UNIVERSITAS HALUOLEO
MULTIPEL SKLEROSIS
Oleh :
K1A1 15 155
Pembimbing :
FAKULTAS KEDOKTERAN
KENDARI
2020
HALAMAN PENGESAHAN
Menyetujui,
Pembimbing
MULTIPEL SKLEROSIS
A. PENDAHULUAN
mempengaruhi area dari otak dan syaraf tulang belakang yang dikenal
sebagai substansia alba. Sel-sel substansia alba membawa sinyal antara area
tubuh.1
wanita. Namun, hal ini dapat diidentifikasi pada masa kanak-kanak atau
kasus tiap tahun. Usia mulanya bervariasi antara usia 15 dan 45 tahun dengan
rata-rata 29 tahun. Sekitar 5-10% memiliki awal mula sebelum usia 15 tahun
dan dua pertiga kasus terjadi pada wanita. Sebagian besar orang dengan
multipel sklerosis akan tetap hidup selama beberapa dekade setelah diagnosis.
mental dan fisik yang signifikan dan defisit neurologis yang tidak dapat
memiliki sifat progresif yang tidak dapat diprediksi dan cacat serta
pembatasan aktivitas dapat tiba-tiba terjadi dan berlanjut lebih jauh dari
B. DEFINISI
sistem saraf pusat. Peradangan yang yang terjadi pada otak dan sumsum
C. EPIDEMIOLOGI
data dari populasi besar termasuk India dan Cina. Distribusi global multipel
3
meskipun ada pengecualian. Selain itu, meskipun penyakit ini umum terjadi
di wilayah yang dihuni oleh orang-orang dari Eropa utara, efek ini berubah
perkembangan penyakit yang lebih cepat daripada orang kulit putih Amerika.
Pada awal 1900-an, rasio jenis kelamin hampir sama. Sejak itu, rasio jenis
negara maju dan salah satu alasan terpentingnya adalah kejadian multipel
namun pada tahun 2005 pernah dilaporkan kasus MS pada wanita 40 tahun.3,4
D. ANATOMI
1. Otak
Serebrum adalah bagian terbesar dari otak yang terdiri dari dua
masing adalah lobus frontal, lobus parietal, lobus oksipital dan lobus
temporal.5
1) Korteks Serebral
sel dendrit, sel glia dan pembuluh darah. Korteks serabral berisi
hanya setebal 2-4 mm atau sekitar 1/8 inci namun korteks serebri
broca.5
aerah dasar pada hemisfer yang sebagian besar terdiri dari serat m
ielin yang bundel sehingga menjadi serat besar. Serat ini diklasifi
5
3) Nukleus Basalis
sal yang terdiri dari nukleus kaudatus, putamen dan globus pallid
otak.
c. Batang Otak
tengah.3
6
2. Sistem Saraf
pertama adalah sistem saraf pusat (SSP), yang merupakan pusat kontrol
untuk seluruh sistem dan pusat integrasi saraf tubuh. Ini terdiri dari otak
dan sumsum tulang belakang. Yang kedua adalah sistem saraf tepi (SST).5
a. Neuron
dari sistem saraf. Neuron adalah sel halus yang khusus untuk
yang umum. Neuron bersifat amitotik. Ini berarti bahwa jika neuron
1) Badan Sel
Badan sel saraf merupakan bagian yang paling besar dari sel
saraf. Setiap badan sel saraf mengandung inti tunggal. Pada badan
endoplasma kasar.5
2) Dendrit
3) Akson
yang menempel pada akson. Sel Schwann adalah sel glia yang
b. Neuroglia
impuls, sehingga juga disebut sel non-saraf atau sel glial. Mereka
lebih banyak (10 – 15 kali) daripada neuron dan, tidak seperti neuron,
sel neuroglia dapat bermitosis. Salah satu jenis neuroglia adalah sel
Schwann, yang ada di sistem saraf tepi (SST). Empat jenis neuroglia
otak.5
9
seluruh SSP).5
saraf di SST.5
1) Meninges
adalah duramater, araknoid mater, dan pia mater. Ruang antara pia
dengan CSS.5
10
2) Cairan Serebrospinal
yang berbeda.5
E. FISIOLOGI
1. Otak
a. Korteks Serebral
Bagian ini berfungsi sebagai menyadari diri kita sendiri dan perasaan
berbeda-beda yaitu:
pergerakan sadar.
merencanakan.
volunteer.
c. Nukleus Basalis
dengan cara menyaring respons yang salah atau tidak tepat, sehingga ha
yang berfungsi dalam penindasan rasa sakit, rasa takut dan mengontrol
respons seperti melawan atau lari. Selain itu otak tengah memiliki
kepala dengan mata ketika kita secara visual mengikuti objek yang
terduga.5
f. Pons
normal.5
g. Medulla Oblongata
13
bersin.5
2. Sistem Saraf
a. Neuron
1) Badan Sel
2) Dendrit
ke badan sel.5
3) Akson
b. Neuroglia
impuls, sehingga juga disebut sel non-saraf atau sel glial. Mereka
berlemak pada neuron otak dan sumsum tulang belakang dari SSP,
1) Meninges
serebrospinal.5
2) Cairan Serebrospinal
koroid. 5
F. ETIOLOGI
faktor lingkungan dan genetik. Hal ini merangsang sistem kekebalan untuk
sklerosis. Tetapi gen tersebut juga dapat berada di antara populasi. Oleh
karena itu, gen hanyalah sebagian dari faktor yang dapat terlibat dalam
Meskipun multipel sklerosis dapat terjadi pada lebih dari satu orang
sebesar 15-20 kali lebih tinggi dari populasi umum, meskipun risiko ini
masih relatif rendah. Sejauh ini, belum ada kesimpulan yang pasti untuk
sklerosis berada dalam bahaya apabila berada dalam lingkungan yang rentan
Terlepas dari semua itu, telah diketahui faktor apa yang relevan dan atau
situasi apa yang dapat meningkatkan risiko multipel sklerosis. Di sisi lain,
degenerasi ini berada pada tahap awal terapi dan faktor risiko lain memiliki
risiko dalam keluarga, jenis kelamin, pola makan, dan tingkat sirkulasi
vitamin D3, paparan UVB, bersama dengan merokok. Migrasi juga dapat
serologi positif untuk Epstein Barr, terutama disertai dengan infeksi awal
dalam risiko.6
G. FAKTOR RISIKO
multipel sklerosis :6
infeksius
▪ Ras: orang kulit putih, terutama generasi utara, memiliki risiko paling
multipel sklerosis
H. PATOFISIOLOGI
danya molecular mimicry antara antigen dan MBP (Myelin Basic Protein) ya
P. Tidak hanya beberapa virus dan peptida bakteri saja yang memiliki kesama
penelitian yang sudah mencoba mengidentifikasi virus MS. Ada satu dugaan
bahwa kemungkinan tidak ada virus MS, melainkan hanya ada virus-virus
biasa, seperti virus campak (rubella ) dan herpes, yang menjadi pemicu
myelin. Pada awalnya, setiap peradangan yang terjadi berangsur menjadi reda
sehingga memungkinkan regenerasi selaput mielin. Pada saat ini, gejala awal
sel T akan mengaktivasi sejumlah mikroglia, dan astrosit sejenis fagosit yang
bermukim pada jaringan otak dan sumsum tulang belakang, dan menyebabka
I. MANIFESTASI KLINIK
tidak pasti. Karena penyakit ini dapat menyerang semua bagian SSP,
penyakit ini dapat menimbulkan hampir semua gejala neurologis. Selain itu,
gejala sangat bervariasi di antara pasien dan dalam satu pasien seiring waktu.
ereksi)
Gejala yang kurang umum Masalah menelan (disfagia)
Masalah bicara (disartria)
Masalah pernapasan
Kehilangan pendengaran
Kejang
Nyeri kepala
Gejala sekunder Infeksi saluran kemih
Inaktifitas
Imobilitas
Gejala tersier Komplikasi sosial
Komplikasi kejuruan
Komplikasi psikologis
Depresi
J. KLASIFIKASI
manen. Jika gejala neurologis selalu menghilang antar serangan, hal ini d
akut yang terjadi kemudian. PRMS dan PPMS tidak dapat dibedakan
ngkat dan subtipe yang paling jarang terjadi dari semua subtipe. 10,11
K. DIAGNOSIS
1. Anamnesis
pola ini gejala klinis akan muncul dan memberat pada fase eksaserbasi da
rangan atau relaps atau eksaserbasi adalah suatu gejala klinis neurologis
yang dapat berlangsung saat ini atau pernah dialami sebelumnya yang me
sertai demam atau tanda infeksi dengan durasi minimal 24 jam. Episode
yndrome (CIS).12
b. Pandangan ganda
d. Gangguan keseimbangan
2. Pemeriksaan Fisik
c. Gangguan keseimbangan
24
3. Kriteria Diagnosis
Gejala Klinis
Data Tambahan Untuk Mendiagnosis
Serangan Lesi
≥2 Serangan ≥2 Lesi Tidak ada
≥2 Serangan ≥2 Lesi Tidak ada
(dan juga
bukti
riwayat
yang
melibatka
n lesi di
lokasi
anatomi
yang
berbeda)
≥2 Serangan 1 Lesi DIS (Dissemination in space) atau
penyebaran dalam ruang ditunjukkan oleh
tambahan serangan yang melibatkan lokasi
CNS/ sistem saraf pusat yang berbeda atau
oleh MRI
1 Serangan ≥2 Lesi DIT (Dissemination in Time) atau
penyebaran dalam waktu yang ditunjukkan
oleh serangan klinis tambahan atau dengan
MRI
ATAU demonstrasi pita oligoklonal
1 Serangan 1 Lesi DIS (Dissemination in space) atau
penyebaran dalam ruang yang ditunjukkan
oleh serangan klinis tambahan yang
melibatkan situs/ lokasi SSP yang berbeda
atau dengan MRI dan
DIT (Dissemination in Time)/ penyebaran
dalam waktu yang ditunjukkan oleh
serangan klinis tambahan atau dengan MRI
atau demonstrasi pita oligoklonal spesifik
pada cairan serebrospinal
4. Pemeriksaan Penunjang
25
pada lesi substansia alba SSP sehingga hampir sama dengan kelainan
pada MS.12
walaupun hal ini tidak rutin direkomendasikan untuk kasus MS. Pada
IgG.12
L. DIAGNOSIS BANDING
(NMOSD)14
Penyakit Neuro-Behçet
Sindrom Sjögren
Sarkoidosis
3. Penyakit Menular
27
Penyakit Lyme
Neurosifilis 14
4. Gangguan Metabolik
AddisonSchilder)
M. TATALAKSANA
1. Terapi Relaps
N. PROGNOSIS
lah onset sebelum usia 40 tahun, onset gejala mono, tidak adanya keterliba
tan serebelar saat onset, resolusi cepat dari gejala awal, pola MS Relapsin
ruk jika terjadi resolusi inkomplit setelah periode relaps, kelainan pada sist
em saraf eferen yang jelas, dan lesi pada otak >9 dari hasil pemeriksaan M
RI.15,16
29
DAFTAR PUSTAKA
ar Sciences; 2020.
3. Haiga Y, Dian AHP, Meiti P. Dua Kasus Multipel Sklerosis dengan Tipe yang
Sclerosis; 2020.
Neurology; 2018.
11. Joy J, Johnston R. Textbook Multiple Sclerosis: Current Status and Strategies f
13. Thompson AJ, dkk. Diagnosisof Multiple Sclerosis: 2017 Revisions of the Mc
14. Omerhosa Swan YA, Nilufer K. Multiple Sclerosis; Diagnose and Differential
16. Gajofatto A, Benedetti MD. Treatment Strategies for Multiple Sclerosis: When
15.