Oleh :
Puji syukur penulis panjatkan kehadapan Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat
rahmat-Nya, penulis dapat menyusun dan menyelesaikan BUKU AJAR ini yang berjudul
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) KONSTRUKSI DISTRIBUSI
TENAGA LISTRIK tepat pada waktunya.
Penyusunan BUKU AJAR ini disusun sebagai sebuah refrensi bagi mahasiswa
Jurusan Teknik Elektro Politeknik Negeri Bali dalam menempuh mata kuliah SOP
INSTALASI/KONSTRUKSI DISTRIBUSI DAN INSTALASI PEMANFAAT
TENAGA LISTRIK.
Dalam penyusunan Proposal BUKU AJAR ini, penulis tidak terlepas dari bantuan
dan kerjasama dari berbagai pihak, baik secara langsung maupun tidak langsung. Oleh
karena itu, dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. Bapak I Nyoman Abdi, SE., M.eCom. selaku Direktur Politeknik Negeri Bali.
2. Bapak Ir. I Wayan Raka Ardana, MT, selaku Ketua Jurusan Teknik Elektro Politeknik
Negeri Bali.
3. Bapak I Made Aryasa Wiryawan, S.T., M.T. selaku Ketua Program Studi DIII Teknik
Listrik, Jurusan Teknik Elektro, Politeknik Negeri Bali.
4. Bapak / Ibu Dosen, dan Instruktur Jurusan Teknik Elektro Politeknik Negeri Bali
yang telah memberikan pengarahan dan dukungan dalam penyusunan BUKU AJAR
ini.
5. Bapak General Manager PT PLN (Persero) Unit Induk Distribusi Bali, yang telah
yang telah memberikan materi untuk penyusunan BUKU AJAR ini.
6. Bapak Direktur PT. Adi Putra, yang telah memberikan informasi untuk penyusunan
BUKU AJAR ini.
7. Seluruh keluarga yang penulis cintai yang senantiasa memberikan doa dan dukungan
kepada penulis selama proses penyusunan BUKU AJAR ini.
Penulis menyadari bahwa BUKU AJAR ini masih jauh dari kata sempurna,
mengingat terbatasnya kemampuan dan pengetahuan yang penulis miliki. Untuk itu
penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari para pembaca demi
kesempurnaan laporan ini.
i
Politeknik Negeri Bali
Akhir kata penulis mengharapkan semoga apa yang disajikan dalam BUKU
AJAR ini dapat bermanfaat bagi para pembaca dan dapat di manfaatkan sebagaimana
mestinya.
Penulis
ii
Politeknik Negeri Bali
ABSTRAK
iii
Politeknik Negeri Bali
DAFTAR ISI
Contents
KATA PENGANTAR ....................................................................................................... i
ABSTRAK .......................................................................................................................iii
Gambar 2.47 Pekerjaan Dalam Keadaan Tidak Bertegangan Pemasangan Arrrester dan
Tekep Isolator Arrester ............................................................................................... II-39
5.1 Kesimpulan................................................................................................................ 1
5.1 Saran .......................................................................................................................... 1
VII. DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................ 1
vi
Politeknik Negeri Bali
I. BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Energi listrik merupakan salah satu faktor penting dalam pembangunan bagi
setiap bangsa termasuk Indonesia. Energi listrik memiliki peran penting bagi
pembangunan baik dalam aspek ekonomi maupun sosial[1] . Saat ini di Indonesia
pendistribusi energi listrik satu-satunya PT PLN (Persero). Dalam penyaluran energi
listrik diharapkan daya yang tersalurkan semaksimal mungkin, sehingga konsumen
dan produsen merasakan kenyamanan. Sistem penyaluran energi listrik harus
memiliki keandalan yang tinggi yang bertujuan untuk menjaga kualitas dan
kontinuitas penyaluran energi listrik[2].
I-1
Politeknik Negeri Bali
Untuk mengetahui alur proses kerja konstruksi jaringan distribusi tenaga
listrik, penyusunan Standard Operating Procedure (SOP) menjadi suatu hal yang
penting. Hal ini dinilai penting karena SOP adalah pedoman atau acuan untuk
melaksanakan tugas pekerjaan sesuai dengan fungsi dan SOP juga merupakan alat
penilaian kinerja perusahaan berdasarkan indikator-indikator teknis, administrasif
dan prosedural sesuai dengan tata kerja, prosedur dan sistem kerja pada unit kerja
yang bersangkutan[10].
I-2
Politeknik Negeri Bali
II. BAB II
SISTIM DISTRIBUSI TENAGA LISTRIK
Sistem distribusi merupakan bagian yang penting dari sistem tenaga listrik.
Sistem distribusi ini berfungsi untuk menyalurkan tenaga listrik dari sumber listrik
(gardu induk) sisi 20 KV sampai ke pelanggan/konsumen[11]. Sistim distribusi secara
keseluruhuan ditunjukkan dalam garis putus-putus di gambar 2.1 di bawah ini. Sistem
distribusi terbagi menjadi 2 bagian yaitu sistem distribusi tegangan menengah dan
sistem distribusi tegangan rendah[11]. Sistem tenaga listrik adalah suatu sistem
membangkitkan, mengatur, menyalurkan, mendistribusikan dan sampai menggunakan
atau memanfaatkan tenaga listrik.
II-1
Politeknik Negeri Bali
Di dalam sistem distribusi tenaga listrik, penyaluran energi listrik hingga sampai
ke pelanggan yaitu melalui penyulang / Feeder. Penyulang adalah jaringan PLN yang
berfungsi untuk menyalurkan/mendistribusikan energi listrik dengan tegangan 20.000
Volt dari Gardu Induk menuju Gardu Distribusi hingga sampai ke konsumen dengan
tegangan 380 Volt atau 220 Volt [14]. Di sistem distribusi, setiap penyulang harus
memiliki kriteria/persyaratan yang harus dipenuhi meliputi: kontinuitas pelayanan,
keandalan yang tinggi, tegangan jatuh yang kesecil mungkin, dan pertimbangan
ekonomi[15].
Jaringan distribusi radial adalah suatu jaringan yang antara titik sumber listrik
dengan titik beban hanya terdapat satu buah saluran/penyulang dan tidak ada
alternatif saluran lainnya. Bila sumber atau saluran terjadi gangguan maka
II-2
Politeknik Negeri Bali
beban yang dilayani oleh jaringan ini akan padam[12]. Nilai keandalan dari
sistem jaringan distribusi tipe radial adalah rendah. Sistem ini kebanyakan
digunakan di daerah pedesaan atau perkotaan yang tidak membutuhkan nilai
keandalan yang tinggi.
Jaringan distribusi tertutup adalah suatu jaringan yang antara titik sumber
listrik dan titik beban terdapat lebih dari satu saluran atau mempunyai saluran
alternatif tenaga listrik saat terjadi gangguan[12]. Bila salah satu saluran
terjadi gangguan, maka saluran yang lain dapat menggantikan tugas dari
saluran yang mengalami gangguan. Sehingga bagian yang mengalami
pemadaman dapat dikurangi/dihindari.
II-4
Politeknik Negeri Bali
2.3.2 Saluran Kabel Udara Tegangan Menengah (SKUTM)
Saluran Kabel Udara Tegangan Menengah (SKTM) adalah konstruksi
yang menggantikan penghantar telanjang atau penghantar berisolasi setengah
dengan menggunakan penghantar berisolasi penuh yang dipilin. Isolasi
penghantar tiap fasa tidak perlu dilindungi dengan pelindung mekanis[16]. Akan
tetapi, berat dari kabel yang dipilin ini menjadi pertimbangan dalam pemilihan
kekuatan beban kerja tiang beton/besi yang akan menopangnnya. Jenis-jenis
kabel udara tegangan menengah yaitu kabel MVTIC (Medium Voltage Twisted
Insulated Cable) dan kabel XLPE (Crosslink Polyethene)[16].
II-6
Politeknik Negeri Bali
(a) (b)
(c)
2.4 Isolasi
Isolasi adalah sifat bahan yang berfungsi dapat memisahkan secara elektris dua
buah atau lebih penghantar listrik bertegangan yang berdekatan, sehingga tidak
terjadi kebocoran arus, lompatan api (flashover), ataupun percikan api
(sparkover). Isolasi mempunyai pengertian memisahkan daerah yang bertegangan
dengan daerah yang tidak bertegangan[17]. Kemampuan bahan isolasi untuk
menahan tegangan disebut kekuatan dielektrik. Kekuatan dielektrik dari bahan
isolasi sangat penting dalam hal menentukan kualitas isolator yang nantinya akan
mendukung keseluruhan sistem tenaga listrik. Semakin tinggi kekuatan dielektrik
bahan isolasi, semakin baik kwalitasnya[17]. Untuk mengantisipasi terjadinya
gangguan antar fasa maupun fasa ke tanah, maka keberadaan isolasi merupakan
suatu hal yang sangat penting. Isolasi yang baik adalah isolasi yang memiliki
tahanan yang mampu menahan arus bocor ke dalam maupun di permukaan
isolasi[4].
Gambar 2.9 Hubungan antara tegangan tembus dan jarak isolasi udara[18]
Besarnya resistansi bahan isolasi sesuai dengan Hukum Ohm berbanding lurus
terhadap tegaganan dan berbanding terbalik terhadap arus yang dapat dirumukan
dalam rumus [39]
Ri = V / Ib
Keterangan :
II-9
Politeknik Negeri Bali
bahan besi atau baja tempaan. Tiap kepingan diikatkan oleh suatu bahan semen
yang berkualitas baik[19].
Isolator jenis pasak ini banyak digunakan pada tiang-tiang lurus (tangent
pole) dengan kekuatan tarikan sudut (angle tensile strenght) hingga 10°. Kawat
penghantar jaringan diletakkan di bagian atas untuk posisi jaringan lurus,
sedangkan untuk jaringan dengan sudut di bawah 10° kawat penghantarnya
diikatkan pada bagian samping agar dapat memikul tarikan kawat[19].
II-10
Politeknik Negeri Bali
Gambar 2.11. Post Type Insulator[19]
Saluran Udara Tegangan menengah terdiri atas beberapa konstruksi antara lain : tiang awal, akhir,
lurus, belokan, dan tiang penegang, beberapa konsttruksi jaringan dapat dilihat di dalam gambar di bawah
ini.
II-11
Politeknik Negeri Bali
(a) (b) (c) (d)
1
2
3 6
4
5 7
8
9
10
12
13
11
II-14
Politeknik Negeri Bali
Gambar 2.16 Diagram Satu Garis Gardu Beton Untuk Melayani Pelanggan TM
Keterangan :
TP = Pengaman Transformator
PMB = Pemutus Beban – LBS
PT = Trafo Tegangan
PMT = Pembatas Beban Pelanggan
SP = Sambungan Pelanggan
Gardu beton ini memiliki keunggulan dengan kehandalan yang tinggi dan kokoh,
sehingga gardu distribusi aman dari gangguan ekternal. Ganggun eksternal dapat dari
cuaca maupun dari binatang taupun hewan. Kelemahan gardu betoon ini adalah memakan
lahan yang cukup luas. Untuk mengatasi kelemahan garudu betoton ini, saat ini telah
digunakan gardu Kios. Gardu kios ini terbuat dari besi, baik itu dudukannya maupun
dindingnya, tak ubahnya gardu kios ini seperti panel besar untuk menempatkan panel
tegangan menengah atau kubikel dan trafo di dalamnya. Kelemahan gardu kios ini adalah
tidak tahan terhadap karat. Gardu kios yang saat ini sudah banyak dipasaran seperti
disajikan dalam gambar di bawah ini.
Gambar 2.17 Gardu Kios Milik Pelanggan TM atau Milik PLN untuk Pelanggan TR
(Sumber : https://www.indotrading.com/distributortrafo/trafo-gardu-kios-p219013.aspx)
II-15
Politeknik Negeri Bali
2.6 Asesoris Sistim Distribusi Tenaga Listrik Merk Tekep Isolator
Sering orang salah kaprah yang menganggap bahwa Tekep Isolator adalah nama
sebuah alat, padahal Tekep Isolator adalah sebuah Merk yang telah terdaftar dan
mendapat sertifikat Hak atas Kekayaan Intelektual (HKI) oleh kementerian Hukum dan
Hak Asasi Manusia. Alat-alat yang bermerk tekep isolator ini adalah merupakan alat
tambahan atau asesoris untuk melengkapi material distribusi utama dalam upaya
meningkatkan kehandalan jaringan.
Alat ini tergolong asesoris karena tanpa alat ini jaringan distribusi tenaga listrik
masih tetap dapat dioperasikan untuk menyalurkan energi listrik. Namun tanpa alat ini
kehandalan jaringan distribusi Saluran Udara Tegangan Menengah kurang handal.
Sebuah jurnal dengan nama Journal of Applied Mechanical Engineering and Green
Technology, menuliskan bahwa untuk mengatasi gangguan temporer yaitu
pemasangan tekep isolator dilakukan pada bagian yang masih terbuka atau belum
dilindungi, maka kehandalan jaringan meningkat karena turnnya nilai SAIDIdari 0,65
jam/pelanggan/tahun menjadi 0,16 jam/pelanggan/tahun dan SAIFI dari 4
pelanggan/tahun menjadi akan turun menjadi 2,9 pelanggan/tahun[20]. Data
tersebut menunjukkan bahwa dengan memasang Tekep Isolator maka SAIDI turun
sebesar 75,38%, dan SAIFI turun sebanyak 27,5%. Karena tekep isolator ini lengkap
untuk melindungi bagian SUTM yang terbuka, dari ujung pengambilan sampai bushing
isolator sebagaimana ditunjukkan dalam gambar 2.12, pemasangan tekep isolator akan
membantu mencapai target dari WCS PLN DISTRIBUSI BALI 2004 dengan target Nilai
SAIDI sebesar 1,023 jam per tahun, namun nilai SAIFI sebanyak 1,65 kali per tahun
belom mampu dicapai. Karena nilai SAIDI dan SAIFI juga sangat dipengaruhi oleh
kerusakan peralatan, maka inspeksi dan pemeliharaan peralatan harus dilakukan secara
rutin.
II-16
Politeknik Negeri Bali
Gambar 2.18 Cotoh Tekep Isolator
II-17
Politeknik Negeri Bali
Temperature Kerja : Tekep : max 160oc.
Lifetime : 5 tahun
II-18
Politeknik Negeri Bali
untuk mengikat penghantar A3CS pada isolator tumpu[8]. Adapun kelebihan tekep
isolator dibandingkan dengan distribution tee yaitu[22] :
1. Ketika dipasang dalam waktu lama, tekep isolator tidak merusak kabel.
2. Berfungsi ganda, disamping sebagai pengikat penghantar terhadap isolator, juga
berfungsi sebagai pelindung kepala isolator dari partikel debu.
3. Berfungsi untuk menanggulangi terjadinya flashover dari kepada partikel debu yang
lama – kelamaan dapat memutuskan penghantar A3CS.
4. Tidak menimbulkan efek trafo pada penghatar.
5. Pemasangan dan pembukaan dapat dilakukan dengan mudah karena pengikatan
menggunakan sabuk.
6. Tekep isolator terbuat dari bahan plastik yang kuat dengan ketahanan temperatur
sampai dengan 1600 C. Sedangkan sabuknya terbuat dari bahan plastik yang
memiliki ketahanan temperatur sampai dengan 2000 C.
7. Tekep Isolator berbahan dari hard polyvinyl chloride dan softpolyvinyl chloride
sehingga sangat sesuai digunakan dengan penghantar yang memiliki isolasi.
Dengan memperhatikan kelebihan tekep isolator dibandingkan dengan
distribution tee diharapkan rugi-rugi daya dan energi listrik bisa dikurangi serta dampak
buruk penggunaan distribution tie bisa diminimalisir.
Tipe isolator dapat digunakan pada Isolator Line Post maupun Pin Post. Salah satu
spesifikasi dari tekep isolator Lurus ini sebagai berikut[22] :
Tipe : YS-L150AP
II-19
Politeknik Negeri Bali
Tekanan Cetak : 350 ton
Lifetime : 5 tahun
Tipe : YS-B150AP
II-20
Politeknik Negeri Bali
Fungsi : Jaringan belokan dengan
belokan maksimum 22o
Tegangan : 31,3 KV AC
Tembus
Lifetime : 5 tahun
II-21
Politeknik Negeri Bali
Gambar 2.21 Dimensi Tekep Isolator Belokan Tampak Atas [22]
II-22
Politeknik Negeri Bali
Berat Bersih/set : 192 gr ± 5%
Lifetime : 5 tahun
II-23
Politeknik Negeri Bali
2.5.6 Tekep Isolator Connector
Tipe isolator YS-CONNECTOR memiliki fungsi melindungi connector LLC
(Life Line Connector) dari korosi dan gangguan eksternal seperti burung, tupai, musang,
koala, ular dsb. Spesifikasi Tekep Isolator Connestor sebagai berikut[22].
Tegangan : 573,2 KV AC
Tembus
Berat : 617,4 gr ± 5%
Bersih/set
Lifetime : 5 tahun
II-24
Politeknik Negeri Bali
faselin sehingga mudah korosi yang
menimbulkan percikan api listrik yang
berujung pada longgarnya jamperan dan
tidak jarang jamperan lepas. alat ini
sangat fleksibel karena dapat digunakan
pada penghantar A3CS 70, 150, dan 240
mm2
Tipe : YS-CO-AP
II-25
Politeknik Negeri Bali
Penggunaan : Dapat digunakan pada semua jenis fuse cut out
20 kv
Lifetime : 5 tahun
II-26
Politeknik Negeri Bali
Gambar 2.26 Dimensi Tekep Isolator YS-CO-AP[22]
Tipe : YS-BUS-ARR-AP
II-27
Politeknik Negeri Bali
LBS dari korosi dan gangguan
binatang
Lifetime : 5 tahun
II-28
Politeknik Negeri Bali
Gambar 2.27 Dimensi Tekep Isolator YS-BUS-ARR-AP[22]
Tekep Isolator Bushing Trafo memiliki disain bentuk, dan bahan sama dengan Tekep Isolator
Arrester, hanya berbeda dalam ukurannya saja, untuk tekep isolator bushing trafo ukurannya lebih kecil,
seperti ditunjukkan dalam gambar 2.19 di bawah ini. Tekep Isolator bushing dapat dipasang untuk bushing
primer maupun bushing skunder trafo .
II-29
Politeknik Negeri Bali
Tekep Isolator
Arrester
Tekep Isolator
Tekep Isolator Bushing Primer
Bushing Sekunder
II-30
Politeknik Negeri Bali
2. Lebih kokoh karena dicetak dan bukan dilem
3. Tidak mengganggu proteksi
4. Satu alat untuk semua konduktor
Type : YS-FCO
Gambar 2.30 Instalasi Pemanfaat Tenaga Listrik untuk Rumah Tinggal 1 Phasa
II-31
Politeknik Negeri Bali
2.6.1 Instalasi Penerangan
Melalui papan hubung bagi (PHB)/panel/MCB BOX, instalasi penerangan diberi catu
daya. Untuk memutuskan dan menyambung catu daya instalasi penerangan dilengkapi dengan
saklar.
II-32
Politeknik Negeri Bali
Gambar 2.34 Rangkaian Photo Cell
II-33
Politeknik Negeri Bali
STOP KONTAK STEKER
Gambar 2.36 Sepasang Stop Kontak 3 Phasa Beserta Steker
Agar tidak tertukar antar phasa dan dengan netral dan ground, maka
terminasi kabel dalam terminal tiga phasa harus dilakukan dengan baik dan bena, sesuai
dengan keterangan yang tertera pada masing-masing terminal.
II-34
Politeknik Negeri Bali
GAMBAR 2.38 Motor Tiga Phasa Dengan 3 Buah Sekring 1 Phasa
GAMBAR 2.39 Motor 3 Phasa Dengan Pengaman Mccb 3 Phasa Dan Dioperasikan Dengan
Direct On Line Stater
Dalam rangkaian tersebut di atas MCCB 3 phasa berfungsi untuk mengamankan
motor listrik dari gangguan hubung singkat dan beban lebih (sesuai rating MCCB). jika terjadi
gangguan pada salah satu phasa, maka MCCB akan off dan memutuskan ke tiga phasa tersebut,
sehingga tidak terjadi pembebanan 2 phasa pada motor tersebut. Namun sistem stater seperti
tersebut di atas belum mampu mengamankan motor akibat beban lebih sesuai dengan kapasitas
motor. Untuk lebih amannya maka motor listrik harus dilindungi dengan thermal over load
relay. Relay ini akan mengamankan motor akibat beban lebih.
II-35
Politeknik Negeri Bali
dioperasikan perlu menghitung batas maksimum arus motor yang harus di setting diTOR
tersebut.
II-36
Politeknik Negeri Bali
GAMBAR 2.42 Instalasi Rumah Lantai 2
BEBAN (W)
Isolator tumpu
helm Sarung
tangan
Pakaian kerja
Sepatu
safty
Gambar 2.45 Pekerjaan Dalam Keadaan Tidak Bertegangan Pemasangan Insulator Tumpu
II-38
Politeknik Negeri Bali
Tekep Isolator
FCO
Tekep Isolator
ARRESTER
Tekep Isolator
BUSHING PRIMER
Gambar 2.46 Pekerjaan Dalam Keadaan Tidak Bertegangan Pemasangan Gardu Distribusi dan Tekep
Isolator Gardu
Tekep Isolator
Lurus
Tekep Isolator
ARRESTER
ARRESTER
Gambar 2.47 Pekerjaan Dalam Keadaan Tidak Bertegangan Pemasangan Arrrester dan Tekep Isolator
Arrester
II-39
Politeknik Negeri Bali
2.8 Pekerjaan Dalam Keadaan Bertegangan
2.7.1 Pengertian Pekerjaan Dalam Keadaan Bertegangan (PDKB)
II-40
Politeknik Negeri Bali
a. Tegangan Rendah (TR)
b. Tegangan Menengah (TM)
c. Tegangan Tinggi (SUTT)
d. Tegangan Ekstra Tinggi (SUTET)
e. Gardu Induk (GI)
1. Rubber gloves.
Rubber gloves dilakukan tes setiap hari sebelum bekerja dengan
menggunakan Gloves Tester dan pemeriksaan secara visual sebelum
melalukan pekerjaan untuk memeriksa adanya lubang atau tidak. Rubber
Gloves memiliki standar tegangan yaitu 26,5 kV dapat digolongkan
II-42
Politeknik Negeri Bali
kedalam kelas III[24].
2. Sleeves.
II-43
Politeknik Negeri Bali
Gambar 2.53 Kendaraan Bucket Isolasi
II-44
Politeknik Negeri Bali
III. BAB III
3.1 Pengantar
Dalam suatu organisasi atau perusahaan, membutuhkan sebuah panduan untuk
menjalankan tugas dan fungsi setiap elemen yang ada dalam organisasi atau perusahaan
tersebut. SOP adalah salah satu dokumen yang cukup penting dalam suatu organisasi atau
perusahaan. Sehingga dengan adanya SOP, diharapkan dapat menjadi suatu pondasi bagi
perusahaan atau organisasi dalam membangun sistem kerja yang baku dan efisien[28].
a. Konsisten.
SOP harus dilaksankan secara konsiisten dari waktu ke waktu, oleh siapa pun,
dan dalam kondisi yang relatif sama oleh seluruh jajaran organisasi.
b. Komitmen.
SOP harus dilakasanakan dengan komitmen penuh dari seluruh jajaran
organisasi, dari tingkatan yang paling rendah dan tertinggi.
c. Perrbaikan yang berkelanjutan.
Pelaksanaan SOP harus terbuka terhadap penyempurnaan-penyempurnaan
untuk memperoleh prosedur yang benar-benar efisien dan efektif.
d. Mengikat.
SOP haarus mengikat pelaksana dalam melakukan tugasnya sesuai dengan
prosedur standar yang telah ditetapkan. Seluruh unsur memiliki peran
penting.
e. Seluruh jajaran dalam organisasi melaksanakan peran-peran tertentu dalam
setiap prosedur yang distandarkan. Jika jajaran tertentu tidak dapat
III-46
Politeknik Negeri Bali
melakukan perannya dengan baik, maka akan mengganggu keseluruhan
proses, yang akhirnya juga berdampak pada terganggunya proses
penyelenggaraan aktivitas.
f. Terdokumentasi dengan baik.
Seluruh prosedur yang telah di standarkan harus didokumentasi dengan baik,
sehingga dapat selalu dijadikan acuan atau referensi bagi setiap pihak-pihak
yang memerlukan.
c. Grafik (Graphic)
Format grafik dipilih jika prosedur yang disusun menghendaki kegiatan
yang panjang dan spesifik. Dalam format ini proses yang panjang tersebut
III-47
Politeknik Negeri Bali
dijabarkan dalam sub-sub proses yang lebih pendek dan hanya berisi beberapa
langkah. Format ini juga bisa digunakan jika dalam menggambarkan prosedur
diperlukan adnya suatu foto atau diagram. Format ini bertujuan untuk
memudahkan dalam memahami prosedur yang ada dan biasanya ditujukan
untuk pelaksan eksternal organisasi (pemohon). Salah satu varian dari SOP
format grafik adalah SOP format annoted picture (gambar yang diberi
keterangan) yang biasanya ditujukan untuk pemohon atau
Dokumen SOP secara umum selalu dikaitkan dengan format SOP. Dinyatakan
bahwa tidak ada format SOP yang baku (standar). Hal ini dikarenakan format SOP
dipengaruhi oleh tujuan dibuatnya SOP tersebut. Jika tujuan penyusunan SOP sudah
berbeda dari awal, maka format SOP yang digunakan akan berbeda juga. Pada umumnya
dokumen SOP memiliki dua unsur utama sesuai dengan anatominya yaitu unsur SOP dan
dokumentasi (accessories). Unsur SOP merupakan unsur inti dari SOP yang terdiri atas
prosedur SOP dan identitas. Identitas SOP berisi data-data yang menyangkut SOP,
sedangkan prosedur SOP berisi kegiatan, pelaksana, mutu baku, dan keterangan[32]
III-48
Politeknik Negeri Bali
informasi yang dimuat dalam dokumen SOP meliputi unsur dokumentasi dan
prosedur[32].
a. Unsur Dokumentasi
Unsur dokumentasi adalah unsur dokumen yang isinya memuat hal-hal
terkait dengan pendokumentasian SOP. Unsur dokumentasi SOP terdiri atas :
4. Penjelasan Penggunaan
Karena dokumen SOP menjadi dokumen manual, maka SOP menjelaskan
bagaimana membaca dan menggunakan dokumen tersebut. Isi dari bagian ini
mencakup ruang lingkup, menjelaskan tujuan prosedur dibuat dan kebutuhan
dari organisasi, ringkasan singkat mengenai prosedur yang dibuat, serta
pengertian-pengertian umum yang isinya memuat beberapa definisi yang terkait
dengan prosedur.
b. Unsur Prosedur
Unsur prosedur adalah bagian penting dari dokumen SOP. Unsur prosedur
dibagi menjadi dua bagian yaitu bagian identitas dan flowchart[32].
III-49
Politeknik Negeri Bali
1. Bagian Identitas
Identitas dalam unsur prosedur SOP yang penting adalah logo dan nama
instansi/satuan kerja/unit kerja, unit organisasi pembuat, nomor SOP, tanggal
revisi SOP, nomor SOP, tanggal efektif, pengesahan oleh pejabat yang
berkompeten, judul SOP, dasar hukum, kualifikasi pelaksana, peralatan dan
perlengkapan, pencatatan dan pendataan.
2. Bagian flowchart
Bagian flowchart adalah bagian yang menguraikan langkah-langkah kegiatan
beserta mutu baku dan kerterangan yang dibutuhkan. Bagian flowchart berisi
bagian-bagian yang yang menjelaskan langkah-langkah kegiatan secara
berurutan dan sistematis dari prosedur yang telah terstandar, yang berisi nomor
kegiatan, uraian kegiatan yang berisi langkah-langkah (prosedur), pelaksana
yang merupakan pelaku kegiatan, mutu baku yang berisi kelengkapan, output,
Dalam penulisan SOP tidak ada salah maupun benar. Meskipun demikian,
beberapa organisasi mungkin memiliki sejumlah SOP yang dapat dijadikan
acuan sebagai panduan membuat format serta cara yang lebih disukai dan
dimengerti dalam melaksanakan suatu tugas. Format itu sendiri dapat dijadikan
sebagai identitas sebuah SOP di dalam perusahaan sendiri.
LOGO
Standard Operating Procedure
PERUSAHAAN
UNIT KERJA: NOMOR DOKUMEN:
REVISI KE:
JUDUL: TANGGAL:
HALAMAN: dari
III-52
Politeknik Negeri Bali
a. Menjamin adanya standarisasi kebijakan
b. Menjamin adanya standarisasi pelaksanaansetiap SOP
c. Menjamin adanya standarisasi penggunaan dan distribusi formulir, blanko dan
dokumen dalam prosedur
d. Menjamin adanya standarisasi sistem administrasi (termasuk kegiatan
penyimpanan arsip dan sistem dokumentasi)
e. Menjamin adanya standarisasi pelaporan
f. Menjamin adanya standarisasi validasi
g. Menjamin adanya standarisasi pelaksanaan evaluasi dan penilaian kegiatan
organisasi/perusahaan
h. Menjamin adanya standarisasi kontrol
i. Menjamin adanya standarisasi pelayanan dan tanggapan kepada pihak luar
organisasi
j. Menjamin adanya standarisasi ketrpaduan dan keterkaitan diantara prosedur
operasional satu dan prosedur operasional lainnya dalam konteks dan kerangka
tujuan organisasi/perusahaan.
III-53
Politeknik Negeri Bali
sesuai maka perlu diperbaiki agar berdampak positif bagi seluruh anggota ketika
akan melakukan kegiatannya.
c. Pedoman Birokrasi
Menjadi bahan pedoman validasi di setiap langkah dalam kegiatan organisasi.
SOP bertujuan agar semua proses di setiap kegiatan harus menggambarkan titik
pengesahan birokrasi (misalnya berupa penandatanganan persetujuan oleh atasan
dan validasi). Hal tersebut harus ditujukan sebagai bentuk kontrol keabsahan di
setiap kegiatannya.
d. Pedoman Administrasi
Setiap organisasi harus memiliki SOP yang dasarnya mengandung kegiatan
administrasi seperti halnya pencatatan dari hasil pelaksanaan suatu kegiatan ke
dalam formulir, pencetakan beberapa dokumen dan hasil dari laporan terkait dengan
kegiatan organisasi. Oleh karena itu harus diambil langkah-langkah yang
berhubungan dengan administrasi dan bersifat teknis ketatausahaan.
e. Pedoman Evaluasi Kerja
Menjadi pedoman untuk penilaian efektifitas kegiatan organisasi. SOP berperan
sebagai suatu penilaian bagi evaluasi kinerja yang merupakan kegiatan yang
berkaitan dengan ketaatan pada waktu dan untuk mengawasi sejauh mana ketaatan
kepada prosedur. Jika ketaatan ini dilaksanakan dengan baik maka akan dijadikan
sebagai penilaian dan untuk memastikan efektifitas SOP itu sendiri.
f. Pedoman Integritas
Menjadi pedoman dalam pengintegrasian kegiatan-kegiatan dalam organisasi,
yang berkaitan dengan intervensi tujuan yang sedang berjalan maupun intervensi
tujuan di masa mendatang. Untuk itu dengan adanya SOP di dalam suatu organisasi,
kegiatan-kegiatan yang dilakukan dapat berkesinambungan atau bahkan
dikembangkan dengan baik.
Berdasarkan pengertian yang ada, manfaat yang dapat diperoleh dari SOP dalam
melaksanakan manajemen, yaitu sebagai berikut[43]:
a. Planning – Controlling
1. Mempermudah dalam mencapai tujuan yang akan dicapai organiasi beserta
cara-cara atau strategi untuk mempermudah bagaimana mencapai tujuan
tersebut.
III-54
Politeknik Negeri Bali
2. Dapat melakukan rencana pengendalian dengan menyesuaikan beban kerja
untuk mencapai sasaran atau efektifitas potensi setiap karyawan dalam
organisasi.
3. Mempermudah pengawasan dalam melaksanakan kegiatan untuk
mengadakan perbaikan apabila suatu kegiatan yang sudah dirancang dan
tersandarisasi dalam prosedur itu tidak sesuai dengan kegiatan yang
diharapkan. Hal ini terjadi agar dilakukan evaluasi yang baik serta
mengambil tindakan-tindakan bersifat korektif sebagai solusi, dan jika
diperlukan dapat menjamin hasil yang didapat agar sesuai dengan prosedur
dan mendapatkan feedback yang membangun bagi pengguna prosedurnya.
b. Organizing
1. Instruksi kerja yang merupakan penjabaran dari setiap langkah pada
prosedur harus dapat dipahami dan dimengerti oleh seluruh pihak terkait
di dalam organisasi, baik dari level manajerial maupun bawahannya.
Intruksi kerja bersifat lebih detail dari pada prosedur, maka dari itu
karyawan harus memahami setiap tanggung jawab yang tertera di dalam
prosedur tersebut.
2. Didukung oleh sarana-prasarana untuk mendukung pelaksanaan kegiatan
kerja yang dapat terkelola dengan baik. Seperti peralatan kantor,
perlengkapan kantor, dokumen-dokumen, formulir serta sarana lainnya
yang dibutuhkan oleh setiap karyawannya.
3. Dapat menciptakan alur kerja yang efektif dan efisien serta beroperasi
secara konsisten dan terkendali dengan baik.
c. Staffing
1. Dapat membantu tugas Manajer dalam memberikan pelatihan dan
pengembangan untuk memperbaiki efektivitas dan evisiensi kerja karyawan
supaya mencapai hasil-hasil kerja yang sudah ditetapkan. Hal itu dapat
meringankan pekerjaan Manajer untuk penempatan pekerjaan dengan tepat
bagi pegawai baru maupun pegawai lama.
2. Untuk memperlancar penilaian kinerja seluruh karyawan. Atasan harus
memperhatikan keadilan dalam penilaian kinerja berdasarkan tanggung
jawab, kemampuan yang dimiliki, serta produktivitas dalam bekerja.
III-55
Politeknik Negeri Bali
Berdasarkan pendapat-pendapat tersebut, dapat disimpulkan bahwa SOP
bermanfaat sebagai pedoman bagi seluruh karyawan dalam melaksanakan tugasnya
agar terlaksana secara efektif dan efisien. SOP akan menjadi dasar sebagai aturan
untuk mendukung efektivitas pengambilan keputusan dari semua kegiatan-kegiatan
yang dilakukan di dalam organisasi.
Dalam penyusunan SOP ada beberapa hal yang perlu dilihat dan diperhatikan. Hal-
hal tersebut bisa dikatakan penting dikarenakan sebuah SOP menyangkut beberapa pihak
yang terlibat[44]. Adapun hal-hal penting yang perlu diperhatikan yaitu:
a. Persiapan SOP
Tahap persiapan dilakukan untuk memahami kebutuhan penyusunan,
pembentukan, perancangan , pengembangan SOP serta menentukan tindakanyang
diperlukan oleh unit kerja terkait.
1. Sebuah prosedur, seperti halnya SOP adalah sebuah dokumen, berwujud instruksi
nyata yang berupa tulisan. Oleh karena itu, agar tidak terjadi kesalahan maka perlu
sebuah tata cara pendokumentasian (penulisan).
2. Penulis SOP adalah orang-orang yang mengetahui seluk-beluk aktivitas dan
struktur internal suatu perusahaan. Dalam hal ini, orang-orang tersbut bisa seorang
manajer maupun staf yang dipercayakan manajer untuk menuliskannya.
3. Bisa didiskusikan dengan tim bilamana perlu, karena penyusunan SOP bisa
disusun oleh berbagai divisi yang terlibat.
b. Penulisan SOP
Dalam membuat SOP ada langkah-langkah penulisan yang lebih rinci seperti
yang dijelaskan sebagai berikut[45]:
III-57
Politeknik Negeri Bali
c. Tinjauan SOP
Tahap tinjauan ditujukkan untuk menguji coba sejauh mana ketepatan draft
pedoman SOP, menyempurnakan pedoman SOP tersebut berdasarkan hasil uji
coba serta melaksanakan pemeliharan dan audit setelah implementasi SOP
tersebut[47].
1. Peninjauan yang dilakukan oleh seseorang atau beberapa orang yang ahli
terhadap, baik seluk-beluk sebuah perusahaan atau ahli dalam penataan prosedur.
Hal ini sangat membantu untuk merancangan konsep SOP tersebut[47].
2. Untuk mengoreksi hal-hal yang tidak diperlukan dan sebaliknya yangmugkin
justru diperlukan tetapi tidak ada di dalam SOP.
3. Dalam situasi tertentu, terkadang terjadi kesalahan penyusunan SOP yang dapat
memungkinkan untuk SOP tersebut diperbaiki atau ditinjau ulang. Perbaikan
tersebut bisa dilakukan hanya pada beberapa bagian saja dan tidak menyeluruh.
4. SOP secara periodik harus ditinjau ulang paling tidak setiap 1-2 tahun sekali. Hal
ini dilakukan untuk memastikan kebijaksanaan, dan segala materi yang sudah
ditetapkan dalam SOP sebelumnya benar-benar dibutuhkan dan berjalan dengan
baik.
5. Peninjauan SOP harus berdasarkan SOP sebelumnnya, untuk menjadi bahan
rujukan sehingga tinjauan akan lebih cermat dan tepat.
6. Peninjauan harus lebih praktis dari SOP sebelumnya. Apabila diperlukan
perubahan, maka perubahan yang dimaksudkan tidak boleh lebih praktis dari
sebelumnya.
3.8 Metode Penulisan SOP
Penulisan SOP bisa dilakukan dengan beragam banyak cara, teknik atau metode.
Metode penulisan dalam SOP adalah suatu bagan yang mencerminkan bagaimana SOP
tersebut disusun dan dibuat agar memudahkan para pihak yang berkepentingan
membacanya karena terdokumentasi dengan baik. Adapun metode yang efektif dan
efisien untuk penulisan SOP[43]:
a. Metode Deskriptif
III-58
Politeknik Negeri Bali
keadaan secara objek. Metode deskriptif merupakan metode yang paling sederhana
karena prosedur yang dituliskan penyajiannya tidak memerlukan simbol-simbol
yang khusus.
b. Metode Diagram alir / Chart
III-59
Politeknik Negeri Bali
unit kerja, untuk menggambarkan
bahwa terjadi kerja sama antar-unit
kerja, misalnya dalam bentuk
koordinasi atau rapat.
Menggambarkan proses pengambilan
Keputusan/
keputusan yang diambil oleh unit
Decision
3. kerja/jabatan. Hasilnya bisa berupa
“Ya”/”Tidak”, atau memungkinkan
untukbeberapa alternative jawaban.
Dokumen/ Data yang berbentuk informasi, bisa
Document dalam bentuk dokumen tertulis atau
4. softcopy. Bisamerupakan hasil
sebuah proses, atau merupakan
masukan proses.
Penghubung/ Penghubung digunakan jika
Connector diagram alir tidak dapat ditampung
dalam satu bagian atau satu
halaman, menunjukkan
penyambungan ke bagian lain atau
5. halamanlain. Penghubung biasanya
diidentifikasikan dengan nomor
atau huruf atau gabungan
keduanya, dengan kode yang sama
antara bagian yang terputus
dengan sambungannya.
Menunjukkan arahan aliran dalam
Anak Panah/
prosedur dari satu proses ke proses
6. Connector
lain, atau arah pilihan yang dapat
diambil.
Masukan atau keluaran yang bukan
Masukan/
7. berbentuk dokumen, data, barang,
Input
atau jasa.
atau
III-60
Politeknik Negeri Bali
Keluaran/ Masukan/keluaran kegiatan manual,
Output mekanisasi atau komputer.
Sub-Proses/ Menunjukkan bahwa dalam aktivitas
Sub-Process tersebut terdapat prosedur/instruksi
8. kerja lain yang lebih rinci, untuk
dijadikan sebagai referensi atau
ditindaklanjuti.
Start A
Step 1 Step 3
Choise 2
Step 4
Decision?
Choise 1 Step 5
Step 2
Step 6
A
End
III-61
Politeknik Negeri Bali
merupakan indikator penerapan administratif lainnya untuk melaksanakan SOP itu sendiri
agar lebih bisa dipahami oleh karyawan yang belum pernah membaca maupun yang
sudah membacanya. Berikut akan dijabarkan beberapa kelengkapan dari SOP.
3.9.1 Instruksi Kerja
Instruksi kerja merupakan dokumen yang mengatur secara rinci dan jelas urutan
suatu aktivitas yang hanya melibatkan satu unit kerja atau satu jabatan sebagai
pelaksanaannya[48]. Biasanya di dalam dokumen instruksi kerja, urutan sebuah
aktivitas dijabarkan secara detail langkah demi langkah, dan bersifat sangat spesifik atau
bersifat teknis. Sedangkan dalam ISO 9001:2000 menjelaskan bahwa instruksi kerja
adalah dokumen yang mengatur secara rinci dan jelas urutan suatu aktifitas (mekanisme
kerja) yang hanya melibatkan satu fungsi saja atau satu departemen sebagai pendukung
Prosedur Kerja atau Posedur Mutu.
Bisa disimpulkan bahwa instruksi kerja adalah penjabaran mengenai bagaimana
satu langkah dilaksanakan dalam suatu prosedur. Biasanya dalam suatu prosedur
terdapat langkah-langkah yang tidak rinci penguraiannya, maka dari itu memerlukan
penjelasan yang lebih detail dan rinci dalam setiap langkahnya dengan menggunakan
instruksi kerja. Perbedaan yang mendasar antara prosedur dan instruksi kerja adalah
pada lingkup aktivitas/proses yangdiatur. Prosedur digunakan untuk mengatur lingkup
aktivitas/proses yang melibatkan banyak pihak seperti lintas personil atau lintas unit
kerja, sedangkan instruksi kerja berlaku hanya pada lingkup yang terbatas seperti pada
departemen atau fungsi tertentu.
Adapun format untuk instruksi kerja yang digunakan untuk memepermudah
pengguna memahami langkah-langkahnya yaitu sebagai berikut:
a. Checklist atau daftar pemeriksaan: alat bantu berupa daftar yang bersifat
informatif, digunakan untuk mengurangi kesalahan yang terjadi akibat human
error seperti perhatian manusia dan keterbatasan daya ingat. Checklist digunakan
untuk memastikan kelengkapan dan konsistensi dalam pelaksanaan tugasnya.
b. Worksheet atau lembar kerja: yaitu sebagai media pencatatan data atau aktivitas
untuk format yang sudah terstandar dan dapat lebih mudah dimengerti.
c. Logsheet atau timesheet: dapat digunakan untuk mencatat aktivitas yang
dilakukan dari waktu ke waktu, untuk mempermudah dilakukannya monitoring
atau evaluasi kembali.
III-62
Politeknik Negeri Bali
d. Disposisi: digunakan untuk meneruskan perintah atau informasi dari atas(level
manajerial) kepada bawahan. Disposisi ini berisi tindaklanjut apa yang
diharapkan atasan kepada bawahannya untuk dikerjakan, serta siapa yang menjadi
penanggung jawab tindak lanjut tersebut.
3.9.2 Formulir
Secara umum, formulir adalah sebuah lembaran kertas atau berupa kartu dengan
berbagai ukuran tertentu yang didalamnya terdapat informasi atau data yang bersifat
tetap, dan ada beberapa bagian diisi dengan informasi yang bersifat tidak tetap. Formulir
sebagai suatu bentuk lembaran cetakan dengan kolom-kolom di dalamnya yang harus
diisidengan angka jawaban, ataupun keterangan yang sesuai dengan pernyataan ataupun
instruksi yang ada[49]. Formulir biasanya digunakan sebagai alat bantu untuk
mengumpulkan beberapa rekaman bukti implementasi dari prosedur maupun instruksi
kerja yang telah dibuat. Tidak hanya berbentuk lembaran kertas, formulir juga dapat
berupa formulir elektronik. Kegunaan dari penggunaan formulir elektronik adalah data
yang diisikan dapat langsung dibuat menjadi sebuah database. Biasanya formulir yang
sering digunakan adalah formulir yang sekaligus berfungsi sebagai instruksi kerja, seperti
checklist, worksheet, logsheet dan disposisi.
III-63
Politeknik Negeri Bali
sesuai dengan prosedur yang telah dibuat. Karena efisiensi pada tata kerja
penggunaan formulir tergantung pada ketepatan cara pembuatan formulir
tersebut. Adapun dalam rangka merancang (membuat formulir) tersebut
dijabarkan sebagai berikut[44]:
a. Sebagai salah satu tugas pokok dalam organisasi
b. Pekerjaan serta keterangan yang ditugaskan untuk melaksanakan tugas
yangdimaksud.
c. Pelaksanaan proses kerja dengan cara menyeluruh sehingga dapat
dibuatnyapengklasifikasian pekerjaan.
d. Mengetahui oleh siapa atau unit mana yang melakukan pengisian
formulirtersebut dan kapan pekerjaan mengisi formulir harus dilakukan.
e. Frekuensi pekerjaan termaksud dilakukan, dan bagaimana hubungan
kerjaantar unit dalam rangka pelaksanaan tugas.
III-64
Politeknik Negeri Bali
3.9.4 Buku Pedoman
Untuk mengumpulkan hasil dari prosedur, instruksi kerja dan formulir tentunya
harus dibuat sebuah buku pedoman agar bisa digunakan dan dibacasecara paham oleh
pengguna/pembacanya. Buku pedoman/panduan prosedur adalah buku kecil yang berisi
tentang sistem, metode dan formulir-formulir yang digunakan serta penjelasan
bagaimana cara menggunakannya dalam menunjang pelaksanaan suatu pekerjaan. Buku
pedoman/panduan ini sangat penting karena mempunyai keuntungan bagi organisasi,
buku pedoman ini dapat membantu dalam menstandarisasikan metode yang digunakan
dan dapat menjadi acuan untuk melaksanakan pengawasan terhadap apa yang telah
dikerjakan. Adapun bukupedoman/panduan SOP) adalah sebuah buku kecil yang memuat
beberapa indikasi yang harus diperhatikan yaitu sebagai berikut [50]:
1. Garis besar perusahaan yang memuat gambaran singkat dari perusahaan serta
bagian yang dituju untuk dibuatkan prosedur dan tugas-tugas di dalam setiap
jabatannya.
III-65
Politeknik Negeri Bali
a. Prosedur yang ada tidak lebih baik ketimbang cara prosedur-prosedur
tersebutditulis (dicatat).
b. Pekerjaan tidak selalu sama dari waktu ke waktu dan harus dilakukan
peninjauan (statis).
c. Buku pedoman/panduan yang sudah direvisi tidak bisa dipakai dan
menjaditidak berlaku lagi (out of date)
d. Buku pedoman/panduan prosedur berakibat pada tidak adanya inisiatif
daripegawai.
III-66
Politeknik Negeri Bali
IV. BAB IV
Sebagai alat
Pakaian
pelindung diri dan
4 Kerja
juga sebagai
Lapangan
identitas diri
IV-2
Politeknik Negeri Bali
5.2 Rancangan Standar Operating Procedure (SOP) Tangan Robot
Pembuatan SOP ini didasarkan pada kebutuhan bagian Teknik dan tim PDKB
untuk membuat suatu prosedur mengenai pelaksanaan pengoperasian tangan robot
untuk pemasangan tekep isolator pada klem isolator tarik. Kedua bagian tersebut masih
belum memiliki prosedur dan instruksi kerja pelaksanaan pemasangan tekep isolator
dengan tangan robot. SOP ini dibuat berdasarkan hasil observasi di lapangan dan
diskusi bersama Supervisor tim PDKB PT. PLN (Persero) UP3 Bali Selatan.
Perancangan metode penulisan Standard Opertaing Procedure (SOP)
menggunakan flowchart yang dijabarkan melalui process chart (proses kegiatan),
dibantu penjelasan setiap kegiatan. Prosedur Pelaksanaan Pengoperasian Tangan
Robot ini sangat dibutuhkan oleh bagian Teknik dan tim PDKB agar permasalahan
dalam pelaksanaan atau pengoperasiannya dapat diketahui. tujuan dari dirancangnya
prosedur ini adalah untuk menilai sejauh mana efektivitas pelaksanaan pengoperasian
tangan robot dan memberikan tindak lanjut yang sesuai jika terjadi permasalahan.
Berikut ini adalah rancangan prosedur pelaksanaan pengoperasian tangan robot
pemasang tekep isolator pada klem isolator tarik.
IV-3
Politeknik Negeri Bali
Mulai
Koordinasi dengan
dispatcher
Ya
Pemasangan rambu
tanda bahaya di lokasi
pekerjaan
Selesai
IV-4
Politeknik Negeri Bali
Mulai A
Pemasangan
Peletakan Tekep Isolator
Conductor Cover di
di Tangan Robot
Phasa S
Menggantungkan tangan
Menggantungkan tangan
robot di strainclamp
robot di strainclamp
Pengoperasian tangan
Pengoperasian tangan
robot
robot
Mengamati dan
Mengamati dan
memeriksa pemasangan
memeriksa pemasangan
tekep isolator
tekep isolator
Buka
Conductor
Membuka tangan Cover
Membuka tangan Phasa S
robot
robot
A Tidak
Phasa S sudah
terpasang ?
Ya
Selesai
IV-5
Politeknik Negeri Bali
Adapun penjelasan dari langkah-langkah gambar 4.1 dan gambar 4.2 tentang
prosedur pengoperasian tangan robot pemasang tekep isolator pada klem isolator tarik
yaitu sebagai berikut:
A. Persiapan
1. Pengawas pekerjaan dan atau K3 menginformasikan kepada turjardis bahwa tim
PDKB-TM akan melaksanakan pekerjaan pemasangan tekep isolator dengan
tangan robot.
2. Turjardis melanjutkan informasi dengan Dispatcher DCC untuk mendapatkan
persetujuan, jika telah disetujui maka turjardis menginformasikan kembali kepada
kepala regu tim PDKB.
3. Menyiapkan JSA (Job Safety Analysis) dan SOP (Standart Operation Procedure)
serta peralatan kerja, K3 dan material yang akan digunakan seperti stick 20kV,
sarung tangan, safety shoes, helm dan lain sebagainya.
4. Menyiapkan tekep isolator sesuai konstruksi (model dan ukuran).
5. Sebelum memulai pemasangan tekep isolator dengan tangan robot pastikan
pengawas pekerjaan mengetest kembali fungsi dan gerak tangan robot, mulai dari
sumber daya yaitu batrai pastikan batrai terisi penuh sebelum melakukan
pekerjaan dan pastikan setiap komponen yang bergesekan telah diisi dengan
pelumas.
6. Pada saat akan melakukan proses pemasangan tekep isolator dengan
menggunakan tangan robot pemasang tekep isolator klem tarik ini dimulai dengan
pemasangan stick 20kV pada bagian kopling di tangan robot dan sesuaikan sudut
pemasangan.
7. Hidupkan alat dengan menekan saklar power pada box kontrol di alat tangan
robot.
8. Hubungkan tangan robot dengan smartphone, pastikan smartphone sudah terinstal
aplikasi dari tangan robot ini, selanjutnya sambungkan tangan robot ini melalui
bluetooth, buka aplikasi dan sambungan sekali lagi hingga tertera keterangan
connected pada aplikasi.
9. Sambungkan juga kamera pada tangan robot ini dengan smartphone pastikan juga
smartphone sudah terinstal aplikasi sport camera atau aplikasi lain sesuai dengan
camera. Sambungan kamera dengan smartphone menggunakan wifi.
10. Gerakkan tangan robot untuk membuka dengan menekan tombol buka pada
aplikasi, buka tangan robot ini hingga pada titik batas pembukaan, selanjutnya
tempatkan tekep isolator pada dua sisi bagian penekanan. Setelah semua siap,
tangan robot siap untuk dioperasikan.
11. Membersihkan hook stik, dan memasangkan dengan tangan robot.
12. Memasang lock out atau tag out atau pemasangan rambu tanda bahaya di lokasi
pekerjaan sebagai tanda bahwa sedang dilaksanakan pekerjaan dalam keadaan
berbahaya.
B. Pelaksanaan
IV-6
Politeknik Negeri Bali
1. Melaksanakan CBD (ceklist, brifing, doa) serta pembacaan JSA (Job Safety
Analysis) dan SOP (Standart Operation Procedure) serta pengawas pekerjaan
memeriksa kembali peralatan kerja, K3 dan material.
2. Menginformasikan bahwa ada pekerjaan PDKB pada penyulang dan lokasi kerja
3. Pemasangan conductor cover atau pelindung di phasa S dengan hook pole grasp.
Adapun cara pemasangan conductor cover sebagai berikut[26]. Dalam
pelaksanakan Pekerjaan ini, pastikan menjaga jarak aman dari bagian bertegangan
minimal 1 meter[16].
a. Penempatan conductor cover
1) Operasi awal
- Buka kunci conductor cover
2) Penggunaan alat
- Menggunakan hook pole grasp untuk mencekram cover dan
ditempatkan di atas konduktor
- Masukan konduktor ke dalam celah cover yang memanjang
- Lalu kunci Conductor Cover dengan tie pole
b. Perlindungan konduktor hanya untuk satu Conductor Cover
1) Letakan Conductor Cover (B), dengan bibir menghadap ke tension string
dan dekatkan pada tension string, beri sedikit jarak agar mudah
menggantungkan tangan robot.
IV-7
Politeknik Negeri Bali
Gambar 4.5 Menggandengkan Konduktor Cover A dan B
3) Letakan conductor cover selanjutnya, lakukan dengan cara yang sama
dengan cara sebelumnya.
6. Sesuaikan posisi tekep isolator pada bagian strain clamp, setelah sudah pas
gerakan tangan robot ini melalui aplikasi dan tekan tombol untuk menutup tangan
IV-8
Politeknik Negeri Bali
robot. Saat diberikan perintah menutup melalui aplikasi, motor listrik akan
bergerak, gerak dari motor listrik ini akan diteruskan menuju ke transmisi ulir
gerak dari transmisi ulir ini seperti pada baut dan mur pada umunya pada saat
motor listrik bergerak ke kanan maka mur pada ulir akan mengencangan atau
mendekat sebaliknya bila motor listrik bergerak ke kiri maka mur akan
mengendorkan atau menjauh, gerak maju mundur mur ini akan diteruskan ke
poros pada bagian poros gerak ini akan diubah menjadi gerak buka dan menutup.
Dari bagian poros ini gerak akan diteruskan ke lengan penggerak dan diteruskan
lagi ke bagian tangan penggerak, gerak ini yang dipergunakan untuk memasang
tekep isolator.
Tangan Robot
Tekep
Isolator
Tombol Tombol
Tutup Buka
HP Android untuk Mengendalikan
Tangan Robot
7. Setelah tekep isolator ini berhasil di pasang cek dengan kamera yang sudah
terpasang di tangan robot dengan melihatnya di layar smartphone. Sambil selalu
amati posisi indikator baterai, jika baterai drop hentikan sesaat pembukaan atau
penutupan untuk pemulihan baterai.
Tekep Isolator
terpasang dengan baik
Gambar 4.9 Pengecekan tekep isolator melalui kamera yang terpasang di tangan robot
8. Setelah tekep isolator pada phasa R sudah terpasang dengan baik, gerakan alat
untuk membuka dengan menekan tombol buka di aplikasi, buka tangan robot ini
hinga ke titik buka dan lepaskan tangan robot ini dari tekep isolator dengan cara
IV-9
Politeknik Negeri Bali
menarik dan mengangkat stick 20kV hingga tangan robot ini terlepas dari tekep
isolator.
Gambar 4.10 Melepaskan tangan robot dari tekep isolator yang sudah terpasang
1. Evaluasi dan membuat berita acara pekerjaan selesai. Berita acara berisi formulir
informasi berkaitan dengan lokasi, alamat, nomor SPK (Surat Perintah Kerja),
pekerjaan yang dilaksanakan dan lain sebagainya. Hal ini diperlukan untuk
memberikan data kondisi sebelum dan setelah pemasangan bilamana terjadi
malfungsi ataupun ketidakcocokan data
2. Doa
3. Membuat laporan hasil pekerjaan
IV-10
Politeknik Negeri Bali
menjadi pedoman untuk karyawan di bagian Teknik dan tim PDKB agar dalam
pelaksanaan pengoperasian tangan robot pemasang tekep isolator tidak terjadi
kesalahan dan kelalaian. Pembuatan buku pedoman ini bertujuan agar pembaca
maupun pengguna dapat mengetahui informasi-informasi yang dibutuhkan dalam
pelaksanaan pemasangan listrik baru. Berikut ini merupakan penjelasan dari salah satu
bagian penyajian buku SOP yaitu format SOP:
a. Bagian Header dan Footer
1. Logo Perusahaan: merupakan gambar dari logo PT. PLN (Persero)
2. Prosedur: merupakan nama dari jenis dokumen. Pada dokumen SOP ini ditulis
Standard Operating Procedure.
3. Judul: merupakan penamaan judul untuk SOP yang telah dibuat. Contohnya
diisi (Prosedur Pelaksanaan Pemasangan Listrik Baru), berarti SOP tersebut
berisi tentang pelaksanaan pemasangan listrik baru.
4. Nomor Dokumen: merupakan identitas dokumen yang berguna untuk
penomoran dokumen SOP.
5. Revisi ke: menunjukkan banyaknya revisi yang dikeluarkan setelah dilakukan
perubahan prosedur untuk penyesuaian.
6. Tanggal : merupakan tanggal mulai berlakunya SOP.
7. Halaman: menunjukkan halaman dan total banyaknya halaman yang ada.
b. Pengesahan, merupakan bagian dari peresmian SOP yang telah ditandatangani
atau disahkan oleh Manajer.
c. Tujuan, bagian ini berisi tujuan secara jelas mengenai hal yang ingin dicapai
dngan dibuatnya SOP.
d. Ruang Lingkup, menjelaskan tentang luasnya cakupan SOP.
e. Dasar Hukum, bagian ini menjelaskan tentang ketentuan aturan undang- undang
yang menjadi dasar bagi perusahaan untuk menjalankan SOP.
f. Istilah dan Definisi, bagian ini merupakan bagian yang mengartikan serta
menjelaskan dari setiap istilah dan definisi yang digunakan dalam menjalankan
SOP tersebut.
IV-11
Politeknik Negeri Bali
aplikasi dan dokumen yang digunakan dalam menjalankan SOP.
i. Pihak Kerja Terkait, maksudnya menjelaskan tentang karyawan yang terlibat dan
bertanggung jawab atas setiap prosedur di dalam SOP.
j. Simbol Prosedur, bagian ini menjelaskan simbol khusus yang digunakan setiap
prosedur untuk menggambarkan kegiatan yang dilaksanakan.
k. Prosedur, merupakan bagian yang menjelaskan gambaran diagram alir yangada
pada setiap kegiatan prosedur.
l. Lampiran, berisikan dokumen tambahan seperti gambar alat maupun material
yang akan digunakan.
Sesuai dengan fenomena yang terjadi pada pelaksanaan pengoperasian
tangan robot pemasang tekep isolator pada klem isolator tarik, maka perlu dibuat
SOP untuk mengatur jalannya pelaksanaan pengoperasian tangan robot pemasang
tekep isolator secara tertulis dan baku. Berikut ini merupakan penjelasan SOP
Pelaksanaan Pengoperasian tangan robot pemasang tekep isolator yang telah dibuat
berdasarkan rancangan:
Berlaku Efektif
Diberikan ke Tim PDKB TM dan Komisi PDKB
KOMISI PDKB
PT PLN (Persero) KANTOR PUSAT
DIPERIKSA
NAMA JABATAN TANDA
TANGAN
IV-12
Politeknik Negeri Bali
DISETUJUI
NAMA JABATAN TANDA
TANGAN
DISAHKAN
TANDA
NAMA JABATAN
TANGAN
a. Tujuan
Adapun tujuan dari SOP Pelaksanaan Pengoperasian Tangan Robot
Pemasang Tekep Isolator pada klem Isolator Tarik Pekerjaan Dalam Keadaan
Bertegangan Tegangan Menengah PDKB-TM adalah sebagai berikut:
1. Memberikan informasi kepada petugas mengenai proses pelaksanaan
pengoperasian tangan robot;
2. Memberikan petunjuk mengenai langkah-langkah proses pelaksanaan
pemasangan tekep isolator dengan tangan robot;
3. Sebagai panduan dalam melaksanakan proses pelaksanaan pemasangan tekep
isolator dengan tangan robot agar dapat dilaksanakan dengan efektif dan efisien
sesuai dengan standar yang berlaku di perusahaan.
4. Sebagai alat monitoring proses pelaksanaan pemasangan tekep isolator dengan
tangan robot
b. Ruang lingkup
Ruang lingkup dalam prosedur ini meliputi mekanisme pemasangan tekep
isolator pada klem isolator Tarik dengan Tangan Robot Pekerjaan Dalam Keadaan
IV-13
Politeknik Negeri Bali
Bertegangan Tegangan Menengah (PDKB-TM) dengan Metode Berjarak.Gambar
lampiran peralatan dan material pada instruksi kerja ini bukan merupakan suatu
keharusan pada produk tertentu tetapi hanya sebagai contoh.
c. Referensi
Adapun referensi yang menjadi patokan prosedur ini yaitu sebagai berikut:
1. Standar PLN (SPLN) Nomor 82-1: 1991 tentang Pekerjaan Dalam Keadaan
Bertegangan Bagian 1: Peraturan Umum.
2. Standar PLN (SPLN) Nomor 82-3: 1993 tentang Pekerjaan Dalam Keadaan
Bertegangan Bagian 3: Jaringan Tegangan Menengah; Persyaratan Kerja dan
Lembar Teknik.
3. Lampiran Standar PLN (SPLN) Nomor 82-3: 1993 tentang Lembaran Teknik
Perkakas dan Lembaran Teknik – Metode Operasi.
4. Surat Keputusan Direksi Nomor 092.K/DIR/2005 tentang Pedoman
Keselamatan Kerja di Lingkungan PT PLN (Persero).
5. Surat Keputusan Direksi Nomor 475.K/DIR/2010 tentang Kriteria Disain
Enjinering Konstruksi Jaringan Distribusi Tenaga Listrik.
6. Surat Keputusan Direksi Nomor 606.K/DIR/2010 tentang Standar Konstruksi
Jaringan Tegangan Menengah Tenaga Listrik.
d. Istilah dan Definisi
Adapun istilah dan definisi yang digunakan dalam pelaksanaan pengoperasian
tangan robot pemasang tekep isolator yaitu sebagai berikut:
1. Conductor Cover adalah Penutup kaku berisolasi yang digunakan untuk menutup
konduktor bertegangan, yang berfungsi untuk mengamankan Linesman terhadap
konduktor bertegangan.
2. Tangan Robot adalah alat untuk memasang tekep isolator saat jaringan dalam
keadaan bertegangan.
3. Tekep Isolator adalah alat pelindung untuk melindungi strainclamp connector
CCO dari korosi dan gangguan
4. Pengawas Pekerjaan adalah pegawai yang bertanggung jawab atas terselenggaranya
pelaksanaan dan penyelesaian pekerjaan sesuai dengan prosedur dan intruksi kerja yang
telah ditentukan
5. Pengawas K3 adalah pegawai yang bertugas sebagai pengawas Keselamatan dan
Kesehatan Kerja (K3) dan bersertifikat Pengawas K3. Bertugas mengawasi sikap kerja
IV-14
Politeknik Negeri Bali
dan penggunaan APD sehingga keselamatan personil terjamin
6. Pelaksana pekerjaan adalah personil baik dari pegawai PLN maupun karyawan dari
mitra kerja yang bertugas untuk melaksanakan pekerjaan berdasarkan penunjukan
secara resmi
7. Tim PDKB-TM adalah personil dari pegawai PLN yang bertugas untuk melaksanakan
pekerjaan dalam keadaan bertegangan tegangan menengah
8. Petugas Pelayanan Teknik adalah mitra kerja PLN yang khusus menangani masalah
gangguan ke pelanggan PLN dan melaksanakan manuver beban untuk peralatan JTM
yang dioperasikan secara manual
9. Piket Turjardis adalah petugas piket pengatur jaringan distribusi berkedudukan di
masing-masinga area yang bertugas untuk mengatur system kelistrikan di wilayah
kerja masing-masing.
10. Piket Dispacher DCC adalah petugas piket yang bertugas mengatur system kelistrikan
jaringan tegangan menengah 20 KV di seluruh Bali dengan system Scada
e. Deskripsi
2. Material
3 Perlengkapan K3
4. Perlengkapan Pendukung
Simbol Keteranagan
Simbol kapsul/terminator ini menjelaskan dimulai
dan diakhirinya suatu proses kegiatan dalam prosedur.
IV-17
Politeknik Negeri Bali
4.13.Penanggun
g Jawab
Pengawas
pekerjaan dan K3
Pengawas
pekerjaan dan K3
SOP,
Pengawas JSA
pekerjaan dan K3
Pengawas
pekerjaan dan K3
Pelaksana
Pekerjaan
Pelaksana
Pekerjaan
Pelaksana
Pekerjaan
Pengawas
pekerjaan dan K3
IV-18
Politeknik Negeri Bali
Penanggung Rekaman
Prosedur
Jawab Terkait
Pelaksana
Pekerjaan
Pelaksana
Pekerjaan
Pelaksana
Pekerjaan
Pelaksana
Pekerjaan
Pelaksana
Pekerjaan
Pelaksana
Pekerjaan
Pelaksana
Pekerjaan
Pelaksana
Pekerjaan
Berita
Acara
IV-19
Politeknik Negeri Bali
Adapun penjelasan dari langkah-langkah di gambar di atas tentang : prosedur
pengoperasian tangan robot pemasang tekep isolator yaitu sebagai berikut:
IV-20
Politeknik Negeri Bali
isolator pada dua sisi bagian penekanan. Setelah semua
siap, tangan robot siap untuk dioperasikan.
Membersihkan hook stick dan memasangkan dengan
8
tangan robot
Memasang lock out atau tag out atau pemasangan rambu
Pengawas Pekerjaan
9 tanda bahaya di lokasi pekerjaan sebagai tanda bahwa
dan K3
sedang dilaksanakan pekerjaan dalam keadaan berbahaya.
IV-21
Politeknik Negeri Bali
Lakukan pemeriksaan atas hasil kerja, untuk memeriksa
Pemeriksaan dan
12 kesesuaian hasil kerja degan kontrak dan tandar yang
Pengujian
beralaku.
Jika ada hasil kerja yang tidak sempurna ataupun terjadi
Rekomendasi
13 permasalan, lakukan analisis solusi untuk menyelesaikan
Perbaikan
permasalahan
Perbaikan atas hasil pemasangan tekep isolator klem
14 Penyempurnaan
isolator tarik yang tidak sempurna
15 Penyusunan laporan dan dokumentasi Pelaporan
Formulir
IV-22
Politeknik Negeri Bali
IV-23
Politeknik Negeri Bali
FORM LAPORAN HASIL PELAKSANAAN PEKERJAAN
SPLN No :
SPLN No :
SPLN No :
IEC No :
Lainnya :
A. PEKERJAAN
NO URAIAN SATUAN VOL VOL KETERANGAN
RENCANA REALISASI
B. PERMASALAHAN
C. REKOMENDASI PERBAIKAN
D. HASIL PERBAIKAN
F. HASIL PENGUJIAN
Urutan phasa Triple
phase
Tahanan isolasi Meger
Tahanan pentanahan Test
arde
dst
G. KESIMPULAN
___________________ __________________
IV-25
Politeknik Negeri Bali
V. BAB V
V-26
Politeknik Negeri Bali
`
V-27
Politeknik Negeri Bali
V-28
Politeknik Negeri Bali
5.3 Instruksi Kerja Pemeliharaan Konduktor SUTM/SKUTM
SISTEM MANAJEMEN K3
1. PERALATAN KERJA
1.1 Alat kerja dan alat bantu
a. Tool Set
b. Tang Press
c. Tangga
d. Power pull
e. Stick 20 kV
f. Grounding Set
g.Tali / tambang
h. Megger Isolasi
i. Running-cable
1.2 Perlengkapan K3
a. Sarung Tangan
b. Sepatu Karet
c. Helm Pengaman
d. Sabuk Pengaman
e. Kotak P3K
f. Rambu peringatan
2. BAHAN
V-29
Politeknik Negeri Bali
a. Konduktor sesuai kebutuhan
b. Joint Sleeves
3. LANGKAH KERJA
3.1 Siapkan material, alat kerja dan pelengkapan K3
3.6 Short ketiga phasa pada jaringan dengan kawat AAAC dan Stick 20 kV
3.10 Lepas / potong kedua ujung konduktor dengan gunting pemotong kabel / gergaji
3.12 Untuk jenis konduktor MVTIC harus diukur tahanan isolasinya dengan Megger.
3.13 Sambung konduktor dengan joint sleeves dengan menggunakan tang press.
3.15 Sambung / paralel ujung konduktor dengan CCO dengan tang press
3.21 Pengawas lapangan meyakinkan bahwa pekerjaan telah selesai dengan aman.
V-30
Politeknik Negeri Bali
3.22 Absensi tenaga kerja dan koordinasi dengan pelaksana pekerjaan bahwa
tegangan akan dinormalkan kembali.
V-31
Politeknik Negeri Bali
V-32
Politeknik Negeri Bali
SISTEM MANAJEMEN K3
b. Tangga
c. Power pull
e Grounding Set
f. Tali / tambang
1.2 Perlengkapan K3
a. Sarung Tangan
b. Sepatu Karet
c. Helm Pengaman
d. Sabuk Pengaman
e. Kotak P3K
f. Rambu peringatan
2. BAHAN
b. Distribution tie
3. LANGKAH KERJA
2.1 Siapkan material, alat kerja dan pelengkapan K3
2.5 Pengawas pekerjaan lapor ke petugas PLN, bahwa pekerjaan pemeliharaan / penggantian
isolator siap dilaksanakan. agar aliran listrik dipadamkan
2.6 Short ketiga phasa pada jaringan dengan kawat AAAC dan Stick 20 kV
V-33
Politeknik Negeri Bali
2.7 Pasang tangga
2.8 Pasang Grounding set 2 sisi kanan dan kiri di sebelah titik pekerjaan
2.9 Lepas isolator yang perlu diganti dari travers dan turunkan dengan tali / tambang
2.12 Pasang dan ikat konduktor pada isolator baru dengan menggunakan distribution tie.
2.17 Pengawas pekerjaan meyakinkan bahwa pekerjaan telah selesai dengan aman.
2.18 Absensi tenaga kerja dan koordinasi dengan pelaksana pekerjaan bahwa tegangan akan
dinormalkan kembali.
2.19 Pengawas pekerjaan lapor ke petugas PLN bahwa pekerjaan pemeliharaan / penggantian
konduktor SUTM / SKTM telah selesai, personil dan peralatan aman, agar aliran listrik
dinormalkan kembali
2.20 Pengawas lapangan mengecek listrik di pelanggan terdekat untuk meyakinkan bahwa listrik
sudah normal.
V-34
Politeknik Negeri Bali
SISTEM MANAJEMEN K3
1. PERALATAN KERJA
b. Tangga
c. Power pull
d. Tang kombinasi
f. Grounding Set
g. Tali / tambang
1.2 Perlengkapan K3
a. Sarung Tangan
b. Sepatu Karet
c. Helm Pengaman
d. Sabuk Pengaman
e. Kotak P3K
f. Rambu peringatan
2. BAHAN
a. Travers lengkap sesuai kebutuhan
V-35
Politeknik Negeri Bali
3. LANGKAH KERJA
3.1 Siapkan material, alat kerja dan pelengkapan K3
3.6 Short ketiga phasa jaringan dengan kawat AAAC dan Stick 20 kV
3.19 Pengawas lapangan meyakinkan bahwa pekerjaan telah selesai dengan aman.
3.20 Absensi tenaga kerja dan koordinasi dengan pelaksana pekerjaan bahwa
tegangan akan dinormalkan kembali.
V-36
Politeknik Negeri Bali
3.21 Pengawas pekerjaan lapor ke petugas PLN bahwa pekerjaan pemeliharaan /
penggantian travers telah selesai, personil dan peralatan aman, mohon aliran
listrik kembali.
1. PERALATAN KERJA
1.1 Alat Kerja dan Alat Bantu
a. Katrol 5 - 10 ton lengkap dengan kaki tiganya
b. Tang potong
c. Treepool phase
d. Skakel stook
e. Tangga kerja fiber 12 mtr.
f. Megger
g. Tang Ampere / Volt meter
h. Kunci-kunci secukupnya
1.2 Perlengkapan K3
V-37
Politeknik Negeri Bali
a. Helm kerja
b. Sepatu alas karet tahan tegangan 20 kV
c. Sabuk pengaman
d. Kaca Mata Kerja
e. Pakaian kerja
f. Sarung tangan kaos
g. Sepatu alas karet
h. Pagar kerja / Rambu
2. BAHAN
2.1 Kawat AAAC
2.2 Transformator
2.3 Mur dan baut
3. LANGKAH KERJA
3.1 Persiapkan alat-alat kerja yang diperlukan dengan lengkap
3.2 Pasang tangga di posisi yang akan dikerjakan Siapkan TRANSFORMATOR di posisi
yang akan diganti
3.3 Pastikan posisi kerja dalam keadaan aman, bila perlu cabut cut out atau jamperan yang
menuju lokasi penggantian TRANSFORMATOR
3.4 Pasang ground pentanahan untuk pengaman
3.5 Pasang tanda pengaman / peringatan agar tidak ada petugas lain memasukkan tegangan
3.6 Catat data dan hasil Megger trafo baru dengan lengkap dan pastikan trafo betul-betul
bagus
3.7 Bongkar / turunkan trafo yang rusak jangan lupa memberi tanda kabel-kabelnya antar
phasenya
3.8 Pasang trafo pengganti dan jamper kembali kabel-kabelnya ingat jangan sampai terbalik
3.9 Periksa LV Boardnya buka HB Saklarnya serta NT Fusenya
3.10 Periksa dan sesuaikan fuse link gardu biarkan dalam posisi terbuka
3.11 Pengawas pekerjaan lapor ke petugas PLN bahwa pekerjaan pemeliharaan /
penggantian konduktor SUTM / SKTM telah selesai, personil dan peralatan aman,
agar aliran listrik dinormalkan kembali
3.12 Pengawas lapangan mengecek listrik di pelanggan terdekat untuk meyakinkan bahwa
listrik sudah normal.
3.13 Rapikan alat-alat kerja dan trafo bekasnya yang akan di retour
V-38
Politeknik Negeri Bali
Denpasar , 11 Pebruari 2022
Penanggung Jawab Tehnik
PT. ADI PUTRA
V-39
Politeknik Negeri Bali
SISTEM MANAJEMEN K3
1. PERALATAN KERJA
1.1 Alat kerja dan alat bantu
a. Tangga
c. Grounding Set
d. Tali / tambang
1.2 Peralatan K3
a. Sarung Tangan
b. Sepatu Karet
c. Helm Pengaman
d. Sabuk Pengaman
e. Kotak P3K
f. Rambu peringatan
2. BAHAN
3. LANGKAH KERJA
3.1 Siapkan material, alat kerja dan pelengkapan K3
V-40
Politeknik Negeri Bali
3.5 Pengawas pekerjaan lapor ke petugas PLN, bahwa pekerjaan pemeliharaan /
penggantian aresster siap dilaksanakan. agar aliran listrik dipadamkan
3.6 Short ketiga phasa pada jaringan dengan kawat AAAC dan Stick 20 kV
3.9 Bongkar Arrester yang perlu diganti dengan kunci pas dan kunci ring
3.12 Pasang Arrester yang baru dengan kunci pas dan kunci ring
3.17 Pengawas lapangan meyakinkan bahwa pekerjaan telah selesai dengan aman.
3.18 Absensi tenaga kerja dan koordinasi dengan pelaksana pekerjaan bahwa tegangan
akan dinormalkan kembali.
3.20 Pengawas pekerjaan mengecek listrik di pelanggan terdekat untuk meyakinkan bahwa
listrik sudah normal.
V-41
Politeknik Negeri Bali
5.1 Instruksi Kerja Instalasi Pemanfaat Tenaga Listrik
INSTRUKSI KERJA
A. PETUGAS
Pengawas : 1 orang
Pelaksana : 2 orang
B. WAKTU PELAKSANAAN
1. Pengawas/direksi pekerjaan
2. Perangkat desa
D. PERALATAN KERJA
1. Obeng Positif ( + )
2. Obeng Negatif ( - )
3. Tespen
V-42
Politeknik Negeri Bali
4. Betel
5. Palu
6. Gergaji besi
7. Tang Kombinasi
8. Meteran
9. Cangkul
10. Sekop
11. Linggis
12. Ember
13. Cetok
15. tangga
E. PERALATAN UKUR
1. Meteran
2. Meger
3. AVO Meter
F. PERALATAN K3
2. Yellow tape
3. Bendera
4. Helm pengaman
5. Sepatu karet
V-43
Politeknik Negeri Bali
6. Sarung tangan kulit
7. Pakaian kerja
8. Sabuk pengaman
9. Kotak P3K
G. MATERIAL/ALAT BANTU
1. Pipa instalasi.
berupa :
tajam pipa.
V-44
Politeknik Negeri Bali
• Pipa instalasi ditanam sedemikian rupa dengan sempurna dan dijepit
Pipa yang digunakan dalam objek tulisan ini adalah pipa jenis PVC dengan
diameter 20 mm.
GAMBAR 1
PIPA INSTALASI
2. Benda bantu.
Penyambungan kabel dalam instalasi pipa hanya boleh dilakukan dalam kotak
Dalam objek tulisan ini kotak sambung nyang digunakan adalah T-dos,
dan Inbowdoos.
V-45
Politeknik Negeri Bali
GAMBAR 2
TEE DOOS
3. Las dop.
GAMBAR 3
V-46
Politeknik Negeri Bali
LASDOP
GAMBAR 4
ISOLASI SCOT
4. Terminasi kabel.
yang sesuai.
GAMBAR 5
TERMINAL BLOCK
V-47
Politeknik Negeri Bali
5. Kotak dinding
kotak kontak pada dinding beton. Bahannya harus baik, tahan terhadap korosi
kimia.
GAMBAR 6
INBOWDUS
6. Sakelar
terdiri atas :
• Jenis-jenis sakelar.
V-48
Politeknik Negeri Bali
– Sakelar kotak, untuk menjalankan lampu penerangan, antara lain
minimum 16 A.
: Ohm sakelar
tukarnya berbeda.
Dalam objek tulisan ini, saklar yang banyak digunakan adalah saklar seri
GAMBAR 7
V-49
Politeknik Negeri Bali
GAMBAR 8
GAMBAR 9
LAMPU
V-50
Politeknik Negeri Bali
GAMBAR 10
V-51
Politeknik Negeri Bali
GAMBAR 11
LAMPU
7. Kontak tusuk
• Kutub netral/nol/negatif.
• Kutub pembumian.
kanan.
berputar.
khusus.
Dalam objek tulisan ini kotak kontak yang digunakan adalah kotak kontak 1
GAMBAR 12
KOTAK KONTAK
GAMBAR 2-17
V-53
Politeknik Negeri Bali
KABEL UNTUK MELAYANI KOTAK KONTAK
Perlengkapan hubung bagi atau kerap disebut kotak hubung bagi atau
PHB merupakan titik simpul hubung bagi rangkaian listrik. PHB harus terbuat
dari bahan yang tidak dapat terbakar, tahan lembab dan kokoh. Sirkit masuk
- Sirkit utama.
- Sirkit cabang.
- sirkit akhir.
- Komponen rel.
- Komponen pengaman.
V-54
Politeknik Negeri Bali
- Komponen sakelar
PHB yang digunakan dalam objek tulisan ini, adalah PHB jenis MCB
Box.
GAMBAR 13
MCB BOX
9. Elektroda pembumian.
lingkungan.
• Jenis elektroda :
bulat.
V-55
Politeknik Negeri Bali
- Elektroda batang : Terbuat dari pipa besi, baja profil, batang logam,
V-56
Politeknik Negeri Bali
GAMBAR 14
GROUND ROOD
dan saat ini yang sedang dikembangkan campuran bahan serat keramik.
Dalam objek tulisan ini, kabel yang digunakan adalah kabel jenis NYM
pada instalasi digunakan teknik identifikasi warna atau huruf atau lambang.
V-57
Politeknik Negeri Bali
• Netral N - biru
GAMBAR 15
KABEL NYM
Sumber : http://www.preisroboter.de/ergebnis8179931.html
antara lain kabel trunk, rak kabel, dan lain-lain yang tujuan utamanya
V-58
Politeknik Negeri Bali
GAMBAR 16
RAK KABEL
Fitting :
lampu.
bakelit.
V-59
Politeknik Negeri Bali
Fitting kedap air (WD), adalah fitting yang tidak dapat kemasukan
Pemasangannya :
Dalam objek tulisan ini fiting yang digunakan antara lain : fiting gantung,
V-60
Politeknik Negeri Bali
GAMBAR 17
GAMBAR 18
GAMBAR 19
V-61
Politeknik Negeri Bali
H. PROSEDUR KERJA
4. Pelajari SOP
V-62
Politeknik Negeri Bali
I. GAMBAR RENCANA
GAMBAR 20
GAMBAR 21
V-63
Politeknik Negeri Bali
GAMBAR 22
LEGEND
GAMBAR 23
GAMBAR SITUASI
V-64
Politeknik Negeri Bali
GAMBAR 24
BEBAN (W)
GAMBAR 25
LANTAI 2 :
V. CosQ
V-65
Politeknik Negeri Bali
Group 4 : I = 680/(220.0,8) = 3,86 A, MCB yang digunakan 6 A 1 phasa
LANTAI 1 :
V. CosQ
Daya listrik yang diamprahkan untuk rumah milik I Ketut Suardika ini adalah sebesar
7500 VA
V-66
Politeknik Negeri Bali
J. LANGKAH KERJA
1. Pelajari gambar rencana secara seksama beserta spesifikasi teknis serta syarat-
syarat pemasangan
5. Gunakan perlengkapan K3
6. Pasang rambu-rambu
12. Marking tempat MCB BOX, saklar, kotakkontak, armatur lampu dan jalur
13. Pembobokan
berbentuk suatu panel atau kombinasi panel-panel, terbuat dari bahan konduktif
atau tidak konduktif yang dipasang pada suatu rangka yang dilengkapi dengan
V-67
Politeknik Negeri Bali
perlengkapan listrik seperti sakelar, kabel, dan rel. Perlengkapan hubung bagi
yang dibatasi dan dibagi-bagi dengan baik menjadi petak-petak yang tersusun
mendatar dan tegak dianggap sebagai satu panel hubung bagi (PUIL 2000: 11).
GAMBAR 26
MCB (PENGAMAN)
TERMINAL
TERMINAL
GROUNDING
NETRAL
(KUNING/HIJAU-
(BIRU)
KUNING)
V-68
Politeknik Negeri Bali
Materil box PHB dapat terbuat dari logam, acrilyc, fiberglas, plastik dan
lain sebagainya atau kombinasi dari material tersebut di atas. PHH yang terdapat
di lokasi objek tulisan adalah jenis MCB Box dengan bahan plastik, dan ditutup
baginya terdiri atas : Miniatur Circuit Breaker (MCB), terminal netral, terminal
• PHB harus terbuat dari bahan yang tidak dapat terbakar, tahan
- Sirkit utama.
- Sirkit cabang.
- sirkit akhir.
- Komponen rel.
- Komponen pengaman.
- Komponen sakelar
yang dipakai dengan bumi sebagi referensi tegangan nol, pembuatan sistem
V-69
Politeknik Negeri Bali
pembumian ini bertujuan untuk menghindarkan manusia dari kejut listrik
(http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/19064/4/Chapter%20II.pdf).
GAMBAR 27
INSTALASI PEMBUMIAN
Jenis elektroda :
- Elektroda pelat : Terbuat dari logam utuh atau berlubang, pada umumnya
V-70
Politeknik Negeri Bali
- Elektroda batang : Terbuat dari pipa besi, baja profil, batang logam, yang
Di lokasi objek tulisan ini, elektroda yang digunakan adalah elektroda dengan
V-71
Politeknik Negeri Bali
GAMBAR 28
ELEKTRODA BATANG
a. Instalasi sirkit utama adalah Instalasi antara titik pasok milik perusahaan
b. Instalasi sirkit cabang adalah Instalasi antara panel hubung bagi utama
V-72
Politeknik Negeri Bali
c. Instalasi sirkit akhir adalah Instalasi antara panel hubung bagi akhir
GAMBAR 29
SIRKIT UTAMA
SIRKIT UTAMA
pipa instalasi atau menggunakan kabel NYM (jika ditanam dalam tembok)
rumah milik I Ketut Suardika, menggunakan kabel NYY 3x4 mm2 sebagai
19. Plester/finishing
20. Pemasangan dan terminasi, MCB, saklar, stopkontak, serta armatur lampu,
V-73
Politeknik Negeri Bali
21. Pemeriksaan dan Pengujian
a. Uji dokumen :
pelaksanaan.
b. Uji fisik
• Uji polaritas
c. Uji elektris
V-74
Politeknik Negeri Bali
c. Uji isolasi fasa-pembumian (jika penghantar netral tidak
dengan PHB utama, PHB utama dengan PHB cabang PHB cabang
(http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/19064/4/Chapter%20II.pdf).
pembumian dengan elektroda bantu, jarak yang umum digunakan berkisar 5-10
meter.
Pegukuran dengan metode ini dapat dilihat pada Gambar 2.1 di bawah
ini.
GAMBAR 30
V-75
Politeknik Negeri Bali
Setelah elektroda bantu ditancapkan di tanah pada kedalaman sekitar 30
yang sudah ditentukan. Ada tiga warna kabel yaitu hijau, kuning dan merah.
Kabel warna hijau salah satu ujungnya dihubungkan dengan terminal earth pada
alat ukur dengan simbol E dan ujung satu lagi dihubungkan dengan elektroda
alat ukur dan ujung yang lain dihubungkan dengan elektroda bantu yang paling
simbol C (Current) pada alat ukur dan ujung yang lain dihubungkan dengan
dilakukan tetapi perlu diperhatikan dahulu apakah baterai masih baik atau tidak
dan besar tegangan rangkaian dengan memilih selector yang tersedia di peralatan.
Apabila semua dalam kondisi baik maka pengukuran tahanan pembumian dapat
hambatan sampai jarum penunjuk telah menunjuk angka nol. dan nilai yang
ditunjukkan oleh piringan yang diputar tersebut adalah nilai tahanan pembumian
yang terukur.
V-76
Politeknik Negeri Bali
Persyaratan teknis yang harus dipenuhi
Nilai resistansi minimum adalah 1 kilo ohm untuk setiap 1 volt tegangan
perencanaan. Seperti contoh dalam objek tulisan ini, memiliki tegangan kerja
sebesar 220 volt, maka tahanan isolasinya minimal sebesar 220 kilo ohm (PUIL
2000).
maksimum 5 ohm.
K. MENGIDENTIFIKASI PENYIMPANGAN
5. Ganti MCB
V-77
Politeknik Negeri Bali
L. LAPORAN
pada laporan harian yang kemudian dikutip ke dalam laporan phisik, apabila secara
keseluruhan pekerjaan sudah selesai, buatlah berita acara. Jangan lupa membuat
berita acara setiap kali terjadi perubahan di lapangan, yang tidak sesuai dengan
V-78
Politeknik Negeri Bali
VI. BAB VI
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan penjelasan talah disampaikan dalam bab-bab sebelumnya
dapat disimpulkan beberapa hal seperti diuraikan di bawah ini.
1. Sandar operasional presedur, merupakan suatu pedoman dalam menerapkan
manajemen proyek, yang memuat identitas pekerjaaan, pelaksana, waktu
pelaksanaan, metode pelaksanaan, evaluasi, perbaikan, dan pelaporan.
2. SOP harus dibuat oleh pemberi kerja dan pelaksana pekerjaan.
3. Untuk menjelaskan secara detail tentang proses pelaksanaan pekerjan,
pelaksana pekerjaan wajib membuat Instruksi Kerja.
4. Di bagian akhir maka pelaksanakan pekerjaan harus membuat laporan yang
minimal menjelaskan : kapan, dimana, siapa pelaksana, bagaimana
pelaksanaannya, berpabanyak hasil pelaksanaannya.
5.1 Saran
1. SOP dan Instruksi kerja harrus dibuat secara detail dan mudah dipahami.
2. SOP dan Instruksi kerja harus dilakukan evaluasi dan perbaikan secra berkala
sesuai perubahan waktu, keadaan, dan tempat pelaksanaan.
[2] PT PLN (Persero), SPLN No 68-2:1986 Tingkat Jaminan Sistem Tenaga Listrik
Bagian Dua: Sistem Distribusi, Jakarta Selatan: PT PLN (Persero), 1986
[4] Girindra, I. B. P., Jondra, W., & Teresna, I. W. (2020). Tekep Isolator Gardu
untuk Menanggulangi Gangguan Binatang Tupai. Matrix: Jurnal Manajemen
Teknologi dan Informatika, 10(2), 65-71.
[6] Jondra, I. W., Parti, I. K., Ta, I. K., & Sari, N. P. I. P. (2021). Journal of Applied
Mechanical Engineering and Green Technology. Journal of Applied
Mechanical Engineering and Green Technology, 2, 135-139.
[7] Girindra, I. B. P., Jondra, W., & Teresna, I. W. (2020). Tekep Isolator Gardu
untuk Menanggulangi Gangguan Binatang Tupai. Matrix: Jurnal Manajemen
Teknologi dan Informatika, 10(2), 65-71.
[8] Dr. Ir. I Wayan Jondra, M.Si. Pengantar Tekep Isolator, [online] 2020,
https://www.youtube.com/watch?v=afu7AG8i1iU (Diakses: 15 Februari 2022).
[9] Rumbay, J. R., Patras, L. S., & Similang, S. (2022). Evaluasi Keandalan Sistem
Distribusi Menggunakan Indeks SAIFI dan SAIDI Pada PT. PLN (Persero) Area
Sangihe.
[10] Nugrogo, Untoro. 2014. Workshop Penyusunan SOP Unit Eks Proyek.
Universitas Negeri Semarang.
[13] Suhadi, Tri Wrahatnolo. 2008. Teknik Distribusi Tenaga Listrik Jilid 1. Jakarta:
Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan [online]
http://dekop.files.wordpress.com/2010/09/87-teknik-distribusi-tenaga-listrik-
jilid-1.pdf. [Diakses tanggal 13 Februari 2022].
[14] Ayati Saadah, Iqbal Arsyad, & Junaidi. (2019). Studi Perencanaan
Pembangunan Penyulang Baru untuk Pembagian Beban Penyulang Sahang 1
dan Raya 17 PT PLN (PERSERO) ULP SIANTAN. Jurnal Teknik Elektro.
[15] Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Nomor: 04 Tahun 2009
Tentang Aturan Distribusi Tenaga Listrik
[16] PT PLN (Persero), Buku 5 Standar Konstruksi Jaringan Tegangan Menengah
Tenaga Listrik, Jakarta Selatan: PT PLN (Persero), 2010.
[17] Heri, J., Yuningtyastuti, Y., & Syakur, A. (2012). Studi Arus Bocor Permukaan
Bahan Isolasi Resin Epoksi Silane Dengan Variasi Pengisi Pasir Silika (Dengan
Polutan Pantai). Transmisi: Jurnal Ilmiah Teknik Elektro, 14(1), 20-37.
[18] Badri, Imam Ibnu.2019. Penjelasan Mengenai Bahan Isolasi Gas.
https://www.teachmesoft.com/2018/12/penjelasan-mengenai-bahan-isolasi-
gas.html. [Diakses tanggal 18 Maret 2022].
[19] Suswanto, D. (2009). Sistem Distribusi Tenaga Listrik. Padang: Universitas
Negeri Padang.
[20] I Wayan Jondra, I Ketut Parti, I Ketut Ta, dan Ni Putu Indah Permata Sari. 2021.
Meningkatkan keandalanpenyulang Buruan dengan pemasangan tekep isolator.
Journal of Applied Mechanical Engineering and Green Technology, (2021)135-
139 homepage: http://ojs.pnb.ac.id/index.php/JAMETECH p-ISSN: 2655-
9145; e-ISSN: 2684-8201
[21] Hendri, MT. 2016. Teknik Jaringan dan Distribusi Tenaga Listrik. Medan:
Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan.
[22] PT PLN (Persero), SPLN S3.0004-2016. Spesifikasi Pole Mounted Automatic
Circuit Recloser Dan Sistem Kontrol, Jakarta Selatan: PT PLN (Persero), 2016.
[23] PT. Adiputra. 2018. Spesifikasi Tekep Isolator. Denpasar
[24] PT PLN (Persero), SPLN U2.001: 2020. Pekerjaan Dalam Keadaan
Bertegangan. Jakarta Selatan: PT PLN (Persero), 2020.
Politeknik Negeri Bali VI-2
[25] Anonim. Apa itu PDKB. Yogyakarta: PDKB. https://pdkb.id/apa-itu-pdkb-
.html. [Diakses :15 Februari 2022]
[26] Anonim. 2020. Metode Kerja PDKB-TM Sentuh Langsung. Yogyakarta:
PDKB. https://pdkb.id/read/113/metode-kerja-pdkb-tm-rubber-gloves- sentuh-
langsung.html. [Diakses: 16 Februari 2022]
[27] PT PLN (Persero), SPLN D3.032:2020. Pekerjaan Dalam Keadaan
Bertegangan Peralatan Tegangan Menengah. Jakarta Selatan: PT PLN
(Persero), 2020.
[28] PT PLN (Persero) UP3 Bali Selatan, Inventaris PDKB 2020, Denpasar: PT PLN
(Persero) UP3 Bali Selatan, 2020.
[29] Santoso, J. D. 2014. Lebih Memahami SOP (Standard Operation Procedure).
Surabaya : Kata Pena
[30] Tambunan, R.M. 2011. Panduan Penyusunan Standar Operating Procedure
(Your Best Gudance to Have Effective Standar Operating Procedure). Jakarta:
MAIESTAS
[31] Sailendra, Annie. (2015). Langkah-langkah raktis Membuat SOP. Yogyakarta:
Trans Idea Publishing
[32] Hartatik, Indah. 2014. Buku Pintar Membuat SOP. Yogyakarta : Flashbooks.
[33] Rahardian, Y. P . 2013. Penyusunan Model Standard Operating Procedure
Pengelolaan Islamic Center. Penelitian Individual BOPTN 2013. Yogyakarta :
Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga.
[34] Ekotama, Suryono. 2011. Cara Gampang Bikin Standard Operating Procedure
Agar Roda Usaha Lebih Tertata, Yogyakarta: Media Pressindo.
[35] Baridwan, Z.2004. Intermediate Accounting, Edisi Kedelapan.
Yogyakarta:BPFE.
[36] Ticket. 2005. ISO 9001 : 2000 in Brief (2nd ed). Oxford : Elsevier Butterworth
Heineman
[37] Hardani, Helmina Andriani, Jumari Ustiawaty, Evi Fatmi Utami, Ria Rahmatul
I., Roushandy Asri Fardani, Dhika Juliana Sukmana, Nur Hikmatul Auliya,
Metode Penelitian Kualitatif & Kuantitatif, Yogyakarta: CV Pustaka Ilmu
Group, 2020.
[38] Widiawati, Ana. 2021. Data Kualitatif dan Kuantitatif dalam Penelitian.
https://penerbitbukudeepublish.com/data-kualitatif-kuantitatif/. [Diakses
tanggal 23 Maret 2022]
Politeknik Negeri Bali VI-3
[39] Ascarya. 2021. Data Kualitatif-Definisi, Jenis, Analisis dan Contoh.
https://ascarya.or.id/data-kualitatif/. [Diakses tanggal 23 Maret 2022]
[40] Asep Saefullah, Mohammad Fakhturrokhman, Yuvita Oktarisa, Resty Dwi
Arsy, Hayin Rosdiana, Vaka Gustiono, dan Seno Indriyanto., Rancang Bangun
Alat Praktikum Hukum Ohm Untuk Memfasilitasi Kemampuan Berfikir
Tingkat Tinggi (Higher Order Thinking Skills), Gravity. Vol. 4 No. 2, 2018.
[41] Bambang Sugiyantoro, dan T. Haryono, Pemanfaatan Isolator Plastik untuk
mendukung Pekerjaan Dalam Keadaan Bertegangan (PDKB), Skripsi,
http://etd.repository.ugm.ac.id/penelitian/detail/1000
[42] Soemohadiwidjojo, Arini T. (2017). Mudah Menyusun SOP Edisi 2. Jakarta:
Penebar Plus.
[43] Hartatik, Indah. P. (2014). Buku Pintar Membuat SOP (Standard Operating
Procedure). Yogyakarta: Flashbook.
[44] Nuraida, Ida. (2014). Manajemen Administrasi Perkantoran Edisi Revisi.
[2] Yogyakarta: PT. Kanisiu
[44] Santosa, Joko D. (2014). Lebih Memahami S.O.P (Standard Operation
Procedure). Surabaya: Kata Pena.
[45] Tathagati, Arini. (2014). Step by Step Membuat SOP (Standard Operating
Procedure). Yogyakarta: Efata Publishing.
[46] Sailendra, Annie. (2015). Langkah-Langkah Praktis Membuat SOP Cetakan
Pertama. Yogyakarta: Trans Idea Publishing.
[47] Budiharjdo, M. (2014). Panduan Praktis Menyusun SOP. Jakarta: Raih Asa
Sukses.
[48] Soemohadiwidjojo, Arini T. (2017). Mudah Menyusun SOP Edisi 2. Jakarta:
Penebar Plus
[49] Fatimah, dkk. (2015). Mudah Menyusun SOP. Indonesia: Pustaka Baru Press.
[50] Moekijat. (2008). Administrasi Perkantoran. Bandung: Mandar Maju.
[51] Laporan Harian Gangguan Penyulang dan Proteksi Tahun 2019, 2020 dan 2021.
[52] PT PLN (Persero) .2017. Instruksi Kerja PDKB-TM Penggantian Jumper .
Jakarta Selatan: PT PLN (Persero) Komisi PDKB Pusat.
[53] Winata, S. V. (2016). Perancangan Standard Operating Procedure (SOP) Pada
Chocolab. PERFORMA: Jurnal Manajemen dan Start-Up Bisnis Volume 1
Nomor 1, April 2016