Anda di halaman 1dari 2

Beberapa waktu yang lalu pemerintah mewacanakan untuk memasukan perwira militer

aktif non job dalam struktur kelembagaan/ instansi sipil. Hal ini mengingatkan kita pada
pelaksanaan Dwi Fungsi ABRI di jaman Orde Baru dibawah pemerintahan Presiden
Soeharto.
Berikan tanggapan saudara terhadap wacana dari pemerintah tersebut, argumen yang
saudara sampaikan supaya menyandarkan pada aturan yang berlaku saat ini.!!
Silahkan tanggapi.

Dwifungsi ABRI adalah suatu dokrin di lingkungan Militer Indonesia yang menyebutkan bahwa
TNI memiliki dua tugas, yaitu pertama menjaga keamanan dan ketertiban negara dan kedua
memegang kekuasaan dan mengatur negara. Dengan peran ganda ini, militer diizinkan untuk
memegang posisi di dalam pemerintahan. Pernyataan di atas berdasarkan beberapa pidato
Soeharto. Soeharto mengatakan bahwa sejalan dengan pelaksanaan tugasnya sebagai alat
pertahanan dan keamanan, maka ABRI harus dapat dengan tepat melaksanakan peranannya
sebagai kekuatan sosial, politik.
Sedangkan dalam bentuknya ABRI sebagai kekuatan sosial, memiliki dua buah fungsi. Yaitu
fungsi stabilisator dan fungsi dinamisator. ABRI sebagai pelaksana tugas keamanan Negara juga
kemanunggalannya dengan rakyat yang lebih di kenal dengan ABRI masuk desa maka dapat di
kategorikan ABRI sebagai dinamisator sedangkan sebagai stabilisator dalam kehidupan bangsa
dan negara.
Dwifungsi adalah gagasan yang diterapkan oleh Pemerintahan Orde Baru yang menyebutkan
bahwa TNI memiliki dua tugas, yaitu pertama menjaga keamanan dan ketertiban negara dan
kedua memegang kekuasaan dan mengatur negara. Dwifungsi sekaligus digunakan untuk
membenarkan militer dalam meningkatkan pengaruhnya di pemerintahan Indonesia, termasuk
kursi di parlemen hanya untuk militer, dan berada di posisi teratas dalam pelayanan publik
nasional secara permanen.
Dengan semakin banyaknya warganegara Indonesia yang berdinas di ketentaraan memiliki
kapasitas dan keterampilan profesional, masuk akal jika sumberdaya ini dimanfaatkan. Justru
tidak masuk akal jika perwira-perwira generasi baru ini dihalangi untuk memasuki sektor publik
karena dosa-dosa institusinya di masa lampau.
Meski demikian, harus diakui bahwa rekrutmen sektor publik berbasis kompetensi ini belum
terbukti dapat menjamin bahwa penyalahgunaan kekuasaan yang dilakukan militer di masa lalu
tidak akan terjadi lagi. Mungkin satu-satunya cara agar publik dapat menerima militer dalam
jabatan-jabatan sipil adalah dengan tindakan nyata baik pemerintah maupun militer untuk terus
mendukung demokrasi setulus hati.

Anda mungkin juga menyukai