Anda di halaman 1dari 31

BAB IV

TEMUAN DAN PEMBAHASAN

Pada bab ini peneliti akan mendeskripsikan temuan penelitian dan


pembahasannya. Hasil penelitian yang telah peneliti peroleh adalah hasil dari
wawancara, kuesioner, dan studi dokumentasi yang dilakukan oleh peneliti. Hasil
penelitian tersebut kemudian diolah dan dibahas. Sebelum peneliti menyampaikan hal
tersebut, akan dijelaskan terlebih dahulu tentang gambaran umum lokasi penelitian
sebagai berikut.
Lokasi yang dipilih peneliti untuk melakukan penelitian adalah SMA 1 BPI
Bandung ialah lembaga pendidikan formal yang beralamat di Jl. Burangrang No. 8,
Kec. Lengkong, Kota Bandung, Jawa Barat. Sekolah ini telah menetapkan kurikulum
bahasa Korea sebagai mata pelajaran yang wajib diikuti oleh siswa lintas minat. Di
SMA 1 BPI Bandung ini terdapat 2 kelas lintas minat yang mempelajari bahasa
Korea.
Penelitian ini dilakukan pada siswa kelas X SMA 1 BPI Bandung tahun ajaran
2019/2020. Pemilihan subjek ini berdasarkan pra observasi yang peneliti lakukan
disekolah tersebut, peneliti menemukan permasalahan pada siswa kelas X yang
dirasakan oleh guru dan siswa dalam proses pembelajaran bahasa Korea, salah
satunya dalam proses pembelajaran terletak pada motivasi siswa dan beberapa
kendala pada kompetensi menulis. Sehingga tujuan pembelajaran bahasa Korea di
kelas kurang maksimal ditinjau dari hasil/prestasi belajar siswa.
Hasil penelitian yang diperoleh mengenai kegiatan pembelajaran bahasa Korea
akan membahas dan mendeskripsikan tentang (1) hasil wawancara yang peneliti
lakukan untuk mengetahui perencanaan, proses, evaluasi, dan problematika
pembelajaran bahasa Korea yang dirasakan oleh guru mata pelajaran kelas x. (2) hasil
angket yang peneliti bagikan kepada siswa kelas x untuk mengetahui problematika
apa saja yang dirasakan sehingga menyebabkan kesulitan belajar siswa dalam
pembelajaran bahasa Korea. Selanjutnya, peneliti akan menguraikan hasil penelitian
beserta pembahasannya sebagai berikut

60
61

4.1. DATA HASIL WAWANCARA


Wawancara dilakukan dengan guru mata pelajaran bahasa Korea kelas x untuk
mengetahui bagaimana perencanaan, proses, dan evaluasi pembelajaran bahasa Korea
di SMA 1 BPI Bandung. Adapun hasil penelitian tentang bagaimana perencanaan,
proses, evaluasi, dan problematika pembelajaran bahasa Korea di kelas x SMA 1 BPI
Bandung ialah:

Tabel 4.1.
Data Hasil Wawancara Guru Mata Pelajaran Bahasa Korea Kelas X di SMA 1
BPI Bandung
No Jawaban
Pretanyaan
. Guru 1 Guru 2
1 Bagaimanakah Pertama bikin silabus Jika di kelas
perencanaan untuk satu semester, menyesuaikan materi
pembelajaran bahasa kemudian lebih dengan RPP / silabus
Korea yang telah Ibu dijabarkan di rpp untuk
persiapkan ? langkah-langkah
pembelajarannya
2 Bagaimanakah langkah- Tahapannya terdapat Tahap pertama: siswa
langkah atau tahapan- pembuka, pembuka di mendapatkan materi
tahapan pelaksanaan sini sebagai pemanasan dari guru bisa disebut
pembelajaran bahasa sebelum masuk ke sebagai (kognitif)
Korea? materi belajar, bisa
berupa pembahasan Tahap kedua: siswa
yang berhubungan akan melakukan latihan
dengan materi. Kalau dan materi yang telah
pertemuan sebelumnya disampaikan (asosiatif
sudah belajar suatu kalau ga salah namana
materi, setelah pembuka ehehe)
akan mereview materi
sebelumnya. Kemudian Tahap ketiga: siswa
62

setelah itu masuk ke dapat merespon dengan


materi, lalu dilanjutkan cepat dan tepat
sesi tanya jawab materi, terhadap materi (ga
jika masih ada yang semuanya sih...)
tidak dimengerti bisa
ditanyakan dan yang
terakhir penutup.
3 Apa saja tujuan Dikarenakan ini Memperlancar berbica
pembelajaran bahasa merupakan program bahasa Korea,
Korea? pendidikan khusus yang Memahami tulisan
bertujuan agar siswa bahasa Korea, dan
memiliki skil berbahasa Mengerti dalam
korea walaupun masih membaca teks bahasa
dasar, agar bisa berguna Korea
suatu hari
4 Apa saja indikator materi-materi yang Memahami tulisan
keberhasilan siswa disampaikan dapat bahasa Korea
dalam pembelajaran diterima, dipahami, dan
bahasa Korea ? dipraktekan oleh siswa
5 Bahan ajar apa yang Ibu Buku bahasa korea PPT dan Buku modul
gunakan dalam terpadu untuk orang kcci
pembelajaran bahasa indonesia
Korea?
6 Materi apa saja yang Perkenalan, sekolah, Hangul, sekolah,
Ibu sampaikan dalam kegiatan sehari-hari, perkenalan, kegiatan
pembelajaran bahasa tanggal dan hari, sehari-hari, hari dan
Korea? kegiatan keseharian, tanggal, makanan
akhir pekan, membeli korea, dan membeli
sesuatu, makanan, sesuatu
rumah, keluarga, dan
cuaca
63

7 Metode pembelajaran Metode ceramah dan Metode ceramah,


apa saja yang Ibu role playing metode diskusi, dan
gunakan dalam proses metode pemberian
pembelajaran bahasa tugas
Korea?
8 Media pembelajaran apa Medianya white board, PPT dan fotocopy buku
yang ibu gunakan dalam ppt, dan lagu b.korea modul
proses pembelajaran
bahasa Korea?
9 Bagaimana situasi dan Siswa sebagian besar Ada yang
kondisi proses memperhatikan selama memperhatikan ketika
pembelajaran bahasa proses belajar mengajar, proses mengajar dan
Korea di kelas ? tetapi ada juga yang ada juga yang tidak
tidak memperhatikan, tertarik karna belajar
mungkin karna jam nya bahasa Korea
saat jam pelajaran
terakhir sehingga anak-
anak sudah lelah
10 Apakah siswa Iya dilibatkan, ada sesi Ya.
dilibatkan langsung tanya jawab, role
pada saat proses playing, dan juga
pembelajaran bahasa terkadang siswa disuruh
Korea? membaca percakapan
11 Bagaimana prestasi Bervariasi, ada siswa Cukup memahami
belajar siswa dalam yang memang sudah
pembelajaran bahasa bisa berbahasa korea
Korea? walaupun sedikit
sehingga nilainya
mendapat nilai yang
tinggi selalu, tetapi ada
juga yang rendah sekali
64

mungkin karna kurang


berminat dalam bahasa
korea. Tetapi jika
dikaitkan dengan
indikator keberhasilan
siswa, 70% siswa
mencapai nilai
minimum.
12 Teknik evaluasi apa Siswa diberi tugas Memberikan teks
yang Ibu gunakan menghafal, kemudian minggu lalu agar siswa
dalam pembelajaran dites satu persatu. mengingat materi
bahasa Korea? Siswa diberi tugas sebelumnya
menulis ulang sambil
menyuruhnya untuk
mengingat-ngingat apa
yang dia tulis
13 Problematika linguistik Problem nya, kurangnya Siswa sulit memahami
dan non-linguistik apa fasilitas. Speaker tidak bahasa Korea karna
saja yang dirasakan jalan, sehingga ketika proses mengajar yang
pada saat pembelajaran menampilkan video itu harus menyesuaikan
bahasa Korea tidak ada suaranya, dengan silabus setiap
berlangsung di kelas? terkadang suara berisik pertemuannya. Jadi
dari luar terdengar ke siswa kadang lupa
dalam dengan apa yg telah
disampaikan
sebelumnya
14 Apa saja solusi yang Membawa speaker Mengulang kembali
sudah Ibu lakukan sendiri, atau mengganti materi sebelumnya dan
dalam mengatasi media yang lain menyuruh siswa untuk
problematika menghafalkan materi
pembelajaran bahasa yg disampaikan. Lalu
65

Korea? dites satu orang dan


memberikan nilai agar
lebih mengerti

4.2. DATA HASIL ANGKET


Menurut Zuriah (2002), angket merupakan alat pengumpulan data yang berisi
pertanyaan atau pernyataan tertulis untuk dijawab secara tertulis juga oleh responden.
Maksud pemberian angket adalah untuk mencari data secara lengkap tentang suatu
permasalahan, dan responden tidak merasa khawatir jika ia menjawab yang tidak
sesuai kenyataan ketika mengisi daftar pertanyaan atau pernyataan. Selain itu,
respoden mengetahui informasi-informasi yang diminta peneliti (Riduwan, 2013).
Angket ini digunakan peneliti untuk memperoleh data tentang apa saja
problematika non linguistik dan linguistik yang menjadi penghambat belajar bahasa
Korea yang dirasakan siswa. Pada angket ini terdapat 28 pernyataan yang telah diisi
oleh 90% atau 34 orang siswa kelas x SMA 1 BPI Bandung. Pengolahan data pada
hasil angket menggunakan teknik penghitungan skala pengukuran sikap yaitu skala
likert. Skala likert merupakan skala yang bias dipakai untuk mengukur sikap dan
pandangan individu atau orang tentang fenomena atau gejala manajemen pendidikan.
Pada skala likert terdapat dua bentuk pernyataan, yaitu pernyataan positif dan negatif
(Kurniawan, 2018,hlm. 180).
Pada skala Likert ini terdapat 5 pilihan alternatif pada setiap itemnya, yaitu; (1)
“Sangat Setuju” diberi nilai 5 poin, (2) “Setuju” diberi nilai 4 poin, (3) “Ragu-ragu”
diberi nilai 3 Poin, “Tidak Setuju” diberi nilai 2 poin, dan (5) “Sangat Tidak Setuju”
dengan nilai 1 poin. Pada penelitian ini jumlah responden adalah 34 orang dan nilai
skala pengukuran terbesar adalah 5, serta skala terkecil adalah 1. Sehingga, diperoleh
skor ideal 34 x 5 = 170 dan jumlah kumulatif terkecil 34 x 1 = 34. Nilai presentase
terkecil adalah (34:170) x 100 = 20%. Nilai rentang 100% - 20% = 80%, jika dibagi 5
skala pengukuran maka didapatkan nilai interval presentasi 16%. Sehingga kriteria
nilai pada penelitian ini adalah sebagai berikut:
66

1. Jika persentase berada pada rentang 20.00% - 36.00%, maka hasil yang
didapatkan berada pada kategori tidak baik.
2. Jika persentase berada pada rentang 36.01% - 52.00%, maka hasil yang
didapatkan berada pada kategori kurang baik.
3. Jika persentase berada pada rentang 52.01% - 68.00% maka hasil yang didapatkan
berada pada kategori cukup baik.
4. Jika persentase berada pada rentang 68.01% - 84.00% maka hasil yang didapatkan
berada pada kategori baik.
5. Jika persentase berada pada rentang 84.01% - 100% maka hasil yang didapatkan
berada pada kategori sangat baik.
(Narimawati, Anggadini dan Ismawati, 2010, hlm. 85)
67

Tabel 4.2.
Tanggapan Responden Terhadap Indikator Kondisi Kesehatan pada Variabel
Problematika Non Linguistik
No Alternatif Jawaban Skor
Skor
Ite Pernyataan Ideal
SS S RG TS STS Aktual
m
1 Saya melihat tulisan di
5 15 14 0 0 127 170
papan tulis dengan jelas.
2 Saya mendengar materi
yang disampaikan 12 16 4 2 0 140 170
dengan baik dan jelas.
Jumlah 17 31 18 2 0 267 340

Tabel 4.2 menunjukkan jumlah skor jawaban responden pada indikator kesehatan
adalah 267. Apabila dihubungkan dengan skala penafsiran skor rata-rata, hasil
persentase pada indikator tersebut adalah (267:340)×100% = 78%. Dapat
disimpulkan angka tersebut berada pada rentang 68.01% - 84.00% atau berada pada
kategori baik.

Tabel 4.3.
Tanggapan Responden Terhadap Indikator Minat Terhadap Pembelajaran
Bahasa Korea pada Variabel Problematika Non Linguistik
No Alternatif Jawaban Skor
Skor
Ite Pernyataan Ideal
SS S RG TS STS Aktual
m
6 Saya sangat tertarik
mempelajari bahasa 4 5 7 18 0 97 170
korea.

Tabel 4.3 menunjukkan jumlah skor jawaban responden pada indikator minat
terhadap pembelajaran bahasa Korea adalah 97. Apabila dihubungkan dengan skala
penafsiran skor rata-rata, hasil persentase pada indikator tersebut adalah
68

(97:170)×100%= 57%. Dapat disimpulkan angka tersebut berada pada rentang


52.01% - 68.00% atau berada pada kategori cukup baik.

Tabel 4.4.
Tanggapan Responden Terhadap Indikator Motivasi Belajar Bahasa Korea
pada Variabel Problematika Non Linguistik.
No Alternatif Jawaban Skor
Skor
Ite Pernyataan Ideal
SS S RG TS STS Aktual
m
8 Saya senang mempelajari
4 6 5 13 6 91 170
bahasa Korea.
10 Saya termotivasi untuk
mengikuti pembelajaran 4 3 9 17 1 94 170
bahasa Korea.
Jumlah 8 9 14 30 7 185 340

Tabel 4.4. menunjukkan jumlah skor jawaban responden pada indikator motivasi
belajar bahasa Korea adalah 185. Apabila dihubungkan dengan skala penafsiran skor
rata-rata, hasil persentase pada indikator tersebut adalah (185:340)×100% = 54%.
Dapat disimpulkan angka tersebut berada pada rentang 52.01% - 68.00% atau berada
pada kategori cukup baik.
69

Tabel 4.5.
Tanggapan Responden Terhadap Indikator Konsentrasi Belajar Bahasa Korea
pada Variabel Problematika Non Linguistik.
No Alternatif Jawaban Skor
Skor
Ite Pernyataan Ideal
SS S RG TS STS Aktual
m
4 Saya bertanya pada guru
jika materi yang
3 9 9 10 3 101 170
disampaikan sulit
dipahami.
5 Saya fokus dalam
mengikuti pembelajaran 0 7 24 3 0 106 170
bahasa Korea di kelas.
Jumlah 3 16 33 13 3 206 340

Tabel 4.5. menunjukkan jumlah skor jawaban responden pada indikator


konsentrasi pada saat belajar bahasa Korea adalah sebesar 206. Apabila dihubungkan
dengan skala penafsiran skor rata-rata, hasil persentase pada indikator tersebut adalah
(206:340)×100% = 60%. Dapat disimpulkan angka tersebut berada pada rentang
52.01% - 68.00% atau berada pada kategori cukup baik.
70

Tabel 4.6.
Tanggapan Responden Terhadap Indikator Kebiasaan Belajar Bahasa Korea
pada Variabel Problematika Non Linguistik.

No Alternatif Jawaban Skor


Skor
Ite Pernyataan Ideal
SS S RG TS STS Aktual
m
11 Saya mengulang kembali
pelajaran bahasa Korea 0 3 7 16 8 73 11
ketika di rumah.

Tabel 4.6. menunjukkan jumlah skor jawaban responden pada indikator kebiasaan
belajar bahasa Korea adalah 73. Apabila dihubungkan dengan skala penafsiran skor
rata-rata, hasil persentase pada indikator tersebut adalah (73:170)×100% = 42%.
Dapat disimpulkan angka tersebut berada pada rentang 36.01% - 52.00% atau berada
pada kategori kurang baik.

Tabel 4.7.
Tanggapan Responden Terhadap Indikator Rasa Percaya Diri Siswa pada
Variabel Problematika Non Linguistik.

No Alternatif Jawaban Skor


Skor
Ite Pernyataan Ideal
SS S RG TS STS Aktual
m
13 Saya mampu
mengerjakan tugas
2 5 6 18 3 87 170
sendiri tanpa mencontek
pada teman.

Tabel 4.7. menunjukkan jumlah skor jawaban responden pada indikator rasa
percaya diri siswa adalah 87. Apabila dihubungkan dengan skala penafsiran skor rata-
rata, hasil persentase pada indikator tersebut adalah (87:170)×100% = 51%. Dapat
71

disimpulkan angka tersebut berada pada rentang 36.01% - 52.00% atau berada pada
kategori kurang baik.

Tabel 4.8.
Tanggapan Responden Terhadap Indikator Interaksi dengan Orang Tua pada
Variabel Problematika Non Linguistik.

No Alternatif Jawaban Skor


Skor
Ite Pernyataan Ideal
SS S RG TS STS Aktual
m
12 Orang tua selalu
memeriksa buku latihan 0 3 9 11 11 72 170
saya.

Tabel 4.8. menunjukkan jumlah skor jawaban responden pada indikator interaksi
dengan orang tua adalah 72. Apabila dihubungkan dengan skala penafsiran skor rata-
rata, hasil persentase pada indikator tersebut adalah (72:170)×100% = 42%. Dapat
disimpulkan angka tersebut berada pada rentang 36.01% - 52.00% atau berada pada
kategori kurang baik.
72

Tabel 4.9.
Tanggapan Responden Terhadap Indikator Interaksi Guru pada Variabel
Problematika Non Linguistik.

No Alternatif Jawaban Skor


Skor
Ite Pernyataan Ideal
SS S RG TS STS Aktual
m
3 Guru menyampaikan
5 21 7 1 0 132 170
materi dengan jelas.
7 Guru menggunakan
metode pembelajaran 2 18 13 1 0 123 170
yang menyenangkan.
9 Guru menggunakan
media pembelajaran 3 14 16 1 0 121 170
yang menarik.
Jumlah 10 53 36 3 0 376 510

Tabel 4.9. menunjukkan jumlah skor jawaban responden pada indikator interaksi
guru adalah 376. Apabila dihubungkan dengan skala penafsiran skor rata-rata, hasil
persentase pada indikator tersebut adalah (376:510)×100% = 74%. Dapat
disimpulkan angka tersebut berada pada rentang 68.01% - 84.00% atau berada pada
kategori baik.
73

Tabel 4.10.
Tanggapan Responden Terhadap Indikator Sarana dan Prasarana Sekolah
pada Variabel Problematika Non Linguistik.
No Alternatif Jawaban Skor
Skor
Ite Pernyataan Ideal
SS S RG TS STS Aktual
m
14 Sarana dan prasarana di
sekolah mendukung dan
membantu saya dalam 4 10 18 2 0 118 170
proses pembelajaran
bahasa Korea.
15 Sekolah menyediakan
buku ajar dalam proses
0 10 19 4 1 106 170
pembelajaran bahasa
Korea.
16 Buku yang digunakan
dalam pembelajaran
2 4 14 13 1 95 16
bahasa Korea sangat
menarik.
Jumlah 6 24 51 19 2 319 510

Tabel 4.10 menunjukkan jumlah skor jawaban responden pada indikator sarana
dan prasarana sekolah adalah 319. Apabila dihubungkan dengan skala penafsiran skor
rata-rata, hasil persentase pada indikator tersebut adalah (319:510)×100% = 63%.
Dapat disimpulkan angka tersebut berada pada rentang 52.01% - 68.00% atau berada
pada kategori cukup baik.
74

Tabel 4.11.
Tanggapan Responden Terhadap Indikator Hubungan antar Siswa pada
Variabel Problematika Non Linguistik.

No Alternatif Jawaban Skor


Skor
Ite Pernyataan Ideal
SS S RG TS STS Aktual
m
17 Saya kenal dengan
semua teman di kelas 0 7 17 10 0 99 170
bahasa Korea.
18 Saya akrab dengan
semua teman di kelas 0 1 10 22 1 79 170
bahasa Korea.
Jumlah 0 8 27 32 1 178 340

Tabel 4.11. menunjukkan jumlah skor jawaban responden pada indikator


hubungan antar siswa adalah 178. Apabila dihubungkan dengan skala penafsiran skor
rata-rata, hasil persentase pada indikator tersebut adalah (178:340)×100% = 52%.
Dapat disimpulkan angka tersebut berada pada rentang 36.01% - 52.00% atau berada
pada kategori kurang baik.
75

Tabel 4.12.
Tanggapan Responden Terhadap Indikator Kemampuan Menyimak pada
Variabel Problematika Linguistik.

No Alternatif Jawaban Skor


Skor
Ite Pernyataan Ideal
SS S RG TS STS Aktual
m
4 Saya dapat memahami
kalimat yang diucapkan 0 3 17 14 0 91 170
dalam bahasa Korea.
6 Saya hafal kosakata yang
ada dalam buku 0 2 11 14 7 76 170
pelajaran bahasa Korea
Jumlah 0 5 28 28 7 167 340

Tabel 4.12. menunjukkan jumlah skor jawaban responden pada indikator


kemampuan menyimak adalah 167. Apabila dihubungkan dengan skala penafsiran
skor rata-rata, hasil persentase pada indikator tersebut adalah (167:340)×100% =
49%. Dapat disimpulkan angka tersebut berada pada rentang 36.01% - 52.00% atau
berada pada kategori kurang baik.
76

Tabel 4.13.
Tanggapan Responden terhadap Indikator Kemampuan Berbicara pada
variabel problematika linguistik.

No Alternatif Jawaban Skor


Skor
Ite Pernyataan Ideal
SS S RG TS STS Aktual
m
3 Huruf hangul mudah
3 4 24 3 0 109 170
diucapkan.
10 Saya dapat berdialog
menggunakan bahasa 0 2 12 19 1 83 170
Korea.
Jumlah 3 6 36 22 1 192 340

Tabel 4.13. menunjukkan jumlah skor jawaban responden pada indikator


kemampuan berbicara adalah 192. Apabila dihubungkan dengan skala penafsiran skor
rata-rata, hasil persentase pada indikator tersebut adalah (192:340)×100% = 56%.
Dapat disimpulkan angka tersebut berada pada rentang 52.01% - 68.00% atau berada
pada kategori cukup baik.
77

Tabel 4.14.
Tanggapan Responden Terhadap Indikator Kemampuan Membaca pada
Variabel Problematika Linguistik.

No Alternatif Jawaban Skor


Skor
Ite Pernyataan Ideal
SS S RG TS STS Aktual
m
1 Saya hafal semua huruf
5 19 9 1 0 130 170
hangul.
5 Saya mampu membaca
huruf hangul dengan 1 4 25 4 0 104 170
lancar.
Jumlah 6 23 34 5 0 234 340

Tabel 4.14. menunjukkan jumlah skor jawaban responden pada indikator


kemampuan membaca adalah 234. Apabila dihubungkan dengan skala penafsiran
skor rata-rata, hasil persentase pada indikator tersebut adalah (234:340)×100% =
69%. Dapat disimpulkan angka tersebut berada pada rentang 68.01% - 84.00% atau
berada pada kategori baik.
78

Tabel 4.15.
Tanggapan Responden Terhadap Indikator Kemampuan Menulis pada
Variabel Problematika Linguistik.

No Alternatif Jawaban Skor


Skor
Ite Pernyataan Ideal
SS S RG TS STS Aktual
m
2 Saya dapat menulis huruf
1 13 19 1 0 116 170
hangul dengan benar.
7 Saya memahami susunan
0 2 14 16 2 84 170
kalimat bahasa Korea.
8 Saya dapat membuat
kalimat menggunakan
1 2 19 11 1 93 170
bahasa Korea dengan
benar.
Jumlah 2 17 52 28 3 293 510

Tabel 4.15. menunjukkan jumlah skor jawaban responden pada indikator


kemampuan menulis adalah 293. Apabila dihubungkan dengan skala penafsiran skor
rata-rata, hasil persentase pada indikator tersebut adalah (293:510)×100% = 57%.
Dapat disimpulkan angka tersebut berada pada rentang 52.01% - 68.00% atau berada
pada kategori cukup baik.
79

Tabel 4.16.
Tanggapan Responden Terhadap Indikator Tata Bahasa pada Variabel
Problematika Linguistik.

No Alternatif Jawaban Skor


Skor
Ite Pernyataan Ideal
SS S RG TS STS Aktual
m
Tata bahasa Korea
9 1 2 10 18 3 82 170
mudah dipahami.

Tabel 4.16. menunjukkan jumlah skor jawaban responden pada indikator


pemahaman tata bahasa Korea adalah 82. Apabila dihubungkan dengan skala
penafsiran skor rata-rata, hasil persentase pada indikator tersebut adalah
(82:170)×100%= 48%. Dapat disimpulkan angka tersebut berada pada rentang
36.01% - 52.00% atau berada pada kategori kurang baik.

4.3. PEMBAHASAN
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, maka telah teridentifikasi
problematika apa saja yang terjadi pada siswa kelas X SMA 1 BPI Bandung, baik
problematika linguistik maupun problematika non linguistik. Berikut adalah
pembahasan dari hasil data yang telah didapkatkan selama penelitian dilakukan.

4.3.1. Perencanaan Pembelajaran Bahasa Korea Kelas X di SMA 1 BPI Bandung


Berdasarkan latar belakang dan kajian pustaka yang telah peneliti paparkan,
penelitian ini memfokuskan pada bagian perencanaan pembelajaran yang telah
dikemukakan oleh Ismawati (2013) bahwa Guru harus menyusun perencanaan
pengajaran yang efektif yaitu:

1. Guru harus tahu benar tujuan yang hendak dicapai dalam mengajar. Tujuan
pengajaran ini harus dirumuskan seoperasional mungkin agar hasil pengajarannya
mudah dievaluasi.
2. Guru harus memutuskan dan menetapkan tingkah laku yang akan dimiliki dan
diperlihatkan murid setelah berakhirnya satu periode mengajar-belajar.
80

3. Guru harus menetapkan satu strategi pengajaran, menyangkut penggunaan metode


dan media sebagai prasyarat pencapaian tujuan PBM.
4. Guru harus mempersiapkan alat-alat evaluasi untuk mengetahui seberapa jauh
tercapainya tujuan.

Berdasarkan hasil data wawancara mengenai perencanaan pembelajaran bahasa


Korea dengan guru mata pelajaran bahasa Korea secara umum dan rinci ialah sebagai
berikut; pertama, guru membuat silabus untuk dijadikan sebagai pedoman dalam
melaksanakan pembelajaran bahasa Korea dalam jangka waktu satu semester. Silabus
ini dibuat berdasarkan tujuan dari pembelajaran bahasa Korea di SMA 1 BPI
Bandung. Tujuan pembelajaran bahasa Korea ini untuk melatih kemampuan siswa
dalam berbahasa Korea agar dapat berguna dalam kehidupan sehari-hari. Kemudian
silabus yang telah dibuat dituangkan kedalam Rangcangan Perencanaan Pembelejaran
(RPP). Begitupun materi yang diajarkan disesuaikan dengan materi yang telah
dirancang dalam silabus dan RPP.
Adapun tahapan-tahapan dalam proses pembelajaran bahasa Korea yang dibagi
dalam 3 tahapan. Tahap pertama yaitu pembukaan, pada tahap ini guru memberikan
pengantar yang berhubungan dengan materi yang akan diajarkan dan dilanjutkan
dengan mengulang kembali materi yang sudah dipelajari pada pertemuan
sebelumnya. Selanjutnya pada tahap kedua yaitu kegiatan inti, pada tahap ini guru
menyampaikan materi pokok kepada siswa dan dilanjutkan dengan melakukan
latihan-latihan soal. Tahap terakhir pada proses pembelajaran ini adalah penutupan,
pada tahap ini terdapat sesi tanya jawab jika ada materi yang belum dipahami atau
guru memberikan pertanyaan-pertanyaan tentang materi yang baru dipelajari.
Tahapan-tahapan yang dilakukan oleh guru tersebut, sudah sesuai dengan
ketentuan. Seperti yang dikemukakan oleh Suryosubroto (2009), pelaksanaan proses
belajar mengajar meliputi pentahapan sebagai berikut:
1. Tahap pra instruksional, yakni tahap yang ditempuh pada saat memulai sesuatu
proses belajar mengajar, yaitu:
1) Guru menanyakan kehadiran siswa dan mencatat siswa yang tidak hadir.
81

2) Bertanya kepada siswa sampai mana pembahasan sebelumnya.


3) Memberikan kesepatan kepada siswa untuk bertanya mengenai bahan
pelajaran yang belum dikuasainya, dari pelajaran yang sudah disampaikan.
4) Mengajukan pertantaan kepada siswa berkaitan dengan bahan yang sudah
diberikan.
5) Mengulang bahan pelajaran yang lain secara singkat tetapi mencakup semua
aspek bahan.
2. Tahap instruksional, yakni tahap pemberian bahan pelajaran yang dapat
diidentifikasikan beberapa kegiatan sebagai berikut:
1) Menjelaskan kepada siswa tujuan pengajaran yang harus dicapai siswa.
2) Menjelaskan pokok materi yang akan dibahas.
3) Membahas pokok materi yang sudah dituliskan.
4) Memberikan contoh konkret, pertanyaan,dan tugas.
5) Penggunaan alat bantu pengajaran yang memperjelas pembahasan pada setiap
materi pembelajaran.
3. Tahap evaluasi dan tindak lanjut, tahap ini bertujuan untuk mengetahui
keberhasilan tahap instruksional,kegiatan yang dapat dilakukan pada tahap ini
antara lain:
1) Mengajukan pertanyaan kepada beberapa murid mengenai semua aspek pokok
materi yang telah dibahas pada tahap instrusional.
2) Apabila pertanyaan yang diajukan belum dapat dijawab oleh siswa (kurang
dari 70%) maka guru harus mengulang pelajaran.
3) Guru memberikan tugas atau PR.
4) Guru memberikan informasi tentang pokok materi yang akan dibahas pada
pengajaran berikutnya.

4.3.2. Evaluasi Pembelajaran Bahasa Korea Kelas X di SMA 1 BPI Bandung


Evaluasi adalah kegiatan atau proses mengukur dan selanjutnya menilai sampai
dimanakah tujuan yang telah dirumuskan sudah dapat tercapai. Secara umum dapat
dikatakan, evaluasi pengajaran adalah penilaian terhadap pertumbuhan dan kemajuan
peserta didik kearah tujuan-tujuan yang telah ditetapkan. Hasil penilaian ini, dapat
82

dinyatakan secara kuantitatif atau kualitatif. Evaluasi kemajuan siswa merupakan


aspek utama dari pekerjaan guru (Matsna dan Mahyudin, 2012).
Berdasarkan hasil wawancara, tahapan evaluasi yang dilakukan dalam
pembelajaran bahasa Korea adalah melakukan tes terhadap siswa, dengan cara siswa
diberikan tugas untuk menghafal materi yang telah disampaikan. Masing-masing
siswa akan dites secara bergantian, ini bertujuan untuk mengetahui sejauh mana siswa
dapat memahami dan mengingat materi yang telah diajarkan.
Hal ini senada dengan teori yang dikemukakan oleh Matsna dan Mahyudin
(2012), Evaluasi (evaluation) adalah suatu istilah yang lebih komperhensif dari pada
tes, pengukuran (measurement), dan penilaian. Tes hanyalah salah satu alat yang
digunakan dalam pengukuran, dimana pengukuran hanya terbatas pada deskripsi
kuantitatif (dalam bentuk angka-angka), dan penilaian selalu memberikan deskripsi
kualitatif. Deskriptif kualitatif lebih menekankan pemaparan mutu atau hasil secara
verbal berdasarkan atas pengumpulan informasi dengan bukan menggunakan alat tes.
Sebaliknya, deskripsi kualitatif dinyatakan dalam bentuk angka-angka berdasarkan
informasi yang diperoleh dari hasil penggunaan tes.
4.3.3. Problematika Pembelajaran Bahasa Korea Kelas X di SMA 1 BPI Bandung
Dalam jurnalnya Fahrurroji (2014, hlm. 162) mengatakan bahwa problem
kebahasaan adalah persoalan-persoalan yang dihadapi siswa atau pembelajar
(pengajar) yang terkait langsung dengan bahasa. Sedangkan, problem non kebahasaan
adalah persoalan-persoalan yang turut mempengaruhi, bahkan dominan bisa
menggagalkan kesuksesan program pembelajaran yang dilaksanakan. Dalam
jurnalnya Fahrurroji (2014, hlm. 162) mengatakan bahwa problem kebahasaan adalah
persoalan-persoalan yang dihadapi siswa atau pembelajar (pengajar) yang terkait
langsung dengan bahasa. Sedangkan, problem non kebahasaan adalah persoalan-
persoalan yang turut mempengaruhi, bahkan dominan bisa menggagalkan kesuksesan
program pembelajaran yang dilaksanakan.
Menurut Syukir (1983:65) “problema/problematika adalah suatu kesenjangan
antara harapan dan kenyataan yang diharapkan dapat menyelesaikan atau dapat
diperlukan atau dengan kata lain dapat mengurangi kesenjangan itu.” Sugiyono
83

(2012: 29) menyatakan bahwa “Masalah merupakan penyimpangan dari apa yang
seharusnya dengan apa yang terjadi, penyimpangan antara teori dan praktik,
penyimpangan aturan dan pelaksanaan dan penyimpangan yang terjadi pada masa
lampau dengan yang terjadi sekarang” problematika adalah hal yang masih
menimbulkan masalah yang belum dapat dipecahkan.
Dari hasil kuesioner yang peniliti bagikan kepada siswa kelas X SMA 1 BPI
Bandung yang mengacu pada indikator yang dikemukakan oleh Dimyanti dan
Mujiono (2013), ditemukan beberapa problematika yang terjadi atau dialami oleh
siswa pada pembelajaran bahasa Korea, berikut adalah aspek-aspek yang termasuk
dalam kategori kurang baik:
1. Aspek Kebiasaan Belajar
Pada aspek kebiasaan belajar siswa dalam pembelajaran bahasa Korea,
pernyataan nomor 11 yaitu “Saya mengulang kembali pelajaran bahasa Korea ketika
dirumah” memperoleh hasil sebagai berikut: 3 siswa menjawab S (Setuju), 7 siswa
menjawab RG (Ragu-ragu), 16 siswa menjawab TS(Tidak Setuju), dan 8 siswa
menjawab STS (Sangat Tidak Setuju). Dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa
kebiasaan belajar siwa termasuk dalam kategori kurang baik.
Pengertian kebiasaan belajar merupakan cara bertindak yang diperoleh melalui
belajar secara berulang-ulang, yang pada akhirnya menjadi menetap dan bersifat
otomatis (Djaali 2008). Menurut Dimyati dan Mudjiono, (2013, hlm. 239-253),
kebiasaan-kebiasaan belajar siswa akan mempengaruhi kemampunanya dalam
berlatih dan menguasai materi yang telah disampaikan oleh guru.
Kebiasaan belajar merupakan salah satu faktor dari beberapa faktor yang dapat
mempengaruhi belajar, hal ini seperti yang diungkapkan oleh Slameto (2010 : 82-83)
“kebiasaan belajar juga akan mempengaruhi belajar itu sendiri” kebiasaan belajar
yang dapat mempengaruhi keberhasilan studi adalah kebiasaan belajar yang baik,
sedangkan yang membuat individu gagal adalah karena melaksanakan kegiatan
belajar yang kurang baik.
Oemar Hamalik (2005) mengemukakan bahwa seseorang yang ingin berhasil
dalam belajar hendaknya mempunyai sikap serta kebiasaan belajar yang baik. Dari
84

pengertian-pengertian belajar di atas dapat diambil kesimpulan bahwa kebiasaan


belajar adalah cara-cara yang ditempuh siswa dalam belajar untuk mencapai tujuan
tertentu yang dilaksanakan secara rutin sehingga menjadi suatu kebiasaan.
2. Aspek Rasa Percaya Diri Siswa
Pada aspek kepercayaan diri siswa dalam pembelajaran bahasa Korea, pernyataan
nomor 13 yaitu “Saya mampu mengerjakan tugas sendiri tanpa mencontek pada
teman” memperoleh hasil sebagai berikut: 2 siswa menjawab SS (Sangat Setuju),5
siswa menjawab S (Setuju), 6 siswa menjawab RG (Ragu-ragu), 18 siswa menjawab
TS(Tidak Setuju), dan 3 siswa menjawab STS (Sangat Tidak Setuju). Dari hasil
tersebut dapat disimpulkan bahwa kepercayaan diri siswa dalam pembelajajran
bahasa Korea termasuk dalam kategori kurang baik.
Menurut Dimyati dan Mudjiono, (2013, hlm. 239-253), rasa percaya diri timbul
dari keinginan mewujudkan diri bertindak dan berhasil. Dari segi perkembangan, rasa
percaya diri dapat timbul berkat adanya pengakuan dari lingkungan. Dalam proses
belajar diketahui bahwa unjuk prestasi merupakan tahap pembuktian perwujudan diri
yang diakui oleh guru dan rekan sejawat siswa. Semakin sering siswa mampu
menyelesaikan tugasnya dengan baik maka rasa percaya dirinya akan meningkat dan
apabila sebaliknya yang terjadi maka siswa akan merasa lemah percaya dirinya.
Selaras dengan pernyataan di atas menurut Hakim (2002, hal 6) dapat dikatakan
sebagai suatu keyakinan seseorang terhadap gejala aspek kelebihan yang dimiliki
oleh individu dan keyakinan tersebut membuatnya mampu untuk bisa mencapai
tujuan hidupnya.
Dari definisi di atas secara umum dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud
dengan kepercayaan diri adalah sikap percaya dan yakin akan kemampuan yang
dimiliki, yang dapat membantu seseorang untuk memandang dirinya dengan positif
dan realistis sehingga individu tersebut mampu bersosialisasi secara baik dengan
orang lain. Maka kepercayaan diri merupakan faktor yang sangat penting bagi siswa,
karena sikap percaya diri akan membuat individu merasa optimis dan mampu untuk
melakukan penyesuaian dengan lingkungan sosialnya.
3. Aspek Interaksi Siswa dengan Orang Tua
85

Pada aspek interaksi siswa dengan orang tua dalam pembelajaran bahasa Korea,
pernyataan nomor 12 yaitu “Orang tua selalu memeriksa buku latihan saya”
memperoleh hasil sebagai berikut: 3 siswa menjawab S (Setuju), 9 siswa menjawab
RG (Ragu-ragu), 11 siswa menjawab TS(Tidak Setuju), dan 11 siswa menjawab STS
(Sangat Tidak Setuju). Dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa kebiasaan belajar
siswa termasuk dalam kategori kurang baik.
Kewajiban dari orang tua adalah mendidik anaknya. Orang tua yang kurang/tidak
memperhatikan anaknya, mungkin acuh tak acuh, tidak memperhatikan kemajuan
belajar anak-anaknya akan menjadi penyebab kesulitan belajarnya. Hubungan antara
orang tua dengan anak juga harus harmonis. Karena hal ini juga membantu
keberhasilan dalam belajar mereka (Dimyati dan Mudjiono, 2013, hlm. 239-253).
Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa peran orang tua dalam
pendidikan merupakan sesuatu yang sangat penting untuk menentukan keberhasilan
pendidikan anak-anaknya. Pendidik pertama dan utama adalah orang tua. Nur (2015,
hlm. 22-23) menyatakan bahwa peran orang tua dalam pendidikan adalah sebagai
pendidik, pendorong, fasilitator dan pembimbing.
4. Aspek Hubungan Antar Siswa
Pada aspek hubungan antar siswa dalam pembelajaran bahasa Korea, pernyataan
nomor 17 yaitu “Saya kenal dengan semua teman di kelas bahasa Korea”
memperoleh hasil sebagai berikut; 7 siswa menjawab S (Setuju), 17 siswa menjawab
RG (Ragu-ragu), dan 10 siswa menjawab TS(Tidak Setuju). Selanjutnya pada
pernyataan nomor 18 yaitu, “Saya akrab dengan semua teman di kelas bahasa Korea”
memperoleh hasil sebagai berikut; 1 siswa menjawab S (Setuju), 10 siswa menjawab
RG (Ragu-ragu), 22 siswa menjawab TS(Tidak Setuju), dan 1 siswa menjawab STS
(Sangat Tidak Setuju). Dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa kebiasaan belajar
siswa termasuk dalam kategori kurang baik.
Seperti yang di kemukakan oleh Iskandarwassid dan Sunendar (2008) bahwa
perlu disadari bahwa dalam hubungannya dengan pembelajaran ada dua jenis
lingkungan yang berbeda karakteristik, namun amat mempengaruhi keberhasilan
belajar berbahasa, yaitu lingkungan kelas dan lingkungan di luar kelas. Lingkungan
86

kelas sebagai lingkungan informal, sedangkan lingkungan di luar kelas sebagai


lingkungan nonformal.
Begitupun menurut Damyati dan Mudjiono (2002, hlm. 252) yang mengatakan
bahwa dalam lingkungan sosial siswa di sekolah siswa memiliki kedudukan dan
peran yang diakui oleh sesamanya jika seorang siswa terterima, maka ia dengan
mudah menyesuaikan diri dan segera dapat belajar. Sebaliknya, jika ia tertolak, maka
ia akan merasa tertekan. Akibatnya berpengaruh pada semangat belajar dan
pencapaian hasil belajar (prestasi belajar).
5. Aspek Kemampuan Menyimak
Pada aspek kemampuan menyimak dalam pembelajaran bahasa Korea, pernyataan
nomor 4 yaitu “Saya dapat memahami kalimat yang diucapkan dalam bahasa Korea”
memperoleh hasil sebagai berikut: 3 siswa menjawab S (Setuju), 17 siswa menjawab
RG (Ragu-ragu), dan 14 siswa menjawab TS (Tidak Setuju). Selanjutnya pada
pernyataan nomor 6 yaitu “Saya hafal kosakata yang ada dalam buku pelajaran
bahasa Korea” memperoleh hasil berikut: 2 siswa menjawab S (Setuju), 11 siswa
menjawab RG (Ragu-ragu), 14 siswa menjawab TS (Tidak Setuju), 7 siswa
menjawab STS (Sangat Tidak Setuju). Dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa
kebiasaan belajar siswa termasuk dalam kategori kurang baik.
Lie (2004) menuturkan bahwa dalam pengajaran bahasa, ada empat keterampilan
yang dijadikan acuan kurikulum; mendengarkan, membaca, berbicara, menulis.
Begitupun menurut Iskndarwassid dan Sunendar (2011, hlm. 118) Keterampilan
menyimak merupakan salah satu bentuk keterampilan berbahasa yang bersifat
reseptif, yang berarti bukan sekedar mendengarkan bunyi-bunyi bahasa melainkan
sekaligus memahaminya.
6. Aspek Pemahaman Tata Bahasa
Pada aspek pemahaman tata bahasa Korea, pernyataan nomor 9 yaitu “Tata
bahasa Korea mudah dipahami” memperoleh hasil sebagai berikut; 1 siswa menjawab
SS (Sangat Setuju), 2 siswa menjawab S(Setuju) ,10 siswa menjawab RG (Ragu-
ragu), 18 siswa menjawab TS(Tidak Setuju), dan 3 siswa menjawab STS (Sangat
87

Tidak Setuju). Dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa pada aspek tata bahasa
termasuk dalam kategori kurang baik.
Lie (2010) menuturkan bahwa dalam pengajaran bahasa, biasanya ada empat
bidang keterampilan yang dijadikan acuan kurikulum: mendengarkan, membaca,
berbicara, dan menulis. Sementara itu, tata bahasa merupakan keterampilan yang
diajarkan guna meningkatkan penguasaan dalam empat bidang itu. Dari penjelasan
diatas dapat disimpulkan bahwa penguasaan tata bahasa sangat berpengaruh pada
peningkatan penguasaan empat keterampilan tersebut. Oleh karena itu, jika siswa
tidak dapat memahami tata bahasa Korea maka hal ini akan menghambat pula pada
pencapaian tujuan dalam pembelajaran bahasa Korea.
BAB V
SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN REKOMENDASI
Dalam bab ini, peneliti akan memaparkan kesimpulan dari hasil
penelitian yang telah dilakukan. Kesimpulan diperoleh dari hasil pengolahan
data yang telah didapatkan dari wawanca dan membagikan kuesioner yang
dilakukan oleh peneliti. Selain itu, peneliti menuliskan rekomendasi sebagai bahan
pertimbangan agar pembelajaran bahasa Korea di SMA BPI 1 Bandung menjadi lebih
efektif.

5.1. SIMPULAN
Pertama, silabus dan rancangan perencanaan pembelajaran bahasa Korea di SMA
1 BPI Bandung disiapkan oleh guru sesuai dengan kurikulum yang berlaku di sekolah
tersebut. Pembelajaran bahasa Korea di sekolah ini bertujuan untuk melatih
kemampuan siswa dalam penguasaan bahasa Korea dasar pada empat kompetensi
yaitu menyimak, membaca, berbicara dan munulis agar dapat bemanfaat dalam
kehidupan sehari-hari. Guru menggunakan metode ceramah, role playing, diskusi dan
menggunakan media pembelajaran buku modul KCCI, dan PPT, lagu bahasa Korea.
Materi yang diberikan kepada siswa meliputi pengenalan huruf hangul,
perkenalan, sekolah, kegiatan sehari-hari, hari dan tanggal, makanan Korea, kegiatan
akhir pekan, cara membeli sesuatu, dan keluarga. Adapun indikator keberhasilan
dalam pembelajaran bahasa Korea yaitu, siswa diharapkan mampu memahami dan
dapat mempraktekan atau menggunakan bahasa Korea dengan baik dan benar. Proses
pembelajaran bahasa Korea di kelas sudah berjalan dengan efektif. Hanya saja masih
ada beberapa siswa yang tidak memperhatikan pelajaran bahasa Korea dengan fokus,
hal ini berpengaruh pada pencapaian tujuan pembelajaran.
Kedua, tahapan evaluasi yang dilakukan dalam pembelajaran bahasa Korea yaitu
dengan melakukan tes terhadap siswa, dengan cara siswa diberikan tugas untuk
menghafal materi yang telah disampaikan. Masing-masing siswa akan dites secara
bergantian, ini bertujuan untuk mengetahui sejauh mana siswa dapat memahami dan
mengingat materi yang telah diajarkan. Hasil dari evaluasi pada kelas X di SMA 1

88
89

BPI Bandung ini bervariasi, masih sedikit siswa yang memenuhi indikator
keberhasilan da nada juga siswa yang masih tertinggal dalam pembelajaran bahasa
Korea. Menurut guru kelas X, hal ini berkaitan dengan minat siswa terhadap
pembelajaran bahasa Korea. Jika dilihat pada hasil angket pada indikator minat
belajar siswa terhadap pembelajaran bahasa Korea yaitu 57% siswa yang berminat
pada pembelajaran bahasa Korea. Dapat disimpulkan angka tersebut berada pada
rentang 52.01% - 68.00% atau berada pada kategori cukup baik.
Ketiga, setelah dilakukan identifikasi problematika pembelajaran bahasa Korea
kelas X SMA 1 BPI Bandung, terbagi menjadi dua faktor yaitu problematika
linguistik dan non linguistik. Problematika linguistik yaitu pada kompetensi
menyimak dan pemahaman tata bahasa Korea, hal ini disebabkan adanya perbedaan
karakteristik bahasa Korea. Adapun problematika non linguistik yang dialami oleh
siswa yaitu meliputi kebiasaan belajar siswa, rasa percaya diri, interaksi dengan orang
tua, dan hubungan antar siswa. Hasil dari identifikasi ini menunjukan aspek-aspek
tersebut berada pada kategori kurang baik.
5.2. IMPLIKASI
Penelitian ini dapat menambah pengetahuan tentang bagaimana agar
pembelajaran bisa mencapai tujuan secara optimal, dengan menggambarkan
bagaimana sejak perencanaan hingga evaluasi pembelajaran serta apa saja
problematika yang terjadi dalam pembelajaran bahasa Korea kelas X di SMA 1 BPI
Bandung dan menjadi bahan acuan atau pembanding terhadap para pendidik.
Penelitian ini juga dapat menjadi potret sebagai refleksi untuk meningkatkan kualitas
pembelajaran bahasa Korea. Selain itu penelitian ini dapat membantu meminimalisir
problematika yang sering muncul dalam kegiatan belajar mengajar di kelas.
5.3. REKOMENDASI
Berkenaan dengan hasil penelitian yang diperoleh, diajukan beberapa rekomendasi
sebagai berikut:
1. Kepada Siswa
1) Siswa hendaknya berupaya untuk banyak mengulang pelajaran bahasa Korea
dengan cara belajar yang diminatinya di waktu-waktu luang.
90

2) Siswa hendaknya berupaya untuk menumbuhkan rasa percaya diri karena


sikap percaya diri akan membuat individu merasa optimis dan mampu untuk
mencapai tujuan pembelajaran bahasa Korea.
3) Siswa hendaknya berupaya untuk berinteraksi dengan orang tua ketika belajar
dirumah.
4) Siswa hendaknya berupaya bersosialisasi dengan teman satu kelas agar dapat
menyesuaikan diri dalam lingkungan kelas dan menumbuhkan rasa nyaman
ketika belajar bersama dengan teman satu kelas
2. Guru hendaknya menggunakan media pembelajaran yang lebih inovatif untuk
meningkatkan motivasi siswa dalam pembelajaran bahasa Korea khususnya pada
kompetensi menyimak dan pemahaman terhadap tata bahasa Korea.
3. Sekolah hendaknya menyediakan sarana dan prasarana yang lebih lengkap untuk
membantu siswa dalam keberhasilan belajar bahasa Korea.
4. Kepada peneliti lain, perlu melakukan kajian yang lebih mendalam dan lebih luas
lagi untuk mengetahui problematika pembelajaran bahasa Korea ini beserta
bagaimana cara mengatasinya, sehingga perencanaan, proses, dan evaluasi
pembelajaran bahasa Arab bisa berjalan dengan lebih baik lagi.

Anda mungkin juga menyukai