Anda di halaman 1dari 22

ANALISIS NILAI-NILAI BUDAYA DALAM CERPEN PILIHAN

KOMPAS TAHUN 2017 SERTA PEMANFAATANNYA SEBAGAI


BAHAN AJAR TEKS SASTRA DI SMA KELAS XI
(TINJAUAN PENDEKATAN SOSIOLOGI SASTRA)

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat dalam menempuh gelar Sarjana (S1)
pada Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

oleh
FELLIN PRAHESWARA
NPM 1510631080054

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SINGAPERBANGSA KARAWANG
2019
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang Masalah
Indonesia merupakan salah satu negara yang mempunyai banyak
keanekaragaman budaya yang sangat khas dan unik. Dalam era
modernisasi sekarang ini, tidak sedikit penduduk Indonesia yang
merasakan budaya asing dan melupakan budaya sendiri. Perkembangan
teknologi dan masuknya budaya barat ke Indonesia, tanpa disadari secara
perlahan kebudayaan barat tidak banyak memberikan dampak positif. Hal
tersebut seperti rendahnya pengetahuan yang menyebabkan akulturasi
kebudayaan yang tidak sesuai dengan nilai-nilai luhur yang terkandung di
dalam kebudayaan daerah. Masuknya kebudayaan barat tanpa disaring
oleh masyarakat dan diterima secara mentah atau apa adanya,
mengakibatkan terjadinya degredasi yang sangat luar biasa terhadap
kebudayaan asli.
Beberapa budaya di Indonesia secara perlahan mulai mengalami
kepunahan, berbagai budaya barat yang menghantarkan kita untuk hidup
modern yang meninggalkan segala hal yang tradisional, hal ini memicu
orang menjadi bersifat dan bersikap individualis dan materialistis.
Berkurangnya nilai budaya dalam diri masyarakat dan siswa hendaknya
perlu perhatian khusus untuk menjaga segala budaya yang kita miliki.
Masalah yang muncul apabila salah satu bahkan dua nilai budaya
akan hilang yaitu dilihat dari pokok nilai budaya yang nyata di masyarakat
yaitu hakikat hidup manusia. Beberapa Indikatornya ialah keyakinan
terhadap takdir, keyakinan terhadap orang yang lebih tua. Apabila nilai
budaya ini hilang, sebagai contohnya siswa yang menjadi subjek utama
akan melawan terhadap orang tua tanpa tau kesantunan. Pokok nilai
budaya yang kedua ialah hakikat karya manusia. Beberapa indikator yang
kedua ialah keyakinan terhadap karya atau pendapat orang lain, keyakinan
terhadap adat istiadat, menghargai orang lain. Apabila nilai ini hilang,
contohnya siswa nantinya akan menjadi sosok pribadi yang indivualis,
karena siswa asyik menggunakan gawai tanpa menghargai orang di
sekelilingnya yaitu tidak bercengkrama sebagaimana mestinya. Dan
terakhir hakikat manusia dengan alam, dan beberapa indikatornya ialah
keyakinan dengan alam dan pemanfaatannya serta keyakinan menjaga
alam. Apabila nilai ini hilang, sebagai contohnya siswa akan mudah
membuang sampah sembarangan, mengotori tembok jalanan, dan merusak
fasilitas yang ada di alam.
Salah satu penyebabnya yang terjadi di sekolah, yaitu kurangnya
sumber belajar siswa yang berkaitan dengan kebudayaan. Dalam
kurikulum 2013, yang terjadi saat dimulainya penggunaan kurikulum
tersebut banyak memiliki kekurangan dan kelebihan. Kelebihan yang
diunggulkan yaitu siswa dituntut lebih aktif, kreatif, dan inovatif, siswa
juga dinilai sehingga semua aspek memiliki penilaian, dan yang paling
diunggulkan ialah pembelajaran dengan student center learning atau dapat
disebut juga dengan pembelajaran berpusat di siswa sehingga siswa
dituntut untuk mandiri dalam mengerjakan tugas yang diberikan guru.
Namun dibalik kelebihan yang unggul tidak selamanya berjalan secara
mulus, masih banyak kekurangan-kekurangan yang terjadi dalam
berjalannya kurikulum tersebut. Seperti kurangnya persiapan guru dalam
menyampaikan materi, guru salah menafsirkan maksud dari kata mandiri,
sehingga banyak guru yang tidak menjelaskan terlebih dahulu materi yang
akan dilaksanakan dalam pembelajaran, terlebih lagi guru hanya
memberikan soal dengan buku seadanya yang diberikan pemerintah.
Siswa hanya diberikan bahan bacaan berupa buku paket dan itu
pun kurang lengkap materi yang diberikan pada buku tersebut. Materi
yang disajikan dengan soal yang diberikan dalam buku paket tingkat
keterkaitannya masih sangat minim, sehingga siswa menjadi bingung
karena bahan belajar yang digunakannya sulit digunakan dan sulit untuk
menemukan jawaban dari soal yang disajikan.
Penggunaan buku paket tanpa menggunakan lembar kerja siswa
akan membuat siswa kurang mengasah otak mereka dalam berpikir. Ketika
guru hanya memberikan soal-soal yang terdapat dalam buku paket, itu
hanya membuat siswa menjadi bosan karena kebanyakan soal yang
diberikan dalam buku paket sulit untuk ditemukan jawabannya karena
materi yang disajikan dengan jawaban tidak ada kaitannya. Penyajian
materi yang disampaikan dalam buku paket juga kurang mencerminkan
nilai-nilai budaya, tema yang diangkat dalam buku paket tersebut lebih
banyak mengangkat tema mengenai teknologi, sehingga anak semakin
tidak tertinggal oleh zaman modern namun meninggalkan budaya daerah
mereka sendiri.
Kebutuhan akan pendidikan yang dapat melahirkan manusia
Indonesia yang mencintai budayanya sendiri sangat dibutuhkan saat ini
karena dekandensi moral yang terus menerus terjadi pada generasi bangsa
ini dan nyaris membawa bangsa ini menuju kehancuran. Maka dari itu,
permasalahan tersebut yang diangkat oleh peneliti sebagai objek yang
nantinya akan diteliti. Bahan ajar berupa lembar kerja siswa yang
mengangkat tema budaya, nantinya akan mengasah siswa dalam
memahami kebudayaan yang ada di Indonesia. Bahan ajar tersebut
nantinya akan menjadi pembaharu bahan ajar yang sebelumnya, dan
menambah referensi siswa untuk tetap belajar dan memahami kebudayaan
Indonesia.
Pada konteks tersebut maka sastra merupakan sastra merupakan
salah satu media yang dapat dimanfaatkan untuk menggali dan
mentransformasikan nilai budaya. Hal ini dikarenakan karya sastra adalah
sebuah refleksi pemikiran seorang pengarang tentang kehidupan manusia
yang sarat akan emosi sosial, sehingga karya sastra memiliki nilai lebih
dibandingkan dengan pendekatan lainnya karena mampu menyentuh jiwa
dan perasaan manusia. Menurut Ratna (2004: 323-333) ada beberapa hal
yang harus dipertimbangkan mengapa sastra memiliki kaitan erat dengan
masyarakat dan dengan demikian harus diteliti dalam kaitannya sebagai
transformasi didaktis, antara lain: (1) karya sastra hidup dalam
masyarakat, menyerap aspek kehidupan yang terjadi dalam masyarakat,
yang pada gilirannya juga difungsikan oleh masyarakat, (2) medium karya
sastra, baik lisan maupun tulisan, dipinjam melalui kompetensi masyarakat
yang dengan sendirinya telah mengandung masalah-masalah
kemasyarakatan, (3) berbeda dengan ilmu pengetahuan, agama, adat
istiadat, dan tradisi yang lain, dalam karya sastra terkandung estetika,
etika, bahkan juga logika, masyarakat jelas sangat berkepentingan
terhadap tiga aspek tersebut, (4) sama dengan masyarakat, karya sastra
adalah hakikat intersubjektivitas, masyarakat menemukan citra dirinya
dalam suatu karya. Jadi, karya sastra yang banyak diciptakan hampir
semuanya adalah buah pikir masalah yang terjadi di masyarakat lalu
diangkat dan diolah menjadi hasil karya sastra yang berasal dari
masyarakat dan dinikmati oleh masyarakat.
Salah satu karya sastra yang diharapkan dapat memunculkan hal-
hal atau pemikiran-pemikiran yang positif bagi pembacanya ialah cerpen.
Cerpen dapat menjadi bahan untuk mencari suatu pembelajaran atau
pengalaman, karena cerpen mengandung nilai-nilai budaya, pendidikan,
kehidupan, sosial, serta pesan moral. Sebagai sebuah karya, cerpen
merupakan jenis karya sastra yang dapat dikatakan begitu dekat dengan
kehidupan masyarakat. Cerpen dapat dijadikan edukasi, sebab setiap
ceritanya mampu membangkitkan efek tertentu dalam diri pembacanya.
Selain menjadi edukasi, cerpen lebih mudah dipahami dari pada karya
sastra lain yaitu novel. Perbedaan yang sangat signifikan adalah cerpen
dapat dibaca sekali duduk, dipahami sekali membaca, tidak memberatkan
siswa. Sedangkan novel, siswa harus mencerna beberapa subab sehingga
siswa berpikir lebih lama untuk mengaitkan subab satu dengan yang
lainnya. Dengan begitu, apabila cerpen dijadikan sebuah media dalam
membuat bahan ajar, kemungkinan besar saat siswa membaca cerpen yang
ditugaskan oleh guru, siswa mampu membangkitkan semangat mereka dan
juga memberikan edukasi tentang kekayaan budaya yang terdapat di
Indonesia ataupun di daerah siswa tersebut berada.
Penggunaan cerpen pilihan Kompas dilihat dari pertimbangan
editor dalam kurun waktu satu tahun selalu menampilkan tema yang
mengangkat kebudayaan, hal itu menunjukkan cerpen Kompas unggul
dalam nilai budaya, sehingga peneliti menggunakan cerpen pilihan
Kompas. Selain itu, Kompas juga merupakan koran publik, dan sudah
selayaknya menampilkan isi atau cerpen dari sisi-sisi sosial budaya. Sastra
koran merupakan bacaan yang sekali baca dan buang, namun kompas
sangat selektif dalam memilih karya untuk dimuat.sehingga sekarang
Kompas membukukan cerpen yang dimuat di koran agar masyarakat dapat
membaca kapanpun ia mau. Cerpen kompas bukan menjadi sekadar
bacaan yang menghibur bagi pembaca, tetapi juga dapat menjadi bahan
pemikiran, menjadi sebuah gagasan. Pemilihan empat buah cerpen dalam
penelitiannya dikarenakan empat cerpen tersebut merupakan buah seleksi
dari para editor dari latar belakang yang diambil dari masyarakat dan
berhubungan dengan budaya yang ada di masyarakat dan sudah memenuhi
dan mencakup semua yang ada di dalam nilai budaya, sehingga empat
cerpen tersebut pula lebih unggul dari segi budaya dibandingkan tujuh
belas cerpen yang lebih banyak menampilkan gagasan mengenai cinta
tanah air dan pembalasan. Dari judul saja sudah membuktikan bahwa
cerpen pilihan Kompas 2017 menggambarkan adanya cerita yang
berkaitan dengan budaya, seperti yang terlihat pada sampul buku bagian
depan yang berjudul “Kasur Tanah” ketika melihat penceritaannya
menggambarkan kebudayaan dari Madura. Kompas juga dianggap sebagai
sarana pemerolehan bahan ajar untuk siswa yang duduk di bangku SMA.
Guna meningkatkan kemampuan moral dan cinta budaya, pemilihan
cerpen Kompas tahun 2017 yang memiliki nilai budaya yang digunakan
sebagai bahan ajar berupa LKS dalam pembelajaran.
Dari permasalahan yang sudah dijabarkan baik di sekolah maupun
di masyarakat, akhirnya peneliti membuat judul penelitian Analisis Nilai-
Nilai Budaya dalam Cerpen Pilihan Kompas tahun 2017 serta
pemanfaatannya sebagai bahan ajar Teks Sastra di SMA Kelas XI
(Tinjauan Pendekatan Sosiologi Sastra).
B. Batasan Masalah
Dari uraian tersebut, peneliti membatasi masalah hanya pada
struktur cerpen, nilai budaya, pemanfaatannya sebagai bahan ajar yang
terdapat dalam cerpen pilihan Kompas tahun 2017 sebanyak empat buah
cerpen diantaranya (1) Kasur Tanah, (2) Rumah Batu Kakek Songkok, (3)
Sekuntum Melati Ibu, dan (4) Mbah Dlimo yang memiliki unsur nilai
budaya.

C. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut, penulis mengemukakan
beberapa permasalahan di antaranya yaitu sebagai berikut.
a. Bagaimana struktur yang terdapat dalam cerpen pilihan Kompas
tahun 2017?
b. Apa dan Bagaimana nilai-nilai budaya dalam cerpen pilihan
Kompas tahun 2017?
c. Bagaimana pemanfaatan cerpen pilihan Kompas tahun 2017
sebagai bahan ajar teks sastra di SMA kelas XI?
D. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah tersebut, maka tujuan penelitian
sebagai berikut.
a. Mendeskripsikan struktur yang terkandung dalam cerpen pilihan
Kompas tahun 2017.
b. Mendeskripsikan nilai-nilai budaya yang terkandung dalam cerpen
pilihan Kompas tahun 2017.
c. Membuat dan mendeskripsikan bahan ajar bagi peserta didik di
SMA kelas XI.
E. Manfaat Penelitian
a. Teoretis
1) Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan keilmuan
tentang nilai budaya dalam cerpen pilihan Kompas tahun 2017.
2) Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan keilmuan
tentang pemilihan bahan ajar untuk peserta didik di SMA
dengan menggunakan cerpen pilihan Kompas tahun 2017.
3) Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan keilmuan
mengenai teori Fiksi Robert Stanton.
b. Praktis
1) Bagi peneliti
Penelitian ini diharapkan mampu menambah wawasan
kelimuan untuk penelitian relevan yang berikutnya.
2) Bagi Siswa
Penelitian ini diharapkan mampu menambah kreatif siswa
dalam bidang budaya serta melatih siswa dalam pembelajaran
berbasis budaya sehingga anak mampu memahami
pembelajaran tersebut dengan baik.
3) Bagi Guru
Penelitian ini diharapkan menjadi referensi bagi guru untuk
mengajar dengan menggunakan nilai budaya pada cerpen
dengan tinjauan sosiologi sastra sebagai bahan ajar teks sastra
di sekolah.
4) Bagi Sekolah
Penelitian ini dapat dijadikan sumber belajar bagi siswa, guru
dan pembaca sebagai bahan belajar bidang sastra dari segi nilai
budaya dengan tinjauan sosiologi sastra.
5) Bagi Pembaca
Penelitian ini dapat menambah wawasan dan sebagai referensi
pembaca untuk melakukan penelitian di bidang sastra
khususnya cerpen dari segi budaya dengan tinjauan sosiologi
sastra.
F. Definisi Operasional
Definisi Operasional digunakan untuk menghindari kesalahpahaman
dalam menafsirkan istilah atau kata yang terkait dengan judul atau kajian
dalam penelitian ini. Adapun pengertian atau istilah dalam penelitian
sebagai berikut:
1) Nilai Budaya
Suatu bentuk konsepsi umum yang dijadikan pedoman dan petunjuk di
dalam bertingkah laku baik secara individual, kelompok atau
masyarakat secara keseluruhan tentang baik buruk, benar salah, patut
atau tidak patut.
2) Cerita pendek
Jenis karya sastra berbentuk prosa dan bersifat fiktif yang
menceritakan atau menggambarkan suatu kisah yang dialami oleh
suatu tokoh secara ringkas disertai dengan berbagai konflik dan
terdapat penyelesaian atau solusi dari masalah yang dihadapi. Cerpen
juga cerita yang membatasi diri dalam membahas salah satu unsur fiksi
dalam aspeknya yang terkecil.
3) Bahan Ajar
Seperangkat sarana atau alat pembelajaran yang berisikan materi
pembelajaran, metode, batasan-batasan, dan cara mengevaluasi yang di
desain secara sistematis dan menarik dalam rangka mencapai tujuan
yang diharapkan, yaitu mencapai kompetensi atau subkompetensi
dengan segala kompleksitasnya.
4) Teks Sastra
Teks-teks yang disusun dengan tujuan artistik dengan menggunakan
bahasa. Teks sastra tersebut ada yang bersifat naratif dan nonnaratif,
dan teks tersebut digunakan dalam pembelajaran di sekolah baik
berupa cerpen, novel, dan lain-lain. Bahasa yang digunakan terdiri atas
bahasa lisan dan bahasa tulis.
5) Pendekatan Sosiologi Sastra
Pemahaman terhadap karya sastra dengan mempertimbangkan aspek-
aspek kemasyarakatan, pemahaman terhadap karya sastra sekaligus
hubungannya dengan masyarakat yang melatarbelakanginya serta
hubungan dialektik antara sastra dengan masyarakat.
BAB III

METODOLOGI PENELITIAN
A. Pendekatan dan Metode Penelitian
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah
pendekatan kualitatif dengan menggunakan metode deskriptif analisis.
Pendekatan kualitatif merupakan suatu pendekatan dalam melakukan
penelitian yang berorientasi pada gejala-gejala yang bersifat alamiah
karena orientasinya demikian, maka sifatnya naturalistik dan mendasar
atau bersifat kealamiahan serta tidak bisa dilakukan di laboratorium
melainkan harus terjun di lapangan (Nazir, 1986: 159).
Sehubungan dengan penelitian ini, maka peneliti menggunakan
pedoman pelaksanaan penelitian dengan menggunakan pendekatan
kualitatif, dimana yang dikumpulkan berupa pendapat, tanggapan,
informasi, konsep-konsep dan keterangan yang berbentuk uraian dalam
mengungkapkan masalah. Penelitian kualitatif adalah rangkain kegiatan
atau proses penyaringan data atau informasi yang bersifat sewajarnya
mengenai suatu masalah dalam kondisi, aspek atau bidang tertentu dalam
kehidupan objeknya (Nawawi, 1994: 176).
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif
analisis. Dalam metode ini dilakukan dengan cara mendeskripsikan fakta-
fakta yang kemudian disusul dengan analisis (Ratna, 2004: 53). Secara
etimologis deskripsi dan analisis berarti menguraikan. Meskipun
demikian, analisis yang berasal dari bahasa yunani, analyein (‘ana’= atas,
‘lyein’= lepas, urai), telah diberikan arti tambahan, tidak semata-mata
menguraikan melainkan juga memberikan pemahaman dan penjelasan
secukupnya.
Metode deskriptif analisis juga dapat digabungkan dengan metode
formal. Mula-mula data dideskripsikan, dengan maksud untuk menemukan
unsur-unsurnya, kemudian dianalisis, bahkan juga diperbandingkan. Yang
perlu dipertimbangkan adalah metode yang lebih khas merupakan metode
utama, misalnya metode formal atau analisis isi kemudian dilanjutkan
dengan metode yang lebih bersifat umum (Ratna, 2004: 53).
B. Data dan Objek penelitian
Data penelitian dalam penelitian ini adalah cerpen pilihan Kompas
tahun 2017. Cerpen tersebut dipilih sebanyak empat cerpen dari delapan
cerpen yang memiliki nilai budaya. Cerpen yang berjumlah delapan dan
memiliki nilai budaya tersebut penyaringan dari 21 cerpen di buku cerpen
pilihan Kompas tahun 2017 yang berjudul Kasur Tanah, diantaranya
a. “Kasur Tanah” karya Muna Masyari, tema yang diangkat dalam
cerpen ini mengenai kebudayaan menghaturkan berbagai macam
perabot pada seorang kiai sebagai sortana agar orang yang sudah
meninggal dengan melihat sortananya akan teringat pada orang
meninggal tersebut.
b. “Rumah Batu Kakek Songkok” karya Lina PW, cerpen ini
menggambarkan tentang kebudayaan rumah adat kayu yang tidak
ingin digantikan oleh rumah batu atau rumah yang sudah disemen.
c. “Sekuntum Melati Ibu” karya Miranda Seftiana, tema yang
diceritakan adalah kebudayaan merawat tanaman buah serta bunga
dari jaman dahulu yang membuat tanaman dan bunga tersebut
memiliki hasil yang bagus.
d. “Mbah Dlimo” karya A Muttaqin, tema yang diceritakan adalah
kebudayaan yang menggambarkan sosok seorang Mbah Dlimo yang
mengetahui banyak hal. Keempat cerpen ini merupakan cerpen pilihan
kompas yang di dalamnya memiliki nilai budaya. Pemilihan cerpen,
didasarkan atas nilai-nilai budaya yang diambil dari jumlah cerpen
sebelumnya yang berjumlah delapan cerpen.
C. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data bertujuan untuk memperoleh data yang
akurat. Data tersebut adalah data yang sesuai dengan penelitian yang
sedang dilakukan. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah
teknik studi pustaka (library research). Menurut Sugiyono (2016: 240)
studi pustaka berkaitan dengan kajian teoretis, referensi secara literasi
ilmiah lainnya yang berkaitan dengan nilai, budaya, dan norma yang
berkembang pada situasi sosial yang diteliti, selain itu studi kepustakan
sangat penting dalam melakukan penelitian, hal ini dikarenakan penelitian
tidak akan terlepas dari literasi-literasi ilmiah.
Menurut Danial dan Warsiah (2009: 30) bahwa stusdi kepustakaan
adalah penlitian yang dilakukan oleh penliti dengan mengumpulkan
sejumlah buku-buku, majalah, liflet yang berknaan dengan masalah dan
tujuan penelitian.
Teknik ini untuk mencari dan mengumpulkan berbagai macam
sumber data yang relevan dengan penelitian yang sesuai dengan
perencanaan, dalam hal ini kajian terhadap teks cerpen pilihan Kompas
tahun 2017 yang berjudul “Kasur Tanah”. Cerpen ini menjadi sumber
data utama atau sumber primer dalam penelitian ini, sedangkan data
sekunder dalam penelitian ini, peneliti mengumpulkan beberapa data dan
sumber data meliputi buku bacaan yang relevan, teori-teori sastra, bacaan
karya sastra dari berbagai media, artikel-artikel sastra, jurnal ilmiah yang
relevan dengan objek yang diteliti yaitu kajian nilai-nilai budaya dalam
cerpen.

D. Instrumen
Menurut Arikunto (2013: 260) instrumen penelitian merupakan
sesuatu yang terpenting dan strategis kedudukannya di dalam keseluruhan
kegiatan penelitian. Instrumen penelitian dapat diartikan sebagai alat untuk
mengumpulkan, mengolah, menganalisa dan menyajikan data-data secara
sistematis serta objektif dengan tujuan memecahkan suatu persoalan atau
menguji suatu hipotesis. Jadi, semua alat yang bisa mendukung suatu
penelitian bisa disebut instrumen penelitian.
Menurut Arikunto (2013: 265) instrumen adalah alat bantu yang
dipilih dan digunakan oleh peneliti dalam kegiatannya mengumpulkan
data agar kegiatan tersebut menjadi sistematis dan dipermudah olehnya.
Kegiatan yang dilakukan peneliti sehubungan dengan pengambilan
data yaitu kegiatan membaca teks cerpen pilihan Kompas tahun 2017
karena peneliti bertindak sebagai pembaca yang aktif untuk membaca,
menggali, dan mengidentifikasi satuan-satuan tutur yang merupakan
penanda dalam peristiwa yang di dalamnya terdapat gagasan-gagasan dan
pokok pikiran hingga menjadi sebuah kebutuhan makna.
Dalam penelitian ini, instrumen dibagi menjadi tiga instrumen
diantaranya sebagai berikut.
1. Tabel 3.1 Pedoman Analisis Struktur Cerita Pendek
menurut Robert Stanton
No Aspek Analisis Indikator
1 Fakta Cerita Tokoh atau Tokoh mengacu pada seseorang atau pemain
penokohan peran, sedangkan penokohan mengacu pada
perwatakan yang digambarkan oleh tokoh. Tokoh
yang terdapat dalam cerita ada tokoh utama, tokoh
tambahan, protagonis, antagonis, sederhana, bulat,
statis, berkembang, tipikal dan terakhr tokoh
netral. Semua tokoh yang terdapat dalam cerita
selalu ada dan memerankan perannya sesuai sifat
dan karakternya baik jahat maupun baik.
Alur Alur mengacu pada rangkaian peristiwa dalam
sebuah cerita yang secara logik dan kronologik
saling berkaitan dengan apa yang dialami oleh
tokoh-tokoh yang terdapat dalam sebuah cerita.
Karena alur merupakan tahapan peristiwa, jadi
alur memiliki tahapan-tahapan yang pertama tahap
situaiion, kedua generating circumstances,ke tiga
rising action, ke empat climax, dan terakhir
denouement. Tahapan alur menjabarkan dari awal
cerita sampai akhir atau menemukan jalan keluar.
Latar Latar menggambarkan kejadian peristiwa baik
dilihat dari segi tempat, waktu dan suasana
sehingga menghasilkan kesungguhan dalam
sebuah cerita. Latar tempat terbagi menjadi tiga,
yaitu latar yang menunjukkan dimana cerita
tersebut berada yaitu latar tempat (di sawah, di
hutan), latar yang menggambarkan kapan
terjadinya cerita tersebut berlangsung yaitu latar
waktu (pagi, malam hari), latar yang
menggambarkan keadaan masyarakatnya yaitu
latar sosial budaya (tradisi, adat istiadat).
Tema Tema menggambarkan makna yang dapat
merangkum semua bagian dalam sebuah cerita
dengan cara paling sederhana dan efektif dalam
menentukan tema, dengan mengamati secara teliti
setiap konflik yang ada dalam sebuah cerita.
Dalam menggambarkan makna cerita, biasanya
penulis menggambarkan maknanya dengan
menggunakan tema yang berbeda ada tema
tradisional maupun nontradisional. Ada tema yang
utama ada juga tema tambahan. Cerita yang
disajikan biasanya memberikan penafsiran yang
berbeda bagi setiap pembacanya.
Sarana cerita Sudut Sudut pandang menggambarkan cara atau teknik
pandang pengarang dalam memerankan atau
menyampaikan sesuau melalui tokoh-tokoh yang
ada dalam sebuah cerita tersebut. Sudut pandang
dalam cerita terbagi menjadi empat bagian yang
pertama sudut pandang ketiga dia, kedua sudut
pandang persona pertama aku, ketiga sudut
pandnag persona kedua kau, keempat sudut
pandnag campuran.
Gaya dan Gaya bahasa menggambarkan cara pengarang
Tone dalam menggunakan bahasa baik dalam
mengungkapkan pemikiran, perasaan, dan
mempergunakan bahasa sesuai dengan isi yang
disampaikan dengan penuh keindahan dan
keharmonisan. Gaya bahasa terbagi menjadi unsur
leksikal dan gramatikal, serta retorika yang terdiri
dari permajasan, citraan, kohesi, penyiasatan
struktur.
Simbolisme Menggambarkan emosi melalui simbol, lebih
menimbulkan persoalan bagi pembacanya. Dalam
fiksi simbolisme memunculkan tiga efek. Pertama,
sebuah simbol yang muncul pada satu kejadian
penting dalam cerita menunjukkan makna
peristiwa tersebut. Dua, simbol yang ditampilkan
berulang-ulang mengingatkan akan beberapa
elemen konstan dalam semesta cerita. Tiga,
sebuah simbol yang muncul pada konteks yang
berbeda-beda akan membantu menemukan tema.
Ironi Menggambarkan keadaan cerita yang diluar
perkiraan pembaca, sehingga akan menimbulkan
efek dramatis. Dalam fiksi, ada dua jenis ironi
yang dikenal luas yaitu ironi dramatis, dan tone
ironis.

2. Tabel 3.2 Pedoman Analisis Nilai Budaya menurut Clyde


Kluckhohn.
No Sistem Nilai Budaya Indikator
1 Nilai Hakikat Hidup Manusia Keyakinan terhadap takdir, keyakinan
terhadap pendirian, keyakinan terhadap orang
yang lebih tua, keyakinan terhadap hal gaib,
keyakinan terhadap benda berharga,
keyakinan terhadap kekayaan.
2 Nilai Hakikat Karya Manusia Keyakinan terhadap pekerjaan orang lain,
keyakinan terhadap bentuk bangunan yang
baru, keyakinan terhadap adat istiadat yang
dibentuk sejak dahulu.
3 Nilai hakikat manusia dalam Keyakinan terhadap datangnya karma,
ruang dan waktu keyakinan terhadap segala bentuk perubahan
zaman, keyakinan terhadap datangnya
kematian, keyakinan terhadap datangnya
kebahagiaan.
4 Nilai hakikat hubungan manusia Keyakinan terhadap keindahan alam,
dengan alam keyakinan dengan pemanfaatan alam yang
ada.
5 Nilai hakikat Hubungan manusia Memberikan kasih sayang, memberikan bukti
dengan sesamanya kejujuran dalam hidup, memberikan makna
kehidupan yang sederhana, memberikan rasa
peduli terutama kepada yang lebih tua,
menjalin hubungan kekeluargaan yang baik.

3. Tabel 3.3 Pedoman penilaian ahli terhadap Bahan Ajar (Judgment


Expert) menurut Depdiknas Direktorat Pembinaan Sekolah
Menengah Atas (2010).
INSTRUMEN PENILAIAN JUDGMENT EXPERT BAHAN AJAR
Identitas
Nama :
NIP :
Jabatan/ Pangkat :
Lembaga/ Instansi :
Waktu Pelaksanaan :
Alamat :
No. Telepon :
Email :
No Komponen 1 2 3 4 5 Kritik/ Saran
KELAYAKAN ISI
1 Kesesuaian dengan KI, KD.
2 Kesesuaian dengan kebutuhan siswa.
3 Kesesuaian dengan kebutuhan bahan
ajar.
4 Kebenaran substansi materi.
5 Manfaat untuk penambahan
wawasan pengetahuan.
6 Kesesuaian dengan nilai-nilai,
moralitas, dan sosial.
PENYAJIAN
7 Kejelasan tujuan.
8 Urutan penyajian.
9 Pemberian motivasi.
10 Interaktivitas (stimulus dan respon)
11 Kelengkapan informasi
KEBAHASAAN
12 Keterbacaan.
13 Kejelasan informasi.
14 Kesesuaian dengan kaidah Bahasa
Indonesia.
15 Penggunaan bahasa secara efektif
dan efisien.
KEGRAFIKAN
16 Penggunaan font (jenis dan ukuran).
17 Layout/ tata letak.
18 Ilustrasi, grafik, gambar, foto.
19 Desain tampilan.
Sumber: Panduan Pengembangan Bahan Ajar Depdiknas Direktorat Pembinaan
Sekolah Menengah Atas (2010).
Instrumen dalam penelitian ini juga berupa RPP dan Silabus yang
mengacu pada Permendikbud No 59 Tahun 2014 mengenai pembuatan
bahan ajar yang harus berdasarkan pada silabus dan juga RPP, serta materi
cerpen pilihan kompas yang akan digunakan dalam proses penelitian.
Ketiganya akan digunakan sebagai tolak ukur tercapainya penelitian.
Ketiga komponen tersebut digunakan sebab untuk menjadikan sebuah
bahan ajar harus sesuai dengan rancangan pembelajaran yang sudah
dirancang di sekolah yang nantinya akan menggunakan bahan ajar
tersebut, selain itu juga RPP juga merupakan pengembangan dari silabus,
dan cerpen juga merupakan tolak ukur untuk menerapkan nilai-nilai
budaya yang akan diterapkan kepada peserta didik, maka ketiganya
digunakan sebagai instrumen dalam penelitian ini.
E. Teknik Analisis Data
Analisis data yang digunakan dalam penelitian adalah analisis
deskriptif kualitatif. Analisis deskriptif kualitatif adalah proses mencari
serta menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil
pengumpulan data di lapangan, kemudian diklasifikasi berdasarkan pokok
kajian, dan dimaknai berdasarkan referensi yang menjadi rujukan.
Miles dan Huberman (Sugiyono, 2016: 334-335), mengemukakan
prosedur analisis data dimulai dari reduksi data, pemaparan data, dan
penyimpulan. Reduksi data adalah kegiatan menyeleksi data sesuai dengan
fokus masalah. Pada tahap ini peneliti mengumpulkan semua data yang
dibutuhkan dalam penelitian. Pemaparan data adalah data yang telah
direduksi dipaparkan dengan rapi dalam bentuk deskriptif naratif
dilengkapi dengan tabel. Pemaparan data dilakukan secara sistematis dan
interaktif agar dapat dipahami dengan baik dan memudahkan untuk
penarikan kesimpulan. Penyimpulan data adalah melakukan penyimpulan
terhadap data yang telah dipaparkan sesuai teori yang digunakan.
Penyimpulan dilakukan secara deskriptif kualitatif dengan bahasa yang
baik dan benar, singkat, padat, dan mudah dipahami.
Dalam penelitian ini, teknik analisis data dilakukan dengan
mengikuti langkah-langkah sebagai berikut.
1. Membaca secara seksama, cermat, dan kritis untuk memahami
cerpen dan menemukan data yang ditetapkan.
2. Mengelompokan data berdasarkan masalah penelitian
berdasarkan struktur dan nilai-nilai budaya yang terdapat dalam
cerita pendek.
3. Mendeskripsikan struktur cerita pendek dan nilai-nilai budaya
budaya yang terdapat dalam cerita pendek.
4. Menganalisis struktur cerita pendek dan menganalisis nilai-
nilai budaya yang terdapat dalam cerita pendek.
5. Membuat kesimpulan hasil analisis terhadap cerita pendek
6. Menyusun hasil analisis atau hasil pengkajian.
7. Menyusun bahan ajar untuk kegiatan pembelajaran prosa di
SMA dari hasil analisis dan hasil pengkajian.
DAFTAR PUSTAKA
Abidin, Y. (2012). Pembelajaran Bahasa Berbasis Pendidikan Karakter.
Bandung: PT. Refika Aditama.
Aminuddin.( 2005). Pengantar Apresiasi Karya Sastra. Bandung: Sinar Baru
Algensindo.
Arikunto, S. (2013). Prosedur Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta.
Astuti, T. U. (2018). Nilai Budaya dan Feminisme dalam kumpulan cerpen
Jeramba-Jeramba Malam: 10 cerpen terbaik sayembara menulis cerpen
lokalitas lubuklinggau Karya Mimi La Rose, dkk. Jurnal Bahasa Indonesia
STKIP PGRI Lubuklinggau: Tidak Diterbitkan.
Baharuddin, dkk.( 2015). Teori Belajar dan Pembelajaran. Jawa Timur: Ar-Ruzz
Media.
Depdiknas. (2010). Petunjuk Teknis Pengembangan Bahan Ajar. Jakarta:
Depdiknas.
Damono, S. D. (1978). Sosiologi Sastra (Sebuah Pengantar Ringkas). Jakarta:
Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan.
Endraswara, S. (2011) Metode Penelitian Sosiologi Sastra. Yogyakarta: Caps.
Isna, M. (2001). Diskursus Pendidikan Islam. Yogyakarta: Global Pustaka Utama.
Joko Subagyo, P. (1997). Metode Penelitian Dalam Teori dan Praktek. Jakarta:
Rineka Cipta.
Joni, R. (1986). Pengukuran dan Pendidikan. Surabaya: Karya Anda.
Kaswardi, E. M. (1993). Pendidikan Nilai Memasuki Tahun 2000. Jakarta: PT.
Gramedia.
Kemendikbud. (2014). Permendikbud No. 59 Tahun 2014Kerangka Dasar dan
Standar Kurikulum SMA/ MA. Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan RI.
Jakarta.
Koentjaraningrat. (2015). Pengantar Ilmu Antropologi. Jakarta: PT. Rineka Cipta.
Lestari, I. (2013). Pengembangan Bahan Ajar Berbasis Kompetensi. Jakarta:
Akademia Permata.
Majid, A. (2014). Perencanaan Pembelajaran. Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya.
Margono. (1997). Metode Penelitian Pendidikan. Jakarta: PT Rineka Cipta.
Muttaqin, A, dkk. (2018). Cerpen Pilihan Kompas 2017. Jakarta: PT Kompas
Media Nusantara.
Nawawi, H. (1994). Metode Penelitian Ilmiah. Jakarta: Rineka Cipta
Nazir, M. (1966). Metode Penelitian. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Nurgiyantoro, B. (2013). Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarta: Gadjah Mada
University Press.
Nurhasanah, E. (2014). Pengantar Kajian Kesusastraan. Karawang.
Panjaitan, A. P, dkk. (2014). Korelasi Kebudayaan dan Pendidikan: Membangun
Pendidikan Berbasis Budaya Lokal. Jakarta: Yayasan Pustaka Obor
Indonesia.
Pannen, P. (1995). Mengajar di Perguruan Tinggi, buku empat, bagian
Pengembangan Bahan Ajar. Jakarta: PAU-PPAI, Universitas Terbuka.
Ratna, N. K. (2008). Teori, Metode, dan Teknik Penelitian Sastra dan
Strukturalisme Hingga Poststrukturalisme Perspektif Wacana Naratif,
Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Saryono, D. (2009). Dasar Apresiasi Sastra. Yogyakarta: Elmatera Publishing.
Sayoga, T. (2012). Nilai-Nilai Moral dan Budaya dalam Kumpulan Cerpen
Robohnya Surau Kami Karya A.A Navis dan Kesesuaiannya sebagai bahan
Pembelajaran Sastra di SMA. Skripsi pada Program Studi Bahasa dan
Sastra Indonesia Universitas Negeri Yogyakarta: Tidak Diterbitkan.
Sugiarti, D. H. (2018). Nilai-Nilai Budaya Melayu Dalam Sekuel Novel Padang
Bulan Dan Cinta Di Dalam Gelas Karya Andrea Hirata. Jurnal Sastra
Indonesia Universitas Pamulang Tangerang: Tidak Diterbitkan.
Sugihastuti, dkk. (2007). Gender dan Inferioritas Perempuan. Yogyakarta:
Pustaka Pelajar.
Stanton, R. (2007). Teori Fiksi Robert Stanton. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Sugiyono. (2016). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung:
Alfabeta.
Sumardjo, dkk. (1997). Apresiasi Kesusastraan. Jakarta: Gramedia Pustaka
Utama.
Suhartono, S. (2007). Filsafat Pendidikan. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media.
Setiadi, E. M, dkk. (2010). Ilmu Sosial dan Budaya Dasar. Jakarta: Kencana.
Soekanto, S. (2012). Sosiologi Suatu Pengantar. Depok: Rajawali Pers.
Syamsuddin, dkk. (2015). Metode Penelitian Pendidikan Bahasa. Bandung: PT
Remaja Rosdakarya.
Tarigan, H. G. (2011). Pengajaran Analisis Kesalahan Berbahasa. Bandung:
Angkasa.
Teeuw, A. (1984). Sastra Dan Ilmu Sastra. Jakarta: Pustaka Jaya.
Thoha, M.C. (1996). Kapita Seleksi Pendidikan Islam.Yogyakarta: Pustaka
Pelajar.
Wiyatmi. (2013). Sosiologi Sastra. Yogyakarta: Kanwa Publisher.
Zain, B. (1994). Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan.

Anda mungkin juga menyukai