DAFTAR ISI..................................................................................................................i
DAFTAR GAMBAR......................................................................................................ii
2 ENERGI PRIMER...............................................................................................................4
5 BEBAN SISTEM..................................................................................................................7
SOAL-SOAL..............................................................................................................13
Gambar 5. Contoh variasi beban pada hari kerja dan hari libur.................................8
Secara umum sistem tenaga listrik terdiri dari tiga bagian utama, yaitu:
– pembangkitan tenaga listrik,
– penyaluran tenaga listrik dan
– distribusi tenaga listrik.
Sistem tenaga listrik sering pula hanya disebut dengan sistem tenaga, bahkan kadangkala
cukup disebut dengan sistem. Penamaan suatu sistem tenaga biasanya menggunakan daerah
cakupan yang dilayani, misalnya Sistem Jawa Bali berarti sistem tenaga listrik yang mencakup
Pulau Jawa, Madura dan Bali.
Gambar 1 menampilkan ilustrasi hubungan antara elemen- elemen dasar sistem tenaga.
Gambar di atas merupakan penyederhanaan. Pada sistem tenaga yang sesungguhnya dapat
terdiri dari banyak pusat listrik, gardu induk, saluran transmisi, gardu distribusi dan penyulang-
penyulang distribusi yang terhubung secara kompleks.
KEANDALAN
MUTU
Operasi Sistem
Operasi sistem tenaga listrik sering disingkat dengan sebutan operasi sistem, yaitu suatu
proses memasok kebutuhan energi listrik ke seluruh konsumen (distribusi) dengan mengatur
pembangkitan di seluruh sistem dan mengatur penyalurannya melalui sistem penyaluran
tegangan tinggi (ekstra tinggi).
Mengoperasikan sistem pembangkitan dan penyaluran secara rasional dan ekonomis dengan
memperhatikan mutu dan sekuriti (keandalan), sehingga penggunaan tenaga listrik dapat
mencapai daya guna dan hasil guna yang semaksimum mungkin, seperti terlihat pada Gambar
2.
Ekonomi berarti listrik harus dioperasikan seekonomis mungkin, tetapi dengan tetap
memperhatikan keandalan dan mutunya.
Keandalan tenaga listrik adalah kemampuan sistem tenaga listrik dalam menghadapai
gangguan. Sedapat mungkin gangguan di pembangkit maupun transmisi dapat diatasi tanpa
mengakibatkan pemadaman di sisi konsumen.
Sedangkan mutu tenaga listrik adalah mutu tegangan dan frekuensi sesuai dengan batas yang
diijinkan. Batas tegangan adalah +5% hingga –5% untuk sistem 500 kV dan +5% hingga –10%
untuk sistem tegangan lainnya (150kV, 70kV, 30kV). sedangkan batas frekuensi adalah 50,0 ±
0,2 Hz.
2. ENERGI PRIMER
Energi Primer merupakan bahan baku dari alam yang siap digunakan untuk membangkitan
energi listrik. Hingga sekarang PLN menggunakan 5 jenis energi primer, yaitu air untuk PLTA,
bahan bakar minyak (HSD dan MFO) untuk PLTG, PLTG dan PLTU, panas bumi untuk PLTP,
gas alam untuk PLTU, PLTG/ GU, batubara untuk PLTU.
Pembangkit listrik memasok tenaga listrik ke sistem tenaga. Pembangkit listrik terdiri dari
generator dan penggerak mula. Penggerak mula berupa mesin yang memutar poros generator.
Tenaga listrik diperoleh dari generator arus bolak-balik. Generator listrik menghasilkan tenaga
listrik dengan frekuensi tertentu. Generator di sistem tenaga lisrik di Indonesia menggunakan
frekuensi 50 hertz. Kapasitas generator beragam, dari beberapa ratus kW hingga lebih dari
seribu MW.
Berdasarkan peran untuk memenuhi pasokan bagi sistem tenaga listrik, unit pembangkit
biasanya dapat dikategorikan sebagai salah satu dari tiga jenis pembangkit yaitu pembangkit
pemikul beban-dasar (baseload power plant), pembangkit pemikul beban menengah
(intermediate plant) dan atau pembangkit pemikul beban puncak (peaking unit).
Pembangkit dengan 5000 jam operasi rata-rata per tahun (capacity factor > 57%)
disebut pembangkit pemikul beban-dasar. Pembangkit dalam kategori ini memiliki
kapasitas besar, biaya investasi tinggi namun biaya operasi rendah. PLTU didesain
untuk pemikul beban dasar.
Pembangkit dengan jam operasi lebih besar dari 2000 jam per tahun dan lebih kecil dari
5000 jam rata-rata pertahun (23%> capacity factor > 57%) disebut pembangkit pemikul
beban menengah. Pembangkit combined cycled atau dikenal dengan sebutan PLTGU
terikat kontrak gas yang bersifat take or pay (TOP) didesain untuk memikul beban
menengah, fungsi ini cukup efektif ketika menggunakan bahan-bakar minyak karena
mahal, maka dapat di-stop saat sistem tidak memerlukan.
Namun apabila PLTGU menggunakan bahan bakar gas yang terikat dengan kontrak
take or pay (TOP) dimana CF-nya selalu tinggi, maka pembangkit PLTGU tidak dapat
di-stop walaupun sistem sudah tidak membutuhkan, yaitu pada periode diluar waktu
beban puncak, sehingga pembangkit ini akan menekan pembangkit PLTU batubara
sebagai pemikul beban dasar.
Pembangkit pemikul beban puncak dioperasikan untuk memenuhi beban pada waktu
beban maksimum (beban puncak). Periode beban puncak tidak selalu sama. Jam
operasi pembangkit ini kurang dari 2000 jam rata-rata per tahun (capacity factor < 23
%), sehingga pembangkityang dipilih biasanya yang berbiaya kapital rendah. Biaya
operasi jenis pembangkit ini biasanya tinggi, menyebabkan biaya keseluruhan
pembangkitan menjadi tinggi. Pembangkit tenaga (turbin) gas, air, pumped-storage dan
mesin Diesel digunakan sebagai pemikul beban puncak. Gambar 3 menunjukkan
realisasi CF beberapa jenis pembangkit sistem Jawa Bali.
100,00
90,00
80,00
70,00
60,00
% 50,00
40,00
30,00
20,00
10,00
0,00
PLTA PLTP Batubara Gasbumi MFO HSD
Realisasi 25,67 76,39 65,03 51,14 42,74 32,60
NERC 41,11 94,75 53,47 40,36 27,68 10,1
Listrik yang dihasilkan pusat listrik dapat dikirimkan sejauh puluhan hingga ratusan kilometer.
Jika arus mengalir di dalam penghantar maka ada daya yang hilang, artinya daya yang diterima
di ujung penerima lebih kecil daripada yang dikirim. Listrik yang hilang ketika disalurkan disebut
rugi-rugi daya (losses). Penyaluran tenaga listrik pada umumnya dilaksanakan melalui saluran
transmisi tegangan tinggi atau tegangan ekstra tinggi. Penggunaan tegangan yang tinggi pada
penyaluran tenaga listrik dapat mengurangi rugi- rugi daya.
Transformator tenaga pada umumnya terdiri dari dua macam yaitu step up dan step down.
digunakan. Transformator step up digunakan untuk menaikkan tegangan keluaran generator ke
tegangan transmisi, dengan sebutan lain Main Transformer (MTR), trafo unit, trafo generator.
Transformator step down digunakan untuk menurunkan Tegangan tinggi di gardu induk
penerima ke tegangan menengah distribusi 20 kV. Transformator distribusi digunakan untuk
menurunkan tegangan menengah ke tegangan rendah (TR).
Sistem penyaluran tenaga listrik berupa saluran transmisi tegangan tinggi yang digunakan
untuk mengirimkan tenaga listrik dari pembangkit listrik ke Gardu induk (GI), juga digunakan
untuk menghubungkan antar subsistem tenaga .
Sebagian besar saluran transmisi PLN berupa saluran udara (overhead line) dengan nominal
tegangan tinggi 70 kV, 150 kV dan tegangan ekstra tinggi 275 kV dan 500 kV, sebagian kecil
menggunakan kabel tanah tegangan tinggi dan kabel laut tegangan tinggi untuk
menghubungkan antar pulau.
Selain tegangan arus bolak-balik di atas, beberapa sistem tenaga menggunakan saluran
transmisi tegangan tinggi arus searah atau high voltage direct current (HVDC), antara lain
dengan tegangan nominal 1000 kV seperti yang telah direncanakan untuk menghubungkan
pulau Sumatera dan Jawa.
Gardu induk transmisi merupakan fasilitas dimana saluran transmisi berakhir atau
terhubung dengan saluran transmisi lain. Gardu induk transmisi memiliki peralatan untuk
memisahkan sistem tenaga dan untuk melepaskan peralatan yang terganggu atau
peralatan yang akan dipelihara dari sistem tenaga. Tegangan perlu diturunkan sebelum
sampai di konsumen. Oleh sebab itu hampir semua gardu induk transmisi memiliki
transformator tenaga untuk menurunkan tegangan transmisi ke tegangan yang lebih
rendah.
Gardu induk yang tidak memiliki transformator tenaga disebut gardu induk switching,
hanya memiliki peralatan yang diperlukan untuk memisahkan saluran transmisi untuk
pemeliharaan peralatan atau untuk mengisolir daerah yang terganggu.
5. BEBAN SISTEM
Beban sistem tenaga tergantung pada Karakteristik kegiatan komersial, bisnis, industri dan
pemukiman yang juga dipengaruhi oleh keadaan cuaca. Kegiatan-kegiatan khusus keagamaan
dan sosial juga memberi pengaruh pada hari- hari tertentu. Data karakteristik beban dari
kelompok pelanggan yang beragam tersebut akan sangat membantu dalam proses prakiraan
beban sistem tenaga.
Karakteristik beban sistem merupakan gabungan beberapa kelompok pelanggan. Kurva beban
sistem disebut juga kurva beban harian.
Di negeri empat musim belahan bumi utara dan selatan, siklus tingkat pemakaian listrik
mengikuti musim. Pemakaian listrik pada musim panas berbeda dengan pada musim dingin.
Karakteristik beban Sistem Jawa Bali tidak mengenal siklus musim, namun pada periode hari-
hari khusus seperti hari raya Iedul Fitri , Natal dan Tahun Baru pemakaian listrik menurun
seperti ditunjukkan Gambar 5.
Gambar 5. Contoh variasi beban pada hari kerja dan hari libur.
Siklus harian yang lazim pada semua sistem tenaga, Tingkat pemakaian listrik pada hari kerja
lebih tinggi dibanding pada hari libur dan Ahad.
Beban kerap pula diGambarkan dengan kurva lama beban (load duration curve), Kurva
tersebut merupakan data penting yang digunakan dalam teknik simulasi produksi listrik secara
probabilistik. contoh kurva lama beban sistem Jawa bali seperti ditampilkan Gambar 6.
Pengaruh tegangan dan frekuensi pada beban perlu diketahui oleh pengendali operasi sistem
tenaga listrik. Perubahan beban akibat perubahan tegangan dan frekuensi menjadi
pertimbangan dalam pengendalian sistem tenaga. Ketika sistem tenaga mengalami
kekurangan pasokan daya, akan dilakukan “brownout” untuk menurunkan beban sistem,
dengan menurunkan tegangan kerja.
Beban Impedansi
Beban induktif dipengaruh oleh frekuensi sistem. Suatu beban induktif memiliki impedansi Z
R jX, akan mengalami penurunan penyerapan daya nyata (watt).
Pernyataan ini menunjukkan perubahan relatif kecil pada tegangan mengakibatkan perubahan
penurunan daya nyata sebesar dua kalinya. Di dalam hal ini, penurunan tegangan 1 persen
menyebabkan penurunan daya nyata sebesar 2 persen.
Pengaruh Frekuensi
Contohnya jika frekuensi sistem turun 1 % akan menyebabkan kenaikan daya aktif sebesar
0,72 % pada beban impedansi yang memiliki .
Beban Motor
Motor induksi yang paling banyak di dalam kelompok beban motor ini.
Pengaruh tegangan dan frekuensi pada jenis beban ini lebih kompleks untuk dianalisa. Sebagai
perkiraan yang dapat kita gunakan adalah jika tegangan turun sebesar 1 % akan menghasilkan
penurunan beban (daya aktif) sebesar 0,2 %. (*lihat Olle E. Elgerd, “Basic Electric Energy
System”, Mc GrawHill, 1981).
Kompleksitas operasi sistem tenaga yang sederhana misalnya terdiri hanya satu pusat listrik
dan sekumpulan beban di beberapa gardu induk yang dipasoknya belum begitu terasa. Jika
sistem tenaga berkembang menjadi sistem yang semakin besar, maka operasinya pun menjadi
semaklin kompleks. Perkembangan tersebut menuntut kebutuhan pengendalian yang
terkoordinasi. Koordinasi operasi sistem tenaga dilaksanakan dari satu atau beberapa pusat
pengatur (control centre).
Tugas
Fungsi dan peran yang dilakukan pusat pengatur dapat dikelompokkan sebagai berikut :
– Pre-dispatch,
– Dispatch, dan
– Post-dispatch.
Pre-dispatch adalah tahap menentukan kombinasi sumber produksi tenaga listrik dan unit
pembangkitnya yang akan memasok kebutuhan beban sistem beberapa waktu ke depan.
Kegiatan yang dilaksanakan pada pre-dispatch antara lain mencakup :
Pusat pengatur dibedakan atas tugas dan tanggung-jawabnya di dalam melaksanakan operasi
sistem tenaga dan kadang kala dibatasi oleh wilayah yang operasikannya. Pusat pengatur ada
yang melaksanakan tugas manajemen energi atau hanya melaksanakan tugas switching
jaringan tetapi ada pula yang melaksanakan kedua tugas tersebut. Pusat pengatur yang
melaksanakan tugas manajemen energi dan switching jaringan sebagai contoh di Indonesia
adalah Jawa Bali Control Centre (JCC). Area Control Centre (ACC) di Sistem Jawa Bali adalah
contoh pusat pengatur yang melaksanakan switching jaringan saja. Pusat Pengatur Distribusi
(DCC distribution control centre) melakukan switching jaringan distribusi yang dikelolanya
seperti ditunjukkan Gambar 7.
Switching authority
S
500 kV
JCC
500/150 kV
500 kV
S
150 kV 150 kV
ACC
S
150/20 kV
150 kV
20 kV
S
DCC
I. PILIHAN GANDA
1. Yang dimaksud dengan Sistem Tenaga Listrik adalah :
a. Sistem Tenaga Listrik yang terdiri dari motor – generator dan trafo
b. Sistem Tenaga listrik yang terdiri dari pembangkit –distribusi dan beban
c. Sekumpulan Pusat Listrik dan Gardu Induk yang satu sama lain terhubung dengan
Jaringan Transmisi sehingga merupakan sebuah kesatuan Interkoneksi
d. Sekumpulan Gardu Induk dan distribusi yang satu sama lain terhubung dengan
Jaringan Transmisi sehingga merupakan sebuah kesatuan Interkoneksi
7. Yang dimaksud Pusat Listrik beroperasi dengan kondisi Base Load adalah :
10. Peralatan Pendukung operasi sistem tenaga listrik yaitu telekomunikasi yang
menggunakan media udara dan kabel, apakah fungsi peralatan tersebut :
11. Apa yang dimaksud unit Pembangkit beroperasi sebagai peak saving :
a. Turbin diesel
b. Turbin gas
c. Turbin uap
d. Turbin air
a. Daya nyata konsumsi beban lebih kecil dari daya nyata pembangkitan
b. Daya nyata konsumsi beban lebih besar dari daya nyata pembangkitan
c. Daya nyata pembangkitan lebih besar dari daya nyata konsumsi beban
d. Ketiga jawaban benar semua
II. Uraian
1. Sebutkan dan Jelaskan komponen utama sistem tenaga listrik?
3. Sebutkan dan jelaskan jenis energi primer yang dipergunakan oleh PLN?