Anda di halaman 1dari 14

TUGAS BIOTEKNOLOGI FARMASI

MAKALAH VAKSIN

Dosen Pembimbing:

Weka Sidha Baghawan, M.Farm.,Apt.

Disusun Oleh :

Nissa Mega Khansa (19041010)

PROGRAM STUDI FARMASI

FAKULTAS ILMU KESEHATAN DAN SAINS

UNIVERSITAS IKIP PGRI

KOTA MADIUN
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Vaksin adalah bahan antigenik yang digunakan untuk menghasilkan kekebalan terhadap suatu
penyakit. Pemberian vaksin (imunisasi) dilakukan untuk mencegah atau mengurangi pengaruh
infeksi penyebab penyakit - penyakit tertentu. Vaksin biasanya mengandung agen yang
menyerupai mikroorganisme penyebab penyakit dan sering dibuat dari mikrob yang dilemahkan
atau mati, dari toksinnya, atau dari salah satu protein permukaannya. Agen merangsang sistem
imun untuk mengenali agen sebagai ancaman, menghancurkannya, dan untuk lebih mengenali
dan mengh Vaksin dapat bersifat profilaksis (misalnya untuk mencegah atau memperbaiki
efek infeksi di masa depan oleh patogen alami atau "liar") atau terapeutik (misalnya vaksin
terhadap kanker).

Pemberian vaksin disebut vaksinasi. Vaksinasi merupakan metode paling efektif untuk


mencegah penyakit menular  Kekebalan karena vaksinasi terjadi menyeluruh di dunia sebagian
besar bertanggung jawab atas pemberantasan cacar dan pembatasan penyakit
seperti polio, campak, dan tetanus. Efektivitas vaksinasi telah dipelajari dan diverifikasi secara
luas, misalnya vaksin terbukti efektif termasuk vaksin influenza, vaksin HPV, dan vaksin cacar
air. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) melaporkan bahwa vaksin berizin saat ini tersedia untuk
dua puluh lima infeksi yang dapat dicegah.

Vaksin berasal dari kata vaccinia, yaitu penyebab infeksi cacar sapi yang ketika diberikan
kepada manusia, akan menimbulkan pengaruh kekebalan terhadap cacar.

B. Rumusan Masalah
1. Agar dapat mengetahui apakah itu vaksin?
2. Agar mengetahui jenis dan macam vaksin
3. Agar Mengetahui penggunaan vaksin

C. Tujuan makalah

Mengetahui dengan jelas tentang vaksin beserta jenis, macam, dan manfaat vaksin begitupula
dengan penggunaaannya
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian vaksin

Vaksin adalah sejenis produk biologis yang mengandung unsur antigen berupa virus atau
mikroorganisme yang sudah mati atau sudah dilemahkan dan juga berupa toksin mikroorganisme
yang telah diolah menjadi toksid atau protein rekombinan, yang sudah ditambahkan dengan zat
lainnya. Vaksin berguna untuk membentuk kekebalan spesifik secara aktif terhadap penyakit
tertentu. Vaksin merupakan produk yang rentan, masing -masing mempunyai karakteristik
tertentu maka diperlukan pengelolaan secara khusus sampai di gunakan (WHO, 2015;
Proverawati dan Andhini., 2010). Mutu tiap vaksin terjamin bila tindakan yang benar dilakukan
saat pengelolaan rantai dingin vaksin, rentang suhu yang di anjurkan yaitu 2 0C-80C. Pengelolaan
rantai dingin vaksin yang tidak sesuai dengan ketentuan yang ada dapat mengakibatkan
kerusakan vaksin, sehingga potensi vaksin berkurang atau hilang. Potensi vaksin yang berkurang
atau hilang tidak dapat lagi diperbaiki (WHO, 2015; Proverawati dan Andhini., 2010).

Masalah pengelolaan rantai dingin vaksin termasuk masalah global, masalah ini melanda negara
berkembang dan negara maju di dunia. Pengelolaan rantai dingin vaksin yang tidak baik seperti
terpapar dengan suhu beku pada saat transportasi dan penyimpanan. Antara negara berkembang
dan negara maju angka kejadiannya tidak teralalu jauh berbeda yaitu sebesar 35,3% pada saat
transportasi di negara berkembang dan sebesar 16,7% di negara maju, sedangkan pada saat
penyimpanan yaitu sebesar 21,9% di negara berkembang dan sebesar 13,5% di negara maju
(Matthias et al., 2007).

Suhu beku dapat merusak potensi vaksin, terutama pada golongan vaksin rentan beku atau
Freeze Sensitive (FS) seperti Diphteri Tetanus (DT), Tetanus Toksoid (TT), Tetanus diptheri
(Td), Diphteri Pertusis Tetanus/Hepatitis B/Hemophilus Influenza Type B (DPT/HB/Hib) dan
Hepatitis B. Vaksin golongan ini menggunakan ajuvan garam aluminium yang akan mengendap
bila terpapar dengan suhu beku (WHO, 2015; Kemenkes RI, 2013). Penelitian di India oleh
Serum Institute of India (2002) tentang pembekuan vaksin DPT, bahwa pada pembekuan
pertama potensi komponen tetanus berkurang menjadi 85,5% dibanding sebelum pembekuan,
pembekuan kedua menjadi 38,5% dan pembekuan ketiga menjadi 20%. Potensi komponen
difteri berkurang menjadi 94% dibanding sebelum pembekuan, pembekuan kedua
menjadi 80% dan pembekuan ketiga menjadi 44%. Sedangkan komponen pertusis tidak
berkurang pada pembekuan pertama, tetapi berkurang pada pembekuan kedua menjadi
77% dan pembekuan ketiga menjadi 45% (PATH, 2003).

B. Jenis vaksin

1. Vaksin influenza

Penyakit ini biasanya ditandai dengan batuk, demam, dan nyeri otot. Vaksin
influenza diberikan satu tahun sekali untuk mencegah terjadinya flu yang mudah menular,
terutama ketika sedang musim pancaroba atau hujan.

2. Vaksin pneumonia

Pneumonia adalah penyakit radang paru yang disebabkan oleh bakteri Streptococcus yang


menyerang saluran napas bagian bawah dan menular lewat batuk, bersin, dan ketika
bicara. Serangan pneumonia lebih rentan pada orang berusia lebih dari 60 tahun atau
orang dengan daya tahan tubuh yang rendah.

3. Vaksin HPV

Kanker serviks adalah penyakit kanker yang disebabkan oleh Human Papiloma


Virus yang menular lewat kontak seksual. Vaksin ini sangat dianjurkan untuk diberikan
sebelum Anda melakukan hubungan seksual, karena pemberian vaksin lebih dini dapat
meningkatkan efektivitas vaksin dalam mencegah kanker serviks.

Vaksin HPV mulai dapat diberikan pada usia 11 atau 12 tahun. Vaksin HPV kedua dapat
diberikan 1 sampai 2 bulan setelah vaksin HPV pertama. Dan vaksin HPV ketiga dapat
diberikan 6 bulan setelah vaksin HPV pertama.

4. Vaksin tetanus, difteri, dan pertusis

Vaksin ini diberikan untuk melindungi Anda dari tiga penyakit, yaitu tetanus yang
menyebabkan kejang otot dan pengetatan otot rahang yang ekstrim; difteri yang
menyebabkan masalah pernapasan, kelumpuhan, gagal jantung dan kematian;
serta pertusis atau batuk rejan. Vaksin ini biasanya telah diberikan saat Anda masih balita,
namun, Anda tetap perlu melakukan vaksinasi ulang setidaknya 10 tahun sekali.

5. Vaksin hepatitis A

Hepatitis A adalah penyakit akut yang disebabkan oleh virus hepatitis A yang disebarkan


oleh kotoran/tinja penderita; biasanya melalui makanan. Penyakit ini biasanya menyerang
anak-anak; sehingga pemberian vaksin juga sudah dapat diberikan saat anak berusia 2
tahun. Vaksinasi ini juga perlu dilakukan ulang setiap 10 tahun sekali.

6. Vaksin hepatitis B

Hepatitis B adalah penyakit yang disebabkan oleh virus hepatitis B yang dapat
menyebabkan peradangan hati akut atau menahun yang pada sebagian kecil kasus dapat
memicu terjadinya sirosis hati atau kanker hati. Sebenarnya, vaksin ini sudah diberikan
saat Anda baru lahir, namun dapat diberikan ulang setiap enam bulan sekali.

7. Vaksin measles, mumps, dan rubella (MMR)

Vaksin ini diberikan untuk mencegah tiga penyakit,


yaitu measles atau campak, mumps atau gondongan, dan rubella atau campak jerman.
Vaksin ini diberikan jika Anda bekerja di fasilitas pelayanan kesehatan dan sering
berpergian; Anda memerlukan dua dosis vaksin dengan jarak pemberian minimal 4
minggu. Pemberian vaksin dapat diulangs etiap 10 tahun.

8. Vaksin varisela (cacar air)

Vaksin ini diberikan pada orang yang belum pernah terkena cacar air, orang yang dekat
dengan penderita cacar air, atau orang dewasa sehat yang tidak hamil. Vaksin terdiri dari
2 dosis yang diberikan dengan jarak 4-8 minggu; vaksin ini bisa diberikan kapan saja.
Pemberian vaksin dapat diulang setiap 20 tahun sekali.

Oleh karena vaksin ini dibuat dengan virus hidup, maka Anda tidak perlu
mendapatkannya jika Anda memiliki sistem kekebalan tubuh yang lemah karena penyakit
(seperti kanker atau HIV) atau perawatan medis (seperti steroid atau kemoterapi).
9. Vaksin lainnya

Vaksin tertentu dianjurkan pada orang dewasa, khususnya jika Anda berpergian ke negara
tertentu, seperti vaksin meningitis yang diberikan bagi jamaah calon haji atau Anda yang
ingin pergi ke wilayah sub-sahara afrika. Vaksin yellow fever dan japanese
encephalitis yang diberikan jika Anda berpergian ke negara Afrika Selatan.
Vaksin rabies yang diberikan pada orang yang sering kontak dengan hewan; seperti
dokter hewan, pemilik hewan piaraan, pekerja laboratorium, atau pergi ke daerah endemis
yang berisiko kontak dengan hewan atau individu yang menderita rabies.

Setiap vaksin bisa Anda dapatkan kecuali jika Anda memiliki alergi atau kondisi tertentu.
Anda dapat berkonsultasi dengan dokter untuk mengetahui apakah Anda dapat melakukan
vaksinasi dan efek samping apa yang mungkin saja terjadi.

C. Manfaat vaksin

Manfaat vaksin yang paling mendasar adalah sebagai upaya mencegah penyakit
menular. Hal ini karena vaksin dapat memberikan tubuh Anda pertahanan dan
perlindungan dari berbagai penyakit infeksi yang berbahaya.

Vaksin adalah zat atau senyawa yang berfungsi untuk membentuk daya tahan tubuh. Vaksin
dapat merangsang tubuh agar menghasilkan antibodi yang dapat melawan kuman penyebab
infeksi. Vaksin mengandung virus atau bakteri, baik yang masih hidup maupun yang sudah
dilemahkan. Vaksinasi dapat diberikan dalam bentuk suntikan, tetes minum, atau melalui uap
(aerosol).

Manfaat Vaksin Bagi Tubuh

Berikut ini adalah beberapa manfaat vaksin yang penting bagi tubuh:

-Mencegah penyebaran penyakit

Tidak hanya melindungi tubuh dari serangan penyakit serius, pemberian vaksin juga
dapat membantu mencegah penyebaran penyakit.

Contohnya, kasus kematian pada bayi dan anak-anak akibat wabah


penyakit campak dan pertusis (batuk rejan) yang dahulu pernah menggemparkan dunia.
Hal ini terjadi karena pada saat itu belum ditemukan vaksin untuk kedua penyakit
tersebut.

-Melindungi dari risiko kematian dan cacat

Pemberian vaksin terbukti dapat menurunkan risiko seseorang terkena berbagai penyakit
yang dapat mengakibatkan kematian maupun kecacatan. Misalnya, pemberian vaksin
cacar pada anak-anak dapat membantu mencegah mereka terjangkit cacar di kemudian
hari.

Begitu pula dengan pemberian vaksin campak dan rubela yang dapat membantu
menurunkan risiko penularan virus tersebut dari ibu hamil kepada janin dalam kandungan
maupun kepada bayi yang baru lahir.

-Menghemat waktu dan biaya

Pemberian vaksin merupakan salah satu investasi kesehatan yang paling murah karena
terbukti dapat mencegah dan mengurangi angka kesakitan, kecacatan, dan kematian
akibat suatu penyakit.

Pemberian vaksin dapat membantu seseorang terhindar dari berbagai macam penyakit
yang dapat menyebabkan sakit berkepanjangan, yang tak hanya merugikan dari segi
finansial namun juga waktu.

D. Penggunaan vaksin menurut penyakit

1. Hepatitis B

Vaksin ini diberikan untuk mencegah infeksi hati serius, yang disebabkan oleh
virus hepatitis B. Vaksin hepatitis B diberikan dalam waktu 12 jam setelah bayi lahir,
dengan didahului suntik vitamin K, minimal 30 menit sebelumnya. Lalu, vaksin kembali
diberikan pada usia 2, 3, dan 4 bulan.

Vaksin hepatitis B dapat menimbulkan efek samping, seperti demam serta lemas. Pada
kasus yang jarang terjadi, efek samping bisa berupa gatal-gatal, kulit kemerahan, dan
pembengkakan pada wajah.

2. Polio
Polio merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh virus. Pada kasus yang parah,
polio dapat menimbulkan keluhan sesak napas, kelumpuhan, hingga kematian.

Imunisasi polio pertama kali diberikan saat anak baru dilahirkan hingga usia 1 bulan.
Kemudian, vaksin kembali diberikan tiap bulan, yaitu saat anak berusia 2, 3, dan 4 bulan.
Untuk penguatan, vaksin bisa kembali diberikan saat anak mencapai usia 18
bulan. Vaksin polio juga bisa diberikan untuk orang dewasa dengan kondisi tertentu.

Vaksin polio bisa menimbulkan demam hingga lebih dari 39 derajat Celsius. Efek
samping lain yang dapat terjadi meliputi reaksi alergi seperti gatal-gatal, kulit kemerahan,
sulit bernapas atau menelan, serta bengkak pada wajah.

3. BCG

Vaksin BCG diberikan untuk mencegah perkembangan tuberkulosis (TB), penyakit


infeksi serius yang umumnya menyerang paru-paru. Perlu diketahui bahwa vaksin BCG
tidak dapat melindungi orang dari infeksi TB. Akan tetapi, BCG bisa mencegah infeksi
TB berkembang ke kondisi penyakit TB yang serius seperti meningitis TB.

Vaksin BCG hanya diberikan satu kali, yaitu saat bayi baru dilahirkan, hingga usia 2
bulan. Bila sampai usia 3 bulan atau lebih vaksin belum diberikan, dokter akan
melakukan uji tuberculin atau tes Mantoux terlebih dahulu, untuk melihat apakah bayi
telah terinfeksi TB atau belum.

Vaksin BCG akan menimbulkan bisul pada bekas suntikan dan muncul pada 2- 6 minggu
setelah suntik BCG. Bisul bernanah tersebut akan pecah, dan meninggalkan jaringan
parut. Sedangkan efek samping lain, seperti anafilaksis, sangat jarang terjadi.

4. DPT

Vaksin DPT merupakan jenis vaksin gabungan untuk mencegah penyakit difteri, pertusis,
dan tetanus. Difteri merupakan kondisi serius yang dapat menyebabkan sesak napas,
paru-paru basah, gangguan jantung, bahkan kematian.

Tidak jauh berbeda dengan difteri, pertusis atau batuk rejan adalah penyakit batuk parah
yang dapat memicu gangguan pernapasan, paru-paru basah (pneumonia), bronkitis,
kerusakan otak, hingga kematian. Sedangkan tetanus adalah penyakit berbahaya yang
dapat menyebabkan kejang, kaku otot, hingga kematian.
Pemberian vaksin DPT harus dilakukan empat kali, yaitu saat anak berusia 2, 3, dan 4
bulan. Vaksin dapat kembali diberikan pada usia 18 bulan dan 5 tahun sebagai penguatan.
Kemudian, pemberian vaksin lanjutan dapat diberikan pada usia 10-12 tahun, dan 18
tahun.

Efek samping yang muncul setelah imunisasi DPT cukup beragam, di antaranya adalah
radang, nyeri, tubuh kaku, serta infeksi.

5. Hib

Vaksin Hib diberikan untuk mencegah infeksi bakteri Haemophilus influenza tipe B.


Infeksi bakteri tersebut dapat memicu kondisi berbahaya, seperti meningitis (radang
selaput otak), pneumonia (paru-paru basah), septic arthritis (radang sendi), serta
perikarditis (radang pada lapisan pelindung jantung).

Imunisasi Hib diberikan 4 kali, yaitu saat anak berusia 2 bulan, 3 bulan, 4 bulan, dan
dalam rentang usia 15-18 bulan.

Sebagaimana vaksin lain, vaksin Hib juga dapat menimbulkan efek samping, antara lain
demam di atas 39 derajat Celsius, diare, dan nafsu makan berkurang.

6. Campak

Campak adalah infeksi virus pada anak yang ditandai dengan beberapa gejala, seperti
demam, pilek, batuk kering, ruam, serta radang pada mata. Imunisasi campak diberikan
saat anak berusia 9 bulan. Sebagai penguatan, vaksin dapat kembali diberikan pada usia
18 bulan. Tetapi bila anak sudah mendapatkan vaksin MMR, pemberian vaksin campak
kedua tidak perlu diberikan.

7. MMR

Vaksin MMR merupakan vaksin kombinasi untuk mencegah campak, gondongan, dan


rubella (campak Jerman). Tiga kondisi tersebut merupakan infeksi serius yang dapat
menyebabkan komplikasi berbahaya, seperti meningitis, pembengkakan otak, hingga
hilang pendengaran (tuli).

Vaksin MMR diberikan saat anak berusia 15 bulan, kemudian diberikan lagi pada usia 5
tahun sebagai penguatan. Imunisasi MMR dilakukan dalam jarak minimal 6 bulan dengan
imunisasi campak. Namun bila pada usia 12 bulan anak belum juga mendapatkan vaksin
campak, maka dapat diberikan vaksin MMR.
Vaksin MMR dapat menyebabkan demam lebih dari 39 derajat Celsius. Efek samping
lain yang dapat muncul adalah reaksi alergi seperti gatal, gangguan dalam bernapas atau
menelan, serta bengkak pada wajah.

Banyak beredar isu negatif seputar imunisasi, salah satunya adalah isu vaksin MMR yang
dapat menyebabkan autisme. Isu tersebut sama sekali tidak benar. Hingga kini tidak
ditemukan kaitan yang kuat antara imunisasi MMR dengan autisme.

8. PCV

Vaksin PCV (pneumokokus) diberikan untuk mencegah pneumonia, meningitis, dan


septikemia, yang disebabkan oleh bakteri Streptococcus pneumoniae. Pemberian vaksin
harus dilakukan secara berangkai, yaitu saat anak berusia 2, 4, dan 6 bulan. Selanjutnya
pemberian vaksin kembali dilakukan saat anak berusia 12-15 bulan.

Efek samping yang mungkin timbul dari imunisasi PCV, antara lain adalah
pembengkakan dan kemerahan pada bagian yang disuntik, yang disertai demam ringan.

9. Rotavirus

Imunisasi ini diberikan untuk mencegah diare akibat infeksi rotavirus. Vaksin rotavirus
diberikan 3 kali, yaitu saat bayi berusia 2, 4, dan 6 bulan. Sama seperti vaksin lain, vaksin
rotavirus juga menimbulkan efek samping. Pada umumnya, efek samping yang muncul
tergolong ringan, seperti diare ringan, dan anak menjadi rewel.

10. Influenza

Vaksin influenza diberikan untuk mencegah flu. Vaksinasi ini bisa diberikan pada anak
berusia 6 bulan dengan frekuensi pengulangan 1 kali tiap tahun, hingga usia 18 tahun.

Efek samping imunisasi influenza, antara lain demam, batuk, sakit tenggorokan, nyeri
otot, dan sakit kepala. Pada kasus yang jarang, efek samping yang dapat muncul meliputi
sesak napas, sakit pada telinga, dada terasa sesak, atau mengi.

11. Tifus

Vaksin ini diberikan untuk mencegah penyakit tifus, yang disebabkan oleh


bakteri Salmonella typhi. Pemberian vaksin tifus dapat dilakukan saat anak berusia 2
tahun, dengan frekuensi pengulangan tiap 3 tahun, hingga usia 18 tahun.
Meskipun jarang, vaksin tifus dapat menimbulkan sejumlah efek samping, seperti diare,
demam, mual dan muntah, serta kram perut.

12. Hepatitis A

Sesuai namanya, imunisasi ini bertujuan untuk mencegah hepatitis A, yaitu penyakit


peradangan hati yang disebabkan oleh infeksi virus. Vaksin hepatitis A harus diberikan 2
kali, pada rentang usia 2-18 tahun. Suntikan pertama dan kedua harus berjarak 6 bulan
atau 1 tahun.

Vaksin hepatitis A dapat menimbulkan efek samping seperti demam dan lemas. Efek
samping lain yang tergolong jarang meliputi gatal-gatal, batuk, sakit kepala, dan hidung
tersumbat.

13. Varisela

Vaksin ini diberikan untuk mencegah penyakit cacar air, yang disebabkan oleh virus
Varicella zoster. Imunisasi varisela dilakukan pada anak usia 1-18 tahun. Bila vaksin
diberikan pada anak usia 13 tahun ke atas, vaksin diberikan dalam 2 dosis, dengan jarak
waktu minimal 4 minggu.

1 dari 5 anak yang diberikan vaksin varisela mengalami nyeri dan kemerahan pada area
yang disuntik. Vaksin varisela juga dapat menimbulkan ruam kulit, tetapi efek samping
ini hanya terjadi pada 1 dari 10 anak.

14. HPV

Vaksin HPV diberikan kepada remaja perempuan untuk mencegah kanker serviks, yang


umumnya disebabkan oleh virus Human papillomavirus. Vaksin HPV diberikan 2 atau 3
kali, mulai usia 10 hingga 18 tahun.

Umumnya, vaksin HPV menimbulkan efek samping berupa sakit kepala, serta nyeri dan
kemerahan pada area bekas suntikan. Akan tetapi, efek samping tersebut akan hilang
dalam beberapa hari. Pada kasus yang jarang, penerima vaksin HPV dapat mengalami
demam, mual, dan gatal atau memar di area bekas suntikan.

15. Japanese encephalitis

Japanese encephalitis (JE) adalah infeksi virus pada otak, yang menyebar melalui gigitan
nyamuk. Pada umumnya, JE hanya menimbulkan gejala ringan seperti flu. Tetapi pada
sebagian orang, JE dapat menyebabkan demam tinggi, kejang, hingga kelumpuhan.
Vaksin JE diberikan mulai usia 1 tahun, terutama bila tinggal atau bepergian ke derah
endemis JE. Vaksin dapat kembali diberikan 1-2 tahun berikutnya untuk perlindungan
jangka panjang.

16. Dengue

Imunisasi dengue dilakukan untuk mengurangi risiko demam berdarah, yang disebarkan


oleh nyamuk Aedes aegypti. Vaksin dengue diberikan 3 kali dengan interval 6 bulan, pada
usia 9 hingga 16 tahun.
BAB III

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesumpulan

Pemberian vaksin atau vaksinasi sangat penting bagi masyarakat karena merupakan investasi
kesehatan. Agar masyarakat mempunyai daya tahan tubuh yang kuat untuk menangkal suatu
penyakit.

B. Saran

Pemberian vaksin atau vaksinasi harus dilakukan dengan tepat atau harus konsisten demi
mewujudkan masyarakat yang sehat terhindar dari suatu penyakit
DAFTAR PUSTAKA

https://www.alodokter.com/manfaat-vaksin-penting-untuk-mencegah-penularan-penyakit

https://hellosehat.com/hidup-sehat/tips-sehat/jenis-vaksin-untuk-dewasa/#gref

https://id.wikipedia.org/wiki/Vaksin

https://www.alodokter.com/imunisasi#:~:text=Imunisasi%20adalah%20proses%20untuk
%20membuat,alami%20yang%20disebut%20kekebalan%20pasif.

Anda mungkin juga menyukai