Anda di halaman 1dari 1

Abses dentoalveolar biasanya terbentuk melalui penyebaran dari lesi karies

gigi dan penyebaran dari bakteri atau pulpa melalui tubulus dentin. Respon
pulpa terhadap infeksi dapat berupa inflamasi akut yang mengenai seluruh
pulpa yang secara cepat menyebabkan nekrosis atau dapat berupa
perkembangan dari abses kronis yang terlokalisir dimana sebagian besar
pulpanya dapat bertahan hidup (2).
Etiologi (3):
– pulpitis
– pasien dengan imunitas yang rendah
– gingivitis
– infeksi postrauma atau infeksi postoperatif
Penyebaran abses dentoalveolar dapat terjadi (2) :
penyebaran secara langsung
– pada jaringan lunak superfisial
– pada daerah sekitar wajah dengan resistensi yang rendah.
– Pada bagian medulla dari tulang alveolar.
penyebaran secara tidak langsung
– melalui jalur limfatik
– melalui jalur hematogenik
Gambaran Klinis (3,4):
nyeri lokal yang berkembang dalam beberapa jam sampai beberapa hari
gigi sensitif terhadap panas dan dingin
demam
ginggiva : berdarah, bengkak, panas, kemerahan
gigi : goyang, lunak, ekstrusi
pembengkakan kelenjar limfe di sekitar leher
infeksi yang lebih serius : trismus, disphagia, gangguan pernafasan
Mortalitas/morbiditas : kematian jarang terjadi dan biasanya terjadi akibat
gangguan pada pernafasan. Morbiditas berhubungan dengan dehidrasi (3).
Ras : tidak ada predileksi yang berhubungan dengan ras (3).
Jenis kelamin : tidak ada predileksi yang berhubungan dengan jenis
kelamin (3).
Usia : abses dental jarang terjadi pada bayi karena abses tidak terbentuk
sampai erupsi gigi. Pada anak-anak, abses periapikal merupakan abses
dental yang paling sering terjadi. Hal ini terjadi karena lapisan enamelnya
yang masih tipis, dan suplai darah gigi susu lebih banyak. Pada orang
dewasa, abses periodontal lebih sering terjadi dibandingkan abses
periapikal (3).

Anda mungkin juga menyukai