Anda di halaman 1dari 11

Dampak Kurang Vitamin A terhadap Campak

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Sampai saat ini masalah KVA di Indonesia masih membutuhkan perhatian yang serius,
meskipun hasil survey xeroptalima (tahun 2002) menunjukkan bahwa berdasarkan kriteria WHO
secara klinis kekurangan vitamin A di Indonesia sudah tidak menjadi masalah kesehatan
masyarakat (< 0,5%). Namun pada survey yang sama menunjukkan bahwa 50 % balita secara
sub klinis masih kekurangan Vitamin A. Oleh karena itu sekitar separuh dari jumlah balita di
Indonesia masih terancam kebutaan karena kekurangan vitamin A.
Agar anak dapat tumbuh dan berkembang dengan optimal dibutuhkan antara lain
vitamin.Vitamin-vitamin ini selain dapat diperoleh dari makanan dapat juga diperoleh melalui
suplemen-suplemen yang mengandung vitamin. Salah satu jenis vitamin yang dibutuhkan adalah
vitamin Aatau yang disebut juga retinol. Vitamin A berfungsi antara lain menjaga kelembaban
dankejernihan selaput lendir, memungkinkan mata dapat melihat dengan baik dalam keadaan
kurangcahaya (sore atau senja hari), serta pada ibu nifas akan meningkatkan mutu vitamin A
dalamASI, sehingga bayi akan mendapatkan vitamin A yang cukup dari ASI.
Kelompok umur yang terutama mudah mengalami kekurangan vitamin A adalah
kelompok bayiusia 6-11 bulan dan kelompok anak balita usia 12-59 bulan (1-5 tahun).
Sedangkan yang lebih beresiko menderita kekurangan vitamin A adalah bayi berat lahir rendah
kurang dari 2,5 kg, anak yang tidak mendapat ASI eksklusif dan tidak diberi ASI sampai usia 2
tahun, anak yang tidak mendapat makanan pendamping ASI yang cukup, baik mutu maupun
jumlahnya, anak kuranggizi atau di bawah garis merah pada KMS, anak yang menderita penyakit
infeksi (campak, diare,TBC, pneumonia) dan kecacingan, anak dari keluarga miskin, anak yang
tinggal di dareahdengan sumber vitamin A yang kurang, anak yang tidak pernah mendapat
kapsul vitamin A danimunisasi di Posyandu maupun Puskesmas, serta anak yang kurang/jarang
makan makanansumber vitamin A.
Campak adalah penyakit virus yang sangat menular. Virus campak yang terkandung
dalam jutaan tetesan kecil yang keluar dari hidung dan mulut ketika orang yang terinfeksi batuk
atau bersin. Seseorang yang rentan terhadap penyakit campak dapat menangkap virus dengan
bernapas, dengan menyentuh permukaan dan kemudian meletakkan tangan di dekat hidung atau
mulut.
Penyakit ini adalah suatu infeksi virus yang sangat menular, ditandai dengan demam,
batuk, pilek, konjungtivitis (peradangan selaput ikat mata/konjungtiva) dan ruam kulit. Penyakit
ini biasanya menyerang anak-anak pra sekolah dan anak-anak SD, meskipun tidak menutup
kemungkinan menyerang orang dewasa yang belum pernah terkena penyakit ini.
Anak yang menderita kurang vitamin A, bila terserang campak, diare atau penyakit
infeksi lain, penyakit tersebut akan bertambah parah dan dapat mengakibatkan kematian. Infeksi
akan menghambat kemampuan tubuh untuk menyerap zat-zat gizi dan pada saat yang sama akan
mengikis habis simpanan vitamin A dalam tubuh.
1.2 Rumusan Masalah
1.      Apa itu KVA?
2.      Apa itu Camapak?
3.      Bagaimana hubungan antara KVA dan penyakit campak?
4.      Bagaimana upaya dalam mengurangi campak dengan penanggulangan KVA?

1.3  Tujuan Penulisan
1.      Mengetahui apa itu KVA
2.      Mengetahui tentang penyakit campak
3.      Mengetahui hubungan antara KVA dan penyakit campak
4.      Mengetahui upaya dalam mengurangi campak dengan penanggulangan KVA
BAB II
ISI
2.1 Vitamin A
Vitamin A berpengaruh terhadap fungsi kekebalan tubuh manusia dan hewan. Sistem
kekebalan membantu mencegah atau melawan infeksi dengan cara membuat sel darah putih yang
dapat menghancurkan berbagai bakteri dan virus berbahaya. Retinol berpengaruh terhadap
pertumbuhan dan diferensiasi limfosit B, yaitu leukosit yang berperan dalam proses kekebalan
humoral.
Vitamin A termasuk zat gizi yang penting (essensial) bagi manusia, karena gizi ini tidak dapat dibuat oleh
tubuh, sehingga harus dipenuhi dari luar. Tubuh dapat memperoleh vitamin A melalui bahan makanan seperti
bayam, daun singkong, pepaya matang, hati, kuning telur dan juga ASI. Kemudian juga dapat diperoleh melalui
kapsul vitamin A dosis tinggi.
Fungsi Vitamin A secara umum yaitu membantu pembentukan jaringan tubuh dan tulang, meningkatkan
penglihatan dan ketajaman mata, memelihara kesehatan kulit dan rambut, meningkatkan kekebalantubuh,
memproteksi jantung, anti kanker dan katarak, pertumbuhan dan reproduksi.
Anak-anak yang cukup mendapat vitamin A bila terkena diare, campak atau penyakit infeksi lain, maka
penyakit-penyakit tersebut tidak mudah menjadi parah, sehingga tidak membahayakan jiwa anak. Angka kecukupan
vitamin A yang di anjurkan untuk berbagai golongan umur dan jenis kelamin untuk Indonesia dapat dilihat pada
tabel berikut ini.

2.2 Pengertian KVA dan campak


2.2.1 KVA
Para penulis mengatakan bahwa, jika resiko kematian bagi 190 juta anak kekurangan
vitamin A berkurang hingga 24 persen, maka lebih dari 600.000 nyawa bisa diselamatkan setiap
tahunnya dan 20 juta data kecacatan nantinya akan diperoleh.
KVA merupakan suatu kondisi dimana mulai timbulnya gejala kekurangan konsumsi
vitamin A. Defisiensi vitamin A dapat merupakan kekurangan primer akibat kurang konsumsi.
KVA dapat pula disebut kekurangan sekunder apabila disebabkan oleh gangguan penyerapan
dan penggunaan vitamin A dalam tubuh, kebutuhan yang meningkat, atau karena gangguan pada
konversi karoten menjadi vitamin A. KVA sekunder dapat terjadi pada penderita KEP, penyakit
hati, alfa dan beta lipoproteinemia, atau gangguan absorpsi karena kekurangan asam empedu.
KVA menghalangi fungsi sel-sel kelenjar yang mengeluarkan mukus dan digantikan
oleh sel-sel epitel bersisik dan kering. Kulit menjadi kering, kasar, dan luka sukar sembuh.
Membran mukosa tidak dapat mengeluarkan cairan secara sempuna sehingga mudah terserang
infeksi. Lapisan sel yang menutupi trakea dan paru-paru mengalami keratinisasi, tidak
mengeluarkan lendir, sehingga mudah dimasuki mikroorganisme dan menyebabkan infeksi. Bila
infeksi ini terjadi pada permukaan dinding usus akan menyebabkan diare. Perubahan pada
permukaan saluran kemih dan kelamin dapat menimbulkan infeksi pada ginjal, kantung kemih,
dan vagina. Perubahan ini dapat juga meningkatkan endapan kalsium yang dapat menyebabkan
batu ginjal dan gangguan kantung kemih. Perubahan pada permukaan saluran kemih dan kelamin
dapat menimbulkan infeksi pada ginjal dan kantong kemih. Pada anak-anak dapat menyebabkan
komplikasi pada campak yang dapat mengakibatkan kematian.
Gejala klinis defisiensi vitamin A akan tampak bila cadangan vitamin A dalam hati dan
organ-organ tubuh lain sudah menurun dan kadar vitamin A dalam serum mencapai bawah garis
yang diperlukan untuk mensuplai kebutuhan metabolik mata. Deplesi vitamin A dalam tubuh
merupakan proses yang memakan waktu lama. Diawali dengan habisnya persediaan vitamin A di
dalam hati, menurunnya kadar vitamin A plasma, kemudian terjadi disfungsi sel batang pada
retina, dan akhirnya timbul perubahan jaringan epitel. Penurunan vitamin A pada serum tidak
menggambarkan defisiensi vitamin A dini, karena deplesi telah terjadi jauh sebelumnya.
Gejala defisiensi vitamin A akan timbul jika: diet dalam jangka waktu lama tidak
mengandung cukup vitamin A atau provitamin A.
1.      Terdapat gangguan penyerapan vitamin A.
2.      Terdapat gangguan pada proses konversi provitamin A menjadi vitamin A, seperti pada
gangguan kelenjar tiroid.
3.      Kerusakan hati, seperti pada kwashiokor dan hepatitis kronis.
4.      Kurang terbentuknya RBP dan pre-albumin

2.2.2 Campak
Campak adalah penyakit infeksi yang sangat menular yang disebabkan oleh virus,
dengan gejala-gejala eksantem akut, demam, kadang kataral selaput lendir dan saluran
pernapasan, gejala-gejala mata, kemudian diikuti erupsi makulopapula yang berwarna merah dan
diakhiri dengan deskuamasi dari kulit.
Campak juga dikenal dengan nama morbili atau morbillia danrubeola (bahasa Latin),
yang kemudian dalam bahasa Jerman disebut dengan nama masern, dalam bahasa Islandia
dikenal dengan namamislingar  dan measles dalam bahasa Inggris. Campak adalah penyakit
infeksi yang sangat menular yang disebabkan oleh virus, dengan gejala-gejala eksantem akut,
demam, kadang kataral selaput lendir dan saluran pernapasan, gejala-gejala mata, kemudian
diikuti erupsi makulopapula yang berwarna merah dan diakhiri dengan deskuamasi dari kulit.
Agent campak adalah measles virus yang termasuk dalam
familiparamyxoviridae  anggota genus morbilivirus. Virus campak sangat sensitif terhadap
temperatur sehingga virus ini menjadi tidak aktif pada suhu 37 derajat Celcius atau bila
dimasukkan ke dalam lemari es selama beberapa jam. Dengan pembekuan lambat maka
infektivitasnya akan hilang.

Penyakit campak terdiri dari 3 stadium, yaitu:


1.      Stadium kataral (prodormal)
Biasanya stadium ini berlangsung selama 4-5 hari dengan gejala demam, malaise, batuk, fotofobia,
konjungtivitis dan koriza. Menjelang akhir stadium kataral dan 24 jam sebelum timbul eksantema, timbul
bercak Koplik. Bercak Koplik berwarna putih kelabu, sebesar ujung jarum timbul pertama kali pada
mukosa bukal yang menghadap gigi molar dan menjelang kira-kira hari ke 3 atau 4 dari masa prodormal
dapat meluas sampai seluruh mukosa mulut. Secara klinis, gambaran penyakit menyerupai influenza dan
sering didiagnosis sebagai influenza.
2.      Stadium erupsi
Stadium ini berlangsung selama 4-7 hari. Gejala yang biasanya terjadi adalah koriza dan batuk-batuk
bertambah. Timbul eksantema di palatum durum dan palatum mole. Kadang terlihat pula bercak Koplik.
Terjadinya ruam atau eritema yang berbentuk makula-papula disertai naiknya suhu badan. Mula-mula
eritema timbul di belakang telinga, di bagian atas tengkuk, sepanjang rambut dan bagian belakang
bawah. Kadang-kadang terdapat perdarahan ringan pada kulit. Rasa gatal, muka bengkak. Ruam
kemudian akan menyebar ke dada dan abdomen dan akhirnya mencapai anggota bagian bawah pada
hari ketiga dan akan menghilang dengan urutan seperti terjadinya yang berakhir dalam 2-3 hari.
3.      Stadium konvalesensi
Erupsi berkurang meninggalkan bekas yang berwarna lebih tua (hiperpigmentasi) yang lama-kelamaan
akan menghilang sendiri. Selain hiperpigmentasi pada anak Indonesia sering ditemukan pula kulit yang
bersisik. Selanjutnya suhu menurun sampai menjadi normal kecuali bila ada komplikasi.
Campak ditularkan melalui penyebaran droplet, kontak langsung, melalui sekret hidung atau
tenggorokan dari orang yang terinfeksi. Masa penularan berlangsung mulai dari hari pertama sebelum
munculnya gejala prodormal biasanya sekitar 4 hari sebelum timbulnya ruam, minimal hari kedua setelah
timbulnya ruam.

Distribusi dan Frekuensi Penyakit Campak


a.      Menurut Orang
Campak adalah penyakit yang sangat menular yang dapat menginfeksi anak-anak pada usia dibawah 15
bulan, anak usia sekolah atau remaja dan kadang kala orang dewasa. Campak endemis di masyarakat
metropolitan dan mencapai proporsi untuk menjadi epidemi setiap 2-4 tahun ketika terdapat 30-40% anak
yang rentan atau belum mendapat vaksinasi. Pada kelompok dan masyarakat yang lebih kecil, epidemi
cenderung terjadi lebih luas dan lebih berat. Setiap orang yang telah terkena campak akan memiliki
imunitas seumur hidup.
b.      Menurut Tempat
Penyakit campak dapat terjadi dimana saja kecuali di daerah yang sangat terpencil. Vaksinasi telah
menurunkan insiden morbili tetapi upaya eradikasi belum dapat direalisasikan.
c.       Menurut Waktu
Virus penyebab campak mengalami keadaan yang paling stabil pada kelembaban dibawah 40%. Udara
yang kering menimbulkan efek yang positif pada virus dan meningkatkan penyebaran di rumah yang
memiliki alat penghangat ruangan seperti pada musim dingin di daerah utara.Kejadian campak akan
meningkat karena kecenderungan manusia untuk berkumpul pada musim-musim yang kurang baik
tersebut sehingga efek dari iklim menjadi tidak langsung dikarenakan kebiasaan manusia.
Kebanyakan kasus campak terjadi pada akhir musim dingin dan awal musim semi di negara
dengan empat musim dengan puncak kasus terjadi pada bulan Maret dan April. Lain halnya dengan di
negara tropis dimana kebanyakan kasus terjadi pada musim panas. Ketika virus menginfeksi populasi
yang belum mendapatkan kekebalan atau vaksinasi maka 90-100% akan menjadi sakit dan menunjukkan
gejala klinis.

Determinan Penyakit Campak


a.      Host (Penjamu)
Beberapa faktor Host yang meningkatkan risiko terjadinya campak antara lain:
a.1. Umur
Pada sebagian besar masyarakat, maternal antibodi akan melindungi bayi terhadap campak
selama 6 bulan dan penyakit tersebut akan dimodifikasi oleh tingkat maternal antibodi yang tersisa
sampai bagian pertama dari tahun kedua kehidupan. Tetapi, di beberapa populasi, khususnya Afrika,
jumlah kasus terjadi secara signifikan pada usia dibawah 1 tahun, dan angka kematian mencapai 42%
pada kelompok usia kurang dari 4 tahun. Di luar periode ini, semua umur sepertinya memiliki kerentanan
yang sama terhadap infeksi. Umur terkena campak lebih tergantung oleh kebiasaan individu daripada
sifat alamiah virus.
Sebelum imunisasi disosialisasiksan secara luas, kebanyakan kasus campak di negara industri
terjadi pada anak usia 4-6 tahun ataupun usia sekolah dasar dan pada anak dengan usia yang lebih
muda di negara berkembang. Cakupan imunisasi yang intensif menghasilkan perubahan dalam distribusi
umur dimana kasus lebih banyak pada anak dengan usia yang lebih tua, remaja, dan dewasa
muda.Penelitian Casaeri dengan desain kasus kontrol di Kabupaten Kendal menyebutkan bahwa anak
dengan usia rentan yakni kurang dari 15 tahun memiliki kemungkinan risiko 4,9 kali lebih besar untuk
terinfeksi campak dibanding pada anak umur kurang rentan.
a.2. Jenis Kelamin
Tidak ada perbedaan insiden dan tingkat kefatalan penyakit campak pada wanita ataupun pria.
Bagaimanapun, titer antibodi wanita secara garis besar lebih tinggi daripada pria. Kejadian campak pada
masa kehamilan berhubungan dengan tingginya angka aborsi spontan.Berdasarkan penelitian Suwono di
Kediri dengan desain penelitian kasus kontrol mendapatkan hasil bahwa berdasarkan jenis kelamin,
penderita campak lebih banyak pada anak laki-laki yakni 62%.
a.3. Umur Pemberian Imunisasi
Sisa antibodi yang diterima dari ibu melalui plasenta merupakan faktor yang penting untuk
menentukan umur imunisasi campak dapat diberikan pada balita. Maternal antibodi tersebut dapat
mempengaruhi respon imun terhadap vaksin campak hidup dan pemberian imunisasi yang terlalu awal
tidak selalu menghasilkan imunitas atau kekebalan yang adekuat.
Pada umur 9 bulan, sekitar 10% bayi di beberapa negara masih mempunyai antibodi dari ibu
yang dapat mengganggu respons terhadap imunisasi. Menunda imunisasi dapat meningkatkan angka
serokonversi. Secara umum di negara berkembang akan didapatkan angka serokenversi lebih dari 85%
bila vaksin diberikan pada umur 9 bulan. Sedangkan di negara maju, anak akan kehilangan antibodi
maternal saat berumur 12-15 bulan sehingga pada umur tersebut direkomendasikan pemberian vaksin
campak. Namun, penundaan imunisasi dapat mengakibatkan peningkatan morbiditas dan mortalitas
akibat campak yang cukup tinggi di kebanyakan negara berkembang.
Penelitian kohort di Arkansas menyebutkan bahwa jika dibandingkan dengan anak yang
mendapatkan vaksinasi pada usia >15 bulan, anak yang mendapatkan vaksinasi campak pada usia <12
bulan memiliki risiko 6 kali untuk terkena campak. Sedangkan anak yang mendapatkan vaksinasi campak
pada usia 12-14 bulan memiliki risiko 3 kali untuk terkena campak dibanding dengan anak yang
mendapat vaksinasi pada usia 15 bulan.
Sedangkan sebuah studi kasus kontrol yang juga dilakukan di Arkansas menyebutkan bahwa
anak yang mendapatkan vaksinasi campak pada usia 12-14 bulan memiliki kemungkinan risiko terkena
campak 5,6 kali lebih besar dibanding anak yang mendapatkan vaksin pada usia 15 bulan atau lebih.
a.4. Pekerjaan
Dalam lingkungan sosioekonomis yang buruk, anak-anak lebih mudah mengalami infeksi silang.
Kemiskinan bertanggungjawab terhadap penyakit yang ditemukan pada anak. Hal ini karena kemiskinan
mengurangi kapasitas orang tua untuk mendukung perawatan kesehatan yang memadai pada anak,
cenderung memiliki higiene yang kurang, miskin diet, miskin pendidikan. Frekuensi relatif anak dari orang
tua yang berpenghasilan rendah 3 kali lebih besar memiliki risiko imunisasi terlambat dan 4 kali lebih
tinggi menyebabkan kematian anak dibanding anak yang orang tuanya berpenghasilan cukup.
a.5. Pendidikan
Tingkat pendidikan sangat mempengaruhi bagaimana seseorang untuk bertindak dan mencari
penyebab serta solusi dalam hidupnya. Orang yang berpendidikan lebih tinggi biasanya akan bertindak
lebih rasional. Oleh karena itu orang yang berpendidikan akan lebih mudah menerima gagasan baru.
Pendidikan juga mempengaruhi pola berpikir pragmatis dan rasional terhadap adat kebiasaan, dengan
pendidikan lebih tinggi orang dapat lebih mudah untuk menerima ide atau masalah baru.
a.6. Imunisasi
Vaksin campak adalah preparat virus yang dilemahkan dan berasal dari berbagai strain campak
yang diisolasi. Vaksin dapat melindungi tubuh dari infeksi dan memiliki efek penting dalam epidemiologis
penyakit yaitu mengubah distribusi relatif umur kasus dan terjadi pergeseran ke umur yang lebih tua.
Pemberian imunisasi pada masa bayi akan menurunkan penularan agen infeksi dan mengurangi peluang
seseorang yang rentan untuk terpajan pada agen tersebut. Anak yang belum diimunisasi akan tumbuh
menjadi besar atau dewasa tanpa pernah terpajan dengan agen infeksi tersebut. Pada campak,
manifestasi penyakit yang paling berat biasanya terjadi pada anak berumur kurang dari 3 tahun.
Pemberian imunisasi pada umur 8-9 bulan diprediksi dapat menimbulkan serokonversi pada
sekurang-kurangnya 85% bayi dan dapat mencegah sebagian besar kasus dan kematian.      Dengan
pemberian satu dosis vaksin campak, insidens campak dapat diturunkan lebih dari 90%. Namun karena
campak merupakan penyakit yang sangat menular, masih dapat terjadi wabah pada anak usia sekolah
meskipun 85-90% anak sudah mempunyai imunitas.
Sebuah penelitian kohort yang dilakukan terhadap 627 siswa di Arkansas mendapatkan bahwa
anak yang tidak mendapatkan vaksinasi berisiko 20 kali untuk terkena campak daripada anak yang
memiliki riwayat vaksinasi pada usia 15 bulan atau lebih.
a.7. Status Gizi
Kejadian kematian karena campak lebih tinggi pada kondisi malnutrisi, tetapi belum dapat
dibedakan antara efek malnutrisi terhadap kegawatan penyakit campak dan efek yang ditimbulkan
penyakit campak terhadap nutrisi yang dikarenakan penurunan selera makan dan kemampuan untuk
mencerna makanan. Scrimshaw mencatat bahwa kematian karena campak pada anak-anak yang ada di
desa Guatemala menurun dari 1% menjadi 0,3% tiap tahunnya ketika anak-anak tersebut diberikan
suplemen makanan dengan kandungan protein tinggi. Sedangkan pada desa yang menjadi kontrol
dimana anak-anak tersebut tidak diberikan suplemen protein, angka kematian menunjukkan angka 0,7%.
Tetapi karena hanya 27% saja dari anak-anak tersebut yang secara teratur mengkonsumsi protein ekstra,
dapat disimpulkan bahwa perubahan rate yang didapatkan pada kasus observasi tidak seluruhnya
disebabkan oleh suplemen makanan.
Dari sebuah studi dinyatakan bahwa elemen nutrisi utama yang menyebabkan kegawatan
campak bukanlah protein dan kalori tetapi vitamin A. Ketika terjadi defisiensi vitamin A, kematian atau
kebutaan menyertai penyakit campak. Apapun urutan kejadiannya, kematian yang berhubungan dengan
penyakit campak mencapai tingkat yang tinggi, biasanya lebih dari 10% terjadi pada keadaan
malnutrisi.Penelitian I Made Suardiyasa di kabupaten Tolitoli Sulawesi Tengah menyebutkan bahwa risiko
anak yang memiliki status gizi kurang untuk terkena campak adalah 5,4 kali dibanding anak dengan
status gizi baik.
a.8. ASI Eksklusif
Sebanyak lebih dari tiga puluh jenis imunoglobulin terdapat di dalam ASI yang dapat
diidentifikasi dengan teknik-teknik terbaru. Delapan belas diantaranya berasal dari serum si ibu dan
sisanya hanya ditemukan di dalam ASI/kolostrum. Imunoglobulin yang terpenting yang dapat ditemukan
pada kolostrum adalah IgA, tidak saja karena konsentrasinya yang tinggi tetapi juga karena aktivitas
biologiknya. IgA dalam kolostrum dan ASI sangat berkhasiat melindungi tubuh bayi terhadap penyakit
infeksi. Selain daripada itu imunoglobulin G dapat menembus plasenta dan berada dalam konsentrasi
yang cukup tinggi di dalam darah janin/bayi sampai umur beberapa bulan, sehingga dapat memberikan
perlindungan terhadap beberapa jenis penyakit. Adapun jenis antibodi yang dapat ditransfer dengan baik
melalui plasenta adalah difteri, tetanus, campak, rubela, parotitis, polio, dan stafilokokus.
Suatu penelitian dengan desain kohort yang dilakukan di Swedia mendapatkan hasil bahwa
pemberian ASI selama >3 bulan dapat memberi perlindungan terhadap infeksi penyakit campak dengan
kata lain pemberian ASI merupakan faktor protektif terhadap kejadian campak (OR = 0,69).
b.      Agent
Penyebab infeksi adalah virus campak, anggota genus Morbilivirus  dari famili Paramyxoviridae.
c.       Lingkungan
Epidemi campak dapat terjadi setiap 2 tahun di negara berkembang dengan cakupan vaksinasi
yang rendah. Kecenderungan waktu tersebut akan hilang pada populasi yang terisolasi dan dengan
jumlah penduduk yang sangat kecil yakni < 400.000 orang.
Status imunitas populasi merupakan faktor penentu. Penyakit akan meledak jika terdapat
akumulasi anak-anak yang suseptibel. Ketika penyakit ini masuk ke dalam komunitas tertutup yang belum
pernah mengalami endemi, suatu epidemi akan terjadi dengan cepat dan angka serangan mendekati
100%. Pada tempat dimana jarang terjangkit penyakit, angka kematian bisa setinggi 25%.

2.3 Hubungan KVA dan Campak


Dalam kaitan vitamin A dan fungsi kekebalan ditemukan bahwa: (1) ada hubungan
antara status vitamin A dan risiko terhadap penyakit infeksi pernapasan, (2) Ada hubungan
antara kekurangan vitamin A dan penyakit campak, defisiensi vitamin A bisa meningkatkan
terkena komplikasi campak yang juga berujung kematian.
Dari sebuah studi dinyatakan bahwa elemen nutrisi utama yang menyebabkan
kegawatan campak bukanlah protein dan kalori tetapi vitamin A. Ketika terjadi defisiensi
vitamin A, kematian atau kebutaan menyertai penyakit campak. Apapun urutan kejadiannya,
kematian yang berhubungan dengan penyakit campak mencapai tingkat yang tinggi, biasanya
lebih dari 10% terjadi pada keadaan malnutrisi.
Defisiensi vitamin A dapat menyebabkan fungsi kekebalan tubuh menurun, sehingga
mudah terserang infeksi. Kekurangan vitamin A menyebabkan lapisan sel yang menutupi paru-
paru tidak mengeluarkan lendir, sehingga mudah dimasuki mikroorganisme, bakteri, dan virus
yang dapat menyebabkan infeksi. Defisiensi vitamin A pada anak-anak menyebabkan komplikasi
pada campak yang berakhir dengan kematian. Karena itu, vitamin A disebut vitamin anti
infeksi.Hubungan yang terjadi dengan campak bisa terkomplikasi oleh infeksi kedua dan lebih
buruk lagi karena kekurangan vitamin A yang mengakibatkan pembusukan kornea mata dan
kebutaan.
Sel epitel organ dan jaringan mempunyai fungsi pertahanan. Ross (1996) menyatakan
bahwadisamping peran menyerang (offensif) juga respon immunologic yaitu respon pertahanan
(defensif) melawan infeksi. Proteksi offensif akan menurunkaninsidens infeksi sedangkan
mekanisme defensif akanmenurunkan durasi/severitas infeksi (McLaren,2001).
Defisiensi vitamin A meningkatkan susceptibilitas beberapa tipe infeksi. Oomen et
al(1964) dalam Semba (2002) mengatakan bahwa defisiensi vitamin A berperan terhadap
rendahnya resisten terhadap infeksi. Lebih dari 100 penelitian klinistentang vitamin A yang
dilakukan pada manusia. Ross (1996) dalam McLaren (2001) menyebutkan 2 hipotesis untuk
menjelaskan proteksi vitamin A melawan infeksi, sebagai berikut :

Beberapa studi ini menunjukkan bahwa suplementasi vitamin A dapat menurunkan


morbiditas dan mortalitas karena penyakit campak dan diare,morbiditas malaria Plasmodium
falciparum dan morbiditas dan mortalitas ibu saat hamil.Suplementasi vitamin A tidak
menurunkan morbiditasdan mortalitas karena infeksi saluran pernapasanbawah akut atau
menurunkan transmisi HIV tipe 1ibu ke anak.
Suplementasi vitamin A menurunkan morbiditas dan mortalitas campak akut pada bayi
dan anak di negara berkembang. Suplementasi vitamin A mengatur respon antibodi terhadap
campak dan meningkatkan total limposit. Anak dengan infeksi campak akut dan menerima
suplementasi vitamin A dosis tinggi (60 mg RE) secara signifikan tinggi IgGdan merespon virus
campak dan tingginya sirkulasi limposit selama follow-up, dibandingkan dengan anak yang
menerima placebo (Coutsoudis et al, 1992 dalam Semba, 2002).
Suplementasi vitamin A yangdiberikan secara simultan dengan vaksin
campak,menimbulkan efek antibodi terhadap campak bilaantibodi ibu juga ada. Pada bayi
umur  6 bulan di Indonesia, pemberian vitamin A (30 mg RE) pada saat imunisasi dengan
standar titre Schwarz vaksin campak mengganggu serokonversi terhadap campak pada bayi yang
memperoleh antibodi ibunya, dan secara signifikan menurunkan insiden campak(Semba et al,
1995).
Pada uji klinik lain menunjukkan bahwavitamin A (30 mg RE) menurunkan respon
antiboditerhadap virus campak pada bayi umur 9 bulan yangmemperoleh antibodi dari ibunya,
tapi tidakmengganggu serokonversi campak. (Semba et al,1997)

2.4 Pencegahan dan pengobatan


Pencegahan Tingkat Awal (Priemordial Prevention) Pencegahan tingkat awal
berhubungan dengan keadaan penyakit yang masih dalam tahap prepatogenesis atau penyakit
belum tampak yang dapat dilakukan dengan memantapkan status  kesehatan  balita  dengan
memberikan makanan bergizi sehingga dapat meningkatkan daya tahan tubuh.
1.      Pencegahan Tingkat Pertama (Primary Prevention)
Pencegahan tingkat pertama ini merupakan upaya untuk mencegah seseorang terkena penyakit
campak, yaitu :
a.       Memberi penyuluhan kepada masyarakat mengenai pentingnya pelaksanaan imunisasi campak
untuk semua bayi.
b.      Imunisasi dengan virus campak hidup yang dilemahkan, yang diberikan pada semua anak
berumur  9 bulan sangat dianjurkan karena dapat melindungi sampai jangka waktu 4-5 tahun.
2.      Pencegahan Tingkat Kedua (Secondary Prevention)
Pencegahan tingkat kedua ditujukan untuk mendeteksi penyakit sedini mungkin untuk
mendapatkan pengobatan yang tepat. Dengan demikian pencegahan ini sekurang-kurangnya
dapat menghambat atau memperlambat progrefisitas penyakit, mencegah komplikasi, dan
membatasi kemungkinan kecatatan, yaitu :
a.       Menentukan diagnosis campak dengan benar baik melalui pemeriksaan fisik atau darah.
b.      Mencegah perluasan infeksi. Anak yang menderita campak jangan masuk sekolah selama empat
hari setelah timbulnya rash. Menempatkan anak pada ruang khusus atau mempertahankan isolasi
di rumah sakit dengan melakukan pemisahan penderita pada stadium kataral yakni dari hari
pertama hingga hari keempat setelah timbulnya rash yang dapat mengurangi keterpajanan
pasien-pasien dengan risiko tinggi lainnya.
c.       Pengobatan simtomatik diberikan untuk mengurangi keluhan penderita yakni antipiretik untuk
menurunkan panas dan juga obat batuk. Antibiotika hanya diberikan bila terjadi infeksi sekunder
untuk mencegah komplikasi.
d.      Diet dengan gizi tinggi kalori dan tinggi protein  bertujuan untuk meningkatkan daya tahan
tubuh penderita sehingga dapat mengurangi terjadinya komplikasi campak yakni bronkhitis,
otitis media, pneumonia, ensefalomielitis, abortus, dan miokarditis yang reversibel.
3.      Pencegahan Tingkat Ketiga (Tertiary Prevention)
Pencegahan tingkat ketiga  bertujuan untuk mencegah terjadinya komplikasi dan kematian.
Adapun tindakan-tindakan yang dilakukan pada pencegahan tertier yaitu :
a.       Penanganan akibat lanjutan dari komplikasi campak.
b.      Pemberian vitamin A dosis tinggi karena cadangan vitamin A akan turun secara cepat terutama
pada anak kurang gizi yang akan menurunkan imunitas mereka.

BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
1.      KVA merupakan suatu kondisi dimana mulai timbulnya gejala kekurangan konsumsi vitamin A
2.      Campak adalah penyakit infeksi yang sangat menular yang disebabkan oleh virus, dengan
gejala-gejala eksantem akut, demam, kadang kataral selaput lendir dan saluran pernapasan,
gejala-gejala mata, kemudian diikuti erupsi makulopapula yang berwarna merah dan diakhiri
dengan deskuamasi dari kulit
3.      Hubungan KVA dan campak : ada hubungan antara kekurangan vitamin A dan penyakit campak,
defisiensi vitamin A bisa meningkatkan terkena komplikasi campak yang juga berujung
kematian.
4.      Pencegahan dan pengobatan : pencegahan tingkat pertama (primary prevention), pencegahan
tingkat kedua (secondary prevention), pencegahan tingkat ketiga (tertiary prevention)

3.2 Saran
1.      Para ibu rumah tangga diberi wawasan mengenai pentingnya asupan   Vitamin A
2.      Pemerintah membuat program untuk memberikan suplemen Vitamin A pada penderita Campak
3.                    
DAFTAR PUSTAKA
Akramuzzaman, Syed M et al.2002.Measles vaccine effectiveness and risk factors for measles in Dhaka,
Bangladesh.http://www.who.int /bulletin/archives/80(10)776.pdf (Pada tanggal 14 April 2012)
Arisman, 2004. Gizi dalam Daur Kehidupan. Jakarta : EGC
Black, Robert. 2003. Micronutrient deficiency--an underlying cause of morbidity and mortality. Bulletin
of the World Health Organization,, Vol. 81 Issue 2, p79, 1p
Departemen Kesehatan RI.  1995.  Daftar Komposisi Zat Gizi Pangan Indonesia. Jakarta: Departemen
Kesehatan RI
J Bart, Kenneth, et al. 1983Measles and Models. Measles and Models. International Journal of
Epidemiology. Vol.12, No.3
Madsen, Kreesten Meldgaard .2002.A Population-Based Study Of Measles, Mumps,  And Rubella
Vaccination And Autism V O L U M E   3 4 7 No 19
Purwitasari, D., Maryanti D.,  2009. Buku Ajar Gizi dalam kesehatan Reproduksi Teori dan Praktikum.
Yogyakarta: Nuha Medika
Reddy, V.1986.Relationship between measles, malnutrition, and blindness: a prospective study in Indian
children Vol 44, 924-930.
Rosales, Francisco J. 2002. Community and International Nutrition Research Communication.
Department of Nutrition, The Pennsylvania State University, University Park, PA 16802
Rosales, Francisco J. 2002. Vitamin A Supplementation of Vitamin A Deficient Measles Patients
Lowers the Risk of Measles-Related Pneumonia in Zambian
Children. http://jn.nutrition.org/content/132/12/3700.short  (Pada tanggal 14 April 2012)
Semba, Richard D. 2002. Vitamin A, Infection and Immun Function dalam Nutrition and Immune
Function. USA.

Anda mungkin juga menyukai