Anda di halaman 1dari 93

DIREKTORAT JENDERAL PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN PENYAKIT

DIREKTORAT PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN PENYAKIT TIDAK MENULAR


PEDOMAN MANAJEMEN PENYAKIT TIDAK MENULAR
PEDOMAN MANAJEMEN PENYAKIT TIDAK MENULAR
KATA PENGANTAR

Meningkatnya kasus Penyakit Tidak Menular (PTM) secara signifikan


akan berdampak pada kualitas hidup dan produktifitas individu. Hal ini juga
akan berdampak pada lingkungannya dan negara, karena penyakit tidak
menular bersifat kronik membutuhkan waktu yang tidak sebentar dalam
pengobatan dan kebutuhan pembiayaan yang besar.
Pada kenyataannya PTM dapat dicegah dengan melakukan
pencegahan pada faktor risiko melalui perubahan perilaku individu,
lingkungan dan dukungan serta peran multi sektor terkait.
Buku ini merupakan revisi dari buku pertama, dimana adanya
perubahan indikator RPJMN dan RENSTRA Kementerian Kesehatan
tahun 2020 - 2024 serta beberapa program inovatif yang dilakukan untuk
mengakselerasi penurunan prevalensi PTM.
Diharapkan buku ini menjadi acuan pelaksanaan program bagi
pengambil kebijakan di daerah yang disesuaikan dengan sumber daya dan
kemampuan masing-masing.
Terima kasih kepada seluruh kontributor yang telah mewujudkan
terbitnya buku ini. Semoga dapat dimanfaatkan secara optimal.

Salam Sehat.

Jakarta, Februari 2020


Direktur Pencegahan dan Pengendalian
Penyakit Tidak Menular

dr. Cut Putri Arianie, M.H.Kes

PEDOMAN MANAJEMEN PENYAKIT TIDAK MENULAR iii


PEDOMAN MANAJEMEN PENYAKIT TIDAK MENULAR
DAFTAR ISI

Kata Pengantar ......................................................................................... iii


Daftar Isi .................................................................................................... iv
BAB I PENDAHULUAN .............................................................................. 1
A. Latar Belakang ............................................................................... 2
B. Tujuan ............................................................................................ 4
C. Sasaran. ......................................................................................... 4
BAB II KEBIJAKAN DAN STRATEGI ........................................................ 5
A. Kebijakan ....................................................................................... 6
B. Strategi .......................................................................................... 7
C. Indikator dan Program Prioritas ................................................... 8
BAB III MANAJEMEN TERPADU PROGRAM P2PTM ............................. 13
A. Program Deteksi Dini Faktor Risiko PTM di POSBINDU .............. 14
B. Program Gerakan Tekan Angka Obesitas (GENTAS) .................. 16
C. Program Pelayanan Terpadu (PANDU) PTM ................................ 19
D. Program Penerapan Kawasan Tanpa Rokok (KTR) ..................... 22
E. Program Layanan Upaya Berhenti Merokok (UBM) 25
F. Program Deteksi Dini Kanker ........................................................ 27
G. Program Pengendalian Talasemia ............................................... 30
H. Program Layanan Kesehatan Inklusi Disabilitas ......................... 33
I. Program Deteksi Dini Gangguan Indera ....................................... 35
J. Program Kampus Sehat ................................................................ 38
K. Pembentukan Agent of Change .................................................... 41
BAB IV MONITORING DAN EVALUASI .................................................... 45

PEDOMAN MANAJEMEN PENYAKIT TIDAK MENULAR v


DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 ............................................................................................... 47
Lampiran 2 ............................................................................................... 51
Lampiran 3 ............................................................................................... 55
Lampiran 4 ............................................................................................... 61
Lampiran 5 ............................................................................................... 65
Lampiran 6 ............................................................................................... 67
Lampiran 7 ............................................................................................... 69
Lampiran 8 ............................................................................................... 71

vi PEDOMAN MANAJEMEN PENYAKIT TIDAK MENULAR


PEDOMAN MANAJEMEN PENYAKIT TIDAK MENULAR
PEDOMAN MANAJEMEN PENYAKIT TIDAK MENULAR
BAB
PENDAHULUAN
I

PEDOMAN MANAJEMEN PENYAKIT TIDAK MENULAR iii


1
A. Latar belakang
Mengacu pada capaian RPJMN 2015-2019 beberapa indikator terkait
Penyakit Tidak Menular (PTM) menunjukkan angka capaian target yang
dikelompokkan dalam indikator yang sulit dicapai, meskipun indikator
Rencana Strategis PTM 2015 - 2019 telah tercapai. Sebagai contoh pada
indikator RPJMN tentang Penurunan Prevalensi Merokok < 18 tahun pada
tahun 2018 adalah 9,1%, sementara capaian tahun 2013 sebesar 7,2%. Hal
ini disebabkan belum optimalnya peran dan dukungan dari pihak lain di luar
Kementerian Kesehatan yang mempunyai kewenangan terhadap tembakau
terutama dalam peredaran, iklan luar ruang maupun yang ditayangkan di
media penyiaran dan media sosial serta masih kurangnya komitmen
kepedulian kepala daerah dalam penerapan Kawasan Tanpa Rokok (KTR) di
wilayahnya.
Indikator Penurunan Prevalensi Hipertensi pada tahun 2018 tercapai
sebesar 34,1%, angka ini lebih meningkat dibanding hasil Riset Keseha-
tan Dasar (Riskesdas) tahun 2013 sebesar 25,8%. Hal ini menunjukkan
dalam 5 tahun terakhir perilaku individu masih dipengaruhi oleh kebiasaan
merokok, pola makan tidak sehat, kurang aktivitas fisik, stres dan
peningkatan faktor risiko PTM lainnya. Penyebab peningkatan prevalensi
hipertensi selain faktor risiko yang telah disebutkan diatas juga belum
optimalnya peran dan dukungan lintas sektor dalam pengendalian kon-
sumsi gula, garam dan lemak berlebihan melalui kepatuhan pencantuman
pesan kesehatan pada kemasan makanan dan makanan siap saji yang dipro-
duksi oleh pihak industri dan penyedia makanan, agar masyarakat dapat
memilih makanan olahan yang sehat sesuai kebutuhan gizinya. Disamping
itu faktor lain yang mempengaruhi adalah budaya kuliner Indonesia yang
kaya dan beragam kandungan gula, garam dan lemak, terbatasnya keterse-
diaan pangan sayur dan buah yang bebas pestisida, murah dan terjangkau
oleh masyarakat.
Pada Riskesdas tahun 2013 angka obesitas menunjukkan 14,8%
sedangkan Riskesdas tahun 2018 sebesar 21,8%. Hal ini dipengaruhi oleh

2 PEDOMAN MANAJEMEN PENYAKIT TIDAK MENULAR


kondisi transisi teknologi yang terjadi dimana segala kemudahan dapat
dijangkau melalui alat komunikasi seperti kemudahan mengakses makanan
dan minuman siap saji dan transportasi yang berdampak pada konsumsi
gula, garam dan lemak berlebihan serta penurunan aktifitas fisik. Selain
itu transisi demografi juga ikut mempengaruhi, usia harapan hidup orang
Indonesia semakin tinggi maka potensi untuk terkena PTM juga bertambah.
Penyakit PTM dapat dikendalikan atau dikontrol sepanjang penderita patuh
minum obat sesuai anjuran dokter, Hal yang sangat mungkin untuk mencegah
PTM adalah dengan melakukan intervensi pada faktor risiko yang meliputi
perilaku merokok, konsumsi gula, garam dan lemak berlebihan, kurangnya
aktifitas fisik serta obesit.
Penerapan program PTM di sebagian besar Provinsi masih menemukan
kendala yaitu kurangnya advokasi kepada Pimpinan Daerah untuk melaku-
kan kegiatan/gerakan peningkatan kesadaran dan kepedulian masyarakat
untuk mendorong perubahan perilaku individu. Masyarakat harus diberi
pemahaman bahwa PTM adalah the Silent Killer yang seringkali tidak mem-
berikan gejala dan keluhan pada seseorang, namun terdeteksi pada saat
penyakit telah kronik atau pada stadium lanjut, sehingga setiap indivi-
du sangat perlu menerapkan perilaku hidup sehat dan melakukan deteksi
dini atau cek kesehatan secara berkala. Gerakan/kegiatan tersebut perlu
diinisiasi oleh para Pimpinan Daerah dan akan sangat berarti jika dapat
sekaligus menjadi role model atau katalisator perubahan hidup sehat. Komit-
men Pimpinan Daerah juga diharapkan dalam menerapkan kebijakan serta
mengalokasikan dukungan anggaran untuk mengoptimalkan program
PTM. Mutasi para pengelola program yang cukup tinggi di daerah juga
berpengaruh pada keberlangsungan program.
Program PTM tahun 2020-2024 lebih fokus pada pencegahan dan
pengendalian faktor risiko PTM dan deteksi dini. Dalam pelaksanaan
program 2020-2024 diharapkan kerjasama pengelola program diperlu-
as ke seluruh elemen masyarakat meliputi institusi pemerintah maupun
swasta, sekolah dan kampus serta komunitas melalui pemberdayaan dan

PEDOMAN MANAJEMEN PENYAKIT TIDAK MENULAR 3


pembentukan agen perubahan perilaku pencegahan PTM sehingga mening-
katkan kepedulian masyarakat untuk bertanggung jawab terhadap kesehatan
dirinya. Sangat diharapkan inisiatif pencegahan faktor risiko PTM melalui
pemberdayaan masyarakat yaitu timbul dan dilakukan dari, oleh dan untuk
masyarakat itu sendiri.

B. Tujuan
1. Tersedianya pedoman pelaksanaan program PTM secara berjenjang
bagi para pengelola program untuk dapat menyelenggarakan secara
optimal.
2. Tercapainya kesinambungan penyelenggaraan program P2PTM.

C. Sasaran
Dimanfaatkan bagi pengelola program P2PTM di tingkat pusat, provinsi,
Kabupaten/Kota dan Puskesmas.

4 PEDOMAN MANAJEMEN PENYAKIT TIDAK MENULAR


BAB KEBIJAKAN DAN
II STRATEGI

vi PEDOMAN MANAJEMEN PENYAKIT TIDAK MENULAR 5


KEBIJAKAN DAN STRATEGI P2PTM
A. KEBIJAKAN
Berdasarkan Permenkes No. 71 tahun 2015 tentang Penanggulangan
PTM terdapat 4 pilar upaya penanggulangan :

1. Promosi Kesehatan
Pada prinsipnya adalah melakukan komunikasi, memberikan
informasi dan edukasi seluas-luasnya kepada masyarakat untuk
mewujudkan perilaku hidup sehat dengan mencegah faktor risiko dan
membudayakan serta menerapkan perilaku CERDIK di masyarakat,
yaitu : Cek kesehatan secara berkala, Enyahkan asap rokok,
Rajin aktifitas fisik, Diet sehat dan gizi seimbang, Istirahat
yang cukup dan Kelola stres. Sejalan dengan promosi
kesehatan juga sekaligus dilakukan pemberdayaan masyarakat untuk
ikut terlibat dalam upaya menjaga diri dan lingkungannya untuk tetap
sehat dengan meminimalisir faktor risiko.

2. Deteksi Dini
Dilakukan untuk menemukan faktor risiko PTM sedini mungkin atau
gejala penyakit pada individu dan kelompok yang sehat atau berisiko
secara berkala, karena semakin cepat ditemukan faktor risiko maka
akan semakin cepat untuk dicegah menjadi penyakit atau jika
ditemukan gejala awal penyakit maka akan semakin mudah diobati.
Deteksi dini dapat dilakukan di fasilitas pelayanan kesehatan baik di
tingkat pertama maupun di tingkat lanjut atau di posbindu yang
merupakan Upaya Kesehatan Bersumberdaya Masyarakat (UKBM).
Bila hasil yang didapatkan positif berisiko PTM, harus ditindak
lanjuti dengan pengobatan di fasilitas pelayanan kesehatan sesuai
standar.

6 PEDOMAN MANAJEMEN PENYAKIT TIDAK MENULAR


3. Perlindungan Khusus
Dilakukan untuk pencegahan penyakit dengan pemberian kekebalan/
imunisasi. Saat ini imunisasi PTM baru dapat dilakukan untuk
pencegahan kanker leher rahim yaitu dengan vaksin
Papilloma Virus (HPV).

4. Penanganan Kasus
Merupakan pengobatan kepada pasien yang telah didiagnosis
menderita PTM yang meliputi upaya pelayanan kuratif, rehabilitatif
dan paliatif sesuai standar mutu yang berlaku.

B. STRATEGI
Berdasarkan Permenkes No. 5 tahun 2017 tentang Rencana Aksi
Nasional, terdapat empat aksi strategis penanggulangan Penyakit Tidak
Menular :

1. Advokasi dan Kemitraan


a. Memberikan pemahaman kepada para pengambil kebijakan
bahwa penanggulangan Penyakit Tidak Menular menjadi prioritas
dalam pembangunan kesehatan.
b. Terbangunnya kemitraan antar lembaga terkait serta masyarakat.
c. Teridentifikasinya upaya-upaya lintas sektor untuk mendukung
penanggulangan PTM.

2. Promosi Kesehatan dan Penurunan Faktor Risiko


a. Melakukan upaya promosi kesehatan melalui pemberdayaan
dan keterlibatan masyarakat.
b. Melakukan komunikasi, memberikan informasi dan edukasi
pencegahan faktor risiko PTM yang meliputi pola makan tidak
sehat, kurang aktifitas fisik, perilaku merokok, mencegah
obesitas, menghindari paparan/konsumsi zat kimia berbahaya

PEDOMAN MANAJEMEN PENYAKIT TIDAK MENULAR 7


atau berpotensi pemicu kanker (karsinogenik), pengelolaan stres
dan lain-lain.
c. Meningkatkan pemahaman pentingnya menurunkan konsumsi
gula, garam dan lemak serta membudayakan pola makan sehat
melalui konsumsi gizi seimbang dan edukasi perbanyak
mengkonsumsi sayur dan buah.
d. Edukasi pentingnya melakukan aktifitas fisik di masyarakat dapat
dilakukan pada perayaan hari besar di daerah secara massal untuk
mendorong timbulnya kesadaran yang bersifat masif.

3. Penguatan Sistem Pelayanan Kesehatan


a. Peningkatan akses masyarakat terhadap pelayanan PTM terpadu
yang komprehensif dan berkualitas khususnya di fasilitas
pelayanan kesehatan tingkat primer, termasuk sistem rujukannya.
b. Penguatan pelayanan PTM di fasilitas pelayanan kesehatan
rujukan tingkat lanjut (sekunder dan tertier) serta pelayanan
paliatif.
c. Memastikan para klinisi menggunakan panduan praktik klinik dan
menerapkan sesuai standar.

4. Surveilens, Monev dan Riset


a. Penguatan mekanisme Surveilans untuk PTM & faktor risikonya
sebagai bagian dari penguatan sistem informasi kesehatan.
b. Monitoring dan evaluasi implementasi kegiatan di dalam rencana
aksi nasional penanggulangan.
c. Pengembangan Riset untuk mendukung Kebijakan penang-
gulangan PTM.

8 PEDOMAN MANAJEMEN PENYAKIT TIDAK MENULAR


C. INDIKATOR DAN PROGRAM PRIORITAS
(Indikator 2020 - 2024)

Tabel 1. Indikator Program P2PTM


Indikator
SDGs
Mengurangi hingga sepertiga angka kematian dini akibat penyakit
tidak menular pada tahun 2030.
TARGET GLOBAL
1. Penurunan kematian dini akibat PTM 25% tahun 2025.
2. Penurunan komsumsi tembakau 30%.
3. Tidak ada peningkatan diabetes/obesitas (0%).
4. Penurunan asupan garam 30%.
5. Penurunan kurang aktifitas fisik 10%.
6. Penurunan tekanan darah tinggi 25%.
7. Cakupan pengobatan esensial dan teknologi untuk pengobatan
PTM 80%.
8. Cakupan terapi farmakologis dan konseling untuk mencegah
serangan jantung dan stroke 50%.
9. Penurunan prevalensi kebutaan yang dapat dicegah sebesar 25%
pada tahun 2020.
10. Penurunan prevalensi gangguan pendengaran sebesar 90% pada
tahun 2030.
11. Cakupan imunisasi HPV 90% pada tahun 2030.
12. Cakupan deteksi dini kanker leher rahim 70% pada tahun 2030.
13. Cakupan pengobatan pada penyakit leher rahim 90% pada tahun
2030.
RPJMN 2020 - 2024
a. Penurunan persentase merokok penduduk usia 10 - 18 tahun
menjadi 8,7% pada tahun 2024.
b. Penurunan prevalensi obesitas pada penduduk umur ≥ 18 tahun
menjadi 21,8% pada tahun 2024.
RENSTRA 2020 - 2024
1. Jumlah kabupaten/kota yang melakukan pencegahan perokok
usia < 18 tahun.
2. Jumlah Kab/kota yang melakukan deteksi dini faktor risiko PTM.

PEDOMAN MANAJEMEN PENYAKIT TIDAK MENULAR 9


Tabel 2. Indikator Renstra P2PTM

No. Program / Indikator Definisi Operasional


1. Jumlah kabupaten/kota Jumlah Kab/kota dengan minimal
yang melakukan pence- 40% FKTP yang menyelenggarakan
gahan perokok usia < 18 layanan upaya berhenti
tahun. merokok (UBM).
Jumlah Kab/kota yang menerapkan
Kawasan Tanpa Rokok (KTR).

2. Jumlah Kab/kota yang Jumlah Kab/kota yang melakukan


melakukan deteksi dini deteksi dini faktor risiko PTM ≥ 80%
faktor risiko PTM. populasi usia ≥ 15 tahun.

Jumlah kab/kota yang melakukan


deteksi dini penyakit kanker di
≥ 80% populasi usia 30-50 tahun.

Jumlah Kab/kota yang melakukan


deteksi dini gangguan indera pada
> 40% populasi.

Jumlah Kab/Kota yang melakukan


pelayanan terpadu (Pandu) PTM
di ≥ 80% Puskesmas.

10 PEDOMAN MANAJEMEN PENYAKIT TIDAK MENULAR


Tabel 3. Kamus Indikator

No. Indikator Definisi Operasional


1. Jumlah Kab/kota yang Kab/kota yg menyelenggarakan deteksi
melakukan deteksi dini dini faktor risiko meliputi TD, GDs, IMT
faktor risiko PTM dan lingkar perut paling kurang pada 80%
≥80% populasi usia populasi usia 15 tahun ke atas di UKBM
≥ 15 tahun. dan FKTP.
2. Jumlah kab/kota yang Kab/Kota yang menerapkan
menerapkan Kawasan Perda KTR.
Tanpa Rokok (KTR).
3. Jumlah kab/kota Kab/kota yg menyelenggarakan konseling
≥ 40% FKTP yang UBM di paling kurang 40% FKTP (dokter
menyelenggarakan praktik mandiri, klinik pratama dan
layanan Upaya Berhenti Puskesmas) dengan tenaga terlatih.
Merokok (UBM).
4. Jumlah Kab/Kota yg Kab/kota yg menyelenggarakan Pelayanan
melakukan pelayanan Terpadu PTM dan pasien rujuk balik (PRB)
terpadu (Pandu) PTM PTM sesuai standar paling kurang di 80%
di ≥ 80% Puskesmas. puskesmas.
5. Jumlah kabupaten/ Kab/kota yg menyelenggarakan deteksi
kota yang melak- dini gangguan penglihatan dan
sanakan deteksi dini gangguan pendengaran paling kurang
gangguan indera pada pada 40% populasi.
≥ 40% populasi.
6. Jumlah kab/kota yang Kab/kota yg menyelenggarakan deteksi
melakukan deteksi dini dini kanker payudara dan kanker serviks
penyakit kanker di pada 80% populasi perempuan usia 30-50
≥ 80% populasi usia tahun atau perempuan yang memiliki
30-50 tahun. riwayat seksual aktif.

PEDOMAN MANAJEMEN PENYAKIT TIDAK MENULAR 11


12 PEDOMAN MANAJEMEN PENYAKIT TIDAK MENULAR
BAB MANAJEMEN TERPADU
III PROGRAM P2PTM

PEDOMAN MANAJEMEN PENYAKIT TIDAK MENULAR 13


A. PROGRAM DETEKSI DINI FAKTOR RISIKO PTM DI POSBINDU

1. Pengertian
Deteksi dini faktor risiko PTM di Posbindu adalah pemeriksaan
terhadap faktor risiko PTM yang meliputi pengukuran tekanan darah,
pengukuran gula darah, pengukuran indeks massa tubuh dan lingkar
perut.
Kegiatan di Posbindu juga meliputi wawancara perilaku berisiko
dan pemberian edukasi perilaku gaya hidup sehat.

2. Dasar Hukum / Pedoman


a. Instruksi Presiden No. 1 tahun 2017 tentang Gerakan Masyarakat
Hidup Sehat.
b. Peraturan Menteri Kesehatan No. 71 tahun 2015 tentang
Penanggulangan Penyakit Tidak Menular.
c. Peraturan Menteri Kesehatan No. 4 tahun 2019 tentang Standar
Pelayanan Minimal Bidang Kesehatan.
d. Petunjuk Teknis Posbindu PTM.
e. Buku Pintar Kader.
f. Buku Monitoring Faktor Risiko PTM.

3. Sasaran
a. Setiap warga negara berusia ≥15 tahun melakukan deteksi dini
faktor risiko penyakit tidak menular paling kurang 1 kali setahun.
b. Untuk populasi berisiko atau usia ≥ 40 tahun, deteksi dini paling
kurang dilakukan 1-3 bulan sekali.

4. Langkah Aksi
a. Dinas Kesehatan Provinsi :
l Menetapkan jumlah target sasaran di Kabupaten/Kota yang
harus dicakup dalam 1 tahun.

14 PEDOMAN MANAJEMEN PENYAKIT TIDAK MENULAR


l Melakukan integrasi kegiatan UKBM (UKK, Posyandu Lansia,
UKS, Posyandu Remaja, Posbindu di Institusi).
l Memfasilitasi peningkatan kapasitas kader melalui dana
dekonsentrasi dan APBD.
l Melakukan koordinasi lintas sektor terkait.
l Melakukan monev dan bimtek berkala.
l Mengkoordinir pencatatan dan pelaporan secara berjenjang.

b. Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dan Puskesmas


l Menetapkan jumlah target sasaran puskesmas yang harus
dicakup dalam 1 tahun.
l Pengelola Program Puskesmas bersama Kader menetapkan
jadwal kegiatan Posbindu dan mensosialisasikannya kepada
masyarakat.
l Memastikan ketersediaan bahan habis pakai.
l Memastikan pencatatan dan pelaporan deteksi dini faktor
risiko PTM.
l Kader melakukan rujukan ke FKTP sesuai ketentuan.
l Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota melakukan monev dan
bimtek berkala ke Puskesmas.
l Puskesmas melakukan monev dan bimtek berkala pada
pelaksanaan Posbindu.

5. Pelaksana
- Kader Terlatih
- Tenaga Kesehatan

6. Capaian Kinerja
Setiap warga negara mendapatkan layanan deteksi dini faktor risiko
PTM minimal 1 kali setahun.

PEDOMAN MANAJEMEN PENYAKIT TIDAK MENULAR 15


7. Rumus Perhitungan

Jumlah penduduk usia ≥ 15 tahun


yang mendapatkan layanan deteksi
Cakupan deteksi dini dini faktor risiko PTM minimal 1kali
faktor risiko PTM di suatu wilayah dalam setahun
= x 100%
di suatu wilayah Jumlah seluruh penduduk usia
≥ 15 tahun di wilayah tersebut
8. Nominator
Jumlah penduduk usia ≥ 15 tahun yang mendapatkan layanan
deteksi dini faktor risiko PTM minimal 1 kali di suatu wilayah dalam
setahun.

9. Denominator
Jumlah seluruh penduduk usia ≥ 15 tahun di wilayah tersebut.

B. PROGRAM GERAKAN LAWAN OBESITAS (GENTAS)


1. Pengertian
a. Kegiatan GENTAS adalah suatu gerakan yang melibatkan
masyarakat dalam rangka pencegahan obesitas.
b. Kegiatan meliputi :
l Pengukuran Berat Badan (BB).
l Pengukuran Tinggi Badan (TB).
l perhitungan IMT (Indeks Massa Tubuh) dengan kriteria
obesitas IMT ≥ 27 kg/m2. perhitungan imt juga dapat dilaku-
kan dengan memakai Carta Obesitas, suatu instrumen untuk
menentukan status IMT seseorang dan tindak lanjut yang
harus dilakukan untuk mencapai IMT normal. (detail Carta
Obesitas terdapat pada lampiran di bagian akhir pedoman).
l Pengukuran lingkar perut dengan kriteria obesitas sentral
Lingkar perut laki-laki < 90 cm dan Lingkar perut wanita
< 80 cm.

16 PEDOMAN MANAJEMEN PENYAKIT TIDAK MENULAR


l Edukasi perilaku gaya hidup sehat.
l Penggunaan Carta Obesitas.

2. Dasar Hukum / Pedoman


a. Instruksi Presiden No. 1 tahun 2017 tentang Gerakan Masyarakat
Hidup Sehat.
b. Buku RENSTRA RPJMN 2020 - 2024.
c. Peraturan Menteri Kesehatan No. 4 tahun 2019 tentang Standar
Pelayanan Minimal Bidang Kesehatan.
d. Peraturan Menteri Kesehatan No. 71 Tahun 2015 tentang
Penanggulangan Penyakit Tidak Menular.
e. Peraturan Menteri Kesehatan No. 41 Tahun 2014 tentang
Pedoman Gizi Seimbang.

3. Sasaran
Setiap warga negara usia 15 tahun ke atas.

4. Langkah Aksi
a. Dinas Kesehatan Provinsi :
l Menetapkan jumlah target sasaran di kabupaten / kota yang
harus dicakup dalam 1 tahun.
l Menetapkan sasaran di wilayah kabupaten / kota
menggunakan data yang telah disepakati bersama dengan
kabupaten / kota dan institusi.
l Mengintegrasikan pada kegiatan hari-hari besar di daerah.
l Melakukan koordinasi dengan lintas sektor terkait.
l Melakukan monev dan bimtek berkala.
l Mengkoordinir pencatatan dan pelaporan secara berjenjang.

b. Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dan Puskesmas :


l Menetapkan jumlah target sasaran yang dicakup dalam 1
tahun. Penetapan sasaran di wilayah desa/kelurahan/institusi

PEDOMAN MANAJEMEN PENYAKIT TIDAK MENULAR 17


menggunakan data yang telah ditetapkan secara bersama
oleh pengelola program, petugas Puskesmas dan institusi.
l Melakukan sosialisasi program GENTAS di masyarakat .
l Berkoordinasi dengan lintas sektor, mengintegrasikan
GENTAS pada kegiatan hari besar di daerah misalnya HUT
Pemda, HUT RI, pada saat olah raga bersama, yang
memobilisasi masyarakat dan lain-lain.
l Membentuk tim pelaksana.
l Memastikan tim pelaksana mempersiapkan sarana dan
prasarana sesuai ketentuan ketika akan melakukan GENTAS.
l Mengkoordinir atau memastikan tim pelaksana melakukan
kegiatan sesuai ketentuan.

5. Pelaksana
a. Dokter
b. Perawat
c. Kader Terlatih
d. Masyarakat

6. Capaian Kinerja
Persentase jumlah penduduk yang dilakukan deteksi dini Obesitas di
suatu wilayah.

7. Rumus Perhitungan

Jumlah warga negara


Persentase jumlah
usia ≥ 15 tahun yang diperiksa
penduduk yang
IMT dan atau Lingkar Perut
dilakukan deteksi dini = x 100%
Jumlah semua warga negara di
FR Obesitas
atas usia 15 tahun di wilayahnya

18 PEDOMAN MANAJEMEN PENYAKIT TIDAK MENULAR


8. Nominator
Jumlah warga negara usia ≥ 15 tahun diperiksa IMT dan atau
Lingkar Perut.

9. Denominator
Jumlah semua warga negara usia ≥ 15 tahun di wilayahnya.

C. PROGRAM PELAYANAN TERPADU (PANDU) PTM


1. Pengertian
a. Kegiatan PANDU PTM adalah kegiatan penemuan dan
penanganan kasus PTM dan manajemen faktor risiko PTM di
FKTP secara terpadu.
b. Pembinaan Puskesmas terhadap penyelenggaraan Posbindu PTM
c. Kegiatan manajemen faktor risiko meliputi :
l Wawancara usia, jenis kelamin, perilaku merokok, pola makan,
riwayat PTM.
l Pengukuran tekanan darah.
l Pemeriksaan kadar gula darah sewaktu.
l Pemeriksaan kadar kolesterol atau kolesterol rata-rata
populasi (200mg/dL).
d. Penanganan penyandang PTM dan Program Rujuk Balik.

2. Dasar Hukum / Pedoman


a. Permenkes No. 71 tahun 2013 tentang Penanggulangan Penyakit
Tidak Menular.
b. Permenkes No. 75 tahun 2014 tentang Puskesmas.
c. Peraturan Menteri Kesehatan No. 29 Tahun 2017 tentang
perubahan Peraturan Menteri Kesehatan No. 34 Tahun 2015
tentang Penanggulangan Kanker Payudara dan Kanker Leher
Rahim.

PEDOMAN MANAJEMEN PENYAKIT TIDAK MENULAR 19


d. KMK Nomor HK.02.02/MENKES/514/2015 tentang Panduan
Praktik Klinis bagi dokter di fasilitas pelayanan kesehatan tingkat
pertama.
e. Peraturan Konsil Kedokteran Indonesia No. 11 tahun 2012 tentang
Standar Kompetensi Dokter Indonesia.
f. Pedoman Pelayanan Terpadu (PANDU) PTM.

3. Sasaran
Setiap warga negara usia 15 tahun ke atas yang memiliki faktor risiko
dan menyandang PTM yang berkunjung ke FKTP.

4. Langkah Aksi
a. Dinas Kesehatan Provinsi :
l Pendataan dan pemetaan kab/kota yang belum melakukan
orientasi PANDU PTM di FKTP.
l Merencanakan dan menyelenggarakan orientasi PANDU PTM
bagi Kab/Kota.
l Menyediakan sarana prasarana pendukung penyelenggaraan
PANDU PTM sesuai dengan Permenkes 75 tahun 2014.
l Berkoordinasi dan kolaborasi dengan Bidang Yankes untuk
melakukan pembinaan, pengawasan, monitoring dan evaluasi
secara berjenjang dan berkala.

b. Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dan Puskesmas :


l Penetapan sasaran program P2PTM menggunakan data
angka kesakitan PTM, PRB, temuan dan rujukan faktor risiko
di Kabupaten/Kota.
l Berkoordinasi dan berkolaborasi dengan dengan Bid Yankes
dalam menerapkan kegiatan.
l Memastikan ketersedian alat kesehatan, bahan habis pakai
dan obat-obatan yang mendukung PANDU.

20 PEDOMAN MANAJEMEN PENYAKIT TIDAK MENULAR


l Memastikan ketersediaan pedoman PPK 1 dan Pedoman
pengendalian PTM terpadu sebagai acuan bagi petugas di
FKTP.
l Memastikan kegiatan tercatat di dalam Rekam Medis dan
dilaporkan melalui sistem pelaporan sesuai ketentuan melalui
sistem pelaporan.
l Memastikan rujukan FKRTL sesuai indikasi medis dan
menangani kasus rujuk balik sesuai standar.
l Melakukan pembinaan, monitoring dan evaluasi secara
berjenjang dan berkala.

5. Pelaksana
a. Dokter
b. Perawat
c. Bidan

6. Capaian Kinerja
Persentase Puskesmas yang melakukan pelayanan PTM secara
terpadu di Kab/Kota.

7. Rumus Perhitungan
Jumlah Puskesmas yang melakukan
pelayanan PTM secara terpadu
x 100%
Jumlah puskesmas di Kab/Kota

8. Nominator
Jumlah Puskesmas yang melakukan pelayanan PTM secara terpadu.

9. Denominator
Jumlah seluruh Puskesmas di Kab/Kota.

PEDOMAN MANAJEMEN PENYAKIT TIDAK MENULAR 21


D. PROGRAM PENERAPAN KAWASAN TANPA ROKOK (KTR)
1. Pengertian
a. Kegiatan penerapan KTR di 7 tatanan adalah suatu kegiatan
pencegahan perilaku merokok dan konsumsi produk tembakau
lainnya serta memberikan perlindungan masyarakat terhadap
paparan asap rokok.
b. Kegiatan meliputi :
1) Penerapan KTR di 7 tatanan yaitu di fasilitas pelayanan
kesehatan, tempat belajar mengajar, tempat bermain anak,
tempat kerja, tempat ibadah, transportasi umum, fasilitas
umum serta tempat lainnya yang ditetapkan.
2) Penerapan KTR di 7 tatanan diukur melalui indikator :
l Adanya tanda dilarang merokok.
l Tidak ada orang yang merokok.
l Tidak ditemukan puntung rokok.
l Tidak ditemukan iklan/lambang rokok.
l Tidak ditemukan penjualan atau penjualan rokok tidak
dipajang (tidak display pada etalase, dan lain-lain).

2. Dasar Hukum / Pedoman


a. Peraturan Pemerintah No. 109 tahun 2012 tentang Pengamanan
Bahan Yang Mengandung Zat Adiktif Berupa Produk Tembakau
Bagi Kesehatan.
b. Permenkes No. 40 tahun 2013 tentang Peta Jalan Pengendalian
Dampak Konsumsi Rokok Bagi Kesehatan.
c. Permendikbud No. 64 tahun 2015 tentang Kawasan Tanpa Rokok
di Lingkungan Sekolah.
d. Petunjuk Teknis Upaya Berhenti Merokok di Fasilitas Pelayanan
Kesehatan tahun 2016.
e. Petunjuk Teknis Konseling Berhenti Merokok pada anak usia
sekolah/Madrasah bagi guru pembina Usaha Kesehatan Sekolah /

22 PEDOMAN MANAJEMEN PENYAKIT TIDAK MENULAR


Madrasah (UKS/M) tahun 2016.
f. Peraturan bersama Menkes & Mendagri No. 188/Menkes/
PB/I/2011 tentang Pedoman Pelaksanaan KTR.
g. Pedoman Teknis Penegakan Hukum KTR tahun 2015.
h. Buku Saku Pedoman Hidup Sehat Tanpa Rokok tahun 2017.
i. Buku Saku Penerapan KTR di 7 tatanan.

3. Sasaran
Setiap warga negara yang berada di kabupaten/kota.

4. Langkah Aksi
a. Dinas Kesehatan Provinsi :
l Melakukan advokasi kepada Pemerintah daerah Provinsi
untuk menyusun dan menerapkan Perda/ Perkada tingkat
Provinsi.
l Membentuk Satuan Tugas (Satgas terpadu) yang ditetapkan
oleh Pimpinan Daerah.
l Melakukan sosialisasi tentang KTR dan bahaya merokok di
OPD dan kawasan yang menjadi tanggung jawab Provinsi.
l Mendorong Satgas melakukan pemantauan penerapan KTR
secara berkala dan menindaklanjuti temuan.
l Mengidentifikasi dan mendorong kabupaten/kota yang belum
mempunyai atau menerapkan Perda/Perkada.
l Melakukan Advokasi pendampingan pembinaan kepada
Pemda kabupaten/kota.

b. Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dan Puskesmas :


l Melakukan advokasi kepada Pemerintah daerah Kabupaten/
kota untuk melakukan penyusunan dan penerapan Perda/
Perkada tingkat Kabupaten/kota.
l Melakukan sosialisasi tentang KTR dan bahaya merokok di

PEDOMAN MANAJEMEN PENYAKIT TIDAK MENULAR 23


kawasan yang menjadi tanggung jawab Kabupaten/kota.
l Membentuk Satgas pelaksanaan KTR tingkat Kabupaten/kota
yang ditetapkan Pimpinan Daerah.
l Mendorong Satgas melakukan pemantauan pelaksanaan KTR
secara berkala dan menindaklanjuti temuan.

5. Pelaksana
a. Satgas Provinsi (meliputi unsur-unsur : dinas pendidikan, dinas
kesehatan, satpol pp, bagian hukum pemda, kanwil agama).
b. Satgas Kabupaten/Kota (meliputi unsur-unsur : dinas pendidikan,
dinas kesehatan, satpol pp, bagian hukum pemda, kanwil
agama).
c. Satgas sekolah (meliputi unsur : Guru BK, Satpam, Kader Murid).

6. Capaian Kinerja
Jumlah kabupaten/kota yang menerapkan KTR di 7 tatanan (Buku
Saku Penerapan KTR di 7 tatanan).

7. Rumus Perhitungan

Jumlah tatanan yang telah memenuhi kriteria KTR


x 100 %
7 tatanan KTR

8. Nominator
Jumlah tatanan yang telah menerapkan KTR sesuai indikator.

9. Denominator
7 tatanan penerapan KTR.

24 PEDOMAN MANAJEMEN PENYAKIT TIDAK MENULAR


E. PROGRAM LAYANAN UPAYA BERHENTI MEROKOK (UBM)
1. Pengertian
a. Kegiatan Layanan UBM adalah pemberian konseling kepada
perokok untuk berhenti merokok di FKTP.
b. Kegiatan meliputi :
- Identifikasi klien.
- Evaluasi dan motivasi.
- Penentuan pilihan terapi yang akan diberikan.
- Penyusunan rencana untuk menindaklanjuti / follow up yang
sudah dilakukan.

2. Dasar Hukum / Pedoman


a. Permenkes No. 40 tahun 2013 tentang Peta Jalan Pengendalian
Dampak Konsumsi Rokok Bagi Kesehatan.
b. Petunjuk Teknis Upaya Berhenti Merokok di Fasilitas Pelayanan
Kesehatan tahun 2016.
c. Petunjuk Teknis Konseling Berhenti Merokok pada anak usia
sekolah/Madrasah bagi guru pembina Usaha Kesehatan Sekolah/
Madrasah (UKS/M) tahun 2016.
d. Buku Saku Hidup Sehat Tanpa Rokok tahun 2017.

3. Sasaran
Setiap warga negara perokok yang berkunjung ke klinik UBM.

4. Langkah Aksi
a. Dinas Kesehatan Provinsi :
l Memfasilitasi peningkatan kapasitas petugas melalui Dana
Dekonsentrasi.
l Memastikan kegiatan layanan UBM berjalan sesuai standar.
l Berkoordinasi dan kolaborasi dengan Bidang Yankes untuk

PEDOMAN MANAJEMEN PENYAKIT TIDAK MENULAR 25


melakukan pembinaan, monitoring dan evaluasi secara
berkala.
l Mengkoordinir pencatatan dan pelaporan secara berjenjang.

b. Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dan Puskesmas :


l Memastikan layanan UBM dilaksanakan sesuai standar oleh
tenaga terlatih.
l Berkoordinasi dan berkolaborasi dengan Bidang Yankes
dalam menerapkan kegiatan.
l Memastikan ketersediaan Petunjuk Teknis Upaya Berhenti
Merokok di Fasilitas Pelayanan Kesehatan tahun 2016 di
FKTP.
l Memastikan ketersediaan alat kesehatan dan bahan habis
pakai untuk mendukung pelaksanaan UBM.
l Mensosialisasikan ketersediaan layanan UBM kepada
perokok.
l Memastikan pemberian tanda rokok pada rekam medis
pasien yang merokok, untuk memudahkan petugas kesehatan
memberikan layanan UBM.
l Memastikan kegiatan tercatat dalam rekam medik dan
dilaporkan sesuai ketentuan.
l Memastikan rujukan berjenjang sesuai indikasi.
l Berkoordinasi dan kolaborasi dengan Bidang Yankes untuk
melakukan pembinaan, monitoring dan evaluasi secara
berkala.

5. Pelaksana
a. Dokter
b. Dokter gigi
c. Perawat
d. Bidan

26 PEDOMAN MANAJEMEN PENYAKIT TIDAK MENULAR


6. Capaian Kinerja
Kabupaten/kota yang memiliki paling kurang 40% FKTP melakukan
layanan UBM.

7. Rumus Perhitungan
Jumlah dokter praktik mandiri, klinik pratama dan
puskesmas (FKTP) yang melakukan konseling UBM
sesuai standar
x 100 %
Jumlah seluruh dokter praktik mandiri,
klinik pratama dan puskesmas (FKTP)
yang terdapat di wilayah kabupaten/kota

8. Nominator
Jumlah dokter praktik mandiri, klinik pratama dan puskesmas (FKTP)
yang melakukan layanan UBM sesuai standar oleh tenaga terlatih.

9. Denominator
Jumlah Seluruh FKTP di Kabupaten/Kota.

F. PROGRAM DETEKSI DINI KANKER


1. Pengertian
Deteksi dini kanker adalah deteksi dini kanker payudara (SADANIS)
dan kanker leher rahim (IVA) pada 80% populasi perempuan usia
30-50 tahun atau perempuan yang memiliki riwayat seksual aktif.

2. Dasar Hukum / Pedoman


a. Permenkes No. 71 tahun 2015 tentang Penanggulangan Penyakit
Tidak Menular.
b. KMK Nomor HK.02.02/MENKES/514/2015 tentang Panduan
Praktik Klinis bagi dokter di fasilitas pelayanan kesehatan tingkat
pertama.

PEDOMAN MANAJEMEN PENYAKIT TIDAK MENULAR 27


c. Peraturan Menteri Kesehatan No. 29 Tahun 2017 tentang
perubahan Peraturan Menteri Kesehatan No. 34 Tahun 2015
tentang Penanggulangan Kanker Payudara dan Kanker Leher
Rahim.
d. Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 430/Menkes/SK/IV/2007
tentang Pedoman Pengendalian Penyakit Kanker.

3. Sasaran
Setiap warga negara perempuan usia 30-50 tahun atau perempuan
yang memiliki riwayat seksual aktif.

4. Langkah Aksi
a. Dinas Kesehatan Provinsi :
l Menetapkan jumlah target sasaran di Kabupaten/Kota
dengan menggunakan data perempuan usia 30-50 tahun atau
perempuan yang memiliki riwayat seksual aktif.
l Menentukan kab/kota yang harus memenuhi target capaian
pada tahun tertentu.
l Melakukan advokasi kepada stake holder terkait untuk
mendapat dukungan dan penyelenggaraan deteksi dini.
l Melakukan sosialisasi kegiatan deteksi dini pada stake holder
terkait.
l Bersama dinas kesehatan Kab/Kota melakukan edukasi
kepada masyarakat untuk meningkatkan pengetahuan,
kesadaran dan kepedulian untuk menghindari faktor risiko
kanker melalui deteksi dini.
l Memfasilitasi peningkatan kapasitas petugas agar mampu
melakukan SADANIS, IVA dan Krioterapi sesuai standar
menggunakan Dana Dekonsentrasi dan/atau dana APBD.
l Berkoordinasi dan kolaborasi dengan Bidang Yankes untuk
melakukan pembinaan, monitoring dan evaluasi secara
berkala.

28 PEDOMAN MANAJEMEN PENYAKIT TIDAK MENULAR


l Melakukan pencatatan dan pelaporan secara berjenjang dan
berkala.

b. Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dan Puskesmas :


l Menetapkan jumlah target sasaran perempuan usia 30-50
tahun atau perempuan yang memiliki riwayat seksual aktif di
wilayahnya.
l Melakukan pendataan dan pemenuhan sumber daya yang
dibutuhkan.
l Melakukan regionalisasi tindak lanjut IVA positif.
l Melakukan sosialisasi kegiatan deteksi dini kepada
masyarakat dan stake holder terkait.
l Melakukan pembinaan dan pengawasan pelaksanaan deteksi
dini, tindak lanjut dini dan sistem rujukan agar sesuai dengan
standar.
l Berkoordinasi dan kolaborasi dengan Bidang Yankes untuk
melakukan monitoring dan evaluasi secara berkala.
l Melakukan pencatatan dan pelaporan secara berjenjang dan
berkala.

5. Pelaksana
a. Dokter terlatih
b. Bidan terlatih

6. Capaian Kinerja
Cakupan perempuan usia 30-50 tahun atau perempuan yang memiliki
riwayat seksual aktif yang mendapatkan deteksi dini kanker
payudara dan kanker leher rahim minimal 1 kali dalam setahun.

PEDOMAN MANAJEMEN PENYAKIT TIDAK MENULAR 29


7. Rumus Perhitungan

Jumlah perempuan usia 30-50


Cakupan deteksi dini tahun yang dideteksi dini kanker
kanker payudara dan payudara dan leher rahim
leher rahim pada = x 100%
perempuan usia 30 - Jumlah seluruh perempuan usia
50 tahun. 30-50 tahun di suatu wilayah

8. Nominator
Jumlah perempuan usia 30-50 tahun yang dideteksi dini kanker
payudara dan leher rahim.

9. Denominator
Jumlah seluruh perempuan usia 30-50 tahun di suatu wilayah.

G. PROGRAM UJI COBA PENGENDALIAN TALASEMIA


1. Pengertian
a. Kegiatan uji coba Deteksi Dini Talasemia adalah suatu kegiatan
skrining pada kelompok berisiko Talasemia khususnya saudara
kandung penderita Talasemia.
b. Kegiatan ini meliputi :
- Pendataan saudara kandung penderita Talasemia.
- Pemetaan fasyankes FKTP dan FKTL yang mampu laksana
deteksi dini pembawa sifat Talasemia.
- Sosialisasi Pelaksanaan Pengendalian Talasemia pada
keluarga ring 1.
- Pemeriksaan laboratorium pada keluarga ring 1.
- Konseling kepada pembawa sifat, populasi berisiko.

2. Dasar Hukum / Pedoman


a. Permenkes No. 75 tahun 2014 tentang Puskesmas.

30 PEDOMAN MANAJEMEN PENYAKIT TIDAK MENULAR


b. Permenkes No. 71 tahun 2015 tentang Penanggulangan Penyakit
Tidak Menular.
c. Pedoman Pengendalian Penyakit Talasemia di FKTP.

3. Sasaran
Setiap warga negara yang merupakan saudara kandung penderita
Talasemia Mayor (keluarga ring 1).

4. Langkah Aksi
a. Dinas Kesehatan Provinsi:
l Menetapkan Tim Pencegahan dan Pengendalian Talasemia
lintas sektor yang ditetapkan oleh kepala daerah.
l Bersama Kab/Kota melakukan pendataan dan pemetaan
sasaran deteksi dini berdasarkan data pasien talasemia dari
Rumah Sakit yang merawat penderita.
l Pendataan keluarga ring 1 bekerjasama dengan IDAI dan LSM
terkait.
l Bersama dengan Kab/Kota melakukan pendataan dan
pemetaan sumber daya fasyankes yang mampu laksana
pemeriksaan laboratorium.
l Melaksanakan pelatihan/peningkatan kapasitas keterampilan
tim deteksi dini di Kab/Kota.
l Menetapkan regionalisasi fasyankes FKTP dan RS yang
mampu melaksanakan pemeriksaan dan konseling
Talasemia.
l Sosialisasi kesiapan teknis kepada fasyankes yang telah
ditetapkan.
l Merencanakan dan mengusulkan biaya pemeriksaan
laboratorium yang dibutuhkan kepada Pemda.
l Memastikan sistem rujukan ke rumah sakit sesuai dengan
standar dan indikasi medis.

PEDOMAN MANAJEMEN PENYAKIT TIDAK MENULAR 31


l Melakukan pembinaan, monitoring dan evaluasi secara
berkala secara terintegrasi dan kolaborasi ke fasyankes yang
ditetapkan sebagai sarana deteksi dini.

b. Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dan Puskesmas :


l Terlibat dalam pemetaan pendataan sasaran deteksi dini di
wilayahnya bersama Dinkes Provinsi, IDAI dan LSM terkait.
l Melakukan pendataan dan pemetaan sumber daya fasyankes
FKTP dan FKTL yang mampu laksana pemeriksaan laborato-
rium pembawa sifat Talasemia.
l Menetapkan regionalisasi fasyankes FKTP dan RS yang
mampu melaksanakan pemeriksaan dan konseling
Talasemia.
l Melakukan sosialisasi.
l Mengkoordinir dan mengatur jadwal keluarga ring 1 yang telah
mendapatkan panggilan untuk pemeriksaan laboratorium.
l Mengkoordinir pelaksanaan deteksi dini.
l Melakukan rujukan pemeriksaan lanjutan ke Rumah Sakit
yang telah ditetapkan.
l Penyerahan sertifikat/kartu hasil deteksi dini.
l Melakukan pencatatan dan pelaporan secara berjenjang.
l Melakukan pembinaan, monitoring dan evaluasi secara
berkala secara terintegrasi dan kolaborasi ke fasyankes yang
ditetapkan sebagai sarana deteksi dini.

5. Pelaksana
a. Dokter
b. Perawat
c. Analis Teknik Laboratorium Medik (ATLM).

32 PEDOMAN MANAJEMEN PENYAKIT TIDAK MENULAR


6. Capaian Kinerja
Menurunkan kasus baru penderita Talasemia.

H. PROGRAM LAYANAN KESEHATAN INKLUSI DISABILITAS


1. Pengertian
Layanan kesehatan inklusif Disabilitas adalah upaya kesehatan yang
dilakukan dengan memenuhi unsur kesetaraan hak-hak azasi
manusia bagi penyandang disabilitas.

Kegiatan ini meliputi :


a. Penyediaan akses pelayanan kesehatan bagi penyandang
disabilitas sesuai standar dan tanpa diskriminasi.
b. Upaya Rehabilitasi Bersumber Masyarakat.

2. Dasar Hukum / Pedoman


a. Undang - Undang No. 8 Tahun 2016 tentang Penyandang
Disabilitas.
b. Permenkes No. 75 tahun 2014 tentang Puskesmas.
c. Permenkes No. 71 tahun 2015 tentang Penanggulangan Penyakit
Tidak Menular.
d. Buku Pedoman Penanggulangan Gangguan Fungsional (RPM).
e. Peta Jalan Layanan Kesehatan Inklusi Disabilitas.
f. Pedoman dan Modul Rehabilitasi Bersumberdaya Masyarakat.

3. Sasaran
Setiap warga negara penyandang disabilitas.

4. Langkah Aksi
a. Dinas Kesehatan Provinsi :
l Melakukan advokasi dan sosialisasi lintas sektor tentang
pelayanan kesehatan ramah disabilitas di Provinsi dan

PEDOMAN MANAJEMEN PENYAKIT TIDAK MENULAR 33


Kabupaten/Kota, dengan berkolaborasi dengan Organisasi
Penyandang Disabilitas, Organisasi Profesi terkait serta OPD
terkait.
l Melakukan peningkatan kapasitas tenaga kesehatan di
provinsi dan Kabupaten/Kota.
l Merencanakan dan mengusulkan sarana dan prasarana yang
ramah disabilitas.
l Melakukan pembinaan terhadap Kabupaten/Kota.
l Melakukan monitoring dan evaluasi secara berkala ke
Kabupaten/Kota.
l Melakukan pencatatan hasil layanan dan melaporkannya ke
pusat.

b. Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dan Puskesmas :


l Melakukan advokasi dan sosialisasi lintas sektor tentang
pelayanan kesehatan ramah disabilitas berkolaborasi dengan
Dinas Sosial, Organisasi Penyandang Disabilitas, Organisasi
Profesi (PERDOSRI), serta Pemerintah daerah setempat.
l Melakukan orientasi kepada kader, keluarga dan penyandang
disabilitas.
l Mengusulkan dan membina sarana dan prasarana yang
ramah disabilitas.
l Memastikan pelayanan kesehatan yang diberikan sesuai
standar.
l Melakukan pembinaan, monitoring dan evaluasi serta
pencatatan dan pelaporan secara berkala.

5. Pelaksana
1. Dokter
2. Tenaga Kesehatan
3. Kader
4. Masyarakat.

34 PEDOMAN MANAJEMEN PENYAKIT TIDAK MENULAR


I. PROGRAM DETEKSI DINI GANGGUAN INDERA
1. Pengertian
Deteksi dini gangguan indera adalah kegiatan yang dilakukan untuk
mengidentifikasi sejak dini faktor risiko gangguan penglihatan dan
gangguan pendengaran.

Kegiatan deteksi dini gangguan indera meliputi :


a. Deteksi dini gangguan penglihatan di UKBM melalui E-tumbling
atau E-chart atau Snellen chart dan deteksi dini di FKTP melalui
pemeriksaan katarak dan gangguan refraksi pada anak sekolah.
b. Deteksi dini gangguan pendengaran di UKBM dilakukan dengan
tes suara atau dan di FKTP melalui integrasi Stimulasi Deteksi
Intervensi Tumbuh Kembang (SDIDTK).

2. Dasar Hukum / Pedoman


a. Peraturan Menteri Kesehatan No. 75 tahun 2014 tentang Pusat
Kesehatan Masyarakat.
b. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 71 Tahun
2015 tentang Penanggulangan Penyakit Tidak Menular.
c. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 428/
Menkes/SK/VI/2006 tentang Pedoman Manajemen Kesehatan
Indera Penglihatan dan Pendengaran.
d. Pedoman Teknis Penanggulangan Gangguan Penglihatan dan
Kebutaan Tahun 2016.
e. Pedoman Teknis Penanggulangan Gangguan Pendengaran dan
Ketulian Tahun 2016.
f. Pedoman Umum Penanggulangan Gangguan Indera Tahun 2016.
g. Panduan Sistem Informasi Gangguan Penglihatan Tahun 2018.
h. Buku Program Penanggulangan Gangguan Penglihatan di
Indonesia Tahun 2018.

PEDOMAN MANAJEMEN PENYAKIT TIDAK MENULAR 35


i. Buku Indonesia mencapai Universal Eye Health Tahun 2019.
j. Buku Saku Gangguan Penglihatan Tahun 2019.
k. Buku Saku Gangguan Pendengaran Tahun 2019.

3. Sasaran
Seluruh populasi yang berisiko.

4. Langkah Aksi
- Dinas Kesehatan Provinsi :
a. Kolaborasi dengan lintas sektor meliputi Organisasi Profesi
dan LSM terkait.
b. Menyelenggarakan pelatihan atau orientasi gangguan indera
bagi Kab/Kota.
c. Menyediakan sarana prasarana pendukung penyelenggaraan
deteksi dini gangguan indera sesuai dengan Permenkes 75
tahun 2014.
d. Melakukan pembinaan, pengawasan, monitoring dan evaluasi
secara berjenjang dan berkala.
e. Melaksanakan pencatatan dan pelaporan melalui surveilans
yang terintegrasi dengan sistem informasi PTM

- Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dan Puskesmas :


a. Menetapkan sasaran program gangguan indera di Kabupaten/
Kota .
b. Melakukan koordinasi dan kolaborasi pelaksanaan deteksi dini
gangguan indera melalui SDIDTK, penjaringan kesehatan pada
anak sekolah, posbindu, pustu, praktik mandiri, posyandu
Lansia, Pos UKK, dan lain-lain.
c. Memastikan ketersedian alat deteksi dini gangguan indera.
d. Merencanakan dan menyelenggarakan orientasi bagi
puskesmas.

36 PEDOMAN MANAJEMEN PENYAKIT TIDAK MENULAR


e. Memastikan lakukan rujukan ke FKRTL sesuai indikasi medis
dan menangani kasus rujuk balik sesuai standar.
f. Melaksanakan pencatatan dan pelaporan melalui surveilans
yang terintegrasi dengan sistem informasi PTM. Sumber data
berasal dari Posyandu Balita, SDIDTK, Penjaringan Kesehatan
pada anak sekolah, Posbindu, Posyandu Lansia, Pos UKK, dan
lain-lain.
g. Melakukan pembinaan, monitoring dan evaluasi secara
berjenjang dan berkala.

5. Pelaksana
1. Dokter
2. Bidan
3. Perawat
4. Kader terlatih.

6. Capaian Kinerja
Kabupaten/Kota yang melaksanakan deteksi dini gangguan indera
pada ≥ 40% populasi.

7. Rumus Perhitungan
Jumlah warga negara yang mendapat layanan deteksi dini
gangguan penglihatan dan pendengaran.

Jumlah warga negara yang


mendapat layanan deteksi dini
Jumlah kab/kota gangguan penglihatan dan
melakukan detek- pendengaran
x 100%
si dini pada paling = Jumlah seluruh warga negara di
kurang 40 % populasi suatu wilayah

PEDOMAN MANAJEMEN PENYAKIT TIDAK MENULAR 37


8. Nominator
Jumlah warga negara yang mendapat layanan deteksi dini gangguan
penglihatan dan pendengaran.

9. Denominator
Jumlah seluruh warga negara di suatu wilayah.

J. PROGRAM KAMPUS SEHAT


1. Pengertian
a. Program Kampus Sehat merupakan program yang menginte-
grasikan kesehatan dan upaya promosi kesehatan sebagai bagian
dari budaya perguruan tinggi untuk menurunkan prevalensi
penyakit dan faktor risikonya di lingkungan institusi pendidikan
tinggi sehingga tercapai SDM yang unggul tidak hanya cerdas
namun juga sehat.
b. Program ini merupakan sinergitas upaya promotif dan preventif
hidup sehat meliputi 6 kegiatan pokok yaitu :
l Menyediakan lingkungan sehat, aman dan lestari.
l Melaksanakan pencegahan dan pengendalian penyakit.
l Meningkatkan pemahaman perilaku hidup sehat.
l Menerapkan pola makan sehat dengan penerapan gizi
seimbang.
l Meningkatkan aktivitas fisik.
l Menerapkan kawasan “zero tolerance”.
c. Program Kampus Sehat ini dapat juga digunakan sebagai
strategi untuk pencapaian sasaran Standar Pelayanan Minimal.
Sebagian besar sasaran yang mungkin belum ditemukan di UKBM
dan FKTP akan dapat dicapai melalui kegiatan ini.

2. Dasar Hukum / Pedoman


a. Undang-Undang No.36 tahun 2009 tentang Kesehatan.

38 PEDOMAN MANAJEMEN PENYAKIT TIDAK MENULAR


b. Instruksi Presiden No. 1 tahun 2017 Tentang Gerakan Masyarakat
Hidup Sehat.
c. Peraturan Menteri Kesehatan No. 4 tahun 2019 tentang Standar
Pelayanan Minimal bidang Kesehatan.
d. Peraturan Menteri Kesehatan No. 41 tahun 2014 tentang
Pedoman Gizi Seimbang.
e. Peraturan Menteri Kesehatan No. 71 tahun 2015 tentang
Penanggulangan Penyakit Tidak Menular.
f. Peraturan Menteri Ristekdikti No. 44 tahun 2015 tentang Standar
Nasional Pendidikan Tinggi.
g. Pedoman Kampus Sehat.

3. Sasaran
Internal
a. Peserta didik.
b. Staf, meliputi dosen, peneliti, pengelola administratif dan karyawan
pendukung lainnya.
c. Alumni.
d. Penyedia jasa layanan, seperti kantin, perpustakaan, foto kopi,
dan lain-lain.
e. Organisasi intra kampus, seperti organisasi dosen dan karyawan,
serta mahasiswa.

Eksternal
a. Institusi/organisasi terkait upaya pemeliharaan kesehatan
(dinas kesehatan, puskesmas, dan lain-lain).
b. Organisasi/asosiasi/jejaring antar perguruan tinggi.
c. Penyusun kebijakan.
d. Komunitas dan masyarakat sekitar perguruan tinggi.

PEDOMAN MANAJEMEN PENYAKIT TIDAK MENULAR 39


4. Langkah Aksi
a. Institusi Pendidikan Tinggi
l Membangun Komitmen untuk pelaksanaan Program Kampus
Sehat melalui dukungan kebijakan.
l Pembentukan Tim Kampus Sehat yang di SK kan oleh pimpinan
Institusi Pendidikan Tinggi.
l Melakukan analisis situasi untuk mengetahui kondisi dan potensi
yang dimiliki perguruan tinggi/kampus.
l Penyusunan Rencana Kerja.
l Implementasi Kampus Sehat dengan dasar 3 pilar dan 6 kegiatan
pokok.
l Monitoring dan Evaluasi.

b. Dinas Kesehatan Provinsi


l Melakukan identifikasi jumlah Institusi Pendidikan Tinggi di
wilayah masing-masing.
l Melakukan koordinasi dengan Dinas Kesehatan Kabupaten Kota
mengenai sasaran yang akan menjadi binaan masing-masing
Kabupaten/Kota.
l Melakukan pembinaan, monitoring, dan evaluasi pelaksanaan
Program Kampus Sehat secara berkala.

c. Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dan Puskesmas


l Melakukan pembinaan, monitoring, dan evaluasi pelaksanaan
Program Kampus Sehat secara berkala.
l Mengidentifikasi capaian/ cakupan SPM disandingkan dengan
kemungkinan perluasan cakupan di perguruan tinggi.
l Membantu pihak IPT dalam pembentukan posbindu.
l Melakukan koordinasi dengan pihak IPT terkait pencatatan dan
pelaporan hasil deteksi dini FR PTM secara berkala.

40 PEDOMAN MANAJEMEN PENYAKIT TIDAK MENULAR


5. Pelaksana
a. Tim Kampus Sehat Universitas/ Perguruan Tinggi.
b. Tim Kampus Sehat Fakultas.
c. Dinas Kesehatan Provinsi.
d. Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota.

K. PEMBENTUKAN AGENT OF CHANGE


1. Pengertian
a. Pembentukan Agent Of Change (AoC) PTM adalah salah satu
upaya pemberdayaan dan melibatkan masyarakat dalam
pencegahan dan pengendalian faktor risiko PTM melalui
peningkatan AoC untuk dapat menjadi katalisator, memotivasi
serta mendorong perubahan bagi diri, keluarga dan lingkungannya
untuk menerapkan hidup sehat cegah PTM.

b. Kegiatan meliputi :
l Pembekalan/orientasi AoC.
l Pembentukan sarana deteksi dini PTM / Posbindu PTM.
l Sosialisasi, edukasi dan informasi Hidup Sehat Cegah PTM.
l Gerakan pola makan sehat dengan gizi seimbang dan aktifitas
fisik.
l Gerakan deteksi dini PTM secara berkala.

2. Dasar Hukum / Pedoman


a. Instruksi Presiden No. 1 tahun 2017 Tentang Gerakan Masyarakat
Hidup Sehat.
b. Peraturan Menteri Kesehatan No. 41 tahun 2014 tentang
Pedoman Gizi Seimbang.
c. Peraturan Menteri Kesehatan No. 71 tahun 2015 tentang
Penanggulangan Penyakit Tidak Menular.

PEDOMAN MANAJEMEN PENYAKIT TIDAK MENULAR 41


d. Peraturan Menteri Kesehatan No. 84 tahun 2015 tentang
Pedoman Pengembangan Peran Serta Organisasi Kemasyara-
katan Bidang Kesehatan.
e. Peraturan Menteri kesehatan Republik Indonesia No. 65
tahun 2013 tentang Pedoman Pelaksanaan dan Pembinaan
Pemberdayaan Masyarakat Bidang Kesehatan.
f. Peraturan Menteri Kehatan No. 8 Tahun 2019 tentang
Pemberdayaan Masyarakat Bidang Kesehatan.
g. Pedoman Agent of Change.

3. Sasaran
a. Pemerintah dan Pemerintah Daerah
b. Perguruan Tinggi
c. Perusahaan/ Dunia Industri
d. Komunitas Peduli Sehat
e. Organisasi Masyarakat

4. Langkah Aksi
a. Dinas Kesehatan Provinsi
l Membentuk Tim AoC PTM lintas sektor Tingkat Provinsi.
l Memberikan pembekalan/sosialisasi Hidup Sehat Cegah PTM.
l Membentuk jejaring (down line) yang mewakili unsur lintas
sektor yang mau dan mampu memberikan pembekalan kepada
tim/kolaborasi lintas sektor.
l Membentuk sarana deteksi dini PTM di lintas sektor.
l Memastikan kegiatan AoC berjalan berkesinambungan melalui
monev berkala.

b. Dinas Kesehatan Kab/Kota


l Membentuk Tim AoC PTM lintas sektor tingkat Kabupaten/
Kota.

42 PEDOMAN MANAJEMEN PENYAKIT TIDAK MENULAR


l Memberikan pembekalan/sosialisasi Hidup Sehat Cegah PTM.
l Membentuk jejaring (down line) yang mewakili unsur lintas
sektor yang mau dan mampu memberikan pembekalan kepada
tim/kolaborasi lintas sektor.
l Membentuk sarana deteksi dini PTM di lintas sektor.
l Memastikan kegiatan AoC berjalan berkesinambungan melalui
monev berkala.

5. Pelaksana
Seluruh individu yang telah terlatih sebagai Agen Perubahan Faktor
Risiko dan PTM.

PEDOMAN MANAJEMEN PENYAKIT TIDAK MENULAR 43


44 PEDOMAN MANAJEMEN PENYAKIT TIDAK MENULAR
BAB MONITORING DAN
IV EVALUASI

PEDOMAN MANAJEMEN PENYAKIT TIDAK MENULAR 45


Monitoring dan evaluasi dilakukan secara berjenjang dan berkala melalui
kegiatan pembinaan wilayah, pendampingan, pertemuan koordinasi, media
elektronik dan lain-lain. Sistem informasi PTM dapat dianalisa sebagai salah
satu rujukan untuk pengambilan keputusan di wilayah masing-masing.
Hasil monitoring dan evaluasi dilaporkan secara berjenjang dan berkala
paling kurang satu kali per bulan. Diharapkan juga menjadi masukan bagi
pemerintah daerah untuk mendukung program pencegahan dan pengenda-
lian PTM.

Alur pencatatan pelaporan :

DIREKTORAT
P2PTM

ONLINE
UMPAN BALIK DATA AGREGAT
- ANALISIS
- SOLUSI

DINAS KESEHATAN
PROVINSI

ONLINE
DATA AGREGAT

DINAS KESEHATAN
KAB/KOTA

OFFLINE

PUSKESMAS

- OFFLINE
- REAL TIME

POSBINDU

46 PEDOMAN MANAJEMEN PENYAKIT TIDAK MENULAR


LAMPIRAN 1

PEDOMAN MANAJEMEN PENYAKIT TIDAK MENULAR 47


)250021,725,1*'$1(9$/8$6,
3(1&(*$+$1'$13(1*(1'$/,$13(1<$.,77,'$.0(18/$5 3370
',',1$6.(6(+$7$13529,16,

,.(7(5$1*$1',1.(63529,16,

'LQNHV3URYLQVL 

1DPD%LGDQJ 

1DPD6HNVL 

-XPODKWHQDJD\DQJPHQJHOROD3370 

$ODPDW,QVWLWXVL 

1DPD3HWXJDV.RRUGLQDWRU3370 



1R7HOS\DQJELVDGLKXE .RRUGLQDWRU3370 



%XODQGDQWDKXQLPSOHPHQWDVL370 

 \DQJPHODNVDQDNDQPHQJNRRUGLQDVLNDQNHJLDWDQ3370

,,.21',6,3529,16,

-XPODK.DE.RWD 

-XPODK7RWDO3XVNHVPDV EXDK

-XPODK3XVNHVPDV\DQJVXGDKPHQGDSDW3HODWLKDQ3370 

3XVNHVPDV

-XPODK3RVELQGXDNWLI SRVELQGX

48 PEDOMAN MANAJEMEN PENYAKIT TIDAK MENULAR


9.(0,75$$1

.HJLDWDQ

'LLVLELODDGDNHJLDWDQODLQQ\D

PEDOMAN MANAJEMEN PENYAKIT TIDAK MENULAR 49


9,,326%,1'8',:,/$<$+3529,16,
.RQGLVL
%DLN 5XVDN

9,,,-XPODK3XVNHVPDV\DQJPHODNXNDQ3HOD\DQDQ7HUSDGX 3DQGX 370

-XPODK3XVNHVPDV3HODNVDQDDQ3DQGX370

1R7HOS(PDLO

50 PEDOMAN MANAJEMEN PENYAKIT TIDAK MENULAR


LAMPIRAN 2

PEDOMAN MANAJEMEN PENYAKIT TIDAK MENULAR 51


.(0,75$$1

.(*,$7$13370
D .HJLDWDQ

'LLVLELODDGDNHJLDWDQODLQQ\D

52 PEDOMAN MANAJEMEN PENYAKIT TIDAK MENULAR


E'DWD3$1'8370

0HODNVDQDNDQ3$1'8370
1R 1DPD3XVNHVPDV
<$ 7,'$.

F'DWD326%,1'8370
.RQGLVL$ODW3RVELQGX
%DLN 5XVDN

PEDOMAN MANAJEMEN PENYAKIT TIDAK MENULAR 53


54 PEDOMAN MANAJEMEN PENYAKIT TIDAK MENULAR
LAMPIRAN 3

PEDOMAN MANAJEMEN PENYAKIT TIDAK MENULAR 55


WHPSDWWLGXU

KDULPLQJJX

'$7$6'0

I
J
K

56 PEDOMAN MANAJEMEN PENYAKIT TIDAK MENULAR


'$7$3(1'8.81*.(*,$7$13370
3RVWHU WHUVHGLDWLGDNNXUDQJ
-LND<DVHEXWNDQ



/HPEDUEDOLN WHUVHGLDWLGDN
-LND<DVHEXWNDQ



%DQQHU WHUVHGLDWLGDN
-LND<DVHEXWNDQ



/HDÀHW WHUVHGLDWLGDN
-LND<DVHEXWNDQ



)LOPYLGHR370 WHUVHGLDWLGDN
-LND<DVHEXWNDQ



3HGRPDQ-XNQLV3370 WHUVHGLDWLGDN
-LND<DVHEXWNDQ




PEDOMAN MANAJEMEN PENYAKIT TIDAK MENULAR 57


3HQJHQGDOLDQ)DNWRU5LVLNR370

.HWHUVHGLDDQPDWHULLQIRUPDVLGDQHGXNDVL370

0DWHUL

0DWHULODLQQ\DVHEXWNDQ

3HQHUDSDQ.DZDVDQ7DQSD5RNRN .75
-XPODK -XPODK.75
1R 7DWDQDQ <DQJVXGDKPHQHUDSNDQ
7RWDO
 )DV\DQNHV  
 7HPSDWNHUMD  
 7HPSDWEHODMDUPHQJDMDU  
 7HUPSDWEHUPDLQDQDN  
 )DVLOLWDVXPXP  
 $QJNXWDQXPXP  
 7HPSDWLEDGDK  

3HPDQIDDWOD\DQDQ3370

-XPODKWRWDO.XQMXQJDQ3XVNHVPDV
-XPODKWRWDONXQMXQJDQ370
-XPODKSHQ\XOXKDQ370
-XPODKUXMXNDQ370
-XPODKUXMXNEDOLN370

58 PEDOMAN MANAJEMEN PENYAKIT TIDAK MENULAR


.HJLDWDQ3370GL3XVNHVPDV

3RVELQGX370GLZLOD\DKNHUMD3XVNHVPDV

.RQGLVL$ODW
1R 3XVNHVPDV -XPODK3RVELQGX 3RVELQGX
%DLN 5XVDN

PEDOMAN MANAJEMEN PENYAKIT TIDAK MENULAR 59


60 PEDOMAN MANAJEMEN PENYAKIT TIDAK MENULAR
LAMPIRAN 4

PEDOMAN MANAJEMEN PENYAKIT TIDAK MENULAR 61


,167580(13(1,/$,$1.75
,QVWUXPHQ
1R 7DWDQDQ
,QGLNDWRU <D 7LGDN
 )DV\DQNHV D0HPLOLNL³WDQGD´.DZDVDQ
 7DQSD5RNRN .75
E0HQHUDSNDQLQGLNDWRU
 PXWX.75
 z7LGDNDGDRUDQJ
  PHURNRN
 z7LGDNDGDSXQWXQJ
  URNRN
F7LGDNDGDSHQMXDODQ
 URNRNGLGDODPQ\D
G7LGDNDGDLNODQODPEDQJ
 URNRNGLVHNLWDUQ\D

 7HPSDW.HUMD D$GD³WDQGD´GLODUDQJ
 PHURNRN
E7LGDNDGDRUDQJPHURNRN
F3HQMXDODQURNRNWLGDN
 GLSDMDQJGLVSOD\
G7LGDNDGDSXQWXQJURNRN
H7LGDNDGDLNODQODPEDQJ
 URNRNGLVHNLWDUQ\D

 7HPSDW%HODMDU D$GD³WDQGD´.DZDVDQ
0HQJDMDU  7DQSD5RNRN .75
E7LGDNDGDRUDQJPHURNRN
F7LGDNDGDSXQWXQJURNRN
G7LGDNDGDSHQMXDODQ
 URNRNGLDUHDQ\D
H7LGDNDGDLNODQODPEDQJ
 URNRNGLVHNLWDUQ\D

 7HPSDWEHUPDLQDQDN D$GD³WDQGD´NDZDVDQ
 WDQSDURNRN
E7LGDNDGDRUDQJPHURNRN
F7LGDNDGDSXQWXQJURNRN
G7LGDNDGDSHQMXDODQ
 URNRNGLVHNLWDUQ\D
H7LGDNDGDLNODQODPEDQJ
 URNRNGLVHNLWDUQ\D

62 PEDOMAN MANAJEMEN PENYAKIT TIDAK MENULAR


 )DVLOLWDV8PXP D$GD³WDQGD´GLODUDQJ
 PHURNRN
E7LGDNDGDRUDQJPHURNRN
F3HQMXDODQURNRNWLGDN
 GLSDMDQJGLVSOD\
G7LGDNDGDSXQWXQJURNRN
H7LGDNDGDLNODQODPEDQJ
 URNRN

 $QJNXWDQ8PXP D$GD³WDQGD´GLODUDQJ
 PHURNRN
E7LGDNDGDRUDQJPHURNRN
F3HQMXDODQURNRNWLGDN
 GLSDMDQJGLVSOD\
G7LGDNDGDSXQWXQJURNRN
H7LGDNDGDLNODQODPEDQJ
 URNRN

 7HPSDW,EDGDK D$GD³WDQGD´NDZDVDQ
 WDQSDURNRN
E7LGDNDGDRUDQJPHURNRN
F7LGDNDGDSXQWXQJURNRN
F7LGDNDGDSHQMXDODQ
 URNRNGLDUHDQ\D
G7LGDNDGDLNODQODPEDQJ
 URNRN

$SDELODWHUGDSDWVDODKVDWXMDZDEDQ³WLGDN´SDGDWDWDQDQWHUVHEXWPDNDGLNDWHJRULNDQ
VHEDJDLWDWDQDQ\DQJEHOXPPHQHUDSNDQ.75

PEDOMAN MANAJEMEN PENYAKIT TIDAK MENULAR 63


64 PEDOMAN MANAJEMEN PENYAKIT TIDAK MENULAR
LAMPIRAN 5

PEDOMAN MANAJEMEN PENYAKIT TIDAK MENULAR 65


)RUP,VLDQ7LQJNDW3URYLQVL

66
5(.$3'$7$6(%$5$1680%(5'$<$'(7(.6,',1,.$1.(5/(+(55$+,0'$1.$1.(53$<8'$5$',7,1*.$73529,16,

1DPD3URYLQVL

6WDWXV'HWHNVL'LQL ,9$ -XPODK3XVNHVPDV -XPODK6'07HUODWLK,9$


1R 1DPD.DEXSDWHQ.RWD 6$'$1,6 7HUODWLK,9$ 6$'$1,6
-XPODK6HEDUDQ.ULRWHUDSL
6$'$1,6
7HUODWLK %HOXP7HUODWLK %LGDQ 'RNWHU 'LQNHV.DE.RWD 3XVNHVPDV

PEDOMAN MANAJEMEN PENYAKIT TIDAK MENULAR


LAMPIRAN 6

PEDOMAN MANAJEMEN PENYAKIT TIDAK MENULAR 67


68
)2502))/,1(6859(,/$16,370
',,6,2/(+326%,1'8).73 ',,6,2/(+).73
,GHQWLWDV3HVHUWD 5LZD\DW3HQ\DNLW7LGDN0HQXODU3DGD.HOXDUJD 5LZD\DW3HQ\DNLW7LGDN0HQXODU3DGD'LUL6HQGLUL :$:$1&$5$ 7HNDQDQ'DUDK ,07 3HPHULNVDDQ 'LDJQRVD

%HQMRODQ 5LZD\DW +DVLO


7DQJJDO 3DS
1R 3HPHULNVDDQ 1R.73 1DPD3DVLHQ 7DQJJDOODKLU -HQLV.HODPLQ $JDPD $ODPDW 1R7HOS+3 3HQGLGLNDQ 3HQ\DNLW 3HQ\DNLW 3HQ\DNLW 3HQ\DNLW 3HQ\DNLW 3HQ\DNLW .ROHVWHURO %HQMRODQ 3HQ\DNLW 3HQ\DNLW 3HQ\DNLW 3HQ\DNLW 3HQ\DNLW 3HQ\DNLW .ROHVWHURO .XUDQJ .XUDQJ .RQVXPVL 7LQJJL %HUDW /LQJNDU %HQMRODQ 5XMXN $EQRUPDO 3HPHULN 3HULNVD .ULRWHUDSL 'LDJQRVD 'LDJQRVD 'LDJQRVD 'LDJQRVD 'LDJQRVD 5XMXN56
7HUDNKLU 3HNHUMDDQ 6WDWXV *RORQJDQ
'DUDK (PDLO *XOD .ROHVWHURO 3D\XGDUD ).73 6PHDU
'LDEHWHV +HSDWLWLV -DQWXQJ 6WURNH $VPD .DQNHU 7LQJJL 3D\XGDUD 'LDEHWHV +HSDWLWLV -DQWXQJ 6WURNH $VPD .DQNHU 7LQJJL 0HURNRN $NWLYLWDV 6D\XUDQ $ONRKRO 6LVWRO 'LDVWRO %DGDQ &P %DGDQ .J 3HUXW &P 3D\XGDUD VDDQ,9$ ,9$
)LVLN %XDK























PEDOMAN MANAJEMEN PENYAKIT TIDAK MENULAR































LAMPIRAN 7

PEDOMAN MANAJEMEN PENYAKIT TIDAK MENULAR 69


70 PEDOMAN MANAJEMEN PENYAKIT TIDAK MENULAR
LAMPIRAN 8

PEDOMAN MANAJEMEN PENYAKIT TIDAK MENULAR 71


72 PEDOMAN MANAJEMEN PENYAKIT TIDAK MENULAR
PEDOMAN MANAJEMEN PENYAKIT TIDAK MENULAR 73
74 PEDOMAN MANAJEMEN PENYAKIT TIDAK MENULAR
PEDOMAN MANAJEMEN PENYAKIT TIDAK MENULAR 75
76 PEDOMAN MANAJEMEN PENYAKIT TIDAK MENULAR
PEDOMAN MANAJEMEN PENYAKIT TIDAK MENULAR 77
78 PEDOMAN MANAJEMEN PENYAKIT TIDAK MENULAR
LAMPIRAN 6
)2502))/,1(6859(,/$16,370
',,6,2/(+326%,1'8).73 ',,6,2/(+).73
,GHQWLWDV3HVHUWD 5LZD\DW3HQ\DNLW7LGDN0HQXODU3DGD.HOXDUJD 5LZD\DW3HQ\DNLW7LGDN0HQXODU3DGD'LUL6HQGLUL :$:$1&$5$ 7HNDQDQ'DUDK ,07 3HPHULNVDDQ 'LDJQRVD

%HQMRODQ 5LZD\DW +DVLO


7DQJJDO 3DS
1R 3HPHULNVDDQ 1R.73 1DPD3DVLHQ 7DQJJDOODKLU -HQLV.HODPLQ $JDPD $ODPDW 1R7HOS+3 3HQGLGLNDQ .XUDQJ .XUDQJ .RQVXPVL %HQMRODQ 5XMXN $EQRUPDO 3HPHULN 3HULNVD .ULRWHUDSL 'LDJQRVD 'LDJQRVD 'LDJQRVD 'LDJQRVD 'LDJQRVD 5XMXN56
7HUDNKLU 3HNHUMDDQ 6WDWXV *RORQJDQ (PDLO 3HQ\DNLW 3HQ\DNLW 3HQ\DNLW 3HQ\DNLW 3HQ\DNLW 3HQ\DNLW .ROHVWHURO %HQMRODQ 3HQ\DNLW 3HQ\DNLW 3HQ\DNLW 3HQ\DNLW 3HQ\DNLW 3HQ\DNLW .ROHVWHURO 7LQJJL %HUDW /LQJNDU
*XOD .ROHVWHURO 3D\XGDUD ).73 6PHDU
'DUDK 'LDEHWHV +HSDWLWLV -DQWXQJ 6WURNH $VPD .DQNHU 7LQJJL 3D\XGDUD 'LDEHWHV +HSDWLWLV -DQWXQJ 6WURNH $VPD .DQNHU 7LQJJL 0HURNRN $NWLYLWDV 6D\XUDQ $ONRKRO 6LVWRO 'LDVWRO %DGDQ &P %DGDQ .J 3HUXW &P 3D\XGDUD VDDQ,9$ ,9$
)LVLN %XDK



















































LAMPIRAN 7
LAMPIRAN 8

Anda mungkin juga menyukai