GANGGUAN REPRODUKSI
OLEH :
P07120018156
3.4
KEMENTERIAN KESEHATAN RI
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas
rahmat dan petunjuknya sehingga laporan kasus yang berjudul “asuhan keperawatan pasien
gonorhea” dapat diselesaikan sebagaimana mestinya meskipun dalam bentuk yang sederhana
dan masih terdapat kekurangan yang masih memerlukan perbaikan seperlunya.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa penyelesaian laporaan kasus ini tidak dapat
kami selesaikan tanpa adanya bantuan dan dukungan dari berbagai pihak. Olehkarena itu
patutlah kiranya kami sampaikan rasa syukur dan ucapan terimakasih kepada semua pihak
yang telah membantu.
BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
badan yang dekat. Kuman patogen tertentu yang mudah menular dapat
ditularkan melalui makanan, transfusi darah, alat suntik yang digunakan untuk
obat bius.
Tujuan
Manfaat
Diharapkan materi ini dapat berguna bagi mahasiswa dan masyarakat untuk
menambah pengetahuan yang telah ada mengenai laporan asuhan keperawatan pada
pasien gonorhea
BAB II
TINJAUAN TEORI
2.1 Definisi
Servisitis adalah peradangan pada selaput lendir canalis cervikalis. Peradangan ini
disebabkan epitel selaput canalis cervikalis yang hanya terdiri dari satu lapisan silindris
sehingga dengan mudah terjadi infeksi (Harnawatiaj, 2008). Gonore dalam arti luas
mencakup semua penyakit yang disebabkan oleh Neisseria Gonorrhoeae (Sjaiful Fahmi
Daili, 2007:369). Servisitis Gonore adalah penyakit yang disebabkan oleh Neisseria
Gonorrhoeae berupa peradangan epitel cerviks dan stroma yang mendasarinya pada wanita
yang biasanya bersifat asimtomatik (Durnhoelter, Johann H, 1988:45).
2.2 Etiologi
Penyebab gonore adalah Neisseria gonorrhoeae yang merupakan bakteri yang lebih
sering ditemukan secara berpasangan (diplococcus). Pada pewarnaan gram dengan
pewarnaan methylen blue dan eosin bersifat gram negatif. Bakteri ini bersifat aerob, tidak
tahan lama di udara bebas, cepat mati dalam keadaan kering yaitu dalam 1-2 jam, dalam
pemanasan dengan suhu 55oC bakteri mati dalam 5 menit, tidak tahan terhadap suhu >
39oC, tahan asam, dan cenderung mengalami autolisis dengan cepat.
Gonore dapat terjadi pada semua manusia. Tetapi tidak semua manusia mempunyai
risiko tinggi untuk terinfeksi kuman penyebab gonore ini. Faktor- faktor yang
meningkatkan risiko untuk terinfeksi kuman Neissreia gonorrhoeae adalah:
1. Semakin muda usia (<25 tahun) untuk melakukan hubungan seksual pertama kali
6. Tidak menggunakan kondom atau menggunakan kondom tapi tidak benar (wanita
memiliki risiko ±40-60% tertular oleh pasangannya yang terinfeksi)
3. Infeksi gonokokal pada neonatus/ Gonococcal Infec ons Among Neonates. Infeksi
gonokokal dapat menjadi masalah serius bagi ibu hamil yang terinfeksi dikarenakan
dapat mengakibatkan ophtalmia neonatorum/ infeksi konjungtivitis pada bayi baru lahir
sehingga terjadi kebutaan pada bayi baru lahir. Infeksi gonokokal pada neonatus terdiri
dari ophtalmia neonatorum dan gonococcal scalp abscesses
Masa tunas Gonore sangat singkat, pada pria umumnya bervariasi antara 2-5hari,
kadang-kadang lebih lama dan hal ini disebabkan karena penderita telah mengobati diri
sendiri, tetapi dengan dosis yang tidak cukup atau gejala sangat samar sehingga tidak
diperhatikan oleh penderita.
Gambaran klinis dan komplikasi gonore sangat erat hubungannya dengan susunan
anatomi dan faal genitalia. Berikut ini dicantumkan infeksi pertama dan komplikasi, baik
pada pria maupun pada wanita.
Pada pria, infeksi pertama yang paling sering dijumpai ialah Uretritis. Uretritis yang
paling sering dijumpai adalah uretristis anterior akuta dan dapat menjalar ke proksimal,
selanjutnya mengakibatkan komplikasi lokal, asendens dan diseminata. Keluhan
subyektif berupa rasa gatal, panas di bagian distal uretra disekitar orifisium uretra
eksternum, kemudian disusul disuria, polikisuria, keluar duh tubuh dari ujung uretra yang
kadang-kadang disertai darah dan disertai perasaan nyeri pada waktu ereksi.
Pada Wanita, gambaran klinis dan perjalanan penyakit berbeda dengan pria. Hal ini
disebabkan oleh perbedaan anatomi dan fisiologi alat kelamin pria dan wanita. Pada
wanita, baik penyakitnya akut maupun kronik, gejala subyektif jarang ditemukan dan
hamper tidak pernah didapati kelainan obyektif. Pada umumnya wanita datang bila sudah
ada komplikasi. Disamping itu wanita mengalami tiga fase masa perkembangan:
1. Masa Pubertas: Epitel vagina dalam keadaan belum berkembang (sangat tipis) sehingga
dapat terjadi vaginitis gonore.
2. Masa Reproduktif: lapisan selaput lendir vagina menjadi matang dan tebal dengan
banyak glikogen dan basil Doderlein. Basil Doderlein akan memecahkan glikogen
sehingga suasana menjadi asam dan suasana ini tidak menguntungkan untuk tumbuhnya
juman gonokok.
3. Masa Menopause: selaput lendir vagina menjadi atrofi, kadar glikogen menurun dan
basil Doderlein juga berkurang, sehingga suasana asam berkurang dan suasana ini
menguntungkan untuk pertumbuhan kuman gonokok, sehingga dapat terjadi vaginitis
gonore.
Pada mulanya hanya serviks uteri yang terkena infeksi. Duh tubuh yang
mukopurulen dan mengandung banyak gonokok mengalir keluar dan menyerang uretra,
duktus parauretra, kelenjar Bartholin, rectum dan dapat juga naik keatas sampai pada
kandung telur.
Infeksi pada wanita yang pertama paling sering terjadi ialah Uretritis dan servisitis.
Pada Uretritis, gejala utamanya ialah disuria, kadang-kadang poliuria. Pada pemeriksaan,
orifisium uretra eksternum tampak merah, edematosa dan ada secret mukopurulen. Dan
pada Servisitis, dapat simptomatik, kadang-kadang menimbulkan rasa nyeri pada
punggung bawah. Pada pemeriksaan, serviks tampak merah dengan erosi dan secret
mukopurulen. Duh tubuh akan terlihat lebih banyak, bila terjadi servisitis akut atau
disertai dengan vaginitis yang disebabkan oleh Trichomonas vaginalis.
1. Spesimen
2. Apusan
Kuman Neisseria gonorrhoeae diperiksa secara langsung dari eksudat uretra dan
endoservik dengan pewarnaan Gram. Hasil dikatakan positif bila ditemukan adanya
diplokokus gram negatif dengan bentuk seperti ginjal di dalam dan atau diluar sel lekosit
PMN. Apusan dengan spesimen eksudat uretra memiliki spesifisitas (>99%) dan
sensitivitas (>95%) lebih tinggi daripada eksudat endoservik dengan spesifisitas (95%)
dan sensitivitas (50%).
3. Kultur
2.8 Komplikasi
Komplikasi dapat terjadi secara lokal dan asenderen. Pada wanita, komplikasi lokal
terdiri dari parauretritis dan abses kelenjar bartholin. Komplikasi asenderen yang dapat
terjadi pada wanita antara lain salfingitis, dan PID yang bila terjadi dalam jangka waktu
yang lama dapat menimbulkan risiko sterilitas dan kehamilan ektopik.
Komplikasi lokal yang terjadi pada pria berupa Tynositis, parauretritis, litritis, dan
kowperitis. Sedangkan komplikasi asenderennya meliputi prostatitis, vesikulitis,
funikulitis, vas deferenitis, epididimitis, trigonitis.
3.1 Pengkajian
Pengkajian keperawatan merupakan tahap awal dan dasar utama dari proses
keperawatan yang bertujuan untuk mengumpulkan data-data.
1. Identitas pasien mencakup (nama, No.RM, umur, Jenis kelamin, Pekerjaan, Agama,
status, tanggal MRS, tanggal pengkajian).
2. Keluhanutama
Keluhan utama pada klien gangguan kebutuhan cairan akibat patologi system
perkemihan dan metabolic endokrin
3. Riwayatpenyakit
Pengkajian dengan melakukan anamnesis atau wawancara untuk menggali masalah
keperawatan lainnya yang dilaksanakan perawat adalah mengkaji riwayat kesehatan
klien. Riwayat yang mendukung keluhan utama perlu dikaji agar pengkajian lebih
kompherensif juga mendukung terhaap keluhan yang paling actual dirasakan klien
a. Riwayat penyakit sekarang
Riwayat penyakit sekarang merupakan serangkaian wawancara yang dilakukan
perawat untuk menggali permasalahan klien dari timbulnya keluhan utama .
b. Riwayat penyakit dahulu
c. Riwayat penyakit keluarga
3.2 Diagnosa
A. KEPERAWATAN
B. Terapeutik n terapi
nonfarmakologi er yang
untuk sudah
mengurangi diberikan
rasa nyeri 9. Untuk
11. Kontrol mengetahui
lingkungan efek
yang samping
memperberat penggunaan
rasa nyeri analgetik
12. Fasilitasi
B. Terapeutik
istirahat dan
10. Agar pasien
tidur
dapat
mengurangi
13. Pertimbangkan
rasa nyeri
jenis dan
sumber nyeri
dalam
11. Untuk
pemilihan
mengetahui
strategi
lingkungan
meredakan
yang
nyeri
memperbera
t rasa nyeri
C. Edukasi pasien
14. Jelaskan 12. Agar pasien
penyebab, dapat
periode dan istirahat dan
pemicu nyeri tidur
dengan
15. Jelaskan nyaman
strategi 13. Agar dapat
meredakan memilih
nyeri jenis dan
sumber
nyeri
16. Anjurkan
memonitor
nyeri secara
mandiri
C. Edukasi
14. Untuk
17. Anjurkan
mengetahui
menggunakan
penyebab
analgetik secara
periode
tepat
nyeri dan
18. Anjurkan
pemicu
teknik
nyeri
nonfarmakologi
15. Agar pasien
untuk
mengetahui
mengurangi
strategi
rasa nyeri
meredakan
nyeri
16. Agar pasien
D. Kolaborasi dapat
19. Kolaborasi memonitor
pemberian nyeri secara
analgetik, jika mandiri
perlu 17. Untuk
mengurangi
rasa nyeri
18. Agar pasien
dapat
menerapkan
teknik
nonfarmako
logi secara
mandiri
D. Kolaborasi
19. Untuk
mengurangi
rasa nyeri
pasien
tubuh tubuh
pasien
3. Memantau
kadar
3. Monitor elektrolit
Kadar pasien
elektrolit
4. Memantau
haluaran
urine pasien
4. Monitor
haluaran urine 5. Mengetahui
komplikasi
yang
diakibatkan
5. Monitor dari
komplikasi hipertermia
akibat
hipertermia Terapeutik
6. Membantu
merasa
nyaman dan
suhu tubuh
pasien bisa
Terapeutik
menurun
6. Sediakan
lingkungan
7. Membantu
yang dingin
pasien
merasa
nyaman
8. agar suhu
tubuh
7. Longgarkan pasien bisa
atau lepaskan menurun
pakaian atau
kembali
normal
dada, kebutuhan
abdomen, oksigen
aksila) pasien
terpenuhi
12. Hindari
pemberian - Edukasi
- Kolaborasi
15. untuk
mempercep
13. Berikan at
oksigen, jika penyembuh
perlu an pasien
- Edukasi
14. Anjurkan
tirah baring
- Kolaborasi
15. Kolaborasi
pemberian cairan
dan elektrolit
intravena, jika
perlu
3.4 Implementasi
DAFTAR PUSTAKA
Jawetz, Melnick, & Adelberg’s ( 2001 ). Mikrobiologi Kedokteran Edisi Pertama, Penerbit
Salemba Medika Jakarta, 21 : 419-431.
Martodihardjo Sunarko ( 2008 ) Uretritis Gonore dan Non Gonore Diagnosis dan
Pelaksanaan 1: 1-7.
Sjaiful Fahmi Daili, 2001, Gonore Dalam Penyakit Menular Seksual. Jakarta:FKUI