Anda di halaman 1dari 7

MEMERANGI BERITA BOHONG DAN UJARAN KEBENCIAN

SEBAGAI WUJUD RASA NASIONALISME DAN PATRIOTISME


PEMUDA INDONESIA
“Karya tulis ini disusun untuk mengikuti event Lomba Karya Tulis dalam Rangka HUT
TNI ke 74 Tahun”

Disusun Oleh :
FASA ANDRI DWI CAHYANI

SMA NEGERI 3 KOTA KEDIRI


Jl. Mauni 88, Bangsal, Kec. Pesantren, Kota Kediri, Jawa Timur 64131
Telp. (0354)683809

1
MEMERANGI BERITA BOHONG DAN UJARAN KEBENCIAN
SEBAGAI WUJUD RASA NASIONALISME DAN PATRIOTISME
PEMUDA INDONESIA

Pendahuluan

Masa depan bangsa Indonesia sangat ditentukan oleh para generasi


mudanya. Kaum muda Indonesia diharapkan dapat menjadi generasi emas yang
akan menbawa masa depan bangsa Indonesia ke arah kemajuan. Oleh karena itu,
generasi muda Indonesia menjadi faktor penting yang dapat diandalkan untuk
mewujudkan cita-cita bangsa dan juga mempertahankan kedaulatan bangsa dan
negara. Sebagai upaya mewujudkan cita-cita dan mempertahankan kedaulatan
bangsa ini tentu akan menghadapi banyak permasalahan. Masalah-masalah yang
harus dihadapi itu beraneka ragam. Seperti masalah yang terjadi dalam kemajuan
teknologi. Sekarang banyak bermunculan berbagai konten-konten berita yang
bersifat real sampai yang bersifat hoax. Munculnya berita hoax membuktikan bahwa
kecanggihan teknologi telah salah dipergunakan oleh orang-orang yang tidak
bertanggung jawab. Dengan masalah-masalah tersebut, penting bagi rakyat
Indonesia terutama generasi muda untuk membiasakan diri berpikir kritis dalam
meningkatkan kualitas bangsa Indonesia dalam mengatasinya.
Sebagai generasi muda yang lahir di era teknologi, kita dituntut untuk bersikap
cerdas karena internet layaknya pedang bermata dua, yang di satu sisi bisa
memberikan dampak yang positif, namun di sisi lainnya juga bisa berdampak negatif
jika dipakai dengan cara yang salah. Internet memang menyediakan segala
informasi yang kita butuhkan. Tetapi internet tidak dapat menegur atau
memperingatkan kita jika informasi yang ada di dalamnya itu tidak benar dan tidak
bisa pungkiri bahwasannya internet telah banyak dimanfaatkan oleh orang-orang
yang tidak bertanggung jawab demi keuntungannya sendiri, seperti menyebarkan
berita-berita yang tidak benar dan berbagai macam ujaran kebencian yang dapat
memprovokasi banyak orang. Sehingga sudah semestinya kita harus menjadi orang
yang bijak dalam memanfaatkan internet. Di era globalisasi ini, orang dapat dengan
mudah menerima dan menyebarkan berbagai berita dari internet. Jika tidak teliti dan
berhati-hati terkait dengan hal-hal tersebut dapat menimbulkan masalah yang serius.

2
Pembahasan

Menginjak awal tahun 2019, media massa Indonesia masih diwarnai dengan
serangkaian berita bohong (hoax) dan ujaran kebencian (hate speech) dan ini
tentunya bukan hal yang menggembirakan bagi kehidupan bermasyarakat,
berbangsa dan bernegara. Data dari Kementerian Komunikasi dan Informatika
(Kemenkominfo) yang dilansir dari news.detik.com menyatakan bahwa selama April
2019, ada sebanyak 486 hoaks dan 209 hoaks di antaranya berasal dari kategori
politik. Selain itu, Kemenkominfo dalam websitenya kominfo.go.id juga menyebutkan
bahwa ada sekitar 800.000 situs di Indonesia yang telah terindikasi sebagai
penyebar informasi palsu. Sebagai contoh, dalam konteks pemilihan presiden
terdapat kecenderungan hoax sengaja dibuat untuk memperoleh dukungan dalam
kontestasi politik. Contoh berita hoaks berikut ini dilansir oleh
(https://baliexpress.jawapos.com/read/2019/01/08/112484/menilik-hoax-di-awal-
tahun-2019) di antaranya sebagai berikut.
Pertama, berita tentang masuknya tujuh kontainer surat suara Pilpres 2019
dari Cina yang sudah tercoblos. Komisi Pemilihan Umum (KPU) menegaskan bahwa
surat suara Pilpres 2019 belum dicetak karena proses lelang baru selesai dan masih
masuk masa sanggah. Berdasarkan pengecekan langsung KPU bersama Bawaslu
ke Kantor Pelayanan Utama Ditjen Bea dan Cukai Tanjung Priok, dipastikan bahwa
berita itu bohong. Hal itu menunjukkan bahwa berita tersebut dibuat semata-mata
hanya untuk membuat masyarakat resah akan pemilu 2019.
Kedua, berita bohong mengenai data perbandingan bencana per masa
kepresidenan. Pesan berantai tersebut menyebar dengan cepat melalui beberapa
grup WhatsApp. Pesan tersebut menyebutkan bahwa pada era Orde Baru (1966-
1998) terjadi 96 kali bencana, di era Abdurrahman Wahid (1999-2001) terjadi tiga kali
bencana, pada jaman Megawati Soekarnoputri (2001-2004) ada 14 kali bencana,
pada era Susilo Bambang Yudhoyono (2004-2014) terjadi 76 kali bencana dan pada
era Jokowi yang baru memerintah selama empat tahun sudah terjadi 332 kali
bencana. Data tersebut dikatakan bersumber dari Tempo dan si pembuat data
menyampaikan pesan bahwa di era Jokowi sangat banyak terjadi bencana sehingga
menyuruh masyarakat untuk tidak memilih Joko Widodo. Kebenaran data tersebut
disangkal oleh Pemimpin Redaksi Tempo.co, Wahyu Dhyatmika yang menyatakan
bahwa redaksi Tempo.co tidak pernah merilis data yang kemudian menjadi pesan

3
berantai di WhatsApp itu. Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB, Sutopo
Purwo Nugroho, juga membantah data yang beredar di pesan berantai tersebut dan
mengatakan bahwa tidak ada kaitan antara jumlah kejadian bencana dengan
pemerintahan. Jelas bahwa motif si pembuat pesan itu adalah untuk kepentingan
politik Pemilu 2019.
Ketiga, Calon Presiden Prabowo Subianto mengkritik kualitas pelayanan
rumah sakit milik pemerintah, antara lain dengan menyatakan bahwa satu selang
cuci darah di RS Cipto Mangunkusumo dipakai oleh 40 orang pasien. Jikalau ini
benar, maka pasien dapat tertular berbagai macam penyakit seperti hepatitis,
malaria dan HIV. Penyebaran berita ini dapat mendegradasi kualitas layanan
kesehatan pemerintah terhadap rakyat banyak. Tetapi pernyataan itu dibantah oleh
Direktur Utama RSUP Nasional Dokter Cipto Mangunkusumo, dr. Lies Dina Liastuti,
yang menegaskan bahwa satu selang hemodialisis hanya digunakan untuk satu
orang pasien. Meskipun begitu, pernyataan Prabowo sempat menimbulkan
kehebohan di media sosial.
Dari ketiga contoh di atas, dapat diketahui bahwa penyebaran hoax di media
sosial telah menjadi bagian dari permainan politik. Banyak oknum tertentu yang
memanfaatkan internet untuk keuntungan pribadi dan kelompoknya dengan cara
menyebarkan konten-konten negatif. Hal ini sangat memprihatinkan karena akan
menimbulkan keresahan dan perasaan saling mencurigai di masyarakat. Dan juga,
karena mayoritas penduduk Indonesia masih berpendidikan rendah sehingga sangat
rentan terprovokasi. Generasi muda berperan sangat penting dalam perkembangan
teknologi dan media sosial. Hal ini karena kehidupan mereka yang seakan tidak
pernah bisa lepas dari pengaruh media sosial. Mereka masih labil dalam mencerna
suatu informasi, sehingga generasi muda ini sangat potensial terpengaruh berita
hoax. Maka disinilah peran yang sesungguhnya bagi generasi muda untuk
menangkal berita hoax dan terus membangkitkan semangat nasionalisme serta
patriotisme.
Pertama, media sosial yang awalnya hanya membuat kita menjadi individualis
dapat berubah menjadi sarana memerangi hoax. Media sosial seperti Facebook,
Instagram dan Twitter bukan sebuah hal yang asing ditelinga generasi muda zaman
sekarang. Kita pasti sering mengunggah sebuah status atau membuat story di
berbagai media sosial, meskipun hanya sebatas bentuk pengekspresian diri. Akun
media sosial para generasi muda ini tentunya mayoritas memiliki pengikut lebih dari

4
500 orang. Oleh karena itu, mulai dari sekarang saya mengajak para generasi muda
untuk merubah orientasi menulis status mereka di media sosial. Status yang
mulanya hanya untuk sarana mengumbar eksistensi semata perlahan-lahan harus
difokuskan sebagai sarana penyadaran kolektif guna menangkal berita hoax.
Kedua, para generasi muda juga dapat memanfaatkan media sosial mereka
untuk ikut dalam grup diskusi anti-hoax. Sekarang sudah banyak grup-grup diskusi di
media sosial. Hal itu lebih memudahkan karena tidak mengharuskan anggota grup
berkumpul jika ingin berdiskusi. Mereka hanya perlu duduk manis dan membuka
gadget jika ingin bertukar pendapat dengan orang lain. Misalnya saja akun media
sosial Facebook. Di dalamnya terdapat sejumlah fanpage dan grup diskusi anti-hoax,
misalnya Forum Anti Fitnah, Hasut, dan Hoax (FAFHH), Fanpage & Group
Indonesian Hoax Buster, Fanpage Indonesian Hoaxes, dan Grup Sekoci. Di grup-
grup diskusi ini, warganet bisa ikut bertanya, apakah suatu informasi merupakan
hoax atau bukan sekaligus melihat klarifikasi yang sudah diberikan oleh orang lain.
(https://kominfo.go.id/content/detail/8949/ini-cara-mengatasi-berita-hoax-di-dunia-
maya/0/sorotan_media).
Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo) juga turut
mengedukasi masyarakat untuk meningkatkan literasi digital, salah satunya melalui
Mudamudigital. Mudamudigital merupakan wadah bagi para generasi muda untuk
berbagi ilmu dengan para pakar literasi digital Indonesia. Para peserta juga dapat
"curhat" kepada para pakar tentang apa saja yang mereka hadapi di dunia digital
pada era zaman now. Tujuan utama Mudamudigital adalah membentuk generasi
muda Indonesia agar mempunyai kecerdesaan literasi digital yang tinggi. Dengan
cara itulah anak-anak muda tidak gampang dipengaruhi oleh berita-berita hoax yang
dapat melunturkan persatuan dan kesatuan bangsa.
(https://www.kominfo.go.id/content/detail/11355/cara-cerdas-mencegah-penyebaran-
hoax-di-media-sosial/0/sorotan_media).
Ketiga, sebagai generasi emas diera milenial, para pemuda Indonesia sudah
semestinya berfikir secara kritis dan ilmiah. Dengan cerdas harus mampu memilih
dan memilah informasi. Jangan hanya menerima saja, melainkan harus melakukan
pengecekan ulang atas berbagai informasi yang telah diterima. Kita akan mendapat
banyak manfaat dengan menjadi lebih ingin tahu atau penasaran. Hal itu berbanding
lurus dengan pendidikan zaman sekarang yang tidak banyak mencegah pemikiran
masyarakat terbuka. Justru rasa penasaran yang terbukti secara ilmiah bisa

5
membuat pemikiran lebih terbuka, sehingga membuat seseorang tidak buta hanya
dengan satu sudut pandang pemikiran.
Pencegahan harus lebih diutamakan daripada mengatasi hoax ketika sudah tersebar.
Cara utama harus dimulai dari sendiri, dengan tidak menyebarkan sembarang berita kepada
orang lain. Kita harus mengecek dulu sumber berita yang kita terima sebelum
mempostingnya ke akun sosial media. Seperti arti salah satu ayat dalam kitab suci Al-Qur’an
" Hai orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu orang fasik membawa suatu berita,
maka Tabayyunlah (periksalah dengan teliti dulu), agar kamu tidak menimpakan suatu
musibah kepada suatu kaum tanpa mengetahui keadaannya yang menyebabkan kamu
menyesal atas perbuatanmu itu”. ( QS. Al – Hujurat [49] : 6 ). Ayat tersebut menjelaskan
kepada kita untuk memeriksa setiap berita yang kita terima agar tidak berdampak buruk
kepada orang lain dan akan membuat kita menyesal nantinya.
Kita juga tidak boleh menyebarkan ujaran kebencian yang menyinggung hal
sensitif. Dengan meminimalisir berita hoaks dan ujaran kebencian, akan lebih
nyaman saat berselancar di dunia maya. Kita juga tidak boleh dengan mudah
terhasut omongan orang yang akan menumbuhkan bibit-bibit ujaran kebencian.
Karena mayoritas pemuda masih memiliki emosi yang meluap-luap sehingga harus
secara tepat dalam meluapkan emosi dan mengontrolnya. Setiap masalah harus
diselesaikan dengan baik-baik, jangan hanya karena dendam membuat kita
menyebarkan ujaran kebencian yang dapat merugikan orang lain dan pastinya diri
sendiri.

Kesimpulan

Dari pemaparan di atas, dapat disimpulkan bahwa generasi muda menjadi


faktor penting yang dapat diandalkan untuk mewujudkan cita-cita bangsa dan juga
mempertahankan kedaulatan bangsa dan negara. Dalam upaya mewujudkan cita-
cita dan mempertahankan kedaulatan bangsa ini tentu akan menghadapi banyak
permasalahan, salah satunya yaitu berita bohong atau hoax. Peran generasi muda
untuk menangkal berita hoax sebagai wujud rasa nasionalisme serta patriotisme
sangat diperlukan. Hal tersebut dapat diwujudkan melalui beberapa hal sederhana
seperti merubah orientasi menulis status mereka di media sosial. Status yang
mulanya hanya untuk sarana mengumbar eksistensi semata perlahan-lahan harus
difokuskan sebagai sarana penyadaran kolektif guna menangkal berita hoax. Para

6
generasi muda juga dapat memanfaatkan media sosial mereka untuk ikut dalam grup
diskusi anti-hoax. Dan juga sebagai generasi emas diera milenial, para pemuda
Indonesia harus berfikir secara kritis, ilmiah dan terbuka serta dengan cerdas harus
mampu memilih dan memilah informasi.

Saran
Hal-hal tersebut hanya dapat terwujud jika para generasi muda sadar akan
pentingnya memerangi berita bohong demi keutuhan NKRI. Penulis juga meminta
para generasi milenial untuk memanfaatkan dunia digital dengan benar. Jangan
terpancing berita sesaat tanpa analisa. Bahkan bila perlu, kaum millenial tak usah
membahas hal-hal yang justru tak menimbulkan manfaat. Tidak hanya generasi
muda, seluruh lapisan masyarakat juga harus ikut serta memberatas berita bohong
sebagai barisan pendukung generasi muda. Peran pemerintah dan aparaturnya juga
tidak dapat diabaikan dalam hal ini, baik dalam hal peraturan perundang-undangan
maupun tindakan preventif dalam mengatasi berbagai berita bohong. Sebaiknya,
berita yang belum pasti kebenarannya atau malah meragukan sebaiknya jangan
disebarkan dengan mudah di internet. Karena internet bukan hanya milik kita, tetapi
ada banyak orang yang mengaksesnya setiap jam, menit, bahkan detik per harinya.
Sehingga kita harus sangat hati-hati dalam menyebarkan sebuah informasi agar
tidak menjadi berita bohong nantinya. Akhir – akhir ini timbul gejala perpecahan
justru karena pemilu. Setiap orang boleh bermusuhan secara politik dalam rangka
kebebasan dan kesamaan kedudukan. Tapi perbedaan pandangan politik jangan
sampai merusak persatuan dan demokrasi Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai