Anda di halaman 1dari 2

Kraton (bahasa Yunani: κράτος kratos "kekuatan") merupakan bagian yang tua dan

stabil dari litosfer benua. Karena kemampuannya bertahan dalam siklus memisah dan
menggabungnya benua, kraton umumnya ditemukan dalam interior lempeng tektonik. Kraton
secara karakteristik terdiri dari kristal batuan dasar purba, yang mungkin terlindungi oleh
batuan sedimen yang lebih muda. Kraton memiliki kerak tebal dan akar litosferik yang dalam
yang memanjang sejauh beberapa ratus kilometer de dalam mantel Bumi. Istilah kraton
digunakan untuk membedakan bagian stabil dari kerak benua dari daerah yang lebih aktif
secara geologi dan tidak stabil. Kraton dapat digambarkan sebagai perisai, di mana batuan
dasar muncul di permukaan, di mana bagian bawah tanah yang dilapisi oleh sedimen dan
batuan sedimen. Kata kraton pertama kali diusulkan oleh ahli geologi Jerman L. Kober pada
tahun 1921 sebagai Kratogen, mengacu pada platform benua stabil, dan orogen sebagai
istilah untuk gunung atau sabuk orogenik.

Kemudian penulis memperpendek istilah tersebut menjadi kraton. Sekelompok


peneliti dari sejumlah universitas di seluruh dunia menemukan cadangan berlian dalam
jumlah besar itu dengan perantaraan gelombang seismik di bawah Bumi. Getaran atau vibrasi
gelombang seismik diketahui bisa berubah, berdasarkan komposisi, temperatur, dan
kepadatan berbagai macam batuan yang dilaluinya.Para peneliti menggunakan data-data
tersebut untuk membuat citra konstruksi interior Bumi yang tak terjangkau oleh manusia
karena lokasinya yang terlalu dalam. Kemudian, para ilmuwan menemukan, getaran bawah
tanah, yang dihasilkan dari proses alami seperti gempa bumi dan tsunami, cenderung
bertambah cepat saat melalui akar kratonik. Menggunakan catatan aktivitas seismik yang
disimpan oleh lembaga pemerintah seperti Badan Survei Geologi Amerika Serikat (USGS),
tim membuat model tiga dimensi kecepatan gelombang yang merambat melalui kraton-kraton
besar. Kemudian, mereka membuat 'virtual rock' atau batuan virtual -- dari berbagai
kombinasi mineral yang berbeda dan menghitung seberapa cepat gelombang seismik akan
berjalan melaluinya. Dari perbandingan antara kecepatan faktual yang diamati di bawah
tanah dengan hasil prediksi dalam model virtual rock menunjukkan, 1 hingga 2 persen dari
akar kraton terdiri dari berlian. Sementara, sisanya terdiri atas peridotit atau tipe utama
batuan di mantel atas Bumi, dan sedikit batuan eclogite yang asalnya dari kerak samudra.
"Ketika gelombang melewati Bumi, berlian akan mengirimkan gelombang
tersebut lebih cepat daripada batuan atau mineral lain yang kurang kaku," kata Joshua Garber,
seorang mahasiswa pascadoktoral di UC Santa Barbara sekaligus penulis utama studi
tersebut, seperti dikutip dari situs sains LiveScience, Selasa (17/7/2018).  Ia menambahkan,
penjelasan terbaik dari fenomena tersebut adalah keberadaan berlian. "Namun, kami tak bisa
memastikannya. Sebab, adalah hal yang sangat sulit untuk secara langsung mendapatkan
sampel dari bagian tersebut," kata Garber.  Namun, bukannya tak mungkin mendapatkan
sampel. Sebab, terkadang ada bagian akar kraton yang dibawa ke permukaan Bumi oleh
erupsi magma. Meski demikian, sejumlah peneliti lain menyarankan beberapa penjelasan
alternatif. Yakni, ada kemungkinan, batuan kratonik tersebut lebih dingin dari apa yang
ditunjukkan oleh literatur. Itu berarti, batuan tersebut akan lebih kaku. Dengan demikian,
gelombang seismik akan merambat lebih cepat saat melaluinya -- meski tanpa keberadaan
berlian atau eclogite.Namun, Garber menambahkan, berdasarkan data, skenario yang terakhir
kurang memungkinkan. "Pemahaman kita tentang bagian dalam Bumi terus meningkat
dengan lebih banyak pengukuran, eksperimen, dan terkadang mendapatkan sampel," kata
Garber. "Saya menduga, kita akan terus dibuat terkejut dengan apa yang kita temukan."

Sumber: Eko Sujatmiko, Kamus IPS , Surakarta: Aksara Sinergi Media Cetakan I, 2014
halaman 257-258

Anda mungkin juga menyukai