Seorang laki-laki umur 25 tahun mengalami luka bakar akibat ledakan tabung gas saat akan
menyalakan las dan terperangkap di ruang tertutup selama 1 jam. Oleh penolong kemudian
dibawa ke IGD. Kejadiannya sudah 2 jam yang lalu. Pada pemeriksaan didapatkan:
- Keadaan umum: tampak kesakitan
- Vital Sign: RR: 28 x/menit, TD: 100/70 mmHg, N: 100 x/menit,
- Luka bakar pada wajah warna merah pucat, alis dan bulu hidung terbakar, suara serak, dan
saat batuk dahak berwarna kehitaman. Dada seluruhnya berwarna merah, melepuh dan
didapati bulla. Lengan kiri gosong didapatkan escar melingkar dan bengkak, pasien
merasakan nyeri dan kesemutan pada tangan kiri.
Penderita dibersihkan lukanya dengan aquabidestilata oleh dokter, dan diberikan oksigenasi
dengan masker 10 L/menit serta infus RL 30 tetes permenit dan dipasang kateter urethra. Setelah
terpasang kateter urethra, 30 menit kemudian produksi urine hanya 5cc dan berwarna kuning
kemerahan.
STEP 1
- Escar: jaringan mati yang lepas dari kulit yang sehat karena luka bakar, keropeng hitam yang
bisa dikelupas
STEP 2
1. Mengapa pada pasien ditemukan luka bakar pada wajah warna merah pucat, alis dan bulu
hidung terbakar, suara serak, dan saat batuk dahak berwarna kehitaman?
2. Mengapa pada pasien ditemukan dada seluruhnya berwarna merah, melepuh dan didapati
bulla?
3. Apa yang terjadi ketika seseorang terperangkap dalam ruangan tertutup selama 1 jam pada
kasus ledakan tabung gas?
4. Mengapa penderita dibersihkan lukanya dengan aquabides dan diberikan oksigen dengan
masker 10 L/menit serta infus RL 30 tetes permenit dan kateter uretra?
5. Bagaimana cara menghitung luas luka bakar berdasarkan lund dan Wallace ?
6. Bagaimana interpretasi dari setelah 30 menit produksi urin hanya 5 cc dan berwarna kuning
kemerahan?
7. Apa tatalaksana dari luka bakar di scenario?
8. Apa komplikasi dari luka bakar di scenario?
STEP 3
1. Mengapa pada pasien ditemukan luka bakar pada wajah warna merah pucat, alis dan bulu
hidung terbakar, suara serak, dan saat batuk dahak berwarna kehitaman?
Luka bakar pada wajah warna pucat: karena sitokin inflamasi, asap yang masuk kedalam
tubuh reaksi inflamasi sitokin keluar vasodilatasi hipotensi eritem yang
hangat dan memucat (KDRTF)
Batuk kehitaman iritasi selaput lender pada sal napas kompensasi mengeluarkan
banyak lendir bronkospasme dan lender reflex batuk hitam/bening tergantung dari
partikel yang terbakar yang disimpan di paru dan trakeal
2. Mengapa pada pasien ditemukan dada seluruhnya berwarna merah, melepuh dan didapati
bulla?
Klasifikasi
- Derajat 1 :epidermis, kulit kering, tidak ada bula, penyembuhan spontan 5-10 hari
- Derajat 2: epidermis dan sebagian dermis, bisa ada bula, dasar luka merah/pucat, letaknya
lebih tinggi dari kulit normal
o Derajat 2 dangkal/superfisial : organ kulit: folikel rambut, kel keringat, kel
sebasea masih utuh, penyembuhan 10-14 hari, tanpa sikatrik
o Derajat 2 dalam/deep : sebagian dermis dan sisa epitel sedikit, folikel rambut, kel
keringat, kel sebasea sedikit, penyembuhan >1 bulan
- Derajat 3: epitel, dermis, organ kulit sudah rusak total, terbakar: abu / pucat, koagulasi
protein (eskar)
Bula:
Injury/luka bakar dilepaskan substansi vasoaktif (katekolamin, histamine, serotonin,
leukotriene dan prostaglandin) meninkatkan permeabilitas kapiler plasma keluar ke jar
sekitar tekanan osmotic yang meningkat bula
Derajat berapa?
3. Apa yang terjadi ketika seseorang terperangkap dalam ruangan tertutup selama 1 jam pada
kasus ledakan tabung gas?
Ruang tertutup ventilasi berkurang keracunan gas CO hemoglobin lebih mengikat
CO dari pada oksigen hipoksia (kekurangan pasokan o2 darah)
Terkena paparan kulit langsung barrier kulit rusak evaporasi/penguapan kulit
meningkat peningkatan permeabilitas kapiler perpindahan cairan intravas ke ekstravas
H20 dan elektrolit, protein keluar penurunan tekanan onkotik cairan iv menurun
hipovolemi dan hemokonsentrasi gangguan sirkulasi udara yang berbahaya kegawatan
(gangguan perfusi jaringan, komplikasi multiorgan)
Paparan gas yang mengenai wajah kerusakan mukosa edema laring bengkak obs
jal napas jalan napas tidak efektif kompensasi dengan peningkatan RR komplikasi
gagal napas
Penurunan aliran balik vena CO turun kompensasi napas cepat
Baxter :
Dewasa: ringer laktat 4 cc x berat badan x %luas luka bakar 24 jam
5. Bagaimana cara menghitung luas luka bakar berdasarkan lund dan Wallace ?
6. Bagaimana interpretasi dari setelah 30 menit produksi urin hanya 5 cc dan berwarna kuning
kemerahan?
Peningkatan permeabilitas vascular ekstravasi cairan dari intravas ke ekstra hipovolemi
kompensasi untuk penurunan output urin supaya cairan tubuh tetap dipertahankan
penurunan urin
Kuning kemerahan myoglobin karena kerusakan jaringan otot
Cairan perlu ditingkatkan atau tidak dengan luas bakar berdasarkan scenario?
7. Apa tatalaksana dari luka bakar di scenario?
Berdasarkan penyebab, luas, lokasi
Ringan/derajat 1-2 superfisial: bisa sembuh sendiri dalam beberapa hari-minggu, luka tetap
dibalut dan dibersihkan supaya terhindar dari infeksi, salep antibiotic,
Bula dibiarkan jangan ditusuk2
Serius: aliran listrik, bahan kimia, derajat 2 deep, derajat 3 rawat inap RS spesialis luka
bakar, resusitasi cairan, antibiotic, operasi pembedahan (cangkok kulit, eksisi kulit mati)
Rujuk:
- Partial thickness/ luas permukaan >10 %
- Wajah, tangan, kaki, genitalia, perineum, sendi
- Derajat 3
- Elektrik akibat sambaran petir
- Kimia
- Truma inhalasi
- Riwayat kelainan medis sebagai penyulit penanganan dan mortalitas
- Trauma/fraktur
- Anak perlengkapan medis kurang memadai
- Luka bakar yang memerlukan Intervensi khusus
Tatalaksana sirkulasi
Tatalaksana nyeri (sindrom kompartemen)
Jika Tekanan >30 eskarotomi
Kekurangan neuron nyeri,
Vascular - penurunan TD
Cek dibagian distal jika luka bakar dilengan cek di a radialis dan a ulnaris
Jika ada kontraktur bagaimana tatalaksananya?
Mencegah kontraktur?
Sesak napas karena apa?
Mikroglobuminuria/edem laring resiko kematiannya bagaimana?
Pasien perlu trakeostomi atau tidak?
8. Apa komplikasi dari luka bakar di scenario?
o Infeksi barrier pertahan kulit hilang koloni bakteri/jamur pada luka
sepsis
o Dipasang kateter uretra bisa menyebabkan infeksi traktus urinarius bila tidak
diganti rutin
o Terganggunya suplai darah/sirkulasi hipovolemik
o Luka berat sumbatan berat di ekstremitas
o Komplikasi panjang:
Fisik dan psikologis
Derajat 3 jaringan sikatrik dan bisa menetap, gerakan yang terbatas
pada area luka, tekanan stress paska trauma,
ARDS, kontraktur bisa menyebabkan kematian
o Syok hipovolemi, fase akut 24 jam pertama permeabilitas vascular meningkat
hilangnya cairan dan elektrolit hipo protein/natremia, kalemia
kekurangan cairan hipovolemi syok
o Fase subakut: infeksi dan sepsis/SIRS dan MODS (multiple organ failure)
STEP 4
Tatalaksana lebih dijabarkan lagi (sistemik/local, perawatan luka terbuka/tertutup)
STEP 7
1. Mengapa pada pasien ditemukan luka bakar pada wajah warna merah pucat, alis dan bulu
hidung terbakar, suara serak, dan saat batuk dahak berwarna kehitaman?
TANDA KLINIS TRAUMA INHALASI
Luka bakar pada wajah
Alis mata dan bulu hidung hangus
Adanya timbunan karbon dan tanda-tanda inflamasi akut di dalam orofaring
Sputum yang mengandung arang atau karbon
Wheezing, sesak dan suara serak
Adanya riwayat terkurung dalam kepungan api
Ledakan yang menyebakan trauma bakar pada kepala dan badan
Tanda-tanda keracunan CO (karboksihemoglobin > 10 % setelah berada dalam
lingkungan api) seperti kulit berwarna pink sampai merah, takikardi, takipnea, sakit
kepala, mual, pusing, pandangan kabur, halusinasi, ataksia, kolaps sampai koma.
Inhalasi dari gas panas dan produk pembakaran dari api dapat menyebabkan trauma
terhadap saluran pernapasan. Selain trauma saluran pernapasan, inhalasi dari produk
pembakaran juga dapat menyebabkan efek toksik pada tubuh baik lokal maupun sistemik
Trauma inhalasi meningkatkan risiko kematian pada kasus luka bakar mencapai angka
mortalitas 30%
DIAGNOSIS
Tersangka trauma inhalasi membutuhkan intubasi segera akibat edema jalan napas yang
progresif. Kegagalan dalam mendiagnosis trauma inhalasi dapat berakibat obstruksi jalan
nafas. Konsekuensi klinis dapat berupa edema saluran napas atas, bronkospasme, oklusi
saluran napas, hilangnya klirens silier, peningkatan ruang rugi, pirau intrapulmoner,
menurunnya komplians dinding dada, trakeobronkitis, dan pneumonia. Tanda dan gejala
trauma inhalasi dapat berubah dan bertambah buruk seiring berjalannya waktu, sehingga
evaluasi klinis harus dilakukan sesering mungkin.
Adanya riwayat trauma pada ruangan tertutup (misal, di dalam rumah, kendaraan) dan
trauma luka bakar yang berhubungan dengan ledakan akibat bensin atau gas.
Pada pemeriksaan klinis dijumpai tanda trauma inhalasi. Tanda dan gejala trauma inhalasi
juga dapat berubah dalam beberapa kurun waktu, berdasarkan area dan tipe dari trauma
inhalasi
Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia, 2019. Pedoman Nesional
Pelayanan Kedokteran Tata Laksana Luka Bakar. Direktorat Jenderal PP & PL.
Jakarta.
Luka bakar wajah merah pucat, Alis dan bulu hidung terbakar
Kulit dapat bertahan terhadap panas sampai suhu tertentu karena adanya kandungan
air yang cukup. Pada daerah dengan vaskularisasi yang banyak, memungkinkan terjadinya
penghantaran panas dari tempat luka bakar ke tempat lain sehingga mengurangi
kedalaman luka bakar. Luasnya luka bakar ditentukan oleh derajat panas, lamanya jaringan
terpapar dan ketebalan kulit yang terkena oleh sumber panas. Kerusakan jaringan pada
luka bakar jarang sekali homogen dan biasanya terbagi atas 3 zona yaitu zona koagulasi,
stasis dan hyperemia. Zona ini dikenal sebagai teori Jackson (Jackson’s thermal wound
theory), yang biasanya terlihat sebagai bull’s-eye pattern.
Zona koagulasi merupakan jaringan mati yang membentuk parut, terletak di pusat luka
terdekat dengan sumber panas. Protein akan mengalami denaturasi pada suhu diatas 41°C,
sehingga panas yang berlebih pada tempat luka akan mengakibatkan denaturasi protein,
degradasi, dan koagulasi yang mampu menyebakan nekrosis jaringan. Jaringan pada zona
ini tidak dapat diselamatkan karena telah terjadi koagulasi nekrosis.
Jaringan yang masih layak berdekatan dengan daerah nekrotik disebut zona stasis.
Penurunan perfusi didaerah tersebut dapat menyebabkan nekrosis. Edema yang
berlangsung lama, infeksi, intervensi bedah yang tidak perlu, dan hipotensi dapat
mengkonversi zona ini ke zona koagulasi.
Pada zona hyperemia merupakan zona yang menerima peningkatan aliran darah
melalui vasodilatasi inflamasi, terjadi peningkatan perfusi dan merupakan daerah dengan
kerusakan minimal.
Proses mendasar yang terjadi pada luka bakar dapat berupa reaksi inflamasi lokal
dan sistemik, dengan hasil akhir terjadinya perpindahan cairan ke ruang intersitisial. Efek
sistemik luka bakar akan jelas terlihat bila luas luka bakar mencapai > 20%. Beberapa
keadaan yang perlu diperhatikan pada luka bakar adalah inflamasi, edema, kehilangan
cairan dan elektrolit, infeksi. Pada luka bakar terjadi pelepasan mediator inflamasi seperti
histamin, serotonin, prostaglandin, tromboksan, komplemen dan sitokin lainnya sebagai
respons tubuh terhadap adanya trauma mekanis. Hal itu menyebabkan permeabilitas
kapiler meningkat sehingga terjadi ekstravasasi cairan dan protein ke ruang interstisial
sehingga terjadi edema. Pada luka bakar yang luas terjadi pelepasan vasoaktif ke sirkulasi
sehingga terjadi peningkatan permeabilitas kapiler sistemik. Selain itu terjadi penurunan
aktivitas potensial transmembran sel sehingga terjadi perpindahan sodium dan air dari
ekstrasel ke intrasel yang menyebabkan pembengkakan sel. Vasodilatasi dapat
menyebabkan eritem yang hangat dan memucat (warmth blanching erythema)
Dewi, R., 2014. Tata Laksana Luka Bakar pada Anak. In: Current Evidences in
Pediatric Emergencies Management. s.l.:Departemen Ilmu Kesehatan Anak FKUI-
RSCM
Suara serak
Akibat kombinasi dari kerusakan epitel jalan nafas oleh panas dan zat kimia atau
akibat intoksikasi sistemik dari hasil pembakaran itu sendiri. Hasil pembakaran tidak hanya
terdiri dari udara saja, tetapi merupakan campuran dari udara, partikel padat yang terurai di
udara (melalui suatu efek iritasi dan sitotoksik). Aerosol dari cairan yang bersifat iritasi dan
sitotoksik serta gas toksik dimana gabungan tersebut bekerja sistemik. Partikel padat yang
ukurannya > 10 mikrometer tertahan di hidung dan nasofaring. Partikel yang berukuran 3-10
mikrometer tertahan pada cabang trakeobronkial, sedangkan partikel berukuran 1-2
mikrometer dapat mencapai alveoli.
Gas yang larut air bereaksi secara kimia pada saluran nafas atas, sedangkan gas
yang kurang larut air pada saluran nafas bawah. Adapan gas yang sangat kurang larut air
masuk melewati barier kapiler dari alveolus dan menghasilkan efek toksik yang bersifat
sistemik. Kerusakan langsung dari sel-sel epitel, menyebabkan kegagalan fungsi dari
apparatus mukosilier dimana akan merangsang terjadinya suatu reaksi inflamasi akut yang
melepaskan makrofag serta aktifitas neutrofil pada daerah tersebut. Selanjutnya akan di
bebaskan oksigen radikal, protease jaringan, sitokin, dan konstriktor otot polos (tromboksan
A2, C3A, C5A). Kejadian ini menyebabkan peningkatan iskemia pada saluran nafas yang
rusak, selanjutnya terjadi edema dari dinding saluran nafas dan kegagalan mikrosirkulasi
yang akan meningkatkan resistensi dinding saluran nafas dan pembuluh darah paru.
Komplains paru akan turun akibat terjadinya edema paru interstitiil sehingga terjadi edema
pada saluran nafas bagian bawah (laring, trakea, bronkus, paru) akibat sumbatan pada
saluran nafas yang dibentuk oleh sel-sel epitel nekrotik, mukus dan sel-sel darah. Sehingga
mengganggu kelancaran saluran pernafasan.
Cedera inhalasi disebabkan oleh jenis bahan kimia yang membakar dari saluran
pernapasan (tracheobronchitis). Bila cedera ini terjadi pada pasien dengan luka bakar
pada kulit wajah yang parah, luka tersebut akan membentuk edema dan menghambat
jalan napas dan memperbesar risiko kematian.
Batuk kehitaman
Ketika selaput lendir pada saluran pernapasan teriritasi, mengeluarkan lebih banyak lendir.
Bronkospasme dan peningkatan lendir menyebabkan refleks batuk . Lendir mungkin bening
atau hitam tergantung pada tingkat partikel terbakar yang disimpan di paru - paru dan
trakea.
Dries, D. J., & Endorf, F. W. (2013). Inhalation injury: epidemiology, pathology,
treatment strategies. Scandinavian journal of trauma, resuscitation and emergency
medicine, 21, 31. https://doi.org/10.1186/1757-7241-21-31.
Hettiaratchy, S., & Dziewulski, P. (2004). ABC of burns: pathophysiology and types of
burns. BMJ (Clinical research ed.), 328(7453), 1427–1429.
https://doi.org/10.1136/bmj.328.7453.1427
Proses mendasar pada luka bakar : reaksi inflamasi lokal dan sistemik
Efek sistemik luka bakar akan terlihat jelas bila luas luka bakar mencapai >20%
Hal yang perlu diperhatikan pada luka bakar : inflamasi, edema, kehilangan cairan dan
elektrolit, infeksi
Paparan tersebut kulit, mukosa, dan jaringan lebih dalam reaksi inflamasi lokal dan
sistemik pelepasan mediator inflamasi seperti histamin, serotonin, prostaglandin,
tromboksan, komplemen dan sitokin lainnya sebagai respons tubuh terhadap adanya trauma
mekanis permeabilitas kapiler meningkat respon inflamasi (eritema) dan ekstravasasi
cairan dan protein ke ruang interstisial edema
Luka bakar yang luas pelepasan vasoaktif ke sirkulasi peningkatan permeabilitas
kapiler sistemik
Luka bakar yang luas penurunan aktivitas potensial transmembrane sel perpindahan
sodium dan air dari ekstrasel ke intrasel pembengkakan sel
Sumber : Current Evidences in Pediatric Emergencies Management. Fakultas Kedokteran
UI Departemen Ilmu Kesehatan Anak. 2014
2. Mengapa pada pasien ditemukan dada seluruhnya berwarna merah, melepuh dan didapati
bulla?
DEFINISI BULLA
Sumber : Sinta Murlistyarini dkk. 2018. Intisari Ilmu Kesehatan Kulit Kelamin. UB Press :
Malang. Cetakan Pertama
Kerusakan terbatas pada lapisan epidermis superfisial, kulit kering hiperemik, berupa
eritema, tidak dijumpai pula nyeri karena ujung-ujung syaraf sensorik teriritasi,
penyembuhannya terjadi secara spontan dalam waktu 5-10 hari (Brunicardi et al.,2005).
Kerusakan terjadi pada seluruh lapisan epidermis dan sebagian lapisan dermis, berupa
reaksi inflamasi disertai proses edukasi. Dijumpai pula pembentukan scar dan nyeri
karena ujung-ujung syaraf sensorik teratasi. Dasar luka berwarna merah atau pucat,
sering terletak lebih tinggi diatas kulit normal (Moenadjat, 2001). Luka bakar derajat II
terbagi atas 2 macam yaitu :
- Organ-organ kulit seperti folikel rambut, kelenjar keringat, kelenjar sebasea masih utuh.
- Bula mungkin tidak terbentuk beberapa jam setelah cedera, dan uka bakar pada mulanya
tampak seperti luka bakar derajat I dan mungkin terdiagnosa sebagai derajat II
superficial setelah 12-24 jam.
- Ketika bula dihilangkan luka tampak berwarna merah muda dan basah.
- Juga dijumpai bula, akan tetapi permukaan luka biasanya tampak berwarna merah muda
dan putih segera setelah terjadi cedera karena variasi suplay darah dermis (daerah yang
berwarna putih mengindikasikan aliran darah yang sedikit atau tidak ada sama sekali,
daerah yang berwarna merah muda mengindikasikan masih ada beberapa aliran darah)
(Moenadjat, 2001).
- Jika infeksi dicegah, luka bakar akan sembuh dalam 3-9 minggu (Brunicardi et al.,
2005).
Kerusakan meliputi seluruh tebal dermis dan lapisan lebih dalam, tidak di jumpai bula,
apendies kulit rusak, kulit yang terbakar berwarna putih pucat. Karena kering, letaknya
lebih rendah dibandingkan kulit sekitar. Terjadi koagulasi protein pada epidermis yang
dikenal sebagai scar, tidak dijumpai rasa nyeri dan hilang sensasi, oleh karena ujung-
ujung syaraf sensorik mengalami kerusakan atau kematian. Penyembuhan terjadi lama
karena tidak ada proses epitelisasi spontan dari dasar luka (Moenadjat, 2001).
Sumber : Oktavilany Tanti Rostania. 2020. Studi Penggunaan Natrium Metamizole pada
Pasien Luka Bakar.
- Luka bakar full-thickness dengan TBSA ≤2% pada anak maupun dewasa tanpa mengenai
daerah mata, telinga, wajah, tangan, kaki, atau perineum.
- TBSA 15–25% pada dewasa dengan kedalaman luka bakar full thickness <10%
- TBSA 10-20% pada luka bakar partial thickness pada pasien anak dibawah 10 tahun dan
dewasa usia diatas 40 tahun, atau luka bakar full-thickness <10%
- TBSA ≤10% pada luka bakar full-thickness pada anak atau dewasa tanpa masalah
kosmetik atau mengenai daerah mata, wajah, telinga, tangan, kaki, atau perineum
- TBSA ≥25%
- TBSA ≥20% pada anak usia dibawah 10 tahun dan dewasa usia diatas 40 tahun
- Semua luka bakar yang mengenai daerah mata, wajah, telinga, tangan, kaki, atau
perineum yang dapat menyebabkan gangguan fungsi atau kosmetik.
- Semua luka bakar yang disertai trauma berat atau trauma inhalasi
Klasifikasi dari derajat kedalaman luka bakar yang digunakan oleh Emergency Managament
Severe Burn course oleh Australian & New Zealand Burn Association (ANZBA) dapat
terlihat pada Tabel 5.
a. Luka bakar superfisial
Luka bakar superfisial adalah luka bakar yang dapat sembuh secara spontan dengan
bantuan epitelisasi. Luka bakar superfisial dibagi dua yaitu luka bakar epidermal dan
superficial dermal. Luka bakar epidermal. Luka bakar yang hanya terkena pada bagian
epidermis pasien. Penyebab tersering luka bakar ini adalah matahari dan ledakan minor.
Lapisan epidermis yang bertingkat terbakar dan mengalami proses penyembuhan dari
regenerasi lapisan basal epidermis. Akibat dari produksi mediator inflamasi yang
meningkat, luka bakar ini menjadi hiperemis dan cukup menyakitkan. Dapat sembuh
dalam waktu cepat (7 hari), tanpa meninggalkan bekas luka kosmetik. (lihat Gambar 6).
Luka bakar superficial dermal. Luka bakar yang terkena pada bagian epidermis dan
bagian superfisial dermis (dermis papiler). Ciri khas dari tipe luka bakar ini adalah
muncullnya bula. Bagian kulit yang melapisi bula telah mati dan terpisahkan dari bagian
yang masih viable dengan membentuk edema. Edema ini dilapisi oleh lapisan nekrotik
yang disebut bula. Bula dapat pecah dan mengekspos lapusan dermis yang dapat
meningkatkan kedalaman dari jaringan yang rusak pada luka bakar. Oleh karena saraf
sensoris yang terekspos, luka bakar kedalaman ini biasanya sangat nyeri. Dapat sembuh
secara spontan dengan bantuan epiteliassi dalam 14 hari yang meninggalkan defek warna
luka yang berbeda dengan kulit yang tidak terkena. Namun eskar tidak terjadi dalam tipe
dalam waktu yang cukup lama dan meninggalkan bekas eskar yang signifikan . Lihat
Gambar 8.
Luka bakar deep-dermal. Luka bakar dengan kedalaman deep- dermal biasanya memiliki
bula dengan dasar bula yang menunjukkan warna blotchy red pada reticular dermis.
Warna blotchy red disebabkan karena ekstravasasi hemoglobin dari sel darah merah yang
rusak karena rupturnya pembuluh darah. Ciri khas pada luka bakar kedalaman ini disebut
dengan fenomena capillary blush. Pada kedalaman ini, ujung-ujung saraf pada kulit juga
terpengaruh menyebabkan sensasi rasa nyeri menjadi hilang.
Luka bakar full thickness. Luka bakar tipe ini merusak kedua lapisan kulit epidermis dan
dermis dan bisa terjadi penetrasi ke struktur-struktur yang lebih dalam. Warna luka bakar
ini biasanya berwarna putih dan waxy atau tampak seperti gosong. Saraf sensoris pada
luka bakar full thickness sudah seluruhnya rusak menyebabkan hilangnya sensasi
pinprick. Kumpulan kulit-kulit mati yang terkoagulasi pada luka bakar ini memiliki
penampilan leathery, yang disebut eskar. Rangkuman klasifikasi luka bakar dapat dilihat
pada Gambar 9.
Sumber : KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR
HK.01.07/MENKES/555/2019 TENTANGPEDOMAN NASIONAL PELAYANAN
KEDOKTERAN TATA LAKSANA LUKA BAKAR
3. Apa yang terjadi ketika seseorang terperangkap dalam ruangan tertutup selama 1 jam pada
kasus ledakan tabung gas?
SISTEM RESPIRATORI
Dapat mengalami hipertensi arteri pulmoner, mengakibatkan penurunan kadar oksigen arteri
dan “lung compliance”.
a. Smoke Inhalation.
Menghisap asap dapat mengakibatkan injuri pulmoner yang seringkali berhubungan
dengan injuri akibat jilatan api. Kejadian injuri inhalasi ini diperkirakan lebih dari 30 %
untuk injuri yang diakibatkan oleh api.
Manifestasi klinik yang dapat diduga dari injuri inhalasi meliputi adanya LB yang
mengenai wajah, kemerahan dan pembengkakan pada oropharynx atau nasopharynx,
rambut hidung yang gosong, agitasi atau kecemasan, takhipnoe, kemerahan pada selaput
hidung, stridor, wheezing, dyspnea, suara serak, terdapat carbon dalam sputum, dan
batuk. Bronchoscopy dan Scaning paru dapat mengkonfirmasikan diagnosis. Patofisiologi
pulmoner yang dapat terjadi pada injuri inhalasi berkaitan dengan berat dan tipe asap atau
gas yang dihirup.
KLASIFIKASI
Trauma inhalasi dapat dibagi menjadi 3 berdasarkan area yang terkena trauma inhalasi yaitu :
Trauma inhalasi pada area ini biasanya disebabkan oleh inhalasi gas panas, yang biasanya
disebabkan karena riwayat trauma luka bakar pada ruangan tertutup atau terjebak didalam
kebakaran. Luka bakar dengan trauma inhalasi biasanya menyebabkan peningkatan
mediator inflamasi sehingga terjadi edema jaringan yang berujung obsrtuksi dan
hilangnya fungsi protektif dari mukosa. Obstruksi saluran napas biasanya terbentuk
karena jaringan mengalami edema dalam waktu 12 hingga 36 jam setelah trauma.
Trauma inhalasi dibawah laring sering disebabkan oleh inhalasi dari produk-produk
pembakaran. Api dapat menyebabkan proses oksidasi dan reduksi senyawa yang
mengandung karbon, sulfur, fosfor dan nitrogen. Hasil senyawa kimia dari proses
tersebut termasuk karbon monoksida dan dioksida, sianida, ester, ammoniak, hydrogen
klorida, hydrogen bromide, dan aldehid dan oksidasi dari sulfur, fosfor dan nitrogen. Jika
senyawa- senyawa ini mengalami kontak dengan mukosa pernapasan dan parenkim paru,
produksi mediator inflamasi dan oksigen reaktif akan terjadi. Hal ini menyebabkan
edema dan luluhnya mukosa trakea- bronkial. Saluran pernapasan bawah juga dapat
bereaksi dengan senyawa tersebut yang menyebabkan terjadinya obstruksi pernapasan
distal. Parenkim paru juga mengalami kerusakan disebabkan rusaknya membran alveolar
kapiler, bertumpuknya eksudat inflamasi dan hilangnya surfaktan di parenkim.
Karbon monoksida dan sianida adalah dua penyebab tersering intoksikasi sistemik pada
luka bakar dengan trauma inhalasi. Karbon monoksida (CO) adalah hasil oksidasi
inkomplit dari karbon. CO adalah gas yang tidak memiliki warna dan tidak memiliki bau
yang dapat berdifusi dengan cepat ke peredaran darah. Afinitas pengikatan CO dengan
hemoglobin (Hb) 240 kali lebih besar dibandingkan oksigen yang menghasilkan
karboksihemoglobin (COHb). Hal ini menyebabkan kapasitas darah untuk membawa
oksigen menjadi berkurang yang berujung menjadi hipoksia jaringan. Selain pengikatan
dengan Hb, CO juga memiliki afinitas pengikat yang tinggi terhadap senyawa yang
mengandung haem- terutama system intraseluler sitokrom. Hal ini dapat menyebabkan
fungsi abnormal dari sel sehingga terjadi ensefalopati. Sedangkan intoksikasi sianida
biasanya disebabkan oleh hasil pembakaran dari plastic atau lem yang biasanya
digunakan pada mebel. Jika sianida terhisap oleh paru, sianida dengan cepat mengikat
system sitokrom yang menghambat metabolism anaerob. Hal ini dapat menyebabkan
hilangnya kesadaran, neurotoksisitas dan kejang.
DIAGNOSIS
Tersangka trauma inhalasi membutuhkan intubasi segera akibat edema jalan napas yang
progresif. Kegagalan dalam mendiagnosis trauma inhalasi dapat berakibat obstruksi jalan
nafas. Konsekuensi klinis dapat berupa edema saluran napas atas, bronkospasme, oklusi
saluran napas, hilangnya klirens silier, peningkatan ruang rugi, pirau intrapulmoner,
menurunnya komplians dinding dada, trakeobronkitis, dan pneumonia. Tanda dan gejala
trauma inhalasi dapat berubah dan bertambah buruk seiring berjalannya waktu, sehingga
evaluasi klinis harus dilakukan sesering mungkin. Adanya riwayat trauma pada ruangan
tertutup (misal, di dalam rumah, kendaraan) dan trauma luka bakar yang berhubungan
dengan ledakan akibat bensin atau gas.
Pada pemeriksaan klinis dijumpai tanda trauma inhalasi, dapat dilihat pada Tabel 22. Tanda
dan gejala trauma inhalasi juga dapat berubah dalam beberapa kurun waktu, berdasarkan area
dan tipe dari trauma inhalasi yang dapat dilihat pada Tabel 23.
Diagnosis pada trauma inhalasi dengan intoksikasi sistemik. Intoksikasi sistemik tersering
akibat trauma inhalasi adalah akibat karbon monoksida (CO). Tanda dan gejala berupa:
a. Penurunan kesadaran
b. Nyeri kepala
d. Tanda- tanda hipoksia seperti pada trauma kepala dan intoksikasi alcohol
Patofisiologi
- Trauma inhalasi terjadi melalui kombinasi dari kerusakan epitel jalan nafas oleh panas dan zat kimia, atau
akibat intoksikasi sistemik dari hasil pembakaran itu sendiri.
- Hasil pembakaran tidak hanya terdiri dari udara saja, tetapi merupakan campuran dari udara, partikel padat
yang terurai di udara ( melalui suatu efek iritasi dan sitotoksik). 1
- Secara anatomi trauma dibedakan menjadi tiga kelas
- trauma panas yang terbatas pada struktur pernapasan atas kecuali pada kasus paparan panas jet.
- iritasi kimia local pada traktus respiratorius dan
- keracunan sistemik yaitu inhalasi dari karbon monoksida atau sianida.
1. Trauma panas pada struktur pernapasan atas.
- Temperature udara pada ruangan mencapai 1000F. Udara yang sangat panas biasanya
menyebabkan trauma hanya pada struktur pernapasan di atas karina atau daerah orofarings, karena
konduktivitas udara yang buruk dan tingginya jumlah pertukaran udara yang terjadi pada saluran
udara bagian atas. Kerusakan yang terjadi karena panas biasanya terbatas pada daerah orofarings.
Trauma pada struktur penapasan ini menyebabkan edema yang luas pada lidah, epiglottis, dan
ariepiglotis dan terjadi obstruksi. 2,10
- Luka bakar pada wajah dan saluran pernapasan atas sering terjadi. Tapi biasanya terbatas pada
mulut, glottis, epiglottis pharing dan laring. Energi panas di dalam udara sangat rendah dan
efisiensi pertukaran panas pada traktus respiratorius sangat tinggi sehingga udara yang sangat
paans didinginkan sebelum masuk ke laring. Tapi dengan temperatur diatas 150c trauma panas
laring menyebabkan spasme menyebabkan kesulitan bernapas.
- Selain itu menghirup udara yang sangat panas bisa menyebabkan reflex henti jantung (inhibisi
vagal).
- Secara histologis luka bakar pada saluran trakeobronkhial menunjukkan edema dan nekrosis
koagulasi superficial epitel, penonjolan glandula mukosa, fragmentasi dan penggumpalan eritrosit
pada pembuluh darah mukosa.edema submukosa dan mukosa hiperemis.
- Udara yang lembab dengan peningkatan kapasitas panas semakin besar kemungkinan
menyebabkan luka bakar pada paru-paru.
2. Trauma kimia pada saluran pernapasan.
- Iritasi dapat menyebaban cedera jaringan langsung, bronkospasme akut, dan aktivasi system
respon inflmasi tubuh.
- Leukosit diaktifkan dan / atau mediator humoral, seperti protanoids dan leukotrien,
menghasilkan radikal oksigen dan enzim proteolitik.
- Banyak zat ketika terbakar, menghasilkan materi racun pada traktrus respiratorius.
- Karet dan plastik yang terbakar menghasilkan sulfur dioksida, nitrogen dioksida, ammonia dan
klorin dengan asam dan alkali yang kuat ketika dikombinasikan dengan air pada saluran
pernapasan dan alveoli.
- Ammonia menghasilkan cedera alkali, sedangkan sulfur dioksida dan gas klor menyebabkan
cedera asam, bahan kimia lainnya bekerja melalui mekanisme yang berbeda, misalnya akrolein ,
sulfur dioksida, ammonia dan hydrogen klorida menyebabkan cedera pada saluran napas atas.
- Zat dengan kelarutan menengah, seperti klorin dan isosianat, menyebabkan cedera saluran
pernapasan baik atas dan bawah.
- Fosgen dan oksida nitrogen memiliki kelarutan air rendah dan menyebabkan cedera parenkim
difus.
- Perubahan histologis meyerupai trakeobronkhitis.
- Transport mukosiliar hancur dan bakteri pembersih berkurang. Atelektasis dan kolaps alveolar
terjadi akibat kehilangan surfaktan.
- Makrofag alveolar ditekan menjadi respon inflamasi dengan kemotaksin.
- Perubahan inflamasi awal diikuti oleh formasi eksudat yang difus.
- Edema bronchiolar bisa menjadi berat. Kombinasi dari bronchitis dengan nekrosis, edema
bronchial, dan bronkospasme menyebabkan obstruksi dari saluran pernapasan atas dan bawah.
- Wheezing terjadi pada edema bronchial dan stimulasi reseptor iritan.
- Peningkatan permeabilitas kapiler memperbesar saluran napas dan edema paru. 2,3,10
3. Keracunan Sistemik ( Inhalasi CO dan Sianida)
- Karbon monoksida (CO) adalah gas yang tidak berbau, tidak berasa, dan tidak mengiritasi
diproduksi oleh pembakaran yang tidak komplit.
- Affinitas dari karbon monoksida terhadap hemoglobin adalan 200 kali lebih besar daripada
oksigen.
- Co menyebabkan hipoksia jaringan dengan mengurangi kapasitas pembawa oksigen darah.
- CO bersaing dengan oksigen untuk berikatan dengan hemoglobin yang yang menggeser kurva
oksihemoglobin ke kiri.
- CO menghambat system enzim sitokrom oksidase intraseluler, khususnya sitokrom p-450
menyebabkan kegagalan system seluler menggunakan oksigen.
- Keracunan CO sumber morbiditas awal pada pasien luka bakar namun sulit untuk dideteksi.
Karboksihemoglobin level bisa diukur secara langsung tapi tes jarang terdapat di tempat kejadian,
biasanya pada kebakaran di ruang tertutup. 2,3,10
- Pembakaran plastic, poliuretan, wol, sutera, nilon, nitril, karet dan produk kertas dapat
menyebabkan produksi gas sianida (CN). Hal ini juga ditemukan berlimpah dalam makanan
seperti singkong dan dalam apel, pir, apricot, dan iji persik. Menghirup hydrogen sianida, yang
diproduksi saat pembakaran dari materi rumah tangga yang banyak, juga menghambat sitokrom
oksidase dan mempunyai efek sinergis denga karbon monoksida menyebabkan hipoksia jaringan
dan asidosis serta penurunan konsumsi oksigen serebral. Kegagalan pernapasan terjadi 12 sampai
48 jam setelah paparan iritan. 2,3,10
TEMUAN PADA KASUS TRAUMA INHALASI
Penemuan pada sesuatu trauma inhalasi tergantung kepada penyebab trauma inhalasi itu sendiri.
Trauma inhalasi asap dari kebakaran.
- Trauma inhalasi dari kebakaran terjadi apabila korban bernapas asap dari kebakaran itu. Asap
adalah campuran dari pertikel yang terbakar dan gas. Untuk memprediksi komposisi yang tepat
dari asap yang dihasilkan oleh api cukup sulit. Bahan yang terbakar, suhu api, dan jumlah oksigen
di suatu ruangan semuanya factor yang membedakan jenis asap yang dihasilkan. 4,5,6
- Hasil pemeriksaan pada kasus trauma inhalasi karena asap pada korban kebakaran hampir sama
dengan hasil pemeriksaan pada kasus-kasus keracunan CO dan CN. Dari pemeriksaan luar kita
dapatkan gambaran “cherry-red” yaitu tampaknya kemerahan pada kulit. Pada kasus kematian
akibat kebakaran secara umum, bisa pula didapatkan fraktur dari tulang dan laserasi pada jaringan
yang diakibatkan karena panas. 4,5
- Pada pemeriksaan dalam, yang cukup khas dari kematian karena trauma inhalasi pada kebakaran
yakni ditemukannya jelaga pada daerah hidung (nostril) dan mulut, serta jelaga pada daerah laring,
trakea serta bronkus yang menandakan korban masih bernapas pada saat kebakaran terjadi.
Namun, tidak ditemukannya jelaga tidak menutup kemungkinan korban telah meninggal sebelum
kebakaran terjadi.
- Cedera panas pada kasus kebakaran dapat pula menyebabkan edema pada larings/supraglotis yang
menyebabkan obstuksi.
- Selain itu dapat pula ditemukan edema paru yang disebabkan karena cedera pada permukaan
endothelial epitel, kolpasnya alveoli karena penurunan produksi surfaktan, serta cedera pada silia
bronkus. 4
- Pada pemeriksaan selanjutnya, dapat pula dilakukan pemeriksaan darah untuk mengetahui adanya
peningkatan konsentrasi dari CO serta pemeriksaan toksikologi untuk pemeriksaan adanya
kandungan alcohol ataupun obat-obatan. 4
Trauma inhalasi karbon monooksida (CO)
- Temuan pada kematian karena CO cirri khasnya sangat jelas pada ras Kaukasian, kesan yang
pertama kali tampak pada tubuhnya yaitu orang tersebut kelihatannya sangat sehat.
- Corak kulit yang berwarna pink disebabkan oleh pewarnaan jaringan oleh karboksihemoglobin,
yang memiliki cirri khas dengan tampilan “cherry-red” (merah cherry) atau pink terang yang dapat
terlihat pada jaringan.
- Lebam mayat berwarna merah cherry mendukung diagnosis bahkan sebelum mengotopsi korban.
Pada orang kulit hitam, warna tersebut terutama tampak di konjungtiva, kuku dan mukosa bibir.
Selain itu dapat pula ditemukan bulla, dema, serta ulkus decubitus pada kulit. Dari pemeriksaan
mikroskopis dapat ditemukan vesikel pada lapisan epidermis dan lapisan dibawahnya, serta
nekrosis dai kelenjar keringat. 6
- Dari pemeriksaan dalam ditemukan per mukaan serosa dari organ dan darah berwarna “cherry-
red”.
- Fiksasi organ yang diperiksa dengan formalin akan berubah menjadi warna merah terang dalam
kasus CO asfiksia.
- Pada pemeriksaan jantung didapatkan nekrosis muskulus papillaris ataupun infark miocard.
- Sedangkan pada pemeriksaan ginjal dapat didapatkan degenerasi pada tubulus ginjal serta
rhabdomyolysis ditemukan sebagai efek langsung dari keracunan CO dan timbale.
- Dari pemeriksaan otak, dapat ditemukan nekrosis hemoragik dari ganglia basalais, perdarahan
petekie yang difus pada substansia alba, edema cerebral, serta hydrocephalus akut pada bayi. 4,8
Luka bakar merusak fungsi barier kulit terhadap invasi mikroba .serta jaringan nekrotik dan
eksudat menjadi media pendukung .pertumbuhan mikroorganisme, sehingga berisiko
terjadinya infeksi. .Semakin luas luka bakar, semakin besar risiko infeksi (Hettiaratchy dan
Dziewulski, 2005).
Luka bakar biasanya steril pada saat cedera.
Panas yang menjadi .agen penyebab membunuh semua mikroorganisme pada permukaan..
Setelah minggu pertama luka bakar cenderung mengalami infeksi, .sehingga membuat
sepsis luka bakar sebagai penyebab utama kematian .pada luka bakar.
Sedangkan luka lain misalnya luka gigitan, luka .tusukan, crush injury dan excoriation
terkontaminasi pada saat terjadi .trauma dan jarang menyebabkan sepsis secara systemic(Tiwari,
2012).
Gambar 2.2Skema Zona pada Respons Lokal Luka Bakar, Zona Statis dapat menjadi Zona Hiperemis
jika Resuscitation yang diberikan Adekuat (Kiri Bawah), atau Menjadi Zona Koagulasi jikaResuscitation
yang diberikan Tidak Adekuat (Kanan Bawah)
2) Sistem kardiovaskuler
- Segera setelah injuri luka bakar, dilepaskan substansi vasoaktif (catecholamine, histamin,
serotonin, leukotrienes, dan prostaglandin) dari jaringan yang mengalami injuri. Substansi–
substansi ini menyebabkan meningkatnya permeabilitas kapiler sehingga plasma merembes
(to seep) kedalam sekitar jaringan.
- Injuri panas yang secara langsung mengenai pembuluh akan lebih meningkatkan
permeabilitas kapiler.
- Injuri yang langsung mengenai membran sel menyebabkan sodium masuk dan
potasium keluar dari sel. Secara keseluruhan akan menimbulkan tingginya tekanan
osmotic sel yang menyebabkan meningkatnya cairan intracellular dan interstitial dan yang
dalam keadaan lebih lanjut menyebabkan kekurangan volume cairan intravaskuler.
- Luka bakar yang luas menyebabkan edema tubuh general baik pada area yang mengalami
luka maupun jaringan yang tidak mengalami luka bakar dan terjadi penurunan sirkulasi volume
darah intravaskuler.
- Denyut jantung meningkat sebagai respon terhadap pelepasan catecholamine dan terjadinya
hipovolemia relatif, yang mengawali turunnya kardiac output.
- Kadar hematokrit meningkat yang menunjukan hemokonsentrasi dari pengeluaran cairan
intravaskuler.
- Disamping itu pengeluaran cairan secara evaporasi melalui luka terjadi 4-20 kali lebih besar dari
normal.
- Sedangkan pengeluaran cairan yang normal pada orang dewasa dengan suhu tubuh normal
perhari adalah 350 ml.
- Keadaan ini dapat mengakibatkan penurunan pada perfusi organ. Jika ruang intravaskuler tidak
diisi kembali dengan cairan intravena maka terjadi shock hipovolemik dan ancaman kematian
bagi penderita luka bakar yang luas dapat terjadi.
- Kurang lebih 18-36 jam setelah luka bakar, permeabilitas kapiler menurun, tetapi tidak
mencapai keadaan normal sampai 2 atau 3 minggu setelah injuri.
- Kardiac output kembali normal dan kemudian meningkat untuk memenuhi kebutuhan hipermetabolik
tubuh kira-kira 24 jam setelah luka bakar.
- Perubahan pada kardiak output ini terjadi sebelum kadar volume sirkulasi intravena kembali
menjadi normal.
- Pada awalnya terjadi kenaikan hematokrit yang kemudian menurun sampai di bawah normal
dalam 3-4 hari setelah luka bakar karena kehilangan sel darah merah dan kerusakan
yang terjadi pada waktu injuri.
- Tubuh kemudian mereabsorbsi cairan edema dan diuresis cairan dalam 2-3 minggu berikutnya.
3) Sistem Renal dan Gastrointestinal
- Respon tubuh pada mulanya adalah berkurangnya darah ke ginjal dan menurunnya GFR (glomerular
filtration rate), yang menyebabkan oliguri.
- Aliran darah menuju usus juga berkurang, yang pada akhirnya dapat terjadi ileus
intestinal dan disfungsi gastrointestia pada klien dengan luka bakar yang lebih dari 25 %.
- Kerusakan jaringan pelepasan mioglobin dan hemoglobin hemokromogen (urin merah tua)
pengendapan hemokromogen di tubulus proksimal ginjal gagal ginjal akut
4) Sistem Imun
- Fungsi sistem immune mengalami depresi.
- Depresi pada aktivitas lymphocyte, suatu penurunan dalam produksi immunoglobulin, supresi
aktivitas complement dan perubahan/gangguan pada fungsi neutrophil dan macrophage dapat
terjadi pada klien yang mengalami luka bakar yang luas.
- Perubahan-perubahan ini meningkatkan resiko terjadinya infeksi dan sepsis yang mengancam
kelangsungan hidup klien.
- Luka bakar dapat memicu ketidakseimbangan sistem imun pada tubuh manusia.
- Fungsi limfosit normal dapat tertekan oleh karena luka bakar.
- Leukosit normal menunjukan berkurangnya kemotaksis leukosit dan peningkatan
superoksida ketika di inkubasi pada serum luka bakar.
- Sebagai tambahan, serum luka bakar mengandung inhibitor konversi C3 yang akan membawa
kepada penurunan opsonisasi dan fungsi PMN.
- Luka bakar juga menghasilkan toksin yang dapat membawa kepada kondisi immunosupresi.
- Perubahan hormonal pada luka bakar menimbulkan perubahan fungsi metabolik dari
berbagai macam sel –sel pada sistem imun.
- Inhibitor eksogen lainnya seperti endotoksin dan regulator endogen seperti prostaglandin
terdapat dalam serum pasien luka bakar. Substansi –substansi tersebut menyebabkan penekanan
pada fungsi imun normal.
- Immunoglobulin merupakan sistem imun yang bertugas melawan infeksi mikroorganisme yang
dihasilkan setelah limfosit B teraktivasi. Immunoglobluin seperti IgG, IgM dan IgA mempunyai
aktivitas antibodidi yang signifikan terhadap mikroorganisme.
- Pada minggu pertama setelah terjadinya luka bakar, semua jenis immunoglobulin menurun
namun kembali normal pada minggu kedua.
- Pada luka bakar juga terdapat penurunan alfa-makroglobulin. Protein ini merupakan protease
inhibitor yang berfungsi membatasi kerusakan jaringan karena pengeluaran enzim proteolitik
oleh neutrophil respon inflamasi. Sebagai tambahan alfa-makroglobulin berkaitan dengan
perkembangan limfosit
Serum Albumin
- Albumin merupakan suatu protein utama yang di sintesis oleh hepar dan memiliki beberapa
fungsi salah satunya adalah menjaga tekanan onkotik koloid plasma dalam keadaan normal dan
membawa substansi –substansi seperti, hormon, asam lemak, dan obat –obatan.
- Inflamasi dapat menyebabkan penurunan serum albumin seperti pada pasien luka bakar.23
- Keadaan hipoalbuminemia pada luka bakar merupakan akibat dari resusitasi cairan dan
meningkatnya permeabilitas vaskuler pada luka bakar yang memungkinkan berpindahnya
eksudat –eksudat beserta protein –protein yang ada di dalamnya.
- Semakin luas luka bakar yang di alami, semakin rendah kadar albumin dalam serum.24
Puteri AM, Sukasah CL.Presentasi Kasus: Luka Bakar.Jakarta :DepartemenBedah Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia ;2009.
5) Sistem Respiratori
Dapat mengalami hipertensi arteri pulmoner, mengakibatkan penurunan kadar oksigen arteri dan “lung
compliance”.
a. Smoke Inhalation.
o Menghisap asap dapat mengakibatkan injuri pulmoner yang seringkali berhubungan
denganinjuri akibat jilatan api.
o Kejadian injuri inhalasi inidiperkirakan lebih dari 30 % untuk injuri yang diakibatkan oleh
api.
o Manifestasi klinik yang dapat diduga dari injuri inhalasi meliputi adanya LB yang
mengenai wajah, kemerahan dan pembengkakan pada oropharynx atau nasopharynx,
rambut hidung yang gosong, agitasi atau kecemasan, takhipnoe, kemerahan pada selaput
hidung, stridor, wheezing, dyspnea, suara serak, terdapat carbon dalam sputum, dan
batuk.
o Bronchoscopy dan Scaning paru dapat mengkonfirmasikan diagnosis.
o Patofisiologi pulmoner yang dapat terjadi pada injuri inhalasi berkaitan dengan berat dan
tipe asap atau gas yang dihirup.
b. Keracunan Carbon Monoxide.
o CO merupakan produk yang sering dihasilkan bila suatu substansi organik
terbakar tidak sempurna.
o Ia merupakan gas yang tidak berwarna, tidak berbau, tidak berasa, yang dapat
mengikat hemoglobin 200 kali lebih besar dari oksigen.
o Dengan terhirupnya CO, maka molekul oksigen digantikan dan CO secara reversibel
berikatan dengan hemoglobin sehingga membentuk carboxyhemoglobin (COHb).
o Hipoksia jaringan dapat terjadi akibat penurunan secara menyeluruh pada
kemampuan pengantaran oksigen dalam darah.
o Kadar COHb dapat dengan mudah dimonitor melalui kadar serum darah.
Manifestasi dari keracunan CO adalah sbb (lihat tabel 1)
Sumber: PROFESIVolume 08 / Februari –September 2012, PENATALAKSANAAN LUKA BAKAR
(COMBUSTIO)Oleh :Tutik Rahayuningsih, S. Kep.,Ns.DosenAKPERPOLTEKKES Bhakti
MuliaSukoharjo, halaman 1-12
4. Mengapa penderita dibersihkan lukanya dengan aquabides dan diberikan oksigen dengan
masker 10 L/menit serta infus RL 30 tetes permenit dan kateter uretra?
Pembersihan luka dengan Aquabides
Cairan yang ideal untuk membersihkan luka bakar:
- Isotonic
- Non toksik
- Transparan
- Tidak mahal
Sumber : Buku Skillab FK UNISSULA Modul KGD TA.2020 IPM Luka Bakar
Sumber : Buku Skillab FK UNISSULA Modul KGD TA.2020 IPM Luka Bakar
Infus RL 30 tpm
Sumber : Buku Skillab FK UNISSULA Modul KGD TA.2020 IPM Luka Bakar
Sumber : Current Evidences in Pediatric Emergencies Management. Fakultas Kedokteran
UI Departemen Ilmu Kesehatan Anak. 2014.
Sumber : Buku Skillab FK UNISSULA Modul KGD TA.2020 IPM Luka Bakar
Kateter urethra
• Pertahankan kateter urethra dan monitoring urine output (tetes/jam) guna monitoring
cairan.
5. Bagaimana cara menghitung luas luka bakar berdasarkan lund & browder dan Wallace ?
ASSESSING BURN AREA
Total burn area is expressed as the percentage of the TBSA. It is vital for establishing fluid
resuscitation needs and for monitoring healing progress.
Three methods are commonly used:
Lund and Browder chart
Wallace’s ‘rule of nines’
Palmar surface.
Lund and Browder chart
The Lund and Browder chart is one of the most commonly used methods for assessing burn area42. It
takes into account the variation of body surface area with growth and can be used for both adults and
children (Figure 16).
Wallace’s rule of nines
This is a useful tool for estimating burn area in adults43. The body is divided into regions divisible by
9 and the total burn area can be calculated by estimation from a standard diagram (Figure 17).
BEST PRACTICE GUIDELINES: EFFECTIVE SKIN AND WOUND MANAGEMENT OF NON-
COMPLEX BURNS. 2014
1) Metode Hand Palm
Metode permukaan telapak tangan. Area permukaan tangan pasien (termasuk jari tangan ) adalah
sekitar 1% total luas permukaan tubuh. Metode ini biasanya digunakan pada luka bakar kecil (Gurnida
dan Lilisari, 2011).
- Mioglobin protein berukuran 17.200 dalton, tidak dapat larut air. Berfungsi untuk
menyimpan dan memindahkan oksigen dari hemoglobin dalam sirkulasi sel
kontraktil.
- Mioglobinuria adalah adanya mioglobin dalam urin, terjadi apabila serum mioglobin
melebihi 1500-3000 ng/mL yang ditandai dengan urin berwarna merah gelap.
- Adanya urin berpigmen (lebih merah gelap) di seorang pasien dengan luka bakar
listrik menunjukkan kerusakan otot dan proses iskemia yang sedang berlangsung.
- Pada cedera listrik hemolisis pada sel otot yang melepaskan mioglobin,
menghasilkan mioglobinemia.
- Myoglobin dilepaskan ke dalam sirkulasi menyumbat sistem filtrasi pada glomerulus
ginjal dan terdeposit pada tubulus proximal yang menyebabkan nekrosis tubular akut.
Sumber : Schultz, Gregory S., Glenn Ladwig, and Annette Wysocki. "Extracellular matrix:
review of its roles in acute and chronic wounds." World wide wounds 2005 (2005): 1-
18.Herndon, David N.Total burn Care 5th Edition. 2018. Elssevier
Cairan perlu ditingkatkan atau tidak dengan luas bakar berdasarkan scenario? ya
Rules of nine dll gambar
Sumber : Wolf SE, Herndon DN in Moore EE, Feliciano DV, Mattox KL (ed). Trauma 6th ed
New York Mc Grawhill 2009 : Burns and Radiation Injuries 1081 – 1097
Resusitasi cairan merupakan tatalaksana utama pada saat fase awal penanganan luka
bakar terutama pada 24 jam pertama. Pemberian cairan yang adekuat akan mencegah
syok yang disebabkan karena kehilangan cairan berlebihan pada luka bakar. Luka bakar
dapat menyebabkan berbagai perubahan parameter anatomis, imunologis bahkan fisiologis
tubuh. Luka bakar dapat menyebabkan hilangnya cairan intravaskuler melalui luka atau
jaringan yang tidak mengalami cedera. Hilangnya cairan umumnya terjadi dalam 24 jam
pertama setelah cedera (Dzulfikar, 2012). Tujuan utama dari resusitasi cairan adalah untuk
menjaga dan mengembalikan perfusi jaringan tanpa menimbulkan edema (Brunner &
Suddarth, 2002).
Sumber : Oktavilany Tanti Rostania. 2020. Studi Penggunaan Natrium Metamizole pada
Pasien Luka Bakar.
a. Primary survey
Segera identifikasi kondisi-kondisi mengancam jiwa dan lakukan manajemen
emergensi.
- (Airway) : Penalataksanaan jalan nafas dan manajemen trauma cervical
- (Breathing) : Pernapasan dan ventilasi
- (Circulation) : Sirkulasi dengan kontrol perdarahan
- (Disability) : Status neurogenic
- (Exposure) : Pajanan dan Pengendalian lingkungan
Dibawah ini adalah check list dalam mengidentifikasi dan tata laksana pasien luka bakar
berat pada survey primer berdasarkan Fundamental Critical Care Support (FCCS course)
oleh Asosiasi Critical Care dunia, Early Management of Severe Burn course, dan ABC of
Burn (4, 8-10).
b. Secondary survey
Merupakan pemeriksaan menyeluruh mulai dari kepala sampai kaki. Pemeriksaan
dilaksanakan setelah kondisi mengancam nyawa diyakini tidak ada atau telah diatasi.
Tujuan akhirnya adalah menegakkan diagnosis yang tepat.
- Riwayat penyakit
Informasi yang harus didapatkan mengenai riwayat penyakit yang diderita pasien
sebelum terjadi trauma:
A (Allergies) : Riwayat alergi
M (Medications) : Obat – obat yang di konsumsi
P (Past illness) : Penyakit sebelum terjadi trauma
L (Last meal) : Makan terakhir
E (Events) : Peristiwa yang terjadi saat trauma
- Mekanisme trauma
Informasi yang harus didapatkan mengenai interaksi antara pasien dengan lingkungan:
a) Luka bakar:
Durasi paparan
Jenis pakaian yang digunakan
Suhu dan Kondisi air, jika penyebab luka bakar adalah air panas
Kecukupan tindakan pertolongan pertama
b) Trauma tajam:
Kecepatan proyektil
Jarak
c) Trauma tumpul:
Ejeksi (terlontar)
INDIKASI
Indikasi: pada luka bakar yang mengenai seluruh ketebalan dermis sehingga timbul edema
yang dapat menjepit pembuluh darah, misalnya luka bakar melingkar di ekstremitas dan
dada.
DIAGNOSIS
b. Eskar : struktur putih / pucat yang bersifat tidak nyeri dan umumnya akan mengeras.
d. Tanda-tanda penekanan struktur penting: jari-jari terasa baal, nyeri, pucat, dingin, tidak
bisa digerakkan.
Program tata laksana KFR pada luka bakar fase akut. Fase akut pada luka bakar merupakan
gejala dan tanda proses inflamasi, nyeri, peningkatan edema yang terjadi sampai 36 jam
pasca-cedera, respon hipermetabolik yang meningkat sampai 5 hari pasca-cedera, serta
sintesis dan remodeling kolagen. Tujuan program KFR pada fase ini meliputi :
a. Mengurangi risiko komplikasi : salah satunya mengurangi edema yang dapat
mengganggu sirkulasi perifer dan merupakan predisposisi terjadinya kontraktur
b. Mencegah terjadinya deformitas
c. Mempercepat proses penyembuhan (protect/promote healing process)
Pengaturan posisi yang sesuai merupakan terapi lini pertama dan sejauh ini merupakan
cara terbaik untuk menghindari kontraktur. Pengaturan posisi harus dimulai segera setelah
terjadinya luka bakar dan dipertahankan hingga proses penyembuhan luka berlangsung.
Pengaturan posisi ini harus disertai dengan latihan lingkup gerak sendi yang sesuai, sebab
posisi yang dipertahankan terlalu lama juga akan menimbulkan berkurangnya lingkup gerak
sendi dan timbulnya kontraktur. Tabel dibawah ini menunjukkan strategi pengaturan posisi
anti kontraktur pada sendi disertai alat bantu yang diperlukan.
Pada strategi pengaturan posisi (gambar 14) juga perlu memperhatikan hal-hal sebagai
berikut:
a. Splint mulut dapat digunakan pada pasien dengan luka bakar yang dalam di sekitar bibir
selama penyembuhan luka untuk mencegah kontraktur mikrostomia.
b. Abduksi penuh dengan aduksi horisontal lengan sekitar 15-20° dapat mencegah
kontraktur aksila ketika luka mengenai ekstremitas atas dan dada. Cedera pleksus
brakhialis harus dicegah dengan sedikit aduksi lengan.
c. Pasien dengan luka bakar pada sisi fleksi dari siku harus memposisikan sikunya dalam
posisi ekstensi, sementara pasien dengan luka bakar pada sisi ekstensi dapat
mempertahankan fleksi siku pada 70-90°. Luka bakar sirkumferensial pada siku
memerlukan strategi pengaturan posisi dengan ekstensi dan fleksi bergantian. Lengan
bawah harus dipertahankan pada posisi netral atau supinasi.
Sumber : KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR
HK.01.07/MENKES/555/2019 TENTANG PEDOMAN NASIONAL PELAYANAN KEDOKTERAN
TATA LAKSANA LUKA BAKAR
PENCEGAHAN KONTRAKTUR
Luka bakar merusak fungsi barier kulit terhadap invasi mikroba .serta jaringan nekrotik dan
eksudat menjadi media pendukung .pertumbuhan mikroorganisme, sehingga berisiko
terjadinya infeksi. .Semakin luas luka bakar, semakin besar risiko infeksi (Hettiaratchy dan
Dziewulski, 2005).
Luka bakar biasanya steril pada saat cedera.
Panas yang menjadi .agen penyebab membunuh semua mikroorganisme pada permukaan..
Setelah minggu pertama luka bakar cenderung mengalami infeksi, .sehingga membuat
sepsis luka bakar sebagai penyebab utama kematian .pada luka bakar.
Sedangkan luka lain misalnya luka gigitan, luka .tusukan, crush injury dan excoriation
terkontaminasi pada saat terjadi .trauma dan jarang menyebabkan sepsis secara systemic(Tiwari,
2012).
Gambar 2.2Skema Zona pada Respons Lokal Luka Bakar, Zona Statis dapat menjadi Zona Hiperemis
jika Resuscitation yang diberikan Adekuat (Kiri Bawah), atau Menjadi Zona Koagulasi jikaResuscitation
yang diberikan Tidak Adekuat (Kanan Bawah)
7) Sistem kardiovaskuler
- Segera setelah injuri luka bakar, dilepaskan substansi vasoaktif (catecholamine, histamin,
serotonin, leukotrienes, dan prostaglandin) dari jaringan yang mengalami injuri. Substansi–
substansi ini menyebabkan meningkatnya permeabilitas kapiler sehingga plasma merembes
(to seep) kedalam sekitar jaringan.
- Injuri panas yang secara langsung mengenai pembuluh akan lebih meningkatkan
permeabilitas kapiler.
- Injuri yang langsung mengenai membran sel menyebabkan sodium masuk dan
potasium keluar dari sel. Secara keseluruhan akan menimbulkan tingginya tekanan
osmotic sel yang menyebabkan meningkatnya cairan intracellular dan interstitial dan yang
dalam keadaan lebih lanjut menyebabkan kekurangan volume cairan intravaskuler.
- Luka bakar yang luas menyebabkan edema tubuh general baik pada area yang mengalami
luka maupun jaringan yang tidak mengalami luka bakar dan terjadi penurunan sirkulasi volume
darah intravaskuler.
- Denyut jantung meningkat sebagai respon terhadap pelepasan catecholamine dan terjadinya
hipovolemia relatif, yang mengawali turunnya kardiac output.
- Kadar hematokrit meningkat yang menunjukan hemokonsentrasi dari pengeluaran cairan
intravaskuler.
- Disamping itu pengeluaran cairan secara evaporasi melalui luka terjadi 4-20 kali lebih besar dari
normal.
- Sedangkan pengeluaran cairan yang normal pada orang dewasa dengan suhu tubuh normal
perhari adalah 350 ml.
- Keadaan ini dapat mengakibatkan penurunan pada perfusi organ. Jika ruang intravaskuler tidak
diisi kembali dengan cairan intravena maka terjadi shock hipovolemik dan ancaman kematian
bagi penderita luka bakar yang luas dapat terjadi.
- Kurang lebih 18-36 jam setelah luka bakar, permeabilitas kapiler menurun, tetapi tidak
mencapai keadaan normal sampai 2 atau 3 minggu setelah injuri.
- Kardiac output kembali normal dan kemudian meningkat untuk memenuhi kebutuhan hipermetabolik
tubuh kira-kira 24 jam setelah luka bakar.
- Perubahan pada kardiak output ini terjadi sebelum kadar volume sirkulasi intravena kembali
menjadi normal.
- Pada awalnya terjadi kenaikan hematokrit yang kemudian menurun sampai di bawah normal
dalam 3-4 hari setelah luka bakar karena kehilangan sel darah merah dan kerusakan
yang terjadi pada waktu injuri.
- Tubuh kemudian mereabsorbsi cairan edema dan diuresis cairan dalam 2-3 minggu berikutnya.
8) Sistem Renal dan Gastrointestinal
- Respon tubuh pada mulanya adalah berkurangnya darah ke ginjal dan menurunnya GFR (glomerular
filtration rate), yang menyebabkan oliguri.
- Aliran darah menuju usus juga berkurang, yang pada akhirnya dapat terjadi ileus
intestinal dan disfungsi gastrointestia pada klien dengan luka bakar yang lebih dari 25 %.
- Kerusakan jaringan pelepasan mioglobin dan hemoglobin hemokromogen (urin merah tua)
pengendapan hemokromogen di tubulus proksimal ginjal gagal ginjal akut
9) Sistem Imun
- Fungsi sistem immune mengalami depresi.
- Depresi pada aktivitas lymphocyte, suatu penurunan dalam produksi immunoglobulin, supresi
aktivitas complement dan perubahan/gangguan pada fungsi neutrophil dan macrophage dapat
terjadi pada klien yang mengalami luka bakar yang luas.
- Perubahan-perubahan ini meningkatkan resiko terjadinya infeksi dan sepsis yang mengancam
kelangsungan hidup klien.
- Luka bakar dapat memicu ketidakseimbangan sistem imun pada tubuh manusia.
- Fungsi limfosit normal dapat tertekan oleh karena luka bakar.
- Leukosit normal menunjukan berkurangnya kemotaksis leukosit dan peningkatan
superoksida ketika di inkubasi pada serum luka bakar.
- Sebagai tambahan, serum luka bakar mengandung inhibitor konversi C3 yang akan membawa
kepada penurunan opsonisasi dan fungsi PMN.
- Luka bakar juga menghasilkan toksin yang dapat membawa kepada kondisi immunosupresi.
- Perubahan hormonal pada luka bakar menimbulkan perubahan fungsi metabolik dari
berbagai macam sel –sel pada sistem imun.
- Inhibitor eksogen lainnya seperti endotoksin dan regulator endogen seperti prostaglandin
terdapat dalam serum pasien luka bakar. Substansi –substansi tersebut menyebabkan penekanan
pada fungsi imun normal.
- Immunoglobulin merupakan sistem imun yang bertugas melawan infeksi mikroorganisme yang
dihasilkan setelah limfosit B teraktivasi. Immunoglobluin seperti IgG, IgM dan IgA mempunyai
aktivitas antibodidi yang signifikan terhadap mikroorganisme.
- Pada minggu pertama setelah terjadinya luka bakar, semua jenis immunoglobulin menurun
namun kembali normal pada minggu kedua.
- Pada luka bakar juga terdapat penurunan alfa-makroglobulin. Protein ini merupakan protease
inhibitor yang berfungsi membatasi kerusakan jaringan karena pengeluaran enzim proteolitik
oleh neutrophil respon inflamasi. Sebagai tambahan alfa-makroglobulin berkaitan dengan
perkembangan limfosit
Serum Albumin
- Albumin merupakan suatu protein utama yang di sintesis oleh hepar dan memiliki beberapa
fungsi salah satunya adalah menjaga tekanan onkotik koloid plasma dalam keadaan normal dan
membawa substansi –substansi seperti, hormon, asam lemak, dan obat –obatan.
- Inflamasi dapat menyebabkan penurunan serum albumin seperti pada pasien luka bakar.23
- Keadaan hipoalbuminemia pada luka bakar merupakan akibat dari resusitasi cairan dan
meningkatnya permeabilitas vaskuler pada luka bakar yang memungkinkan berpindahnya
eksudat –eksudat beserta protein –protein yang ada di dalamnya.
- Semakin luas luka bakar yang di alami, semakin rendah kadar albumin dalam serum.24
Puteri AM, Sukasah CL.Presentasi Kasus: Luka Bakar.Jakarta :DepartemenBedah Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia ;2009.