Ishma Ramadhani, 1904013, Close Fraktur Femur Dextra
Ishma Ramadhani, 1904013, Close Fraktur Femur Dextra
DI SUSUN OLEH :
ISHMA RAMADHANI
19.04.013
CI LAHAN CI INSTITUSI
( ) ( )
2019/2020
BAB 1
KONSEP MEDIS
A. DEFENISI
Fraktur adalah patah tulang, biasanya disebabkan oleh trauma atau tenaga fisik. Kekuatan
dan sudut dari tenaga tersebut, keadaan tulang, dan jaringanlunak disekitar tulang akan
menentukan apakah fraktur yang terjadi itu lengkap atau tidak lengkap. (Price & Wilson)
Fraktur adalah gangguan dari gangguan dari kontinuitas yang normal dari suatu tulang,jika
terjadi fraktur maka jaringan lunak di sekitarnya seringkali terganggu . radiografi sinar X dapat
menunjukan keberadaan cedera tulang ,tetap tidak mampu menunjukkan otot atau ligament
yang robek,saraf yang putus atau pembuluh darah yang pecah sehingga dapat menjadi
komplikasi pemulihan klien (Black dan Hawks, 2017)
Fraktur adalah terputusnya kontinuitas tulang, retak atau patahnya tulang yang utuh, yang
biasa di sebabkan oleh trauma / rudapaksa, atau tenaga fisik yang ditentukan jenis dan luas
trauma. Fraktur atau patah tulang adalah terptusnya kontinuitas jaringan dan atau tulang yang
umumnya disebabkan oleh ruda paksa
Fraktur adalah setiap retak atau patah pada tulang yang utuh. Kebanyakan fraktur di
sebapkan oleh trauma dimana terdapat tekanan yang berlebihan pada tulang , baik berupa
trauma langsung maupun tidak langsung.(Sjamsuhidajat dan Jong 2018)
Fraktur femur adalah terputusnya kontinuitas batang femur yang bisa terjadi akibat trauma
langsung (kecelakaan lalu lintas ,jatuh dari ketinggian dan biasanya lebih banyak dialami oleh
laki laki dewasa. Patah pada daerah ini dapat menimbulkan perdarahan yang cukup banyak
mengakibatkan penderita jatuh dalam syok (FKUI,2017:543)
Fraktur tertutup adalah fraktur yang fragmen tulangnya tidak menembus kulit atau tidak
menyebabpkan robeknya kulit sehingga tempat fraktur tidak tercemar lingkungan
B. ETIOLOGI
Tekanan berlebihan atau trauma langsung pada tulang menyebapkan suatu retakan sehingga
mengakibatkan kerusakan pada otot dan jaringan, kerusakan otot dan jaringan menyebapkan
perdarahan , hematoma. Lokasi retak mungkin hanya retakan pada tu;ang tanpa memindahkan
tulang manapun. Fraktur yang tidak terjadi di sepanjang tulang di anggap sebagai fraktur yang
tidaksempurna sedangkan fraktur yabg terjadi pada semua tulang yang patah di kenal sebagai
fraktur lengkap (Digiulio,Jackson dan Keogh,2017)
Fraktur di sebapkan oleh
1. TRAUMA
Dibagi menjadi dua, yaitu :
Trauma langsung, yaitu benturan langsung pada tulang. Biasanya penderita terjatuh dengan
posisi miring dimanakecelakaan di daerah trokhanter mayor langsung terbentur dengan
benda keras (jalanan).
Trauma tak langsung, yaitu luka titik tumpuan benturan dan fraktur berjauhan, misalnya
jatuh terpeleset di kamar mandi pada orangtua.
a. Fraktur terjadi ketika tekanan yang menimpa tulang lebih besar daripada daya tahan
tulang, seperti benturan dan cedera.
b. Fraktur terjadi karena tulang yang sakit, ini dinamakan fraktur patologi yaitu kelemahan
tulang akibat penyakit kanker atau osteoporosis
Tulang patah jaringan sekitar juga terpengaruh
edema jaringan lunak, perdarahan ke otot dan sendi, dislokasi sendi, rupture tendo,
kerusakan saraf dan kerusakan pembuluh darah
C. PATOFISIOLOGI
Fraktur dapat terjadi karena trauma/ruda paksa sehingga dapat menimbulakan luka terbuka
dan tertutup, fraktur luka terbuka memudahkan mikroorganisme masuk kedalam luka tersebut
dan akan mengakibatkan terjadinya infeksi, pada fraktur dapat memutuskan kontinuitas
jaringan sendi, tulang bahkan kulit pada fraktur terbuka sehingga merangsang nosiseptor
sekitar untuk mengeluarkan histamine, bradikinin dan prostaglandin yang akan merangsang
serabut A- Delta untuk menghantarkan rangsangan nyeri ke sumsum tulang belakang,
kemudian dihantarkan ke serabut-serabut saraf aferen yang masuk ke spinal melalui “dorsal
root” dan sinaps pada dorsal horn, impuls-impuls nyeri menyeberangi sumsum belakang pada
interneuron dan tersambung pada jalur spinal asendens yaitu spinotalamic tract (SST) dan
spinoreticuler tract (SRT). SST merupakan system yang diskriminatif yang membawah
informasi mengenai sifat dan lokasi dari stimulus kepada thalamus kemudian ke korteks untuk
di interpresentasikan sebagai nyeri.
Akibat nyeri menimbulkan keterbatasan gerak (mobilisasi) disebabkan nyeri bertambah bila di
gerakan dan nyeri juga meyebabkan enggan untuk bergerak termasuk toileting. Imobilisasi
sendiri mengakibatkan berbagai masalah, salah satunya decubitus , yaitu luka pada kulit akibat
penekanan yang terlalu lama pada daerah bone prominence. Perubahan struktur yang terjadi
pada tubuh dan perasaan akan ancaman akan integritas tubuh merupakan stressor psikologis
yang bisa menyebabkan kecemasan.
D. MANIFESTASI KLINIS
Nyeri hebat di tempat fraktur
Tak mampu menggerakkan ekstremitas bawah
Rotasi luar dari kaki lebih pendek
Diikuti tanda gejala fraktur secara umum, seperti : fungsi berubah, bengkak, krepitasi,
sepsis pada fraktur terbuka, deformitas.
E. KOMPLIKASI
1. Komplikasi awal
a. Syok
Syok hipovolemik atau traumatik, akibat pendarahan (baik kehilangan dara ekstrasel
maupun tak kelihatan ) dan kehilangan cairan ekstrasel ke jaringan yang rusak dapat
terjadipada fraktur ekstremitas, toraks, pelvis,dan vertebra karena tulang merupakan
organ yangsangat vaskuler, maka dapaler terjadi kehilangan darah dalam jumlah yang
besar sebagaiakibat trauma,khususnya pada fraktur femur pelvis.
2. Komplikasi lambat
Penyatuan terlambat atau tidak ada penyatuan.
Penyatuan terlambat terjadi bila penyembuhan tidak terjadi dengan kecepatan normal
untuk jenis dan tempat fraktur tertentu. Penyatuan terlambat mungkin berhubungan dengan
infeksi sistemik dan distraksi (tarikan jauh) fragmen tulang.
Tidak ada penyatuan terjadi karena kegagalan penyatuan ujung ujung patahan tulang. Pasien
mengeluh tidak nyaman dan gerakan menetap pada tempat fraktur. Faktor yang ikut
berperan dalam masalah penyatuan meliputi, infeksi pada tempat fraktur, interposisi
jaringan di antara ujung-ujung tulang, imobilisasi dan manipulasi yang tidak memadai yang
menghentikan pembentukan kalus, jarak yang terlalu jauh antara fragmen tulang (gap
tulang), kontak tulang yang terbatas dan gangguan asupan darah yang mengakibatkan
nekrosis avaskuler.(Nurarif,H.A.Kusuma,H.2018)
F. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Pemeriksaan Rontgen : menentukan lokasi/luasnya fraktur/trauma
2. Pemeriksaan Laboratorium:
a. Hb (Hemoglobin) mungkin meningkat (Hemokonsentrasi) atau juga dapat menurun
(perdarahan)
b. Leukosit meningkat sebagai respon stress normal setelah trauma
c. Kreatinin, trauma meningkatkan beban kreatinin untuk ginjal
d. Arteriogram, dilakukan bila kerusakan vaskuler dicurigai
G. PENATALAKSANAAN
Prinsip menangani ftaktur adalah mengembalikan posisi patahan ke posisi semula dan
mempertahankan posisi itu selama penyembuhan patah tulang. Cara pertama penanganan
adalah proteksi saja tanpa reposisi atau imobilisasi, misalnya menggunakan mitella . biasanya
di lakukan pada fraktur iga dan fraktur klavikula pada anak.cara kedua adalah imobilisasi luar
tanpa reposisi biasanya di lakukan pada patah tulang tungkai bawah tanpa dislokasi . cara
ketiga adalah reposisi dengan cara manipulasi yang diikuti dengan imobilisasi biasanya di
lakukan pada patah tulang radius distal. Cara keempat adalah reposisi dengan traksi secara
terus menerus selama masa tertentu. Hal ini di lakukan pada patah tulang yang apabila di
reposisi aka terdislokasi di dalam gips. Cara kelima adalah berupa reposisi yang di ikuti dengan
imobilisasi dengan fiksasi luar . cara keenam adalah berupa reposisi secara non operatif diikuti
dengan pemasangan fiksator tulang secara operatif. Cara ketujuh berupa reposisi secara operatif
diikuti dengan fiksasi interna yang biasa disebut dengan ORIF (open reducation internal
fixation).cara kedelapan berupa eksisi fragmen patahan tulang dengan prosthesis
(Sjamsuhidayat dkk2018)
H. PENCEGAHAN/PENGOBATAN
1. Faktor yang mempercepat penyembuhan fraktur
a. Imobilisasi fragmen tulang
b. Kontak fragmen tulang maksimal
c. Asupan darah yang memadai
d. Nutrisi yang baik
e. Latihan-pembebanan berat badan untuk tulang panjang
f. Hormon-hormon pertumbuhan, tiroid, kalsitonin, vitamin D, steroid anabolik
g. Potensial listrik pada patahan tulang
2. Faktor yang menghambat penyembuhan fraktur
b. Trauma lokal ekstensif
c. Kehilangan tulang
d. Imobilisasi tak memadai
e. Rongga atau jaringan di antara fragmen tulang
f. Infeksi
g. Keganasan local
h. Penyakit tulang metabolik
i. Radiasi tulang
j. Nekrosis avaskuler
k. Fraktur intraartikuler
l. Usia
m. Kortikosteroid (menghambat kecepatan perbaikan
BAB II
KONSEP DASAR KEPERAWATAN
A. Pengkajian
1. Aktivitas/istrahat
Tanda : keterbatasan/kehilangan fungsi pada bagian yang terkena (mungkin segera, fraktur itu
sendiri, atau terjadi secara sekunder, dari pembengkakan jaringan, nyeri)
2. Sirkulasi
Tanda : hipertensi (kadang-kadang terlihat sebagai respons terhadap nyeri/ansietas) atau
hipotensi (kehilangan darah)
Takikardia (respons stress, hipovolemia)
Penurunan/tak ada nadi pada bagian distal yang cedera, pengisian kapiler lambat, pucat pada
bagian yang terkena.
3. Neurosensori
Gejala : hilang gerakan/sensasi, spasme otot. Kebas/kesemutan (parastesis)
Tanda : deformitas local, angulasi abnormal, pemendekan, rotasi, krepitasi (bunyi berderit),
spasme otot, terlihat kelemahan/hilang fungsi
Agitasi (mungkin berhubungan dengan nyeri/ansietas atau trauma lain)
4. Nyeri/keamanan
Gejala : nyeri tiba-tiba pada saat cedera (mungkin terlokalisasi pada area jaringan/kerusakan
tulang, dapat berkurang pada imobilisasi), tak ada nyeri akibat kerusakan saraf. Sasme/kram
otot (setelah imobilisasi).
5. Keamanan
Tanda : laserasi kulit, avulse jaringan, perdarahan, perubahan warna
Pembengkakan local (dapat mengangkat secara bertahap atau tiba-tiba).
B. Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri akut berhubungan dengan spasme otot, gerakan fragmen tulang, alat traksi
2. Gangguan mobilitas berhubungan dengan kerusakan rangka neuromuskuler,
nyeri/ketidaknyamanan
3. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan fraktur terbuka, bedah perbaikan, imobilisasi
fisik
4. Kecemasan berhubungan dengan perubahan status kesehatan
5. Risiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan tidak adekuatnya perta-hanan primer;
kerusakan kulit, trauma jaringan, prosedur invasif,traksi tulang
C. Intervensi Keperawatan
1. Nyeri berhubungan dengan spasme otot, gerakan fragmen tulang, alat traksi
Tujuan :
- Menyatakan nyeri hilang
- Menunjukkan tindakan santai ; mampu berpartisipasi dalam
aktivitas/tidur/istirahat dengan tepat.
Intervensi :
a. Kaji tingkat nyeri
b. Pertahankan immobilisasi bagian yang sakit dengan tirah baring gips, pembebat, traksi
c. Tinggikan dan dukung ekstremitas yang terkena
d. Hindari penggunaan seprei/bantal plastic dibawah ekstremitas dalam gips
e. Berikan obat sesuai indikasi narkotik dan analgetik non narkotik
2. Gangguan mobilitas berhubungan dengan kerusakan rangka neuromuskuler,
nyeri/ketidaknyamanan.
Tujuan :
Black dan Hawks, 2017, Bedah dan Perawatannya, cetakan VI, Jakarta
Mariylnn E. (FKUI, 2017:543 ) Rencana Asuhan Keperawatan, edisi III. Jakarta ; EGC
Digiulio Jackson dan keogh, 2017, Perawatan Nyeri Untuk Paramedis, edisi revisi. Jakarta ; EGC
Nurarif, H. A. Kusuma, H. 2018. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis &
NANDA, NIC-NOC jilid 2 edisi 5. Jogjakarta ; Mediaction Jogja
PENYIMPANGAN KDM
FRAKTUR
DI SUSUN OLEH :
ISHMA RAMADHANI
19.04.013
CI LAHAN CI INSTITUSI
( ) ( )
2019/2020
Lampiran
7
PENILAIAN NYERI :
Nyeri : Tidak Ya, lokasi kaki kanan dan tangan kanan Intensitas (0-10) 4
Jenis : Akut Kronis
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
1. RIWAYAT KESEHATAN
a. S :Sign/symptoms (tanda dan gejala)
pasien mengatakan nyeri pada ekstremitas bawah sebelah kanan
b. A : Allergies (alergi)
Pasien tidak memiliki riwayat alergi
c. M : Medications (pengobatan)
Klien mengatakan tidak memiliki riwayat meminum obat obatan
P : Provokatif (penyebab)
R : Radiation (paparan)
Ketika bergerak
T : Timing (waktu)
3. TANDA-TANDA VITAL
Frekunsi Nadi :90x/m
5. HASIL LABORATORIUM
Lab ( 07-10-2020 )
Jenis Hasil Nilai Satuan
Pemeriksaan Normal
WBC 13,7 4,00 – 10,0 10^3/µL
RBC 3,17 4,50 – 6,50 10^6/µL
HGB 7.6 13,0 – 17,0 g/dL
HCT 24.8 40,0 – 54,0 %
RDWcv 14.6 11,0 – 16,0 %
RDWsd 41 39 – 52 µm3
PLT 226 150 – 500 10^3/µL
PCT 0,183 0,150-0,500 %
PDW 13.5 11.0-18.0 %
6. PENGOBATAN
Infus RL 18 tetes/menit
Ketorolac 30 mg/8 jam/iv
Vicillin 1.5 mg/24 jam/iv
Hypobac300 mg/12 jam/iv
ANALISA DATA
NO DATA MASALAH
KEPERAWATAN
Data subjektif : Nyeri
Q : tertusuk tusuk
R : ekstremitas bawah sebelah kanan
S : Skala 4 (sedang)
T : ± 3-5 mnt hilang timbul
Data Objektif :
Klien meringis
Klien takut menggerakan ekstremitas bawah
sebelah kanannya
Klien tampak lemah
Klien pucat
Hb : 7.6
Terpasang Elastic verban di ekstremitas
bawah sebelah kanan
Vital sign
TD : 110/ 70 mmhg
N : 90 x/i
P : 22 x/i
S : 36.5 c
2. Hambatan mobilitas
Data Subjektif :
fisik
Klien mengatakan sulit dalam bergerak
Data Objektif :
DO:
Klien meringis
Klien takut
menggerakan
ekstremitas
bawah sebelah
kanannya
Klien tampak
lemah
Klien pucat
Hb : 7.6
Terpasang
Elastic verban di
ekstremitas
bawah sebelah
kanan
Vital sign
TD : 110/ 70
mmhg
N : 90 x/i
P : 22 x/i
S : 36.5 c
2 Setelah dilakukan 1. ident
Klien mengatakan
tidak dapat
menggerakkan
ekstremitas bawah
sebelah kanan
DO:
Klien di bantu
dalam
menggerakkan
badan
Klien Nampak
sulit untuk
melakukan
aktivitas
Keterbatasan
mobilitas
Kebutuhan
pasien di bantu
oleh keluarga
Tonus otot
5 5
2 5
Dx Keperawatan Jam Implementasi Evaluasi (SOAP)
Nyeri akut 08.0 1. Mengkaji karakteristik 08.10.2020
berhubungan 0 nyeri, gunakan Jam 14.00 wita
dengan agen pendekatan PQRST. S:
cedera fisik Hasil : Klien mengatakan sakit pada
NANDA Klien mengatakan ekstremitas bawah sebelah kanan
halaman 463 nyeri saat bergerak
Skala nyeri 4 O : Klien meringis
Domain 12 Pengkajian nyeri
(sedang)
Kenyamanan 2. Mengajarkan tehnik
P : close fraktur femur dextra
Kelas 1 08.0 relaksasi
6 Hasil : Klien mengerti Q : tertusuk tusuk
Kenyamanan R : ekstremitas bawah sebelah
dan melakukannya
Fisik 3. Membatasi aktifitas kanan
Kode 00132 yang meningkatkan S : Skala 4 (sedang)
08.1 intensitas nyeri T : ± 3-5 mnt hilang timbul
4 Hasil:
Klien nampak A : Masalah nyeri belum teratasi
berbaring ditempat
tidur P : Lanjutkan Intervensi
4. Memberikan obat Kaji karakteristik nyeri,
analgetik gunakan pendekatan PQRST.
Hasil : Ketorolac 30 g/8 Ajarkan tehnik relaksasi
08.1 jam/iv Batasi aktifitas yang
5. Mengukur vital sign meningkatkan intensitas nyeri
6
Hasil:
TD : 110/70 mmhg Kolaborasi untuk pemberian
N :80 x/i analgetik
P : 20 x/i
09.1 T : 36.5 c
8 6. Memberikan posisi
nyaman ke pasien
Hasil:
Meletakan bantal di
bawah kaki kanan
pasien
09.2
0
Hambatan 09.2 1. mengidentifikasi Jam : 14.08
2
mobilitas fisik toleransi fisik
S : Klien mengatakan sulit dalam
berhubungan melakukan pergerakan bergerak
Klien mengatakan tidak dapat
dengan Hasil:klien tidak bisa
menggerakkan ekstremitas
kerusakan Menggerakkan bawah sebelah kanan
integritas ekstremitas
O : Klien di bantu dalam
struktur tulang bawah sebelah kanan menggerakkan badan
NANDA hal 232 2. memonitor kondisi 1. Klien Nampak sulit untuk
melakukan aktivitas
Domain 4 selama melakukan 2. Keterbatasan mobilitas
09.2 3. Kebutuhan pasien di bantu oleh
aktifitas/istirahat mobilisasi
5 keluarga
Kelas 2 Hasil:klien tampak
aktifitas/olahrag lemah A : Masalah hambatan mobilitas fisik
belum teratasi
a 3. melibatkan keluarga
Kode 00085 untuk membantu P : Lanjutkan intervensi
09.2
6 pasien dalam 1. identifikasi toleransi fisik melakukan
meningkatkan pergerakan