Umumnya, gejala herpes di mulut muncul pada anak-anak
usia 1-5 tahun, baik gejala ringan maupun berat. Namun, infeksi virus herpes ini bisa juga tidak menyebabkan gejala pada sebagian orang. Tanda-tanda herpes di mulut dapat diawali dengan munculnya sariawan, tetapisariawan akibat herpes berbeda dengan sariawan biasa. Luka herpes biasanya terlihat melepuh dan terisi cairan yang bisa pecah apabila digaruk. Gejala penyakit herpes labialis (mulut) yang harus diwaspadai adalah sebagai berikut: Kulit di sekitar bibir atau mulut terasa gatal . Bibir tampak bengkak. Luka melepuh (lenting) di sekitar area mulut atau bibir. Bibir atau mulut terasa kesemutan. Sebelum muncul luka pada bibir atau mulut, kemungkinan Anda mengalami gejala mirip flu terlebih dahulu, seperti: Sakit tenggorokan Demam Sakit saat menelan Sebagai catatan, ruam atau luka herpes yang melepuh bisa muncul pada: Gusi Bibir Mulut Tenggorokan Lecet yang ada bisa berkumpul menjadi satu dan membesar Infeksi pertama kali dapat menimbulkan gejala herpes oral yang berat. Saat gejala herpes kambuh atau infeksi kembali aktif, tingkat keparahan gejala akan berkurang dari infeksi pertama. Dengan kata lain, gejala dari herpes oral yang kambuh biasanya lebih ringan. Gejala herpes di mulut dan bibir ini muncul dalam waktu 1-3 minggu setelah terpapar virus dan dapat bertahan hingga 3 minggu sampai akhirnya mereda. Dilansir dari John Hopskin Medicine, gejala bisa kambuh beberapa kali dalam 1 tahun pertama. Pada tahun-tahun selanjutnya, gejala akan lebih jarang kambuh seiring dengan terbentuknya antibodi untuk infeksi HSV-1 di dalam tubuh. Meski begitu, tidak semua pengidap herpes labialis mengalami gejala luka pada kulit saat infeksi pertama. Kapan saya harus periksa ke dokter? Kemungkinan ada gejala yang tidak disebutkan di atas. Jadi, jika Anda mengalami gejala herpes di bibir dan mulut atau khawatir dengan gejala tertentu, segeralah konsultasikan dengan dokter. Anda juga perlu menghubungi dokter Anda jika mengalami: Buang air kecil jadi lebih sedikit dan jarang Mengantuk Lebih cepat marah Mulut kering Jika anak Anda berusia kurang dari 8 minggu dan memiliki luka herpes muncul, segera hubungi dokter. Infeksi parah atau komplikasi herpes labialis juga bisa terjadi pada bayi. Selain itu, orang dengan sistem kekebalan tubuh yang lemah yang mengalami gejala herpes juga perlu segera berkonsultasi dengan dokter. Sistem kekebalan tubuh bertugas untuk melindungi Anda dari infeksi. Ketika sistem imum melemah, otomatis tubuh Anda lebih rentan terkena infeksi atau komplikasi penyakit. Kondisi tubuh orang berbeda-beda, selalu diskusikan dengan dokter untuk mendapatkan diagnosis dan pengobatan terbaik sesuai kondisi Anda. Penyebab herpes labialis Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya, herpes di bibir dan mulut disebabkan oleh virus herpes simpleks tipe 1 (HSV-1). Virus ini berasal dari keluarga virus herpes yang menyebabkan penyakit cacar airdan cacar api (herpes zoster). Saat terinfeksi, virus herpes simpleks ini akan menetap di dalam tubuh seumur hidup.
Virus yang masuk dari kulit bergerak menuju permukaan-sel-
sel saraf untuk memperbanyak diri.
Selanjutnya, virus merusak sel-sel sehat di sekitar kulit dan
saraf sehingga memunculkan gejala luka herpes.
Setelah infeksi pertama, virus akan tinggal dan menetap di
bawah sel-sel saraf tanpa bereplikasi atau memperbanyak diri. Infeksi virus penyebab herpes labialis bisa aktif kapan saja, terutama saat Anda mengalami kondisi sebagai berikut:
Stres Infeksi dari penyakit lain Demam Terpapar sinar ultraviolet secara berlebihan Gangguan menstruasi Efek samping operasi Cara penularan herpes oral
Virus herpes simpleks sendiri terdiri dari 2 jenis, yakni virus
herpes simpleks-1 (HSV-1) dan virus herpes simpleks tipe 2 (HSV-2). Virus herpes simpleks tipe 2 (HSV-2) merupakan penyebab utama herpes genitalyang hanya dapat ditularkan melalui kontak seksual, seperti penetrasi vagina. Sebaliknya, virus penyebab herpes labialis atau HSV-1 dapat ditularkan melalui kontak dekat atau sentuhan pada bagian kulit yang terluka.
Namun, banyak juga yang tertular dari pengidap herpes oral
yang tidak memiliki luka di kulit alias tidak bergejala.
Menurut American Academy of Dermatology, seseorang bisa
tertular herpes labialis dari orang yang terinfeksi melalui: Berciuman Menyentuh kulit seperti mencubit pipi Menggunakan peralatan secara bergantian Pada kasus yang langka, transmisi virus herpes simpleks tipe 1 (HSV-1) juga bisa berlangsung dari ibu ke bayi pada saat melahirkan normal. Risiko penularan akan semakin besar ketika pengidap herpes mengalami gejala luka herpes.
Komplikasi herpes labialis
Komplikasi serius akibat herpes labialis (oral) sebenarnya jarang terjadi. Herpes di mulut atau bibir dapat menyebar ke beberapa bagian tubuh lain, seperti:
Mata (herpes mata). Saat menginfeksi tubuh, virus HSV-1
bisa menyebabkan luka dan gangguan penglihatan pada mata. Jari. Komplikasi ini terjadi saat anak-anak dengan herpes di mulut sering menggigit jari-jarinya. Bagian kulit lain. Komplikasi herpes oral bisa menyebarkan ke bagian kulit pada orang yang memiliki eksim atau dermatitis atopik. Kondisi ini membutuhkan pertolongan medis darurat. Sebagian besar kasus komplikasi lebih sering dialami oleh bayi yang belum dan baru lahir atau orang dengan gangguan sistem imun, termasuk yang terinfeksi HIV atau memiliki kanker.
Faktor risiko herpes di mulut
Setiap orang bisa terjangkit penyakit herpes di bibir atau mulut (oral) ini. Pasalnya, banyak orang dewasa yang terinfeksi tetapi tidak menyadari bahwa mereka bisa menularkan penyakit ini pada orang lain. Namun, beberapa orang memiliki risiko lebih tinggi untuk terinfeksi, terutama saat imunitasnya sedang lemah. Berbagai faktor risiko yang dapat meningkatkan risiko herpes labialis adalah sebagai berikut: Memiliki gangguan sistem kekebalan tubuh. Mengalami infeksi HIV. Memiliki kanker dan menjalani pengobatan kemoterapi. Melakukan hubungan seksual yang tidak aman atau tanpa kondom. Menjalani pengobatan untuk transplantasi organ. Meski memiliki beberapa faktor risiko di atas, bukan berarti Anda pasti akan terkena penyakit herpes labialis ini. Supaya lebih jelas, sebaiknya lakukan pemeriksaan penyakit kelamin untuk memastikan kondisi kesehatan Anda.