Anda di halaman 1dari 25

PROPOSAL

PENGARUH BODY SHAMING TERHADAP KONSEP DIRI REMAJA

PEREMPUAN

Penelitian Keperawatan Anak

WIDYA APRILYAN

Bp. 1711311018

FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS ANDALAS

PADANG

2020

i
i
Kata Pengantar

Puji dan syukur kehadirat Allah SWT atas segala nikmat dan rahmat-Nya yang selalu

dicurahkan kepada seluruh makhluk-Nya. Salawat serta salam dikirimkan kepada Nabi

Muhammad SAW. Alhamdulillah dengan nikmat dan hidayah-Nya, penulis telah dapat

menyelesaikan proposal ini dengan judul “Pengaruh Body Shaming Terhadap Konsep Diri

Remaja Perempuan”

Terimakasih yang sebesar-besarnya saya ucapkan kepada Ibu Nelwati,S.Kp,MN,PhD


sebagai pembimbing praktikum metodologi penelitian yang telah banyak memberi motivasi,
nasehat dan bimbingan selama saya menyusun proposal ini.

Penulis menyadari bahwa proposal ini jauh dari kesempurnaan. Maka saran dan kritik
yang konstruktif dari semua pihak sangat diharapkan demi penyempurnaan ini.

Padang, 07 Mei 2020

Penulis

i
Daftar Isi

Kata Pengantar.....................................................................................................................i

Daftar Isi...............................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN.....................................................................................................1

A. Latar Belakang..................................................................................................................1

B. Rumusan Masalah.............................................................................................................4

C. Tujuan Penelitian...............................................................................................................4

D. Manfaat Penelitian.............................................................................................................4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA..........................................................................................5

A. Remaja...............................................................................................................................5

B. Body shaming....................................................................................................................6

C. Konsep diri.......................................................................................................................6

BAB III KERANGKA KONSEP......................................................................................13

A. Kerangka Teori Penelitian.........................................................................................13

B. Kerangka Konsep Penelitian.....................................................................................15

C. Hipotesi Penelitian.....................................................................................................15

BAB IV METODE PENELITIAN...................................................................................16

A. Jenis penelitian..........................................................................................................16

B. Populasi dan Sampel..................................................................................................16

C. Tempat dan Waktu Penelitian...................................................................................16

D. Instrumen Penelitian..................................................................................................16

E. Etika Penelitian..........................................................................................................17

F. Metode Pengumpulan Data...........................................................................................17

1. Teknik Pengumpulan Data.....................................................................................17

2. Langkah Langkah Pengumpulan Data...................................................................18

G. Pengolahan data.........................................................................................................18

i
a. Editing....................................................................................................................18

b. Coding....................................................................................................................18

c. Entry Data.................................................................................................................19

d. Cleaning.................................................................................................................19

H. Analisa Data..............................................................................................................19

DAFTAR PUSTAKA.........................................................................................................20

i
i
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Menurut WHO, remaja adalah penduduk dalam rentang usia 10 – 19 tahun , menurut

Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 25 tahun 2014 , remaja adalah penduduk dalam

i
rentang usia 10 – 18 tahun dan menurut Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana

( BKKBN ) rentang usia remaja adalah 10 – 24 tahun dan belum menikah.

Masa remaja merupakan periode terjadinya pertumbuhan dan perkembangan yang

sangat pesat baik secara fisik, psikologis dan intelektual. Masa remaja cenderung ingin

mencoba hal yang baru tanpa memikirkan risiko yang dihadapinya.

Setiap orang ingin memiliki tubuh yang sehat dan bentuk tubuh yang ideal. Bentuk

tubuh seseorang dan berat seseorang sering mempengaruhi penampilan seseorang.

Penampilan merupakan hal yang dapat menjadi perhatian khusus dan setiap orang ingin

memaksimalkan penampilannya dilingkungan sosial. Hal ingin wajar karena kita ingat

tentang kebutuhan mashlow yaitu tentang kebutuhan tentang akan penghargaan diri. Jika

kebutuhan harga diri seseorang tidak terpenuhi maka ia bisa menjadi rendah diri dan tidak

berdaya ( Alwisol, 2009 ).

Menurut Horigman dan Castle , body image adalah gambaran mental seseorang

terhadap bentuk dan ukuran tubuhnya, bagaimana seseorang mempersepsikan dan

memberikan penilaian atas apa yang dia pikirkan dan rasakan terhadap ukuran dan bentuk

tubuhnya, dan bagaimana kira kira penilaian orang lain terhadap dirinya. Sebenarnya, apa

yang dia rasakan belum tentu mengpresentasikan keadaan yang sebenarnya , namun lebih

merupakan hasil penilaian diri yang subyektif ( Dewi , 2009 )

Seseorang akan merasa tidak puas dengan dirinya apabila ketidakpuasaan terhadap

bagian tubuhnya akan semakin besar apabila individu menerima penilaian yang disampaikan.

Cara pandang seseorang terhadap tubuhnya terjadi karen adanya objektifikasi diri .

objektifikasi diri adalah penilaian tubuh sendiri , menginternalisasi perspektif pengamat yang

fokus mengamati bagian tubuh.

Cara pandang seseorang terhadap dirinya sangat berpengaruh terhadap mental diri

i
seseorang tersebut. Seseorang yang selalu merasa kekurangan akan tubuhnya selalu merasa

tubuh nya tidak sempurna cenderung sering merasa depresi karena bentuk tubuhnya.

Saat ini, semakin banyak nya iklan pemutih, iklan penurunan berat badan. Dan lain

lainnya yang menggangap bisa membuat tubuh sempurna, cemnderung mengubah pola pikir

masyarakat jika yang bertubuh sempurna itu yang memiliki kulit putih dan berbadan

langsing, padahal tubuh terlihat jika sempurna jika tubuh itu sehat.

Seseorang dengan citra tubuh yang kurang baik , kemampuan untuk dekat dengan

lingkungannya cenderung terhambat karena orang yang memiliki citra tubuh yang kurang

baik biasanya minder dengan lingkungannya. Citra tubuh kurang baik bisa seperti body

shaming. Menurut hellosehat.com body shaming merupakan perilaku mengkritik atau

mengomentari fisik atau tubuh diri sendiri atau orang lain dengan cara negatif. Jenis body

shaming ada beberapa contohnya fat shaming yaitu perkataan untuk orang yang bertubuh

besar atau thin shaming untuk orang yang berbadan kurus.

Body shaming menimbulkan kecemasan terhadap seseorang. Body shaming

menyebabkan terjadinya gangguan dismorfik tubuh ( Dolezal , 2015 ) . gangguan dismorfik

tubuh menyebabkan seseorang mereka kalau didirinya itu ada yang kurang atau tidak

sempurna . kekurangan yang dirasakan disebabkan karena kekacauan pemikiran seseorang.

Dengan maraknya teknologi yang begitu canggih, fenomena body shaming saat

sekarang ini sedang maraknya terjadi. Body shaming bisa terjadi dimana saja dan kapn saja

baik dilontarkan secara langsung atau melalui media sosial.

Body shaming merupakan suatu fenomena yang mengerikan bagi orang orang yang

terkena dampaknya . Menurut laman worlofbuzz.com , pada 10 Agustus 2018 lalu, ada

seorang remaja berusia 17 tahun di Thailand nekat bunuh diri disekolah dikarenakan tidak

tahan karena selalu dipanggi gendut oleh teman teman sekolahnya. Dampak dari body

i
shaming sangat membahayakan karena bisa membuat seseorang depresi lalu bunuh diri.

Body shaming merupakan fenomena yang serius. Dampaknya buruk bagi yang yang

mengalaminya. Body shaming bisa terjadi kepada siapaun seperti, anak sekolah, ataupun

kuliah baik perempuan atau pun laki laki. Perempuan lebih sering mendapatkan perkataan

body shaming. Body shaming pun bisa datang dari orang terdekat kita.

Pelaku body shaming cenderung tidak memikirkan bagaimana perasaan korban ketika

pelaku mengakatan perkataan yang menghina tubuh korban. Pelaku cenderung mengtakan

kalau itu hanya bercanda dan tidak bermaksud apa apa. Padahal, ini bisa berdampak serius

bagi korban itu sendiri.

Dengan adanya fenomena body shaming yang maraknya, maka penulis mengangkat

topik ini karena penulis ingin tahu bagaimana perasaan seseorang yang terkena body shaming

dan dampak yang dialami.

Body shaming umumnya terjadi pada perempuan karena perempuan cenderung

menginterlisasi pengamat tubuhnya dibandingkan laki laki ( Knaus dkk, 2008 ). Budaya

memiliki tuntunan lebih besar kepada standar tubuh perempuan ( Dolezal , 2015 ). Walaupun

perempuan lebih sering terkena body shaming tetapi tidak memungkinkan kalau laki laki juga

terjadi body shaming. Berarti body shaming terjadi kepada perempuan dan laki laki.

1.2 Rumusan Masalah

Penelitian ini akan mendeskripsikan pengaruh body shaming terhadap konsep diri remaja

perempuan .

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana perasaan remaja yang terkena

i
body shaming dan dampak kehidupan yang mengalaminya.

1.4. Manfaat Penelitian

1.4.1 Teoritis

Diharapkan menambah wawasan pengetahuan secara teoritis bagi semua tentang body

shaming dan dampak dari body shaming tersebut.

1.4. 2 Praktis

Diharapkan masyarakat paham akan dampak dari body shaming dan masyarakat bisa

berpikir untuk bertindak hal yang berbau body shaming dan menyadari tindakan yang telah

dilakukannya.

i
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Remaja

2.1.1 pengertian remaja

Menurut WHO , remaja adalah penduduk dalam rentang usia 10 – 19 tahun, menurut

Peraturan Menteri Kesehatan RI nomor 25 tahun 2014 , remaja adalah penduduk dalam

rentang usia 10 – 18 tahun dan menurut Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana

( BKKBN) rentang usia remaja adalah 10 – 24 tahun dan belum menikah.

Menurut Hurlock ( 2011 ), remaja berasal dari kata latin adolesence yang berarti

tumbuh atau tumbuh menjadi dewasa. Istilah adolesence mempunyai arti yang luas lagi yang

mencakup kematangan mental, emosional sosial dan fisik. Masa remaja merupakan peralihan

dari masa anak ke masa dewasa yang mengalami semua perkembangan semua aspek dan

fungsi untuk memasuki masa dewasa ( Sundari , 2011 ).

Remaja adalah suatu masa dimana individu berkembang dari saat pertama kali ia

kemcapai kematangan seksual ( Sarwono , 2011 ). Masa remaja disebut juga sebagai masa

perubahan , meliputi perubahan sikap dan perubahan fisik ( Pratiwi , 2012 ) .

Masa remaja merupakan suatu periode transisi antara masa kanak kanak dan masa

deasa di mana anak mempersiapkan diri menjadi dewasa. Batasan yang tegas pada remaja

sulit ditetapkan , tetapi periode ini biasanya digambarkan pertama kali dengan penampakan

karakteristik seks sekunder pada sekitar usia 11 – 12 tahun dan berakhir dengan berhentinya

pertumbuhan pada usia 18 – 20 tahun ( Wong , dkk. 2009 ). Masa remaja merupakan masa

peralihan dari masa kanak kanak ke masa deasa ( Poltekkes Depkes Jakarta , 2010 ).

i
2.1.2 Batasan usia remaja

Berdasarkan tahap perkembangan individu dari masa bayi hingga masa tua akhir

menurut Erickson, masa remaja dibagi menjadi tiga tahapan yakni masa remaja awal , masa

remaja pertengahan dan masa remaja akhir . Kriteria masa remaja awal adalah pada

perempuan rentang umur 13 – 15 tahun dan pada laki laki rentang umur 15 – 17 tahun .

Kriteria masa remaja pertengahan yakni pada perempuan berumur 15 – 18 tahun sedangkan

pada laki laki 17 – 19 tahun . Sedangkan masa remaja akhir pada perempuan 18 – 21 tahun

dan pada laki laki 19 – 20 tahun ( Thalib , 2010 ).

WHO memberikan batasan usia remaja yaitu usia 19 – 20 tahun . WHO membagi

kurun usia dalam dua bagian yaitu remaja awal 10 – 14 tahun dan remaja akhir 15 – 20 tahun,

Wong, dkk ( 2009) mengemukakan masa remaja terdiri tiga subfase yang jelas , yaitu :

a. Masa remaja awal usia 11 – 14 tahun

b. Masa remaja pertengahan usia 15 – 17 tahun

c. Masa remaja akhir usia 18 – 20 tahun

2.2 Body shaming

2.2.1 Pengertian body shaming

Body shaming adalah perilaku mengkritik atau mengomentari fisik atau tubuh sendiri

maupun orang lain dengan cara yang negatif . Body shaming adalah istilah untuk mencela

orang lain maupun diri sendiri karena penampilan fisiknya.

2.2.2 Jenis body shaming

Body shaming terdiri dari dua jenis yaitu acute body shame dan chronic body shame

yang dikemukakan oleh Dolezal :

1. Acute Body Shame

i
Acute body shame lebih berhubungan dengan aspek perilaku dari tubuh, seperti

pergerakan atau tingkah laku. Istilah ini biasa dikenal dengan embarrassment , tipe body

shame yang biasanya terjadi pada persiapan yang tak diduga atau tidak direncanakan.

Jenis body shame ini terjadi pada kasus seperti kejadian yang terjadi dalam interaksi

sosial seperti sebuah presentasi diri yang mengalami kegagapan, gagal atau tidak sesuai

dengan tingkah laku yang diharapkan , muncul sebagai hasil dari pelanggaran perilaku ,

penampilan atau pertunjukan atau kehilangan kontrol sementara dan tidak terduga atas

suatu tubuh atau fungsi tubuh. Body shame acute ini merupakan rasa malu yang wajar

terjadi dalam interaksi sosial bahkan rasa malu ini dibutuhkan dalam interaksi sosial.

2. Chronic body shame

Jenis kedua dari body shame muncul disebabkan oleh bentuk permanen dan terus

menerus dari sebuah penampilan atau tubuh , seperti berat badan , tinggi dan warna kulit .

Selain itu , body shame ini juga dapat muncul karena stigma atau cacat seperti bekas luka

atau kelumpuhan . Selain penampilan , chronic body shame berhubungan dengan fungsi

tubuh dan kecemasan yang biasa dialami seperti jerawat, penyakit , hal buang air besar ,

penuaan dan sebagainya. Tambahan, body shame ini dapat muncul pada saat gagap atau

pun canggung yang kronis. Apapun yang menginduksinya, body shame jenis ini akan

muncul secara menahun dan berulang ulang pada suatu kesadaran dan membawa rasa

sakit yang berulang dan mungkin konstan.

2.2.3 Dampak body shaming

Proses terjadinya body shaming biasanya terjadi karen adanya interaksi dan pengaruh

lingkungan lalu berdampak pada inndividu sendiri. Dampak dari body shaming :

1. Membuat orang menjadi tidak percaya diri

Seseorang yang terkena body shaming cenderung akan menjadi tidak percaya diri

i
dan akan menarik diri dari lingkungan sekitar dan kehilangan kepercayaan diri.

2. Menutup diri dan lebih senang menyendiri

Terlalu sering menjadi korban body shaming akan menjadikan seseorang terutup

dan tidak mau berinteraksi . korban cenderung tidak mau berinteraksi karena korban malu

atau takut jika korban berinteraksi maka korban akan terkena body shaming.

3. Depresi

Perspektif sendiri terhadap tubuh dapat memungkinkan individu mengalami

kondiri kehilangan diri. Ketika kehilangan diri terus berlanjut dapat menyebabkan depresi

karena akan semakin mengambil perspektif pengamat terhadap diri.

Teori objektifikasi memprediksi bahwa menginternalisasi perspektif pada diri

dapat menciptakan kebiasaan memeriksa tubuh yang dapat menghasilkan kecemasan dan

rasa malu yang berulang dan juga menahan kesenangan yang berhubungan dengan

motivasi tertinggi.

4. Melakukan self harm hingga bunuh diri

Menjadi korban body shaming sangat mungkin menyebabkan seseorang

mengalami ganguaan mental sehingga bisa saja melakukan self harm atau kegiatan

menyakiti diri yang dilakukan dengan sengaja. Bahkan , jika terlalu sering mendapatkan

perlakuan tidak menyenangkan berkaitan dengan hinaan fisik , seseorang bisa saja

memutuskan untuk bunuh diri.

2.3 Konsep diri

2.3.1 Pengertian konsep diri

Menurut Papalia dkk ( 2009 ) , konsep diri merupakan gambaran dan evaluasi mental

diri mengenai kemampuan dan sifat sifat orang tersebut. Agustiani ( 2009 ) menyatakan

i
konsep diri merupakan gambaran yang dimiliki seseorang tentang dirinya , yang dibentuk

melalui pengalaman yang diperoleh dari interaksi dengan lingkungan.

Menurut Hurlock konsep diri ialah konsep seseorang dari siapa dan apa dia itu .

konsep ini merupakan bayangan cermin , ditentukan sebagian besar oleh peran dan hubungan

orang lain, apa yang kiranya reaksi orang terhadapnya. Konsep diri ideal ialah gambaran

mengenai penampilan dan kepribadian yang didambakannya.

2.3.2 Faktor yang mempengaruhi konsep diri

Dalam bukunya Hurlock mengungkapkan kondisi yang mempengaruhi konsep diri

remaja meliputi :

a. Usia kematangan

Remaja yang lebih matang lebih awal, diperlakukan seperti orang yang hampir

dewasa, mengembangkan konsep diri yang menyenangkan sehingga dapat menyesuaikan

diri dengan baik.

b. Penampilan diri

Penampilan diri yang berbeda membuat remaja merasa rendah diri mesipun

perbedaan membuat remaja merasa rendah diri meskipun perbedaan yang menambah

daya tarik fisik. Tiap cacat fisik merupakan sumber memalukan yang mengakibatkan

perasaan rendah diri. Sebaliknya , daya tarik fisik menimbulkan penilaian yang

menyenangkan tentang ciri kepribadian dan menambah dukungan sosial.

c. Kepatutan seks

Kepatutan seks dalam penampilan diri, minat , dan perilaku membantu remaja

mencapai konsep diri yang baik.

d. Hubungan keluarga

i
Seorang remaja mempunyai hubungan erat dengan seseorang anggota keluarga

akan mengidentifikasi ciri dengan orang tersebut dan ingin mengembangkan pola

kepribadian yang sama.

e. Teman teman sebaya

Teman teman sebaya mempengaruhi pola kepribadian remaja dalam dua cara

yakni pertama konsep diri remaja merupakan cerminan dan anggapan tentang konsep

teman dandirinya. Kedua berada dalam tekanan untuk mengembangkan ciri ciri

kepribadian diakui oleh kelompok.

Menurut Hurlock , konsep diri memiliki dua aspek , yaitu :

a. Fisik.

Aspek ini meliputi sejumlah konsep yang dimiliki individu mengenai

penampilan, kesesuaian dengan jenis kelamin, arti penting tubuh dan perasan gengsi

dihadapan orang lain yang disebabkan oleh keadaan fisiknya.

b. Psikologis

Aspek ini meliputi penilaian individu terhadap keadaan psikis dirinya , seperti

rasa percaya diri , harga diri , serta kemampuan dan tidakmampuannya.

2.3.3 Aspek konsep diri

Menurut Calhoun dan Acocella konsep diri terdiri dari tiga dimensi atau aspek :

1. Pengetahuan

Apa yang individu ketahui tentang dirinya. Individu didalam benaknya terdapat

satu daftar yang menggambarkan dirinya, kelengkapan atau kekurangan fisik , usia, jenis

kelamin , kebangsaan , suku , pekerjaan , agama dan lainnya.

i
2. Harapan

Individu mempunyai harapan bagi dirinya sendiri untuk menjadi diri yang ideal.

3. Penilaian

Individu berkedudukan sebagai penilai tentang dirinya sendiri. Apakah

bertentangan dengan pengharapan individu dan standar bagi individu.

2.3.4 Pembagian konsep diri

Konsep diri menjadi beberapa bagian. Konsep diri dikemukakan oleh Stuart and

Sundeen, yang terdiri dari :

1. Gambaran diri ( body image )

Gambaran diri adalah sikap seseorang terhadap tubuhnya secara sadar dan tidak

sadar . Sikap ini mencakup persepsi dan perasaan tentang ukuran , bentuk , fungsi

penampilan dan potensi tubuh saat ini dan masa lalu yang secara berkesinambungan di

modifikasi dengan pengalaman setiap individu.

Gambaran diri ( body image ) berhubungan dengan kepribadian . cara individu

memandang dirinya mempunyai dampak yang penting pada aspek psikologisnya.

Pandangan yang realistis terhadap dirinya menerima dan mengukur bagian tubuhnya akan

lebih rasa aman, sehingga terhindar dari rasa cemas dan meningkatkan harga diri.

Individu yang stabil , realistis dan konsisten terhadap gambaran dirinya akan

memperlihatkan kemampuan yang mantap terhadap realisasi yang akan memacu sukses

dalam kehidupan.

2. Ideal diri

Ideal diri adalah persepsi individu tentang bagaimana ia harus berperilaku

i
berdasarkan standart , aspirasi , tujuan atau penilaian personal tertentu ( Stuart and

Sundeen ) . Standar dapat berhubungan dengan tipe orang yang akan diinginkan atau

sejumlah aspirasi, cita cita , nilai yang akakn dicapai. Ideal diri akan mewujudkan cita

cita dan harapan pribadi berdasarkan norma sosial.

 Faktor yang mempengaruhi ideal diri

1. Kecenderungan individu menetapkan ideal pada batas kemampuannya.

2. Faktor budaya akan mempengaruhi individu menetapkan ideal diri.

3. Ambisi dan keinginan untuk melebihi dan berhasil , kebutuhan yang realistis ,

keinginan untuk mengklaim diri dari kegagalan, perasaan cemas dan rendah diri.

4. Kebutuhan yang realistis.

5. Keinginan untuk menghindari kegagalan

6. Perasaan cemas dan rendah diri

BAB III

KERANGKA KONSEP

A. Kerangka Teori Penelitian

Menurut WHO , remaja adalah penduduk dalam rentang usia 10 – 19 tahun


menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI nomor 25 tahun 2014 , remaja adalah

i
penduduk dalam rentang usia 10 – 18 tahun.

Body shaming adalah perilaku mengkritik atau mengomentari fisik atau tubuh
sendiri maupun orang lain dengan cara yang negatif. Body shaming adalah istilah
untuk mencela orang lain maupun diri sendiri karena penampilan fisiknya.

Menurut Papalia dkk ( 2009 ) , konsep diri merupakan gambaran atau evaluasi
mental diri mengenai kemampuan dan sifat sifat orang tersebut. Agustiani ( 2009 )
menyatakan konsep diri merupakan gambaran yang dimiliki seseorang tentang dirinya
yang dibentuk melalui pengalaman yang diperoleh dari interaksi dengan lingkungan.

Konsep diri menurut Stuart dan Sundeen adalah yang pertama gambaran diri
atau body image yang artinya sikap seseorang terhadap tubuhnya secara sadar dan
tidak sadar . sikap ini mencakup persepsi dan perasaan tentang ukuran , bentuk ,
fungsi , penampilan dan potensi tubuh saat ini dan masa lalu. Body image
berhubungan dengan kepribadian . bagaimana cara individu memandang dirinya
mempunyai dampak yang penting pada aspek psikologisnya .

Yang kedua yaitu ideal diri adalah persepsi individu tentang bagaimana ia
harus berprilaku berdasarkan standart , aspirasi , tujuan atau penilaian personal
tertentu ( Stuart dan Sundeen ) . faktor yang mempengaruhi ideal diri antara lain
kecenderungan individu menetapkan ideal pada batas kemampuannya , faktor budaya
akan mempengaruhi individu menentapkan ideal diri dan ambisi dan keinginan untuk
melebihi dan berhasil.

Perubahan pada
Remaja
remaja :

 Fisik
 Psikologis
 Sosial

i
Menyebabkan :
Konsep diri
 Kurang percaya diri
 Gambaran
 Tidak mau Perubahan fisik yang
diri
bersosialisasi berlebihan atau merasa
 Ideal diri
 Kurang yakin tidak percaya diri dengan
terhadap yang tubuh akibat pembicaraan
dilakukan orang lain terhadap tubuh
 Menarik diri

B. Kerangka Konsep Penelitian

Adapun bentuk kerangka konsep penelitian ini adalah sebagai berikut :

Variabel Independen Variabel Dependen

Body shaming Konsep diri

Berdasarkan skema bagian atas , variabel dalam penelitian ini adalah :

i
1. Variabel bebas ( independen )
Variabel bebas adalah body shaming
2. Variabel terikat ( dependent )
Variabel terikat adalah konsep diri

C. Hipotesi Penelitian

Hipotesis adalah jawaban sementara dari rumusan masalah atas pertanyaan


peneltian yang kebenarannya akan dibuktikan dalam penelitian ( Nursalam, 2008 ).

Ha : adanya pengaruh body shaming terhadap konsep diri remaja perempuan

BAB IV

METODE PENELITIAN

A. Jenis penelitian

Jenis peneliti pada penelitian ini adalah penelitian deskriptif korelatif dengan
pendekatan cross sectional, yaitu suatu penelitian untuk mempelajari suatu dinamika
korelasi antara faktor risiko dengan efek dan dengan suatu pendekatan , observasi
ataupun dengan pengumpulan data pada saat tertentu ( Notoadmodjo, 2010 ) .

i
B. Populasi dan Sampel

a. Populasi

Populasi adalah keseluruhan subjek yang memenuhi kriteria yang telah ditetapkan
( Nursalam,2008 ) . Populas i pada penelitian ini adalah seluruh remaja perempuan
yang berada di SmpN 5 Padang.

b. Sampel
Sampel adalah bagian dari populasi yang dipilih dengan metode sampling
yang memenuhi kriteria sample. Sample dalam ilmu keperawatan ditentukan oleh
sample kriteria insklusi dan kriteria ekslusi ( Nursalam, 2008 )
Dalam penelitian ini sampel adalah remaja perempuan yang tidak percaya diri
akan tubuh nya atau yang pernah mendapatkan body shaming
Kriteria inklusi dari sampel diatas adalah :
 Siswi perempuan yang memiliki masalah dengan bentuk tubuhnya
 Siswi perempuan yang tidak percaya diri
 Siswi perempuan yang yakin dengan bentuk tubuhnya.

C. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Smpn 5 Kecamatan Padang Timur Kota Padang.


Proses penyusunan ini berlangsung dari bulan Maret hingga bulan April 2019

D. Instrumen Penelitian

o Kuisioner untuk identitas siswi perempuan


Untuk mengetahui identitas dalam bentuk nama , usia , alamat
o Kusioner tentang bagaimana konsep diri yang terkena body shaming
Responden harus memilih jawaban yang dirasa benar dan yang dialami
dari pertanyaan yang telah diberikan.

E. Etika Penelitian

Etika dalam penelitian ini yaitu peneliti perlu membawa surat rekomendasi
dari kampus untuk institusi terkait dengan cara mengajukan permohonan izin
penelitian diinstitusi tersebut. Setelah mendapat persetujuan barulah peneliti
menjelaskan pada subjek peneliti mengenai tujuan dan manfaat penelitian, dimana
subjek berhak untuk menerima atau menolah untuk dijadikan responden tanpa

i
paksaan pihak manapun . setelah mendapat persetujuan dari responden, peneliti dapat
memulai penelitian dengan memperhatikan etika penelitian yang meliputi :

1. Informed consent
Lembar persetujuan yang diberikan kepada responden yang memenuhi
kriteria inskulsi dan ekslusi
2. Anonymity ( tanpa nama )
Nama responden disamarkan dalam bentuk huruf atau angka untuk
menjaga kerahasiaan
3. Confidentiality ( rahasia )
Peneliti menjamin kerahasiaan informasi yang diberikan oleh responden
dan lembar pengisian responden juga akan dijaga kerahasiaannya.

F. Metode Pengumpulan Data

1. Teknik Pengumpulan Data

Penelitian ini meggunakan pendekatan cross sectional dengan cara


pengambilan sampel melalui teknik teknik purposive sampling. Data diambil melalui
teknik wawancara terpimpin dengan format wawancara dari kuisioner yang berisikan
pertantyaan seputar body shaming dan konsep diri.

2. Langkah Langkah Pengumpulan Data

a. Sebelum melakukan penelitian, peneliti terlebih dahulu mengurus surat izin

pengambilan data di Akademik Fakultas Keperawatan, setelah itu peneliti

menyerahkan surat izin tersebut ke Tata Usaha SmpN 5 Padang.

b. Setelah medapat izin dari institusi terkait, peneliti melakukan pengambilan data
calon responden pada penelitian.
c. Setelah bertemu dengan responden, peneliti memperkenalkan diri dan
menjelaskan tentang yang ingin diteliti.
d. Calon responden harus sesuai dengan kriteria insklusi dan ekslusi yang sudah
ditetapkan.
e. Selanjutkan peneliti menanyakan ketersediaan responden untuk dimintai informasi
dengan menyerahkan informed consent tersebut.
f. Jika responden menyetujui untuk dijadikan sample penelitian, responden harus

i
mengisi informed consenttersebut.
g. Selanjutnya peneliti mulai melakukan penelitian dengan wawancara terpimpin ,
responden diberi kesempatan untuk bertanya jika ada yang kurang jelas.
h. Setelah semua informasi dari seluruh responden didapatkan, peneliti melapor ke
Tata Usaha SmpN 5 Padang bahwa telah menyelesaikan penelitian
i. Selanjutnya peneliti mengolah data secara komputerisasi
j. Peneliti menyimpulkan hasil penelitian , pembahasan , dan kesimpulan penelitian

G. Pengolahan data

Setelah data terkumpul, selanjutnya dilakukan pengolahan data dengan


langkah langkah sebagai berikut :

a. Editing

Data yang sudah dikumpulkan kemudian diperiksa kembali untuk mengetahui


kelengkapan pengisian ( jawaban ) dan kesalahan serta konsistensi jawaban

b. Coding

Pemberian kode untuk setiap jawaban agar dapat dikonversikan dengan angka
dan memudahkan dalam entry data.

c. Entry Data

Memasukan kode jawaban dengan menggunakan komputer

d. Cleaning

Sebelum dilakukan analisa data terhadap data yang sudah dimasukkan ,


dilakukan pengecekan kalau terdapat kesalahan pada saat entry dapat diperbaiki
sehingga nilai yang ada sesuai dengan hasil pengumpulan data.

H. Analisa Data

Menggunakan analisis Univariat yaitu analisis yang dilakukan pada satu variabel
dependen . analisis univariat digunakan untuk melihat distribusi pengaruh body shaming
terhadap konsep diri remaja perempuan .

Anda mungkin juga menyukai