19.04.060
F. Komplikasi
Komplikasi yang bisa terjadi akibat dari syok kardiogenik adalah:
Gagal ginjal
Kerusakan hati
(National Heart, Lung, and Blood Institute, 2011)
G. Pemeriksaan diagnostic
Menurut Bakta dan Suastika (1999) dalam Mayoclinic (2014), sebagai
pegangan diagnosis syok kardiogenik adalah:
a. Hipotensi
Tekanan darah sistolik < 90 mmHg atau 60 mmHg dibaah tekanan darah
yang biasa sebelumnya.
b. Gejala hipoperfusi jaringan:
1) Kulit (gejala vasokonstriksi perifer) pucat, basah, dingin, sianosis,
vena-vena pad punggung tangan dan kaki kolaps.
2) Ginjal oliguria, prosukdi urine < 30 ml/jam.
3) Otak gangguan fungsi mental, gelisah, berontak, apatis, bingung,
penurunan kesadaran hingga koma.
4) Seluruh tubuh asidosis metabolik.
c. Tanpa penyebab hipotensi lainnya (misalnya aritmia jantung primer atau
bradikardia berat, berkurangnya volume intravaskuler, nyeri hebat,
hipoksemia, asidosis, efek toksik obat-obatan seperti vasodilator
antihipertensi atau obat anti-arithmia).
d. Sindrom syok menetap setelah:
1) Aritmia diatasi
2) Rasa nyeri dihilangkan
3) Pemberian oksigen
4) Trial of c\volume expansion
Pemeriksaan diagnostik yang dilakukan (Bakta dan Suastika, 1999)
(National Heart, Lung, and Blood Institute, 2011): Langkah pertama
dalam mendiagnosa syok kardiogenik adalah dengan mengidentifikasi
apakah pasien tersebut benar-benar dalam keadaan syok. Pada waktu
tersbut, penatalaksanaan emergensi harus segera dilakukan. Kemduian
diidentifikasi penyebab syok tersebut. Jika penyebab terjadinya syok
karena jantung tidak dapat memompa darah secara adekuat, berarti
diagnosisnya merupakan syok kardiogenik. Prosedur untuk mendiagnosa
yok dan penyebabnya adalah:
a. Pemeriksaan tekanan darah
Pemeriksaan tekanan darah dilakukan untuk mengetahui apakah pasien
mengalami hiptensi. Ini merupakan tanda ayok yang paling umum.
b. Foto toraks
Umumnya normal atau kardiomegali ringan hingga sedang
Edema paru intersisial/alveolar
Mugnkin ditemukan efusi pleural
c. Elektrokardiogram
Umumnya menujukkan infark miokard akut dengan tau tanpa gelombang Q
Electrical alternans menunjukkan adanya efusi perikardial dengan
tamponade jantung
d. Elektrokardiografi
Ekokardiogram menggunakan gelombang usra untuk membentuk sebuha
gambaran jantung. Pemeriksaan ini memberikan informasi mengenai ukuran
dan bentuk jantung dan bagaimana kinerja jantung. Pemeriksaan ini penting
untuk menilai:
Hipokinesis berat ventrikel difus atau segmental (bila berasal dari infark
miokard)
Efusi perikardial
Katup mitral dan aorta
Ruptur septum
e. Kateterisasi jantung
Umumnya tidak perlu kecuali pad aksus tertentu untuk mengetahui anatomi
pembuluh darah koroner dan fungsi ventrikel kiri untuk persiapan bedah
pintas krooner atau angioplastu koroner transluminal perkutan.
Untuk menunjukkan defek mekanik pada septum ventrikel atau regurgitasi
mitrala kiabat disfungsi atau ruptur otot papilaris.
f. Cardiac Enzyme Test
Ketika sel jantung ada yang mengalami kematian, maka tubuh akan
mengelurakan enzim ke darah. Enzim tersebut disebut biomarker. Pemeriksaan
enzim ini dapet menunjukkan apakah jantung mengalami kerusakan.
g. Tes darah
Pemeriksaan gas darah arteri pemeriksaan ini mengukur kadar oksigen,
karbon dioksida, dan pH dalam darah.
Pemeriksaan untuk mengukur fungsi beberapa organ, misalnya ginjal dan
hati. Jika organ-organ tersebut tidak bekerja dengan baik, maka mungkin
menunjukkan bahwa organ terebut tidak mendapatkan suplai nutrisi dan
oksigen yang cukup dan hak tersebut bisa menunjang tanda-tanda terjadinya
syok kardiogenik.
A. Pengkajian primer
1. Airway: penilaian akan kepatenan jalan napas, meliputi pemeriksaan
mengenai adanya obstruksi jalan napas, adanya benda asing. Pada klien
yang dapat berbicara dapat dianggap jalan napas bersih. Dilakukan pula
pengkajian adanya suara napas tambahan seperti snoring.
2. Breathing: frekuensi napas, apakah ada penggunaan otot bantu pernapasan,
retraksi dinding dada, adanya sesak napas. Palpasi pengembangan paru,
auskultasi suara napas, kaji adanya suara napas tambahan seperti ronchi,
wheezing, dan kaji adanya trauma pada dada.
3. Circulation: dilakukan pengkajian tentang volume darah dan cardiac output
serta adanya perdarahan. Pengkajian juga meliputi status hemodinamik,
warna kulit, nadi.
4. Disability: nilai tingkat kesadaran, serta ukuran dan reaksi pupil.
B. Pengkajian sekunder
Pengkajian sekunder meliputi anamnesis dan pemeriksaan fisik.
Anamnesis dapat menggunakan format AMPLE (alergi, medikasi, past illness,
last meal, dan environment). Pemeriksaan fisik dimulai dari kepala hingga kaki
dan dapat pula ditambahkan pemeriksaan diagnostik yang lebih spesifik seperti
foto thoraks,dll.
1) Data Biopsikososial-spiritual
Oksigen
Gejala :
Dispnea tanpa atau dengan kerja
Paroxymal nocturnal dyspnea
Pernapasan cheyne stokes
Batuk dengan atau tanpa produksi sputum
Tanda :
Peningkatan frekuensi pernafasan
Sesak/sulit bernafas
Tampak pucat, sianosis
Bunyi nafas ( bersih, krekles, mengi ), sputum
Nutrisi
Gejala : mual, muntah, anoreksia, nyeri ulu hati, nyeri abdominal,
sangat kehausan.
Tanda : penurunan turgor kulit, kulit kering, berkeringat, perubahan
berat badan
Eliminasi
Gejala : Oliguri
Tanda : Produksi urin < 20 mL/jam
Gerak dan aktifitas
Gejala :
Kelemahan
Kelelahan
Pola hidup menetap
Tanda :
Takikardi
Dispnea pada istirahat atau aktifitas
Istirahat dan Tidur
Gejala : insomnia/susah tidur
Tanda : kesulitan saat akan tidur dan sering terbangun saat tidur akibat
nyeri dan sesak napas.
Pengaturan suhu tubuh
Gejala: suhu tubuh rendah, anggota gerak teraba dingin (ektremitas
dingin).
Tanda : menggigil.
Kebersihan Diri
Gejala dan tanda : Kesulitan melakukan tugas perawatan diri.
Rasa Nyaman
Gejala :
Gelisah
Meringis
Nyeri hebat, berlangsung lebih dari ½ jam, tidak menghilang
dengan obat-obatan nitrat.
Lokasi : Biasanya di daerah subternal. Nyeri menjalar ke leher,
rahang, lengan, dan punggung.
Kualitas : Rasa seperti ditekan, diperas, seperti diikat, rasa seperti
dicekik.
Sosialisasi
Gejala :
- Stress
- Kesulitan koping dengan stressor yang ada misal : penyakit,
perawatan di RS dan ancaman kematian.
Tanda :
Kesulitan istirahat dengan tenang
Respon terlalu emosi ( marah terus-menerus, ketakutan )
Menarik diri
Gelisah
Cemas
Sirkulasi
Gejala : riwayat IMA sebelumnya, penyakit arteri koroner, masalah
tekanan darah.
Tanda :
- Tekanan darah
Penurunan tekanan darah (sistolik kurang dari 90 mmHg, atau
berkurangnya tekanan arteri rata-rata lebih dari 30 mmHg).
- Nadi
Nadi teraba lemah dan cepat, berkisar antara 90–110 kali/menit,
atau bradikardi berat.
- Bunyi jantung
S1 terdengar lembut (soft). Dapat juga terdengar suara jantung
abnormal (abnormal heart sounds), misalnya: S3 gallop, S4, atau
murmur dari ruptured papillary muscle, regurgitasi mitral akut,
atau septal rupture.
- Irama jantung dapat teratur atau tidak teratur .
- Edema
Distensi vena juguler, edema dependent , perifer, edema
umum,krekles mungkin ada dengan gagal jantung atau ventrikel.
- Warna
Pucat atau sianosis, kuku datar , pada membran mukosa atau bibir
2. Pemeriksaan Fisik
a. Tampilan umum (inspeksi) :
Pasien tampak pucat, diaforesis (mandi keringat), gelisah akibat
aktivitas simpatis berlebih.
Pasien tampak sesak/sulit bernapas.
Kombinasi nyeri dada substernal > 30 menit dan banyak keringat
dicurigai kuat adanya stemi.
Oliguri (urin < 20 mL/jam).
Tekanan vena sentral > 10 mmH2O
b. Denyut nadi dan tekanan darah (palpasi):
- Sinus takikardi (> 100 x/menit) terjadi pada sepertiga pasien.
- Adanya sinus bradikardi atau blok jantung sebagai komplikasi
dari infark
- Nadi teraba lemah dan cepat
- Tensi turun < 80-90 mmHg.
c. Pemeriksaan jantung (auskultasi):
- Adanya bunyi jantung S4 dan S3 Gallop, Penurunan intensitas
bunyi jantung pertama dan split paradoksikal bunyi jantung
kedua.
- Dapat ditemukan murmur mid sistolik atau late sistolik apikal
bersifat sementara.
- Bunyi jantung sangat lemah, bunyi jantung III sering terdengar.
- Indeks jantung kurang dari 2,2 L/menit/m2.
Necrosis miokard
Gangguan kontraktilitas
miokardium
Syok kardiogenik
Gangguan rasa
Intoleransi aktifitas
nyaman
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
SUMBER RSUP. Dr. WAHIDIN SUDIROHUSODO MAKASSAR
Lampiran 7
MR.3/BEDAH/R.I/B/2012
I. Primary survey
A. Airway
1. Pengkajian jalan napas
Bebas Tersumbat
Trachea di tengah : Ya Tidak
Suara napas :Snooring
a. Resusitasi : Pembebasan jalan napas dengan menggunakan
b. Re evaluasi : pasien mengalami sesak napas
Masalah keperawatan : Ketiakbersihan jalan napas
B. Breathing
1. Fungsi pernapasan :
a. Dada simetris : Ya Tidak
b. Sesak napas : Ya Tidak
c. Respirasi : 28x/menit, cepat dan dangkal (takhipneu).
d. Krepitasi : Ya Tidak
e. Suara napas : Snooring
f. Masalah keperawatan : Pola nafas tidak efektif
C. Circulation
1. Keadaan sirkulasi :
a. Nadi : 120 x/menit
b. TD ; 60/40 mmHg
c. Suhu axila : 36,5oC
d. Temperatur kulit : Akral dingin
e. SpO2 : 95 %
f. Gambaran kulit:
Kulit kering dan pucat
g. Pengisian kapiler : >3 detik
Masalah Keperawatan : Penurunan curah jantung
D. Disability
1. Penilaian fungsi neurologis
Kesadaran composmentis dengan GCS 6 (E2V2M2)
E. Exposure
1. Penilaian Hipotermia/hipertermia
Terjadi peningkatan suhu tubuh, dengan suhu : 36,5oC
2. Akral : Teraba dingin
3. Masalah keperawatan : tidak ada
TRAUMA SCORE
1. Frekuensi Pernafasan
10 – 25 4
25 – 35 3
> 35 2
< 10 1
0 0
2. Usaha bernafas
Normal 1
Dangkal 0
3. Tekanan darah
> 89 mmHg 4
70 – 89 mmHg 3
50 – 69 mmHg 2
1 – 49 mmHg 1
0 0
4.Pengisian kapiler
< 2 dtk 2
> 2 dtk 1
Tidak ada 0
1. Glasgow Coma Score (GCS)
14 – 15 5
11 – 13 4
8 – 10 3
5–7 2
3–4 1
TOTAL TRAUMA SCORE ( 1 + 2 + 3 + 4 + 5 ) = 3+ 0 + 2 + 1 + 2 = 8
II. PENGKAJIAN SEKUNDER / SURVEY SEKUNDER
1. RIWAYAT KESEHATAN
S :Sign/symptoms (tanda dan gejala) : keluhan nyeri seperti tertusuk-
tusuk pada dadanya secara terus menerus.
A : Allergies (alergi) : Tidak ada riwayat alergi dingin
M : Medications (pengobatan) : Keluarga klien mengatakan
sebelumnya klien memang sudah sering keluar masuk RS
P : Past medical history (riwayat penyakit) : mempunyai riwayat
Hipertensi dan juga penyakit jantung (CVD : Cardio Vaskuler Disease
L : Last oral intake (makanan yang dikonsumsi terakhir, sebelum
sakit) : Nasi dan ikan
E : Event prior to the illnesss or injury (kejadian sebelum injuri/sakit) :
pasien tiba-tiba merasakan sakit pada dada nya yang tidak tertahankan
dan juga pasien mengalami penurunan kesadaran
III. RIWAYAT DAN MEKANISME TRAUMA (Dikembangkan menurut
OPQRST)
O:-
P:-
Q:-
R:-
S:-
T:-
A. TANDA-TANDA VITAL
TD : 60/40 mmHg RR : 28x/i
N : 120x/menit S : 36.7°C
PEMERIKSAAN FISIK (HEAD TO TOE)
1. Kepala
a. Kulit kepala
d. Abdomen
Inspeksi : Terdapat asites dan terlihat spider nevi
Auskultasi : bising usus 17x/menit
Palpasi : tidak ada nyeri tekan di daerah epigastrium dan didaerah
sekitar organ hati saat di palpasi terasa kenyal dan tidak ada
pembekakan
Perkusi : Tympani
e. Pelvis
Inspeksi : tidak terdapat cedera maupun luka
Palpasi : tidak ada nyeri pada pelvis
f. Perineum dan rektum :-
g. Genitalia : Fungsi genetalia baik
h. Ekstremitas :
- Atas : Akral dingin, terpasang infus di tangan kanan, tidak ada luka ,dan
tidak ada kelumpuhan.
- Bawah : tidak terjadi kelumpuhan, tidak ada luka, dan tidak terpasang
infus di kaki kanan maupun kiri.
i. Eliminasi :
- BAK :Volume 1000 cc/24 jam
- Warnanya seperti teh pekat
- kesulitan tidak ada
- BAB: Frekuensi 1 hari, warna pucat, konsistensi lunak dan kesulitan tidak
ada.
B. HASIL LABORATORIUM
Norepinefrin 0,2 mcg/kg/min IV
Dobutamin 5 mcg/kg/min IV
ANALISA DATA :
2. Ds :
Do :
Do :
DIAGNOSA KEPERAWATAN
2 . Penurunan curah jantung Setelah dilakukan tindakan Manajemen Syok Manajemen syok
b/d perubahan tekanan darah keperawatan selama 1x6 jam Monitor status cairan
Observasi :
diharapkan perfusi jaringan (masukan dan
DO: Monitor status cairan (masukan
perifer meningkat yang haluaran,turgor kulit, CRT)
dan haluaran,turgor kulit, CRT)
Pingisian kapiler >3 diibuktikan dengan kriteria hasil: Hasil : pasien sering minum
Terapetuk :
detik air putih,kulit masih nampak
a. Warna kulit pucat dari cukup Pasang jalur IV
Akral teraba dingin pucat,CRT >3 detik
menurun (2) menjadi cukup Kolaborasi :
Kulit nampak pucat Pasang jalur IV
meningkat (4) Kolaborasi pemberian infus cairan
Klien tampak lemah Hasil : pasien telah di
b. Akral dingin dari cukup kiristaloid 1-2 L
- Adapun hasil TTV
pasangkan infus
klien yaitu : memburuk (2) menjadi Kolaborasi tranfusi
TD : 60/40mmHg membaik (5) Kolaborasi pemberian infus
RR : 25x/i cairan RL 20 tpm
N : 120x/i c. Pengisian kapiler tidak
memanjang atau <2 detik Hasil : pasien telah di berikan
Ciaran RL 20 tpm
3. Bersihan Jalan Nafas tidak Setelah dilakukan tindakan Manajemen Jalan Napas Manajemen Jalan Napas
Efektif b/d , sekresi tertahan keperawatan selama 1 x 6 jam, Observasi Monitor pola napas
diharapkan pola nafas membaik Monitor pola napas (frekuensi,kedalaman dan
Do : yang dibuktikan dengan kriteria (frekuensi,kedalaman dan usaha usaha napas)
hasil : napas) Hasil : Pasien masih nampak
Pasien Nampak sesak
Penggunaan otot bantu Terapeutik sesak dengan Frekuensi nafas
napas
napas dari cukup meningkat Posisikan semi-fowler atau fowler 25 x/menit
Suara napas snoring
(2) menjadi menurun (5) Berikan oksigen Posisikan semi-fowler atau
Terdapat sekretdi
Dispnea dari cukup fowler
jalan napas
meningkat (2) menjadi Hasil : Pasien merasa
P: 28 x/menit
menurun (5) nyaman posisi setengah
Frekuensi nafas membaik duduk (semi
dari cukup memburuk (2) fowler),frekuensi napas
menjadi membaik (5) 25x/menit
Berikan oksigen
Hasil : pemberian RM
10L/menit dengan RR : 25
x/mnt, SpO2 : 98%.
EVALUASI
NO DIAGNOSA KEPERAWATAN EVALUASI
1
Nyeri akut b/d Agens cedera S :
biologis (mis, infeksi, O:
iskemia, neoplasma)
- pasien Nampak pucat
- pasien Nampak meringis
Kulit pucat
Konjungtiva anemis
Akral dingin
TD : 60/40mmHg
RR : 25x/i
N : 120x/i
S : 36.7°C
P : Lanjutkan intervensi
Manajemen Syok
Monitor status cairan (masukan dan haluaran,turgor
kulit, CRT)
Kolaborasi pemberian infus cairan kiristaloid 1-2 L
3
Bersihan Jalan Nafas tidak S : -
Efektif b/d , sekresi tertahan
O:
P: Lanjutkan intervensi