Anda di halaman 1dari 8

Jurnal Pangan dan Gizi Vol 03 No.

05 Tahun 2012

PENGEMBANGAN PRODUK LUNPIA DENGAN PENAMBAHAN DAGING


RAJUNGAN DAN ANALISA KELAYAKANNYA
Development the Lunpia Product with Adding of Crab Meat and the Feasibility Analysis

Muhammad Yusuf
Program Studi Teknologi Pangan Universitas Muhammadiyah Semarang
Korespondensi, email: yus_crab@yahoo.com

Abstract
Research on product development lunpia crab is still potential to be studied and developed further. One
of the development effort was tested through the use of swimming crabs (rajungan) became the crab
lunpia product. With the new product is expected to further popularize lunpia as traditional foods of
Semarang and also to promote it. Lunpia product development is the result of laboratory-scale trials
using raw crab with organoleptic tests has an average value of 6.050. Product that has the highest
preference test and became product that is developed with the specification; 0.7 mm skin thickness and
composition of crab 60% by improving the skin to be 1 mm to improve the appearance of the product.
Feasibility analysis indicates that the crab lunpia product development efforts are profitable and
feasible to be developed.

Keyword : crab, product development, crab lunpia

PENDAHULUAN Industri rajungan di Indonesia


didominasi dengan produksi pasteurize crab
Sejalan dengan semakin meningkatnya meat yang memerlukan bahan baku daging
kesejahteraan dan kualitas hidup masyarakat, rajungan yang bermutu tinggi. Daging rajungan
tuntutan konsumen terhadap produk hasil second grade dalam perkembangan saat ini
perikanan yang siap saji serta mempunyai nilai belum banyak dimanfaatkan secara optimal
tambah (value added products) dan terjamin menjadi produk yang memiliki nilai tambah
kualitasnya, baik yang diperdagangkan dalam (value added).
negeri maupun ekspor atau pasar internasional Berdasarkan opportunity yang ada maka
semakin lama semakin meningkat. Hal ini kajian mengenai peluang pengembangan produk
diiringi dengan perubahan gaya hidup dan pola crab lunpia masih sangat berpotensi untuk
konsumsi serta semakin beraneka ragamnya dikaji dan dikembangkan lebih lanjut. Salah
selera konsumen yang menuntut adanya satu upaya pengembangan dicoba melalui
diversifikasi produk baik menurut jenis maupun pemanfaatan rajungan menjadi produk crab
penyajiannya. (Mangunsong, 2001). lunpia. Dengan adanya produk baru tersebut
Rajungan (Portunus pelagicus) diharapkan akan semakin mempopulerkan
merupakan salah satu jenis kepiting dari suku lunpia sebagai makanan khas Kota Semarang
Portunidae yang mempunyai potensi besar dan sekaligus mempromosikan produk lunpia
untuk menjadi komoditas ekspor perikanan crab.
yang penting sebagai penghasil devisa negara
dari sektor non migas atau perikanan, sehingga METODOLOGI
permintaan beberapa tahun belakangan ini, baik Penelitian ini memiliki beberapa tahapan
dari dalam maupun luar negeri mengalami diantaranya; (1) eksperimen dengan uji coba
peningkatan dari tahun ke tahun. dalam mengolah crab lunpia yang dilakukan

49
Jurnal Pangan dan Gizi Vol 03 No. 05 Tahun 2012

pada skala labolatorium (2) analisis kelayakan Analisa Penerimaan Bahan Baku dan
usaha untuk pengembangan jangka panjang. Produk
Pengembangan produk dilaksanakan Dalam mengukur penerimaan produk
dengan sekala kecil di labolatorium Teknologi digunakan analisis kesukaan (Hedonic Scale
Hasil Perikanan Fakultas Perikanan dan Ilmu atau Preference Test) yang bertujuan untuk
Kelautan Universitas Diponegoro. Bahan baku mengetahui respon panelis dan responden
rajungan didapatkan dari second grade hasil terhadap produk crab lunpia pada saat uji coba
pngolahan pabrik rajungan PT Windika Utama produk di labolatorium.
Semarang. Bedasarkan SNI 01-4225.1-1996 yang
Proses uji coba pengolahan crab lunpia dijadikan pedoman dalam Standart Mutu proses
dengan mengacu pada referensi industri rumah pengolahan rajungan, bahan baku rajungan
tangga pengolahan lunpia yang saat ini harus segar dan bersih, bebas dari setiap bau
berkembang dan berproduksi. yang yang menandakan pembusukan, bebas dari
Analisis kelayakan usaha dilakukan tanda dekomposisi dan pemalsuan, bebas dari
untuk produk crab lunpia yang dimaksudkan sifat-sifat alamiah lain yang dapat menurunkan
untuk memberikan gambaran dan perbandingan mutu serta tidak membahayakan bagi kesehatan.
kepada para produsen lunpia untuk dapat Secara organoleptik bahan baku harus
mengembangkan produk crab lunpia. mempunyai karakteristik kesegaran sekurang-
kurangnya sebagai berikut :
Sumber Data  Kenampakan : utuh, bersih, cemerlang, kulit
Data didapatkan dengan cara keras, kokoh dan kuat.
mengumpulkan dari sumber pertamanya melalui  Bau : spesifik rajungan rebus
penilaian dari uji organoleptik, disamping itu dingin.
pengamatan langsung pada uji coba produk.  Tekstur : elastis, padat, kenyal,
Data untuk uji kelayakan usaha diambil dari kompak dan terdapat serat..
sumber pengamatan lapangan yang menjadi
bahan perbandingan untuk feasibility usaha Analisa Kelayakan Usaha
crab lunpia. Alat yang digunakan untuk
menganalisis kelayakan usaha meliputi :
Teknik Pengumpulan Data 1) Net Present Value (NPV)
Teknik dalam pengumpulan data primer Net Present Value (NPV) adalah kriteria
dilaksanakan dengan cara observasi, investasi yang banyak digunakan dalam
dokumentasi dan uji panelis yang dilengkapi mengukur apakah suatu proyek feasible atau
dengan perangkat daftar kuesioner. Observasi tidak. Rumus yang digunakan yaitu :
bahan baku dilakukan pada saat menerima
n
rajungan second ghrad dari industri pengolahan.
Observasi produk dilakukan pada saat
NPV =  NB
i 1
i atau

pembuatan produk baik di laboratorium maupun = PV of Proceed – Investasi


pada saat didistribusikan. Observasi lapangan
(Sumber : Djamin, 1993)
dilakukan untuk mengetahui data-data usaha
lunpia.
Hasil analisis NPV yaitu :

50
Jurnal Pangan dan Gizi Vol 03 No. 05 Tahun 2012

 Apabila nilai NPV lebih besar atau sama (Sumber : Djamin, 1993)
dengan 0 maka proyek layak untuk Hasil analisis B/C ratio yaitu :
dilaksanakan.  Apabila nilai B/C ratio lebih besar dari 1
 Apabila nilai NPV kurang dari 0 maka maka proyek layak untuk dilaksanakan.
proyek tidak layak untuk dilaksanakan.  Apabila nilai B/C ratio lebih kurang dari 1
2) Internal Rate of Return (IRR) maka proyek tidak layak untuk
Internal Rate of Return (IRR) adalah dilaksanakan.
suatu tingkat discount rate yang menghasilkan 4) Perhitungan laba rugi
net present value sama dengan 0 (nol). Rumus Laba rugi = Seluruh pendapatan yang
yang digunakan adalah : diperoleh – (seluruh
pengeluaran + pinjaman
NPV1
IRR = i1   (i2  i1 ) dan bunga + pajak)
NPV1  NPV2
(Sumber : Djamin, 1993)
(Sumber : Djamin, 1993)
HASIL DAN PEMBAHASAN
Dimana :
i1 = tingkat discount rate yang
Hasil Pengembangan Produk (Product
menghasilkan NPV1
Development)
I2 = tingkat discount rate yang
Proses pembuatan produk olahan dengan
menghasilkan NPV2
pengembangan bahan baku rajungan sebagai
Hasil analisis IRR yaitu :
bahan penambah pada produk lunpia adalah
 Apabila nilai IRR lebih besar atau sama
menggunakan sekala home industry. Teknologi
dengan nilai social discount rate (suku
yang digunakan adalah semi modern dimana
bunga yang berlaku di masyarakat) maka
masih magandalkan tenaga manual.
proyek layak untuk dilaksanakan
Penggunaan peralatan penunjang diantaranya ;
 Apabila nilai IRR kurang dari nilai social
(1) kompor elpiji (2) kulkas (3) box frezer (3)
discount rate (suku bunga yang berlaku di
penggorengan elektrik. Box freezer digunakan
masyarakat) maka proyek tidak layak untuk
untuk penyimpanan hasil produksi lunpia pada
dilaksanakan
saat menunggu digoreng, sedangkan kulkas
berfungsi sebagai alat penyimpan bahan baku
3) B/C ratio.
seperti sayuran dan daging rajungan.
B/C ratio adalah perbandingan antara
Proses pengolahan dimulai dari; (1)
net benefit yang telah di discount positif (+)
penyiapan bahan isi lunpia (2) penyiapan kulit
dengan net benefit yang telah di discount
lunpia (3) penggulungan (4) proses akhir
negatif (-). Rumus yang digunakan adalah :
penggorengan produk. Secara lengkap
n
perbedaan perlakuan setiap produk dan alur
 NB ()
i 1
i proses pengolahannya adalah sebagai berikut :
B/C ratio = n atau
 NB()
i 1
Uji Organoleptik Bahan Baku
Hasil uji mutu daging rajungan secara
organoleptik, yaitu suatu metode yang
PV of Pr oceed
= menggunakan panca indera manusia untuk
Investasi

51
Jurnal Pangan dan Gizi Vol 03 No. 05 Tahun 2012

menilai faktor-faktor mutu yang umumnya perlakuan komposisi bahan baku produk
dikelompokkan atas kenampakan (appearance), disajikan pada tabel di bawah ini.
bau (odor), cita rasa (flavor), dan tekstur
(texture) (Wiryanti dan Witjaksosno, 1999). Dari penilaian rata-rata di atas maka
Mutu produk perikanan sebagian besar produk crab lunpia yang terpilih sebagai produk
ditentukan berdasarkan penampilan, yang akan dijadikan uji coba pada tahap
keseragaman, tidak adanya cacat, dan berikutnya atau tahap survei pasar adalah
penyimpangan. Jadi, memiliki karakter yang produk dengan kode CL 3 dengan perlakuan
baik dan normal pada tekstur, flavor dan bau ketebalan kulit 0.7 mm dan komposisi crab 60%
(Winarno, 1993). dengan modifikasi dan penyempurnaan sesuai
Uji organoleptik bahan baku rajungan dari pendapat atau catatan para panelis yaitu :
second grade yang akan digunakan sebagai perlu menghilangkan penyedap rasa supaya
bahan dalam pembuatan produk crab lunpia dan tidak merusak rasa khas rajungan, komposisi
crab nugget dilakukan berdasarkan panduan uji garam dihilangkan, dan ketebalan kulit 1 mm.
mutu daging rajungan. Panduan yang digunakan
biasa untuk menguji penerimaan mutu daging Kelayakan Usaha
rajungan di pabrik untuk bahan baku produk Proyeksi Rugi Laba Usaha
pasteurisasi. Dalam pengamatan diperoleh data Tingkat keuntungan atau profitabilitas
sebagai berikut : dari usaha pengembangan value added produk
Dari data terlihat bahwa daging rajungan crab lunpia merupakan bagian penting untuk
yang digunakan sebagai bahan baku penelitian menentukan kelayakan usaha dan dalam
memiliki nilai rata-rata 6,050. Bahan baku rencana investasi dalam pengembangan sekala
rajungan yang digunakan masih memenuhi komersial. Keuntungan dihitung dari selisih
persyaratan kualitas minimal (nilai 5) yang antara penerimaan dan pengeluaran tiap
layak untuk dikonsumsi dan masih memenuhi tahunnya. Tabel. Di bawah ini menunjukkan
kandungan nutrisi. profitabilitas usaha pengembangan produk crab
Karakteristik daging rajungan yang lunpia.
digunakan sebagai bahan baku adalah sebagai Asumsi pendapatan pada tahun pertama
berikut : kenampakan kurang cemerlang, kurang produk akan terjual 50 % dari total produksi dan
bersih, sedikit berlemi, dan kurang seragam akan meningkat 5 % setiap tahunnya. Asumsi
dengan nilai 5 – 6,5; aroma kurang segar - Peningkatan biaya operasional setiap tahunnya
netral dengan nilai 5 - 6; tekstur cenderung akan meningkat 10 %. Dengan dasar asumsi
kurang kompak, kurang utuh, dan agak basah tersebut hasil perhitungan proyeksi laba rugi
dengan nilai 5 - 6; dan rasa netral - kurang menunjukkan bahwa laba rata-rata per tahun
manis dengan nilai 5 – 6,5. yang akan diperoleh adalah Rp 26.196.179,-
Uji Kesukaan Produk Crab Lumpia dengan profit margin sebesar 25,03 %.
Uji kesukaan terhadap produk crab
lumpia dilakukan oleh 30 orang panelis dengan Proyeksi Kelayakan Usaha
parameter yang diamati adalah penampilan, Untuk mengetahui proyeksi kelayakan
rasa, tekstur, aroma dan konsistensi. Penilaian usaha dilakukan perhitungan B/C ratio, Net B/C
hasil pengujian terhadap seluruh produk crab ratio, Net Present Value (NPV), Internal Rate of
lunpia pada rata-rata penilaian setiap perbedaan Return (IRR) dan Pay Back Period (PBP).

52
Jurnal Pangan dan Gizi Vol 03 No. 05 Tahun 2012

Sebuah usaha berdasarkan kriteria investasi dengan penyempurnaan kulit 1 mm untuk


dikatakan layak jika B/C ratio atau Net B/C memperbaiki
ratio > 1, NPV > 0 dan IRR > discount rate. Di 2) Hasil perhitungan proyeksi laba rugi analisa
bawah ini adalah tabel kelayakan usaha kelayakan usaha crab lunpia menunjukkan
pengembangan produk crab lunpia. bahwa laba rata-rata per tahun Rp
26.196.179,- dengan profit margin sebesar
Hasil perhitungan menunjukkan bahwa 20,03 %.
usaha pengembangan produk olahan rajungan 3) Hasil perhitungan menunjukkan bahwa
produk crab lunpia menguntungkan karena usaha pengembangan produk olahan
pada tingkat suku bunga 17% per tahun net B/C rajungan produk crab lunpia
ratio sebesar 1,93 dan NPV sebesar Rp menguntungkan dan layak untuk dijalankan
11.032.215. Dengan nilai IRR 20,05 % artinya karena pada tingkat suku bunga 17 % per
pengembangan usaha layak dilakukan sampai tahun net B/C ratio sebesar 1,93 dan NPV
pada tingkat suku bunga sebesar 20,05 % per sebesar Rp 11.032.215,- Dengan nilai IRR
tahun. 20,05 %, sedangkan periode PBP
Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa membutuhkan waktu selama 1 tahun 11
jangka waktu pengembalian seluruh biaya bulan 15 hari.
investasi adalah 1 tahun 11 bulan 15 hari.
Dengan demikian usaha memiliki prospek yang
baik dilaksanakan karena jangka waktu DAFTAR PUSTAKA
pengembalian investasi lebih kecil dari periode
Cooper, Donald. R. 1996. “Business Research
5 tahun yang merupakan kategori jangka waktu
Methods”. Metode Penelitian Bisnis.
cepat dalam pengembalian biaya investasi.
Erlangga. Jakarta
KESIMPULAN Djamin, Zulkarnain 1993. “Perencanaan dan
Dengan penelitian pengembangan Analisa Proyek”. Lembaga Penerbit
produk crab lumpia dapat diambil kesimpulan Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia.
berdasarkan hasil uji coba produk dan analisa Jakarta
kelayakan usaha adalah sebagai berikut : Ibrahim, Yacob. 2003. “Studi Kelayakan
1) Produk olahan rajungan dari hasil uji coba Bisnis”. Rineka Cipta. Jakarta.
sekala labolatorium menggunakan bahan Mangunsong, S, 2001. “Produk Bernilai
Tambah (Vallue Added Product ) Di
baku rajungan dengan uji organoleptik
Indonesia”. Direktorat Mutu Dan
memiliki nilai rata-rata 6,050. Bahan baku Pengolahan Hasil. Jakarta
rajungan yang digunakan masih memenuhi
Mason, Robert D. and Lind, Dauglas A. 1996.
persyaratan kualitas minimal (nilai 5) yang “Statistical Techniques in Business and
layak untuk dikonsumsi dan masih Economic” Tehnik Statistik untuk Bisnis
memenuhi kandungan nutrisi. Produk yang dan Ekonomi. Erlangga. Jakarta
memiliki nilai uji kesukaan tertinggi dan Susilowati, Indah. 2006 “Keselarasan Dalam
menjadi produk yang dikembangkan adalah Pemanfaatan dan Pengelolaan
Sumberdaya Perikanan Bagi Manusia dan
crab lunpia dengan spesifikasi ; ketebalan Lingkungan”. Pidato Pengukuhan Guru
kulit 0,7 mm dan komposisi crab 60 % Besar. Badan Penerbit UNDIP. Semarang.

53
Jurnal Pangan dan Gizi Vol 03 No. 05 Tahun 2012

Swastha, Basu. 2005. “Manajemen Pemasaran Terpadu Berdasarkan Konsepsi


Modern”. Liberty. Yogyakarta HACCP. Asosiasi pengolah Hasil
Wiryanti, J dan Witjaksosno HT. 1999. Perikanan Indonesia APEHAPI). Jakarta
Penerapan Program Manajemen Mutu

Tabel 1. Perlakuan Pengolahan Crab Lunpia


Kode. Ketebalan Komposisi
kulit
CL1 0,7 mm Crab 20 %
CL2 0,7 mm Crab 40 %
CL3 0,7 mm Crab 60 %
CL4 1,3 mm Crab 20 %
CL5 1,3 mm Crab 40 %
CL6 1,3 mm Crab 60 %

Tabel 2. Hasil Pengujian Organoleptik Bahan Baku Rajungan


Panelis Mutu Daging Rajungan Secara Organoleptik
Ulangan (1) Ulangan (2) Ulangan (3)
1 6,25 6,25 6,00
2 6,00 6,00 6,00
3 5,50 5,75 5,75
4 6,25 6,00 6,00
5 6,00 5,75 6,00
6 6,50 6,25 6,25
7 6,00 6,25 6,00
8 6,50 6,50 6,25
9 6,25 6,25 6,25
10 5,75 5,50 5,75
Jumlah 60,75 60,50 6,025
Rata- 6,075 6,050 6,025
rata
Rata-rata 6,050
Sumber : diolah dari data primer

54
Jurnal Pangan dan Gizi Vol 03 No. 05 Tahun 2012

Tabel 3. Uji Kesukaan Produk Crab Lunpia

Kode Penilaian Crab Lumpia Rata-


Produk P R A T K Rata

CL 1. 7.8 7.2 7.0 7.4 7.7 7.44

CL 2. 7.4 7.3 7.3 7.5 7.8 7.48

CL 3. 7.4 7.7 7.3 7.6 7.4 7.50

CL 4 7.8 7.3 7.3 7.4 7.6 7.46

CL 5. 7.6 7.5 7.4 7.0 7.7 7.44

CL 6. 7.5 7.4 7.2 7.2 7.5 7.38

Keterangan : P (penampilan), R (rasa), A (aroma), T (tekstur), K (konsistensi)

Tabel 4. Kelayakan Usaha

No Kriteria Kelayakan Nilai


1 Net B/C ratio pada DF 17 % 1,93
2 NPV pada DF 17 % (Rp) 11.032.215
3 IRR (%) 20,05
4 PBP (usaha) 1 tahun 11 bulan
15 hari

55
Jurnal Pangan dan Gizi Vol 03 No. 05 Tahun 2012

RAJUNGAN
(a) 60%
(b) 40%
(c) 20%

BUMBU REBUNG
HALUS CACAH

MIXING
(PENCAMPURARAN)

(1) (2)
GORENG

KULIT KULIT
(0,7 mm) (1,3 mm)

PENGGULUNGAN

PENYIMPANAN

PENGGORENGAN

Gambar 1. Alur Proses Pengolahan dan Perbedaan Perlakuan Produk

56

Anda mungkin juga menyukai