kedalam bagian informasi yang lebih detail yang diperuntukkan untuk investigasi, dimana
kesalahan dapat dibagi berupa: Skill based, decision based or perceptual, dan violation dibagi
menjadi pelanggaran routine dan pelanggaran exceptional.
Skill based error merupakan kesalahan rentan yang terkait dengan perhatian (seperti
terganggu, sibuk, fokus pada satu hal) dan atau kegagalan memori (contoh: menghilangkan item
pada ceklist, tidak memperhatikan) serta bakat dari seseorang.
Pengambilan keputusan yang salah (rule based error) terjadi selama melakukan
pekerjaan yang sifatnya terstruktur dimana perilaku yang disengaja terbukti menjadi tidak
memadai atau tidak tepat pada situasi tersebut (cth: prosedur, pilihan yang salah dan pemecahan
masalah).
Perceptual error merujuk pada situasi dimana informasi yang disampaikan tidak lazim
sehingga otak mencoba untuk mengisi gap tersebut “fill the gaps’. Kesalahan rutin (routine
violation) cenderung terkait dengan kebiasaan yang sering ditoleransi oleh atasan (Reason, 1990)
dan exceptional violation, merupakan pelanggaran yang diluar otoritas dan bukan merupakan
bentuk perilaku dari seseorang sehingga dapat ditoleransi oleh manajemen. (Katryn Mears, dkk,
2003). (Wiegmann & Shappel, 2000).
Pelanggaran (violation) dihubungkan dengan lebih dari seperempat kejadian kecelakaan.
Pelanggaran yang sering diidentifikasi adalah terkait dengan ketidakpatuhan terhadap standar
operasional prosedur atau standard instruksi kerja. SOP maupun instruksi kerja dibuat sehingga
dapat melakukan pekerjaan dengan cara yang aman dan efisien. Ketika ketidakpatuhan tersebut
terjadi, maka risiko terhadap kecelakaan meningkat. Pada umumnya orang yang tidak mematuhi
dan sering melanggar SOP dan WI adalah operator. (Jessica Paterson, 2009)

Hubungan Keterkaitan Determinan Kesehatan dengan Penyebab Penyakit ( Epidemiology


Approach)

Sebagai dasar atau pondasi kesehatan masyarakat, epidemiologi disebut juga sebagai
sains inti kesehatan masyarakat.  Kesehatan masyarakat (public health) adalah “sains dan seni
untuk mencegah penyakit, memperpanjang hidup, dan meningkatkan kesehatan, melalui upaya-
upaya yang terorganisasi dan pilihan yang berpengetahuan, yang dilakukan oleh masyarakat,
organisasi, baik pemerintah maupun swasta, komunitas, dan individu-individu” (Winslow,
1920). Jadi kesehatan masyarakat tidak hanya berarti sains, tetapi juga seni, dan upaya-upaya
terorganisasi. Kesehatan masyarakat tidak hanya bertujuan mencegah penyakit, tetapi juga
memperpanjang hidup, dan meningkatkan kesehatan
Ruang lingkup epidemiologi adalah sebagai berikut:

a. Subjek dan objek epidemiologi : masalah kesehatan ( penyakit menular, penyakit tidak menular,
kecelakaan, bencana alam dan sebagainya).
b. Masalah kesehatan yang ditemukan pada sekelompok manusia (bedakan dengan ilmu
kedokteran klinik).
c. Dalam merumuskan penyebab timbulnya suatu masalah kesehatan dimanfaatkan data tentang
frekuensi dan penyebaran masalah kesehatan tesebut. Dalam metode penelitian epidemiologi
akan melihat penyebab masalah dan timbulnya masalah kesehatan.
d. eperti telah disebut
terdahulu,epidemiologi dulu
hanya di artikan sebagai ilmu
e. yang mempelajari wabah
atau epidemi. Dalam hal ini
wabah sudah terjadi dan
f. epidemiologi dianggap
sebagai alat yang tangguh
untuk mengendalikan wabah.
g. Proses pengendalian tersebut
didasarkan atas metode untuk
mencari penyebab , dan
h. mengendalikannya,metodelo
gi epidemiologi tersebut
berkembang atas dasar empat
i. hal sbb :
j. 1. Bahwa penyakit ada
hubungannya dengan
lingkungan
k. 2. Bahwa fenomena alam
dapat dikuantifikasi secara
statistis,misalnya dengan
l. biostatistik dan statistik
lingkungan
m. eperti telah disebut
terdahulu,epidemiologi dulu
hanya di artikan sebagai ilmu
n. yang mempelajari wabah
atau epidemi. Dalam hal ini
wabah sudah terjadi dan
o. epidemiologi dianggap
sebagai alat yang tangguh
untuk mengendalikan wabah.
p. Proses pengendalian tersebut
didasarkan atas metode untuk
mencari penyebab , dan
q. mengendalikannya,metodelo
gi epidemiologi tersebut
berkembang atas dasar empat
r. hal sbb :
s. 1. Bahwa penyakit ada
hubungannya dengan
lingkungan
t. 2. Bahwa fenomena alam
dapat dikuantifikasi secara
statistis,misalnya dengan
u. biostatistik dan statistik
lingkungan
Di dalam epidemiologi deskriptif dipelajari bagaimana frekuensi penyakit berubah menurut
perubahan variabel-variabel epidemiologi yang terdiri dari orang (person), tempat (place) dan
waktu (time). Epidemiologi terdapat Hubungan asosiasi dalam bidang adalah hubungan keterikatan
atau saling pengaruh antara dua atau lebih variabel, dimana hubungan tersebut dapat bersifat
hubungan sebab akibat maupun yang bukan sebab akibat. Dalam kaitanya dengan penyakit terdapat
hubungan karasteristik antara Karakteristik Segitiga Utama. Yaitu host, agent dan improvment.
Serta terdapat interaksi antar variabel epidemologi sebagai determinan penyakit. Ketiga faktor
dalam trias epidemiologi terus menerus dalam keadaan berinteraksi satu sama lain. Jika interaksinya
seimbang, terciptalah keadaan seimbang. Begitu terjadi gangguan keseimbangan, muncul penyakit.
Terjadinya gangguan keseimbangan bermula dari perubahan unsur-unsur trias itu.
Gambar 2. Determinan Kesehatan menurut HL. Blum Gambar 3. Segitiga Epidemiologi

Perubahan unsur trias yang potensial menyebabkan kesakitan tergantung pada karakteristik
dari ketiganya dan interakksi antara ketiganya, yaitu :

a. Karakteristik Penjamu

Pejamu adalah tempat yang dinvasi oleh penyakit. Penjamu dapat berupa manusia, hewan
atapun tumbuhan. Manusia mempunyai karakteristik tersendiri dalam menghadapi ancaman
penyakit, yang bisa berupa:

a. Resistensi: kemampuan dari penjamu untuk bertahan terhadap suatu infeksi. Terhadap
suatu infeksi kuman tertentu, manusia mempunyai mekanisme pertahanan tersendiri dalam
menghadapinya.
b. Imunitas: kesanggupan host untuk mengembangkan suatu respon imunologis, dapat secara
alamiah maupun perolehan (non-ilmiah), sehingga tubuh kebal terhadap suatu penyakit
tertentu. Selain mempertahankan diri, pada jenis-jenis penyakit tertentu mekanisme
pertahanan tubuh dapat menciptakan kekebalan tersendiri. Misalnya campak, manusia
mempunyai kekebalan seumur hidup, mendapat imunitas yang tinggi setelah terserang
campak, sehingga seusai kena campak sekali maka akan kebal seumur hidup.
c. Infektifnes (infectiousness): potensi penjamu yang terinfeksi untuk menularkan penyakit
kepada orang lain. Pada keadaan sakit maupun sehat, kuman yang berada dalam tubuh
manusia dapat berpindah kepada manusia dan sekitarnya
b. Karakteristik Agen

Agen adalah penyebab penyakit yang dapat terdiri dari berbagai jenis yaitu agen biologis
(virus, bakteri, fungi, riketsia, protozoa, metazoa); Agen nutrien (Protein, lemak, karbohidrat,
vitamin, mineral, dan air); Agen fisik: Panas, radiasi, dingin, kelembaban, tekanan; Agen kimia
(Dapat bersifat endogenous seperti asidosis, diabetes (hiperglikemia), uremia, dan eksogenous
(zat kimia, alergen, gas, 16 debu, dll.); dan agen mekanis (Gesekan, benturan, pukulan yang
dapat menimbulkan kerusakan jaringan).
c. Karakteristik Lingkungan
a. Topografi: situasi lingkungan tertentu, baik yang natural maupun buatan manusia yang
mungkin mempengaruhi terjadinya dan penyebaran suatu penyakit tertentu.
b. Geografis: keadaan yang berhubungan dengan struktur geologi dari bumi yang
berhubungan dengan kejadian penyakit.

Hubungan Tema / Judul Thesis dengan Epidemiologi


Tema atau judul yang saya ambil dalam rencana penelitian atau thesis saya terkait factor-
faktor Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) dengan pendekatan perilaku (behavior) dan
Human Factor di area pertambangan batu bara. . jika dikaitkan dengan epidemiologi , saya
tertarik untuk membahasanya dengan pendekatan epidemiologi perilaku  (behavioral
epidemiology).

Epidemiologi perilaku  (behavioral epidemiology) mempelajari faktor perilaku dan gaya-


hidup (life-style) yang berhubungan dengan risiko penyakit, faktor-faktor yang mempengaruhi
perilaku, dan penerapan pengetahuan untuk mengembangkan intervensi yang efektif untuk
mengubah perilaku.   Epidemiologi perilaku meneliti hubungan antara perilaku dewasa (merokok,
diet, aktivitas jasmani, konsumsi alkohol, dan sebagainya) dan risiko terjadinya dan progresi
penyakit di usia dewasa Tetapi epidemiologi perilaku dapat juga menggunakan perspektif
sepanjang hayat. Sebagai contoh, epidemiologi perilaku meneliti efek jangka panjang pola diet
dan gaya hidup kurang gerakan jasmani di masa remaja dan risiko obesitas di usia dewasa (Kuh
dan Ben-Shlomo, 1997; Sallis et al., 2000; University of North-Carolina, 2016).
Untuk mengkaitkan topik thesis saya dengan epidemiologi , saya tertarik untuk
menggambungkan konsep aspek variabel-variabel yang biasa digunakan dalam epidemiologi,
seperti:

1. Variabel orang
Karakteristik yang selalu diperhatikan dalam suatu penyelidikan epidemiologi untuk
variabel orang adalah umur, jenis kelamin, kelas sosial (pendidikan, pekerjaan,
penghasilan), golongan etnik, status perkawinan, besarnya keluarga, paritas (keturunan),
dan lain sebagainya yang berhubungan dengan variabel orang, gaya hidup dan kebiasaan
makan (Sutrisna, 1994). Variabel orang dapat digunakan untuk mengetahui populasi yang
berisiko.
2. Variabel tempat
Karakteristik dalam variabel tempat yang biasa digunakan adalah daerah berdasarkan
batas-batas pemerintahan (kelurahan, kecamatan, kabupaten/ kotamadya, propinsi),
daerah perkotaan dan pedesaan, daerah berdasarkan batasbatas alam (pegunungan, pantai,
laut, sungai, padang pasir), daerah berdasarkan batas negara. Variabel tempat dalam suatu
penyelidikan epidemiologi dapat digunakan untuk mengetahui distribusi geografis dari
suatu penyakit sehingga dapat dilakukan perencanaan pelayanan kesehatan dan dapat
mengetahui faktor penyebab dari suatu penyakit (Sutrisna, 1994).

3. Variabel waktu
Karakteristik dalam variabel waktu dilihat berdasarkan panjangnya waktu terjadinya
perubahan pada suatu penyakit dan dibedakan menjadi fluktuasi jangka pendek atau
epidemi (jam, hari, minggu, dan bulan), perubahan secara siklis dimana terjadi perubahan
angka kesakitan yang berulang-ulang (beberapa hari, beberapa bulan/musiman, tahunan,
beberapa tahun), dan fluktuasi jangka panjang atau disebut juga secular trends (bertahun-
tahun, puluhan tahun) (Sutrisna, 1994).
Gambar 4. Hubungan determinan Ekonomi, sosial , kesehatan dengan epidemiologi

Dengan memadukan berbagai cabang epidemiologi, studi epidemiologi memberikan


bukti-bukti mekanisme kausal tentang pengaruh paparan/ pengalaman bilogis dan sosial dalam
membentuk kesehatan dan penyakit, serta dampak perubahan biologis, perubahan sosial,
pembangunan ekonomi, dan perubahan lingkungan fisik, yang berlangsung pada berbagai tahap
sepanjang siklus hidup dan antar generasi, terhadap kesehatan populasi. Epidemiologi memiliki
peran memberikan model teoretis dan bukti ilmiah bagi pembangunan yang berkelanjutan, yakni
bukti-bukti tentang determinan bio-psiko-sosial yang terdapat dalam SDGs yang berhubungan
kuat dengan peningkatan kesehatan dan keadilan distribusi kesehatan dalam populasi.
Gambar 4 menyajikan diagram alir kerangka konsep peran epidemiologi dalam pencapaian SDGs,
peningkatan kesehatan dan distribusi kesehatan yang adil pada populasi, namun dalam hal ini saya
mengkaitkan terhadap evaluasi kejadian kecelakaan pada area kerja yang disebabkan human
factor

Anda mungkin juga menyukai