Anda di halaman 1dari 12

HUBUNGAN DALAM KELUARGA

Mata Kuliah SosiologiKeluarga

DisusunOleh:
ZumrotutTaqiyah(18070021)
Parida (18070013)

Dosen Pembimbing:

Yenita Yatim,S.Sos,M.Pd

PENDIDIKAN SOSIOLOGI 2018/A

SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMUPENDIDIKAN


(STKIP)PGRISUMATERA BARAT
PADANG,2020

0
KATAPENGANTAR
Rasasyukur penulis sampaikan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, Karena berkat
kemurahannya makalah ini dapat penulis selesaikan sesuai dengan yang diharapakan. Dalam
makalah ini penulis membahas tentang “HUBUNGAN DALAM KELUARGA“.
Penulis menyusun makalah dalam rangka menyelesaikan tugas mata kuliah Sosiologi
Keluarga semester Ganjil2020/2021
Penulis juga mengucapkan terimakasih kepada:

1. Ibu Yenita Yatim,S.Sos,M.Pd selaku dosen pembimbing matakuliah Sosiologi Keluarga


2. Orang tua yang telah mendukung penuh penulis sehingga dapat menyelesaikan penulisan
makalah.
3. Yang telah membantu dan memberisaran serta masukan sehingga penulis dapat
menyelesaikan makalah.
Penulis menyadari bahwa penyusunan makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh
karena itupenulis mengharapkan kritik dansaran yang bersifat membangun untuk menambah
kesempurnaan makalah ini. Semoga makalah dengan judul "HUBUNGAN DALAM
KELUARGA" ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas kepada parapembaca.

Padang,06 Oktober2020

Penulis

1
DAFTARISI

Halaman
KataPengantar

DaftarIsi

BAB I PENDAHULUAN

a. LatarBelakang..................................................................................................................
b. Masalah..........................................................................................................................
c. Tujuan..............................................................................................................................
BAB II PEMBAHASAN

a. Hubungansuamiistri .......................................................................................................
b. Hubungan Antar Saudara (Sibllings) .............................................. …………………
c. Hubungan Anak dan Orang Tua ...................................................................................
d. Hubungan Orang Tua dengan Anak Yang Sudah Menikah ..........................................
BABIII PENUTUP

a. Kesimpulan..................................................................................................................
b. Saran...........................................................................................................................
DAFTARPUSTAKA

2
BAB I

PENDAHUKUAN

A. Latar Belakang
Keluarga dalam tatanan masyarakat merupakan kumpulan terkecil yang berisi oleh
seorang ayah, ibu dan anak yang memiliki garis keturunan sama. Begitulah keluarga
diartikan secara har difiah. Dalam kehidupan bermasyarakat meskipun keluarga merupakan
grup atau kelompok terkecil akan tetapi juga memiliki fungsi dan tugas yang terpola. Seorang
ayah secara kodrati merupakan kepala keluarga yang bertugas untuk mencari nafkah demi
menghidupi istri dan
anaknya. Sedangkan ibu lebih berperan dalam peran-peran domestik seperti mengatur
keuangan keluarga, memasak hingga mengurus anak-anak.
Peran dan tugas masing-masing anggota keluarga seperti uraian di atas pada era
sekarang telah mengalami pergeseran yang lebih fleksibel, dalam artian masing-masing
anggota keluraga bisa memiliki lebih dari satu peran dan tugas. Seorang ayah juga bisa
berbagi peran dan tugas dengan ibu baik dalam urusan bekerja di luar rumah maupun
pekerjaan domestik dalam lingkup keluarga itu sendiri. Pergeseran itu tentu sangat
dipengaruhi oleh perubahan mindset masyarakat yang tidak lagi memandang keluarga secara
kaku melainkan lebih terbuka terhadap dinamika perkembangan jaman. Semakin banyak
tuntutan jaman yang mengharuskan adanya perubahan pola pikir masyarakat sangat
berpengaruh terhadap perubahan perilaku seseorang. Interaksi di lingkungan juga berperan
aktif dalam mendorong pergeseran paradigma masyarakat yang saat ini cenderung lebih
luwes.
Menurut Gunarsa (2004: 209) keharmonisan keluarga yaitu jika seluruh anggota
keluarga merasa bahagia yang ditandai oleh berkurangnya ketegangan, kekecewaan dan puas
terhadap seluruh keadaan dan keberadaan dirinya (eksistensi dan aktualisasi diri) yang
meliputi aspek fisik, mental, emosi dan soial. Sedangkan menurut Sulaeman (1994: 18)
bahwa keluarga dikatakan “utuh”, apabila disamping lengkap anggotanya, juga dirasakan
lengkap keluarga terjadi kesenjangan hubungan, perlu diimbangi dengan kualitas dan
intensitas hubungan sehingga ketidakadaan ayah atau ibu di rumah tetap dirasakan

3
kehadirannya dan dihayati secara psikologis. Hal tersebut diperlukan agar pengaruh, arahan,
bimbingan, dan system nilai yang direalisasikan orang tua senantiasa tetap dihormati,
mewarnai sikap dan pola perilaku anak-anaknya.
B. Masalah
Dari latar belakang yang sudah penulis paparkan diatas, dapat dispesifikasi kedalam
permasalahan yang akan penulis bahas lebih mendalam sebagai berikut:
a. Bagaimana hubungan antara suami istri di dalam sebuah keluarga ?
b. Bagaimana hubungan antar saudara ( sibllings) di dalam sebuah keluarga ?
c. Bagaimana hubungan antara orang tua dan anak di dalam sebuah ikatan keluarga ?
d. Bagaimana hubungan yang terjalin antara orang tua dengan anak yang sudah menikah ?
C. Tujuan
Adapun tujuan pembuatan makalah ini disamping untuk memenuhi tugas Mata Kuliah
Sosiologi Keluarga, juga untuk menambah wawasan pembaca agar lebih mengerti mengenai
bagaimana hubungan antara sumai dengan istri, hubungan antar saudara (sibllings),
hubungan antara orang tua dengan anak dan bagaimana hubungan orang tua dengan anak nya
yang sudah menikah.

4
BAB II
PEMBAHASAN
A. Hubungan Suami dan Istri
Pernikahan adalah ikatan sosial atau ikatan pribadi yang membentuk dan meresmikan
hubungan antar pribadi yang mempunyai bentuk, tujuan dan hubungan yang khusus.
Pernikahan akan membentuk sebuah keluarga yang mempunyai tujuan antara lain untuk
memperoleh keturunan atau adanya dorongan seks, alasan ekonomi, alasan ketenangan,
alasan keamanan bahkan alasan status saja. Eksistensi keluarga yang meliputi fungsi biologis
atau reproduksi, fungsi religius, fungsi efektif,fungsi pengawasan sosial. Dari keseluruhan
fungsi-fungsi tersebut fungsi yang terpenting adalah fungsi biologis atau reproduksi yang
menentukan peranan keluarga dalam melaksanakan hubungan sosial dengan adanya
tambahan anggota-anggota baru yaitu anak-anak yang di kandung sudah melahirkan, ( Riska
Yani, 2013 dalam Jurnal Ilmiah Mahasiswa FISIP Unsyiah Volume 2, Nomor 2:628-650 ).
Di dalam sebuah keluarga, hal yang diharapkan oleh sepasang suami dan istri adalah
sebuah keharmonisan. Yang mana keharmonisan tersebut dapat di bentuk melalui interaksi
dan komunikasi secara intensif antara suami dan istri. Dalam konteks kehidupan keluarga,
interaksi dan komunikasi anggota keluarga memiliki peran yang sangat penting dalam
mempertahankan keharmonisan keluarga dan memang tidak semudah apa yang kita pikirkan,
maka dari itu diperlukan kerjasama yang baik antara suami dengan istri..
Dalam buku Komunikasi Antarpribadi, Alo Liliweri mengutip pendapat Joseph
A.Devito mengenai ciri komunikasi antar pribadi yang efektif, yaitu:
a. Keterbukaan (openness), kualitas keterbukaan yang bisa dilakukan antara suami dan
istri mengacu pada tiga aspek yaitu terbuka, jujur terhadap respon yang datang, dan
berani mengakui perasaan yang di ungkapkan nya.
b. Empati (empathy), Empati adalah kemampuan seseorang untuk mengetahui apa yang
sedang dialami orang lain pada suatu saat tertentu, dalam konteks hubungan antara
suami dan istri empati dimaksudkan untuk bisa memahami perasaan, sikap, harapan
dan keinginan dari masing-masing pasangan.
c. Kesetaraan (equality), Kesetaraan meminta kita untuk memberikan penghargaan
positif tak bersyarat kepada individu lain. (Liliweri, 1991: 13 dalam e-journal “Acta
Diurna” Volume VI. No. 2. 2017:5) Komunikasi antar pribadi sebenarnya merupakan

5
suatu proses sosial dimana orang-orang yang terlibat di dalamnya saling
mempengaruhi.
Sebuah hubungan keluarga yang harmonis tidak dapat dihindarkan bahwasanya disamping
adanya hubungan yang harmonis adapula hambatan yang di alami oleh suami dan istri
yaitu emosi, ketakutan, dan kecemasan yang di sebabkan oleh situasi dan kondisi yang
berbeda.
B. Hubungan Antar Saudara (Sibllings)
Sibling relationship adalah hubungan antar anak dalam satu keluarga. Sibling
relationship pada saudara kandung terbentuk karena adanya orangtua yang sama secara
biologis, pernyataan yang sah secara hukum, dan interaksi antar saudara. Interaksi antar
saudara ini dapat berupa interaksi fisik, seperti berinteraksi dan berkomunikasi, interaksi
kognitif, seperti rasa percaya antar saudara dan interaksi afektif, seperti adanya emosi atau
perasaan antar saudara. Interaksi ini menyebabkan saudara saling berbagi pengalaman
sehingga menimbulkan adanya kemiripan dan kedekatan antar saudara (Cicirelli, 1995 dalam
Lestari Veronica Jurnal Muara Ilmu Sosial, Humaniora, dan Seni, Vol 1, No.2 2017:101).
Furman dan Buhrmester (1985) dalam Lestari Veronica Jurnal MuaraI lmuSosial,
Humaniora,danSeni,Vol1,No.22017:102) menemukan bahwa kualitas sibling relationship
dapat dilihat berdasarkan pola relasinya. Pola relasi tersebut mengambarkan kualitas sibling
relationship yang positif maupun yang negatif. Dimensi pola relasi yang mengambarkan
kualitas sibling relationship tersebut, yaitu sebagai berikut :
a. Dimensi warmth menunujukkan hubungan kedekatan dan kehangatan antar saudara.
Saudara dapat menjadi sumber dari persahabatan, bantuan, dan dukungan emosional
Aspek-aspek yang terdapat dalam dimensi warmth adalah acceptance, admiration,
affection, intimacy, knowledge, similarity, dan support.
b. Dimensi relative power menunjukkan pengaruh dan kekuasaaan antar saudara. Aspek
yang terdapat dalam dimensi relative power adalah dominance, yaitu saudara
memberikan pengaruh yang besar kepada saudaranya. Interaksi antar saudara yang
menunjukkan relative power adalah perintah saudaranya untuk melakukan
keinginanannya.

6
c. Dimensi conflict menunjukkan adanya pertentangan atau emosi negatif antar saudara
. Aspek-aspek yang terdapat dalam dimensi conflict adalah antagonism, competition,
dominance, dan quarrelling.
d. Dimensi sibling rivalry menunjukkan adanya persaingan antar saudara karena
perbedaan perlakuan orangtua. Sibling rivalry disebabkan oleh adanya persaingan
untuk memperebutkan kasih sayang orangtua. Aspek-aspek yang terdapat dalam
dimensi sibling rivalry adalah keberpihakan orangtua dan kompetisi untuk
mendapatkan perhatian orangtua.
C. Hubungan Orang Tua dengan Anak
Secara umum kehadiran seorang anak didalam sebuah keluarga dapat dilihat sebagai
faktor yang menguntungkan orang tua dari segi psikologis, ekonomis dan sosial
( Horowiz,1985, Suparlan, 1989, Zinn dan Eitzen,1990 dalam ) pertama anak dapat mengikat
tali perkawinan, kehadiran seorang anak dapat mendorong komunikasi antara suami dan istri,
kedua orang lebih merasa muda dan ketiga anak dapat menjadi penerus keturunan dalam
keluarga.
Baik buruknya perkembangan yang dilalui oleh seorang anak tentu akan memengaruhi
keseluruhan aspek kehidupan anak, salah satunya adalah konsep diri. Penting bagi anak
untuk menerima dukungan dari orang terdekat terutama orangtua, guna meningkatkan
motivasi maupun rasa percaya diri untuk membangun konsep diri yang positif, sehingga anak
dapat menunjukkan sikap yang bertanggung jawab. Dengan demikian berdasarkan
pemaparan tentang pentingnya peran orangtua, dapat dikatakan bahwa orangtua atau
keberadaan anggota keluarga yang lengkap penting bagi anak untuk meningkatkan motivasi
dan rasa percaya diri anak (Huff et. al, 2003 dalam Jurnal Visi Komunikasi/Volume 15,
No.01, 2016:147).
Bentuk bentuk hubungan antara orang tua dan anak dapat di cerminkan melalui perilaku
dan tindakan antara orang tua dan anak yaitu :
a. Orang tua memberikan kepercayaan kepada anak. Salah satu bentuk kepercayaan
yang dilakukan adalah orang tua yang memberikan kepercayaan kepada anaknya
dalam mengambil keputusan.

7
b. Orang tua selalu menghargai pendapat. Selain memberikan kepercayaan kepada
anaknya dalam mengambil keputusan, bentuk kepercayaan lain yang dapat dilihat
adalah adanya penghargaan orang tua dalam menilai pendapat anaknya.
c. Anak menghargai pendapat orang tua. Bentuk kepercayaan lain yang dapat dilakukan
adalah adanya bentuk penghargaan anak terhadap pendapat orang tuanya.
d. Anak dan orang tua selalu berdiskusi menyelesaikan masalah. Anak terbuka kepada
orang tua, misalnya menyampaikan informasi sebenarnya apa yang di alami oleh
anak.
D. Hubungan Orang Tua dengan Anak yang Sudah Menikah
Menurut West and Turner (2008:244 dalam Putri Warda Anisa, Skripsi IR-
PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA, 2019:5) dalam teori dialektika rasional,
hubungan bukanlah suatu hal yang linier, sehingga sebuah hubungan tidak dapat dilihat dari
satu arah saja. Hal ini dikarenakan orang-orang yang terlibat dalam suatu hubungan pada
dasarnya akan memiliki suatu dorongan dan tarikan dari keinginan masing-masing yang
sering kali saling bertentangan. Hal ini juga terjadi dalam sistem keluarga, salah satunya
adalah ketika keluarga menerima anggota keluarga baru. Selain itu Fungsi ayah sebagai
kepala keluarga, ibu sebagai pengasuh akan bergeser kepada suami atau istri anak tersebut.
Namun disisi lain orang tua akan tetap memegang peran tersebut selama anak masih tinggal
dalam satu rumah yang sama bahkan ketika sang anak sudah menikah.Perubahan status anak
setelah menikah membawa banyak perubahan di dalam sebuah keluarga, salah satunya
adalah perubahan peran.
Sering kali juga terjadi hubungan antara orang tua dengan anak nya yang sudah menikah
mengalami ketegangan dialektis dimana timbulnya kemungkinan intervensi dari orang tua
terhadap anak dengan berusaha untuk ikut campur dalam urusan rumah tangga anaknya,
ataupun perbedaan generasi yang sering kali diikuti dengan perbedaan nilai antara orang tua
dan anak.
Dapat dilihat bahwasannya kewajiban orang tua terhadap anak hingga menikahkan anak
mereka bila sudah cukup umur. Tetapi, dalam hal ini hak orang tua terhadap anak yang sudah
menikah berbeda. Jika anak perempuan telah menikah maka ia akan menjadi hak suaminya,
orang tua sudah tidak lagi memiliki hak atas anak perempuan yang telah menikah. Tetapi,
anak laki-laki meskipun ia sudah menikah tetap menjadi hak ibunya. Sedangkan tanggung

8
jawab orang tua terhadap anak yang telah menikah ialah dalam segi moral yang artinya
sebagai penasehat dan menjadi pembimbing dalam keluarga anaknya, agar tercipta keluarga
yang sakinah, mawaddah, dan rahmah.
Saat ini masih banyak juga anak yang sudah menikah masih tinggal satu atap dengan
orang tua dengan alasan menjaga orang tua di masa masa tuanya dan sebagai bentuk
pengabdian mereka kepada orang tua yang telah merawat mereka dimasa kecil. dalam UU
pernikahan dan KUHPerdata, hal ini dinamakan Hak Alimentasi atau hak timbal balik anak
terhadap orang tua. sebagaimana yang diatur dalam UU tahun 1974 tentang Perkawinan pasal
46 yaitu
(1) Anak wajib menghormati orang tua dan mentaati kehendak mereka yang baik.
(2) Jika anak telah dewasa, ia wajib memelihara menurut kemampuannya, orang tu dan
keluarga dalam garis lurus keatas, bila mereka itu memerlukan bantuannya.

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Dari uraian latar belakang dan pembahasan yang penulis paparkan di atas maka dapat di
tarik kesimpulan dari hubungan didalam keluarga yaitu lebih didominasi dengan
menciptakan komunikasi serta interaksi secara intensif di dalam hubungan sebuah keluarga.
Di dalam sebuah keluarga, hal yang diharapkan oleh sepasang suami dan istri adalah sebuah
keharmonisan. Yang mana keharmonisan tersebut dapat dibentuk melalui interaksi dan
komunikasi. Begitu juga dengan hubungan antar saudara, orang tua dan anak dan orang tua
dengan anak yang sudah Menikah harus sejalan dengan Peran dan tugas masing-masing
anggota keluarga seperti uraian diatas pada era sekarang telah mengalami pergeseran yang

9
lebih fleksibel, dalam artian masing-masing anggota keluraga bisa memiliki lebih dari satu
peran dan tugas.
B. Saran
Saran dari penulis semoga adanya makalah ini agar pembaca dapat mengerti dan paham
mengenai bagaimana hubungan didalam keluarga itu dan penulis berharap dengan adanya
referensi tulisan yang penulis buat dengan referensi dari berbagai sumber dapat
meningkatkan lagi rasa atau keharmonisan dalam suatu keluarga.

DAFTAR PUSTAKA

Faisol, Akhmad Syahid. 2017. Pola Interaksi Antara Pasangan Suami Istri dan Orang Tua
Dalam Mewujudkan Keluaga Sakinah. Malang : Universitas Islam Negeri Maulana Malik
Ibrahim, Fakultas Syariah.

Fariza, Melta Ayu. 2017. UPAYA PASANGAN YANG TIDAK MEMILIKI ANAK
UNTUK MEMPERTAHANKAN PERKAWINAN. Jurnal Ilmiah Mahasiswa FISIP Unsyiah.
Volume 2, Nomor 2. Hal. 628-650. ayumelta88581@gmail.com

Ihromi, T.O. 1999. Bunga Rampai Sosiologi Keluarga. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.

Lestari, Veronica. 2017. GAMBARAN POLA SIBLING RELATIONSHIP PADA ADIK


USIA REMAJA DENGAN KAKAK USIA DEWASA AWAL. Jurnal Muara Ilmu Sosial,

10
Humaniora, dan Seni. Vol. 1, No. 2, Oktober 2017. hlm 100-108 . ISSN-L 2579-6356 (Versi
Elektronik). veronicalestari08@gmail.com.

Novianti, D.R, dkk. 2017. KOMUNIKASI ANTARPRIBADI DALAM MENCIPTAKAN


HARMONISASI (SUAMI DAN ISTRI) KELUARGA DIDESA SAGEA KABUPATEN
HALMAHERA TENGAH. e-journal “Acta Diurna” . Volume VI. No. 2. Tahun 2017.
toduhoz@gmail.com.

Putri, A.R, dkk. 2018. STRATEGI PASANGAN SUAMI ISTRI DALAM MENJAGA
KEHARMONISAN KELUARGA WANITA KARIR (Studi Kasus Wanita Karir di Desa
Pucangan, Kelurahan Pucangan, Kecamatan Kartasura). Journal of Development and Social
Change. Vol. 1, No. 1, April 2018. P.1-8. https: //jurnal.uns.ac.id/jodasc.

Putri, A.W. 2016. STRATEGI MANAJEMEN KETEGANGAN DIALEKTIS PERAN


SEBAGAI ANAK DAN SEBAGAI PASANGAN SUAMI ISTRI (STUDI KOMUNIKASI
KELUARGA ANTARA ANAK YANG SUDAH MENIKAH DAN TINGGAL SERUMAH
DENGAN ORANG TUA). Malang: IR-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA.
wardahannisaputri@gmail.com

Wahyuti, Tri, Syarif, K.L. 2016. KORELASI ANTARA KEAKRABAN ANAK DAN
ORANG TUA DENGAN HUBUNGAN SOSIAL ASOSIATIF MELALUI KOMUNIKASI
ANTAR PRIBADI. Jurnal Visi Komunikasi/Volume 15, No.01, Mei 2016. Hal. 143 -157.
tri.wahyuti@paramadina.ac.id; leonita.kusumawardhani@paramadina.ac.id

11

Anda mungkin juga menyukai