Salam Sehat.
B. Tujuan
1. Tersedianya pedoman pelaksanaan program PTM secara berjenjang
bagi para pengelola program untuk dapat menyelenggarakan secara
optimal.
2. Tercapainya kesinambungan penyelenggaraan program P2PTM.
C. Sasaran
Dimanfaatkan bagi pengelola program P2PTM di tingkat pusat, provinsi,
Kabupaten/Kota dan Puskesmas.
1. Promosi Kesehatan
Pada prinsipnya adalah melakukan komunikasi, memberikan
informasi dan edukasi seluas-luasnya kepada masyarakat untuk
mewujudkan perilaku hidup sehat dengan mencegah faktor risiko dan
membudayakan serta menerapkan perilaku CERDIK di masyarakat,
yaitu : Cek kesehatan secara berkala, Enyahkan asap rokok,
Rajin aktifitas fisik, Diet sehat dan gizi seimbang, Istirahat
yang cukup dan Kelola stres. Sejalan dengan promosi
kesehatan juga sekaligus dilakukan pemberdayaan masyarakat untuk
ikut terlibat dalam upaya menjaga diri dan lingkungannya untuk tetap
sehat dengan meminimalisir faktor risiko.
2. Deteksi Dini
Dilakukan untuk menemukan faktor risiko PTM sedini mungkin atau
gejala penyakit pada individu dan kelompok yang sehat atau berisiko
secara berkala, karena semakin cepat ditemukan faktor risiko maka
akan semakin cepat untuk dicegah menjadi penyakit atau jika
ditemukan gejala awal penyakit maka akan semakin mudah diobati.
Deteksi dini dapat dilakukan di fasilitas pelayanan kesehatan baik di
tingkat pertama maupun di tingkat lanjut atau di posbindu yang
merupakan Upaya Kesehatan Bersumberdaya Masyarakat (UKBM).
Bila hasil yang didapatkan positif berisiko PTM, harus ditindak
lanjuti dengan pengobatan di fasilitas pelayanan kesehatan sesuai
standar.
4. Penanganan Kasus
Merupakan pengobatan kepada pasien yang telah didiagnosis
menderita PTM yang meliputi upaya pelayanan kuratif, rehabilitatif
dan paliatif sesuai standar mutu yang berlaku.
B. STRATEGI
Berdasarkan Permenkes No. 5 tahun 2017 tentang Rencana Aksi
Nasional, terdapat empat aksi strategis penanggulangan Penyakit Tidak
Menular :
1. Pengertian
Deteksi dini faktor risiko PTM di Posbindu adalah pemeriksaan
terhadap faktor risiko PTM yang meliputi pengukuran tekanan darah,
pengukuran gula darah, pengukuran indeks massa tubuh dan lingkar
perut.
Kegiatan di Posbindu juga meliputi wawancara perilaku berisiko
dan pemberian edukasi perilaku gaya hidup sehat.
3. Sasaran
a. Setiap warga negara berusia ≥15 tahun melakukan deteksi dini
faktor risiko penyakit tidak menular paling kurang 1 kali setahun.
b. Untuk populasi berisiko atau usia ≥ 40 tahun, deteksi dini paling
kurang dilakukan 1-3 bulan sekali.
4. Langkah Aksi
a. Dinas Kesehatan Provinsi :
l Menetapkan jumlah target sasaran di Kabupaten/Kota yang
harus dicakup dalam 1 tahun.
5. Pelaksana
- Kader Terlatih
- Tenaga Kesehatan
6. Capaian Kinerja
Setiap warga negara mendapatkan layanan deteksi dini faktor risiko
PTM minimal 1 kali setahun.
9. Denominator
Jumlah seluruh penduduk usia ≥ 15 tahun di wilayah tersebut.
3. Sasaran
Setiap warga negara usia 15 tahun ke atas.
4. Langkah Aksi
a. Dinas Kesehatan Provinsi :
l Menetapkan jumlah target sasaran di kabupaten / kota yang
harus dicakup dalam 1 tahun.
l Menetapkan sasaran di wilayah kabupaten / kota
menggunakan data yang telah disepakati bersama dengan
kabupaten / kota dan institusi.
l Mengintegrasikan pada kegiatan hari-hari besar di daerah.
l Melakukan koordinasi dengan lintas sektor terkait.
l Melakukan monev dan bimtek berkala.
l Mengkoordinir pencatatan dan pelaporan secara berjenjang.
5. Pelaksana
a. Dokter
b. Perawat
c. Kader Terlatih
d. Masyarakat
6. Capaian Kinerja
Persentase jumlah penduduk yang dilakukan deteksi dini Obesitas di
suatu wilayah.
7. Rumus Perhitungan
9. Denominator
Jumlah semua warga negara usia ≥ 15 tahun di wilayahnya.
3. Sasaran
Setiap warga negara usia 15 tahun ke atas yang memiliki faktor risiko
dan menyandang PTM yang berkunjung ke FKTP.
4. Langkah Aksi
a. Dinas Kesehatan Provinsi :
l Pendataan dan pemetaan kab/kota yang belum melakukan
orientasi PANDU PTM di FKTP.
l Merencanakan dan menyelenggarakan orientasi PANDU PTM
bagi Kab/Kota.
l Menyediakan sarana prasarana pendukung penyelenggaraan
PANDU PTM sesuai dengan Permenkes 75 tahun 2014.
l Berkoordinasi dan kolaborasi dengan Bidang Yankes untuk
melakukan pembinaan, pengawasan, monitoring dan evaluasi
secara berjenjang dan berkala.
5. Pelaksana
a. Dokter
b. Perawat
c. Bidan
6. Capaian Kinerja
Persentase Puskesmas yang melakukan pelayanan PTM secara
terpadu di Kab/Kota.
7. Rumus Perhitungan
Jumlah Puskesmas yang melakukan
pelayanan PTM secara terpadu
x 100%
Jumlah puskesmas di Kab/Kota
8. Nominator
Jumlah Puskesmas yang melakukan pelayanan PTM secara terpadu.
9. Denominator
Jumlah seluruh Puskesmas di Kab/Kota.
3. Sasaran
Setiap warga negara yang berada di kabupaten/kota.
4. Langkah Aksi
a. Dinas Kesehatan Provinsi :
l Melakukan advokasi kepada Pemerintah daerah Provinsi
untuk menyusun dan menerapkan Perda/ Perkada tingkat
Provinsi.
l Membentuk Satuan Tugas (Satgas terpadu) yang ditetapkan
oleh Pimpinan Daerah.
l Melakukan sosialisasi tentang KTR dan bahaya merokok di
OPD dan kawasan yang menjadi tanggung jawab Provinsi.
l Mendorong Satgas melakukan pemantauan penerapan KTR
secara berkala dan menindaklanjuti temuan.
l Mengidentifikasi dan mendorong kabupaten/kota yang belum
mempunyai atau menerapkan Perda/Perkada.
l Melakukan Advokasi pendampingan pembinaan kepada
Pemda kabupaten/kota.
5. Pelaksana
a. Satgas Provinsi (meliputi unsur-unsur : dinas pendidikan, dinas
kesehatan, satpol pp, bagian hukum pemda, kanwil agama).
b. Satgas Kabupaten/Kota (meliputi unsur-unsur : dinas pendidikan,
dinas kesehatan, satpol pp, bagian hukum pemda, kanwil
agama).
c. Satgas sekolah (meliputi unsur : Guru BK, Satpam, Kader Murid).
6. Capaian Kinerja
Jumlah kabupaten/kota yang menerapkan KTR di 7 tatanan (Buku
Saku Penerapan KTR di 7 tatanan).
7. Rumus Perhitungan
8. Nominator
Jumlah tatanan yang telah menerapkan KTR sesuai indikator.
9. Denominator
7 tatanan penerapan KTR.
3. Sasaran
Setiap warga negara perokok yang berkunjung ke klinik UBM.
4. Langkah Aksi
a. Dinas Kesehatan Provinsi :
l Memfasilitasi peningkatan kapasitas petugas melalui Dana
Dekonsentrasi.
l Memastikan kegiatan layanan UBM berjalan sesuai standar.
l Berkoordinasi dan kolaborasi dengan Bidang Yankes untuk
5. Pelaksana
a. Dokter
b. Dokter gigi
c. Perawat
d. Bidan
7. Rumus Perhitungan
Jumlah dokter praktik mandiri, klinik pratama dan
puskesmas (FKTP) yang melakukan konseling UBM
sesuai standar
x 100 %
Jumlah seluruh dokter praktik mandiri,
klinik pratama dan puskesmas (FKTP)
yang terdapat di wilayah kabupaten/kota
8. Nominator
Jumlah dokter praktik mandiri, klinik pratama dan puskesmas (FKTP)
yang melakukan layanan UBM sesuai standar oleh tenaga terlatih.
9. Denominator
Jumlah Seluruh FKTP di Kabupaten/Kota.
3. Sasaran
Setiap warga negara perempuan usia 30-50 tahun atau perempuan
yang memiliki riwayat seksual aktif.
4. Langkah Aksi
a. Dinas Kesehatan Provinsi :
l Menetapkan jumlah target sasaran di Kabupaten/Kota
dengan menggunakan data perempuan usia 30-50 tahun atau
perempuan yang memiliki riwayat seksual aktif.
l Menentukan kab/kota yang harus memenuhi target capaian
pada tahun tertentu.
l Melakukan advokasi kepada stake holder terkait untuk
mendapat dukungan dan penyelenggaraan deteksi dini.
l Melakukan sosialisasi kegiatan deteksi dini pada stake holder
terkait.
l Bersama dinas kesehatan Kab/Kota melakukan edukasi
kepada masyarakat untuk meningkatkan pengetahuan,
kesadaran dan kepedulian untuk menghindari faktor risiko
kanker melalui deteksi dini.
l Memfasilitasi peningkatan kapasitas petugas agar mampu
melakukan SADANIS, IVA dan Krioterapi sesuai standar
menggunakan Dana Dekonsentrasi dan/atau dana APBD.
l Berkoordinasi dan kolaborasi dengan Bidang Yankes untuk
melakukan pembinaan, monitoring dan evaluasi secara
berkala.
5. Pelaksana
a. Dokter terlatih
b. Bidan terlatih
6. Capaian Kinerja
Cakupan perempuan usia 30-50 tahun atau perempuan yang memiliki
riwayat seksual aktif yang mendapatkan deteksi dini kanker
payudara dan kanker leher rahim minimal 1 kali dalam setahun.
8. Nominator
Jumlah perempuan usia 30-50 tahun yang dideteksi dini kanker
payudara dan leher rahim.
9. Denominator
Jumlah seluruh perempuan usia 30-50 tahun di suatu wilayah.
3. Sasaran
Setiap warga negara yang merupakan saudara kandung penderita
Talasemia Mayor (keluarga ring 1).
4. Langkah Aksi
a. Dinas Kesehatan Provinsi:
l Menetapkan Tim Pencegahan dan Pengendalian Talasemia
lintas sektor yang ditetapkan oleh kepala daerah.
l Bersama Kab/Kota melakukan pendataan dan pemetaan
sasaran deteksi dini berdasarkan data pasien talasemia dari
Rumah Sakit yang merawat penderita.
l Pendataan keluarga ring 1 bekerjasama dengan IDAI dan LSM
terkait.
l Bersama dengan Kab/Kota melakukan pendataan dan
pemetaan sumber daya fasyankes yang mampu laksana
pemeriksaan laboratorium.
l Melaksanakan pelatihan/peningkatan kapasitas keterampilan
tim deteksi dini di Kab/Kota.
l Menetapkan regionalisasi fasyankes FKTP dan RS yang
mampu melaksanakan pemeriksaan dan konseling
Talasemia.
l Sosialisasi kesiapan teknis kepada fasyankes yang telah
ditetapkan.
l Merencanakan dan mengusulkan biaya pemeriksaan
laboratorium yang dibutuhkan kepada Pemda.
l Memastikan sistem rujukan ke rumah sakit sesuai dengan
standar dan indikasi medis.
5. Pelaksana
a. Dokter
b. Perawat
c. Analis Teknik Laboratorium Medik (ATLM).
3. Sasaran
Setiap warga negara penyandang disabilitas.
4. Langkah Aksi
a. Dinas Kesehatan Provinsi :
l Melakukan advokasi dan sosialisasi lintas sektor tentang
pelayanan kesehatan ramah disabilitas di Provinsi dan
5. Pelaksana
1. Dokter
2. Tenaga Kesehatan
3. Kader
4. Masyarakat.
3. Sasaran
Seluruh populasi yang berisiko.
4. Langkah Aksi
- Dinas Kesehatan Provinsi :
a. Kolaborasi dengan lintas sektor meliputi Organisasi Profesi
dan LSM terkait.
b. Menyelenggarakan pelatihan atau orientasi gangguan indera
bagi Kab/Kota.
c. Menyediakan sarana prasarana pendukung penyelenggaraan
deteksi dini gangguan indera sesuai dengan Permenkes 75
tahun 2014.
d. Melakukan pembinaan, pengawasan, monitoring dan evaluasi
secara berjenjang dan berkala.
e. Melaksanakan pencatatan dan pelaporan melalui surveilans
yang terintegrasi dengan sistem informasi PTM
5. Pelaksana
1. Dokter
2. Bidan
3. Perawat
4. Kader terlatih.
6. Capaian Kinerja
Kabupaten/Kota yang melaksanakan deteksi dini gangguan indera
pada ≥ 40% populasi.
7. Rumus Perhitungan
Jumlah warga negara yang mendapat layanan deteksi dini
gangguan penglihatan dan pendengaran.
9. Denominator
Jumlah seluruh warga negara di suatu wilayah.
3. Sasaran
Internal
a. Peserta didik.
b. Staf, meliputi dosen, peneliti, pengelola administratif dan karyawan
pendukung lainnya.
c. Alumni.
d. Penyedia jasa layanan, seperti kantin, perpustakaan, foto kopi,
dan lain-lain.
e. Organisasi intra kampus, seperti organisasi dosen dan karyawan,
serta mahasiswa.
Eksternal
a. Institusi/organisasi terkait upaya pemeliharaan kesehatan
(dinas kesehatan, puskesmas, dan lain-lain).
b. Organisasi/asosiasi/jejaring antar perguruan tinggi.
c. Penyusun kebijakan.
d. Komunitas dan masyarakat sekitar perguruan tinggi.
b. Kegiatan meliputi :
l Pembekalan/orientasi AoC.
l Pembentukan sarana deteksi dini PTM / Posbindu PTM.
l Sosialisasi, edukasi dan informasi Hidup Sehat Cegah PTM.
l Gerakan pola makan sehat dengan gizi seimbang dan aktifitas
fisik.
l Gerakan deteksi dini PTM secara berkala.
3. Sasaran
a. Pemerintah dan Pemerintah Daerah
b. Perguruan Tinggi
c. Perusahaan/ Dunia Industri
d. Komunitas Peduli Sehat
e. Organisasi Masyarakat
4. Langkah Aksi
a. Dinas Kesehatan Provinsi
l Membentuk Tim AoC PTM lintas sektor Tingkat Provinsi.
l Memberikan pembekalan/sosialisasi Hidup Sehat Cegah PTM.
l Membentuk jejaring (down line) yang mewakili unsur lintas
sektor yang mau dan mampu memberikan pembekalan kepada
tim/kolaborasi lintas sektor.
l Membentuk sarana deteksi dini PTM di lintas sektor.
l Memastikan kegiatan AoC berjalan berkesinambungan melalui
monev berkala.
5. Pelaksana
Seluruh individu yang telah terlatih sebagai Agen Perubahan Faktor
Risiko dan PTM.
DIREKTORAT
P2PTM
ONLINE
UMPAN BALIK DATA AGREGAT
- ANALISIS
- SOLUSI
DINAS KESEHATAN
PROVINSI
ONLINE
DATA AGREGAT
DINAS KESEHATAN
KAB/KOTA
OFFLINE
PUSKESMAS
- OFFLINE
- REAL TIME
POSBINDU
,.(7(5$1*$1',1.(63529,16,
'LQNHV3URYLQVL
1DPD%LGDQJ
1DPD6HNVL
-XPODKWHQDJD\DQJPHQJHOROD3370
$ODPDW,QVWLWXVL
1DPD3HWXJDV.RRUGLQDWRU3370
%XODQGDQWDKXQLPSOHPHQWDVL370
\DQJPHODNVDQDNDQPHQJNRRUGLQDVLNDQNHJLDWDQ3370
,,.21',6,3529,16,
-XPODK.DE.RWD
-XPODK7RWDO3XVNHVPDV EXDK
-XPODK3XVNHVPDV\DQJVXGDKPHQGDSDW3HODWLKDQ3370
3XVNHVPDV
-XPODK3RVELQGXDNWLI SRVELQGX
.HJLDWDQ
'LLVLELODDGDNHJLDWDQODLQQ\D
-XPODK3XVNHVPDV3HODNVDQDDQ3DQGX370
1R7HOS(PDLO
.(*,$7$13370
D .HJLDWDQ
'LLVLELODDGDNHJLDWDQODLQQ\D
0HODNVDQDNDQ3$1'8370
1R 1DPD3XVNHVPDV
<$ 7,'$.
F'DWD326%,1'8370
.RQGLVL$ODW3RVELQGX
%DLN 5XVDN
KDULPLQJJX
'$7$6'0
I
J
K
.HWHUVHGLDDQPDWHULLQIRUPDVLGDQHGXNDVL370
0DWHUL
0DWHULODLQQ\DVHEXWNDQ
3HQHUDSDQ.DZDVDQ7DQSD5RNRN.75
-XPODK -XPODK.75
1R 7DWDQDQ <DQJVXGDKPHQHUDSNDQ
7RWDO
)DV\DQNHV
7HPSDWNHUMD
7HPSDWEHODMDUPHQJDMDU
7HUPSDWEHUPDLQDQDN
)DVLOLWDVXPXP
$QJNXWDQXPXP
7HPSDWLEDGDK
3HPDQIDDWOD\DQDQ3370
-XPODKWRWDO.XQMXQJDQ3XVNHVPDV
-XPODKWRWDONXQMXQJDQ370
-XPODKSHQ\XOXKDQ370
-XPODKUXMXNDQ370
-XPODKUXMXNEDOLN370
3RVELQGX370GLZLOD\DKNHUMD3XVNHVPDV
.RQGLVL$ODW
1R 3XVNHVPDV -XPODK3RVELQGX 3RVELQGX
%DLN 5XVDN
7HPSDW.HUMD D$GD³WDQGD´GLODUDQJ
PHURNRN
E7LGDNDGDRUDQJPHURNRN
F3HQMXDODQURNRNWLGDN
GLSDMDQJGLVSOD\
G7LGDNDGDSXQWXQJURNRN
H7LGDNDGDLNODQODPEDQJ
URNRNGLVHNLWDUQ\D
7HPSDW%HODMDU D$GD³WDQGD´.DZDVDQ
0HQJDMDU 7DQSD5RNRN.75
E7LGDNDGDRUDQJPHURNRN
F7LGDNDGDSXQWXQJURNRN
G7LGDNDGDSHQMXDODQ
URNRNGLDUHDQ\D
H7LGDNDGDLNODQODPEDQJ
URNRNGLVHNLWDUQ\D
7HPSDWEHUPDLQDQDN D$GD³WDQGD´NDZDVDQ
WDQSDURNRN
E7LGDNDGDRUDQJPHURNRN
F7LGDNDGDSXQWXQJURNRN
G7LGDNDGDSHQMXDODQ
URNRNGLVHNLWDUQ\D
H7LGDNDGDLNODQODPEDQJ
URNRNGLVHNLWDUQ\D
$QJNXWDQ8PXP D$GD³WDQGD´GLODUDQJ
PHURNRN
E7LGDNDGDRUDQJPHURNRN
F3HQMXDODQURNRNWLGDN
GLSDMDQJGLVSOD\
G7LGDNDGDSXQWXQJURNRN
H7LGDNDGDLNODQODPEDQJ
URNRN
7HPSDW,EDGDK D$GD³WDQGD´NDZDVDQ
WDQSDURNRN
E7LGDNDGDRUDQJPHURNRN
F7LGDNDGDSXQWXQJURNRN
F7LGDNDGDSHQMXDODQ
URNRNGLDUHDQ\D
G7LGDNDGDLNODQODPEDQJ
URNRN
$SDELODWHUGDSDWVDODKVDWXMDZDEDQ³WLGDN´SDGDWDWDQDQWHUVHEXWPDNDGLNDWHJRULNDQ
VHEDJDLWDWDQDQ\DQJEHOXPPHQHUDSNDQ.75
66
5(.$3'$7$6(%$5$1680%(5'$<$'(7(.6,',1,.$1.(5/(+(55$+,0'$1.$1.(53$<8'$5$',7,1*.$73529,16,
1DPD3URYLQVL