Pada bab III pasal 19 butir (5) Rancangan Undang-Undang Kebahasaan, informasi
layanan umum dan/atau layanan niaga yang berupa rambu, penunjuk jalan, spanduk, papan
iklan, brosur, katalog, dan sejenisnya wajib menggunakan bahasa Indonesia. Ini berarti bahwa
pada situasi itu pemakai bahasa harus menggunakan bahasa Indonesia.
Menurut masyarakat kita umumnya, bahasa Indonesia adalah bahasa untuk ilmu
pengetahuan, teknologi, dan ekonomi atau perdagangan. Sementara untuk urusan-urusan seni,
kebudayaan, dan kehidupan keluarga, orang-orang Indonesia lebih senang menggunakan
bahasa daerah sehari-hari. Hal tersebut berlaku juga di media massa dan media iklan.
Penggunaan bahasa Indonesia pada media massa, media iklan dan luar ruang kini banyak
menggunakan bahasa asing, terutama Inggris. Pendapat ini mengisyaratkan bahwa jika
penggunaan bahasa Indonesia tidak segera ditertibkan, akan mempengaruhi perkembangan
bahasa Indonesia
A. Penggunaan Bahasa Indonesia pada Layanan Umum Penunjuk Jalan Raya,
Rambu-Rambu Lalu Lintas
Penggunaan bahasa Indonesia pada penunjuk jalan dan rambu-rambu lalu lintas
sebagian besar sudah mengikuti kaidah. Untuk penunjuk jalan, penulisan kata sudah benar,
misal nama daerah/wilayah sudah menggunakan huruf kapital yang diikuti dengan tanda.
Selain itu, ada juga tulisan yang menunjukkan arah sudah cukup komunikatif,
seperti lurus boleh langsung belok kiri langsung. Untuk jalan protokol, jalan raya,
penggunaan bahasa Indonesia sudah benar, seperti Jl. Soekarno Hatta, Jl. Rajawali, sedangkan
penulisan nama jalan yang agak kecil masih ada yang salah, tidak menggunakan tanda titik
setelah singkatan, seperti Jl Mbah Pinatih, Jln Bunga, jalan Kopi. Di samping itu, terdapat
juga penujuk jalan yang menggunakan bahasa Indonesia dan daerah, seperti LURUS
MENTOK!. Berikut contoh untuk Penunjuk Jalan Raya, Rambu-Rambu Lalu Lintas yang
menggunakan bahasa daerah :
Spanduk merupakan sarana efektif komunikasi. Oleh karena itu, di setiap tempat
yang dianggap strategis, spanduk selalu terpasang. Tuajuan pemasangan spanduk juga
bermacam-macam seperti menawarkan produk, imbauan, sosial,dan lain-lain.
Selain untuk memenuhi kepentingan pemilik, penggunaan spanduk seharusnya juga
memiliki nilai pendidikan bagi masyarakat. Setidaknya ada dua hal yang perlu diperhatikan
agar spanduk berfungsi mendidik masyarakat yakni sesuai peraturan, perizinan, dan
penggunaan kaliamt sesuai norma yang berlaku.
Penggunaan bahasa Indonesia pada spanduk masih terdapat banyak kesalahan,
terutama spanduk yang berisi propaganda, seperti pada iklan rokok, pulsa isi ulang dari
berbagai merk. Pada spanduk propaganda jenis ini penggunaan bahasa non baku dan bahasa
asing sangat dominan.
Berikut contoh untuk spanduk yang membuat orang tertarik :
Contoh papan iklan kartu selular yang menggunakan kosakata bahasa nonbaku :
bahasa yang dipakai mereka merupakan bahasa tak baku. Oleh karena itu, pemerintah
memiliki peran penting dalam mencerdaskan masyarakat terhadap bahasa baku.