Anda di halaman 1dari 28

Mata kuliah : Keperawatan Komunitas I

Dosen Pembimbing : Ns Sulaeman, S.Kep,. M.Kep

PROGRAM-PROGRAM KESEHATAN KEBIJAKAN DALAM


MENANGGULANGI MASALAH KESEHATAN UTAMA
DI INDONESIA

Kelompok 4 :

Resky Shafa 201801011


Wulandari 201801016

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN NERS JENGJANG SARJANA STRATA


SATU (1) STIKES MUHAMMADIYTAH SIDRAP
TAHUN AKADEMIK 2020/20121
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Panyayang, kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya, sehingga penulis dapat
menyelesaikan makalah ini yang berkenaan dengan Keperawatan Komunitas III
tentangProgram-Program Kesehatan/Kebijakan Dalam Menanggulangi Masalah
Kesehatan Komunitas Utama Di Indonesia.
Penyusunan makalah ini merupakan salah satu metode pembelajaran pada
Mata Kuliah KeperawatanKomunitas III di Program Studi Ilmu Keperawatan Stikes
Hang Tuah Surabaya.
Pada kesempatan ini, penulis mengucapkan terimakasih kepada semua pihak
yang telah memberikan masukan, dorongan dan bimbingan kepada penulis dalam
menyusun makalah ini baik dari segi moril dan materil. Ucapan terimakasih tersebut
ditujukan kepada:
1. Yoga Kertapati, M.Kep., Ns, Sp.Kep.Kom.Selaku penanggungjawab dan
dosen Mata Kuliah Keperawatan Komunitas III di STIKES Hang Tuah
Surabaya.
2. Rekan-Rekan Angkatan 21 Prodi S1 Ilmu Keperawatan STIKES Hang Tuah
Surabaya.
Dalam penyusunan makalah ini, penulis menyadari masih jauh dari
kesempurnaan, untuk itu sangat diharapkan saran dan kritik yang sifatnya konstruktif
dari semua pihak untuk perbaikan makalah ini. Akhirnya penulis berharap semoga
makalah inIbermanfaat bagi yang membaca dan bagi pengembangan ilmu
keperawatan.

Surabaya, 13 September
2018
DAFTAR ISI
Kata pengantar...........................................................................................................
Daftar isi.....................................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN.........................................................................................
1.1...............................................................................................................................Lat
ar belakang...........................................................................................................
1.2...............................................................................................................................Ru
musan masalah.....................................................................................................
1.3...............................................................................................................................Tu
juan.......................................................................................................................
1.4...............................................................................................................................Ma
nfaat......................................................................................................................
BAB II PEMBAHASAN..........................................................................................
2.1. Konsep pembangunan kesehatan diindonesia.....................................................
2.2. Sistem pelayanan kesehatan dan kebijakan era otonomi daerah.........................
2.3. Pemberantasan penyakit menular dan penehatan lingkungan pemukiman.........
BAB III PENUTUP..................................................................................................
3.1.Kesimpulan..........................................................................................................
3.2.Saran.....................................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Masalah kesehatan pada komunitas masih menjadi masalah utama kesehatan
masyarakat dunia, disamping mulai meningkatnya masalah penyakit menular dan
tidak menular. Penyakit menular tidak mengenal batas-batas daerah administratif,
sehingga pemberantasan penyakit menular memerlukan kerjasama antar daerah,
misalnya antar propinsi, kabupaten/kota bahkan antar negara.
Di berbagai negara, masalah penyakit menular dan kualitas lingkungan yang
berdampak terhadap kesehatan masih menjadi isu sentral yang ditangani oleh
pemerintah bersama masyarakat sebagai bagian dari misi peningkatan kesejahteraan
rakyatnya. Beberapa penyakit menular yang menjadi masalah utama di Indonesia
adalah penyakit HIV-AIDS, Tuberkulosis Paru, Malaria, Demam Berdarah (DBD),
Diare dan penyakit lainnya. Salah satu penyakit menular yang berbahaya dan bisa
menyebabkan kematian adalah penyakit HIV-AIDS. Jawa Timur menjadi provinsi
yang memiliki jumlah kasus HIV-AIDS tertinggi ketiga setelah DKI Jakarta dan
Papua dengan jumlah kasus sebanyak 2.110 HIV-AIDS. Sementara jumlah kasus
HIV-AIDS di Indonesia sebanyak 18.913 (Ditjen PP dan PL Kemenkes RI, 2012).
Selain itu, Jawa Timur merupakan peringkat kedua di Indonesia dalam  kasus
Tuberkulosis (TB) tertinggi (Dinkes, 2012).
Pemerintah melakukan berbagai upaya untuk mencegah dan mengendalikan
penyebaran penyakit menular tersebut, antara lain dengan menyediakan fasilitas
kesehatan seperti Rumah Sakit baik milik pemerintah maupun swasta dan Puskesmas.
Upaya tersebut diselenggarakan dengan menitikberatkan pada pelayanan untuk
masyarakat luas guna mencapai derajat kesehatan yang optimal tanpa mengabaikan
mutu pelayanan kepada perorangan (Depkes, RI 2004).
Usaha pencegahan penyakit secara umum dikenal berbagai strategi
pelaksanaan yang tergantung pada jenis, sasaran serta tingkat pencegahan. Dalam
strategi penerapan ilmu kesehatan masyarakat dengan prinsip tingkat pencegahan
seperti tersebut di atas, sasaran kegiatan diutamakan pada peningkatan derajat
kesehatan individu dan masyarakat,  perlindungan terhadap ancaman dan gangguan
kesehatan, penanganan dan pengurangan gangguan serta masalah kesehatan, serta
usaha rehabilisasi lingkungan.       

2. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Program-Program Kesehatan/Kebijakan Dalam Menanggulangi
Masalah Kesehatan Di Indonesia?
2. Bagaimana Konsep Pembangunan Kesehatan Di Indonesia?
3. Bagaimana Sistem Pelayanan Kesehatan Dan Kebijakan Era Otonomi
Daerah?
4. Bagaimana Pemberantasan Penyakit Menular Dan Penyehatan Lingkungan
Pemukiman?

3. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mahasiswa mampu memahami program-program kesehatan/kebijakan dalam
menanggulangi masalah kesehatan di Indonesia
2. Tujuan Khusus
1. Mahasiswa mampu memahami konsep pembangunan kesehatan di
Indonesia
2. Mahasiswa mampu memahami sistem pelayanan kesehatan dan kebijakan
era otonomi daerah
3. Mahasiswa mampu memahami upaya pemberantasan penyakit menular
dan penyehatan lingkungan pemukiman

3. Manfaat
Mahasiswa mampu memahami meteri tentang program-program
kesehatan/kebijakan dalam menanggulangi masalah kesehatan di Indonesia sehingga
mahasiswa dapat mengerti dan mengaplikasikannya dalam tindakan keperawatan.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Konsep Pembangunan Kesehatan Di Indonesia


Pembangunan Kesehatan merupakan bagian dari pembangunan yang bertujuan
meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan masyarakat untuk hidup sehat
bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-
tingginya. Pembangunan kesehatan tersebut merupakan upaya seluruh potensi bangsa
Indonesia baik masyarakat, swasta, maupun pemerintah.

1. Tujuan Pembangunan Kesehatan Di Indonesia


Tujuan pembangunan kesehatan menuju Indonesia sehat adalah
meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang
agar terwujud derajat kesahatan masyarakat yang optimal melalui terciptanya
masyarakat, bangsa dan Negara Indonesia yang ditandai oleh penduduknya hidup
dalam lingkungan dan dengan prilaku yang sehat, memiliki kemampuan untuk
menjangkau pelayanan kesehatan yang bermutu secara adil dan merata, serta
memiliki derajat kesehatan yang optimal diseluruh wilayah Republik Indonesia.

2. Paradigma Sehat
Paradigma sehat adalah cara pandang, pola pikir, atau model pembanguan
kesehatan yang memandang masalah kesehatan saling terkait dan mempengaruhi
banyak faktor yang bersifat lintas sektoral dengan upaya yang lebih diarahkan
pada peningkatan, pemeliharaan, serta perlindungan kesehatan, tidak hanya pada
upaya penyembuhan penyakit atau pemulihan kesehatan.
3. Misi dan Visi Indonesia Sehat
VISI  : Indonesia Sehat
MISI  :
a) Menggerakkan pembangunan nasional berwawasan kesehatan.
b) Mendorong kemandirian masyarakat untuk hidup sehat
c) Memelihara dan meningkatkan pelayanan kesehatan yang bermutu, merata
dan terjangkau
d) Memelihara dan meningkatkan kesehatan individu, keluarga dan masyarakat
beserta lingkungannya.

4. Ciri Ciri Masyarakat Yang Sehat


a) Peningkatan kemampuan masyarakat untuk hidup sehat.
b) Mengatasi masalah kesehatan sederhana melalui upaya peningkatan,
pencegahan, penyembuhan penyakit dan pemulihan kesehatan.
c) Peningkatan upaya kesehatan lingkungan terutama penyediaan sanitasi dasar
yang dikembangkan dan dimanfaatkan oleh masyarakat untuk meningkatkan
mutu lingkungan hidup.
d) Peningkatan status gizi masyarakat berkaitan dengan peningkatan status sosial
ekonomi masyarakat.
e) Penurunan angka kesakitan dan kematian dari berbagai sebab dan penyakit

5. Indikator Yang Berhubungan Dengan Kesehatan Masyarakat


Menurut WHO beberapa indikator dari masyarakat sehat adalah degan
keadaan yang berhubungan dengan status kesehatan masyarakat, meliputi:
a. Indikator komprehensif- angka kematian kasar menurun, meliputi :
 Rasio angka mortalitas proporsial rendah
 Umur harapan hidup meningkat
b. Indikator spesifik- angka kematian ibu dan anak menurun, meliputi :
 Angka kematian karena penyakit menular menurun.
 Indikator pelayanan kesehatan, meliputi :
o Rasio antara tenaga kesehatan dan jumlah penduduk seimbang.
o Distribusi tenaga kesehatan merata.
o Informasi lengkap tentang jumlah tempat tidur di rumah sakit,
fasilitas kesehatan lain, dsb.
o Informasi tentang jumlah sarana pelayanan kesehtan
diantaranya rumah sakit, puskesmas, rumah bersalin, dsb.

6. Faktor Faktor Penyebab Terjadinya Masalah Di Indonesia


a) Faktor lingkungan
a. Kurangnya peran serta masyarakat dalam mengatasi kesehatan
(masalah-masalah kesehatan).
b. Kurangnya sebagian besar rasa tanggung jawab masyarakat dalam
bidang kesehatan.
b) Faktor perilaku dan Gaya Hidup masyarakat Indonesia
a. Masih banyak insiden atau kebiasaan masyarakat yang selalu
merugikan dan membahayakan kesehatan mereka.
b. Adat istiadat yang kurang atau bahkan tidak menunjang kesehatan.
c) Faktor sosial ekonomi
a. Tingkat pendidikan masyarakat di Indonesia sebagian besar masih
rendah.
b. Kurangnya kesadaran dalam pemeliharaan kesehatan. Budaya sadar
sehat belum merata ke sebagian penduduk Indonesia.
c. Tingkat social ekonomi dalam hal ini penghasilan juga masih rendah
dan memprihatinkan.
d) Faktor pelayanan kesehatan
a. Cakupan pelayanan kesehatan belum menyeluruh dimana ada sebagian
propinsi di indonsia yang belum mendapat pelayanan kesehatan
maksimal dan belum merata.
b. Upaya pelayanan kesehatan sebagian masih beriorientasi pada upaya
kuratif.
c. Sarana dan prasarana belum dapat menunjang pelayanan kesehatan.

7. Strategi Dan Program Pembangunan Kesehatan Di Indonesia  


Strategi pembangunan kesehatan untuk mewujudkan Indonesia Sehat tahun
2010 adalah sebagai berikut.
1. Pembangunan Nasional Berwawasan Kesehatan
Semua kebijakan pembengunan nasional yang sedang akan diselenggarakan
harus memiliki wawasan kesehatan. Artinya program pembangunan nasional
harus memberikan konstribusi yang positif terhadap kesehatan, setidak-
tidaknya terdapat dua hal, di antaranya:  
a) Pembentukan lingkungan sehat.
b) Pembentukan perilaku sehat
Untuk terselenggarakannya pembangunan berwawasan kesehatan perlu
dilaksanakan kegiatan sosialisasi, orientasi, kampanye, dan pelatihan.
Sehingga semua pihak terkait memahami dan mampu melaksanakan
pembangunan berwawwasan Internasional.
2. Determinan yang berpengarah dalan perencanaan tenaga kesehatan
diantaranya adalah sebagai berikut.
a) Perkembangan penduduk.
b) Pertumbuhan ekonomi.
c) Kebjaksanaan di bidang kesehatan antara lain: upaya peningkatan
kelas rumah sakit dan deregulasi bidang rumah sakit upaya
peninhkatan mutu unit-unit pelayanan kesehatan, swadaya unit
pelayanan kesehatan, serta pengembangan sector swasta (nasional dan
asing).
Dalam penentuan atau perencanaan kebutuhan tenaga kesehatan
didasarkan atas pertimbangan kombinasi dari tiga prinsip, yaitu:
memerhatikan rasio tenaga dengan penduduk; permintaan dan kecenderungan
epidemiologi di lapangan; serta determinan yang ada. Namun, untuk negara
Indonesia yang sangat beragam situasi dan kondisi daerahnya maka keadaan
geografi dan kepadatan penduduk merupakan factor determinan yang perlu
dipertimbangkan dalam perencanaan tentang kesehatan disamping determinan
yang disebutkan di atas. Ciri daerah yang sangat bervariasi merupakan satu
permasalahan tersendiri dalam melakukan perencanaan tenaga kesehatan
sehingga kemungkinan tidak dapat diperoleh satu formula yang dapat
digunakan untuk semua wilayah Indonesia.

8. Program Kesehatan Unggulan Di Indonesia


Ditetapkan 10 program kesehatn, sebagai berikut :
a) Program kebijakan kesehatan, pembiayaan kesehatan dan hokum
kesehatan.
b) Program perbaikan gizi.
c) Program pencegahan penyakit menular.
d) Program peningkatan prilaku hidup sehat dan kesehatan mental
e) Program lingkungan pemukiman, air dan udara sehat.
f) Program kesehatan keluarga, kesehatan reproduksi dan keluarga
berencana.
g) Program keselamatan dan kesehatan kerja.
h) Program anti tembakau, alcohol, dan madat.
i) Program pengawasan obat, bahan berbahaya, makanan.
j) Program pencegahan kecelakaan lalu lintas
9. Agenda Millenium Deffelopment Goals (Mdgs)
Adapun kelima agenda tersebut adalah:
a) Agenda ke 1 memberantas kemiskinan dan kelaparan.
b) Agenda ke 4 menurunkan angka kematian anak.
c) Agenda ke 5 meningkatkan kesehatan ibu
d) Agenda ke 6 memerangi HIV/AIDS, Malaria dan penyakit lainnya.
e) Agenda ke 7 melestarikan lingkungan hidup

10. Indikator Keberhasilan Pembangunan Kesehatan Kia


a. Indikator Input : Dapat dilihat dari kebijaksanaan manajemen ( Man, Money,
Material, Method, dsb ).Struktur organisasi serta kondisi keadaan masyarakat
pada saat ini :
a. Komitmen politik  mengenai kesehatan bagi semua.
b. Alokasi sumber daya, pembiayaan Kesehatan 5% dari total pembayaan
nasional dan pembiayaan pembangunan daerah.
c. Penyebaran Pendapatan
d. Angka melek huruf orang dewasa.
e. Ketersediaan sarana kesehatan, Penyebaran dan penggunaannya.
f. Tingkat pertumbuhan penduduk
g. Penduduk yang ikut JPKM
h. Kerangka Organisasi dan proses manajerial.
b. Indikator Proses : Adanya kemajuan dalam proses manajemen baik dalam
perencanaan, organisasi, staffing, koordinasi, pelaporan dan pembiayaan,
misalnya :
a. Keterlibatan masyarakat dalam mencapai kesehatan bagi semua.
b. Tingkat desentralisasi pengambilan keputusan, pengembangan dan
penetapan suatu proses manajerial bagi pembangunan kesehatan nasional
atau pembangunan daerah.
c. Wanita hamil yang memeriksakan kehamilan
d. Penduduk yang tidak merokok dan tidak minum minuman keras.
3. Indikator Output : Misalnya :
a. Cakupan :
a) Cakupan pelayanan kesehatan dasar.
b) Cakupan pelayanan rujukan.
b. Status kesehatan :
a) Status gizi dan perkembangan Psikososial anak
b) Angka kematian bayi, angka kematian anak, umur harapan hidup
waktu lahir dan angka kematian ibu.
4. Pengertian Paradigma Sehat
a. Paradigma Sehat adalah cara pandang, pola pikir, atau model
pembangunan kesehatan yang bersifat holistik.
b. Melihat masalah kesehatan yang dipengaruhi oleh banyak faktor yang
bersifat lintas sektor.
c. Upayanya lebih diarahkan pada peningkatan, pemeliharaan dan
perlindungan kesehatan.
d. Bukan hanya panyembuhan orang sakit atau pemulihan kesehatan
5. Perubahan Paradigma
a. Paradigma Sakit: upaya membuat orang sakit  menjadi sehat.
b. Paradigma Sehat: upaya membuat orang sehat tetap sehat.
c. Paradigma Sehat : upaya promotif dan preventif tanpa mengesampingkan
upaya kuratif dan rehabilitatif
6. Latar Belakang
a. Kesehatan hak azasi manusia, menentukan kualitas hidup SDM.
b. Kesehatan karunia Tuhan, perlu disyukuri.
c. Kesehatan dipengaruhi banyak faktor, yang utama lingkungan dan
perilaku.
d. UU No. 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan pasal 3 menyebutkan bahwa
tujuan pembangunan kesehatan adalah untuk meningkatkan kesadaran,
kemauan dan kemampuan bagi setiap orang agar terwujud derajat
kesehatan yang optimal.
7. Visi Kesehatan
Untuk mewujudkan paradigma sehat tersebut ditetapkan visi, yaitu gambaran,
prediksi atau harapan tentang keadaan masyarakat Indonesia pada masa yang
akan datang..

B. Sistem pelayanan kesehatan dan kebijakan Era otonomi daerah


1. Sistem pelayanan kesehatan
Pelaksanaan otonomi daerah yang luas di seluruh wilaya indonesia mulai
dilakukan setelah keluarnya undanh-undang no 22 tahun 1999 yang kemudian di-
ubah dengan uu no 32 tahun 2004 dan perubahan terakhir dalam uu no.12 tahun
2008. Pada uu memberikan perluasan wewenang kepada pemerintah tempatan
untuk menjalankan berbgai aktifitas yang selama ini telah dilaksanakan oleh
pemerintah pusat. Otonomi daerah ini, dari sudut pelayanan publik dianggap
sebagai usaha untuk mengurangkan halangan bitokrasi yang sering menyebabkan
pelayanan informasi publik memakan masa dan mahal. Oleh yang demikian,
pemerintah tem-patan dikehendaki supaya dapat meneydiakan pelayanan yang
lebih bekualitas tinggi, dalam arti kata yang lebih berorientasi kepada aspirasi
rakyat.
Badan layanan umum adalah instansi dilingkungan pemerintah yang dibentuk
untuk memberikan pelayanan kepada masyarakat berupa penyediaan barang dan
jasa yang dijual tanpa mengutamakan mencari keuntungan dan dalam melakukan
kegiatannya didasarkan pada prinsip efesisensi dan produktivitas, berdasarkan
peraturan pemerintyah No:23 tahun 2005 tengtang pengelolaan keuangan badan
layanan umum, tujuan BLU adalah meningkatkan pelayanan kepada masyrakat
dalam rangka memajukan kesejahteraan umum dan mencerdaskan kehidupan
bangsa dengan memberikan fleksibilitas dalam pengelolaan keuangan
berdasarkan prinsip ekonomi dan produktivitas dan penerapan praktik bisnis yang
sehat. Praktik bisnis yang sehat artinya berdasarkan kaidah manajemen yang baik
mencakup perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaa, pengendalian dan
pertanggung jawaban.
Secara umum asas badan layanan umum adalah pelayanan umum yang
pengelolaanya berdasawarkan kewenangan yang didelegasikan, tidak terpisah
secara hukum dari istansi induknya, rumah sakit adalah salah satu saran kesehatan
tempat menyelenggarakan upaya kesehatan dengan mengfungsikan berbagai
kesatuan personel terkatih dan tedidik dalam menghadapi dan menangani masalah
medik untuk pemulihan dan pemeliharaan kesehatan yang baik.
Kebijakan kesehatan sendiri merupakan acuan bagi pelaksanaan tugas tugas
mengurus dan mengatur oleh pemrintah dalam rangka kewajiban negara
merealisasikan hak atas derajat kesehatan yang optimal. Kebijakan kesehatan
memiliki landasan hukumnya undang undang nomor 36 tahun 2009.
System pelayanan kesehatan yang ada di daerah saat ini terdiri dari
beberapa rumah sakit daerah, puskesmas dan beberapa puskesmas pembantu.
Tercatat jumlah Puskesmas seluruh Indonesia sebanyak 7.237 unit, Puskesmas
Pembantu 21.267 unit, Puskesmas keliling 6.392 unit. Sementara untuk rumah
sakit sebanyak 1.215 unit (420 milik pemerintah; 605 milik swasta; 78 milik
BUMN; 112 milik TNI/POLRI). Rasio sarana dan prasarana kesehatan di luar
pulau jawa lebih baik dari di pulau Jawa, tetapi keadaan transportasi di luar pulau
Jawa jauh lebih buruk daripada di pulau Jawa. Diperkirakan baru 30% penduduk
yang memanfaatkan Puskesmas dan Puskesmas Pembantu.

2. Kebijakan Era Otonomi Daerah


Kebijakan otonomi daerah dan otonomi di bidang kesehatan membawa
implikasi terhadap perubahan sekaligus tantangan bagi penyelenggaraan
pelayanan kesehatan, termasuk rumah sakit. Salah satu perubahan yang terjadi di
dalam pengelolaan rumah sakit adalah berubahnya sistem pengelolaan keuangan
menjadi rumah sakit swadana. Perubahan rumah sakit menjadi swadana baik
secara langsung maupun secara tidak langsung akan berakibat bergesernya rumah
sakit dari fungsi sosial murni berubah menjadi fungsi sosioekonomi.
Rumah sakit pemerintah merupakan salah satu unit yang mempunyai
keharusan mengembangkan unit kerjanya semaksimal dan seoptimal mungkin,
banyak cercaan dan makian yang diterima oleh rumah sakit pemerintah karena
kelambatan penanganan dan jeleknya pelayanan, hal ini terjadi dikarenakan
adanya keterbatasan dana yang dimiliki oleh rumah sakit pemerintah khususnya
yang berada di daerah.
Rumah sakit pemerintah pada saat ini masih banyak yang berbentuk badan
hukum swadana. Hal ini sangat menyulitkan rumah sakit untuk berkembang
menjadi lebih baik. Pada rumah sakit yang berbentuk swadana biasanya
manajemen keuangannya sebagian masih disubsidi oleh pemerintah, namun selain
itu sebenarnya rumah sakit berhak untuk mengelola keuangan atas keuntungan
yang di dapat dari pelayanan terhadap masyarakat, namun pada kenyataannya
keuntungan yang di dapat tidaklah banyak, sehingga menyulitkan rumah sakit
untuk berkembang, Selain itu dalam memenuhi kebutuhannya khususnya dalam
pengadaan barang kesehatan memerlukan birokrasi yang berbelit-belit karena
diharuskan mengajukan pengajuan anggaran kepada pemerintah yang terkadang
sangat memerlukan waktu yang lama.
Pengembangan sumber daya dan fasilitas rumah sakit dapat didukung dengan
sistem manajemen organisasi rumah sakit, dengan dinormatifkannya Undang-
Undang No. 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara membuka peluang
baru dalam mekanisme basis manajemen rumah sakit dilingkungan pemerintah,
pada Pasal 68 dan 69 pada Undang-Undang tersebut menyatakan bahwa instansi
pemerintah yang tugas dan pokok serta fungsinya memberikan pelayanan kepada
masyarakat dapat menerapkan pengelolaan keuangan yang fleksibel dengan
menonjolkan produktivitas, efisiensi, dan efektivitas.
Dengan adanya aturan terhadap pengelolaan manajemen rumah sakit dengan
bentuk swadana, Rumah sakit yang berbentuk swadana di dorong untuk dirubah
menjadi rumah sakit dengan bentuk Badan Layanan Umum Daerah (BLUD),
prinisp-prinsip tersebut diharapkan dapat menjadi langkah awal dalam
pembaharuan manajemen keuangan sektor publik demi meningkatkan pelayanan
pemerintah kepada masyarakat.

C. Pemberantasan Penyakit Menular dan Penyehatan Lingkungan


Pemukiman
Program Pemberantasan Penyakit Menular
1. Tujuan :
a. Program ini bertujuan menurunkan angka kesakitan, kematian, dan kecacatan
akibat penyakit menular dan tidak menular.
b. Penyakit menular yang diprioritaskan dalam program ini adalah: malaria,
demam berdarah dengue, tuberkulosis paru, HIV/ AIDS, diare, polio, filaria,
kusta, pneumonia, dan penyakit-penyakit yang dapat dicegah dengan
imunisasi (PD3I), termasuk penyakit karantina dan risiko masalah kesehatan
masyarakat yang memperoleh perhatian dunia internasional (public health risk
of international concern).
c. Penyakit idak menular yang diutamakan adalah: penyakit jantung, kanker,
diabetes melitus dan penyakit metabolik, penyakit kronis dan degeneratif,
serta gangguan akibat kecelakaan dan cedera.
2. Sasaran
a. Persentase desa yang mencapai Universal Child Immunization (UCI) sebesar
98%.
b. Angka Case Detection Rate penyakit TB sebesar 70% dan angka keberhasilan
pengobatan TB di atas 85%.
c. Angka Acute Flaccid Paralysis (AFP) diharapkan ≥ 2/100.000 anak usia
kurang dari 15 tahun.
d. Penderita Demam Berdarah Dengue (DBD) yang ditangani sebesar 80%.
e. Penderita malaria yang diobati sebesar 100%
f. CFR diare pada saat KLB adalah < 1,2%.
g. ODHA (Orang Dengan HIV AIDS) mendapat pengobatan ART sebanyak
100%.
h. Tersedianya dan tersosialisasikannyakebijakan dan pedoman, serta hukum
kesehatan penunjang program yang terdistribusi hingga ke desa.
i. Terselenggaranya sistem surveilans dan kewaspadaan dini serta
penanggulangan Kejadian Luar Biasa (KLB)/ wabah secara berjenjang hingga
ke desa.
3. Kebijakan Pelaksanaannya, yaitu:
a. Pencegahan dan pemberantasan penyakit diarahkan untuk mendorong peran,
membangun komitmen, dan menjadi bagian integral pembangunan kesehatan
dalam mewujudkan manusia Indonesia yang sehat dan produktif terutama bagi
masyarakat rentan dan miskin hingga ke desa.
b. Pencegahan dan pemberantasan penyakit diselenggarakan melalui
penatalaksanaan kasus secara cepat dan tepat, imunisasi, peningkatan perilaku
hidup bersih dan sehat, serta pengendalian faktor risiko baik di perkotaan dan
di perdesaan.
c. Pencegahan dan pemberantasan penyakit diarahkan untuk mengembangkan
dan memperkuat jejaring surveilans epidemiologi dengan fokus pemantauan
wilayah setempat dan kewaspadaan dini, guna mengantisipasi ancaman
penyebaran penyakit antar daerah maupun antar negara yang melibatkan
masyarakat hingga ke desa.
d. Pencegahan dan pemberantasan penyakit diarahkan untuk mengembangkan
sentra rujukan penyakit, sentra pelatihan penanggulangan penyakit, sentra
regional untuk kesiapsiagaan penanggulangan KLB/ wabah.
e. Pencegahan dan pemberantasan penyakit diarahkan untuk memantapkan
jejaring lintas program, lintas sektor, serta kemitraan dengan masyarakat
termasuk swasta untuk percepatan program pencegahan dan pemberantasan
penyakit menular melalui pertukaran informasi, pelatihan, pemanfaatan
teknologi tepat guna, dan pemanfaatan sumberdaya lainnya.
f. Pencegahan dan pemberantasan penyakit diarahkan untuk dilakukan melalui
penyusunan, review, sosialisasi, dan advokasi produk hukum penyelenggaraan
program pencegahan dan pemberantasan penyakit di tingkat pusat hingga
desa.
g. Pencegahan dan pemberantasan penyakit diarahkan untuk meningkatkan
profesionalisme sumberdaya manusia di bidang pencegahan dan
pemberantasan penyakit sehingga mampu menggerakkan dan meningkatkan
partisipasi masyarakat secara berjenjang hingga ke desa.
h. Pencegahan dan pemberantasan penyakit diarahkan untuk meningkatkan
cakupan, jangkauan, dan pemerataan pelayanan penatalaksanaan kasus
penyakit secara berkualitas hingga ke desa.
4. Langkah-langkah pemberantasan penyakit menular yaitu:
a. Mengumpulkan dan menganalisa data tentang penyakit.
b. Melaporkan penyakit menular.
c. Menyelidiki di lapangan untuk mengetahui benar atau tidaknya laporan yang
masuk untuk menemukan kasus-kasus lagi dan untuk mengetahui sumber
penularan.
d. Menyembuhkan penderita hingga ia tidak lagi menjadi sumber infeksi.
e. Pemberantasan vektor (pembawa penyakit)
f. Pendidikan kesehatan.
5. Cara-cara pencegahan penyakit menular secara umum, yaitu :
a. Mempertinggi nilai kesehatan.
b. Ditempuh dengan cara usaha kesehatan (hygiene) perorangan dan usaha
kesehatan lingkungan (sanitasi).
c. Memberi vaksinasi/imunisasi
d. Merupakan usaha untuk pengebalan tubuh. Ada dua macam, yaitu :
a. Pengebalan aktif, yaitu dengan cara memasukkan vaksin ( bibit penyakit
yang telah dilemahkan), sehingga tubuh akan dipaksa membuat antibodi.
Contohnya pemberian vaksin BCG, DPT, campak, dan hepatitis.
b. Pengebalan pasif, yaitu memasukkan serum yang mengandung antibodi.
Contohnya pemberian ATS (Anti Tetanus Serum).
6. Pemeriksaan kesehatan berkala
Merupakan upaya mencegah munculnya atau menyebarnya suatu penyakit, sehingga
munculnya wabah dapat dideteksi sedini mungkin. Dengan cara ini juga, masyarakat
bisa mendapatkan pengarahan rutin tentang perawatan kesehatan, penanganan suatu
penyakit, usaha mempertinggi nilai kesehatan, dan mendapat vaksinasi.

Penyakit- Penyakit Menular Pada Manusia


1. Malaria
Malaria adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh sejenis protozoa dari kelas
sporozoa, genus Plasmodium. Ada 4 spesies Plasmodium yang dapat menimbulkan
penyakit pada manusia, yaituPlasmodium vivax, Plasmodium falciparum,
Plasmodium malariae, plasmodium ovale. Penularan penyakit melalui gigitan
nyamuk Anopheles betina yang membawa sporozoid infektif. Penularan lainnya
adalah melalui trarisfusi darah, plasenta ibu atau jarum suntik. Penularan yang bukan
melalui gigitan nyamuk, protozoa menginfeksi penderita bukan dalam bentuk
sporozoid, tetapi dalam bentuk tropozoid.
Pencegahan yang dapat dilakukan adalah :
a. Mengobati penderita dan orang yang dalam tubuhnya mengandung parasit
malaria.
b. Memberantas sarang nyamuk.
c. Memberantas nyamuk.
d. Dan mencegah gigitan nyamuk.
2. HIV/AIDS
HIV merupakan sebuah retrovirus yang memiliki genus lentivirus, genus ini
memiliki tipe klinis seperti sumber penyakit infeksi yang kronis, periode laten klinis
yang panjang, replikasi virus yang persisten dan terlibat dalam sistem saraf pusat.
Virus ini berbeda dengan virus lain karena tubuh manusia tidak dapat menyingkirkan
virus ini. HIV menyebar melalui cairan tubuh dan memiliki cara khas dalam
menginfeksi sistem kekebalan tubuh manusia terutama sel CD4 atau sel-T. AIDS
merupakan kumpulan gejala atau penyakit yang disebabkan oleh menurunnya
kekebalan tubuh akibat infeksi oleh virus HIV. AIDS merupakan stadium ketika
sistem imun penderita jelek dan penderita menjadi rentan terhadap infeksi yang
dinamakan infeksi oportunistik. Pada individu yang terinfeksi HIV dengan jumlah
CD4 < 200μL juga merupakan definisi AIDS meskipun tanpa adanya gejala yang
terlihat atau infeksi oportunistik.
Program pemberantasan HIV AIDS, yaitu:
a. Voluntary Counseling and Test (VCT)
Konseling dalam VCT adalah kegiatan konseling yang menyediakan dukungan
psikologis, informasi dan pengetahuan HIV/AIDS, mencegah penularan HIV,
mempromosikan perubahan perilaku yang bertanggungjawab, pengobatan
antiretroviral (ARV) dan memastikan pemecahan berbagai masalah terkait dengan
HIV/AIDS yang bertujuan untuk perubahan perilaku ke arah perilaku lebih sehat dan
lebih aman (Pedoman Pelayanan VCT, 2006).
1. Program Terapi Rumatan Metadone (PTRM)
Metadon bukan terapi untuk menyembuhkan ketergantugan heroin, terapi ini
membuat pola kebiasaan baru, kesempatan berpikir, bekerja, menimbang, dan
memilih bagi penggunanya tanpa kekuatiran akan terjadinya gejala putus heroin, dan
membantu klien memutuskan hubungan dari lingkaran pengguna heroin. Prinsipnya
adalah adanya perubahan perilaku.
Manfaat metadon yaitu membuat stabil mental emosional klien sehingga dapat
menjalani hidup normal, penggunaan metadon lebih murah daripada penggunaan
heroin, metadon dapat mendorong klien hidup sehat, penggunaan metadon dapat
membuat klien meninggalkan kebiasaan berbagi peralatan suntik sehingga
menurunkan resiko penularan HIV/AIDS, Hepatitis C/B, memungkinkan klien
mengatasi masalah putus heroin dengan sedikit lebih nyaman, menurunkan tindak
criminal.
2. Program Penyediaan Jarum Suntik dan Pemusnahan Jarum Suntik Bekas
(Perjasun)
Perjasun adalah suatu rangkaian kegiatan dalam penyediaan dan pemberian
paket jarum suntik steril di Puskesmas bagi penasun, serta pemusnahan limbah jarum
suntik bekas yang telah diamankan. Program ini juga meliputi pendidikan, pemberian
informasi, dan komunikasi untuk mengubah perilaku beresiko dalam rangka
pencegahan infeksi menular lewat darah.
3. Prevention Mother to Child Transmission (PMTCT)
Program untuk pencegahan penularan dari ibu ke anak (PMTCT) HIV
termasuk pemeriksaan antenatal HIV dan councelling, menghindari kehamilan yang
tidak diinginkan, penyediaan antiretroviral (ARV) bagi ibu-ibu dan bayi baru lahir,
dan dukungan untuk pilihan pemberian makanan bayi yang lebih aman dan praktek.
4. Program TB-HIV Care, Support and Treatment (CST) di RS Rujukan
HIV-AIDS
Memulai terapi HIV dan TB secara bersamaan memperbaiki ketahanan hidup
dengan pengobatan secara bersamaan dikaitkan dengan kurang lebih 65% penurunan
kemungkinan kematian, bahkan apabila memperhitungkan faktor lain. Para peneliti
mencatat bahwa manfaat ketahanan hidup secara khusus terbukti tak lama setelah
mulai pengobatan, dengan pengobatan secara bersamaan dikaitkan dengan risiko
kematian yang 85% lebih rendah setelah enam bulan dan 67% setelah 12 bulan.
Walaupun menarik, para peneliti tidak dapat menyimpulkan bahwa itu adalah
manfaat yang sesungguhnya dari pengobatan secara bersamaan dan bukan hasil dari
dampak pembaur yang tidak diketahui.

3. Tuberculosis (TBC)
Tuberkulosis adalah penyakit infeksi spesifik pada manusia dan hewan.
Penyebab tuberculosis adalah Mycobacterium tuberculosis, Mycobacterium bovis,
Mycobacterium avium, dan mycobacter ium microti. Gejala umum penderita penyakit
ini adalah lemah badan, penurunan berat badan, meningkatnya suhu tubuh,
berkeringan malam hari.
Adapun gambaran program untuk penyakit Tuberkulosis di Indonesia,
meliputi :
a. Strategi Nasional Pengendalian TB di Indonesia  2010-2014. Strategi nasional
program pengendalian TB nasional terdiri dari 7 strategi:
1. Memperluas dan meningkatkan pelayanan DOTS yang bermutu.
2. Menghadapi tantangan TB/HIV, MDR-TB, TB anak dan kebutuhan
masyarakat miskin serta rentan lainnya.
3. Melibatkan seluruh penyedia pelayanan pemerintah, masyarakat (sukarela)
perusahan dan swasta melalui pendekatan pelayanan TB Terpadu
Pemerintah dan Swasta (Public-Private Mix) dan menjamin kepatuhan
terhadap standar internasional penatalaksanaan TB (Internasional
Standards for TB Care).
4. Memberdayakan masyarakat dan pasien TB.
5. Memberikan kontribusi dalam penguatan sistem keehatan dan manajemen
program pengendalian TB.
6. Mendorong komitmen pemerintah pusat dan daerah terhadap program TB.
7. Mendorong penelitian, pengembangan dan pemanfaatan informasi
strategi.
Strategi nasional program pengendalian TB nasional tahun 2015-2019
merupakan pengembangan strategi nasional sebelumnya denganbeberapa
pengembangan strategi baru untuk mengahadapi target dan tantnagan yang lebih
besar.
b. Kegiatan
1. Tatalaksana TB Paripurna
a) Promosi Tuberkulosis
b) Pencegahan Tuberkulosis
c) Penemuan pasien Tuberkulosis
d) Rehabilitasi pasien Tuberkulosis
2. Pengendalian TB Komprehensif
a) Pembuatan layanan laboratorium Tuberkulosis
b) Public-Private Mix Tuberkulosis
c) Kelompok rentan: pasien diabetes militusn (DM), ibu hamil, gizi
buruk
d) Kolaborasi TB-HIV
e) TB anak
f) Pemberdayaan masyarakat dan pasien TB
g) Pendekatan Praktis Kesehatan Paru (Practicle Aproach to Lung Health
= PAL)
h) Manajemen Terpadu Pengendalian TB Resistan Obat (MTPTRO)
i) Penelitian Tuberkulosis

4. Toksoplasmosis
Toksoplasmosis adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh parasit sejenis
protozoa, subfilum Sporozoa, kelas Toxoplasmea, yaitu Toxoplasma gondii. Infeksi
parasit ini menimbulkan radang pada kulit, kelenjar getah bening, jantung, paru,
mata,otak,dan selaput otak. Kucing merupakan sumber perantara infeksi bagi
manusia. Kucing yang terinfeksi akan mengeluarkan tinja yang mengandung ookista
toxoplasma. Penularan dapat juga terjadi dengan adanya kontak antara kulit dengan
jaringan ekskreta binatang yang sakit. Penularan lain dapat pula terjadi pada pada
bayi/janin yang didapat dari ibu selama bayi tersebut dalam kandungan atau melalui
air susu.
Pencegahan penyakit dapat dilakukan dengan cara :
a) Memasak makanan dan minuman dengan sempurna
b) Mengobati hewan perantara, terutama kucing yang sakit
c) Menjaga kebersihan individu dan lingkungan.

5. Kolera
Kolera adalah penyakit akut yang sangat menular, disebabkan oleh suatu kuman
yang disebut Vibro comma. Penularan dapat secara langsung dari penderita melali
tinja atau muntah. Penularan terjadi melalui saluran pencernaan. Gejala yang umum
adalah penderita mengalmi diare dan muntah-muntah. Pada kasus diare, tinja mula-
mula berbentuk normal, kemudian berubah menjadi tidak berwarna lagi  lalu berbuih-
buih, akhirnya berbentuk seperti air beras. Untuk kasus muntah, muntahan pertama
biasanya berupa makanan, kemudian berubah menjadi bentuk seperti air beras.
Akibat adanya diare dan muntah ini, tubuh penderita akan kehilangan cairan tubuh.
Cara pencegahan adalah :
a) Mengisolasi penderita
b) Sterilisasi peralatan yang terkena tinja dan muntah penderita
c) Memberikan perlindungan sumber air minum
d) Memasak makanan dan minuman secara benar
e) Menghindari tercemarnya makanan
f) Menjaga kebersihan kelompok
BAB III
PENUTUP

KESIMPULAN
Masalah kesehatan pada komunitas masih menjadi masalah utama kesehatan
masyarakat dunia, disamping mulai meningkatnya masalah penyakit menular dan
tidak menular. Penyakit menular tidak mengenal batas-batas daerah administratif,
sehingga pemberantasan penyakit menular memerlukan kerjasama antar daerah,
misalnya antar propinsi, kabupaten/kota bahkan antar negara.
Tujuan pembangunan kesehatan menuju Indonesia sehat adalah
meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang
agar terwujud derajat kesahatan masyarakat yang optimal melalui terciptanya
masyarakat, bangsa dan Negara Indonesia yang ditandai oleh penduduknya hidup
dalam lingkungan dan dengan prilaku yang sehat, memiliki kemampuan untuk
menjangkau pelayanan kesehatan yang bermutu secara adil dan merata, serta
memiliki derajat kesehatan yang optimal diseluruh wilayah Republik Indonesia.

SARAN
Di Indonesia sudah dilakukan peraturan yang mengatur tentang kesehtan
seperti pada Menurut Kepmenkes RI No.
128/Menkes/SK/II/2004 puskesmas merupakan Unit Pelayanan Teknis Dinas
kesehatan kabupaten/kota yang bertanggung jawab menyelenggarakan pembangunan
kesehatan di suatu wilayah kerja. Hal ini menunjukkan bahwa Indonesia sangat
mengutamakan kesehatan.

DAFTAR PUSTAKA

Hudha, AM. 2010. Mewujudkan MDGs Pendidikan untuk Kemajuan Pendidikan


Masa Datang.: http://ejournal.umm.ac.id. (diakses pada 02 Juni 2013)
Iqbal Mubarak, Wahid and Chayatin, Nurul. 2008. Ilmu Kesehatan Masyarakat:
Teori dan Apikasi. Gresik : Salema Medika
Nurullah, Ahmad. 2012. Tantangan 2012 menuju MDGs. [On line].  http: ///J:
Pendidikan MDGs.htm. (diakses pada 02 juni 2013)
Setiawan, Benni. 2008. Agenda Pendidikan Nasional. Jogjakarya: Ar-ruz Media
Group.
http://www.depkes.go.id/resources/download/profil/PROFIL_KES_PROVINSI_2012
/14_Pro
https://core.ac.uk/download/files/379/11705297.pdf
http://www.nationalplanningcycles.org/sites/default/files/country_docs/Indonesia/ind
onesian_minstry_of_health_strategic_plan_2010-2014.pdf
http://pppl.depkes.go.id/_asset/_regulasi/Permenkes_No._2349.pdf
Sinambela. 2010. Reputasi Pelayanan Publik, Bumi Aksara. Jakarta: Salemba Medika
World Health Organization (2000), Health Systems: Improving Performance. World
Health Report 2000. Geneva: World Health Organization.
Taher, Akmal, dkk. 2016. Pedoman Umum Progra Indonesia Sehat Dengan
Pendekatan Keluarga. Jakarta: Kementrian Kesehatan RI
Tim Redaksi Tata Nusa (2001). Petunjuk Peraturan Perundang-undangan Indonesia
1945-2000, Jakarta:Tata Nusa.

Anda mungkin juga menyukai