PERIKARDITIS
OLEH :
RAHMATANG
CI LAHAN CI INSTITUSI
2020
BAB I
A. Defenisi
B. Etiologi
1. Perikarditis Akut
a. Idiopatik (biduran);
b. trauma;
2. Perikarditis kronis
b. radiasi dada;
e. trauma dada;
C. Anatomi Fisiologi
Perikardium merupakan lapisan jantung sebelah luar yang merupakan
selaput pembungkkus yang terdiri dari dua lapisan yaitu lapisan parietal
dan viseral yang bertemu di pangkal jantung membentuk kantung jantung.
Diantara dua lapisan jantung ini terdapat lendir sebagai pelicin untuk
menjaga agar pergesekan antara perikardium pleura tidak menimbulkan
gangguan terhadap jantung.
D. Patofisiologi
E. Manifestasi Klinis
Pada pemeriksaan fisis didapatkan seorang anak yang tampak sakit berat,
dispnea, takikardi dan terdapat palsus paradoksus yaitu melemahnya tau
hilangnya nadi pada inspirasi yang lebih nyata tampak pada pengukuran
tekanan darah.
Bila sudah ada bendungan vena, akan terlihat peninggian tekanan vena
jugularis dan pembesaran hepar yang sukar dibedakan dengan gagal
jantung kongestif. Pada inspeksi iktus kordis tidak terlihat dan pada
palpasi juga iktus kordis sukar ditentukan serta aktivitas jantung
berkurang.
F. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan Elektrokardiografi
Pada fase akut, akan tampak elevasi segmen S-T yang berbentuk
konkaf terutama pada antar pericardium kiri. Mula-mula T masih
normal, kemudian menjadi datar/ negative. Kelainan T lebih lama
menetap, yaitu sampai 2-3 minggu, bahkan kadang-kadang berbulan-
bulan seperti pada perikarditis tuberkulosa. Amplitude QRS dan T
akan mengecil (low voltage) sesuai dengan jumlah cairan yang ada.
2. Pemeriksaan Radiologis
Foto rontgen toraks bila efusi pericardium hanya sedikit, tetapi tetap
tampak bayangan jantung membesar seperti water bottle dengan
vaskularisasi paru normal dan adanya efusi pericardium yang banyak.
3. Pemeriksaan Laboratorium
G. Penatalaksanaan
1. Perikardiosentesis
Sudut antara prosesus xifoideus dengan arkus iga kiri. Titik ini paling
aman karena jantung tidak ditutupi paru sehingga mengurangi
kemungkinan penyebaran infeksi ke paru atau perikarditis purulen.
Hal ini juga untuk menghindari tertusuknya arteri mamaria interna.
Lokasi efusi pericardium umumnya berada di bawah, sehingga cairan
yang sedikit pun dapat diperoleh di sini.
1. Tamponade jantung
2. Perikarditiskonstriktif
3. Aritmi jantung
A. Pengkajian
1. Anamnesa
a. Identitas pasien.
Harus ditanya dengan jelas tetang gejala yang timbul seperti edema
perifer, gangguan abdominal, lelah, ortopnea, palpitasi, batuk,
nausea, dan paroxysmal nocturnal dyspnea . Kapan mulai
serangan, sembuh atau bertambah buruk, bagaimana sifat
timbulnya, dan stimulus apa yang sering menimbulkan nyeri dada.
e. Riwayat psikososial
2. Pemeriksaan fisik
B6 : Bone (Bone-Muscle-Integument)
B. Analisa Data
- Skala nyeri 7
Curah jantung
- Penurunan TD
Penurunan curah
- Aritmia (+)
jantung
O2
Nyeri
- Penurunan TD
- Aritmia (+)
Perubahan perfusi
jaringan
Pasien mengeluh
badannya lemah.
Aliran darah tidak
adekuat ke sistemik
Obyektif :
C. Diagnosa Keperawatan
D. Intervensi
- TD normal
- Aritmia jantung (-)
Intervensi Rasional
Menurunkan kebutuhan
pemompaan jantung
4. Observasi adanya hipotensi,
peningkatan JVP, perubahan
suara jantung, penuruna tingkat
Manifestasi klinis pada kardiak
kesadaran
tamponade yang mungkin
terjadi pada perikarditis ketika
akumulasi cairan eksudat pada
5. Pantau perubahan pada sensorik
rongga perikardial.
- TD normal
Intervensi Rasional
Kriteria hasil:
Intervensi Rasional
1. Mandiri
- Meningkatkan sirkulasi
2. Kolaborasi, Berikan
perifer dan aliran balik
antikoagulan, contoh
vena karenanya
heparin, warfarin
menurunkan resiko
(coumadin)
pembentukan thrombus.
Catatan : Heparin
kontraindikasi pada perikarditis
dan tamponade jantung.
Coumadin adalah obat pilihan
untuk terapi setelah
penggantian katup jangka
panjang, atau adanya thrombus
perifer.
Kriteria Hasil :
Intervensi Rasional
Perikardiosentesis merupakan
2. Kolaborasi, Lakukan
tindakan aspirasi efusi
tindakan perikardiosentesis
DAFTAR PUSTAKA
Sudoyo, Aru W. 2016. Ilmu Penyakit Dalam. Jilid III Edisi IV. Penerbit Ilmu
Penyakit Dalam: Jakarta
ASUHAN KEPERAWATAN GAWAT DARURAT PADA Tn. B DENGAN
PERIKARDITIS DIRUANGAN PJT RSUP. Dr. WAHIDIN
SUDIROHUSODO MAKASSAR
OLEH :
RAHMATANG
CI LAHAN CI INSTITUSI
2020
Primary survey
A. Airway
1. Pengkajian jalan napas
Bebas Tersumbat
Trachea di tengah : Ya Tidak
a. Resusitasi : -
b. Re evaluasi : -
2. Masalah keperawatan : -
3. Intervensi/ Implementasi : -
4. Evaluasi :-
B. Breathing
1. Fungsi pernapasan :
a. Dada simetris : Ya Tidak
b. Sesak napas : Ya Tidak
c. Respirasi : 30x/menit, cepat dan dangkal (takhipneu).
d. Krepitasi : Ya Tidak
e. Suara napas :Teratur (vesicular), dan terdapat suara napas
tambahanronkhi basal bilateral.
f. Saturasi 02 : 99 %
g. Assesment :-
h. Resusitasi :-
i. Re evaluasi :-
2. Masalah keperawatan : Pola napas tidak efektif
Diagnosa keperawatan : Pola Napas Tidak Efektif
Tujuan Intervensi Keperawatan Implementasi Keperawatan Evaluasi
Setelah dilakukan tindakan (3140) Manajemen jalan (3140) Manajemen jalan napas: S :Pasien mengatakan masih sesak napas
keperawatan selama 1x24 jam, napas: 1. Memonitor status pernafasan dan O:
diharpakan : Pasien akan 1. Monitor status oksigenasi 1. Frekuensi nafas 30x/menit
menunjukkanStatus pernapasan : pernafasan dan Hasil : 2. Irama nafas : Teratur
ventilasi (0415): oksigenasi a. Frekuensi nafas : 25x/menit 3. Suara nafas vesikuler
Dengan kriteria hasil : 2. Posisikan pasien untuk b. Irama nafas : Teratur 4. Terdapat suara napas tambahan ronkhi
a. Frekuensi napas normal (16-20x/i). meringankan sesak nafas c. Suara nafas : vesikuler, dan bilateral
b. Irama pernapasan regular (3320) Terapi oksigen: terdapat suara napas 5. Terapi :
c. Suara auskultasi nafas vesicular 3. Kolaborasi pemberian tambahanronkhi basal bilateral. a. Cimvastatin
dan tidak ada bunyi napas oksigen 2. Memposisikan pasien dengan posisi A :Pola napas tidak efektif belum teratasi
tambahan. semi fowler P : Lanjutkan intervensi :
Hasil : Pasien merasa nyaman dengan (3140) Manajemen jalan napas:
posisi yang diberikan, frekuensi napas 1. Monitor status pernafasan dan oksigenasi
28x/menit. 2. Posisikan pasien untuk meringankan sesak nafas
(3320) Terapi oksigen: (3320) Terapi oksigen:
3. Pemberian oksigen nasal canul 3. Kolaborasi pemberian oksigen
Hasil : telah diberikan oksigen nasal
canula 5 liter/menit. Pasien merasa
sesak nya berkurang. Frekuensi napas
24 kali/menit.
C. Circulation
1. Keadaan sirkulasi :
a. Tensi : 110/80 mmHg
b. Nadi : 89x/menit
Kuat , Regular
c. Suhu axila : 38,0oC
d. Temperatur kulit : Hangat
e. Gambaran kulit:
1) Warna sawo matang
2) Kulit elastis
f. Pengisian kapiler >2 detik (memanjang)
g. Assesment : -
h. Resusitasi : -
i. Re evaluasi : -
2. Masalah keperawatan :
D. Disability
1. Penilaian fungsi neurologis
Kesadaran composmentis dengan GCS 15 (E4V5M6)
2. Masalah keperawatan : Nyeri b/d Proses penyakit
3. Intervensi/Implementasi : -
4. Evaluasi : -
Tujuan Intervensi Keperawatan Implementasi Keperawatan Evaluasi
Setelah dilakukan tindakan keperawatan AktivitasKeperawatan: AktivitasKeperawatan: S : Klien mengatakan nyeri pada dada
selama 1x24 jam, diharpakan : Pasien akan
1. Lakukanpengkajiannyerisecar 1. Melakukanpengkajiannyerisecarakomprehensif Pengkajian nyeri
menunjukkanStatus nyeri:
akomprehensiftermasuklokasi, termasuklokasi, karakterisitik, durasi, P : Daerah dada
Mampumengenalinyeri (skala, intensitas,
karakterisitik, durasi, frekuensi, kualitasdanfactorpresipitasi.
frekuensi, dantandanyeri) Q : Nyeri dirasakan Tertekan
frekuensi, Hasil :
Mampumengontrolnyeri
kualitasdanfactorpresipitasi. R : Pada dada
(tahupenyebabnyeri, P : Daerah dada
2. Anjurkanposisi yang S : skala 5 NRS (Sedang)
mampumenggunakantekniknonfarmakolog
senyamanmungkin Q : Nyeri dirasakan Tertekan
iuntukmenguranginyeri, mencaribantuan) T : Hilang timbul
3. Ajarkanteknik non
Melaporkanbahwanyeriberkurangdenganm
farmakologis :teknik R : Pada dada O:
enggunakanmanajemennyeri.
relaksasinapasdalam.
Menyatakan rasa S : skala 5 NRS (Sedang) a. Klien nampak meringis kesakitan
nyamansetelahnyeriberkurang b. Klien nampak lemah
T : Hilang timbul
A : Masalah Nyeri akut belum teratasi
2. Menganjurkanposisi yang senyamanmungkin
P : Lanjutkan intervensi 1,2 dan 3.
Hasil : Pasien dalam posisi semi fowler
1. Lakukanpengkajiannyerisecarak
3. Mengajarkanteknik non farmakologis :teknik
omprehensiftermasuklokasi,
relaksasinapasdalam.
karakterisitik, durasi, frekuensi,
Hasil : Klien merasa nyaman saat si ajarkan
kualitasdanfactorpresipitasi.
tehnik relaksasi nafas dalam
2. Anjurkanposisi yang
senyamanmungkin
3. Ajarkanteknik non farmakologis
:teknik relaksasinapasdalam
E. Exposure
1. Penilaian Hipotermia/hipertermia
Ada peningkatan dan penurunan suhu, dengan suhu : 36,0oC
2. Masalah keperawatan : Hipertermi
3. Intervensi/Implementasi : -
4. Evaluasi : -
TRAUMA SCORE
A. Frekuensi pernapasan
10 -25 4
25 -35 3
> 35 2
< 10 1
0 0
B. Usaha napas
Normal 1
Dangkal 0
C. Tekanan darah
> 89mmHg 4
70 -89 3
50 -69 2
1- 49 1
0 0
D. Pengisian kapiler
< 2 dtk 2
> 2 dtk 1
0 0
E. Glasgow Coma Score (GCS)
14 -15 5
11- 13 4
8 – 10 3
5- 7 2
3- 4 1
Total trauma score : 14
REAKSI PUPIL
Kanan Ukuran (mm) Kiri Ukuran (mm)
Cepat 2,5 mm 2,5 mm
Kontriksi - -
Lambat - -
Dilatasi - -
Tak bereaksi - -
PENILAIAN NYERI :
Tidak ada nyeri
G. PENGOBATAN :
a. Furosemid 40 mg/IV
b. Lanjut Furosemid 10 mg/jam/Syiring Pump/IV
c. Miniaspi 80 mg/24 jam/oral
d. Captopril 12,5 mg/8 jam/oral
e. Farsorbio 10 mg/8 jam/oral
f. Simfastatin 20 mg/24 jam/oral
H. ANALISA DATA
Inisial Pasien : Tn. B
No. RM : 862628
Ruang Rawat : IGD PJT RSUP Dr Wahidin Sudirohusodo
Data Masalah Keperawatan
DS :
Pasien mengeluh sesak napas
DO :
a. Pasien nampak sesak Pola napas tidak
efektif
b. Frekuensi pernasan 30 x/menit, cepat dan dangkal
c. Terdapat bunyi napas tambahan ronkhi basal
bilateral
DS :
a. Pasien mengatakan nyeri bagian bawah
P : Daerah dada
Q : Nyeri dirasakan Tertekan
R : Pada dada
S : skala 5 NRS (Sedang) Nyeri Akut
T : Hilang timbul
DO :
a. Pasien nampak meringis
P : Daerah dada
Q : Nyeri dirasakan Tertekan
R : Pada dada
S : skala 5 NRS (Sedang)
T : Hilang timbul
O:
c. Klien nampak meringis kesakitan
d. Klien nampak lemah