Sinrilik merupakan pertunjukkan drama tutur yang dari Sulawesi Selatan (khususnya
daerah Gowa dan Maros) yang dinyanyikan dalam bahasa Makasar oleh seorang
pasinrilik dan dimainkan para pemain dengan iringan keso-keso (rebab). Tema-tema
sinrilik menyangkut kepahlawanan, keagamaan dan cinta. Baik ceritanya maupun
musiknya diimprovisasikan, namun mampu membangkitkan perasaan, keindahan
dan komedi.
Dulu Sinrilik hanya dipentaskan apabila raja yang meminta, namun kesenian
ini kemudian berubah bentuk menjadi pertunjukkan drama populer yang
disenangi seluruh lapisan masyarakat. Pertunjukkannya biasanya dilakukan di
anjungan rumah atau halaman pada acara-acara tertentu sperti syukuran, pesta
panen, membangun rumah, dan sebagainya. Sedangkan waktunya dilakukan
siang hari atau malam setelah sembahyang isya.
SEJARAH SINRILIK
Sejak dahulu, Sulawesi Selatan dikenal sebagai daerah kerajaan yang cukup
besar di Nusantara. Yakni Kerajaan Gowa dan Tallo. Sebab itulah, pada masa
berdirinya kerajaan, ada yang disebut sebagai media warisan.
Sebagai terminal
Media Warisan informasi dari raja
pada rakyat
Sinrilik, dikenal orang khas Makassar sekitar tahun 1545, saat itu Raja Gowa ke
10 yang bernama Tumapa’risi Kalonna membuat suatu perjanjian dengan Raja
Bone yang bernama Laulio Bottoe. (Tidak jelas mengenai isi perjanjiannya).
Namun diyakini sekitar abad ke 16 itulah pertama kalinya media warisan
Sinrilik tampil sebagai seni pertunjukan pemerintah.
Secara psiko antropologis sebagaimana dilukiskan Anderson Sutton, kesenian
Sinrilik dianggap mencerminkan karakter dasar orang Makassar yang penuh
emosi.
SINRILIK
“ SAJAK DALAM BAHASA MAKASSAR “
Sebagai media
untuk rakyat
Passinlirik harus
memiliki daya ingat
yang kuat untuk
berimprovisasi
Berdasarkan isi dan cara melagukannya
Sinrilik Bosi Timurung adalah sinrilik yang dilagukan tanpa diiringi alat
musik kesok-kesok dan biasanya dilantunkan pada tempat yang sunyi dikala
orang yang berada disekelilingnya sedang tidur nyenyak. Sinrilik Bosi Timurung
pada dasarnya berisi hal-hal sebagai berikut:
Pujaan yang menggambarkan kecantikan seorang gadis dengan
membandingkan keadaan sekelilingnya.
Merindukan kekasih yang menggambarkan kerinduan seorang jejaka terhadap
gadis yang dicintainya.
Beriba hati yang menggambarkan seorang yang sial atas segala usahanya
sehingga menjadi sengsara.
Kesedihan yang menggambarkan kesedihan seseorang yang ditinggal oleh
suaminya.