Anda di halaman 1dari 18

ISU LINGKUNGAN

Disusun Oleh :
Cindy Dwi Yanti (18070002)
SOS/18/A

Dosen Pembimbing :

Ria Kasmeri, S.Si., M.Si

MAHASISWA PRODI PENDIDIKAN SOSIOLOGI


SEKOLAH TINGGI KEGURUAAN ILMU KEPENDIDIKAN
(STKIP) PGRI SUMATERA BARAT
PADANG
2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan atas kehadirat Allah SWT, berkat limpahan rahmat dan
karunia Nya penulis mampu menyelesaikan tugas makalah ini guna memenuhi tugas Ilmu
Kealaman Dasar. Sholawat dan salam semoga senantiasa tercurahkan kepada junjungan besar
kita, yaituNabi Muhammad SAW, yang telah menunjukkan kepada kita jalan yang lurus berupa
ajaran agama Islam yang sempurna dan menjadi anugerah serta rahmat bagi seluruh alam
semesta.

Makalah ini disusun agar pembaca dapat memperluas ilmu serta menambah wawasan
tentang “Isu lingkungan”. Guna memenuhi tugas Ilmu Kealaman Dasar Tahun Ajaran 2019-
2020.

Ucapan terima kasih kami aturkan kepada orang tua, dosen pembimbing, rekan-rekan dan
semua pihak yang telah membantu,terutama pertolongan dari Allah, sehingga makalah penulis
ini dapat terselesaikan tepat pada waktunya.

Dengan segala kerendahan hati. Penulis sangat mengharapkan kritik dan sarannya yang
bersifat membangun, agar penulis dapat menyusun makalah lebih baik lagi. penulis menyadari
masih banyak kekurangan dan jauh dari sempurna. Karena kesempurnaan sesungguhnya hanya
datang dari Allah SWT.

Demikianlah makalah ini disusun. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi para
pembaca pada khususnya dan masyarakat pada umumnya.

Padang, Desember 2019

Penulis
DAFTAR ISI

Halaman

COVER

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

A. LatarBelakang.................................................................................................1
B. RumusanMasalah............................................................................................2
C. Tujuan.............................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN

A. Isu Lingkungan Global..................................................................................3


B. Isu Lingkungan Nasional...............................................................................10
C. Isu Lingkungan Lokal....................................................................................12

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan.....................................................................................................15

DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A.  Latar Belakang Masalah

Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi sekarang ini berlangsung sangat cepat.
Banyak komponen kehidupan manusia yang tidak dapat terlepas dari ilmu pengetahuan dan
teknologi, seperti sandang, pangan, dan papan. Manusia sekarang ini hampir tidak dapat hidup
tanpa teknologi. Teknologi dapat dengan mudah dijumpai di belahan bumi manapun dan usia
berapapun, dapat dipastikan teknologi sudah menjadi kebutuhan pokok manusia pada zaman
sekarang ini. Namun, ilmu pengetahuan yang dimiliki manusia untuk menciptakan teknologi
canggih tersebut, sebagian besar diambil dari alam.

Pemanfaatan teknologi dari alam oleh manusia yang berlebihan dapat merusak
keseimbangan ekosistem dan mengakibatkan kerugian bagi manusia dan alam. Manusia
mengekspoitasi alam sebanyak-banyaknya tetapi tidak memperbaikinya. Hal tersebutlah yang
menyebabkan berbagai masalah muncul. Masalah yang muncul dari kerusakan alam antara lain
pemanasan global, keracunan zat adiktif, banjir, kerusakan hutan, sampah, dan banjir lumpur
lapindo di Indonesia. Oleh karena itu, kami akan mengkaji masalah tersebut dalam makalah yang
berjudul “Memahami dan Memiliki Wawasan tentang Isu Lingkungan”.

Salah satu isu lingkungan global adalah pemanasan global. Pemanasan global terjadi
akibat meningkatnya gas sulfur dioksida dan gas-gas rumah kaca, seperti CO2 akibat dari
pembakaran bahan bakar fosil. Proses pemanasan global ini terjadi ketika radiasi dari sinar
matahari akan masuk ke bumi. Radiasi dari sinar matahari tersebut akan sampai bumi dan
menghangatkan bumi. Sebagian dari radiasi matahari akan diserap oleh bumi, dan sebagian bumi
akan memantulkan kembali ke angkasa. Jika atmosfer bumi penuh dengan gas-gas rumah kaca
maka panas dari bumi tidak dapat diteruskan ke angkasa. Akibatnya, panas kembali ke
bumi. Beberapa akibat dari pemanasan global adalah iklim mulai tidak stabil, peningkatan
permukaan laut, suhu global cenderung meningkat, gangguan ekologis, dampak sosial dan
politik, dampak terhadap kesehatan manusia, perdebatan tentang pemanasan global. Cara
mengurangi pemanasan global adalah mencari alternatif energi lain yang lebih ramah lingkungan
dan harganya terjangkau oleh masyarakat luas, menanam pohon, menghijaukan hutan yang telah
gundul, dan melakukan efisiensi pada penggunaan bahan bakar fosil.
B.  Rumusan Masalah

1.  Bagaimana memahami isu lingkungan global ?


2. Bagaimana memahami isu lingkungan nasional ?
3. Bagaimana memahami isu lingkungan lokal ?

C.  Tujuan

1. Memahami dan memiliki wawasan tentang isu lingkungan global.


2. Memahami dan memiliki wawasan tentang isu lingkungan nasiona.
3. Memahami dan memiliki wawasan tentang isu lingkungan lokal.
BAB III
PEMBAHASAN
A. Isu Lingkungan Global

Manusia dengan pengetahuannya  mampu mengubah keadaan lingkungan sehingga


meguntungkan dirinya, untuk memenuhi kebutuhannya. Awalnya perubahan itu dalam
lingkungan yang kecil dan pengaruhnya sangat terbatas. Pada zaman Neolitikum kira-kira 12.000
tahun yang lalu, nenek moyang kita dari berburu kemudian memelihara hewan buruannya. Dari
manusia pemburu berubah menjadi manusia pemelihara, dari manusia nomadis berubah menjadi
manusia menetap. Mulailah berkembang cara bercocok tanam. Ekosistem sekarang ini dalah
ekosistem baru yang diciptakan manusia, sesuai dengan kebutuhan manusia. Dengan ilmu
pengetahuan dan teknologi, kemampuan manusia untuk mengubah lingkungan semakin besar.
Sehingga, manusia ingin menguasai alam. Alam yang awalnya tetap dapat mempertahankan
keseimbangan sekarang keseimbangan itu hilang dan timbul kerusakan di mana-mana karena,
ulah tangan manusia. (Maskoeri Jasin, 1988:132)

            Berbagai kerusakan ditimbulkan manusia, sekarang ini banyak manusia yang menyadari
pentingnya alam untuk kelangsungan hidup mereka. Perlahan manusia memperbaiki alam yang
telah rusak dan mengurangi hal-hal yang merugikan alam. Manusia melakukan upaya
penyelamatan hutan dan makhluk hidup lain yang menggantungkan kehidupannya pada alam.
Namun, banyak pula manusia yang terus mencemari alam tanpa memikirkan resiko yang
ditimbulkan ke depan. Mengembalikan keseimbangan alam merupakan pekerjaaan yang sulit dan
selalu menginginkan terciptanya lingkungan hidup seperti yang diharapkan. Masalah yang
dialami bumi sekarang ini adalah pemansan global. Menurut tim IAD MKU UMS, TIM MUP
(2008:150), pemanasan global adalah peningkatan suhu bumi, yang meliputi peningkatan suhu
atmosfer, hidrosfer, dan suhu lithosfer.

Gambar 1 Perkembangan Pemanasan Global


 Pemanasan global terjadi akibat meningkatnya gas sulfur dioksida dan gas-gas rumah kaca,
seperti CO2 akibat dari pembakaran bahan bakar fosil. Proses pemanasan global ini terjadi ketika
radiasi dari sinar matahari akan masuk ke bumi. Radiasi dari sinar matahari tersebut akan sampai
bumi dan menghangatkan bumi. Sebagian dari radiasi matahari akan diserap oleh bumi, dan
sebagian bumi akan memantulkan kembali ke angkasa. Jika atmosfer bumi penuh dengan gas-
gas rumah kaca maka panas dari bumi tidak dapat diteruskan ke angkasa. Akibatnya, panas
kembali ke bumi. Gambar 2 (www.id.wikipedia.org)

Efek rumah kaca


            Adanya pemanasan global menyebabkan banyak pengaruh pada kehidupan yang ada di
bumi. Beberapa akibat dari pemanasan global adalah sebagai berikut.

1.      Iklim Mulai Tidak Stabil

Para ilmuwan memperkirakan bahwa selama pemanasan global, daerah bagian Utara dari
belahan Bumi Utara (Northern Hemisphere) akan memanas lebih dari daerah-daerah lain di
Bumi. Akibatnya, gunung-gunung es akan mencair dan daratan akan mengecil. Akan lebih
sedikit es yang terapung di perairan Utara tersebut. Daerah-daerah yang sebelumnya mengalami
salju ringan, mungkin tidak akan mengalaminya lagi. Pada pegunungan di daerah subtropis,
bagian yang ditutupi salju akan semakin sedikit serta akan lebih cepat mencair. Musim tanam
akan lebih panjang di beberapa area. Suhu pada musim dingin dan malam hari akan cenderung
untuk meningkat. Daerah hangat akan menjadi lebih lembap karena lebih banyak air yang
menguap dari lautan. Para ilmuwan belum begitu yakin apakah kelembapan tersebut malah akan
meningkatkan atau menurunkan pemanasan yang lebih jauh lagi. Hal ini disebabkan karena uap
air merupakan gas rumah kaca. Sehingga, keberadaannya akan meningkatkan efek insulasi pada
atmosfer. Akan tetapi, uap air yang lebih banyak juga akan membentuk awan yang lebih banyak,
akibatnya akan memantulkan cahaya Matahari kembali ke angkasa luar, di mana hal ini akan
menurunkan proses pemanasan. Kelembapan yang tinggi akan meningkatkan curah hujan, secara
rata-rata, sekitar 1 persen untuk setiap derajat Fahrenheit pemanasan. Curah hujan di seluruh
dunia telah meningkat sebesar 1 persen dalam seratus tahun terakhir ini. Badai akan menjadi
lebih sering. Selain itu, air akan lebih cepat menguap dari tanah. Akibatnya, beberapa daerah
akan menjadi lebih kering dari sebelumnya. Angin akan bertiup lebih kencang dan mungkin
dengan pola yang berbeda. Topan badai (hurricane) yang memperoleh kekuatannya dari
penguapan air, akan menjadi lebih besar. Berlawanan dengan pemanasan yang terjadi, beberapa
periode yang sangat dingin mungkin akan terjadi. Pola cuaca menjadi tidak terprediksi dan lebih
ekstrem.

2.      Peningkatan Permukaan Laut

Perubahan tinggi rata-rata muka laut diukur dari daerah dengan lingkungan yang stabil
secara geologi. Ketika atmosfer menghangat, lapisan permukaan lautan juga akan menghangat,
sehingga volumenya akan membesar dan menaikkan tinggi permukaan laut. Pemanasan juga
akan mencairkan banyak es di kutub, terutama sekitar Greenland, yang lebih memperbanyak
volume air di laut. Tinggi muka laut di seluruh dunia telah meningkat 10 – 25 cm (4 - 10 inchi)
selama abad ke-20, dan para ilmuwan IPCC memprediksi peningkatan lebih lanjut 9 – 88 cm (4 -
35 inchi) pada abad ke-21.

Perubahan tinggi muka laut akan sangat memengaruhi kehidupan di daerah pantai.
Kenaikan 100 cm (40 inchi) akan menenggelamkan 6 persen daerah Belanda, 17,5 persen
daerah Bangladesh, dan banyak pulau-pulau. Erosi dari tebing, pantai, dan bukit pasir akan
meningkat. Ketika tinggi lautan mencapai muara sungai, banjir akibat air pasang akan meningkat
di daratan. Negara-negara kaya akan menghabiskan dana yang sangat besar untuk melindungi
daerah pantainya, sedangkan negara-negara miskin mungkin hanya dapat melakukan evakuasi
dari daerah pantai. Bahkan sedikit kenaikan tinggi muka laut akan sangat memengaruhi
ekosistem pantai. Kenaikan 50 cm (20 inchi) akan menenggelamkan separuh dari rawa-rawa
pantai di Amerika Serikat. Rawa-rawa baru juga akan terbentuk, tetapi tidak di area perkotaan
dan daerah yang sudah dibangun. Kenaikan muka laut ini akan menutupi sebagian besar
dari Florida Everglades.

3.      Suhu Global Cenderung Meningkat

Orang mungkin beranggapan bahwa Bumi yang hangat akan menghasilkan lebih banyak
makanan dari sebelumnya, tetapi hal ini sebenarnya tidak sama di beberapa tempat. Bagian
Selatan Kanada, sebagai contoh, mungkin akan mendapat keuntungan dari lebih tingginya curah
hujan dan lebih lamanya masa tanam. Di lain pihak, lahan pertanian tropis semi kering di
beberapa bagian Afrika mungkin tidak dapat tumbuh. Daerah pertanian gurun yang
menggunakan air irigasi dari gunung-gunung yang jauh dapat menderita jika snowpack
(kumpulan salju) musim dingin, yang berfungsi sebagai reservoir alami, akan mencair sebelum
puncak bulan-bulan masa tanam. Tanaman pangan dan hutan dapat mengalami serangan
serangga dan penyakit yang lebih hebat.

4.      Gangguan ekologis

Hewan dan tumbuhan menjadi makhluk hidup yang sulit menghindar dari efek
pemanasan ini karena sebagian besar lahan telah dikuasai manusia. Dalam pemanasan global,
hewan cenderung untuk bermigrasi ke arah kutub atau ke atas pegunungan. Tumbuhan akan
mengubah arah pertumbuhannya, mencari daerah baru karena habitat lamanya menjadi terlalu
hangat. Akan tetapi, pembangunan manusia akan menghalangi perpindahan ini. Spesies-spesies
yang bermigrasi ke utara atau selatan yang terhalangi oleh kota-kota atau lahan-lahan pertanian
mungkin akan mati. Beberapa tipe spesies yang tidak mampu secara cepat berpindah menuju
kutub mungkin juga akan musnah.

5.      Dampak sosial dan politik

Perubahan cuaca dan lautan dapat mengakibatkan munculnya penyakit-penyakit yang


berhubungan dengan panas (heat stroke) dan kematian. Temperatur yang panas juga dapat
menyebabkan gagal panen sehingga akan muncul kelaparan dan malnutrisi. Perubahan cuaca
yang ekstrem dan peningkatan permukaan air laut akibat mencairnya es di kutub utara dapat
menyebabkan penyakit-penyakit yang berhubungan dengan bencana alam (banjir, badai dan
kebakaran) dan kematian akibat trauma. Timbulnya bencana alam biasanya disertai dengan
perpindahan penduduk ke tempat-tempat pengungsian dimana sering muncul penyakit,
seperti: diare, malnutrisi, defisiensi mikronutrien, trauma psikologis, penyakit kulit, dan lain-lain.

6.      Dampak Terhadap Kesehatan Manusia

Pergeseran ekosistem dapat memberi dampak pada penyebaran penyakit melalui air
(Waterborne diseases) maupun penyebaran penyakit melalui vektor (vector-borne diseases).
Seperti meningkatnya kejadian Demam Berdarah karena munculnya ruang (ekosistem) baru
untuk nyamuk ini berkembang biak. Dengan adanya perubahan iklim ini, maka ada beberapa
spesies vektor penyakit (eq Aedes aegypti), Virus, bakteri, plasmodium menjadi lebih resisten
terhadap obat tertentu yang targetnya adalah organisme tersebut. Selain itu bisa diprediksikan
bahwa ada beberapa spesies yang secara alamiah akan terseleksi ataupun punah dikarenakan
perubahan ekosistem yang ekstrem ini. Hal ini juga akan berdampak perubahan iklim (Climate
change) yang bisa berdampak kepada peningkatan kasus penyakit tertentu seperti ISPA (kemarau
panjang/kebakaran hutan, DBD Kaitan dengan musim hujan tidak menentu). Gradasi
Lingkungan yang disebabkan oleh pencemaran limbah pada sungai juga berkontribusi pada
waterborne diseases dan vector-borne disease. Ditambah pula dengan polusi udara hasil emisi
gas-gas pabrik yang tidak terkontrol selanjutnya akan berkontribusi terhadap penyakit-penyakit
saluran pernapasan seperti asma, alergi, coccidiodomycosis, penyakit jantung dan paru kronis,
dan lain-lain.

7.      Perdebatan tentang Pemanasan Global

Tidak semua ilmuwan setuju tentang keadaan dan akibat dari pemanasan global.
Beberapa pengamat masih mempertanyakan apakah suhu benar-benar meningkat. Yang lainnya
mengakui perubahan yang telah terjadi tetapi tetap membantah bahwa masih terlalu dini untuk
membuat prediksi tentang keadaan pada masa depan. Kritikan seperti ini juga dapat membantah
bukti-bukti yang menunjukkan kontribusi manusia terhadap pemanasan global dengan
berargumen bahwa siklus alami dapat juga meningkatkan suhu. Mereka juga menunjukkan fakta-
fakta bahwa pemanasan berkelanjutan dapat menguntungkan di beberapa daerah.

Para ilmuwan yang mempertanyakan pemanasan global cenderung menunjukkan tiga


perbedaan yang masih dipertanyakan antara prediksi model pemanasan global dengan perilaku
sebenarnya yang terjadi pada iklim. Pertama, pemanasan cenderung berhenti selama tiga dekade
pada pertengahan abad ke-20, bahkan ada masa pendinginan sebelum naik kembali pada tahun
1970-an. Kedua, jumlah total pemanasan selama abad ke-20 hanya separuh dari yang diprediksi
oleh model. Ketiga, troposfer, lapisan atmosfer terendah, tidak memanas secepat prediksi model.
Akan tetapi, pendukung adanya pemanasan global yakin dapat menjawab dua dari tiga
pertanyaan tersebut.

Kurangnya pemanasan pada pertengahan abad disebabkan oleh besarnya polusi


udara yang menyebarkan partikulat-partikulat, terutama sulfat, ke atmosfer. Partikulat ini, juga
dikenal sebagai aerosol, memantulkan sebagian sinar Matahari kembali ke angkasa luar.
Pemanasan berkelanjutan akhirnya mengatasi efek ini, sebagian lagi karena adanya kontrol
terhadap polusi yang menyebabkan udara menjadi lebih bersih. Keadaan pemanasan global sejak
1900 yang ternyata tidak seperti yang diprediksi disebabkan penyerapan panas secara besar oleh
lautan. Para ilmuwan telah lama memprediksi hal ini tetapi tidak memiliki cukup data untuk
membuktikannya. Pada tahun 2000, U.S. National Oceanic and Atmospheric Administration
(NOAA) memberikan hasil analisis baru tentang suhu air yang diukur oleh para pengamat di
seluruh dunia selama 50 tahun terakhir. Hasil pengukuran tersebut memperlihatkan adanya
kecenderungan pemanasan. Suhu laut dunia pada tahun 1998 lebih tinggi 0,2 derajat Celsius (0,3
derajat Fahrenheit) daripada suhu rata-rata 50 tahun terakhir, ada sedikit perubahan tetapi cukup
berarti. Pertanyaan ketiga masih membingungkan. Satelit mendeteksi lebih sedikit pemanasan di
troposfer dibandingkan prediksi model. Menurut beberapa kritikus, pembacaan atmosfer tersebut
benar, sedangkan pengukuran atmosfer dari permukaan Bumi tidak dapat dipercaya. Pada bulan
Januari 2000, sebuah panel yang ditunjuk oleh National Academy of Sciences untuk membahas
masalah ini mengakui bahwa pemanasan permukaan Bumi tidak dapat diragukan lagi. Akan
tetapi, pengukuran troposfer yang lebih rendah dari prediksi model tidak dapat dijelaskan secara
jelas.

Upaya untuk mengurangi pemanasan global, antara lain:

1. Menanam pohon, karena pohon berperan besar dalam mengurangi pemanasan global
karena pohon dalam foto sintesis pada siang hari menyerap CO2 dan menghasilkan
O2. Sehingga dapat megurangi kandungan karbondioksida di udara yang dapat memicu
menipisnya ozon dan terjadi pemanasan global.
2. Menghijaukan hutan yang telah gundul, karena sekarang ini banyak pembalakan liar yang
menyebabkan penggundulan hutan.
3. Melakukan efisiensi pada penggunaann bahan bakar fosil. Selain dapat menyebabkan
terjadinya pemanasan global, eksploitasi yang berlebihan pada bahan bakar fosil juga
akan menyebabkan kelangkaan pada bahan bakar fosil tersebut, kerena bahanbakar fosil
tidak dapat diperbarui.
4. Mencari alternatif energi lain yang lebih ramah lingkungan dan harganya terjangkau oleh
masyarakat luas.
B.    Isu Lingkungan Nasional

Di negara Indonesia banyak terjadi perusakan lingkungan yang mengakibatkan tidak


seimbangnya ekosistem di alam. Menurut TIM IAD MIKU & TIM MUP (2012:155), ada
beberapa isu lingkungan nasional, diantaranya :

1.      Banjir

Banjir merupakan suatu peristiwa terbenamnya daratan (yang pada keadaan normal
kering) karena meningkatnya volume air. Banjir dapat disebabkan oleh beberapa hal, diantaranya
akibat pemanasan global, yaitu dapat meningkatkan tinggi permukaan air laut, sehingga beberapa
daerah di pesisir pantai akan terkena luapan air tersebut. Selain itu banjir juga disebabkan karena
meningkatnya curah hujan dan tidak adanya saluran air yang baik dan cukup untuk menampung
air hujan. Banjir juga dapat disebabkan karena peluapan air sungai akibat meningkatnya curah
hujan  atau karena sebab lain, seperti pecahnya bendungan sungai. Banjir yang banyak melanda
kota-kota besar biasanya disebabkan karena kurangnya kesadaran masyarakat yang membuanga
sampah ke sungai atau saluran air lain. Banjir juga disebabkan oleh kurangnya resapan air karena
tanah telah tertutup bangunan. Banjir menyebabkan kerugian pada segi perekonomian,
kesehatan, dan lingkungan.
2.      Kerusakan hutan di Indonesia

Hutan di Indonesia banyak berkurang dan yang masih ada banyak mengalami kerusakan.
Penyebab kerusaan hutan paling besar karena ulah manusia. Manusia melakukan eksploitasi dari
hutan secara berlebihan dan mengabaikan segi ekologisnya. Faktor alam yang merusak hutan
salah satunya adalah kebakaran hutan. Kebakaran hutan ini dipicu oleh musim kemarau yang
panjang maupun pemanasan global.

3.      Sampah
Manusia sebagai konsumen setiap harinya menghasilkan sampah/limbah. Libah yang
dihasilkan berupa organik dan anorganik. Sampah anorganik dihasilkan dari rumah tangga
maupun industri. Sampah merupakan masalah sosial yang dapat menyebabkan konflik. Di
Indonesia masalah sampah kurang mendapat penanganan yang baik.

4.      Banjir lumpur panas di Sidoarjo

Banjir lumpur panas di Sidoarjo merupakan peristiwa menyemburnya lumpur panas di


lokasi pengeboran PT Lapindo Brantas sejak tanggal 27 Mei 2006. Bajir lumpur panas tersebut
terus meningkat dan penyebab utama semburan tersebut belum jelas. Semburan tersebut
menyebabkan tergenangnya kawasan pemukiman, pertanian, dan peridustrian. Masalah banjir
lumpur panas ini telah menjadi masalah nasional, yang memaksa pemerintah pusat turut campur
dalam upaya penanggulannya.

C.    Isu Lingkungan Lokal

Ada beberapa penyebab masalah lingkungan lokal, diantaranya :

1. Kekeringan : kekeringan adalah kekurangan air yang terjadi akibat sumber air tidak dapat
menyediakan kebutuhan air bagi manusia dan makhluk hidup yang lainnya. Dampak:
menyebabkan ganggungan kesehatan, keterancaman pangan.
2. Banjir : merupakan fenomena alam ketika sungai tidak dapat menampung limpahan air
hujan karena proses influasi mengalami penurunan. Itu semua dapat terjadi karena
hijauan penahan air larian berkurang. Dampak: ganggungan kesehatan, penyakit kulit,
aktivitas manusia terhambat, penurunan produktifitas pangan, dll.
3. Longsor : adalah terkikisnya daratan oleh air larian karena penahan air berkurang.
Dampaknya: terjadi kerusakan tempat tinggal, ladang, sawah, mengganggu
perekonomian dan kegiatan transportasi
4. Erosi pantai : adalah terkikisnya lahan daratan pantai akibat gelombang air laut. Dampak:
menyebabkan kerusakan tempat tinggal dan hilangnya potensi ekonomi seperti kegiatan
pariwisata.
5. Instrusi Air Laut: air laut (asin) mengisi ruang bawah tanah telah banyak digunakan oleh
manusia dan tidak adanya tahanan instrusi air laut seperti kawasan mangrove.
Dampaknya: terjadinya kekurangan stok air tawar, dan mengganggu kesehatan.
BAB III
PENUTUP

A.    Kesimpulan

Manusia dengan pengetahuannya  mampu mengubah keadaan lingkungan sehingga


meguntungkan dirinya, untuk memenuhi kebutuhannya. Awalnya perubahan itu dalam
lingkungan yang kecil dan pengaruhnya sangat terbatas. Dengan ilmu pengetahuan dan
teknologi, kemampuan manusia untuk mengubah lingkungan semakin besar. Sehingga, manusia
ingin menguasai alam. Alam yang awalnya tetap dapat mempertahankan keseimbangan sekarang
keseimbangan itu hilang dan timbul kerusakan di mana-mana karena, ulah tangan manusia

Salah satu isu lingkungan global adalah pemanasan global. Pemanasan global terjadi
akibat meningkatnya gas sulfur dioksida dan gas-gas rumah kaca, seperti CO2 akibat dari
pembakaran bahan bakar fosil. Proses pemanasan global ini terjadi ketika radiasi dari sinar
matahari akan masuk ke bumi. Radiasi dari sinar matahari tersebut akan sampai bumi dan
menghangatkan bumi. Sebagian dari radiasi matahari akan diserap oleh bumi, dan sebagian bumi
akan memantulkan kembali ke angkasa. Jika atmosfer bumi penuh dengan gas-gas rumah kaca
maka panas dari bumi tidak dapat diteruskan ke angkasa. Akibatnya, panas kembali ke
bumi. Beberapa akibat dari pemanasan global adalah iklim mulai tidak stabil, peningkatan
permukaan laut, suhu global cenderung meningkat, gangguan ekologis, dampak sosial dan
politik, dampak terhadap kesehatan manusia, perdebatan tentang pemanasan global. Cara
mengurangi pemanasan global adalah mencari alternatif energi lain yang lebih ramah lingkungan
dan harganya terjangkau oleh masyarakat luas, menanam pohon, menghijaukan hutan yang telah
gundul, dan melakukan efisiensi pada penggunaan bahan bakar fosil

Ada beberapa masalah lingkungan nasional, diantaranya banjir, kerusakan hutan di


Indonesia, sampah, dan banjir lumpur panas di Sidoarjo. Selain masalah lingkungan global dan
nasional, ada maslah lokal. Beberapa penyebab masalah lingkungan lokal, diantaranya
kekeringan, banjir, longsor, erosi pantai, dan instrusi air laut.
DAFTAR PUSTAKA

Maskoeri, Jasin.1994. Ilmu Alamiah Dasar. Jakarta: PT Raja Gafindo Persada.

TIM IAD MKU UMS, TIM MUP.2008. Ilmu Kealaman Dasar. Surakarta:
Muhammadiyah University Press

Sodiq Mochammad. 2016. Ilmu Kealaman Dasar. Jakarta: Prenada Media Group.

Anda mungkin juga menyukai