Anda di halaman 1dari 5

PENGGUNAAN BAHASA INDONESIA PADA LAYANAN UMUM

DAN LAYANAN NIAGA


Penggunaan Bahasa Indonesia dalam era globalisasi in sangat penting. Hal ini
mengingat bahwa masalah kebahasaan di Indonesia sangat rumit. Indonesia memiliki lebih
dari 728 bahasa daerah. Bahasa-bahasa daerah itu hidup, berkembang, dan dipergunakan
secara terus menerus oleh penuturnya. Selain itu, penduduk Indonesia mempelajari bahasa
asing. Walaupun kedudukan dan fungsi bahasa daerah dan bahasa asing itu sudah diatur
penggunaannya, tetap saja pemakaian bahasa daerah dan bahasa asing (Inggris) dipergunakan
semaunya oleh pemakainya.
Kenyataan itu akan menyudutkan penggunaan bahasa Indonesia. Kalau bahasa
Indonesia tidak segera diatur penggunaannya, bahasa Indonesia tidak akan mampu
menunjukkan gengsinya, baik di negara sendiri (nasional) maupun internasional.

Untuk pemilihan bahasa nonformal tidaklah perlu dipermasalahkan. Penggunaan


bahasa Indonesia yang bercampur kode dengan bahasa gaul, prokem, slang, ataupun bahasa
daerah selagi tidak dipakai dalam situasi formal tidaklah perlu dirisaukan. Namun, yang
menjadi kerisauan kalau ragam formal bahasa Indonesia (baku) itu digunakan tidak
sebagaimana mestinya. Penggunaan Bahasa Indonesia formal terdapat di pidato kenegaraan,
rapat dinas, surat-menyurat dinas, ceramah keagamaan, buku pelajaran, karya ilmiah. Sesuai
dengan laju perkembangan dunia yang global, bahasa Indonesia baku juga harus digunakan
pada layanan umum dan layanan niaga. Hal ini disebabkan layanan umum dan layanan niaga
merupakan salah satu bentuk untuk penyebaran penggunaan bahasa Indonesia. Jadi,
penggunaan bahasa Indonesia baku dalam layanan masyarakat dan layanan niaga akan
memberikan fungsi pemersatu dan prestise.
Penggunaan Bahasa Indonesia formal akan dibakukan pemerintah Rancangan
Undang-Undang Kebahasaan. Rancangan itu untuk melegalkan perlindungan terhadap bahasa
Indonesia, terutama dalam situasi formal. Walaupun Rancangan Undang-Undang Kebahasaan
itu sudah disosialisasikan ke berbagai daerah. Penggunaan bahasa Indonesia pada layanan
umum dan layanan niaga yang dipampangkan di tempat umum masih terdapat kesalahan.

Pada bab III pasal 19 butir (5) Rancangan Undang-Undang Kebahasaan, informasi
layanan umum dan/atau layanan niaga yang berupa rambu, penunjuk jalan, spanduk, papan
iklan, brosur, katalog, dan sejenisnya wajib menggunakan bahasa Indonesia. Ini berarti bahwa
pada situasi itu pemakai bahasa harus menggunakan bahasa Indonesia.
Menurut masyarakat kita umumnya, bahasa Indonesia adalah bahasa untuk ilmu
pengetahuan, teknologi, dan ekonomi atau perdagangan. Sementara untuk urusan-urusan seni,
kebudayaan, dan kehidupan keluarga, orang-orang Indonesia lebih senang menggunakan
bahasa daerah sehari-hari. Hal tersebut berlaku juga di media massa dan media iklan.
Penggunaan bahasa Indonesia pada media massa, media iklan dan luar ruang kini banyak
menggunakan bahasa asing, terutama Inggris. Pendapat ini mengisyaratkan bahwa jika
penggunaan bahasa Indonesia tidak segera ditertibkan, akan mempengaruhi perkembangan
bahasa Indonesia
A. Penggunaan Bahasa Indonesia pada Layanan Umum Penunjuk Jalan Raya,
Rambu-Rambu Lalu Lintas

Penggunaan bahasa Indonesia pada penunjuk jalan dan rambu-rambu lalu lintas
sebagian besar sudah mengikuti kaidah. Untuk penunjuk jalan, penulisan kata sudah benar,
misal nama daerah/wilayah sudah menggunakan huruf kapital yang diikuti dengan tanda.
Selain itu, ada juga tulisan yang menunjukkan arah sudah cukup komunikatif,
seperti lurus boleh langsung belok kiri langsung. Untuk jalan protokol, jalan raya,
penggunaan bahasa Indonesia sudah benar, seperti Jl. Soekarno Hatta, Jl. Rajawali, sedangkan
penulisan nama jalan yang agak kecil masih ada yang salah, tidak menggunakan tanda titik
setelah singkatan, seperti Jl Mbah Pinatih, Jln Bunga, jalan Kopi. Di samping itu, terdapat
juga penujuk jalan yang menggunakan bahasa Indonesia dan daerah, seperti LURUS
MENTOK!. Berikut contoh untuk Penunjuk Jalan Raya, Rambu-Rambu Lalu Lintas yang
menggunakan bahasa daerah :

B. Penggunaan Bahasa Indonesia pada Spanduk

Spanduk merupakan sarana efektif komunikasi. Oleh karena itu, di setiap tempat
yang dianggap strategis, spanduk selalu terpasang. Tuajuan pemasangan spanduk juga
bermacam-macam seperti menawarkan produk, imbauan, sosial,dan lain-lain.
Selain untuk memenuhi kepentingan pemilik, penggunaan spanduk seharusnya juga
memiliki nilai pendidikan bagi masyarakat. Setidaknya ada dua hal yang perlu diperhatikan
agar spanduk berfungsi mendidik masyarakat yakni sesuai peraturan, perizinan, dan
penggunaan kaliamt sesuai norma yang berlaku.
Penggunaan bahasa Indonesia pada spanduk masih terdapat banyak kesalahan,
terutama spanduk yang berisi propaganda, seperti pada iklan rokok, pulsa isi ulang dari
berbagai merk. Pada spanduk propaganda jenis ini penggunaan bahasa non baku dan bahasa
asing sangat dominan.
Berikut contoh untuk spanduk yang membuat orang tertarik :

Berikut contoh untuk spanduk yang menggunakan kata nonbaku :

C. Penggunaan Bahasa Indonesia pada Papan Iklan


Papan iklan adalah papan yang berukuran besar ditempatkan di luar ruang (ruang
terbuka) dan berfungsi untuk menempatkan iklan. Penggunaan bahasa Indonesia pada papan
iklan hanya sebagian kecil mengikuti kaidah. Sebagian besar papan iklan yang diletakkan di
luar ruang itu umumnya menggunakan bahasa nonbaku dan bahasa Inggris. Apalagi iklan
rokok masih banyak menggunakan kosakata bahasa Inggris, sedangkan iklan kartu telepon
pada umumnya menggunakan bahasa nonbaku seperti kata nelpon, banget, sampe. Contoh
papan iklan yang menggunakan kosakata bahasa Inggris :

Contoh papan iklan kartu selular yang menggunakan kosakata bahasa nonbaku :

Simpulan dari bahasan di atas adalah penggunaan Bahasa Indonesia di layanan


umum dan niaga masih menggunakan kata tak baku. Namun, di sisi lain, penggunaan
kalimat-kalimat menarik diatas mampu memikat konsumen. Konsumen bakal memilih suatu
produk jika produsen mampu membuat iklan dengan menarik. Menurut saya, iklan tersebut
tak dapat dicegah karena sudah menjadi kewajaran jika penjual menawarkan/mengiklankan
barang dengan kata-kata yang menarik dan aneh supaya barangnya laku. Meski begitu,
masyarakat jangan menelan mentah-mentah kalimat iklan tersebut. Mereka harus tahu kalau

bahasa yang dipakai mereka merupakan bahasa tak baku. Oleh karena itu, pemerintah
memiliki peran penting dalam mencerdaskan masyarakat terhadap bahasa baku.

Anda mungkin juga menyukai