Anda di halaman 1dari 14

BAB I

PENDAHULUAN

Leukorea (white discharge, flour albus, keputihan) adalah nama gejala yang
diberikan kepada cairan yang dikeluarkan dari alat-alat genital yang tidak berupa
darah. Dalam kondisi normal, kelenjar pada serviks menghasilkan suatu cairan
jernih yang keluar, bercampur dengan bakteri, sel-sel vagina yang terlepas dan
sekresi dari kelenjar Bartolini.

Selain itu sekret vagina juga disebabkan karena aktivitas bakteri yang hidup
pada vagina yang normal. Pada perempuan, sekret vagina ini merupakan suatu hal
yang alami dari tubuh untuk membersihkan diri, sebagai pelicin dan pertahanan
dari berbagai infeksi. Dalam kondisi normal, sekret vagina tersebut tampak jernih,
putih keruh atau berwarna kekuningan ketika mengering pada pakaian. Sekret ini
non-irritan, tidak mengganggu, tidak terdapat darah, dan memiliki pH 3,5-4,5.
Flora normal vagina meliputi Corinebacterium, Bacteroides, Peptostreptococcus,
Gardnerella, Mobiluncus, Mycoplasma dan Candida spp. Lingkungan dengan pH
asam memberikan fungsi perlindungan yang dihasilkan oleh lactobacilli.

Flour albus merupakan salah satu gejala yang paling sering dijumpai pada
penderita ginekologik. Dapat dibedakan antara flour albus yang fisiologik dan yang
patologik. Dalam referat ini akan diulas mengenai flour albus.

1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 FLOUR ALBUS FISIOLOGIS

Flour albus adalah pengeluaran cairan dari genitalia yang tidak berupa darah.
Cairan ini dalam keadaan normal tidak sampai keluar, sedangkan cairan yang
sampai keluar dari vagina tidak semua merupakan keadaan yang patologis. Cairan
ini mempunyai sifat yang bermacam macam baik warna, bau, maupun jumlahnya.
Gardner (1997) menyatakan bahwa fluor albus adalah keluhan penderita berupa
pengeluaran sekresi vulvovagina yang bervariasi baik dalam jumlah, bau maupun
konsistensinya.

Pemeriksaan Fisiologis Patologis


Warna secret Bening Kuning hingga hijau
Kejernihan secret Jernih Agak keruh
Bau secret Tidak berbau Bau amis
Leukosit sekret Tidak ada/sedikit Ada/banyak
(menandakan infeksi)

Fluor albus fisiologis terdapat pada : bayi baru lahir sampai kira kira umur 10
hari, karena pengaruh estrogen dari placenta terhadap uterus dan vagina janin; saat
menarche, karena pengaruh estrogen dan biasanya akan hilang dengan sendirinya;
rangsangan seksual sebelum dan pada waktu koitus akibat transudasi dinding
vagina; saat ovulasi, berasal dari secret kelenjar serviks uteri yang menjadi lebih
encer; saat kehamilan; mood, stress; saat pemakaian kontrasepsi hormonal;
pembilasan vagina rutin.

Pada keadaan normal, cairan yang keluar dari vagina wanita dewasa sebelum
menopause terdiri dari epitel vagina, cairan transudasi dari dinding vagina, sekresi
dari endoserviks berupa mucus, sekresi dari saluran yang lebih atas dalam jumlah
yang bervariasi serta mengandung berbagai mikroorganisme terutama Laktobasilus
doderlein.

Peranan L.doderlein dianggap sangat penting dalam menjaga suasana vagina


dengan menekan pertumbuhan mikroorganisme patologis karena basic doderlein
mempunyai kemampuan mengubah glikogen dari epitel vagina yang terlepas

2
menjadi asam laktat, sehingga vagina tetap dalam keadaan asam dengan pH 3.0 –
4,5 pada wanita dalam masa reproduksi. Suasana inilah yang mencegah
mikroorganisme patologis untuk tumbuh.

Bila terjadi ketidakseimbangan suasana flora vagina yang disebabkan oleh


beberapa faktor maka terjafi penurunan fungsi basil doderlein dengan
berkurangnya jumlah glikogen karena fungsi proteksi basil doderlein berkurang
maka terjadi aktifitas dari mikroorganisme patologis yang selama ini ditekan oleh
flora normal vagina. Progresifitas MO patologis secara klinis akan memberikan
suatu reaksi inflamasi di daerah vagina. Sistem imun tubuh akan bekerja membantu
fungsi dari basil doderlein sehingga terjadi pengeluaran leukosit PMN maka
terjadilah flour albus.

Secara normal sekret vagina mengandung: sel epitel, terutama yang paling luar
(superficial) yang terkelupas dan dilepaskan ke dalam rongga vagina; beberapa sel
darah putih (leukosit); bakteri bakteri normal, yang terbanyak doderlein, dan
beberapa jenis kokus seperti streptokokus dan stafilokokus, dan Eschericia coli.

2.2 FLOUR ALBUS PATOLOGIS

3
Fluor albus patologis dapat dibagi menjadi infeksi dan non infeksi. Infeksi dapat
disebabkan oleh bakteri, jamur, parasit dan virus. Sedangkan yang non patologis
dapat terjadi oleh benda asing, neoplasma/keganasan pada alat genitalis dan erosi.

Infeksi

1. Bakteri
Gonokokus
Cairan yang keluar dari vagina pada infeksi yang lebih dikenal dengan
nama gonore ini berwarna kekuningan yang sebetulnya merupakan nanah
yang terdiri dari sel darah putih yang mengandung Neisseria gonorrhoe
berbentuk pasangan dua dua dalam sitoplasma sel. Gambaran ini kadang
dapat terlihat pada pemeriksan pap smear, tetapi lebih sering diketemukan
dalam pemerikasaan apus dengan pewarnaan gram. Bakteri ini mudah mati
bila terkena sabun, alcohol, detergen, dan sinar matahari. Cara penularan
penyakit ini melalui senggama.
Chlamidia Trachomatis
Bakteri ini sering menyebabkan penyakit pada mata (trakoma) tetapi
dapat juga ditemukan pada cairan vagina dan terlihat melalui mikroskop
setelah diwarnai dengan pewarnaan Giemsa. Bakteri ini membentuk suatu
badan inklusi yang berada dalam sitoplasma sel sel vagina. Pada pemeriksaan
Pap smear sukar ditemukan adanya perubahan sel akibat infeksi klamidia ini
karena siklus hidupnya yang tak mudah dilacak.
Gardnerella vaginalis
Gardnerella menyebabkan peradangan vagina yang tidak spesifik dan
kadang dianggap sebagai bagian dari mikroorganisme normal dalam vagina
karena seringnya ditemukan. Bakteri ini biasanya mengisi penuh sel epitel
vagina dengan membentuk bentukan yang khas disebut sebagai clue cell.
Gardnerella menghasilkan asam amino yang diubah menjadi senyawa amin
yang menimbulkan bau amis seperti ikan. Cairan vagina tampak keabu
abuan.

Treponema palidum

4
Bakteri ini merupakan penyebab sifilis. Pada perkembangan penyakit
dapat terlihat sebagai kutil kutil kecil di vulva dan vagina yang disebut
kondiloma lata. Bakteri berbentuk spiral dan tampak bergerak aktif pada
pemeriksaan lapangan gelap.

2. Jamur
Jamur yang menyebabkan flour albus adalah dari spesies kandida.
Cairan yang keluar dari vagina biasanya kental, berwarna putih susu dan
sering disertai rasa gatal. Vagina biasanya tampak kemerahan akibat proses
peradangan. Dengan KOH 10% tanpak sel ragi (blastospora) atau hifa semu.
Beberapa keadaan yang dapat merupakan tempat yang subur bagi
pertumbuhan jamur ini adalah kehamilan, penyakit DM, pemakai pil
kontrasepsi. Suami atau pasangan penderita biasanya juga akan menderita
penyakit jamur ini. Keadaan yang saling menularkan antara pasangan suami
istri ini disebut sebagai fenomena pingpong.

3. Parasit
Etiologi flour albus terbanyak karena parasit biasanya disebabkan
Trikomonas vaginalis. Parasit ini berbentuk lonjong dan mempunyai bulu
getar dan dapat bergerak berputar putar dengan cepat. Gerakan ini dapat
dipantau dengan mikroskop. Cara penularan penyakit ini melalui senggama.
Walaupun jarang dapat juga ditularkan melalui perlengkapan mandi, seperti
handuk dan pinggiran kloset. Cairan yang keluar dari vagina biasanya
banyak, berbuih menyerupai air sabun (berbusa), berwarna hijau kekuningan
dan berbau. Fluor albus oleh parasit ini tidak selalu gatal, tetapi vagina
tampak kemerahan dan timbul rasa nyeri bila ditekan atau perih bila
berkemih. Kadang terdapat perdarahan paska koitus dan intermenstrual. Pada
pria sering tanpa gejala, sehingga mereka tidak menyadari dan menularkan
pada istrinya.

4. Virus
Flour albus akibat infeksi virus sering disebabkan oleh kondiloma
akuminata dan herpes simpleks tipe 2. Kondiloma ditandai dengan
tumbuhnya kutil kutil yang kadang sangat banyak dan dapat bersatu

5
membentuk jrngger ayam yang berukuran besar. Penyebabnya adalah Human
Papiloma Virus. Cairan di vagina sering berbau, tanpa rasa gatal. Penyakit ini
ditularkan melalui senggama dengan gambaran yang lebih buruk bila disertai
dengan gangguan system imun, seperti pada pemakaina kortikosteroid yang
lama, atau penderita AIDS.
Virus lainnya yaitu Herpes Simpleks Tipe 2 yang juga ditularkan melalui
senggama. Pada awal infeksi tampak kelainan kulit sepereti melepuh terkena
air panas yang kemudian pecah dan menimbulkan luka seperti borok dan
pasien merasa sakit.

Non Infeksi
a. Benda asing
Adanya benda asing seperti tertinggalnya kondom atau benda tertentu yang
dipakai pada waktu senggama, adanya cincin pesarium yang digunakan
wanita dengan prolapsus uteri dapat merangsang pengeluaran cairan vagina
yang berlebihan. Jika rangsangan ini menimbulkan luka akan sangat
mungkin terjadi infeksi penyerta dari flora normal yang berada di dalam
vagina sehingga timbul flour albus.
b. Neoplasma/Keganasan
Kanker akan menyebabkan flour albus patologis akibat gangguan
pertumbuhan sel normal yang berlebihan sehingga menyebabkan sel
bertumbuh sangat cepat secara abnormal dan mudah rusak, akibatnya dapat
terjadi pembusukan dan perdarahan akibat pecahnya pembuluh darah yang
bertambah untuk memberikan makanan dan oksigen pada sel kanker
tersebut. Pada keadaan seperti ini akan terjadi pengeluaran cairan yang
banyak disertai bau busuk akibat terjadinya proses pembusukan tadi dan
seringkali disertai oleh adanya darah yang tidak segar.
c. Menopause
Flour albus pada menopause tidak semuanya patologis. Saat menopause sel
sel pada serviks uteri dan vagina mengalami hambatan dalam pematangan
sel akibat tidak adanya hormone pemacu, yaitu estrogen. Vagina menjadi
kering dan lapisan sel menjadi tipis, kadar glikogen menurun dan basil
Doderlein berkurang. Keadaan ini memudahkan terjadinya infeksi karena

6
tipisnya sel epitel sehingga mudah menimbulkan luka dan akibatnya timbul
fluor albus.
d. Erosi
Pada masa reproduksi wanita, umumnya epitel kolumner endocerviks lebih
keluar ke arah portio sehingga tampak bagian merah mengelilingi ostium
uteri internum. Bila daerah ini terkelupas akan memudahkan terjadinya
infeksi penyerta dari flora normal di vagina sehingga timbul flour albus.
Menurut Hamperl dan Kaufman (1959) penyebab erosi ini tidak diketahui,
kemungkinan terjadi akibat kenaikan estrogen.

2.3 DIAGNOSIS

Diagnosis ditegakkan dengan melakukan anamnesis, pemeriksaan fisik, dan


pemeriksaan laboratorium.
Anamnesis
 Usia
Harus dipikirkan kaitannya dengan pengaruh estrogen. Bayi wanita atau
wanita dewasa, flour albus yang terjadi mungkin karena pengaruh estrogen
yang tinggi dan merupakan flour albus yang fisiologis. Wanita pada usia
reproduksi harus dipikirkan kemungkinan suatu penyakit hubungan seksual
dan penyakit infeksi lainnya. Pada wanita dengan usia yang lebih tua harus
dipikrkan kemungkina terjadinya keganasan terutama kanker cerviks.
 Metode Kontrasepsi yang Dipakai
Pada penggunaan kontrasepsi hormonal dapat meningkatkan sekresi
kelenjar serviks. Keadaan ini dapat diperberat dengan adanya infeksi jamur.
Pemakaian IUD juga dapat menyebabkan infeksi atau iritasi pada serviks
yang merangsang sekresi kelenjar serviks menjadi meningkat.
 Kontak Seksual
Untuk mengantisipasi flour albus akibat PHS seperti gonore, kondiloma
akuminata, herpes genitalis dan sebagainya. Hal yang perlu ditanyakan
adalah kontak seksual terakhir dan dengan siapa dilakukan.

7
 Perilaku
Pasien yang tinggal di asrama atau bersama dengan teman temannya
kemungkinan tertular penyakit infeksi yang menyebabkan terjadinya flour
albus cukup besar. Contoh kebiasaan yang kurang baik adalah tukar
menukar alat mandi atau handuk.
 Sifat flour albus
Hal yang harus ditanyakan adalah jumlah, bau, warna, dan konsistensinya,
keruh/jernih, ada/tidaknya darah, frekuensinya dan telah berapa lama
kejadian tersebut berlangsung. Hal ini perlu ditanyakan secara detil karena
dengan mengetahui hal hal tersebut dapat diperkirakan kemungkinan
etiologinya.
 Kemungkinan hamil atau menstruasi
 Masa inkubasi
Bila fluor albus timbulnya akut dapat diduga akibat infeksi atau pengaruh
zat kimia ataupun pengaruh rangsangan fisik.

Pemeriksaan Fisik

Pemeriksaan fisik secara umum harus dilakukan untuk mendeteksi adanya


kemungkinan penyakit kronis, gagal ginjal, infeksi saluran kemihdan infeksi
lainnya yang mungkin berkaitan dengan fluor albus. Pemeriksaan yang harus
dilakukan adalah pemeriksaan genitalia, meliputi inspeksi dan palpasi genitalia
eksterna, pemeriksaan speculum untuk melihat bagian dalam vagina dan serviks,
pemeriksaan pelvis bimanual. Untuk menilai cairan dinding vagina hindari
kontaminasi dengan lender serviks.

Pada infeksi gonokokus, kelainan yang dapat ditemui adalah orifisium uretra
eksternum merah, edema, dan secret mukopurulen, labia mayora dapat bengkak,
merah dan nyeri tekan. Kadang kadang kelenjar Bartholini ikut meradang dan
terasa nyeri ketika waktu berjalan atau duduk. Pada pemeriksaan dalam terlihat
serviks merah dengan erosi dan secret mukopurulen..

Pada Trikomonas vaginalis, dinding vagina tampak merah dan sembab. Kadang
terbentuk abses kecil pada dinding vagina dan serviks yang tampak sebagai
granulasi berwarna merah dan dikenal sebagai strawberry appearance. Bila secret

8
banyak dikeluarkan dapat menimbulkan iritasi pada lipat paha atau sekitar genitalia
eksterna.

Infeksi Gardnerella vaginalis memberikan gambaran vulva dan vagina yang


hiperemis, secret yang melekat pada dinding vagina dan terlihat sebagai lapisan
tipis atau berkilau.Pada pemeriksaan serviks dapat ditemukan erosi yang disertai
lendir bercampur darah yang keluar dari orificium uteri internum.

Pada Candidiasis vagina dapat ditemukan peradangan pada vulva dan vagina,
pada dinding vagina sering terdapat membrane membrane kecil berwarna putih
yang jika diangkat meninggalkan bercak yang agak berdarah.

Pada kanker serviks awal akan terlihat bercak berwarna kemerahan dengan
permukaan yang tidak licin. Gambaran ini dapat berkembang jadi granuler,
berbenjol benjol dan ulcerative disertai adanya jaringan nekrotik. Disanping itu
tampak secret yang kental berwarna coklat dan berbau busuk. Pada kanker serviks
lanjut, serviks menjadi nekrosis, berbenjol benjol, ulseratif dan permukaannya
bergranuler, memberikan gambaran seperti kembang kol.

Gambaran seperti kembang kol dapat juga ditemukan pada Kondiloma


akuminata pada vulva bahkan sampai keluar dari vagina maupun serviks.

Pada Herpes genitalis akan terlihat adanya vesikel vesikel pada vulva, labia
mayora, labia minora, vagina dan serviks. Pada keadaan lebih lanjut dapat dilihat
adanya ulkus pada vagina dan serviks.

Pemeriksaan Laboratorium

Beberapa pemeriksaan laboratorium yang dapat dilakukan adalah:

 Penentuan pH
Penentuan pH dengan kertas indicator pH ( normal: 3.0 – 4,5 )
 Penilaian sediaan basah
Penilaian diambil untuk pemeriksaan sediaan basah dengan KOH 10% dan
pemeriksaan sediaan basah dengan garam fisiologis. Trikomonas vaginalis
akan terlihat jelas dengan garam fisiologis sebagai parasit berbentuk

9
lonjong dengan flagelanya dan gerakannya cepat. Sedangkan Candida
albikans dapat dilihat jelas dengan KOH 10% tampak sel ragi atau
pseudohifa. Vaginitis non spesifik yang disebabkan Gardnerella vaginalis
pada sediaan dapat ditemukan beberapa kelompok basil, beberapa lekosit,
dan banyak sel sel epitel yang sebagian besar permukaannya berbintik
bintik dinamakan clue cell, yang merupakan ciri khas infeksi Gardnerella
vaginalis.

 Pewarnaan Gram
Neisseria gonorrhoeae memberikan gambaran adanya gonokokus intra dan
ekstra seluler. Gardnerella vaginalis memberikan gambaran batang batang
berukuran kecil gram negative yang tidak dapat dihitung jumlahnya dan
banyak sel epitel dengan kokobasil, tanpa ditemukan laktobasil.
 Kultur
Dengan kultur akan dapat ditemukan kuman penyebab secara pasti, tetapi
seringkali kuman tidak tumbuh sehingga harus hati hati dalam penafsiran.
 Pemeriksaan serologis
Pemeriksaan ini dapat digunakan untuk mendeteksi Herpes genitalis dan
Herpes Papiloma Virus dengan pemeriksaan ELISA.
 Tes Pap smear
Pemeriksaan ini ditujukan untuk mendeteksi adanya keganasan pada
serviks, infeksi termasuk Human Papiloma Virus, peradangan, sitologi
hormonal dan evaluasi hasil terapi.

10
2.4 PENATALAKSANAAN

A. Pencegahan dapat dilakukan dengan beberapa cara seperti :


 Alat Pelindung
Memakai alat pelindung terhadap kemungkinan tertularnya PHS dapat
dilakukan dengan menggunakan kondom. Kondom cukup efektif
mencegah terhadap penularan PHS, termasuk AIDS
 Pemakaian Obat / Profilaksis
Pemakaian antiseptic cair untuk membersihkan vagina pada hubungan
yang dicurigai menularkan penyakit kelamin relative tidak ada manfaatnya
jika tidak disertai dengan pengobatan terhadap MO penyebab penyakitnya.
Pemakaian antibiotic dengan dosis profilaksis atau dosis yang tidak tepat
juga akan merugikan karena selain kuman tidak terbunuh juga terdapat
kemungkinan kebal terhadap obat jenis tersebut. Pemakaian obat
mengandung estriol baik krim atau obat minum bermanfaat pada pasien
menopause dengan gejala yang berat.
 Pemeriksaan dini
Kanker serviks dapat dicegah secara dini dengan melakukan pemeriksaan
Pap smear secara berkala. Dengan Pap smear dapat diamati adanya
perubahan sel sel normal menjadi kanker yang terjadi secara berangsur
angsur.
B. Kuratif
Terapi flour albus harus disesuaikan dengan etiologinya.
 Parasit
Pada infeksi Trikomonas vaginalis diberikan metronidazol 3 x 250mg PO
selama 10 hari. Karena sering timbul rekurens, maka dalam terapi harus
diperhatikan adanya infeksi kronis yang menyertainya, pemakaian
kondom, dan pengobatan pasangannya. Selain itu dapat juga digunakan
Klotrimazol 1 x 100mg intravaginal selama 7 hari.
 Jamur
Pada infeksi Candida albikans dapat diberikan mikostatin 10.000 unit
intravaginal selama 14 hari. Untuk mencegah timbulnya residif tablet

11
vaginal mikostatin ini dapat diberikan seminggu sebelum haid selama
beberapa bulan. Obat lainnya adalah Itrakonazol 2 x 200mg PO dosis
sehari.
 Bakteri:
- Gonokokus : -Tetrasiklin 4 x 250mg PO/hr selama 10hari
-Kanamisin 2 gr IM
-Sefalosporin do.awal 1gr selanjutnya 2x500mg
selama 2 hari.
-Eritromisin 4 x 250mg PO selama 10 hari
- Gardnerella : -Klindamisin 2 x 300mg PO selama 7 hari
-Metronidazol 3 x 250 mg PO selama 7 hari
- Klamidia : -Tetrasiklin 4 x 500 mg PO selama 7-10 hari
- Treponema : -Benzatin Penisilin G 2,4 juta unit IM
-Doksisiklin 2 x 200 mg PO selama 2minggu
 Virus
- Virus Herpes Tipe 2: dapat diberikan obat anti virus dan simtomatis
untuk mengurangi rasa nyeri, gatal, serta pemberian obat topical
larutan neutral red 1 % atau larutan provlavine 0,1%
- Human Papiloma Virus: pemberian vaksinasi mungkin cara
pengobatan yang frasional, tetapi vaksinasi ini masih dalam
penelitian.
- Kondiloma Akuminata: dapat diobati dengan menggunakan
suntikan interfderon untuk kekebalan. Obat topical dapat diberikan
podofilin 25% atau podofilotoksin 0,5% ditempat dimana kutil
berada. Bila kondiloma berukuran besar dapat dikauterisasi.

12
BAB III
PENUTUP

Leukorea (white discharge, flour albus, keputihan) adalah nama gejala yang
diberikan kepada cairan yang dikeluarkan dari alat-alat genital yang tidak berupa
darah. Dalam kondisi normal, kelenjar pada serviks menghasilkan suatu cairan
jernih yang keluar, bercampur dengan bakteri, sel-sel vagina yang terlepas dan
sekresi dari kelenjar Bartolini.

Flour albus adalah pengeluaran cairan dari genitalia yang tidak berupa darah.
Cairan ini dalam keadaan normal tidak sampai keluar, sedangkan cairan yang
sampai keluar dari vagina tidak semua merupakan keadaan yang patologis.

Fluor albus patologis dapat dibagi menjadi infeksi dan non infeksi. Infeksi
dapat disebabkan oleh bakteri, jamur, parasit dan virus. Sedangkan yang non
patologis dapat terjadi oleh benda asing, neoplasma/keganasan pada alat genitalis
dan erosi.

Diagnosis ditegakkan dengan melakukan anamnesis, pemeriksaan fisik, dan


pemeriksaan laboratorium yang disesuaikan dengan masing – masing penyebab.

Penatalaksanaan meliputi pencegahan yaitu menggunakan alat pelindung,


pengobatan profilaksis dan pemeriksaan dini juga pengobatan kuratif dengan obat-
obatan anti kuman.

13
DAFTAR PUSTAKA

1. Aziz F, editor. Onkologi Ginekologi. Edisi 1. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka


Sarwono Prawirohardjo, 2006.
2. Djuanda A, editor. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Edisi 1. Jakarta : Bagian
Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin FKUI, 1987.
3. http://www.nlm.nih.gov/MEDLINEPLUS/ency/article/003911.htm
4. http://en.wikipedia.org/wiki/Leukorrhea

14

Anda mungkin juga menyukai