Anda di halaman 1dari 32

LAPORAN PENDAHULUAN CLOSE

FRAKTUR FEMUR DEXTRA

DI SUSUN OLEH :

ISHMA RAMADHANI
19.04.013

CI LAHAN CI INSTITUSI

( ) ( )

YAYASAN PERAWAT SULAWESI SELATAN

STIKES PANAKKUKANG MAKASSAR

PROGRAM PROFESI NERS

2019/2020
BAB 1

KONSEP MEDIS

A. DEFENISI
Fraktur adalah patah tulang, biasanya disebabkan oleh trauma atau tenaga fisik. Kekuatan
dan sudut dari tenaga tersebut, keadaan tulang, dan jaringanlunak disekitar tulang akan
menentukan apakah fraktur yang terjadi itu lengkap atau tidak lengkap. (Price & Wilson)

Fraktur adalah gangguan dari gangguan dari kontinuitas yang normal dari suatu tulang,jika
terjadi fraktur maka jaringan lunak di sekitarnya seringkali terganggu . radiografi sinar X dapat
menunjukan keberadaan cedera tulang ,tetap tidak mampu menunjukkan otot atau ligament
yang robek,saraf yang putus atau pembuluh darah yang pecah sehingga dapat menjadi
komplikasi pemulihan klien (Black dan Hawks, 2017)
Fraktur adalah terputusnya kontinuitas tulang, retak atau patahnya tulang yang utuh, yang
biasa di sebabkan oleh trauma / rudapaksa, atau tenaga fisik yang ditentukan jenis dan luas
trauma. Fraktur atau patah tulang adalah terptusnya kontinuitas jaringan dan atau tulang yang
umumnya disebabkan oleh ruda paksa
Fraktur adalah setiap retak atau patah pada tulang yang utuh. Kebanyakan fraktur di
sebapkan oleh trauma dimana terdapat tekanan yang berlebihan pada tulang , baik berupa
trauma langsung maupun tidak langsung.(Sjamsuhidajat dan Jong 2018)
Fraktur femur adalah terputusnya kontinuitas batang femur yang bisa terjadi akibat trauma
langsung (kecelakaan lalu lintas ,jatuh dari ketinggian dan biasanya lebih banyak dialami oleh
laki laki dewasa. Patah pada daerah ini dapat menimbulkan perdarahan yang cukup banyak
mengakibatkan penderita jatuh dalam syok (FKUI,2017:543)
Fraktur tertutup adalah fraktur yang fragmen tulangnya tidak menembus kulit atau tidak
menyebabpkan robeknya kulit sehingga tempat fraktur tidak tercemar lingkungan
B. ETIOLOGI

Tekanan berlebihan atau trauma langsung pada tulang menyebapkan suatu retakan sehingga
mengakibatkan kerusakan pada otot dan jaringan, kerusakan otot dan jaringan menyebapkan
perdarahan , hematoma. Lokasi retak mungkin hanya retakan pada tu;ang tanpa memindahkan
tulang manapun. Fraktur yang tidak terjadi di sepanjang tulang di anggap sebagai fraktur yang
tidaksempurna sedangkan fraktur yabg terjadi pada semua tulang yang patah di kenal sebagai
fraktur lengkap (Digiulio,Jackson dan Keogh,2017)
Fraktur di sebapkan oleh

1. TRAUMA
Dibagi menjadi dua, yaitu :

 Trauma langsung, yaitu benturan langsung pada tulang. Biasanya penderita terjatuh dengan
posisi miring dimanakecelakaan di daerah trokhanter mayor langsung terbentur dengan
benda keras (jalanan).
 Trauma tak langsung, yaitu luka titik tumpuan benturan dan fraktur berjauhan, misalnya
jatuh terpeleset di kamar mandi pada orangtua.
a. Fraktur terjadi ketika tekanan yang menimpa tulang lebih besar daripada daya tahan
tulang, seperti benturan dan cedera.
b. Fraktur terjadi karena tulang yang sakit, ini dinamakan fraktur patologi yaitu kelemahan
tulang akibat penyakit kanker atau osteoporosis
Tulang patah  jaringan sekitar juga terpengaruh

 edema jaringan lunak, perdarahan ke otot dan sendi, dislokasi sendi, rupture tendo,
kerusakan saraf dan kerusakan pembuluh darah
C. PATOFISIOLOGI
Fraktur dapat terjadi karena trauma/ruda paksa sehingga dapat menimbulakan luka terbuka
dan tertutup, fraktur luka terbuka memudahkan mikroorganisme masuk kedalam luka tersebut
dan akan mengakibatkan terjadinya infeksi, pada fraktur dapat memutuskan kontinuitas
jaringan sendi, tulang bahkan kulit pada fraktur terbuka sehingga merangsang nosiseptor
sekitar untuk mengeluarkan histamine, bradikinin dan prostaglandin yang akan merangsang
serabut A- Delta untuk menghantarkan rangsangan nyeri ke sumsum tulang belakang,
kemudian dihantarkan ke serabut-serabut saraf aferen yang masuk ke spinal melalui “dorsal
root” dan sinaps pada dorsal horn, impuls-impuls nyeri menyeberangi sumsum belakang pada
interneuron dan tersambung pada jalur spinal asendens yaitu spinotalamic tract (SST) dan
spinoreticuler tract (SRT). SST merupakan system yang diskriminatif yang membawah
informasi mengenai sifat dan lokasi dari stimulus kepada thalamus kemudian ke korteks untuk
di interpresentasikan sebagai nyeri.
Akibat nyeri menimbulkan keterbatasan gerak (mobilisasi) disebabkan nyeri bertambah bila di
gerakan dan nyeri juga meyebabkan enggan untuk bergerak termasuk toileting. Imobilisasi
sendiri mengakibatkan berbagai masalah, salah satunya decubitus , yaitu luka pada kulit akibat
penekanan yang terlalu lama pada daerah bone prominence. Perubahan struktur yang terjadi
pada tubuh dan perasaan akan ancaman akan integritas tubuh merupakan stressor psikologis
yang bisa menyebabkan kecemasan.

D. MANIFESTASI KLINIS
 Nyeri hebat di tempat fraktur
 Tak mampu menggerakkan ekstremitas bawah
 Rotasi luar dari kaki lebih pendek
 Diikuti tanda gejala fraktur secara umum, seperti : fungsi berubah, bengkak, krepitasi,
sepsis pada fraktur terbuka, deformitas.
E. KOMPLIKASI
1. Komplikasi awal
a. Syok
Syok hipovolemik atau traumatik, akibat pendarahan (baik kehilangan dara ekstrasel
maupun tak kelihatan ) dan kehilangan cairan ekstrasel ke jaringan yang rusak dapat
terjadipada fraktur ekstremitas, toraks, pelvis,dan vertebra karena tulang merupakan
organ yangsangat vaskuler, maka dapaler terjadi kehilangan darah dalam jumlah yang
besar sebagaiakibat trauma,khususnya pada fraktur femur pelvis.

b. Sindroma Emboli lemak


Dapat terjadi dalam 48 jam atau lebih. Globula lemak dapat masuk ke dalam darah
karena tekanan sumsum tulang lebih tinggi dari tekanan kapiler atau karena
kaktekolamin yang dilepaskan oleh reaksi stress pasien akan memobilisasi asam lemak
dan memudahkan terjadinya globula lemak dalam aliran darah. Globula lemak akan
bergabung dengan trombosit membentuk emboli, yang kemudian menyumbat pembuluh
darah kecil yang memasok otak, paru, ginjal dan organ lain.

Gambaran khasnya berupa hipoksia, takipnea, takikardia, dan pireksia. Gangguan


serebral diperlihatkan dengan adanya perubahan status mental yang bervariasi dari
agitasi ringan dan kebingungan sampai delirium dan koma yang terjadi sebagai respon
terhadap hipoksia, akibat penyumbatan emboli lemak di otak. Respons pernapasan
meliputi takipnea, dispnea, krepitasi, mengi, sputum putih kental banyak dan takikardia.
Gas darah menunjukkan PO2 dibawah 60 mmHg, dengan alkalosis respiratori lebih dulu
kemudian asidosis respiratori. Sinar-X dada menunjukkan infiltrate khas “badai salju”.
Maka terjadi sindrom distress pernapasan dewasa dan gagal jantung. Dengan adanya
emboli sistemik pasien nampak pucat. Tampak ada petekie pada membrane pipi dan
kantung konjungtiva, pada palatum durum, pada fundus okuli dan di atas dada dan
lipatan ketiak depan. Lemak bebas dapat ditemukan dalam urine bila meboli mencapai
ginjal.
c. Sindrom kompartemen
Terjadi saat perfusi jaringan dalam otot kurang dari yang dibutuhkan untuk kehidupan
jaringan.

Dapat disebabkan oleh :

1) Penurunan ukuran kompartemen otot karena fasia yang


membungkus otot terlalu ketat atau gips atau balutan yang menjerat
2) Peningkatan isi kompartemen otot karena edema atau perdarahan
sehubungan dengan berbagai masalah
Pasien mengeluh adanya nyeri dalam, berdenyut tak tertahankan, yang tak dapat
dikontrol dengan opioid. Palpasi pada otot, bila memungkinkan, akan terasa
pembengkakan dan keras. Parastesia biasanya timbul sebelum terjadi paralysis.
Gerakan peregangan pasif otot akan mengakibatkan nyeri akut. Bila tidak, nyeri pasien
bisa disebabkan oleh iskemia saraf.

2. Komplikasi lambat
 Penyatuan terlambat atau tidak ada penyatuan.
Penyatuan terlambat terjadi bila penyembuhan tidak terjadi dengan kecepatan normal
untuk jenis dan tempat fraktur tertentu. Penyatuan terlambat mungkin berhubungan dengan
infeksi sistemik dan distraksi (tarikan jauh) fragmen tulang.

Pada akhirnya fraktur menyembuh.

Tidak ada penyatuan terjadi karena kegagalan penyatuan ujung ujung patahan tulang. Pasien
mengeluh tidak nyaman dan gerakan menetap pada tempat fraktur. Faktor yang ikut
berperan dalam masalah penyatuan meliputi, infeksi pada tempat fraktur, interposisi
jaringan di antara ujung-ujung tulang, imobilisasi dan manipulasi yang tidak memadai yang
menghentikan pembentukan kalus, jarak yang terlalu jauh antara fragmen tulang (gap
tulang), kontak tulang yang terbatas dan gangguan asupan darah yang mengakibatkan
nekrosis avaskuler.(Nurarif,H.A.Kusuma,H.2018)
F. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Pemeriksaan Rontgen : menentukan lokasi/luasnya fraktur/trauma
2. Pemeriksaan Laboratorium:
a. Hb (Hemoglobin) mungkin meningkat (Hemokonsentrasi) atau juga dapat menurun
(perdarahan)
b. Leukosit meningkat sebagai respon stress normal setelah trauma
c. Kreatinin, trauma meningkatkan beban kreatinin untuk ginjal
d. Arteriogram, dilakukan bila kerusakan vaskuler dicurigai

G. PENATALAKSANAAN
Prinsip menangani ftaktur adalah mengembalikan posisi patahan ke posisi semula dan
mempertahankan posisi itu selama penyembuhan patah tulang. Cara pertama penanganan
adalah proteksi saja tanpa reposisi atau imobilisasi, misalnya menggunakan mitella . biasanya
di lakukan pada fraktur iga dan fraktur klavikula pada anak.cara kedua adalah imobilisasi luar
tanpa reposisi biasanya di lakukan pada patah tulang tungkai bawah tanpa dislokasi . cara
ketiga adalah reposisi dengan cara manipulasi yang diikuti dengan imobilisasi biasanya di
lakukan pada patah tulang radius distal. Cara keempat adalah reposisi dengan traksi secara
terus menerus selama masa tertentu. Hal ini di lakukan pada patah tulang yang apabila di
reposisi aka terdislokasi di dalam gips. Cara kelima adalah berupa reposisi yang di ikuti dengan
imobilisasi dengan fiksasi luar . cara keenam adalah berupa reposisi secara non operatif diikuti
dengan pemasangan fiksator tulang secara operatif. Cara ketujuh berupa reposisi secara operatif
diikuti dengan fiksasi interna yang biasa disebut dengan ORIF (open reducation internal
fixation).cara kedelapan berupa eksisi fragmen patahan tulang dengan prosthesis
(Sjamsuhidayat dkk2018)
H. PENCEGAHAN/PENGOBATAN
1. Faktor yang mempercepat penyembuhan fraktur
a. Imobilisasi fragmen tulang
b. Kontak fragmen tulang maksimal
c. Asupan darah yang memadai
d. Nutrisi yang baik
e. Latihan-pembebanan berat badan untuk tulang panjang
f. Hormon-hormon pertumbuhan, tiroid, kalsitonin, vitamin D, steroid anabolik
g. Potensial listrik pada patahan tulang
2. Faktor yang menghambat penyembuhan fraktur
b. Trauma lokal ekstensif
c. Kehilangan tulang
d. Imobilisasi tak memadai
e. Rongga atau jaringan di antara fragmen tulang
f. Infeksi
g. Keganasan local
h. Penyakit tulang metabolik
i. Radiasi tulang
j. Nekrosis avaskuler
k. Fraktur intraartikuler
l. Usia
m. Kortikosteroid (menghambat kecepatan perbaikan
BAB II
KONSEP DASAR KEPERAWATAN

A. Pengkajian
1. Aktivitas/istrahat
Tanda : keterbatasan/kehilangan fungsi pada bagian yang terkena (mungkin segera, fraktur itu
sendiri, atau terjadi secara sekunder, dari pembengkakan jaringan, nyeri)
2. Sirkulasi
Tanda : hipertensi (kadang-kadang terlihat sebagai respons terhadap nyeri/ansietas) atau
hipotensi (kehilangan darah)
Takikardia (respons stress, hipovolemia)
Penurunan/tak ada nadi pada bagian distal yang cedera, pengisian kapiler lambat, pucat pada
bagian yang terkena.
3. Neurosensori
Gejala : hilang gerakan/sensasi, spasme otot. Kebas/kesemutan (parastesis)
Tanda : deformitas local, angulasi abnormal, pemendekan, rotasi, krepitasi (bunyi berderit),
spasme otot, terlihat kelemahan/hilang fungsi
Agitasi (mungkin berhubungan dengan nyeri/ansietas atau trauma lain)
4. Nyeri/keamanan
Gejala : nyeri tiba-tiba pada saat cedera (mungkin terlokalisasi pada area jaringan/kerusakan
tulang, dapat berkurang pada imobilisasi), tak ada nyeri akibat kerusakan saraf. Sasme/kram
otot (setelah imobilisasi).
5. Keamanan
Tanda : laserasi kulit, avulse jaringan, perdarahan, perubahan warna
Pembengkakan local (dapat mengangkat secara bertahap atau tiba-tiba).
B. Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri akut berhubungan dengan spasme otot, gerakan fragmen tulang, alat traksi
2. Gangguan mobilitas berhubungan dengan kerusakan rangka neuromuskuler,
nyeri/ketidaknyamanan
3. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan fraktur terbuka, bedah perbaikan, imobilisasi
fisik
4. Kecemasan berhubungan dengan perubahan status kesehatan
5. Risiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan tidak adekuatnya perta-hanan primer;
kerusakan kulit, trauma jaringan, prosedur invasif,traksi tulang
C. Intervensi Keperawatan
1. Nyeri berhubungan dengan spasme otot, gerakan fragmen tulang, alat traksi
Tujuan :
- Menyatakan nyeri hilang
- Menunjukkan tindakan santai ; mampu berpartisipasi dalam
aktivitas/tidur/istirahat dengan tepat.
Intervensi :
a. Kaji tingkat nyeri
b. Pertahankan immobilisasi bagian yang sakit dengan tirah baring gips, pembebat, traksi
c. Tinggikan dan dukung ekstremitas yang terkena
d. Hindari penggunaan seprei/bantal plastic dibawah ekstremitas dalam gips
e. Berikan obat sesuai indikasi narkotik dan analgetik non narkotik
2. Gangguan mobilitas berhubungan dengan kerusakan rangka neuromuskuler,
nyeri/ketidaknyamanan.
Tujuan :

a. Meningkatkan/mempertahankan mobilitas pada tingkat paling tinggi yang mungkin


mempertahankan posisi fungsional.
b. Menunjukan tehnik yang memampukan melakukan aktivitas
Intervensi :
a. Kaji derajat imobilitas yang dihasilkan oleh cedera/pengobatan dan perhatikan persepsi
pasien terhadap mobilitas
b. Dorong penggunaan latihan isometrik mulai dengan tungkai yang tidak sakit
c. Tempatkan dalam posisi terlentang secara periodik bila mungkin, bila traksi digunakan
untuk menstabilkan fraktur tungkai bawah
d. Berikan / bantu dalam mobilisasi dengan kursi roda, tongkat, sesegera mungkin,
instruksikan keamanan dalam menggunakan alat mobilitas
e. Berikan diet tinggi protein, karbohidrat, vitamin dan mineral, pertahankan penurunan
kandungan protein sampai setelah defekasi pertama
f. Konsul dengan ahli terapi fisik/okupasi dan atau rehabiltasi spesialis
3. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan fraktur terbuka, bedah perbaikan, imobilisasi
fisik
Tujuan :
a. Menyatakan ketidaknyamanan hilang
b. Mencapai penyembuhan luka sesuai waktu/penyembuhan lesi terjadi
Intervensi :
a. Kaji kulit untuk luka terbuka, benda asing, kemerahan, perdarahan perubahan warna,
kelabu memutih
b. Masase kulit dan penonjolan tulang. Pertahankan tempat tidur kering dan bebas kerutan.
Tempatkan bantalan air/bantalan lain bawah siku/tumit sesuai indikasi
c. Kolaborasi pemberian tepat tidur busa, bulu domba, bantal apung atau kasur udara sesuai
indikasi

4. Kecemasan berhubungan dengan perubahan status kesehatan


Tujuan :Mewujudkan kemampuan untuk mengatasi masalah
Intervensi :
a. Berikan informasi akurat dan konsisten mengenai prognosis
b. Berikan lingkungan terbuka di mana pasien akan merasa aman untuk mendiskusikan
perasaan atau menahan diri untuk berbicara
c. Berikan informasi yang dapat dipercaya dan konsisten, juga dukungan untuk orang terdekat
d. Libatkan orang terdekat sesuai petunjuk pada pengambilan keputusan bersifat mayor
5. Risiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan tidak adekuatnya pertahanan primer ;
kerusakan kulit, , prosedur invasif, traksi tulang.
Tujuan :
a. Mencegah terjadinya infeksi untuk mencapai penyembuhan luka sesuai waktu, bebas
drainase purulen atau eritema dan demam
Intervensi :

a. Inspeksi kulit akibat adanya iritasi atau robekan kontinuitas


b. Berikan perawatan pen/kawat steril sesuai protokol dan latihan mencuci tangan
c. Observasi luka untuk pembentukan bula, krepitasi perubahan warna kulit kecoklatan, bau
drainage yang tak sedap atau asam.
d. Berikan obat sesuai indikasi, contoh antibiotik IV/topical
e. Berikan irigasi luka sesuai indikasi yang ada
DAFTAR PUSTAKA

Black dan Hawks, 2017, Bedah dan Perawatannya, cetakan VI, Jakarta

Sjamsuhidajat dan jong ,2018, Proses Keperawatan. Jakarta ; EGC

Mariylnn E. (FKUI, 2017:543 ) Rencana Asuhan Keperawatan, edisi III. Jakarta ; EGC

Digiulio Jackson dan keogh, 2017, Perawatan Nyeri Untuk Paramedis, edisi revisi. Jakarta ; EGC

Price Wilson , Ilmu Bedah Orthopedi, cetakan IV. Jakarta ; EGC

Nurarif, H. A. Kusuma, H. 2018. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis &
NANDA, NIC-NOC jilid 2 edisi 5. Jogjakarta ; Mediaction Jogja
PENYIMPANGAN KDM
FRAKTUR

Trauma Langsung Trauma Tidak Langsung Kondisi Patologis


Perubahan status kesehatan Pergeseran fragmen tulang Post Op. pemasangan fiksasi interna
Kurang terpajan informasi Fraktur terbuka, tertutup Luka bekas operasi
Pelepasan neurotransmitter (B, H, P) Pintu masuk mikroorganisme
CEMAS
Merangsang ujung saraf afferent Kurang perawatan (sterilisasi)
Keterbatasan gerak Melalui proses transduksi
Tirah baring lama Transmisi dan modulasi RESIKO INFEKSI
Nyeri dipresepsikan Deformitas
KERUSAKAN
Gangguan fungsi ekstremitas
INTEGRITAS
Kerusakan KULIT
jaringan kulit Keterbatasan gerak
NYERI AKUT
GANGGUAN
MOBILITAS FISIK
ASUHAN KEPERAWATAN KEGAWAT DARURATAN PADA An A DENGAN

DIAGNOSA MEDIS CLOSE FRAKTUR FEMUR DEXTRA

DI SUSUN OLEH :

ISHMA RAMADHANI
19.04.013

CI LAHAN CI INSTITUSI

( ) ( )

YAYASAN PERAWAT SULAWESI SELATAN

STIKES PANAKKUKANG MAKASSAR

PROGRAM PROFESI NERS

2019/2020
Lampiran
7

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN PANAKKUKANG


Jl. Adyaksa No. 5 Telp. (0411) 444133-449574-5058660 Fax. (0411) 4662561-430614 Makassar
90231
e-mail: stikes pnk@yahoo.com. Website:http:/stikespanakkukang.ac.id.
FORMAT IGD

Ruangan :Bedah Tgl 07,10,2020 Jam :18.25


No. Rekam Medik : 19.04.013
Nama initial : An A
Jenis Kelamin : laki laki
Tanggal Lahir/Umur : 17 juli 2004
Alamat : Rujukan :  Ya dari,  RS  Puskesmas  Dr.  Lainnya.
Diagnosa : Close fraktur femur dextra
 Tidak  Datang sendiri  Diantar
Nama keluarga yang bisa dihubungi : Tn AK No. HP/Tlp : 082333368986
Alamat : Kel sikeli
Transportasi waktu datang :  Ambulans RSWS  Ambulans lain  Kendaraan
lainnya.
Keluhan utama : nyeri
Alasan masuk : seorang anak A berusia 16 tahun berjenis kelamin laki laki rujukan dari rs ibnu
sina ke rs wahidin yang mengalami kecelakaanlalu lintas pada saaat mengendarai sepeda motor di
jalan raya , pasien yang mengendarai sepeda motor tersebut dengan kecepatan tinggi tidak melihat
ada lubang di jalan raya tersebut sehingga menyebapkan anak tersebut kehilangan kendali dalam
mengendarai sepeda motor dan terjatuh . anak tersebut mengeluh sakit dan sulit untuk
menggerakkan ekstremitas bawah sebelah kanan nya . Riwayat pingsan tidak ada, riwayat muntah
tidak ada riwayat kejang tidak ada,
RIMARY SURVEY TRAUMA SCORE

A. Airway A. Frekuensi Pernafasan


1. Pengkajian jalan napas  10 – 25 4
 Bebas  Tersumbat  25 – 35 3
Trachea di tengah :  Ya  Tidak  > 35 2
 Resusitasi  < 10 1
 Re-evaluasi : 0 0
2. Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah B. Usaha bernafas
keperawatan  Normal 1
3. Intervensi/implementasi
 Dangkal 0
4. Evaluasi
B. Breathing C. Tekanan darah
1. Fungsi pernapasan  > 89 mmHg 4
 Dada simetris :  Ya  Tidak  70 – 89 mmHg 3
 Sesak nafas :  Ya  Tidak  50 – 69 mmHg 2
 Respirasi : 22x / mnt  1 – 49 mmHg 1
 Krepitasi :  Ya  Tidak 0 0
 Suara nafas :
- Kanan :  Ada  Jelas  D. Pengisian kapiler
Menurun  Ronchi  < 2 dtk 2
 Wheezing  > 2 dtk 1
 Tidak Ada  Tidak ada 0
- Kiri :  Ada  Jelas 
Menurun  Ronchi E. Glasgow Coma Score (GCS)
 Wheezing  14 – 15 5
 Tidak Ada  11 – 13 4
 8 – 10 3
 Saturasi O2 : 95%
5–7 2
Pada : Suhu ruangan Nasal canule
3–4 1
NRB Lainnya
 Assesment :
TOTAL TRAUMA SCORE ( A + B + C + D + E) =
 Resusitasi :
16
 Re-evaluasi :
2. Masalah Keperawatan: Tidak ada masalah
keperawatan REAKSI PUPIL
3. Intervensi/implementasi.
4. Evaluasi  Konjungtiva : anemis
C. Circulation  Sclera : tidak ikhterik
1. Keadaan sirkulasi
 Pupil : isokor dengan diameter 2-3 mm
 Tensi : 110 / 70 mmHg
 Nadi : 90x / mnt  Miosis saat terkena cahaya
Teraba : Kuat
 Reflex kornea : baik
 Suhu Axilla: 36,5 C
 Suhu Rectal : oC
 Temperatur Kulit :  Hangat  Panas TRIASE
 Dingin
 Gambaran Kulit :  Normal  Kering Kategori kuning
 Lembah/basah Dimana pasien ( anak A ) Merupakan prioritas kedua
 Assesment :- (area tindakan) yang juga membutuhkan pertolongan
 Resusitasi : segera. Hanya saja pasien dalam kategori ini tidak
 Re-evaluasi :. dalam kondisi kritis
2. Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah
keperawatan
3. Intervensi/implementasi
4. Evaluasi
D. Disability
1. Penilaian fungsi neurologis
Alert :
Verbal response :  Ya
Pain response :  Ya
Unresponsive : Tingkat kesadaran
Composmentis dengan GCS 15 (E4V5M6)
2. Masalah Keperawatan :tidak ada masalah
keperawatan
3. Intervensi Keperawatan: -.
4. Evaluasi: -
E. Exposure
1. Penilaian Hipothermia/hiperthermia
Hipothermia :tidak ada hipothermia
Hiperthermia :tidak ada hyperthermia
 TD : 110/70 mmHg
 N : 90x/i
 S : 36,5⁰C
 P : 22 x/i
Pengkajian nyeri
 Nyeri skala 4 (sedang)
2. Masalah Keperawatan- nyeri
3. Intervensi / Implementasi-
4. Evaluasi-

PENILAIAN NYERI :
Nyeri :  Tidak  Ya, lokasi kaki kanan dan tangan kanan Intensitas (0-10) 4
Jenis :  Akut  Kronis
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
          

PENGKAJIAN SEKUNDER / SURVEY SEKUNDER

1. RIWAYAT KESEHATAN
a. S :Sign/symptoms (tanda dan gejala)
pasien mengatakan nyeri pada ekstremitas bawah sebelah kanan

b. A : Allergies (alergi)
Pasien tidak memiliki riwayat alergi
c. M : Medications (pengobatan)
Klien mengatakan tidak memiliki riwayat meminum obat obatan

d. P : Past medical history (riwayat penyakit)


tidak mempunyai riwayat penyakit sebelumnya atau penyakit
penyerta

e. L : Last oral intake (makanan yang dikonsumsi terakhir, sebelum


sakit)
Terakhir makan dan minum pukul 14.00
Pasien makan nasi ikan dan sayur
f. E : Event prior to the illnesss or injury (kejadian sebelum
injuri/sakit)
Pasien post kecelakaan lalu lintas pada saat berkendara sepeda
motor

2. RIWAYAT DAN MEKANISME TRAUMA (Dikembangkan menurut


OPQRST)
O : Onset (seberapa cepat efek dari suatu interaksi terjadi)

Tiap kali bergerak

P : Provokatif (penyebab)

Close Fraktur femur dextra


Q : Quality (kualitas)

Nyeri di rasakan seperti tertusuk tusuk

R : Radiation (paparan)

Tidak ada radiasi

S : Severity ( tingkat keparahan)

Ketika bergerak

T : Timing (waktu)

3-5 menit hilang timbul

3. TANDA-TANDA VITAL
Frekunsi Nadi :90x/m

Frekuensi Napas :22xm

Tekanan darah : 11O/70 mmHg

Suhu tubuh : 36,5 C

4. PEMERIKSAAN FISIK (HEAD TO TOE)

a. Kepala dan wajah :


Ispeksi
Wajah tanpak simetris antara kiri dan kanan ,kulit kepala tidak mengalami
peradangan maupun bekas luka persebaran warna rambut merata ,warna rambut hitam
Palpasi
Tidak ada massa ,tidak terdapat nyeri tekan dan tekstur rambut halus
b. Mata
Tidak ada kelainan pada mata sclera putih konjungtiva pink tidak icterus , pupil
isokor
c. Telinga
Simetris antara kiri dan kanan , lubang telinga terlihat bersih dan pendengaran baik
d. Hidung
Tampak simetris , tidak ada polip atau kelainan lainya , hidung tampak bersih
e. Mulut
Terlihat bersih bibir kering dan warna bibir tampak pucat
f. Leher
Tidak ada pembengkakan , tidak teraba adanya pembesaran kelenjar thyrois
g. Dada
Inspeksi
 Bentuk dada : Normal chest, tidak ada kelainan bentuk tulang, simetris antara
kiri dan kanan
 Ekspansi dada: Normal dada bergerak secara simetris
Palpasi
Tidak terdapat nyeri tekan, tidak ada massa tumor
h. Perut dan pinggang
Inspeksi :Tidak tampak adanya massa
Kesimetrisan dan warna sekitar : Simetris
Auskultasi : Timpani
Peristaltik : Normal ( 18 x/menit )
Perkusi : Timpani
Palpasi :Tidak ada nyeri tekan
i. Genetalia
Klien terpasang kateter, urine berwarna kuning jernih
j. Pelvis dan perenium
Tidak ada keluhan
k. Ekstremitas
Inspeksi
 Ekstremitas atas : tampak simetris antara kiri dan kanan dan tidak ada varises.
 Ekstremitas bawah :Ada lebam pada ekstremitas bawah kanan, terpasangan Elastic
verban pada ekstremitas bawah sebelah kanan, tidak ada varises, terpasang infus RL
18 tts/mnt pada kaki kiri.
Palpasi
Terdapat nyeri tekan
l. Punggung dan tulang belakang
Inspeksi :
Tidak ada massa
Palapsi :
Tidak ada keluhan

5. HASIL LABORATORIUM

Lab ( 07-10-2020 )
Jenis Hasil Nilai Satuan
Pemeriksaan Normal
WBC 13,7 4,00 – 10,0 10^3/µL
RBC 3,17 4,50 – 6,50 10^6/µL
HGB 7.6 13,0 – 17,0 g/dL
HCT 24.8 40,0 – 54,0 %
RDWcv 14.6 11,0 – 16,0 %
RDWsd 41 39 – 52 µm3
PLT 226 150 – 500 10^3/µL
PCT 0,183 0,150-0,500 %
PDW 13.5 11.0-18.0 %

6. PENGOBATAN

Terapi Medical ( 07-10-2020)

 Infus RL 18 tetes/menit
 Ketorolac 30 mg/8 jam/iv
 Vicillin 1.5 mg/24 jam/iv
 Hypobac300 mg/12 jam/iv
ANALISA DATA

NO DATA MASALAH

KEPERAWATAN
Data subjektif : Nyeri

1. Klien mengatakan sakit pada ekstremitas


bawah sebelah kanan

P : close fraktur femur dextra

Q : tertusuk tusuk
R : ekstremitas bawah sebelah kanan
S : Skala 4 (sedang)
T : ± 3-5 mnt hilang timbul

Data Objektif :

 Klien meringis
 Klien takut menggerakan ekstremitas bawah
sebelah kanannya
 Klien tampak lemah
 Klien pucat
Hb : 7.6
 Terpasang Elastic verban di ekstremitas
bawah sebelah kanan
 Vital sign
TD : 110/ 70 mmhg
N : 90 x/i
P : 22 x/i
S : 36.5 c

2. Hambatan mobilitas
Data Subjektif :
fisik
Klien mengatakan sulit dalam bergerak

Klien mengatakan tidak dapat menggerakkan


ekstremitas bawah sebelah kanan

Data Objektif :

 Klien di bantu dalam menggerakkan badan


 Klien Nampak sulit untuk melakukan
aktivitas
 Keterbatasan mobilitas
 Kebutuhan pasien di bantu oleh keluarga
 Keadaan umum lemah
 Tonus otot
5 5
2 5
N DIAGNOSA TUJUAN INTERVENSI
O
KEPERAWATAN
1 Nyeri akut NOC 1) Kaji karakteristik nyeri,
berhubungan gunakan pendekatan
dengan agen cedera - Respiratory
PQRST.
fisik status :
2) Lakukan pengkajian nyeri
NANDA halaman ventilation
463 secara komperhensif
- Aspirasion
termasuk lokasi,
Domain 12 control
Kenyamanan karakteristik, durasi,
Setelah dilakukan frekuensi, kualitas dan
Kelas 1
Kenyamanan Fisik tindakan factor presifitasi
keperawatan selama 3) Ajarkan tehnik relaksasi
Kode 00132
1x 24 jam, nyeri 4) Batasi aktifitas yang
DS :
teratasi dengan meningkatkan intensitas
Klien mengatakan kriteria : nyeri
sakit pada
ekstremitas bawah 1. Klien mengatakan 5) Kolaborasi untuk
sebelah kanan pemberian analgetik
tidak nyeri lagi
P : close fraktur 2. Skala nyeri 3
femur dextra ( ringan)

Q : tertusuk tusuk 3. Klien tampak


R : ekstremitas ceria
bawah
sebelah kanan
S : Skala 4
(sedang)
T : ± 3-5 mnt
hilang timbul

DO:
 Klien meringis
 Klien takut
menggerakan
ekstremitas
bawah sebelah
kanannya
 Klien tampak
lemah
 Klien pucat
Hb : 7.6

 Terpasang
Elastic verban di
ekstremitas
bawah sebelah
kanan
 Vital sign
TD : 110/ 70
mmhg
N : 90 x/i
P : 22 x/i
S : 36.5 c
2 Setelah dilakukan 1. ident

Hambatan tindakan ifikasi toleransi fisik


mobilitas fisik keperawatan melakukan pergerakan
berhubungan selama .....,1x24 jam 2. moni
dengan kerusakan
integritas struktur maka mobilitas fisik tor kondisi selama
tulang meningkat. melakukan mobilisasi

NANDA hal 232 Kriteria hasil : 3. Libat


1. pergera kan keluarga untuk
Domain 4
aktifitas/istirahat kan ekstremitas membantu pasien dalam
meningkat meningkatkan pergerakan.
Kelas 2
aktifitas/olahraga 2. kekuata

Kode 00085 n otot meningkat.


3. rentang
DS :
gerak meningkat
Klien mengatakan
4. gerakan
sulit dalam
bergerak terbatas menurun

Klien mengatakan
tidak dapat
menggerakkan
ekstremitas bawah
sebelah kanan

DO:

 Klien di bantu
dalam
menggerakkan
badan
 Klien Nampak
sulit untuk
melakukan
aktivitas
 Keterbatasan
mobilitas
 Kebutuhan
pasien di bantu
oleh keluarga
 Tonus otot
5 5
2 5
Dx Keperawatan Jam Implementasi Evaluasi (SOAP)
Nyeri akut 08.0 1. Mengkaji karakteristik 08.10.2020
berhubungan 0 nyeri, gunakan Jam 14.00 wita
dengan agen pendekatan PQRST. S:
cedera fisik Hasil : Klien mengatakan sakit pada
NANDA  Klien mengatakan ekstremitas bawah sebelah kanan
halaman 463 nyeri saat bergerak
 Skala nyeri 4 O : Klien meringis
Domain 12 Pengkajian nyeri
(sedang)
Kenyamanan 2. Mengajarkan tehnik
P : close fraktur femur dextra
Kelas 1 08.0 relaksasi
6 Hasil : Klien mengerti Q : tertusuk tusuk
Kenyamanan R : ekstremitas bawah sebelah
dan melakukannya
Fisik 3. Membatasi aktifitas kanan
Kode 00132 yang meningkatkan S : Skala 4 (sedang)
08.1 intensitas nyeri T : ± 3-5 mnt hilang timbul
4 Hasil:
Klien nampak A : Masalah nyeri belum teratasi
berbaring ditempat
tidur P : Lanjutkan Intervensi
4. Memberikan obat  Kaji karakteristik nyeri,
analgetik gunakan pendekatan PQRST.
Hasil : Ketorolac 30 g/8  Ajarkan tehnik relaksasi
08.1 jam/iv  Batasi aktifitas yang
5. Mengukur vital sign meningkatkan intensitas nyeri
6
Hasil:
TD : 110/70 mmhg  Kolaborasi untuk pemberian
N :80 x/i analgetik
P : 20 x/i
09.1 T : 36.5 c
8 6. Memberikan posisi
nyaman ke pasien
Hasil:
Meletakan bantal di
bawah kaki kanan
pasien
09.2
0
Hambatan 09.2 1. mengidentifikasi Jam : 14.08
2
mobilitas fisik toleransi fisik
S : Klien mengatakan sulit dalam
berhubungan melakukan pergerakan bergerak
Klien mengatakan tidak dapat
dengan Hasil:klien tidak bisa
menggerakkan ekstremitas
kerusakan Menggerakkan bawah sebelah kanan
integritas ekstremitas
O : Klien di bantu dalam
struktur tulang bawah sebelah kanan menggerakkan badan
NANDA hal 232 2. memonitor kondisi 1. Klien Nampak sulit untuk
melakukan aktivitas
Domain 4 selama melakukan 2. Keterbatasan mobilitas
09.2 3. Kebutuhan pasien di bantu oleh
aktifitas/istirahat mobilisasi
5 keluarga
Kelas 2 Hasil:klien tampak
aktifitas/olahrag lemah A : Masalah hambatan mobilitas fisik
belum teratasi
a 3. melibatkan keluarga
Kode 00085 untuk membantu P : Lanjutkan intervensi
09.2
6 pasien dalam 1. identifikasi toleransi fisik melakukan

meningkatkan pergerakan

pergerakan. 2. monitor kondisi selama melakukan

Hasil: keluarga mobilisasi

membantu dalam 3. Libatkan keluarga untuk membantu

setiap pergerakkan pasien dalam meningkatkan


pergerakan.

Anda mungkin juga menyukai