Anda di halaman 1dari 24

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN

GANGGUAN REPRODUKSI

OLEH :

I KADEK YOGA ARI SURYA

P07120018156

3.4

KEMENTERIAN KESEHATAN RI

POLITEKNIK KESEHATAN DENPASAR

PRODI D III JURUSAN KEPERAWATAN


2020/2021

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas
rahmat dan petunjuknya sehingga laporan kasus yang berjudul “asuhan keperawatan pasien
gonorhea” dapat diselesaikan sebagaimana mestinya meskipun dalam bentuk yang sederhana
dan masih terdapat kekurangan yang masih memerlukan perbaikan seperlunya.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa penyelesaian laporaan kasus ini tidak dapat
kami selesaikan tanpa adanya bantuan dan dukungan dari berbagai pihak. Olehkarena itu
patutlah kiranya kami sampaikan rasa syukur dan ucapan terimakasih kepada semua pihak
yang telah membantu.
BAB I

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Kencing nanah atau gonore (bahasa Inggris:  gonorrhea atau


gonorrhoea) adalah penyakit menular seksual yang disebabkan oleh Neisseria
gonorrhoeae yang menginfeksi lapisan dalam uretra, leher rahim, rektum,
tenggorokan, dan bagian putih mata (konjungtiva).

Gonore bisa menyebar melalui aliran darah ke bagian tubuh lainnya,


terutama kulit dan persendian. Pada wanita, gonore bisa menjalar ke saluran
kelamin dan menginfeksi selaput di dalam pinggul sehingga timbul nyeri pinggul
dan gangguan reproduksi (Wikipedia). Namun penyakit gonore ini dapat juga
ditularkan melalui ciuman atau kontak 

 badan yang dekat. Kuman patogen tertentu yang mudah menular dapat
ditularkan melalui makanan, transfusi darah, alat suntik yang digunakan untuk
obat bius.

Gonore merupakan penyakit yang mempunyai insidens yang tinggi


diantara PMS. Pada pengobatan terjadi pula perubahan karena sebagian
disebabkan oleh Neisseria gonorrhoeae yang paling resisten terhadap
penicillinase dan di sebut Pellicilinase Producing

 Nesseria Gonorrhoeae ( PPNG). Penyakit menular seksual juga disebut


penyakit venereal merupakan penyakit yang paling sering ditemukan di seluruh
dunia. Kuman ini terjadi secara luas di seluruh dunia dengan prevalensi yang
lebih tinggi di berbagai negara

 berkembang termasuk Indonesia.Angka serangan paling tinggi pada


orang berusia 15-24 tahun yang tinggal di kota, termasuk dalam kelompok sosio-
ekonomi rendah, tidak menikah atau homoseksual, atau memiliki riwayat PMS
terdahulu.

Pada umumnya penularan melalui hubungan kelamin yaitu secara genito-


genital, oro- genital dan ano-genital. Oleh karena itu secara garis besar dikenal
gonore genital dan gonore ekstra genital

Pengobatan penyakit ini efektif dan penyembuhan cepat sekali. Namun,


beberapa kuman yang lebih tua telah menjadi kebal terhadap obat-obatan dan
telah menyebar ke seluruh dunia dengan adanya banyak perjalanan yang
dilakukan orang-orang melalui transportasi udara.

Tujuan

Untuk mengetahui laporan pendahulan asuhan keperawatan pada pasien


gonorhea

Manfaat

Diharapkan materi ini dapat berguna bagi mahasiswa dan masyarakat untuk
menambah pengetahuan yang telah ada mengenai laporan asuhan keperawatan pada
pasien gonorhea
BAB II

TINJAUAN TEORI

2.1 Definisi

Servisitis adalah peradangan pada selaput lendir canalis cervikalis. Peradangan ini
disebabkan epitel selaput canalis cervikalis yang hanya terdiri dari satu lapisan silindris
sehingga dengan mudah terjadi infeksi (Harnawatiaj, 2008). Gonore dalam arti luas
mencakup semua penyakit yang disebabkan oleh Neisseria Gonorrhoeae (Sjaiful Fahmi
Daili, 2007:369). Servisitis Gonore adalah penyakit yang disebabkan oleh Neisseria
Gonorrhoeae berupa peradangan epitel cerviks dan stroma yang mendasarinya pada wanita
yang biasanya bersifat asimtomatik (Durnhoelter, Johann H, 1988:45).

2.2 Etiologi

Penyebab gonore adalah Neisseria gonorrhoeae yang merupakan bakteri yang lebih
sering ditemukan secara berpasangan (diplococcus). Pada pewarnaan gram dengan
pewarnaan methylen blue dan eosin bersifat gram negatif. Bakteri ini bersifat aerob, tidak
tahan lama di udara bebas, cepat mati dalam keadaan kering yaitu dalam 1-2 jam, dalam
pemanasan dengan suhu 55oC bakteri mati dalam 5 menit, tidak tahan terhadap suhu >
39oC, tahan asam, dan cenderung mengalami autolisis dengan cepat.

Gonore dapat terjadi pada semua manusia. Tetapi tidak semua manusia mempunyai
risiko tinggi untuk terinfeksi kuman penyebab gonore ini. Faktor- faktor yang
meningkatkan risiko untuk terinfeksi kuman Neissreia gonorrhoeae adalah:

1. Semakin muda usia (<25 tahun) untuk melakukan hubungan seksual pertama kali

2. Penggunaan obat-obatan terutama secara injeksi, peminum alkohol

3. Tinggal bersama di suatu tempat penahanan / penjara

4. Memiliki banyak pasangan seksual secara bersamaan dan bergantian


5. Berhubungan seksual dengan pasangan baru, penderita infeksi menular seksual
(heteroseksual, homoseksual, biseksual)

6. Tidak menggunakan kondom atau menggunakan kondom tapi tidak benar (wanita
memiliki risiko ±40-60% tertular oleh pasangannya yang terinfeksi)

7. Kondisi tubuh yang rentan terhadap suatu infeksi

8. Sosial ekonomi dan pendidikan yang rendah.


2.3 Pathway
2.4 Klasifikasi

1. nfeksi gonokokal non komplikasi/ Uncomplicated Gonococcal Infec ons. Infeksi


gonokokal yang termasuk dalam golongan ini adalah infeksi gonokokal urogenital
(serviks, uretra dan rektum), faring dan gonokokal konjungtivis

2. Infeksi gonokokal diseminasi/ Disseminated Gonococcal Infec ons.


Infeksi gonokokal diseminasi ditandai dengan munculnya lesi pada
kulit, arthritis dan seringkali komplikasi perihepatis, endokarditis dan meningitis. Contoh
infeksi gonokokal diseminas

3. Infeksi gonokokal pada neonatus/ Gonococcal Infec ons Among Neonates. Infeksi
gonokokal dapat menjadi masalah serius bagi ibu hamil yang terinfeksi dikarenakan
dapat mengakibatkan ophtalmia neonatorum/ infeksi konjungtivitis pada bayi baru lahir
sehingga terjadi kebutaan pada bayi baru lahir. Infeksi gonokokal pada neonatus terdiri
dari ophtalmia neonatorum dan gonococcal scalp abscesses

2.5 Gejala Klinis

Masa tunas Gonore sangat singkat, pada pria umumnya bervariasi antara 2-5hari,
kadang-kadang lebih lama dan hal ini disebabkan karena penderita telah mengobati diri
sendiri, tetapi dengan dosis yang tidak cukup atau gejala sangat samar sehingga tidak
diperhatikan oleh penderita.

Gambaran klinis dan komplikasi gonore sangat erat hubungannya dengan susunan
anatomi dan faal genitalia. Berikut ini dicantumkan infeksi pertama dan komplikasi, baik
pada pria maupun pada wanita.

Pada pria, infeksi pertama yang paling sering dijumpai ialah Uretritis. Uretritis yang
paling sering dijumpai adalah uretristis anterior akuta dan dapat menjalar ke proksimal,
selanjutnya mengakibatkan komplikasi lokal, asendens dan diseminata. Keluhan
subyektif berupa rasa gatal, panas di bagian distal uretra disekitar orifisium uretra
eksternum, kemudian disusul disuria, polikisuria, keluar duh tubuh dari ujung uretra yang
kadang-kadang disertai darah dan disertai perasaan nyeri pada waktu ereksi.

Pada pemeriksaan tampak orifisium uretra eksternum eritematosa, edematosa, dan


ektropion. Tampak pula duh tubuh yang mukopurulen dan pada beberapa kasus dapat
terjadi pembesaran kelenjar getah bening inguinal unilateral atau bilateral. Komplikasi
lokal yang bisa terjadi pada infeksi gonore pada pria ialah Tysonitis, Parauretritis, litriris
dan Cowperitis.

Pada Wanita, gambaran klinis dan perjalanan penyakit berbeda dengan pria. Hal ini
disebabkan oleh perbedaan anatomi dan fisiologi alat kelamin pria dan wanita. Pada
wanita, baik penyakitnya akut maupun kronik, gejala subyektif jarang ditemukan dan
hamper tidak pernah didapati kelainan obyektif. Pada umumnya wanita datang bila sudah
ada komplikasi. Disamping itu wanita mengalami tiga fase masa perkembangan:

1. Masa Pubertas: Epitel vagina dalam keadaan belum berkembang (sangat tipis) sehingga
dapat terjadi vaginitis gonore.

2. Masa Reproduktif: lapisan selaput lendir vagina menjadi matang dan tebal dengan
banyak glikogen dan basil Doderlein. Basil Doderlein akan memecahkan glikogen
sehingga suasana menjadi asam dan suasana ini tidak menguntungkan untuk tumbuhnya
juman gonokok.

3. Masa Menopause: selaput lendir vagina menjadi atrofi, kadar glikogen menurun dan
basil Doderlein juga berkurang, sehingga suasana asam berkurang dan suasana ini
menguntungkan untuk pertumbuhan kuman gonokok, sehingga dapat terjadi vaginitis
gonore.

Pada mulanya hanya serviks uteri yang terkena infeksi. Duh tubuh yang
mukopurulen dan mengandung banyak gonokok mengalir keluar dan menyerang uretra,
duktus parauretra, kelenjar Bartholin, rectum dan dapat juga naik keatas sampai pada
kandung telur.

Infeksi pada wanita yang pertama paling sering terjadi ialah Uretritis dan servisitis.
Pada Uretritis, gejala utamanya ialah disuria, kadang-kadang poliuria. Pada pemeriksaan,
orifisium uretra eksternum tampak merah, edematosa dan ada secret mukopurulen. Dan
pada Servisitis, dapat simptomatik, kadang-kadang menimbulkan rasa nyeri pada
punggung bawah. Pada pemeriksaan, serviks tampak merah dengan erosi dan secret
mukopurulen. Duh tubuh akan terlihat lebih banyak, bila terjadi servisitis akut atau
disertai dengan vaginitis yang disebabkan oleh Trichomonas vaginalis.

2.6 Pemeriksaan Penunjang

1. Spesimen

Spesimen dapat diambil dari uretra, endoservik, vagina, rektum, orofaring,


konjungtiva, cairan tubuh yang steril (cairan sinovial / cairan pleura / peritoneum).
Namun bergantung pada usia, dan jenis kelamin penderita gonore yang akan diambil
untuk bahan pemeriksaan. Pada pria lokasi pengambilan spesimen di uretra,
menggunakan swab yang dimasukan dan diputar selama 5 detik. Sedangkan pada wanita,
swab pada endoservik dan diputar selama 10 detik. Pengambilan spesimen digunakan
untuk pemeriksaan apusan dengan pewarnaan gram, kultur, dan uji sensitivitas antibiotik

2. Apusan

Kuman Neisseria gonorrhoeae diperiksa secara langsung dari eksudat uretra dan
endoservik dengan pewarnaan Gram. Hasil dikatakan positif bila ditemukan adanya
diplokokus gram negatif dengan bentuk seperti ginjal di dalam dan atau diluar sel lekosit
PMN. Apusan dengan spesimen eksudat uretra memiliki spesifisitas (>99%) dan
sensitivitas (>95%) lebih tinggi daripada eksudat endoservik dengan spesifisitas (95%)
dan sensitivitas (50%).
3. Kultur

Saat ini pemeriksaan mikrobiologi yang digunakan untuk diagnosis infeksi


Neisseria gonorrhoeae adalah kultur dan apusan. Setelah pengambilan sampel, oleskan
dengan segera sampel pada media untuk kultur kuman ini. Media yang digunakan adalah
media selektif yang diperkaya salah satunya Thayer Martin Agar. Selanjumtnya harus di
inkubasi pada suhu 35o-37oC, dengan atmosfer yang mengandung 5%-10% CO2 selama
18-24 jam. Dalam waktu tersebut akan tumbuh koloni kuman berbentuk cembung,
permukaanya mengkilat, berdiameter 0,5-1,0 mm. Setelah inkubasi lebih dari 24 jam
ukuran koloni akan bertambah lebar dengan permukaan yang lebih kasar dan mengkilat.
Namun tidak diperbolehkan inkubasi lebih dari 48 jam dikarenakan koloni tidak dapat
bertahan dan dapat terjadi autolisis.

4. Uji Sensitivitas antibiotik

Kemampuan antibiotik untuk melawan kuman dapat diukur dengan menggunakan 2


metode untuk uji sensitivitas antibiotik yaitu metode dilusi dan difusi. Metode difusi
merupakan cara yang sering digunakan untuk uji sensitivitas antibiotik. Cakram kertas
atau tablet yang mengandung antibiotik diletakan pada media yang sudah ditanami
kuman. Maka akan terbentuk zona jernih disekitar cakram. Ukuran zona tergantung pada
kecepatan difusi antibiotik, derajat sensitivitas kuman, dan kecepatan pertumbuhan
kuman. Sedangkan pada metode dilusi tujuannya adalah penentuan aktivitas antibitotik
secara kuantitatif dengan melihat Minimal Inhibitory Concentration (MIC). 2 kategori
hasil yang sederhana adalah sensitif atau resisten. Hasil sensitif pada antibiotik
levofloksasin dengan uji difusi bila didapatkan diameter ≥31 mm, sedangkan antibiotik
tiamfenikol bila didapatkan diameter ≥18 mm.

2.7 Penatalaksanaan Medis

Berdasarkan rekomendasi dari Centers for Disease Control (CDC) untuk


pengobatan gonore dengan pemberian seftriakson 250 mg dosis tunggal secara
intramuskuler dan sefiksim 400 mg dosis tunggal secara oral sebagai regimen alternatif
apabila terapi dengan seftriakson gagal.3 Sedangkan menurut Peraturan Menteri
Kesehatan Republik Indonesia No. 5 Tahun 2014 penatalaksanaan gonore adalah sebagai
berikut

1. Memberitahu pasien untuk tidak melakukan kontak seksual hingga dinyatakan


sembuh dan menjaga kebersihan genital.

2. Pemberian farmakologi dengan antibiotik: Tiamfenikol, 3,5 gr per oral (p.o)


dosis tunggal, atau ofloksasin 400 mg (p.o) dosis tunggal, atau Kanamisin 2
gram Intra Muskular (I.M) dosis tunggal, atau spektinomisin 2 gram I.M dosis
tunggal. Catatan: tiamfenikol, ofloksasin dan siprofloksasin merupakan
kontraindikasi pada kehamilan dan tidak dianjurkan pada anak dan dewasa
muda.

2.8 Komplikasi

Komplikasi dapat terjadi secara lokal dan asenderen. Pada wanita, komplikasi lokal
terdiri dari parauretritis dan abses kelenjar bartholin. Komplikasi asenderen yang dapat
terjadi pada wanita antara lain salfingitis, dan PID yang bila terjadi dalam jangka waktu
yang lama dapat menimbulkan risiko sterilitas dan kehamilan ektopik.

Komplikasi lokal yang terjadi pada pria berupa Tynositis, parauretritis, litritis, dan
kowperitis. Sedangkan komplikasi asenderennya meliputi prostatitis, vesikulitis,
funikulitis, vas deferenitis, epididimitis, trigonitis.

Prognosis umumnya tidak mengancam jiwa, namun dapat menimbulkan gangguan


fungsi bila terjadi komplikasi. Apabila faktor risiko tidak dihindari, dapat terjadi infeksi
berulang.
BAB III

KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

3.1 Pengkajian

Pengkajian keperawatan merupakan tahap awal dan dasar utama dari proses
keperawatan yang bertujuan untuk mengumpulkan data-data. 

1. Identitas pasien mencakup (nama, No.RM, umur, Jenis kelamin, Pekerjaan, Agama,
status, tanggal MRS, tanggal pengkajian).

2. Keluhanutama

Keluhan utama pada klien gangguan kebutuhan cairan akibat patologi system
perkemihan dan metabolic endokrin

3. Riwayatpenyakit
Pengkajian dengan melakukan anamnesis atau wawancara untuk menggali masalah
keperawatan lainnya yang dilaksanakan perawat adalah mengkaji riwayat kesehatan
klien. Riwayat yang mendukung keluhan utama perlu dikaji agar pengkajian lebih
kompherensif juga mendukung terhaap keluhan yang paling actual dirasakan klien

a. Riwayat penyakit sekarang
Riwayat penyakit sekarang merupakan serangkaian wawancara yang dilakukan
perawat untuk menggali permasalahan klien dari timbulnya keluhan utama . 
b. Riwayat penyakit dahulu

Pengkajian riwayat penyakit dahulu dalam menggali permasalah yang


mendukung masalah saat ini pada klien,seperti klien pernah ada riwayat trauma
kepala, pembedahan kepala, pemakaian obat lithium karbonat, infeksi kranial,
riwayat keluarga menderita kerusakan tubulus ginjal atau penyakit yang sama. 

c. Riwayat penyakit keluarga

Anamnesis akan adanya riwayat keluarga yang menderita gangguan kebutuhan


cairan akibat patologi system perkemihan dan metabolic endokrin.

3.2 Diagnosa

1. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisiologis

2. Hipertermia berhubungan dengan proses penyakit

3. Gangguan eliminasi urin berhubungan dengan iritasi kandung kemih

3.4 Perencanaan Keperawatan

A. KEPERAWATAN

TUJUAN & KRITERIA


No DIAGNOSIS INTERVENSI RASIONAL
HASIL
1 Nyeri akut Setelah  dilakukan tindakan SIKI LABEL : SIKI LABEL:
asuhan keperawatan selama Manajemen nyeri Manajemen
…x ... jam diharapkan tingkat A. Observasi nyeri
nyeri menurun dengan 1. Identifikasi A. Observasi

kriteria hasil: lokasi, 1. Untuk

SLKI LABEL TINGKAT karakteristik, mengetahui

NYERI durasi, lokasi


1. Kemampuan frekuensi, karakterisiti
menuntaskan aktivitas kualitas, k, durasi,
meningkat intensitas nyeri. frekuensi,
2. Keluhan nyeri menurun kualitas,
3. Meringis menurun intensitas
4. Sikap protektif menurun 2. Identifikasi nyeri.
5. Gelisah menurun skala nyeri 2. Untuk
6. Kesulitan tidur menurun 3. Identifikasi mengetahui
7. Menarik diri menurun respons nyeri rentan skala
8. Berfokus pada diri sendiri non verbal nyeri
menurun 3. Untuk
9. Diaforesis menurun 4. Identifikasi mengetahui
10. Perasaan depresi faktor yang respon nyeri
(tertekan) menurun memperberat non verbal
11. Perasaan takut mengalami dan pasien
cedera berulang menurun memperingan 4. Untuk
12. Anoreksia menurun nyeri mengetahui
13. Perinium terasa tertekan
faktor yang
menurun 5. Identifikasi memperbera
14. Uterus teraba membulat pengetahuan t dan
menurun dan keyakinan memperinga
15. Ketegangan otot menurun tentang nyeri n nyeri
16. Pupil dilatasi menurun 6. Identifikasi 5. Untuk
pengaruh
17. Muntah menurun budaya mengetahui
18. Mual menurun terhadap respon pengetahua
19. Frekuensi nadi membaik nyeri. n dan
20. Pola nafas membaik keyakinan
21. Tekanan darah membaik pasien
22. Proses berfikir membaik 7. Identifikasi tentang
23. Fokus membaik pengaruh nyeri nyeri
24. Fungsi berkemih pada kualitas 6. Untuk
membaik hidup mengetahui
25. Prilaku membaik
pengaruh
26. Nafsu makan membaik 8. Memonitor budaya
27. Pola tidur membaik keberhasilan terhadap
terapi respon nyeri
komplementer pasien
yang sudah 7. Untuk
diberikan mengetahui
pengaruh
nyeri pada
9. Memonitor kualitas
efek samping hidup
penggunaan pasien
analgetik 8. Untuk
mengetahui
keberhasila

B. Terapeutik n terapi

10. Berikan teknik komplement

nonfarmakologi er yang

untuk sudah

mengurangi diberikan
rasa nyeri 9. Untuk
11. Kontrol mengetahui
lingkungan efek
yang samping
memperberat penggunaan
rasa nyeri analgetik

12. Fasilitasi
B. Terapeutik
istirahat dan
10. Agar pasien
tidur
dapat
mengurangi
13. Pertimbangkan
rasa nyeri
jenis dan
sumber nyeri
dalam
11. Untuk
pemilihan
mengetahui
strategi
lingkungan
meredakan
yang
nyeri
memperbera
t rasa nyeri
C. Edukasi pasien
14. Jelaskan 12. Agar pasien
penyebab, dapat
periode dan istirahat dan
pemicu nyeri tidur
dengan
15. Jelaskan nyaman
strategi 13. Agar dapat
meredakan memilih
nyeri jenis dan
sumber
nyeri
16. Anjurkan
memonitor
nyeri secara
mandiri
C. Edukasi
14. Untuk
17. Anjurkan
mengetahui
menggunakan
penyebab
analgetik secara
periode
tepat
nyeri dan
18. Anjurkan
pemicu
teknik
nyeri
nonfarmakologi
15. Agar pasien
untuk
mengetahui
mengurangi
strategi
rasa nyeri
meredakan
nyeri
16. Agar pasien
D. Kolaborasi dapat
19. Kolaborasi memonitor
pemberian nyeri secara
analgetik, jika mandiri
perlu 17. Untuk
mengurangi
rasa nyeri
18. Agar pasien
dapat
menerapkan
teknik
nonfarmako
logi secara
mandiri

D. Kolaborasi
19. Untuk
mengurangi
rasa nyeri
pasien

2 Hipertermia Setelah dilakukan intervensi SIKI LABEL : SIKI LABEL :


keperawatan selama …x….. Manajemen Manajemen
jam diharapkan suhu tubuh hipertermia hipertermia
membaik dengan - Observasi - Observasi
Kriteria hasil : 1. Identifikasi 1. Mengetahui
SLKI LABEL : penyebab penyebab
Termoregulasi Membaik hipertermia hipertermia
1. kemerahan pada kulit (mis.
pasien menurun Dehidrasi,
2. takikardia pada pasien terpapar
menurun lingkungan
3. takipnea menurun panas,
4. suhu tubuh pasien penggunaan
membaik 2. Memantau
inkubator)
5. suhu kulit pasien perkembang

membaik 2. Monitor suhu an suhu

tubuh tubuh
pasien

3. Memantau
kadar
3. Monitor elektrolit
Kadar pasien
elektrolit
4. Memantau
haluaran
urine pasien
4. Monitor
haluaran urine 5. Mengetahui
komplikasi
yang
diakibatkan
5. Monitor dari
komplikasi hipertermia
akibat
hipertermia Terapeutik
6. Membantu
merasa
nyaman dan
suhu tubuh
pasien bisa
Terapeutik
menurun
6. Sediakan
lingkungan
7. Membantu
yang dingin
pasien
merasa
nyaman
8. agar suhu
tubuh
7. Longgarkan pasien bisa
atau lepaskan menurun
pakaian atau
kembali
normal

8. Basahi dan 9. agar


kipasi kebutuhan
permukaan cairan
tubuh pasien
terpenuhi

10. agar pasien


merasa
nyaman dan
terjaga
9. Berikan
kebersihann
cairan oral
ya

11. agar suhu


tubuh
pasien
10. Ganti linen
kembali
setiap hari
normal
atau lebih
sering jika
mengalami
hyperhidrosis
(keringat
berlebih) 12. karena
aspirin
11. Lakukan dapat
pendinginan menyebabka
eksternal n nyeri pada
(mis. Selimut lambung,
hipotermia perdarahan
atau kompres lambung
dingin pada
dahi, leher, 13. agar

dada, kebutuhan

abdomen, oksigen

aksila) pasien
terpenuhi
12. Hindari
pemberian - Edukasi

antipiretik 14. untuk

atau aspirin memaksima


lkan
kesembuhan

- Kolaborasi
15. untuk
mempercep
13. Berikan at
oksigen, jika penyembuh
perlu an pasien
- Edukasi
14. Anjurkan
tirah baring

- Kolaborasi
15. Kolaborasi
pemberian cairan
dan elektrolit
intravena, jika
perlu

3.4 Implementasi

Implementasi keperawatan merupakan serangkaian tindakan yang dilakukan oleh perawat


maupun tenaga medis lain untuk membantu pasien dalam proses penyembuhan dan
perawatan serta masalah kesehatan yang dihadapi pasien yang sebelumnya disusun dalam
rencana keperawatan. Tujuan dari implementasi adalah membantu klien dalam mencapai
peningkatan kesehatan baik yang dilakukan secara mandiri maupun kolaborasi dan rujukan.
Tindakan keperawatan adalah perilaku atau aktivitas spesifik yang dikerjakan oleh
perawat untuk mengimplementasikan intervensi keperawatan (Tim Pokja SIKI DPP PPNI,
2018).
3.5 Evaluasi
Langkah ini sebagai pengecekan apakah rencana asuhan tersebut efektif dalam
pelaksanaannya. Untuk pencatatan asuhan dapat diterapkan dalam bentuk SOAP.
a) S : Data Subyektif
Data ini diperoleh melalui anamnesa.
b) O : Data Obyektif
Hasil pemeriksaan klien dan pemeriksaan pendukung lainnya.
c) A : Analisis
Interpretasi berdasarkan data yang terkumpul dibuat kesimpulan.
d) P : Penatalaksanaan

Merupakan tindakan dari diagnosa yang telah dibuat

DAFTAR PUSTAKA

Larry T Ludwick (2006) Gonococcal Infection diaksess dari


htt//www.emedicine.roadscape.coro /article/218059-treatment pada 01 oktober 2020

Jawetz, Melnick, & Adelberg’s ( 2001 ). Mikrobiologi Kedokteran Edisi Pertama, Penerbit
Salemba Medika Jakarta, 21 : 419-431.

Martodihardjo Sunarko ( 2008 ) Uretritis Gonore dan Non Gonore Diagnosis dan
Pelaksanaan 1: 1-7.

Harnawatiaj, 2008, Cervisitis, http://harnawatiaj.wordpress.com/2008/03/18/servisitis/.


Diakses 01 oktober 2020

Sjaiful Fahmi Daili, 2001, Gonore Dalam Penyakit Menular Seksual. Jakarta:FKUI

Anda mungkin juga menyukai