Anda di halaman 1dari 46

6.

STANDING OPERATION PROCEDURE (SOP)

6.1.

PENGERTIAN

Adalah suatu bentuk

ketentuan tertulis berisi prosedur / langkah-langkah kerja yang

dipergunakan untuk melaksanakan suatu kegiatan.


Dalam bahasa Indonesia SOP disebut dengan Prosedur Tetap dan disingkat Protap.
SOP Pemeliharaan distribusi berarti ketentuan tentang prosedur / langkah langkah kerja
untuk memelihara distribusi pada Gardu Induk, Gardu Hubung dan Gardu Distribusi.

6.2.

TUJUAN SOP

Pemeliharaan

Distribusi

berarti

melakukan

pemeriksaan

atau

perbaikan

yang

menyebabkan perlunya pemadaman listrik atau tidak .Pada saat pelaksanaan pemeliharaan
dengan pemadaman berarti memerlukan koordinasi dengan pihak operasi agar tidak
sampai terjadi gangguan atau kecelakaan kerja pada saat pembukaan alat hubung yang
akan dipelihara maupun penormalannya kembali.
Hasil dari pemeliharaan adalah berupa kondisi / unjuk kerja peralatan harus memenuhi
ketentuannya, yaitu aman dioperasikan kembali, maka untuk itu perlu diatur cara melakukan
pemeliharaan, peralatan untuk mengukur kondisi peralatan kubikel, perkakas kerja yang
digunakan pada waktu pemeliharaan.
Penyimpangan dari ketentuan berarti hasil pemeliharaan tidak sesuai dengan ketentuan
dan dampaknya akan menyebabkan permaslahan dalam pengoperasian bahkan dapat
terjadi kecelakaan kerja.
Contoh :

Akibat terhadap komponen


Ditentukan bahwa tahanan kontak - kontak adalah maksimal 200 micro ohm, tetapi hasil
pemeliharaan menunjukkan lebih dari nilai maksimal tersebut dan dipaksakan operasi,
maka akan terjadi ledakan pada tersebut akibat panas yang ditimbulkan oleh alat
kontak. Kejadian ini tentu akan mengganggu sistem operasi dan kerugian material.

Akibat terhadap personil


Pemeliharaan dengan pemadaman berarti harus dipastikan bahwa aliran listrik dari sisi
hulu maupun sisi hilir harus dipastikan padam, tetapi penyimpangan terjadi misalnya
tiba-tiba ada alira

Dari contoh di atas dapat disimpulkan bahwa akibat dari pemeliharaan tidak memenuhi
ketentuan dapat menyebabkan terjadinya kondisi yang tidak aman dan kerugian material.
Untuk menghindari hal tersebut maka dibuatlah SOP yang berisi prosedur langkah-langkah
yang tertata guna melaksanakan kegiatan.

6.3.

KOMPONEN DALAM SOP

Beberapa komponen penting yang tertulis pada SOP Pemeliharaan Distribusi antara lain :
Pihak yang terkait
Yaitu pihak-pihak yang berkepentingan dan terkena dampak akibat pemeliharaan 20
KV. Keterkaitan ini dilakukan dalam bentuk komunikasi yang dilakukan dapat berupa
tertulis / surat ataupun komunikasi langsung / lisan bertujuan agar semua pihak
berkoordinasi dapat mengantisipasi terjadinya kondisi kurang aman atau mencegah
kerusakan material akibat dipeliharanya kubikel.

Dalam berkomunikasi baik lisan maupun tertulis dibuat berupa format yang standar
untuk mencegah kesalahan presepsi dari pihak-pihak yang terkait . Waktu
berkomiunikasi / berkoordinasi yang digunakan selalu pada batas standar agar dalam
mengambil keputusan tidak berlarut-larut.
Di Operasional Distribusi pengaturan tentang berkomunikasi ini dibuat menjadi SOP
Komunikasi.

Pihak yang terkait pada pemeliharaan Distribusi antara lain :


Beberapa pihak yang terkait antara lain, Pengatur Distribusi / Piket Pengatur, pihak
operasi dan Konsumen. Berkoordinasi dengan pihak adalah untuk mengetahui dan
memastikan bahwa instalasi yang akan dipelihara dan dipadamkan sudah
diantisipasi akibat pemadamannya. Berkoordinasi dengan Pengatur Distribusi / Piket
Pengatur adalah agar keadaan jaringan dipastikan siap dipadamkan atau dibebani
dan

aman dari adanya kecelakaan kerja bagi personil di lokasi pemeliharaan

dimaksud maupun di luar lokasi yang berhubungan dengan jaringan yang akan
dipelihara. Sedangkan berkoordinasi dengan Konsumen bertujuan agar konsumen
tahu akan adanya listrik pemdadaman listrik di tempatnya.

Perlengkapan Kerja
Perlengkapan kerja untuk meleksanakan pemeliharaan dengan baik dan aman harus
dipenuhi spesifikasi dan jumlahnya. Memaksakan bekerja dengan peralatan seadanya
berarti mengabaikan adanya resiko bahaya kecelakaan dan kerusakan yang bakal
terjadi. Pemeriksaan terhadap jumlah dan kondisi perlengkapan kerja harus dilakukan
secara rutin agar selalu siap kapanpun digunakan. .

Yang dimaksud dengan perlengkapan kerja adalah sebagai berikut :

Perkakas kerja

Alat bantu kerja

Alat Ukur

Material / bahan

Alat Pelindung Diri ( APD ) atau Alat K3

Berkas Dokumen Instalasi Distribusi yang akan dioperasikan

Lembaran Format berupa Check-List Pelaksanaan dan Pelaporan.

Prosedur Komunikasi

Berisi tentang urutan berkomunikasi dengan pihak yang terkait dengan dari mulai
persiapan pemeliharaan, saat pemeliharaan sampai pelaporan pekerjaan.
Peralatan yang digunakan untuk berkomunikasi dapat berupa telepon atau handy-talky
( HT ) dengan menggunakan bahasa yang sudah distandarkan. Penyimpangan
terhadap ketentuan berkomunikasi dapat menyebabkan terjadinya gangguan operasi
bahkan kecelakaan kerja.

Prosedur Langkah-langkah Kerja


Berisi tentang urutan dalam melaksanakan pekerjaan di lokasi pengoperasian kubikel,
mulai dari persiapan pekerjaan, pelaksanaan pekerjaan, pemeriksaan pekerjaan
sampai pelaporan pekerjaan.
Setiap langkah dilaksanakan secara berurutan sesuai tertulis di SOP. Penyimpangan
terhadap langkah-langkah tersebut dapat menyebabkan kegagalan pemeliharaan
bahkan dapat terjadi kecelakaan kerja.
Hasil Pemeliharaan harus dilaporkan ke Pengatur Distribusi / Piket Pengatur dan
melaporkan secara lisan guna memutuskan dioperasikannya kembali dan melaporkan
secara tertulis setelah pelaksanaan dilokasi selesai.

6.4.

PEMBUATAN SOP

Untuk membuat SOP perlu diperhatikan beberapa hal, yaitu :

Keterlibatan pihak-pihak yang terkait dengan pengoperasian distribusi


untuk membuat ketentuan berkoordinasi.

Kondisi jaringan berupa data kemampuan Trafo, Kemampuan Hantar Arus


( KHA ) hantaran penyulang, pemanfaatan energi listrik pada konsumen.

Struktur jaringan

Contoh SOP Pemeliharaan JTM

SOP
PT. PLN (PERSERO)
.....................................

DINAS GANGGUAN
JTM 20 KV

........................................
......................................

PETUGAS :
Pengawas Lapangan 1 orang
Pengemudi 1 orang

KOORDINASI :
1. Piket UPJ
2. Pelaksana Lapangan

PERALATAN KERJA :
1.
2.
3.
4.
5.

Megger Isolasi 5000 Volt


Megger Pentanahan / Earth Tester
Tester Tegangan 20 kV
Tool set
Radio Komunikasi ( 1 bh Handy Talky dan base di kendaraan)

PERLENGKAPAN K3:
Pakaian Kerja
Helm pengaman
Sepatu alas karet Isolasi Tahan 24 kV
Sarung tangan Karet Isolasi Tahan 24 kV
Sarung tangan kulit
Tangga fibre/ Aluminium

MATERIAL :

PROSEDUR KERJA :
1. Dasar pelaksanaan pekerjaan adalah atas laporan dari pelanggan
2. Kendaraan Pelayanan selalu dalam keadaan siap dengan perlengkapan sesuai
standar diatas.
3. Petugas Pelayanan selalu dalam keadaan siap diruang pelayanan gangguan
dengan pakaian kerja
4. Setelah mendapat laporan petugas menuju lokasi gangguan
5. Lakukan koordinasi dengan piket UPJ
6. Lakukan prosedur pengamanan/pemadaman jaringan TM
7. Lakukan pemeriksaan hasil pekerjaan pelaksana
8. Lakukan koordinasi dengan piket UPJ
9. Normalkan tegangan
10. Pembuatan Laporan tertulis .
LANGKAH KERJA :
Penanganan Gangguan SUTM 20 kV

1.
2.
3.
4.

Lakukan pemeriksaan peralatan kerja, K-3 dan material kerja


Indikasi Gangguan PMT di Gardu Induk trip (GFR atau OCR)
Gunakan peralatan K-3
Bila titik gangguan sudah diketahui segera menuju lokasi tersebut, segera
amankan jaringan tersebut
5. Bila titik gangguan belum diketahui, lakukan penyusuran sesuai SOP per
penyulang
6. Koordinasi dengan piket UPJ
7. Lakukan pemadaman untuk daerah yang terganggu

8. Lakukan pemindahan sebagian beban ke penyulang lain


9. Bila jaringan sudah keadaan tidak bertegangan, perintahan kepada pelaksana
untu mengamankan SUTM terganggu dengan tongkat pentanahan
10. Selesai pekerjaan, bereskan dan lakukan pemeriksaan Bila keadaan sudah
aman, lakukan koordinasi dengan piket UPJ untuk penormalan tegangan.
11. Lakukan penormalan tegangan setelah koordinasi dengan piket UPJ, catat
waktu penormalan.
12. Lakukan pemeriksaan disisi pelanggan apakah sudah normal/ nyala
13. Kembali ke kantor dan siap diruang pelayanan gangguan.
14. Pembuatan laporan hasil pekerjaan.

Penanganan Gangguan SKTM 20 kV


Cara Pertama :

1.
2.
3.
4.
5.

Lakukan pemeriksaan peralatan kerja, K-3 dan material kerja


Indikasi Gangguan PMT Gardu Induk trip
Menuju lokasi gangguan dengan membawa kunci gardu yang diperlukan
Gunakan peralatan K-3
Bila pada gardu penyulang tersebut terpasang indikator burdin, lakukan
penyusuran mulai dari Gardu pertama menuju gardu akhir dan bila diketahui
titik gangguan, lakukan pemindahan sebagian beban ke penyulang lain sesuai
SOP.
6. Bila pada gardu penyulang tersebut belum terpasang indikator burdin, dan titik
gangguan belum diketahui , petugas menuju gardu pertama dari penyulang
tersebut.
7. Buka PMS arah GI , arah beban dan arah gardu kedua.
8. Yakinkan bahwa pisau-pisau PMS sudah dalam keadaan terbuka dengan
memeriksa melalui kaca pemantau di kubikel tersebut.
9. Lakukan pengukuran tahanan isolasi SKTM kearah GI dan instalasi gardu
tersebut,
10. Bila hasil pengukuran baik laporkan ke piket UPJ
11. Sebelum tegangan minta dinormalkan lakukan pemeriksaan peralatan kerja
dan petugas apakah sudah dalam keadaan aman
12. Bila sudah aman minta agar tegangan dari GI dinormalkan sampai dengan
PMS incoming gardu pertama.
13. Bila tegangan sudah normal sampaidengan PMS incoming, masukkan PMS
incoming, cek lampu indikator, bila sudah masuk . masukkan PMS kearah
beban gardu tersebut.
14. Lakukan pemeriksaan beban gardu tersebut, bila sudah normal,
15. Satu orang petugas bersama pengemudi menuju gardu kedua.
16. Digardu kedua buka PMS incoming, PMS out going dan PMS beban dibuka .
yakinkan pisau-pisau PMS sudah dalam keadaan terbuka.
17. Lakukan pengukuran tahanan isolasi SKTM kearah gardu pertama dan
instalasi gardu tersebut,

18. Bila hasil pengukuran baik laporkan ke piket UPJ


19. Sebelum tegangan minta dinormalkan lakukan pemeriksaan peralatan kerja
dan petugas apakah sudah dalam keadaan aman
20. Koordinasi dengan piket UPJ agar tegangan dari gardu pertama dimasukkan
sampai dengan PMS incoming gardu kedua.
21. Bila sudah ada informasi tegangan sudah masuk periksa lampu indikator
kubikel tersebut.
22. Masukkan PMS incoming, masukkan PMS arah beban, lakukan pemeriksaan.
23. Lakukan langkah tersebut sampai diketahui titik gangguan.
24. Bila titik ganguan sudah diketahui, laporkan kepiket UPJ
25. Atas perintah piket UPJ , lakukan pemindahkan sebagian beban ke peyulang
yang tidak terganggu.
26. Bereskan dan periksa peralatan kerja, K-3, petugas serta lingkungan, kembali
kekantor.
27. Pembuatan laporan hasil pekerjaan sebagai dasar tindaklanjut perbaikan seksi
HAR.
Cara Kedua :
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.

Lakukan pemeriksaan peralatan kerja, K-3 dan material kerja


Indikasi Gangguan PMT Gardu Induk trip
Gunakan perlatan K-3
Petugas menuju gardu tengah pada penyulang tersebut
Buka PMS incoming, PMS outgoing dan PMS beban.
Yakinkan Pisau-pisau PMS sudah dalam keadaan terbuka
Lakukan koordinasi dengan piket UPJ
8. Minta penormalan tegangan dari Gardu Induk sampai dengan PMS incoming
gardu tengah
9. Bila tegangan masuk dengan normal, indikasi gangguan antara gardu tengah
kearah ujung/GH.
10. Lakukan penelusuran seperti cara 1 kearah gardu hubung.
11. Bila tegangan dari Gardu Induk tidak bisa masuk, ada indikasi gangguan.
12. Koordinasi dengan piket UPJ.
13. Periksa kondisi kubikel, trafo dan instalasi di gardu tengah tersebut, amankan
peralatan kerja, peralatan K-3 dan petugas.
14. Atas ijin piket lakukan pemindahan beban mulai dari gardu tengah sampai
dengan gardu ujung dari penyulang tersebut ke penyulang lain.
15. Apabila sebagian penyulang sudah normal, lakukan penelusuran SKTM kearah
Gardu Induk sesuai langkah pada cara 1 diatas.

MC

Gambar : Diagram Garis Tunggal JTM

Mengetahui,

Asman Perencanaan & Distribusi,

Manajer

1.5.1 Komponen Utama


1.5.1.1 PMT (PEMUTUS TENAGA)
PMT terpasang pada kompartemen yang pada jenis tertentu terpasang Withdrawable
Circuit Breaker. PMT dan mekanik penggeraknya dapat dengan mudah dikeluarkan /
dimasukkan ke dalam Kubikel untuk keperluan pemeliharaan.

1.5.1.1.1 Fungsi PMT


PMT adalah sakelar yang dapat digunakan untuk menghubungkan atau memutuskan arus
/ daya listrik sesuai ratingnya. Pada waktu memutuskan / menghubungkan arus / daya
listrik akan terjadi busur api listrik. Pemadaman busur api listrik ini dapat dilakukan oleh
beberapa macam bahan, yaitu: minyak, udara atau gas.
Berdasarkan media pemadam busur api listrik tersebut, PMT dapat dinamakan menjadi:
PMT minyak sedikit / Low Oil Circuit Breaker (minyak sebagai media
pemadam busur api).
PMT SF6 (Gas SF6 sebagai media pemadam busur api).
PMT Vacuum (Ruang pemutus dibuat vacuum).
PMT Tegangan Menengah di Gardu Induk umumnya didisain dapat dikeluarkan dari
Kubikel dengan cara ditarik. Sehingga PMT dan mekanik penggeraknya dapat dengan
mudah dikeluarkan / dimasukan untuk keperluan pemeliharaan.
PMT dari pabrik dan dengan rating sama, mempunyai konstruksi dan rangkaian yang
sama. Sehingga dapat dipindah antar Kubikel dan hanya perlu satu PMT cadangan untuk
PMT dengan rating yang sama.
Selama operasi seluruh bagian yang bertegangan tertutup dengan pelindung metal yang
ditanahkan, untuk menjamin agar operator aman selama mengoperasikannya.
Untuk mengeluarkan / memasukkan PMT dari / ke Kubikel, urutannya harus benar dan
dicek untuk setiap langkah agar aman.

1.5.1.1.2 KONSTRUKSI PMT


PMT terdiri dari 2 (dua) bagian utama, yaitu:

1.5.1.1.2.1 Ruang Media kontak


Adalah tempat memutuskan/menutup rangkaian arus listrik sekaligus sebagai tempat
pemadaman busur api.
Pada ruang media kontak ini terdapat:
KUBIKEL TEGANGAN MENENGAH
13
- Kontak gerak
- Kontak tetap
- Media pemadam busur api
Gambar PMT dengan media pemadam busur api minyak, gas dan vacuum, dapat dilihat
pada gambar 1-17, 1-18 dan 1-19.
Gambar 1-17 PMT Minyak
Gambar 1-18 PMT Gas SF6
Gambar 1-19 PMT Vacuum

1.5.1.1.2.2 Mekanis Penggerak


Adalah bagian yang menyediakan tenaga untuk menggerakkan kontak gerak pada
pembukaan/penutupan PMT.
Mekanisme penggerak yang digunakan untuk PMT Tegangan Menengah umumnya

dengan pegas. Ketiga pole dari kontak gerak digerakkan oleh satu penggerak.
Mekanisme penggerak dilengkapi dengan motor untuk pengisian pegas secara otomatis.
Selain itu dilengkapi juga dengan magnet pelepas pegas, untuk menutup secara elektrik
melalui sakelar operasi atau peralatan lain untuk penutupan secara remote.
Untuk pembukaan PMT secara remote melalui operator atau rele disediakan triping coil.
Jika tegangan suplai hilang, pegas dapat diisi melalui handle secara manual (diputar
dengan tangan).
Pegas yang digunakan untuk mekanisme penggerak ini ada dua macam yaitu:
Pegas pilin (helical spring)
Pegas gulung (scroll spring)

1.5.1.1.3 Data Teknik Pemutus Tenaga


Contoh Data Teknik untuk PMT jenis SF6 dan Vacuum
Tabel 1-1 Data Teknik PMT jenis SF6 dan Vacuum

NO DESCRIPTION UNIT PLN REQUIRED


1 Manufacturer To be mentioned
2 Type To be mentioned
3 Type Of designation Withdrawable or truckmounted
4 Standart IEC 602271-100
5 Operation Duty minimum 0 0,3s CO 180s CO
6 Rated Voltage kV 24
7 Rated Nominal Current A 2000
8 Rated lightning impuls withstand
voltage kV 125
9 Breaking Capacity kA 25
10 Making Capacity kA 2,5 x 1k
11 Rated Frequency Hz 50
NO DESCRIPTION UNIT PLN REQUIRED
12 Interrupting medium SF6 or Vacuum
13 Mechanism Type Motor spring
14 Mechanical endurance M2 (10000 times)
15 Opening time Ms 60
16 Closing time Ms 110
17 Suplai tegangan:
- Control voltage Vdc 110
- Tripping and closing Coils Vdc 110
- Motor voltage Vdc 110

1.5.1.2 Rel
Rel dibuat dari tembaga atau aluminium dengan bentuk sesuai dengan desain dari
masing-masing pabrik.

1.5.1.2.1 Fungsi Rel


Rel Tegangan Menengah pada Kubikel berfungsi sebagai penghubung antara kabel
masuk dengan beberapa penyulang.
Bentuk rel ini ada yang berpenampang bulat / pipa (tubuler), setengah bulat dan ada pula
yang berbentuk plat sesuai dengan desain dari pabrik Kubikelnya.
Besar kecilnya penampang rel tergantung pada besar / kecilnya daya yang akan
disalurkan.

Contoh:
Pipa tembaga untuk rel pada Kubikel Merlin Gerin,Mitsubishi dan Calor
Emag
Pipa setengah bulat tembaga pada rel Kubikel ABB dan Calor Emag
Plat pejal tembaga untuk rel pada Kubikel Fuji.
Untuk merangkai Kubikel-Kubikel Tegangan Menengah dengan rel bulat / pipa, harus
diperhatikan agar betul-betul rata (selevel). Hal itu untuk mencegah tingginya nilai
tahanan kontak pada sambungan rel, yang dapat mengakibatkan gangguan / kerusakan.

1.5.1.3 Trafo Arus (CT)


Trafo arus berfungsi untuk menurunkan arus bolak-balik yang besar menjadi arus bolakbalik
yang kecil sesuai dengan kebutuhan instrumentasi yang tersambung.
Nominal arus di sisi primer CT bermacam-macam, dapat dipilih sesuai dengan arus
beban maksimum di sisi primer. Sedang arus nominal sisi sekunder adalah 1 Ampere
atau 5 Ampere.
Jenis CT yang terpasang pada Kubikel Tegangan Menengah biasanya:
- Berbentuk cincin atau ring
- Berbentuk cor-coran / cast resin
Bagian-bagian utama trafo arus, yaitu:
- Kumparan primer
- Kumparan sekunder
- Inti besi
- Terminal primer dan terminal sekunder
Gambar 1-20 CT Tipe Ring / Cincin
Gambar 1-21 CT Tipe Cor-coran / Cast Resin

1.5.1.4 Trafo Tegangan (PT)


Fungsi trafo tegangan adalah untuk menurunkan tegangan tinggi / menengah bolak-balik
menjadi tegangan rendah sesuai dengan tegangan nominal instrument.
Pemasangan trafo tegangan bisa pada Kubikel tersendiri atau pada Kubikel incoming,
tergantung dari desain yang ada. Trafo tegangan pada Kubikel Tegangan Menengah
umumnya berbentuk cor-coran / Cast resin.
Perbandingan transformasinya (rasio) adalah: 20.000 Volt / 100 Volt; 20.000/3 Volt /
100/3 Volt; 20.000 Volt / 110 Volt atau 20.000/3 Volt / 110/3 Volt.
Bagian-bagian utama PT adalah:
Kumparan primer
Kumparan sekunder
Inti besi
Terminal primer dan terminal sekunder
Trafo tegangan dilengkapi dengan pelebur (fuse).
Gambar 1-22 Trafo PT Dengan Pelebur

1.5.1.5 Pemisah Rel Dan Pemisah Tanah


1.5.1.5.1 PMS (Pemisah) Rel
Pemisah berfungsi untuk memisahkan peralatan yang akan dipelihara agar terlihat secara
visual bahwa peralatan yang akan dipelihara sudah terpisah dari bagian yang
bertegangan, sehingga aman bagi petugas terhadap tegangan dari luar peralatan
tersebut.
Lengan kontak PMT Tegangan Menengah pada Kubikel di sisi kabel dan di sisi rel,

berfungsi sebagai pemisah, dimana untuk memisahkannya dilakukan dengan cara


mengeluarkan PMT dari Kubikel tersebut atau diposisikan rack out.
PMS Rel dan PMS Tanah seperti yang dimaksud di atas terpasang pada Kubikel Open
Type.

1.5.1.5.2 PMS (Pemisah) Tanah / Grounding


Pemisah tanah berfungsi untuk pengamanan petugas yang akan bekerja, agar aman
terhadap tegangan sisa dan tegangan induksi. Pemisah tanah pada Kubikel untuk
mentanahkan di sisi kabel. Sedangkan untuk mentanahkan di sisi rel harus dilakukan
secara manual melalui grounding lokal.
PMS tanah sisi kabel untuk membuang sisa muatan listrik. PMS tanah ini dioperasikan
dari panel dan terdapat interlock mekanik dengan PMT.

1.5.2 Komponen Pendukung


Komponen Pendukung pada Kubikel terdiri dari Rele & Meter, Kontrol/Indikator, Pemanas
(Heater) serta Handle Kubikel. Rele proteksi, Meter dan Kontrol/Indikator terpasang pada
sebuah kompartemen. Kompartemen ini didisain untuk memperkecil resiko propagasi saat
terjadi gangguan. Rele proteksi dan peralatan pendukung disambung ke PMT melalui
kabel penghubung dengan multi pin connector.

1.5.2.1 Rele dan Meter


Single line diagram rele
Gambar 1-23. Single line diagram rele
OCR/GFR DIFF
KwH Amp. Mtr
kV Mtr
UFR
PMT
INCOMING
CT
Core proteksi
CT
Core metering
VT Kabel
VT Rell / Busbar
RELL / BUSBAR 20 KV

Rele arus lebih (OCR)


Sebagai pengaman terhadap gangguan hubung singkat fasa-fasa.
Rele gangguan tanah (GFR)
Sebagai pengaman gangguan fasa tanah.
Rele Penutup Balik Otomatis (Recloser Relay)
Berfungsi untuk menormalkan kembali SUTM jika terjadi gangguan temporer.
Rele frekwensi kurang (UFR)
Berfungsi untuk pelepasan beban, jika terjadi gangguan frekwensi kurang
(under frequency).
Ampere meter
Berfungsi untuk pengukuran arus beban
kWh meter
Berfungsi untuk pengukuran energi listrik yang disalurkan
kV meter
Berfungsi untuk pengukuran tegangan
Instrumen-instrumen yang memerlukan pasokan arus dari sekunder CT adalah: OCR,

GFR, Ampere meter, kWh meter. Sedangkan yang memerlukan pasokan tegangan dari
sekunder PT adalah UFR, kV meter, kWh meter.
Konfigurasi pemasangan OCR dan GFR adalah seperti pada gambar di bawah ini.
Gambar 1-24 Konfigurasi pemasangan OCR dan GFR

(Tiga Over Current Relay dengan satu Ground Fault Relay)

1.5.2.2 Kontrol / Lampu Indikator


Kontrol/Lampu Indikator untuk menandai adanya tegangan 20 kV pada sisi kabel
outgoing. Lampu indikator menyala karena adanya arus kapasitip yang dihasilkan oleh
kapasitor induktif yang terpasang di isolator tumpu pada Kubikel bagian bawah.
Lampu indikator ON/OFF PMT digunakan untuk menandai kondisi PMT Close atau Open
dengan 2 (dua) warna yang berbeda (merah atau hijau).

1.5.2.3 Pemanas (Heater)


Untuk memanaskan ruang terminal kabel agar kelembabannya terjaga. Sehingga dapat
mengurangi efek corona pada terminal Kubikel tersebut.

1.5.2.4 Handle Kubikel


Untuk menggerakkan mekanik Kubikel, yaitu membuka atau menutup posisi kontak
hubung: PMT, PMS, LBS, pemisah tanah (grounding) atau pengisian pegas untuk energi
membuka / menutup kontak hubung. Pada satu Kubikel, jumlah handle yang tersedia bisa
satu macam atau lebih.

1.5.2.5 Sistem Interlock dan Pengunci


Kubikel dilengkapi dengan sistem interlock untuk mencegah kemungkinan kesalahan atau
kelainan operasi dari peralatan dan untuk menjamin keamanan operasi.
Gawai interlock harus dari jenis mekanis dengan standar pembuatan yang paling tinggi
dan mempunyai kekuatan mekanis lebih tinggi dari kontrol mekanisnya.
Pada Kubikel yang PMT-nya dilengkapi dengan motor listrik sebagai penggerak alat
hubung, maka sistem interlock juga diterapkan pada sistem kontrol listriknya. Yaitu bila
posisi komponen Kubikel belum pada posisi siap dioperasikan, maka sistem kontrol tidak
dapat dioperasikan .
Macam- macam sistem interlock pada Kubikel:

1.5.2.5.1 Interlock Pintu


Pintu Kubikel harus tidak dapat dibuka jika:
- PMT dalam keadaan tertutup
- PMS Tanah dalam keadaan terbuka.
Pintu Kubikel harus tidak dapat ditutup jika:
- PMS Tanah dalam keadaan tertutup/masuk.

1.5.2.5.2 Interlock PMT


PMT harus tidak dapat dioperasikan jika:
- Pintu Kubikel dalam keadaan terbuka.
- PMS Tanah dalam keadaan tertutup/ masuk.

1.5.2.5.3 Interlock PMS Tanah


- PMS Tanah harus tidak dapat ditutup jika PMT dalam keadaan tertutup/
masuk.

1.6 Peralatan Uji dan Alat Pelindung Diri (APD)


Peralatan Uji dan Alat Pelindung Diri (APD) yang digunakan pada saat melakukan
pemeliharaan Kubikel Tegangan Menengah adalah sebagai berikut:

1.6.1 Peralatan Uji


- Alat Uji CB Analyzer
- Alat Uji CT Analyzer
- Alat Uji Tahanan Kontak
- Alat Uji Tahanan Insulasi
- Alat Uji Rele Proteksi
- Vacuum Checker
- AVO Meter
- Tang Ampere
- Alat Ukur tekanan SF6 (kondisional)
- Alat ukur tahanan isolasi minyak (kondisional)
- Earth Meter

1.6.2 Alat Pelindung Diri (APD) dan Peralatan K3


- Sabuk Pengaman (kondisional)
- Topi / Helm Pengaman
- Sarung Tangan Safety
- Sepatu Safety
- Grounding local
- Tester tegangan
- Rambu-rambu / tagging

2 PEDOMAN PEMELIHARAAN
2.1 In Service Inspection
In Service Inspection adalah kegiatan yang dilakukan pada saat Kubikel dalam kondisi
operasi/bertegangan. Tujuan dilakukannya In Service Inspection adalah untuk mendeteksi
secara dini ketidaknormalan yang mungkin terjadi di dalam Kubikel tanpa melakukan
pemadaman.
Dalam In Service Inspection, dilakukan beberapa pemeriksaan dengan metode:
1. Pengecekan dengan panca indera (visual, penciuman, pendengaran),
2. Pengecekan dengan alat ukur sederhana (thermogun, termometer, dan lainlain).
Untuk In Service Inspection pada pemeliharaan Kubikel dilakukan dengan periode Harian,
Bulanan, 3 Bulanan, 2 tahunan. Selain itu ada beberapa pemeliharaan yang
pelaksanaannya bergantung pada kondisi peralatan Kubikel tersebut (kondisional).

2.1.1 Periode Harian


1. Pemeriksaan indikator pegas mekanik pada PMT sistem pegas.
2. Monitor tekanan Gas SF 6 low (jenis PMT dengan media gas yang
dilengkapi dengan indikator tekanan).

2.1.2 Periode Bulanan


1. Pemeriksaan visual terhadap benda asing, bunyi-bunyian dan bau-bauan.
2. Pemeriksaan visual alat ukur (meter) dan rele.
3. Pemeriksaan lemari kontrol, pemanas ruang (heater), lampu penerangan.

4. Pemeriksaan kebersihan Kubikel dan ruang wiring kontrol.

2.1.3 Periode 3 Bulanan


1. Pemeriksaan indikator posisi PMT Close /Open.
2. Pemeriksaan counter kerja PMT.

2.1.4 Periode 2 Tahunan


Pemeriksaan struktur mekanik Kubikel.

2.1.5 Kondisional
Pemeriksaan visual terhadap bunyi-bunyian dan bau-bauan dapat dilakukan bersamaan
ketika melakukan pekerjaan lain, misalnya ketika sedang mencatat data pengusahaan
Kubikel.

2.2 In Service Measurement


Merupakan pengukuran yang dilakukan pada periode tertentu dalam keadaan peralatan
bertegangan.
Pengukuran dan/atau pemantauan yang dilakukan bertujuan untuk mengetahui /
memonitor kondisi peralatan dengan menggunakan alat ukur yang advanced (seperti
Thermal Image Thermovision).
Untuk In Service Measurement pada Pemeliharaan Kubikel dilakukan dengan periode
Bulanan dan Kondisional.

2.2.1 Periode Bulanan


1. Pengukuran suplai tegangan AC dan DC Kubikel
2. Pengukuran suhu Kubikel
3. Pengukuran suhu terminal dan sambungan pada rel, CT, PT, kabel dan
peralatan lain yang dialiri arus dalam Kubikel. Pelaksanaan thermovisi
dilakukan melalui lubang intai pada Kubikel.

2.2.2 Kondisional
Pengukuran suhu Kubikel, terminal dan sambungan pada rel, CT, PT, kabel serta
peralatan lain yang dialiri arus dalam Kubikel, juga dilakukan dengan memerhatikan
kondisi pembebanan Kubikel tersebut. Semakin tinggi beban yang disalurkannya, periode
pengukuran suhu dengan thermovisi perlu semakin cepat.

2.3 Shutdown Measurement


Merupakan pengukuran yang dilakukan pada periode 2 tahunan dalam keadaan peralatan
tidak bertegangan.
Pengukuran ini dilakukan bertujuan untuk mengetahui kondisi peralatan secara lebih rinci.
Macam-macam pengukuran / pengujian:
a) Pengukuran / pengujian pada PMT:
Pengukuran tahanan isolasi
Pengukuran tahanan kontak
Pengukuran kecepatan waktu buka / tutup
Pengukuran media isolasi (Untuk PMT vacuum atau minyak)
Pengukuran tekanan dan kebocoran gas SF6 (jika terpasang manometer)
Pengukuran tegangan kerja minimum coil
b) Pengukuran / pengujian CT
c) Pengukuran / pengujian PT
d) Pengukuran / pengujian LA (jika terpasang LA)

e) Pengujian rele-rele OCR / GFR / DGR


f) Pengujian rele-rele tegangan / UFR (jika terpasang)
g) Pengujian pada sistem mekanik penggerak:
Sistem pegas / spring
Pengujian fungsi start & stop motor penggerak
Pengukuran arus beban motor penggerak
Tahanan isolasi belitan motor penggerak
h) Pengukuran tegangan AC dan DC
i) Pemeriksaan pemanas (heater)
j) Pemeriksaan lampu penerangan lemari Kubikel
k) Pemeriksaan kebersihan Kubikel
l) Pengukuran tahanan pentanahan Kubikel
m) Pengujian tahanan isolasi rel

2.3.1 Pengukuran Tahanan Isolasi PMT


Pengukuran tahanan isolasi PMT ialah proses pengukuran dengan suatu alat ukur
Insulation Tester untuk memperoleh nilai tahanan isolasi PMT, yaitu antara bagian yang
diberi tegangan (fasa) terhadap badan (casing) yang ditanahkan maupun antara terminal
masukan (I/P terminal) dengan terminal keluaran (O/P terminal) pada fasa yang sama.
Cara Pengukuran
Kesiapan obyek yang akan diukur dilakukan dengan urutan sebagai berikut:
1 ). Pemasangan pentanahan lokal (Local Grounding) disisi I/P dan O/P terminal
dengan tujuan membuang muatan induksi (Residual Current) yang masih
tersisa.
2 ). Pembersihan permukaan porselin bushing memakai material cleaner + lap
kain yang halus dan tidak merusak permukaan isolator. Tujuannya agar
pengukuran memperoleh hasil yang akurat.
3 ). Melakukan pengukuran tahanan isolasi PMT kondisi terbuka (open) antara:
a). Terminal atas ( Ra, Sa, Ta ) terhadap badan / tanah.
b). Terminal bawah ( Rb, Sb, Tb ) terhadap badan / tanah.
c). Terminal fasa atas bawah (Ra-Rb, Sa-Sb, Ta-Tb)
4 ). Melakukan pengukuran tahanan isolasi PMT kondisi tertutup (closed):
a) Terminal fasa R / Merah ( Ra+Rb ) terhadap tanah.
b) Terminal fasa S / Kuning ( Sa+Sb ) terhadap tanah.
c) Terminal fasa T / Biru ( Ta+Tb) terhadap tanah.
5 ). Mencatat hasil pengukuran tahanan isolasi serta suhu sekitar.
6 ). Hasil pengukuran ini merupakan data terbaru hasil pengukuran dan sebagai
bahan evaluasi pembanding dengan hasil pengukuran sebelumnya.
7 ). Memasang kembali terminasi atas dan bawah seperti semula.
8 ). Melepas pentanahan lokal sambil pemeriksaan akhir untuk persiapan
pekerjaan selanjutnya.
Gambar 2-1Pengukuran Tahanan Isolasi pada PMT

2.3.2 Pengukuran Tahanan Kontak PMT


Rangkaian tenaga listrik sebagian besar terdiri dari banyak titik sambungan. Sambungan
adalah dua atau lebih permukaan dari beberapa jenis konduktor bertemu secara fisik
sehingga arus / energi listrik dapat disalurkan tanpa hambatan yang berarti. Pertemuan
kontak PMT juga merupakan suatu sambungan yang mempunyai nilai tahanan tertentu
terhadap arus yang melaluinya, sehingga akan terjadi panas dan menjadi kerugian teknis.

Rugi ini sangat signifikan jika nilai tahanan kontaknya tinggi.


Prinsip dasar pengukuran tahanan kontak PMT adalah sama dengan alat ukur tahanan
murni (Rdc), tetapi pada tahanan kontak arus yang dialirkan lebih besar I=100 Ampere.
Cara Pengukuran
Alat ukur tahanan kontak terdiri dari sumber arus dan alat ukur tegangan (drop tegangan
pada obyek yang diukur). Dengan sistem elektronik maka pembacaan dapat diketahui
dengan baik dan ketelitian yang cukup baik pula.
Digunakanya arus sebesar 100 Ampere karena pembagi dengan angka 100 akan
memudahkan dalan menentukan nilai tahanan kontak dan lebih cepat.
Harus diperhatikan skala yang digunakan jangan sampai arus yang dibangkitkan sama
dengan batasan skala sehingga kemungkinan akan terjadi overload dan hasil penunjukan
tidak sesuai dengan kenyataannya.
Gambar 2-2 Pengukuran Tahanan Kontak pada PMT

Pelaksanaan Pengukuran:
1. Hubungkan obyek yang akan diukur ke tanah
2. Hubungkan ke tanah alat ukur yang akan digunakan.
3. Sambungkan terminal (+) dan (-) ke kedua sisi terminal yang akan diukur
(obyek).
4. Hubungkan kabel ukur mVolt sedekat mungkin dengan obyek yang akan
diukur.
5. Setelah siap posisikan saklar on / off ke posisi on.
6. Pilih saklar pada skala 200 Ampere.
7. Atur pembangkit arus sehingga display menunjuk angka 100 Ampere.
8. Tekan saklar pengubah dari Ampere ke Ohm.
9. Catat penunjukan dan dikalibrasikan terhadap skala pembatas.

2.3.3 Pengukuran Kecepatan waktu buka/tutup PMT


Tujuan dari pengukuran kecepatan waktu buka/tutup PMT adalah untuk mengetahui
waktu kerja PMT secara individu pada saat menutup ataupun membuka.
Cara Pengukuran:
1. Masukkan (ON) PMT yang akan diuji.
2. Pasang pentanahan (grounding) pada sisi atas kontak, hal ini untuk
mengurangi resiko arus induksi yang mengalir melalui alat uji.
3. Pasang pentanahan (grounding) alat uji.
4. Buat rangkaian seperti gambar dibawah:
Gambar 2-3 Rangkaian uji untuk PMT
CB Analyzer
Trip coil
Close coil

Langkah Pengujian:
1. Closing Time ( Kondisi PMT Off / Open )
(a) Posisikan Switch Squence pada ( C / Close )
(b) Nyalakan Switch Power
(c) Tekan tombol Ready hingga lampu LED Ready menyala
(d) Putar Switch Start
(e) Tunggu beberapa saat hingga printer mencetak
2. Opening Time ( Kondisi PMT On / Close )
(a) Posisikan Switch Squence pada ( O / Open )
(b) Nyalakan Switch Power
(c) Tekan tombol Ready hingga lampu LED Ready menyala
(d) Putar Switch Start

(e) Tunggu beberapa saat hingga printer mencetak


3. Close Open Time ( Kondisi PMT Off / Open )
(a) Posisikan Switch Squence pada ( CO / Close-Open )
(b) Nyalakan Switch Power
(c) Tekan tombol Ready hingga lampu LED Ready menyala
(d) Putar Switch Start
(e) Tunggu beberapa saat hingga printer mencetak
4. Open Close Time ( Kondisi PMT On / Close )
(a) Posisikan Switch Squence pada ( O-C / Open-Close )
(b) Nyalakan Switch Power
(c) Tekan tombol Ready hingga lampu LED Ready menyala
(d) Putar Switch Start
(e) Tunggu beberapa saat hingga printer mencetak
5. Open Close Open Time ( Kondisi PMT On / Close )
(a) Posisikan Switch Squence pada ( O-C-O / Open-Close-Open )
KUBIKEL TEGANGAN MENENGAH
30
(b) Nyalakan Switch Power
(c) Tekan tombol Ready hingga lampu LED Ready menyala
(d) Putar Switch Start
(e) Tunggu beberapa saat hingga printer mencetak.

2.3.4 Pengukuran Tahanan Pentanahan Kubikel


Peralatan ataupun titik netral sistem tenaga listrik dihubungkan ke tanah dengan suatu
pentanahan yang ada di Gardu Induk. Sistem pentanahan tersebut dibuat di dalam tanah
dengan struktur bentuk mesh. Nilai tahanan pentanahan di Gardu Induk bervariasi.
Semakin kecil nilai pentanahannya maka akan semakin baik.

2.3.5 Pengukuran/Pengujian Media Isolasi


2.3.5.1 Pengukuran Tekanan dan Kebocoran Gas SF6
Kebocoran gas SF6 dapat terjadi pada PMT. Adanya kebocoran gas SF6 tersebut
(biasanya kecil dan dalam waktu lama) dapat mengakibatkan menurunnya tekanan dan
selanjutnya memengaruhi unjuk kerja PMT. Untuk mengetahui lokasi terjadinya
kebocoran gas SF6 pada PMT dilakukan dengan cara tradisional (melalui pendengaran
atau dengan busa sabun) atau dengan alat deteksi kebocoran / leakage detector. Pada
jenis PMT dengan media isolasi SF6 yang disediakan fasilitas untuk mengukur tekanan
SF6, pengukuran tekanan SF6 dapat dilakukan dengan alat ukur tekanan gas SF6
(Preasure Gauge).
Gambar 2-4 Alat Ukur Tekanan Gas SF6 (Preasure Gauge)

2.3.5.2 Minyak (Oil)


Pemutus tenaga (PMT) dengan media pemutus minyak (oil) adalah salah satu jenis PMT
yang masih digunakan dalam operasional penyaluran tenaga listrik. Untuk mengetahui
apakah minyak PMT masih layak operasi sesuai dengan standar pengusahaan maka
perlu adanya acuan yang sesuai. Karakteristik dan fungsi media minyak PMT adalah
berbeda dengan karakteristik minyak isolasi transformator. Selain berfungsi sebagai
isolasi terhadap tegangan tinggi (menengah), media minyak pada PMT jenis ini juga
berfungsi sebagai pemadam busur api listrik (arching) pada saat PMT bekerja. Khususnya
pada saat pemutusan arus beban atau bila terjadi arus gangguan.

Kelayakan operasi PMT media minyak tergantung pada banyak faktor, terutama yang
menyangkut kualitas minyak itu sendiri.
Faktor yang sering dijadikan acuan antara lain:
a) Kandungan gas terlarut dalam minyak (terutama gas Hydrogen dan
Acethylene)
b) Jumlah kandungan partikel
c) Tegangan tembus minyak
Khusus PMT jenis sedikit minyak (low oil contents) perlu dilakukan analisis komersial
tentang untung dan ruginya ketika akan melakukan penggantian / pengujian minyak.
Karena biaya penggantian minyak baru dibandingkan dengan biaya untuk uji kandungan
gas terlarut dalam minyak perlu menjadi bahan pertimbangan. Sehingga untuk
operasional PMT low oil contents jarang dilakukan pengujian karakteristik minyak dan
cenderung diganti dengan minyak sejenis yang baru.

2.3.5.3 Vacuum
Pengukuran/pengujian karakteristik media pemutus vacuum adalah untuk mengetahui
apakah ke-vacuum-an ruang kontak utama (breaking chamber) PMT tetap hampa
sehingga masih berfungsi sebagai media pemadam busur api listrik.
PMT jenis vacuum kebanyakan digunakan untuk tegangan menengah dan hingga saat ini
masih dalam pengembangan sampai tegangan 36 kV.
Jarak (gap) antara kedua katoda adalah 1 cm untuk 15 kV dan bertambah 0,2 cm setiap
kenaikan tegangan 3 kV.
Ruang kontak utama (breaking chambers) dibuat dari bahan antara lain porselen, kaca
atau plat baja yang kedap udara. Ruang kontak utamanya tidak dapat dipelihara dan
umur kontak utama sekitar 20 tahun. Karena kemampuan dielektrikum yang tinggi maka
bentuk fisik PMT jenis ini relatif kecil.
Uji Vacuum

Gambar 2-5 Pengukuran PMT jenis vacuum

Prosedur pengukuran
1) Persiapan benda uji (Breaking Chambers) PMT dan peralatan uji.
2) Posisi benda uji dalam keadaan terbuka kontaknya.
3) Sambungkan kabel keluaran (Output) alat uji dengan benda uji.
4) Pasang kabel pentanahan untuk keselamatan kerja.
5) Saklar no.7 (Toggle Switch) diposisikan OFF.
6) Sambungkan alat uji dengan sumber AC dan lampu power no. 1 (LED
Standby) akan menyala.
7) Set pengatur arus no.5 sesuai dengan kebutuhan dan setinggi-tingginya 10
mA.
8) Atur tegangan (tombol no.6) sesuai dengan kebutuhan
9) Saklar no.7 (Toggle Switch) diposisikan ON, dan lampu no.3 (LED hijau)
akan menyala.
10) Amati dengan seksama dan sangat hati-hati dengan tegangan uji.
11) Bila lampu no.3 (LED hijau) tidak padam setelah 10 detik maka benda uji
adalah baik. Matikan alat uji dengan saklar no.7 (togel).
12) Bila sebelum 10 detik lampu no.3 (LED hijau) padam dan lampu no.4 (LED
merah) menyala maka berarti benda uji adalah tidak bagus.

2.3.6 Pengukuran Tegangan Minimum Coil


Tujuan pengukuran ini agar kita dapat mengetahui berapa besarnya tegangan minimal
sumber DC yang dapat mengerjakan coil PMT. Sehingga dapat diketahui fungsi dari coil

tersebut apakah masih baik atau tidak. Selain itu juga untuk mengukur nilai resistansi coil
tersebut.
Dalam setiap PMT jumlah tripping (opening) coil biasanya lebih banyak dari pada jumlah
closing coil, hal ini dimaksud sebagai faktor keamanan pola operasi sistem dan PMT
tersebut.
Prinsip kerja coil adalah berdasarkan induksi medan magnet, seperti pada gambarberikut:
Gambar 2-6 Prinsip kerja coil

Pemeliharaan dan Pengujian


Mengingat begitu pentingnya fungsi dari coil terhadap kerja PMT, maka ada beberapa hal
yang harus diperhatikan dalam melakukan pemeliharaan, yaitu:
a. Pastikan coil sudah terbebas dari sumber tegangan DC.
b. Periksa kemungkinan adanya karat pada rumah atau batang coil yang dapat
mengganggu fungsi kerja rod dari coil.
Gambar 2-7 Coil pada PMT Tegangan Menengah ABB

Ukur nilai resistansi coil dengan menggunakan mikro ohm meter dan bandingkan
dengan nilai yang tertera pada name platenya.
Gambar 2-8 Pengukuran nilai tahanan (resistansi) coil dan pengujian tegangan
minimal coil pada PMT ABB.

Catat hasilnya dan bandingkan dengan nilai yang tertera pada papan nama
(name plate) coil tersebut.

2.3.7 Pengukuran Tahanan Isolasi CT


Pengujian tahanan isolasi menggunakan alat uji tahanan isolasi 5 kV untuk sisi primer dan
500 V untuk sisi sekunder. Berfungsi untuk mengetahui kualitas tahanan isolasi pada trafo
arus tersebut. Pencatatan hasil pengukuran dilakukan pada saat 60 detik.

Coil
2.3.8 Pengukuran Tahanan Isolasi PT
Pengujian tahanan isolasi menggunakan alat ukur tahanan isolasi 5 kV untuk sisi primer
dan 500 V untuk sisi sekunder. Berfungsi untuk mengetahui kualitas tahanan isolasi pada
trafo tegangan tersebut. Pencatatan hasil pengukuran dilakukan pada saat 60 detik.

2.3.9 Pengukuran Tahanan Isolasi LA


Pengukuran tahanan isolasi Lightning Arrester (LA) ialah proses pengukuran dengan
suatu alat ukur Insulation Tester untuk memperoleh nilai tahanan isolasi LA terhadap
grounding.
Gambar 2-9 Pengukuran tahanan isolasi CT
Gambar 2-10 Pengujian Tahanan Isolasi PT
PENGUJIAN TAHANAN ISOLASI
PADA ARRESTER20 KV

Gambar 2-11 Pengujian Tahanan Isolasi LA

2.4 Shutdown Function Check


2.4.1 Pemeriksaan fungsi kontrol:

Pengujian fungsi close dan open (local / remote dan scada)


Pengujian emergency trip
Pengujian fungsi alarm
Pengujian fungsi interlock mekanik dan elektrik

2.4.2 Pengujian fungsi trip dari rele proteksi


3.2 STANDAR EVALUASI HASIL PEMELIHARAAN
Standar evaluasi adalah acuan yang digunakan dalam mengevaluasi hasil pemeliharaan
untuk dapat menentukan kondisi peralatan Kubikel yang dipelihara. Standar yang ada
berpedoman kepada: instruction manual dari pabrik, standar-standar internasional
maupun nasional (IEC, IEEE, CIGRE, ANSI, SPLN, SNI dan lain-lain) dan pengalaman
serta observasi/pengamatan operasi di lapangan.
Dikarenakan dapat berbeda antar merk/pabrikan, maka acuan yang diutamakan adalah
manual dari pabrikan Kubikel tersebut. Dapat digunakan acuan yang berasal dari standar
internasional maupun nasional, apabila tidak ditemukan suatu nilai batasan pada manual
dari pabrikan Kubikel tersebut.

3.2.1 Pengukuran/pengujian Tahanan Isolasi


Batasan tahanan isolasi PMT Kubikel menurut standar VDE (catalogue 228/4) minimum
besarnya tahanan isolasi pada suhu operasi dihitung 1 kilo Volt = 1 M (Mega Ohm) .
Dengan catatan 1 kV = besarnya tegangan fasa terhadap tanah, kebocoran arus yang
diijinkan setiap kV = 1 mA.

3.2.2 Pengukuran/pengujian Tahanan Kontak


Nilai tahanan kontak PMT Kubikel yang normal harus (acuan awal) disesuaikan dengan
petunjuk / manual dari masing masing pabrikan PMT Kubikel, sebagai contoh adalah
sebagai berikut:
- Buku manual PMT ASEA 45
- Buku manual PMT MG 35
- Buku manual PMT Alsthom 40

3.2.3 Pengukuran/pengujian Kecepatan Kontak PMT


Pada saat terjadi gangguan pada sistem tenaga listrik, diharapkan PMT bekerja dengan
cepat. Clearing Time sesuai dengan standart SPLN No 52-1 1983 untuk sistem dengan
tegangan 20 kV adalah < 50 mili detik.
Kecepatan kontak PMT membuka dan / atau menutup harus disesuaikan dengan
referensi / acuan dari masing masing pabrikan PMT, sebagai contoh adalah sebagai
berikut:
Tabel 3-1 Contoh Kecepatan Kontak PMT Open dan Close

PMT 20 kV Opening time Breaking time Closing time


Areva (38 + 10%) ms (50 + 10%)ms (70 +10%)ms
Toleransi perbedaan waktu antar fasa R, S, dan T saat PMT beroperasi (Open / Close)
ditentukan dengan melihat nilai t yang merupakan selisih waktu tertinggi dan terendah
antar fasa R, S, dan T.
Rekomendasi berdasarkan referensi dari pabrikan ALSTHOM untuk nilai t adalah < 10
ms.

3.2.4 Pengukuran/pengujian Tahanan Pentanahan


Semakin kecil nilai pentanahannya maka akan semakin baik. Menurut IEEE std 80: 2000
(Guide for Safety in AC Substation - Grounding), besarnya nilai tahanan pentanahan
untuk Kubikel dan switchgear adalah 1 Ohm.

A. Pemeliharaan Kubikel 20 kV
Kegiatan pemeliharaan yang dilakukan adalah pemeliharaan pada peralatan-peralatan
yang terdapat pada kubikel seperti: pemeliharaan pemutus tenaga (PMT), pemeliharaan trafo
arus (CT), pengujian rele arus lebih (OCR) dan rele gangguan tanah (GFR).
1. Pemeliharaan Pemutus Tenaga (PMT)/CB
Pemeliharaan pada pemutus tenaga terdiri atas uji tahanan isolasi, uji tahanan
kontak dan pengujian media pemutus atau kevacuman.
a. Uji Tahanan Isolasi
Uji tahanan isolasi PMT adalah proses pengukuran dengan suatu alat ukur
Insulation Tester (megger) untuk memperoleh hasil (nilai/besaran) tahanan isolasi
pemutus tenaga antara bagian yang diberi tegangan (fasa) terhadap badan (case) yang
ditanahkan maupun antara terminal masukan (I/P terminal) dengan terminal keluaran
(O/P terminal) pada fasa yang sama.
Pengukuran tahanan isolasi pada pemutus tenaga menggunakan megger isolasi
merek kyoritsu, seperti pada gambar 4.5.

Gambar 4.5. Alat ukur tahanan isolasi merek Kyoritsu


Kesiapan obyek yang diukur merupakan kegiatan yang tujuannya membebaskan
obyek (PMT) dari tegangan dan dilanjutkan dengan pelepasan klem-klem I/P terminal
dan O/P terminal.
Kesiapan obyek yang akan diukur dilakukan dengan urutan sebagai berikut:
1)

Pemasangan pembumian lokal (Local Grounding) disisi I/P dan O/P terminal
dengan tujuan membuang Induksi Muatan (Residual Current) yang masih tersisa.

2)

Pembersihan permukaan porselin bushing memakai material cleaner + lap kain


yang halus dan tidak merusak permukaan isolator dengan tujuan agar pengukuran
memperoleh nilai (hasil) yang akurat.

3)

Melakukan pengukuran tahanan isolasi PMT dalam kondisi terbuka (open).


a) Terminal atas ( Ra, Sa, Ta ) terhadap Cashing ( body ) / tanah.
b) Terminal bawah ( Rb, Sb, Tb ) terhadap cashing ( body ) / tanah.
c) Terminal fasa atas bawah (Ra-Rb, Sa-Sb, Ta-Tb).

4)

Melakukan pengukuran tahanan isolasi PMT kondisi tertutup (closed).


a) Terminal fasa R / merah ( Ra+Rb ) terhadap tanah.
b) Terminal fasa S / Kuning ( Sa+Sb ) terhadap tanah.
c) Terminal fasa T / Biru ( Ta+Tb) terhadap tanah.

Gambar 4.6. Pengukuran tahanan isolasi pada PMT


5)

Mencatat hasil pengukuran tahanan isolasi serta suhu / temperatur sekitar.

6)

Hasil pengukuran ini merupakan data terbaru hasil pengukuran dan sebagai bahan
evaluasi pembanding dengan hasil pengukuran sebelumnya. Contoh blangko adalah
terlampir (lembar hasil pengukuran tanahan isolasi pemutus tenaga ).

7)

Memasang kembali terminasi atas dan bawah seperti semula.

8)

Melepas pembumian lokal sambil pemeriksaan final untuk persiapan pekerjaan


selanjutnya.

Tabel 4.1 Hasil pengukuran tahanan isolasi PMT penyulang Trans Studio
FASA : R ()
TITIK UKUR

Standar

a. Atas - Bawah

1kV/

( G ) Pmt OFF
b. Atas - Tanah

1M
1kV/

( G ) Pmt OFF
c. Bawah - Tanah

1M
1kV/

( G ) Pmt OFF
d. Fasa - Tanah

1M
1kV/

( G ) Pmt ON

1M

2014
520
32.2
20.5
36

FASA : S ()
Hasil
ukur

Standar

1100

1kV/

5000

1M
1kV/

5000

1M
1kV/

5000

1M
1kV/

2014
1100
29.7
18.1
18.5

FASA : T ()
Hasil

Hasil

Standar

2014

375

1kV/

389

825

5000

1M
1kV/

27.3

5000

5000

1M
1kV/

17.2

5000

5000

1M
1kV/

34.5

5000

ukur

1M

ukur

1M

b. Uji Tahanan Kontak


Rangkaian tenaga listrik sebagian besar terdiri dari banyak titik sambungan.
Sambungan adalah dua atau lebih permukaan dari beberapa jenis konduktor bertemu
secara fisik sehingga arus/energi listrik dapat disalurkan tanpa hambatan yang berarti.
Pertemuan dari beberapa konduktor menyebabkan suatu hambatan/resistan terhadap
arus yang melaluinya sehingga akan terjadi panas dan menjadikan kerugian teknis.
Rugi ini sangat signifikan jika nilai tahanan kontaknya tinggi.
Sambungan antara konduktor dengan PMT atau peralatan lain merupakan
tahanan kontak yang syarat tahanannya memenuhi kaidah Hukum Ohm sebagai
berikut:
E=I.R
Jika didapat kondisi tahanan kontak sebesar 1 Ohm dan arus yang mengalir
adalah 100 Amp maka ruginya adalah:
W = I2 . R
W = 10.000 watts

Prinsip dasarnya adalah sama dengan alat ukur tahanan murni (Rdc), tetapi pada
tahanan kontak arus yang dialirkan lebih besar I=100 Amperemeter.
Masalah ini dapat dikendalikan dengan cara menurunkan tahanan kontak dengan
membuat dan memelihara nilai tahanan kontak sekecil mungkin. Jadi pemeliharaan
tahanan kontak sangat diperlukan sehingga nilainya memenuhi syarat nilai tahanan
kontak.
Pengukuran tahanan kontak ini dilakukan dengan menggunakan alat pengukuran
tahanan kontak merk Programma. Cara pengukurannya adalah sebagai berikut:
Alat ukur tahanan kontak merk Programma terdiri dari sumber arus dan alat ukur
tegangan (drop tegangan pada obyek yang diukur). Dengan system elektronik maka
pembacaan dapat diketahui dengan baik dan ketelitian yang cukup baik pula (digital).
Digunakannya arus sebesar 100 Amp karena pembagi dengan angka 100 akan
memudahkan dalan menentukan nilai tahanan kontak dan lebih cepat. Harus
diperhatikan skala yang digunakan jangan sampai arus yang dibangkitkan sama
dengan batasan skala sehingga kemungkinan akan terjadi overload dan hasil
penunjukan tidak sesuai dengan kenyataannya. Dilakukan 3 kali pengukuran dengan
arus yang digunakan sebesar 100 Amp, 200 Amp, hingga 300 Amp.

Gambar 4.7. Pengukuran tahanan kontak pada PMT

(A)

(B)

Gambar 4.8. Alat ukur tahanan kontak


(A) penunjukan kabel tegangan dan arus (B) posisi pembumian alat
1)
2)
3)

Hubungkan obyek yang akan diukur ke tanah.


Hubungkan ke tanah alat ukur yang akan digunakan.
Sambungkan terminal (+) dan (-) ke terminal ke kedua sisi alat yang akan

4)

diukur (obyek).
Hubungkan kabel ukur mVolt sedekat mungkin dengan obyek yang akan
diukur.

5)
6)
7)
8)
9)
10)

Setelah siap posisikan saklar on/off ke posisi on.


Pilih saklar pada skala 200 Amp dan hasilnya 2x.
Atur pembangkit arus sehingga display menunjuk angka 100 Amp.
Tekan saklar pengubah dari ampere ke ohm.
Catat penunjukan dan dikalibrasikan terhadap skala pembatas.
Ulangi dengan menunjuk angka 200 dan 300 Amp.

Tabel 4.2 Hasil pengujian tahanan kontak PMT penyulang Trans Studio
FASA : R()

TITIK

Standar

2014

100 A

<100

37

200 A

<100

300 A

<100

UKUR

FASA : S ()
Hasil

Standar

2014

43.9

<100

37

37

43.8

<100

37

43.8

<100

ukur

FASA : T ()
Hasil

Hasil

Standar

2014

41.2

<100

36

47.3

37

41.2

<100

37

47.2

37

41.2

<100

37

46.7

ukur

ukur

Atas Bawah
(PMT posisi
ON)

c. Pengujian Media Pemutus


Media pemutus berfungsi sebagai media pemadam busur api yang timbul pada
saat PMT bekerja membuka atau menutup. Ada beberapa jenis media yang digunakan
sebagai pemadam busur api, seperti SF6, vacuum (hampa udara) dan minyak.
Salah satu media pemutus yang dilakukan pengujian pada saat kegiatan
dilakukan adalah pengujian media pemutus vacuum.
Pengukuran / pengujian karakteristik media pemutus vacuum adalah untuk
mengetahui apakah ke-vacuum-an ruang kontak utama (breaking chamber) PMT tetap
hampa sehingga masih berfungsi sebagai media pemadam busur api listrik.
PMT jenis vacuum kebanyakan digunakan untuk tegangan menengah dan hingga
saat ini masih dalam pengembangan sampai tegangan 36 kV.
Ruang kontak utama (breaking chambers) dibuat dari bahan antara lain
porcelain, kaca atau plat baja yang kedap udara. Ruang kontak utamanya tidak dapat
dipelihara dan umur kontak utama sekitar 20 tahun. Karena kemampuan ketegangan
dielektrikum yang tinggi maka bentuk fisik PMT jenis ini relatif kecil.

Gambar 4.9. Beberapa jenis ruang kontak utama PMT jenis vacuum
Alat pengujian yang digunakan adalah alat uji kevacuman merk Vida.

Gambar 4.10. Alat pengukur kevacuman media pemutus


Alat uji PMT vacuum mempunyai tegangan uji 0-60 kV DC dengan kenaikan
tegangan asut 500 V-3.000 V setiap detik, arus nominal 10 mA. Lama pengujian mulai
saat tombol ON adalah 10 detik atau lebih.
Prinsip kerja alat uji PMT vacuum ini adalah mendeteksi arus bocor antara
kontak diam (fixed contact) dan kontak gerak (moving contact). Arus bocor ini telah
dikalibrasi dalam alat uji, sehingga secara otomatis alat uji akan membuka (shut down)
dengan sendirinya bila terjadi arus bocor yang melampaui batas ketentuan mengalir
antara kontak diam dan kontak gerak. Cara pengukurannya adalah sebagai berikut:

Gambar 4.11. Skematik alat pengukur kevacuman


1)

Persiapan benda uji (breaking chambers) PMT dan peralatan uji.

2)

Posisi benda uji dalam keadaan terbuka kontaknya.

3)

Sambungkan kabel keluaran (output) alat uji dengan benda uji.

4)

Pasang kabel pembumian untuk keselamatan kerja.

5)

Saklar no.7 diposisikan OFF.

6)

Sambungkan alat uji dengan sumber AC dan lampu power no. 1 (LED standby)
akan menyala.

7)

Set pengatur arus no.5 sesuai dengan kebutuhan dan setinggi-tingginya 10 mA.

8)

Atur set tegangan (tombol no.6) sesuai dengan kebutuhan

9)

Saklar no.7 diposisikan ON, dan lampu no.3 (LED hijau) akan menyala.

10)

Amati dengan seksama dan sangat hati-hati dengan tegangan uji.

11)

Bila lampu no.3 (LED hijau) tidak padam setelah 10 detik maka benda uji adalah
baik. Matikan alat uji dengan saklar no.7.

12)

Bila sebelum 10 detik lampu no.3 (LED hijau) padam dan lampu no.4 (LED
merah) menyala maka berarti benda uji adalah tidak bagus.
Tabel 4.3 Hasil pengukuran media PMT Vacuum penyulang Trans Studio
FASA : R

FASA : S

FASA : T

Hasil ukur
OK

Hasil ukur
OK

Hasil ukur
OK

d. Pengujian Fungsi Keserempakan PMT


Tujuan dari pengukuran kecepatan waktu buka/tutup PMT adalah untuk
mengetahui waktu kerja PMT secara individu pada saat menutup ataupun membuka.
Cara Pengukuran:
1) Masukkan (ON) PMT yang akan diuji.
2) Pasang pentanahan (grounding) pada sisi atas kontak, hal ini untuk mengurangi
resiko arus induksi yang mengalir melalui alat uji.
3) Pasang pentanahan (grounding) alat uji.

4) Buat rangkaian seperti gambar 4.12.

Gambar 4.12. Rangkaian pengujian keserempakan PMT


Langkah Pengujian:
1) Closing Time (Kondisi PMT Off / Open)
a) Posisikan Switch Squence pada C / Close
b) Nyalakan Switch Power
c) Tekan tombol Ready hingga lampu LED Ready menyala
d) Putar Switch Start
e) Tunggu beberapa saat hingga printer mencetak
2) Opening Time (Kondisi PMT On / Close)
a) Posisikan Switch Squence pada O / Open
b) Nyalakan Switch Power
c) Tekan tombol Ready hingga lampu LED Ready menyala
d) Putar Switch Start
e) Tunggu beberapa saat hingga printer mencetak

Tabel 4.4 Hasil pengujian waktu keserempakan PMT penyulang Trans Studio
PENGUKURAN :
CLOSE (Millisecond)
OPEN (Millisecond)

FASA : R
Hasil ukur
57.3
43

FASA : S
Hasil ukur
57.3
42.5

FASA : T
Hasil ukur
57.5
42.5

2. Pemeliharaan Transformator Arus (CT)


a. Pengujian Injeksi
Dalam pengujian injeksi ini akan diperoleh beberapa karakteristik dari CT
seperti rasio. Rasio CT adalah perbandingan arus primer terhadap arus sekunder,
tujuan dari pengujian rasio ini untuk membandingkan nilai yang terdapat pada name
plate dengan kondisi yang terpasang pada saat pengujian dimana pada kegiatan
pengujian ini CT yang diuji adalah CT pada kubikel dengan rasio 600 : 1.
Metode injeksi arus adalah metode yang digunakan oleh GI panakkukang dalam
mengetahui rasio dari CT yang digunakan. Pengujian ini menggunakan alat uji injeksi
arus (high current test injection), dilakukan dengan mengatur catu daya pada alat uji
sesuai dengan nilai yang diinginkan serta mencatat arus pada sisi sekunder kedua CT.
Rasio dari CT adalah sama dengan rasio dari CT referensi yang dikalikan rasio antara
arus sisi sekunder CT referensi dengan arus sisi sekunder CT yang diuji.

Tabel 4.5 Hasil uji injeksi arus pada CT penyulang Trans Studio
ARUS UJI

I Primer (A)

150

300

150

300

150

300

I Sekunder Pengukuran (A)

0.25

0.500

0.25

0.500

0.25

0.500

I Sekunder teori (A)

0.250

0.500

0.250

0.500

0.250

0.500

Ratio (Ip/Is)

1.00

1.00

1.00

1.00

1.00

1.00

Error (%)

99.33

99.67

99.33

99.67

99.33

99.67

b. Pengukuran Tahanan Isolasi


Pengujian tahanan isolasi menggunakan alat uji tahanan isolasi 5 kV untuk sisi
primer dan 500 V untuk sisi sekunder. Berfungsi untuk mengetahui kualitas tahanan
isolasi pada trafo arus tersebut. Pencatatan hasil pengukuran dilakukan pada saat 60
detik.

Gambar 4.13. Pengukuran tahanan isolasi CT


3. Pengujian Relai Proteksi OCR & GFR
OCR adalah relai yang dipasang antar fasa dan bekerja berdasarkan indikator arus
yang telah disetting sedangkan GFR adalah relai gangguan tanah yang dipasang antara
fasa dan ground. Kedua relai ini pada dasarnya sama, yang membedakan adalah
pemasangannya pada sistem tenaga listrik, yaitu OCR pada fasa-fasa dan GFR pada fasatanah.

Pengujian relai arus lebih/over current relay (OCR) dan relai gangguan
tanah/ground fault relay (GFR) merupakan pengujian yang dilakukan untuk mengetahui
unjuk kerja relai sehingga dapat disimpulkan apakah relai tersebut masih layak digunakan
atau tidak dalam sistem proteksi distribusi 20 kV.
Terdapat beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam melakukan pengujian relai,
yaitu:
a. Cara setting
b. Internal diagram relay
c. Alat uji /rangkaian pengujian
d. Item pengujian
e. Prosedur pengujian
f. Hasil uji dan kesimpulan.
Sehingga diharapkan apabila telah benar-benar memperhatikan komponen di atas
pengujian relai dapat berjalan dengan baik dan mendapatkan hasil yang presisi sesuai
dengan yang diinginkan.
Beberapa komponen pengujian diantaranya adalah:
a. Arus pick up (arus awal / mula)
Arus pick up adalah arus minimum yang menyebabkan relai bekerja

b. Arus drop off (reset/ kembali)


Arus drop off adalah arus maksimum yang menyebabkan relai tidak bekerja.

c. Rasio arus pick up dengan drop off


Rasio antara arus pick up dan arus drop off yang akan menjadi pertimbangan
dalam setting relai.

Jenis relai yang diuji berupa relai MiCOM 122/123. Relai jenis MiCOM adalah
relai universal yang dapat digunakan dalam berbagai sistem seperti pengaturan, proteksi
dan pengawasan pada instalasi industri, sistem distribusi, jaringan dan gardu induk serta
sebagai sistem back-up pada sistem tegangan tinggi (TT) dan tegangan ekstra tinggi
(TET).

Gambar 4.14. Relai MiCOM 122/123

Alat uji yang digunakan adalah SVERKER 760. SVERKER 760 adalah salah satu
alat pengujian relai 1 fasa yang digunakan oleh para engineer. Kontrol panel yang
digunakan mempunyai fitur tampilan logika. Fitur ini membuat pengujian yang dilakukan
lebih efisien dan lebih mudah. Sebagai contoh hasil pengukuran dapat ditampilkan untuk

pengukuran Z, R, X, S, P, dan Q serta cos phi-nya. Semua hasil pengukuran ditampilkan


dalam tampilan yang mudah untuk dibaca.

Gambar 4.15. Sverker 750/760

Beberapa bagian utama dari alat ini antara lain:


a. Display, yang menampilkan waktu, arus, tegangan dan besaran yang lain. Juga
digunakan dalam pengaturan yang lain dengan cara menekan mode setting pada
tombol yang ada.
b. Kondisi start dan stop, digunakan untuk mengatur waktu kapan untuk start dan kapan
untuk stop pengujian. Hal ini dapat dikondisikan sehingga dapat seperti halnya pada
autorecloser.
c. Sumber Arus, menyediakan range antara lain 0-250 A AC, 250V AC dan 0-300 V DC.
Tergantung dengan output rangkaian yang diinginkan.

d. Sumber Tegangan, menyediakan dalam range 20-220V DC.


e. Tripping Indicator, berupa lampu indicator yang akan berkedip apabila relai yang
dipasang sudah dalam kondisi trip.
f. Knob Utama, digunakan untuk mengatur output arus dari sumber arus yang terpasang.

Gambar 4.16. Contoh pemasangan SVERKER 750/760

Prosedur pengujian yang dapat dilakukan yaitu setting awal relai sebelum
digunakan, fungsi arus pick-up dan arus drop-off, fungsi waktu kerja instan dan fungsi
waktu kerja tunda.
a. Setting awal

Setting awal adalah langkah pertama yang harus dilakukan sebelum melakukan
pengujian, langkahnya adalah sebagai berikut:
1) Buat rangkaian pengujian seperti gambar diatas.
2) Hidupkan alat uji dengan menekan tombol utama.
b. Fungsi arus pick-up dan drop-off
Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui kapan arus pick-up dan drop-off yang
dimiliki oleh relai. Langkah pengujiannya adalah sebagai berikut:
1) Hidupkan sumber arus dengan mengaktifkan Start Switch pada posisi ON (tekan
tombol ON sekali dimana lampu indikator akan menyala).
2) Naikkan arus perlahan-lahan dengan memutar Main Knob sampai relai pick up ( I>
ON ), dimana indikator trip akan menyala.
3) Baca / catat besarnya arus pick up yang terdapat pada display.
4) Tekan tombol HOLD dua kali (reset).
5) Kurangi nilai arus perlahan-lahan sampai relai drop off ( I> OFF) dimana indikator
trip akan padam.
6) Baca / catat nilai arus reset yang terdapat pada display.
7) Kurangi nilai tegangan sampai nol (main knob putar ke kiri)

8) Matikan sumber arus dengan menekan start switch pada posisi 0.

Tabel 4.6 Hasil uji arus pick-up relai OCR/GFR penyulang Trans Studio
R

Arus Setting ( Is ) Amp

0.05

Arus Kerja ( Ip ) Amp

1.22

1.19

1.12

0.06

Arus Kembali( Ir ) Amp

1.1

1
84.03

0.99

0.05

90.164

88.393

83.333

Ratio Ir / Ip (%)

c. Fungsi Kerja Tunda Waktu (I > On + Time Delay)


Pengujian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui waktu tunda relai yang
telah diatur dengan waktu tunda yang sebenarnya, apakah keduanya saling bersesuaian
atau tidak. Berikut langkah pengujiannya:
1) Hidupkan sumber arus dengan menekan start switch pada posisi ON, dimana lampu
indikator ON akan menyala.
2) Naikan arus 1,5 kali arus pick up (i> ON).
3) Matikan sumber arus dengan menekan start switch pada posisi OFF.
4) Aktifkan I> ON + Time Delay dengan menekan start switch, dimana timer akan
start.

5) Bila relai bekerja maka timer akan stop secara otomatis, sumber arus akan mati, dan
indikator trip akan menyala.
6) Baca dan catat waktu kerja yang terdapat pada display.
7) Ulangi langkah 3 s/d 6untuk arus uji 2 kali dan 3 kali I> ON Time Delay, dan juga
fasa fasa yang lainnya.

Tabel 4.7 Hasil uji karakteristik waktu relai OCR/GFR penyulang Trans Studio
OCR l set : 1

1.5

1.795

0.999

0.636

1.73

0.998

0.647

GFR I set : 0.05 A

1.599

1.031

0.643

Tx: 0.1

1.435

0.729

0.658

Tx: 0.1

kurva : SI

kurva : SI

Phasa

I set x

d. Fungsi Instant Arus Pick Up/Drop Off


Pengujian yang dilakukan untuk mengetahui nilai arus pick up dan drop off pada
setting.
1) Pindahkan hubungan ke output arus yang sesuai.
2) Hubungkan kontak trip ke timer stop input ) STOP ) bila kontaknya berbeda dengan
kontak I>.

3) Hidupkan sumber arus dengan menekan start switch, dimana lampu indikator ON
akan menyala.
4) Naikkan arus dengan cepat sampai relai kerja dan lampu indikator trip akan
menyala.
5) Catat nilai arus yang terdapat pada display.
6) Kurangi nilai arus sampai relai drop off, lampu trip akan mati.
7) Catat nilai arus yang terdapat pada display.
e. Waktu Kerja Instantaneous
1) Hidupkan sumber arus dengan menekan start switch pada posisi on, lampu
indikator ON akan menyala.
2) Naikkan arus s/d 1,5 kali I>> ON.
3) Matikan sumber arus dengan menekan start swich pada off.
4) Aktifkan ON+TIME dengan menggunakan start switch, dimana timer akan start.
5) Bila relai kerja, timer stop dan indikator menyala.
6) Catat waktu kerja yang terdapat pada display.
7) Ulangi pengujian di atas untuk fasa fasa yang lain.

Tabel 4.8 Hasil uji waktu dan arus kerja instan relai OCR/GFR
penyulang Trans Studio

Arus Setting ( Is ) Amp


Arus Kerja
Waktu kerja

( Ip ) Amp
detik

6 X ISET

6 X ISET

6 X ISET

0,4 X ISET

6.05

6.15

6.07

0.42

0.024

0.046

0.039

0.032

B. Pengujian Tahanan Pembumian dan Tahanan Jenis Tanah


1. Pengujian Tahanan Pembumian
Dalam melakukan pengukuran tahanan pembumian didasarkan pada posisi
pemasangan batang elektroda, yaitu berupa metode segitiga atau metode lurus seperti
pada gambar 4.17.

Gambar 4.17. Pengukuran tahanan pembumian menggunakan metode lurus


Alat ukur yang digunakan adalah earth tester, yaitu alat khusus untuk mengukur
nilai tahanan pembumian seperti pada gambar 4.18. Pengukuran dengan earth tester ini
menggunakan dua buah elektroda bantu. Pengukuran dilakukan dengan terlebih dahulu
menentukan jarak antara elektroda pembumian dengan elektroda bantu, jarak yang umum
digunakan berkisar 5-10 meter. Setelah elektroda bantu ditancapkan di tanah pada
kedalaman sekitar 30 cm maka elektroda dihubungkan dengan alat ukur dengan
menggunakan kabel yang sudah ditentukan. Ada tiga warna kabel yaitu hijau, kuning dan
merah. Kabel warna hijau salah satu ujungnya dihubungkan dengan terminal earth pada
alat ukur dengan simbol E dan ujung satu lagi dihubungkan dengan elektroda
pembumian.Kabel warna kuning dihubungkan dengan terminal P (potential) pada alat
ukur dan ujung yang lain dihubungkan dengan elektroda bantu yang paling dekat ke
elektroda utama. Kabel warna merah dihubungkan ke terminal dengan simbol C

(Current) pada alat ukur dan ujung yang lain dihubungkan dengan elektroda bantu yang
paling jauh dari elektroda bantu.

Gambar 4.18. Earth tester merek Megger


Menurut Buku Pedoman Pemeliharaan Primer GI Kepdir 0520-2.K.Dir.2014
(2014) [6], batasan nilai pembumian pada serandang adalah maksimal 1 Ohm untuk
semua level tegangan.

Tabel 4.9 Rekomendasi pengukuran tahanan pembumian serandang


Peralatan yang
Diperiksa

Hasil Ukur

Pembumian

1 Ohm

(Grounding)

1 Ohm

Rekomendasi
Lanjutkan pengukuran
rutin 1 tahunan
Lakukan perbaikan

Dalam IEEE Std 80-2000 [3], pembumian yang ideal harus memberikan nilai
tahanan pembumian mendekati 0 atau 1 ohm untuk gardu induk bertegangan tinggi.
PT PLN (Persero). 2014. Buku Pedoman Pemeliharaan Primer GI Kepdir 0520-2.K.Dir.2014.
----------------------. 2014. Buku O&M (SE114).

Anda mungkin juga menyukai