Anda di halaman 1dari 17

Mata Pelajaran 2

SOP DAN PENERAPAN


K2/K3
2. SOP DAN PENERAPAN K2/K3

TUJUAN PELAJARAN : Setelah mengikuti pembelajaran ini peserta mampu


memahami tentang cara pembuatan SOP dan
komponen – komponen dalam SOP serta regulasi –
regulasi terkait K2/K3 beserta cara penerapannya
dengan baik

DURASI : 4 JP

PENYUSUN : 1. M. Syamsudin
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ..............................................................................................................................ii

DAFTAR GAMBAR ..................................................................................................................iii

DAFTAR TABEL .....................................................................................................................iiv

2.1 STANDING OPERATION PROCEDURE (SOP) ...............................................................1

2.1.1 Pengertian SOP ....................................................................................................1

2.1.2 Tujuan SOP ..........................................................................................................1

2.1.3 Komponen Dalam SOP .........................................................................................1

2.1.4 Pembuatan SOP ...................................................................................................3

2.2 PENERAPAN K2/K3 ........................................................................................................5

2.2.1 Pengertian.............................................................................................................5

2.2.2 Tujuan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) ....................................................6

2.2.3 Kewajiban dan Hak Tenaga Kerja ........................................................................6

2.2.4 Kecelakaan Kerja .................................................................................................7

2.2.5 Keselamatan Dalam Bekerja .............................................................................10

Simple, Inspiring, Performing, Phenomenal ii


DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Urutan Proses Terjadinya Kecelakaan ..................................................................... 7

Simple, Inspiring, Performing, Phenomenal iii


DAFTAR TABEL

Tabel 1. Tegangan sentuh maksimum yang dapat ditahan manusia. ....................................... 11

Tabel 2. Korelasi antara daya tahan terhadap arus dan waktu ................................................ 11

Tabel 3. Kepekaan terhadap kejutan listrik secara kontinyu ..................................................... 12

Simple, Inspiring, Performing, Phenomenal iv


SOP DAN PENERAPAN K2/K3

2.1 Standing Operation Procedure (SOP)

2.1.1 Pengertian SOP

Adalah suatu bentuk ketentuan tertulis berisi prosedur / langkah-langkah kerja yang
dipergunakan untuk melaksanakan suatu kegiatan.

Dalam bahasa Indonesia SOP disebut dengan Prosedur Tetap dan disingkat Protap.
SOP Pengoperasian kubikel 20 KV berarti ketentuan tentang prosedur / langkah – langkah
kerja untuk mengoperasikan kubikel 20 kV pada pengoperasian instalasi atau jaringan
distribusi 20 KV.

SOP dalam pengoperasian Sistem Jaringan Distribusi dan peralatan berikut petugasnya, terdiri
dari :

 SOP Sistem Jaringan Distribusi


 SOP Komunikasi dan
 SOP Lokal Jaringan Distribusi.

2.1.2 Tujuan SOP

Pengoperasian JaringanDistribusi berarti membuat peralatan yang ada di jaringan bekerja atau
tidak bekerja, dialiri arus listrik atau dipadamkan dari aliran arus listrik. Dampak dari
pengoperasian tersebut diharapkan manfaat penggunaan energi listrik yang dialirkan dapat
digunakan sesuai keperluannya.

Tetapi bila pengoperasian dilakukan tidak benar, maka listrik dapat menimbulkan bahaya baik
pada peralatan, lingkungan sampai pada personil yang mengoperasikan maupun orang lain.

Penerapan SOP bertujuan untuk mendapatkan hasil kerja yang maksimal, tetapi menghindari
adanya resiko yang negatif.

2.1.3 Komponen Dalam SOP


Beberapa komponen penting yang tertulis pada SOP antara lain :

Simple, Inspiring, Performing, Phenomenal 1


2.1.3.1 Pihak Yang Terkait
Yaitu pihak-pihak yang berkepentingan dan terkena dampak akibat
pengoperasian/pemeliharaan jaringan distribusi. Keterkaitan ini dilakukan dalam bentuk
komunikasi yang dilakukan dapat berupa tertulis / surat ataupun komunikasi langsung / lisan
bertujuan agar semua pihak berkoordinasi dapat mengantisipasi terjadinya kondisi kurang
aman atau mencegah kerusakan material akibat dioperasikannya jaringan distribusi. Dalam
berkomunikasi baik lisan maupun tertulis dibuat berupa format yang standar untuk mencegah
kesalahan presepsi dari pihak-pihak yang terkait . Waktu berkomiunikasi / berkoordinasi yang
digunakan selalu pada batas standar agar dalam mengambil keputusan tidak berlarut-larut.

Di operasional distribusi, pengaturan tentang berkomunikasi ini dibuat menjadi SOP


Komunikasi.
 Pihak yang terkait pada pengoperasian jaringan distribusi antara lain :
Untuk instalasi jaringan distribusi baru beberapa pihak yang terkait antara lain, team
Komisioning , Pengatur Distribusi / Piket Pengatur, Konsumen. Berkoordinasi dengan
team komisioning adalah untuk mengetahui dan memastikan bahwa instalasi jaringan
distribusi yang akan dioperasikan dalam keadaan aman. Berkoordinasi dengan
Pengatur Distribusi / Piket Pengatur adalah agar keadaan jaringan dipastikan siap
dibebani atau dipadamkan maupun aman dari adanya kecelakaan kerja bagi personil
di lokasi pengoperasian jaringan distribusi dimaksud maupun di luar lokasi yang
berhubungan dengan jaringan yang akan dioperasikan. Sedangkan berkoordinasi
dengan Konsumen bertujuan agar konsumen tahu akan adanya listrik di tempat
konsuman dan segera memanfaatkannya. Selain itu agar konsumen mengantisipasi
hal-hal yang mungkin dapat menyebabkan kecelakaan akibat listrik.
 Untuk instalasi lama beberapa pihak yang terkait antara lain, Pengatur Distribusi /
Piket Pengatur, Pihak Pemeliharaan, Pelayanan Pelanggan dan Konsumen.
Berkoordinasi dengan Pengatur Distribusi dan Konsumen tujuannya adalah sama
dengan pengoperasian Instalasi jaringan distribusi baru. Berkoordinasi dengan pihak
pemeliharaan adalah untuk mengetahui maksud / tujuan pengoperasian termasuk
pemadaman jaringan distribusi, lama waktu dipeliharanya dan kondisi jaringan
distribusi pasca pemeliharaan. Sedangkan berkoordinasi dengan Pihak Pelayanan
Pelanggan adalah berkaitan dengan pemberitahuan formal kepada Pelanggan akan
adanya pemadaman / pengoperasian jaringan .

Simple, Inspiring, Performing, Phenomenal 2


2.1.3.2 Perlengkapan Kerja
Perlengkapan kerja untuk meleksanakan pengoperasian jaringan distribusi dengan baik dan
aman harus dipenuhi spesifikasi dan jumlahnya. Memaksakan bekerja dengan peralatan
seadanya berarti mengabaikan adanya resiko bahaya kecelakaan dan kerusakan yang bakal
terjadi. Pemeriksaan terhadap jumlah dan kondisi perlengkapan kerja harus dilakukan secara
rutin.
Yang dimaksud dengan perlengkapan kerja adalah sebagai berikut :
 Perkakas kerja
 Alat bantu kerja
 Alat Ukur
 Alat Pelindung Diri ( APD ) atau Alat K3
 Berkas Dokumen Instalasi jaringan distribusi yang akan dioperasikan
 Lembaran Format berupa Check-List Pelaksanaan dan Pelaporan.

2.1.3.3 Prosedur Komunikasi


Berisi tentang urutan berkomunikasi dengan pihak yang terkait dengan dari mulai persiapan
pengoperasian, saat pengoperasian sampai pelaporan pekerjaan.
Peralatan yang digunakan untuk berkomunikasi dapat berupa telepon atau handy-talky ( HT )
dengan menggunakan bahasa yang sudah distandarkan. Penyimpangan terhadap ketentuan
berkomunikasi dapat menyebabkan terjadinya gangguan operasi bahkan kecelakaan kerja.

2.1.3.4 Prosedur Langkah-langkah Kerja


Berisi tentang urutan dalam melaksanakan pekerjaan di lokasi pengoperasian jaringan
distribusi, mulai dari persiapan pekerjaan, pelaksanaan pekerjaan, pemeriksaan pekerjaan
sampai pelaporan pekerjaan.

Setiap langkah dilaksanakan secara berurutan sesuai tertulis di SOP. Penyimpangan terhadap
langkah-langkah tersebut dapat menyebabkan kegagalan operasi bahkan dapat terjadi
kecelakaan kerja.

Setiap langkah yang menyebabkan perubahan posisi jaringan distribusi harus dimintakan
persetujuan Pengatur Distribusi / Piket Pengatur dan melaporkan setelah pelaksanaannya. Hal
tersebut disampaikan langsung dengan menggunakan peralatan komunikasi langsung dan
melaporkannya dalam bentuk tulisan dilengkapi dengan kronologis berdasarkan waktu.

Simple, Inspiring, Performing, Phenomenal 3


2.1.4 Pembuatan SOP
 Untuk membuat SOP perlu diperhatikan beberapa hal, yaitu :
Keterlibatan pihak-pihak yang terkait dengan pengoperasian jaringan distribusi untuk
membuat ketentuan berkoordinasi.
 Kondisi jaringan berupa data kemampuan Trafo GI, Kemampuan Hantar Arus ( KHA )
jaringan, pemanfaatan energi listrik pada konsumen.
 Struktur jaringan

Simple, Inspiring, Performing, Phenomenal 4


2.2 Penerapan K2/K3
2.2.1 Pengertian
Keselamatan kerja mengatur segala upaya guna mencegah/mengurangi terjadinya kecelakaan
di tempat kerja yang mana dapat mengakibatkan kerugian, baik jiwa/raga dan atau harta.
Sedangkan kesehatan kerja mengatur segala upaya guna mencegah/mengurangi sakit akibat
melaksanakan kerja.
Dalam Undang-undang ini No. 1 tahun 1970, yang dimaksud dengan tempat kerja ialah segala
tempat dimana :
a. Tenaga kerja bekerja, atau yang sering dimasuki tenaga kerja untuk keperluan suatu
usaha dan,
b. Dimana terdapat sumber atau sumber-sumber bahaya sebagaimana dirinci dalam pasal
2;
c. Termasuk tempat kerja ialah semua ruangan, lapangan, halaman dan sekelilingnya
yang merupakan bagian-bagian atau yang berhubungan dengan tempat kerja tersebut.

Dan selanjutnya bahwa tiap tempat kerja harus memenuhi syarat-syarat keselamatan kerja
seperti diurai pada pasal 3. yakni :
Dengan peraturan perundangan ditetapkan syarat-syarat keselamatan kerja untuk :
a. Mencegah dan mengurangi kecelakaan.
b. Mencegah, mengurangi dan memadamkan kebakaran.
c. Mencegah dan mengurangi bahaya peledakan.
d. Memberi kesempatan atau jalan menyelamatkan diri pada waktu kebakaran atau
kejadian-kejadian lain yang berbahaya.
e. Memberi pertolongan pada kecelakaan.
f. Memberi alat-alat perlindungan diri pada para pekerja.
g. Mencegah dan mengendalikan timbul atau menyebar luasnya suhu, kelembaban, debu,
kotoran, asap, uap, gas, hembusan angin, cuaca, sinar atau radiasi, suara atau getaran.
h. Mencegah dan mengendalikan timbulnya penyakit akibat bekerja baik physik maupun
psychis, peracunan, infeksi, dan penularan.
i. Memperoleh penerangan yang cukup dan sesuai.
j. Menyelenggarakan suhu dan lembab udara yang baik.
k. Menyelenggarakan penyegaran udara yang cukup.
l. Memelihara kebersihan, kesehatan dan ketertiban.
m. Memperoleh keserasian antara tenaga kerja, alat kerja, lingkungan, cara dan proses
kerjanya.

Simple, Inspiring, Performing, Phenomenal 5


n. Mengamankan dan memperalancar pengangkutan orang, binatang, tanaman, atau
barang
o. Mengamankan dan memelihara segala jenis bangunan.
p. Mengamankan dan memperlancar pekerjaan bongkar muat, perlakuan dan
penyimpanan barang.
q. Mencegah terkena aliran listrik yang berbahaya.
r. Menyesuaikan dan menyempurnakan pengamanan pada pekerjaan yang bahaya
kecelakaannya menjadi bertambah tinggi.

2.2.2 Tujuan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)


Tujuan K3 adalah mewujudkan masyarakat dan lingkungan kerja yang aman, sehat dan
sejahtera, sehingga akan tercapai :
a. Suasana lingkungan kerja yang aman, sehat, dan nyaman.
b. Tenaga kerja yang sehat fisik, mental, sosial, dan bebas kecelakaan.
c. Meningkatnya produktivitas dan efisiensi perusahaan.
d. Meningkatnya kesejahteraan masyarakat tenaga kerja.

2.2.3 Kewajiban dan Hak Tenaga Kerja


Sesuai Undang-undang No. 1 tahun 1970 pasal 12, dengan peraturan perundangan diatur
kewajiban dan atau hak tenaga kerja untuk :
a. Memberikan keterangan yang benar bila diminta oleh Pegawai Pengawas dan atau
Ahli Keselamatan Kerja.
b. Memakai alat-alat perlindungan diri yang diwajibkan.
c. Memenuhi dan mentaati semua syarat-syarat keselamatan kerja dan kesehatan kerja
yang diwajibkan.
d. Meminta pada Pengurus agar dilaksanakan semua syarat-syarat keselamatan kerja
dan kesehatan kerja yang diwajibkan.
e. Menyatakan keberatan kerja pada pekerjaan dimana syarat keselamatan dan
kesehatan kerja serta alat-alat perlindungan diri yang diwajibkan diragukan olehnya
kecuali dalam hal-hal khusus ditentuakan lain oleh Pegawai Pengawas dalam
batasbatas yang masih dapat dipertanggungjawabkan.

Simple, Inspiring, Performing, Phenomenal 6


2.2.4 Kecelakaan Kerja
a. Pengertian Kecelakaan Kerja.
Kecelakaan kerja adalah kecelakaan yang terjadi pada seseorang karena hubungan kerja,
dan kemungkinan disebabkan oleh bahaya yang ada kaitannya dengan pekerjaannya.
Sedangkan kecelakaan dinas ialah kecelakaan yang terjadi karena hubungan kerja, baik
karena pekerjaan langsung ataupun dalam perjalanan menuju tempat kerja sampai kembali ke
rumah melalui jalan normal.

b. Proses Kecelakaan.
Kecelakaan ialah suatu insiden yang terjadi karena adanya bahaya dan dapat mengakibatkan
kerugian berupa jiwa/raga, harta, dan ataupun efisiensi perusahaan.
Urutan proses terjadinya kecelakaan :

Gambar 1. Urutan Proses Terjadinya Kecelakaan


 Kultur Lingkungan.
Kultur lingkungan, dalam hal ini berupa :
 Tingkat kematangan budaya kerja
 Pola pikir lingkungan masyarakat pada umumnya atau lingkungan tempat kerja
pada khususnya
 Serta perhatian manajemen puncak dan menengah akan membentuk suatu behavior
(paradigma, sikap, dan perilaku) para pekerjanya dalam menegakkan Keselamatan
Dan Kesehatan Kerja di lingkungan kerja.
Lingkungan masarakat / tempat kerja yang secara sadar :
 Menjunjung tinggi harkat manusia sebagai ciptaan tuhan yang paling tinggi nilainya.
 Selalu berpikir selamat (think safety) di segala tindakannya, memiliki paradigma untuk
memikirkan keselamatan bagi manusia maupun bagi proses produksinya.

Simple, Inspiring, Performing, Phenomenal 7


 Adanya komitmen yang tinggi dari manajemen untuk menegakkan KKK, dsb.
Akan membentuk visi dan misi yang lebih realistis untuk tercapainya safe production.
 Bahaya
Tidak setiap bahaya mengakibatkan kecelakaan. Tapi kecelakaan terjadi karena ada bahaya,
baik itu berupa :
 tingkah laku yang tak aman (unsafe act).
 kondisi yang tak aman (unsafe condition).
 manajemen/ prosedur yang tak benar / tak ada (miss manajemen).

Contoh tingkahlaku tak aman :


 Bekerja mengabaikan prosedur.
 Mengerjakan pekerjaan bukan bidangnya.
 Bekerja tanpa kompetensi (rendah).
 Tidak menggunakan alat keselamatan kerja.
 Sikap tubuh yang tidak benar.
 Bekerja dengan bersendau gurau.
 Bekerja dengan kondisi fisik dan atau mental yang labil.
 Bekerja dengan emosional / panik, dll.

Contoh kondisi yang tak aman :


 Peralatan pelindung yang tak memenuhi syarat.
 Bahan, peralatan yang aus atau rusak.
 Kondisi lantai yang licin.
 House keeping yang tidak tertata baik.
 Kurang sarana pemberi tanda-tanda keselamatan kerja.
 Keadaan udara beracun
. Bising.

Contoh miss manajemen :


 Tidak tersedianya alat keselamatan kerja.
 Tidak adanya petunjuk/prosedur kerja.
 Tidak melakukan identifikasi bahaya dan cara penanggulangannya.
 Tidak melakukan pembahasan tentang KKK secara terjadwal.

Simple, Inspiring, Performing, Phenomenal 8


 Insiden
Suatu kejadian yang tidak diinginkan, bias berbentuk kecelakaan ataupun near misses yang
dapat merugikan. Kerugian dapat berbentuk cidera/tewas, rusaknya barang / material, dan
ataupun menurunnya efisiensi produksi.
Contoh kecelakaan : kejatuhan benda, terjepit, terkena listrik, terbakar.
Contoh near miises : tersandung pipa atau terpeleset tanpa luka maupun
rusaknya benda/barang.

 Kerugian
Baik sang korban maupun perusahaan pemilik tempat kerja mengalami kerugian.
Kerugian bagi korban kecelakaan (bila ia pekerja) meliputi :
 Cidera, cacat tetap, bahkan tewas itu berarti menurun/hilangnya kesempatan
mendapatkan prestasi (penghasilan) karena menurun/hilangnya kemampuan kerja.
 Menurunnya moril dan rasa peran keberadaannya di lingkungan keluarga,
masayarakat, maupun lingkungan tempat kerja.

Kerugian bagi perusahaan antara lain meliputi :


 Biaya perawatan korban.
 Biaya untuk pemberian santunan-santunan.
 Waktu produksi berkurang.
 Rusaknya peralatan dan atau material, sehingga menurunnya kemampuan produksi.
 Biaya inventasi yang telah dikeluarkan untuk (pembinaan, pendidikan, dll.) mencapai
tingkat kompetensi seperti saat sekarang.
 Menurunnya citra perusahaan.
 Naiknya biaya asuransi.

Untuk mencegah / mengurangikerugian bagi manusia (pekerja dan atau orang lain) dan
kerugian perusahaan akibat kecelakaan, kita harus menghilangkan / mengurangi bahaya
(unsafe act, unsafe condition, dan miss manajemen) tersebut. Salah satu upaya untuk
mencegah / mengurangi bahaya antara lain :
 Mengadakan identifikasi bahaya (unsafe act, unsafe condition, dan miss mana-jemen)
dan tindakan / cara mengatasinya.
 Setiap bekerja selalu berpikir tentang selamat (think safety).
 Dan lain-lain

Simple, Inspiring, Performing, Phenomenal 9


2.2.5 Keselamatan Dalam Bekerja
a. Tempat Kerja Bertegangan
Hal penting diperhatikan bila memasuki ruang kerja listrik :
 Mendapat ijin yang berwenang dan diawasi oleh petugas.
 Jangan sendirian (dua orang).
 Sehat jasmani dan rohani.
 Pakaian kering dan bersepatu dengan sol berbahan isolasi.
 Gunakan alat pengaman yang diperlukan sesuai spesifikasinya (missal: tegangan ijin,
daya hantar, dll).
 Perhatikan rambu-rambu peringatan yang ada
 Berada pada jarak yang aman

 Bekerja Pada Bebas Tegangan :


 Perhatikan perlengkapan bebas tegangan :
 Tempat kerja telah dinyatakan aman oleh Pengawas.
 Perlengkapan yang dikerjakan harus dibumikan.
 Bila ada sirkuit ganda :
 pekerjaan dilakukan pada salah satu sirkuit.
 masing-masing kawat harus dibumikan pada kedua ujungnya
 tempat yang berdekatan dengan yang dikerjakan.
 Tempat kerja telah dinyatakan aman oleh Pengawas.
 Pekerjaan boleh dimulai bila semua persyaratan tersebut atas telah
dipenuhi.

 Bekerja Pada Keadaan Bertegangan :


 Memiliki ijin kerja dari yang berwenang sesuai kompetensinya.
 Minimum harus 2 (dua) orang ( 1 pengaawas, 1 pekerja).
 Pekerja dalam keadaan sadar, tidak mengantuk, tidak mabuk.
 Pekerja berdiri di tempat yang berisolasi.
 Pekerja menggunakan alat pengaman diri dan peralatan kerja utama yang
diwajibkan.
 Semua peralatan harus telah diperiksa setiap kali mau dipakai sesuai petunjuk
yangdiberikan.
 Cuaca harus baik, tidak mendung, tidak hujan.

Simple, Inspiring, Performing, Phenomenal 10


 Dilarang menyentuh peralatan listrik bertegangan dengan telanjang.
 Dilarang bekerja dalam keadaan bertegangan di ruang dengan bahaya
kebakaran, ruang lembab, ruang sangat panas.

 Bekerja di dekat instalasi bertegangan :


 Harus tahu jarak minimum aman dari perlengkapan bertegangan
 Perlengkapan yang digunakan bebas dari kebocoran isolasi atau imbas yang
membahayakan, selain harus dibumikan.
 Tidak menggunakan peralatan yang panjang, tali dari logam, tangga yang
diperkuat dengan logam.
 Jika jarak tidak aman, harus menggunakan pengaman dari bahan isolasi.

b. Batas Aman Arus dan Tegangan


Batas aman arus dan tegangan untuk manusia ialah 1,1 mA dan 50 V.

Tabel 1. Tegangan sentuh maksimum yang dapat ditahan manusia


Tegangan Sentuh Waktu maksimum
Keterangan
( V efektif ) ( detik )
50 5
75 1
90 0,5
110 0,2
150 0,1
220 0,05
280 0,03

Tabel 2. Korelasi antara daya tahan terhadap arus dan waktu


Tegangan Sentuh Waktu maksimum
Keterangan
( mA efektif ) ( detik )
10 - 20 10
20 - 40 2
60 - 80 0,2
100 0,1

Simple, Inspiring, Performing, Phenomenal 11


Tabel 3. Kepekaan terhadap kejutan listrik secara kontinyu

Besar Arus Akibat arus melalui jantung


( mA ) melalui lintasan tangan ke kaki
0,7 Tidak terlihat sesuatu akibat

0,7 - 2 Terasa getaran

2-8 System syaraf terpengaruh, sangat sakit


System syaraf terpengaruh
8 - 20 Tidak sanggup melepaskan pegangan, karena
pengerutan atau kontraksi otot-otot
System syaraf terpengaruh
Otot kerongkongan dipaksa mengkerut
20 - 50
Paru-paru kirim udara secara tidak normal
Tidak mampu melepaskan pegangan

Simple, Inspiring, Performing, Phenomenal 12

Anda mungkin juga menyukai