Anda di halaman 1dari 7

Nama : Melta Dhemahestri

NIM : 180534632068

Prodi : S1 PTE A’18

Workshop Jaringan Transmisi dan Distribusi

SOP = STANDING OPERATING PROCEDURE

 PENGERTIAN SOP
SOP adalah suatu bentuk ketentuan tertulis berisi prosedur / langkah-langkah
kerja yang dipergunakan untuk melaksanakan suatu kegiatan. Dalam bahasa Indonesia
SOP disebut dengan Prosedur Tetap dan disingkat Protap. SOP Pengoperasian kubikel
20 KV berarti ketentuan tentang prosedur / langkah – langkah kerja untuk
mengoperasikan kubikel 20 kv pada pengoperasian instalasi atau jaringan distribusi 20
KV . SOP dalam pengoperasian Sistem Jaringan Distribusi dan peralatan berikut
petugasnya, terdiri dari :
a. SOP Sistem Jaringan Distribusi,
b. SOP Komunikasi dan
c. SOP Lokal Jaringan Distribusi.

 PENJELASAN SOP
Dengan adanya SOP (PROTAP) setiap petugas pengoperasian distribusi
harusmemakai dan melaksanakan pekerjaan pengoperasian jaringan dalam
kondisinormal maupun gangguan sesuai dengan SOP yang ada.P e n g o p e r a s i a n
jaringan yang berdasarkan SOP akan m e n g o p t i m a l k a n pekerjaan,
mempercepat pemulihan gangguan, dan mempersempit daerah pemadaman.

 PENERAPAN SOP PENGOPERASIAN JARINGAN DAN SAMBUNGAN


PELAYANAN TR SOP
Pengoperasian Jaringan dan Sambungan Tegangan Rendah berisi
tentang ketentuan - ketentuan yang harus dijalankan untuk
menyediakanperalatan atau materia yang dibutuhkan, berkoordinasi
dengan pihak lain terkait,dan langkah- melaksanakan dengan konsisten
langjkah kerja guna mengoperasikan Jaringan dan Sambungan Pelayanan
Tegangan Rendahdengan aman dan ketepatan baik waktu atau hasil yang
diharapkan.Penyimpangan dari ketentuan yang ada pada SOP selain
dapat merusakinstalasi yang dioperasikan dan ini merupakan suatu
kerugian, bahkankeselamatan umum, terutama pada manusia tidak
terjamin

 TUJUAN SOP
Pengoperasian Kubikel 20 KV berarti membuat peralatan yang ada di kubikel
bekerja atau tidak bekerja, dialiri arus listrik atau dipadamkan dari aliran arus listrik.
Dampak dari pengoperasian kubikel berarti jaringan distribusi dibebani atau dikosongi
bebannya, instrumen sebagai kelengkapannya bekerja atau tidak bekerja sehingga
mempengaruhi kerja peralatan listrik sebelum maupun sesudah kubikel.

Contoh :

 Akibat pengoperasian kubikel terhadap sistem dan peralatan listrik lain


Apabila kubikel 20 KV di Gardu Induk sebagai alat hubung penyulang
dimasukkan, maka pada sisi hulu yaitu Trafo GI dan Generator Pembangkit yang
melayani trafo GI akan mendapat beban sebanyak yang tersambung dari
penyulang. Beberapa dampak yang timbul antara lain tegangan Trafo GI dan
Generator Permbangkit menjadi turun, sehingga perlu pengaturan. Tetapi akibat
buruk dapat terjadi misalnya, pada Trafo GI atau Generator Pembangkit terjadi
beban lebih atau overload sehingga terjadi Trip bahkan dapat terjadi pemadaman
total. Sebaliknya pelepasan beban juga dapat berdampak kurang baik, misalnya
tegangan trafo atau generator akan naik melebihi batas yang dapat merusak
peralatan listrik.
 Akibat pengoperasian terhadap personil
Pengoperasian kubikel 20 KV pada jaringan atau instalasi beban di sisi hulu
tanpa ada koordinasi dengan pihak lain di sisi hilir : pemakai listrik , pihak
pemeliharaan , dapat menyebabkan terjadi kecelakaan terhadap personil.

Dari contoh di atas dapat disimpulkan bahwa akibat dari pengoperasian


kubikel dapat menyebabkan terjadinya kondisi yang tidak aman dan kerugian
material. Untuk menghindari hal tersebut maka dibuatlah SOP yang berisi prosedur
langkah-langkah yang tertata guna melaksanakan kegiatan.
 KOMPONEN DALAM SOP
Beberapa komponen penting yang tertulis pada SOP Pengoperasian Kubikel
20 KV antara lain :
 Pihak Yang Terkait
Yaitu pihak-pihak yang berkepentingan dan terkena dampak akibat
pengoperasian kubikel 20 KV. Keterkaitan ini dilakukan dalam bentuk
komunikasi yang dilakukan dapat berupa tertulis / surat ataupun komunikasi
langsung / lisan bertujuan agar semua pihak berkoordinasi dapat mengantisipasi
terjadinya kondisi kurang aman atau mencegah kerusakan material akibat
dioperasikannya kubikel. Dalam berkomunikasi baik lisan maupun tertulis dibuat
berupa format yang standar untuk mencegah kesalahan presepsi dari pihak-pihak
yang terkait . Waktu berkomiunikasi / berkoordinasi yang digunakan selalu pada
batas standar agar dalam mengambil keputusan tidak berlarut-larut.
Di Operasional Distribusi pengaturan tentang berkomunikasi ini dibuat
menjadi SOP Komunikasi. Pihak yang terkait pada pengoperasian Kubikel 20 KV
antara lain :
- Untuk instalasi kubikel baru beberapa pihak yang terkait antara lain, team
Komisioning , Pengatur Distribusi / Piket Pengatur, Konsumen.
Berkoordinasi dengan team komisioning adalah untuk mengetahui dan
memastikan bahwa instalasi kubikel yang akan dioperasikan dalam keadaan
aman. Berkoordinasi dengan Pengatur Distribusi / Piket Pengatur adalah agar
keadaan jaringan dipastikan siap dibebani atau dipadamkan maupun aman
dari adanya kecelakaan kerja bagi personil di lokasi pengoperasian kubikel
dimaksud maupun di luar lokasi yang berhubungan dengan jaringan yang
akan dioperasikan. Sedangkan berkoordinasi dengan Konsumen bertujuan
agar konsumen tahu akan adanya listrik di tempat konsuman dan segera
memanfaatkannya. Selain itu agar konsumen mengantisipasi hal-hal yang
mungkin dapat menyebabkan kecelakaan akibat listrik.
- Untuk instalasi lama beberapa pihak yang terkait antara lain, Pengatur
Distribusi / Piket Pengatur, Pihak Pemeliharaan, Pelayanan Pelanggan dan
Konsumen. Berkoordinasi dengan Pengatur Distribusi dan Konsumen
tujuannya adalah sama dengan pengoperasian Instalasi Kubikel baru.
Berkoordinasi dengan pihak pemeliharaan adalah untuk mengetahui
maksud / tujuan pengoperasian termasuk pemadaman kubikel, lama waktu
dipeliharanya dan kondisi kubikel paska pemeliharaan. Sedangkan
berkoordinasi dengan Pihak Pelayanan Pelanggan adalah berkaitan dengan
pemberitahuan formal kepada Pelanggan akan adanya pemadaman /
pengoperasian jaringan .
 Perlengkapan Kerja
Perlengkapan kerja untuk meleksanakan pengoperasian kubikel dengan
baik dan aman harus dipenuhi spesifikasi dan jumlahnya. Memaksakan bekerja
dengan peralatan seadanya berarti mengabaikan adanya resiko bahaya kecelakaan
dan kerusakan yang bakal terjadi. Pemeriksaan terhadap jumlah dan kondisi
perlengkapan kerja harus dilakukan secara rutin .Yang dimaksud dengan
perlengkapan kerja adalah sebagai berikut :
- Perkakas kerja
- Alat bantu kerja
- Alat Ukur
- Alat Pelindung Diri ( APD ) atau Alat K3
- Berkas Dokumen Instalasi Kubikel 20 KV yang akan dioperasikan
- Lembaran Format berupa Check-List Pelaksanaan dan Pelaporan.
 Prosedur Komunikasi
Berisi tentang urutan berkomunikasi dengan pihak yang terkait dengan dari
mulai persiapan pengoperasian, saat pengoperasian sampai pelaporan pekerjaan.
Peralatan yang digunakan untuk berkomunikasi dapat berupa telepon atau
handy-talky ( HT ) dengan menggunakan bahasa yang sudah distandarkan.
Penyimpangan terhadap ketentuan berkomunikasi dapat menyebabkan terjadinya
gangguan operasi bahkan kecelakaan kerja.
 Prosedur Langkah-langkah Kerja
Berisi tentang urutan dalam melaksanakan pekerjaan di lokasi
pengoperasian kubikel, mulai dari persiapan pekerjaan, pelaksanaan pekerjaan,
pemeriksaan pekerjaan sampai pelaporan pekerjaan.
Setiap langkah dilaksanakan secara berurutan sesuai tertulis di SOP.
Penyimpangan terhadap langkah-langkah tersebut dapat menyebabkan kegagalan
operasi bahkan dapat terjadi kecelakaan kerja.
Setiap langkah yang menyebabkan perubahan posisi kubikel harus
dimintakan persetujuan Pengatur Distribusi / Piket Pengatur dan melaporkan
setelah pelaksanaannya. Hal tersebut disampaikan langsung dengan
menggunakan peralatan komunikasi langsung dan melaporkannya dalam bentuk
tulisan dilengkapi dengan kronologis berdasarkan waktu.

 PEMBUATAN SOP
Untuk membuat SOP perlu diperhatikan beberapa hal, yaitu :
- Keterlibatan pihak-pihak yang terkait dengan pengoperasian kubikel 20 KV untuk
membuat ketentuan berkoordinasi.
- Kondisi jaringan berupa data kemampuan Trafo GI, Kemampuan Hantar Arus
( KHA ) hantaran penyulang, pemanfaatan energi listrik pada konsumen.
- Struktur jaringan

 SOP SISTEM JARINGAN DISTRIBUSISOP


Jaringan Distribusi adalah aturan atau pedoman bagi Operator/teknisi untuk
melaksanakan tugasnya dalam melakukan pengawasan dan pengoperasian Instalasi
Jaringan Distribusi pada kondisi normal, kondisi gangguan, kondisi pemulihan dan
kondisi darurat.
SOP Sistem Jaringan Distribusi dibuat dengan memperhatikan kemampuan
peralatan yang terpasang dan konfigurasi serta fungsi Jaringan Distribusi.
Adapun didalam SOP Sistem Jaringan Distribusi terdapat panduan pada
beberapa kondisi, yaitu :
 SOP Kondisi Normal :
Operator/teknisi melakukan pengawasan / mensupervisi Jaringan Distribusi
dan melaksanakan perintah Dispatcher/APD untuk manuver perbaikan sistem
maupun pemeliharaan Jaringan Distribusi serta kebutuhan lainnya.
 SOP Kondisi Gangguan :
Operator/teknisi melakukan tindakan seperti :
- Periksa dan pastikan bahwa penunjukan kV meter sudah menunjuk 0 ( nol )
kV untuk JTM
- Periksa dan yakinkan serta catat jika ada pmt yang trip di GI maupun Gardu
Hubung (GH) dan kelainan-kelainan yang terjadi.
- Periksa dan catat semua indikator yang muncul pada panel kontrol, di GI
atau GH kemudian direset.
- Periksa dan catat semua indikator rele yang muncul pada panel proteksi,
kemudian direset.
- Laporkan kepada Dispatcher APD.
- Laporkan kepada Piket APJ/Cabang.
 SOP Kondisi Pemulihan :
- Operator/teknisi melakukan tindakan manuver atas perintah Dispatcher
kemudian melaporkannya..
 SOP Kondisi Darurat :
- Tindakan Operator/teknisi Jaringan Distribusi membebaskan peralatan dari
tegangan, sehubungan dengan kondisi setempat seperti ; banjir, kebakaran,
huru-hara, instalasi membara yang cukup besar dll atau kondisi yang
dianggap bahaya oleh Operator/teknisi Jaringan Distribusi (dapat
dipertanggung jawabkan), selanjutnya Operator/teknisi/ Jaringan Distribusi
harus melaporkan kejadian tersebut kepada Dispatcher APD dan Piket
APJ/Cabang.

 SOP PENGOPERASIAN JARINGAN / INSTALASI BARU :


Didalam mengoperasikan Jaringan Distribusi atau Instalasi baru ada beberapa
hal yang perlu diperhatikan, antara lain :
- Peralatan Jaringan Distribusi / instalasi baru yang sesuai dengan standar yang
telah ditentukan oleh PLN.
- Buku SOP Sistem Jaringan Distribusi yang berlaku dan telah disepakati.
- Penerapan setting sesuai dengan hasil perhitungan dari petugas yang diberi
wewenang oleh pejabat terkait.
- Telah terbit pernyataan laik bertegangan / Operasi dari pejabat yang
berwenang.
- Telah dinyatakan siap Operasi oleh Manager APJ/Cabang.
- Skenario / Panduan manuver yang telah dibuat.

 SOP PEMBEBASAN INSTALASI GARDU TIANG


 SOP Urutan Pembebasan Instalasi Dari Tegangan :
1. Fuse Line dibuka oleh Operator/teknisi.
2. PMS/Saklar utama oleh Operator/teknisi Jaringan Distribusi.
3. CO dibuka oleh Operator/teknisi.
4. PMS Tanah/Grounding dimasukan oleh Operator/teknisi Jaringan Distribusi.
 SOP Urutan Pemberian Tegangan Pada Instalasi :
1. PMS Tanah/Grounding dilepas oleh Operator/teknisi Jaringan Distribusi.
2. CO dimasukan oleh Operator/teknisi Jaringan Distribusi.
3. PMS/Saklar utama dimasukan oleh Operator/teknisi Jaringan Distribusi.
4. Fuse Line dibuka oleh Operator/teknisi.

Anda mungkin juga menyukai