Anda di halaman 1dari 84

Kulitku melepuh dan terasa panas

Seorang laki-laki umur 25 tahun mengalami luka bakar akibat ledakan tabung gas saat akan menyalakan las dan terperangkap di ruang
tertutup selama 1 jam. Oleh penolong kemudian dibawa ke IGD. Kejadiannya sudah 2 jam yang lalu. Pada pemeriksaan didapatkan:
- Keadaan umum: tampak kesakitan
- Vital Sign: RR: 28 x/menit, TD: 100/70 mmHg, N: 100 x/menit,
- Luka bakar pada wajah warna merah pucat, alis dan bulu hidung terbakar, suara serak, dan saat batuk dahak berwarna kehitaman.
Dada seluruhnya berwarna merah, melepuh dan didapati bulla.Lengan kiri gosong didapatkan escar melingkar dan bengkak, pasien
merasakan nyeri dan kesemutan pada tangan kiri.
Penderita dibersihkan lukanya dengan aquabidestilata oleh dokter, dan diberikan oksigenasi dengan masker 10 L/menit serta infus RL
30 tetes permenit dan dipasang kateter urethra. Setelah terpasang kateter urethra, 30 menit kemudian produksi urine hanya 5cc dan
berwarna kuning kemerahan.
STEP 1
 Luka bakar:

Luka bakar dan luka akibat benda panas berkaitan dengan risiko tinggi kematian pada anak. Yang bertahan hidup, akan
menderita cacat dan trauma psikis sebagai akibat rasa sakit dan perawatan yang lama di rumah sakit.

Penilaian

Luka bakar dapat terjadi pada sebagian lapisan kulit atau lebih dalam. Luka bakar yang dalam (full-thickness) berarti seluruh
ketebalan kulit pasien mengalami kerusakan dan tidak akan terjadi regenerasi kulit.

Tanyakan dua hal berikut:

 Sedalam apakah luka bakar tersebut?


o Luka bakar dalam, berwarna hitam/putih dan biasanya kering, tidak terasa dan tidak memucat bila ditekan.
o Luka-bakar-sebagian, berwarna merah muda atau merah, melepuh atau berair dan nyeri.
 Seberapa luas tubuh pasien yang terbakar?
o Gunakan bagan luas permukaan tubuh berdasarkan umur berikut ini.
o Sebagai pilihan lain, gunakan telapak tangan pasien untuk memperkirakan luas luka bakar. Telapak tangan
pasien berukuran kira-kira 1% dari total permukaan tubuhnya.

Bagan perkiraan persentase permukaan tubuh yang terbakar

Perkirakan total daerah yang terbakar dengan menjumlahkan persentase permukaan tubuh yang terkena seperti yang
ditunjukkan dalam gambar (lihat tabel untuk daerah A–F yang berubah sesuai dengan umur pasien).

1
Tatalaksana

 Rawat inap semua pasien dengan luka bakar >10% permukaan tubuh; yang meliputi wajah, tangan, kaki, perineum,
melewati sendi; luka bakar yang melingkar dan yang tidak bisa berobat jalan.
 Periksa apakah pasien mengalami cedera saluran respiratorik karena menghirup asap (napas mengorok, bulu hidung
terbakar),
o Luka bakar wajah yang berat atau trauma inhalasi mungkin memerlukan intubasi, trakeostomi
o Jika terdapat bukti ada distres pernapasan, beri oksigen (lihat bagian 10.7).
 Resusitasi cairan (diperlukan untuk luka bakar permukaan tubuh > 10%). Gunakan larutan Ringer laktat dengan
glukosa 5%, larutan garam normal dengan glukosa 5%, atau setengah garam normal dengan glukosa 5%.
o 24 jam pertama: hitung kebutuhan cairan dengan menambahkan cairan dari kebutuhan cairan rumatan (lihat
bagan 17) dan kebutuhan cairan resusitasi (4 ml/kgBB untuk setiap 1% permukaan tubuh yang terbakar)
 Berikan ½ dari total kebutuhan cairan dalam waktu 8 jam pertama, dan sisanya 16 jam berikutnya.
Contoh: untuk pasien dengan berat badan 20 kg dengan luka bakar 25%
Total cairan dalam waktu 24 jam pertama
= (60 ml/jam x 24 jam) + 4 ml x 20kg x 25% luka bakar
= 1440 ml + 2000 ml
= 3440 ml (1720 ml selama 8 jam pertama)
o 24 jam kedua: berikan ½ hingga ¾ cairan yang diperlukan selama hari pertama
o Awasi pasien dengan ketat selama resusitasi (denyut nadi, frekuensi napas, tekanan darah dan jumlah air
seni)
o Transfusi darah mungkin diberikan untuk memperbaiki anemia atau pada luka-bakar yang dalam untuk
mengganti kehilangan darah.
 Mencegah Infeksi
o Jika kulit masih utuh, bersihkan dengan larutan antiseptik secara perlahan tanpa merobeknya.
o Jika kulit tidak utuh, hati-hati bersihkan luka bakar. Kulit yang melepuh harus dikempiskan dan kulit yang
mati dibuang.
o Berikan antibiotik topikal/antiseptik (ada beberapa pilihan bergantung ketersediaan obat: peraknitrat, perak-
sulfadiazin, gentian violet, povidon dan bahkan buah pepaya tumbuk). Antiseptik pilihan adalah perak-
sulfadiazin karena dapat menembus bagian kulit yang sudah mati. Bersihkan dan balut luka setiap hari.
o Luka bakar kecil atau yang terjadi pada daerah yang sulit untuk ditutup dapat dibiarkan terbuka serta dijaga
agar tetap kering dan bersih.
 Obati bila terjadi infeksi sekunder
2
o Jika jelas terjadi infeksi lokal (nanah, bau busuk, selulitis), kompres jaringan bernanah dengan kasa
lembap, lakukan nekrotomi, obati dengan amoksisilin oral (15 mg/kgBB/dosis 3 kali sehari), dan
kloksasilin (25 mg/kgBB/dosis 4 kali sehari). Jika dicurigai terdapat septisemia gunakan gentamisin (7.5
mg/kgBB IV/IM sekali sehari) ditambah kloksasilin (25–50 mg/kgBB/dosis IV/IM 4 kali sehari). Jika
dicurigai terjadi infeksi di bawah keropeng, buang keropeng tersebut .
 Menangani rasa sakit
o Pastikan penanganan rasa sakit yang diberikan kepada pasien adekuattermasuk perlakuan sebelum prosedur
penanganan, seperti mengganti balutan.
o Beri parasetamol oral (10–15 mg/kgBB setiap 6 jam) atau analgesik narkotik IV (IM menyakitkan), seperti
morfin sulfat (0.05–0,1 mg/kg BB IV setiap 2–4 jam) jika sangat sakit.
 Periksa status imunisasi tetanus
o Bila belum diimunisasi, beri ATS atau immunoglobulin tetanus (jika ada)
o Bila sudah diimunisasi, beri ulangan imunisasi TT (Tetanus Toksoid) jika sudah waktunya.
 Nutrisi
o Bila mungkin mulai beri makan segera dalam waktu 24 jam pertama.
o Anak harus mendapat diet tinggi kalori yang mengandung cukup protein, vitamin dan suplemen zat besi.
o Anak dengan luka bakar luas membutuhkan 1.5 kali kalori normal dan 2-3 kali kebutuhan protein normal.

Kontraktur luka bakar

Luka bakar yang melewati permukaan fleksor anggota tubuh dapat mengalami kontraktur, walaupun telah mendapatkan
penanganan yang terbaik (hampir selalu terjadi pada penanganan yang buruk).

 Cegah kontraktur dengan mobilisasi pasif atau dengan membidai permukaan fleksor Balutan dapat menggunakan
gips. Balutan ini harus dipakai pada waktu pasien tidur.

Fisioterapi dan rehabilitasi

 Harus dimulai sedini mungkin dan berlanjut selama proses perawatan luka bakar.
 Jika pasien dirawat-inap dalam jangka waktu yang cukup lama, sediakan mainan untuk pasien dan beri semangat
untuk tetap bermain.

Sumber: © Copyright 2016 Hospital Care for Children.

Luka bakar merupakan salah satu masalah kesehatan dunia yang menyebabkan sekitar 180.000 kematian setiap tahunnya.
Sebagian besar kasus luka bakar terjadi di negara-negara berpenghasilan rendah dan menengah dan hampir dua pertiganya
terjadi di negara-negara Afrika dan Asia Tenggara. Hal tersebut berhubungan dengan kurang pengawasan, kewaspadaan,
maupun pendidikan tentang keselamatan dasar pencegahan risiko cedera luka bakar di wilayah tersebut. Luka bakar dapat
mengakibatkan morbiditas ataupun mortalitas yang tinggi, gangguan psikologis, dan gangguan kualitas hidup yang dialami
penderita. Luka bakar sering membutuhkan perawatan jangka panjang dan beberapa prosedur bedah rekonstruktif di rumah
sakit. Seiring peningkatan perkembangan sosial ekonomi dunia, banyak penelitian dilakukan untuk mengurangi tingkat
morbiditas maupun mortalitas akibat luka bakar. Sebuah studi serupa tentang perkembangan manajemen luka bakar telah
dilakukan, tetapi hanya mengevaluasi populasi Eropa. 1,2Manajemen nyeri untuk luka bakar merupakan bagian yang tidak
terpisahkan dari manajemen luka bakar yang berhubungan dengan proses penyembuhan luka bakar itu sendiri. Penelitian
manajemen nyeri pernah dilakukan di RSUP Dr. Hasan Sadikin tahun 2017, menggambarkan efektivitas pemberian analgetik
pada nyeri akut selama tahun 2017 didapatkan angka sebesar 70,3%. Hasil tersebut masih belum memenuhi target bebas
nyeri 100%. Nyeri pada luka bakar merupakan nyeri akut. Nyeri akut yang tidak teratasi dapat menyebabkan beberapa akibat,
yaitu respons nyeri yang tidak hilang atau berkurang, meningkatkan risiko nyeri kronik, mampu meningkatkan respons
inflamasi tambahan, mengganggu proses penyembuhan luka, meningkatkan waktu perawatan di rumah sakit yang akan
berakibat lanjut peningkatan risiko infeksi nasokomial, bahkan dapat meningkatkan kejadian mortalitas.3–5Penelitian di
Rumah Sakit Umum Pusat Cipto Mangunkusumo Jakarta tahun 2011 sampai dengan 2012 menggambarkan angka mortalitas
pada pasien luka bakar masih cukup tinggi, yaitu sebesar 27,6%. Salah satu upaya menurunkan angka mortalitas yang tinggi
tersebut adalah diterapkan manajemen nyeri yang baik. 6,7Nyeri didefinisikan sebagai pengalaman sensorik dan juga
emosional yang tidak menyenangkan terkait dengan kerusakan jaringan aktual atau potensial. Nyeri bersifat individual yang
dipengaruhi oleh genetik, budaya, usia dan jenis kelamin sehingga respons nyeri sangat bervariasi antarindividu.8Luka bakar
adalah luka yang ditimbulkan akibat paparan air panas, api, cairan kimia pada tubuh sehingga menyebabkan kerusakan pada
kulit maupun jaringan di bawahnya. Selain itu, luka bakar pun dapat terjadi akibat dari trauma listrik dengan efek yang dapat
bersifat akut ataupun kronik dengan morbiditas yang lebih tinggi.9,10Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Dr. Hasan Sadikin
Bandung telah membuat standar prosedur operasional (SPO) berdasar keputusan direktur utama RSUP Dr. Hasan Sadikin
3
Bandung dengan nomor HK.O2.O3/X.4.1.3/6992/2O18 tentang panduan manajemen nyeri di Rumah Sakit Umum Pusat Dr.
Hasan Sadikin Bandung. Pengkajian nyeri merupakan bagian penting dalam manajemen nyeri yang menentukan pemberian
terapi yang sesuai sehingga pasien terbebas dari rasa nyeri. Manajemen nyeri yang baik menghasilkan pemulihan luka bakar
yang lebih baik pula. Dalam penanganan nyeri pada luka bakar, tindak lanjut hasil pengkajian tersebut dan evaluasi ulang
sangat berpengaruh terhadap keberhasilan penanganan nyeri.11–13Sampai saat ini belum ada penelitian tentang evaluasi
kepatuhan pelaksanaan SPO manajemen nyeri pada pasien luka bakar di RSUP Dr. Hasan Sadikin, ditinjau dari pengkajian
nyeri, tindak lanjut, dan evaluasi ulang yang dilakukan.
Sumber: Jurnal Anestesi Perioperatif[JAP. 2019;7(2):92p-ISSN 2337-7909; e-ISSN 2338-8463;
http://dx.doi.org/10.15851/jap.v6n2.1424Evaluasi Kepatuhan Pelaksanaan Standar Prosedur Operasional Manajemen Nyeri
pada Pasien Luka Bakar di RSUP Dr. Hasan Sadikin BandungYudhanarko,1 Suwarman,2 Ricky Aditya21Bagian Anestesi
Rumah Sakit PMI Bogor, 2Departemen Anestesiologi dan Terapi IntensifFakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran/RSUP
Dr. Hasan Sadikin Bandung
A.Luka Bakar
1.Pengertian
Luka bakar adalah suatu trauma yang disebabkan oleh panas arus listrik, bahan kimia dan petir yang mengenai kulit, mukosa
dan jaringan yang lebih dalam. Luka bakar yang luas mempengaruhi metabolisme dan fungsi setiap sel tubuh, semua sistem
dapat terganggu, terutama sistem kardiovaskuler (Rahayuningsih, 2012). Luka bakar bisa merusak kulit yang berfungsi
melindungi kita dari kotoran dan infeksi. Jika banyak permukaan tubuh terbakar, hal ini bisa mengancam jiwa karena terjadi
kerusakan pembuluh darah ketidak-seimbangan elektrolit dan suhu tubuh, gangguan pernafasan serta fungsi saraf (Adibah
dan Winasis, 2014).
2.Etiologi
a.Luka Bakar Termal Luka bakar termal (panas) disebabkan oleh karena terpapar atau kontak dengan api, cairan panas atau
objek-objek panas lainnya. Penyebab paling sering yaitu luka bakar yang disebabkan karena terpajan dengan suhu panas
seperti terbakar api secara langsung atau terkena permukaan logam yang panas (Fitriana, 2014).
b.Luka Bakar Kimia Luka bakar chemical (kimia) disebabkan oleh kontaknya jaringan kulit dengan asam atau basa kuat.
Konsentrasi zat kimia, lamanya kontak dan banyaknya jaringan yang terpapar menentukan luasnya injuri karena zat kimia ini.
Luka bakar kimia dapat terjadi misalnya karena kontak dengan zat– zat pembersih yang sering dipergunakan untuk keperluan
rumah tangga dan berbagai zat kimia yang digunakan dalam bidang industri, pertanian dan militer (Rahayuningsih, 2012).
c.Luka Bakar Elektrik
Luka bakar electric (listrik) disebabkan oleh panas yang digerakkan dari energi listrik yang dihantarkan melalui tubuh. Berat
ringannya luka dipengaruhi oleh lamanya kontak, tingginya voltage dan cara gelombang elektrik itu sampai mengenai tubuh
(Rahayuningsih, 2012). Luka bakar listrik ini biasanya lukanya lebih serius dari apa yang terlihat di permukaan tubuh
(Fitriana, 2014).
d.Luka Bakar Radiasi Luka bakar radiasi disebabkan oleh terpapar dengan sumber radioaktif. Tipe injuri ini seringkali
berhubungan dengan penggunaan radiasi ion pada industri atau dari sumber radiasi untuk keperluan terapeutik pada dunia
kedokteran. Terbakar oleh sinar matahari akibat terpapar yang terlalu lama juga merupakan salah satu tipe luka bakar radiasi
(Rahayuningsih, 2012).
3.Faktor yang mempengaruhi berat ringannya luka bakar
a.Kedalaman luka bakar Kedalaman luka bakar dilihat dari permukaan kulit yang paling luar. Kedalaman suatu luka bakar
terdiri dari beberapa kategori yang didasarkan pada elemen kulit yang rusak seperti pada tabel di bawah ini:

4
b.Luas luka bakar
Terdapat beberapa metode untuk menentukan luas luka bakar meliputi Rule of nine, Lund and Browder dan hand palm.
Ukuran luka bakar ditentukan dengan prosentase dari permukaan tubuh yang terkena luka bakar. Akurasi dari perhitungan
bervariasi menurut metode yang digunakan dan pengalaman seseorang dalam menentukan luas luka bakar (Gurnida dan
Lilisari, 2011).
1) Metode rule of nineDasar dari metode ini adalah bahwa tubuh di bagi kedalam bagian-bagian anatomic, dimana setiap
bagian mewakili 9% kecuali daerah genitalia 1% (lihat gambar 1). Metode ini adalah metode yang baik dan cepat untuk
menilai luka bakar menengah d an berat pada penderita yang berusia diatas 10 tahun. Tubuh dibagi menjadi area 9%.
Metode ini tidak akurat pada anak karena adanya perbedaan proporsi tubuh anak dengan dewasa.
2) Metode Hand PalmMetode permukaan telapak tangan. Area permukaan tangan pasien (termasuk jari tangan ) adalah
sekitar 1% total luas permukaan tubuh. Metode ini biasanya digunakan pada luka bakar kecil (Gurnida dan Lilisari,
2011).
3) Metode Lund and BrowdeMetode ini mengkalkulasi total area tubuh yang terkena berdasarkan lokasi dan usia. Metode
ini merupakan metode yang paling akurat pada anak bila digunakan dengan benar11 (Gurnida dan Lilisari, 2011).
Metode lund and browder merupakan modifikasi dari persentasi bagian-bagian tubuh menurut usia, yang dapat
memberikan perhitungan yang lebih akurat tentang luas luka bakar yaitu kepala 20%, tangan masing-masing 10%, kaki
masing-masing 10%, dan badan kanan 20%, badan kiri 20% (Hardisman, 2014).

c.Lokasi luka bakar (bagian tubuh yang terkena)


Berat ringannya luka bakar dipengaruhi pula oleh lokasi luka bakar. Luka bakar yang mengenai kepala, leher dan dada sering
kali berkaitan dengan komplikasi pulmoner. Luka bakar yang menganai wajah seringkali menyebabkan abrasi kornea. Luka
bakar yang mengenai lengan dan persendian seringkali membutuhkan terapi fisik dan occupasi dan dapat menimbulkan
implikasi terhadap kehilangan waktu bekerja dan atau ketidakmampuan untuk bekerja secara permanen (Rahayuningsih,
2012). Luka bakar yang mengenai daerah perineal dapat terkontaminasi oleh urine atau feces. Sedangkan luka bakar yang
mengenai daerah torak dapat menyebabkan tidak adekuatnya ekspansi dinding dada dan terjadinya insufisiensi pulmoner
(Rahayuningsih, 2012).

d. Mekanisme injury
Mekanisme injurymerupakan faktor lain yang digunakan untuk menentukan berat ringannya luka bakar. Secara umum luka
bakar yang mengalami injuri inhalasi memerlukan perhatian khusus. Pada luka bakarelectric, panas yang dihantarkan melalui
tubuh, mengakibatkan kerusakan jaringan internal (Rahayuningsih, 2012). Injury pada kulit mungkin tidak begitu berarti
akan tetapi kerusakan otot dan jaringan lunak lainnya dapat terjad lebih luas khususnya bila injury electrik dengan voltage
5
tinggi. Oleh karena itu voltage , tipe arus (direct atau alternating), tempat kontak dan lamanya kontak adalah sangat penting
untuk diketahui dan diperhatikan karena dapat mempengaruhi morbidity (Rahayuningsih, 2012).

e.Usia
Kelompok terbesar dengan kasus luka bakar adalah anak-anak kelompok usia dibawah 6 tahun bahkan sebagian besar berusia
kurang dari 2 tahun. Puncak insiden kedua adalah luka bakar akibat kerja yaitu pada usia 25-35 tahun. Kendatipun jumlah
pasien lanjut usia dengan luka bakar cukup kecil, tetapi kelompok ini sering kali memerlukan perawatan pada fasilitas khusus
luka bakar. Dalam tahun tahun terakhir ini daya tahan hidup dimana penderita dapat kembali pada keadaan sebelum cedera
pada penderita lanjut usia mengalami perbaikan yang lebih cepat dibandingkan dengan populasi umum luka bakar lainnya.
Usia klien mempengaruhi berat ringannya luka bakar. Angka kematiannya (mortality rate) cukup tinggi pada anak yang
berusia kurang dari 4 tahun, terutama pada kelompok usia 0-1 tahun dan klien yang berusia di atas 65 tahun. Tingginya
statistic mortalitas dan morbiditas pada orang tua yang terkena luka bakar merupakan akibat kombinasi dari berbagai
gangguan fungsional (seperti lambatnya bereaksi, gangguan dalam menilai, dan menurunnya kemampuan mobilitas), hidup
sendiri, dan bahaya-bahaya lingkungan lainnya. Disamping itu juga mereka lebih rentan terhadap injury luka bakar karena
kulitnya menjadi lebih tipis, dan terjadi athropi pada bagian-bagian kulit lain. Sehingga situasi seperti ketika mandi dan
memasak dapat menyebabkan terjadinya luka bakar (Rahayuningsih, 2012). Pada anak dibawah umur 3 tahun penyebab luka
bakar paling umum adalah cedera lepuh (scald burn). Luka ini dapat terjadi bila bayi dan balita yang tak terurus dengan baik,
dimasukkan kedalam bak mandi yang berisi air yang sangat panas dan anak tak mampu keluar dari bak mandi tersebut.Selain
itu kulit balita lebih tipis daripada kulit anak yang lebih besar dan orang dewasa, karenanya lebih rentan cedera. Pada anak
umur 3-14 tahun, penyebab luka bakar paling sering karena nyala api yang membakar baju. Kematian pada anak-anak oleh
karena daya kekebalan belum sempurna.

4.Proses penyembuhan luka


Krisanty (2009) mengatakan bahwa proses penyembuhan luka bakar terdiri dari 3 fase meliputi fase inflamasi, fase
fibioblastik, dan fase maturasi. Adapun proses penyembuhannya antara lain:
a.Fase inflamasi Fase terjadinya luka bakar sampai 3-4 hari pasca luka bakar. Pada fase ini terjadi perubahan vascular dan
proliferase seluler.Daerah luka mengalamiagregasi trombosit dan mengeluarkar serotonin serta mulai timbul epitalisasi.
b.Fase Fibi Oblastik Fase yang dimulai pada hari ke 4 sampai 20 pasca luka bakar Pada fase ini timbul abrobast yang
membentuk kolagen yang tampak secara klinis sebagai jaringan granulasi yang berwarna kemerahan.
c.Fase Maturasi Proses pematangan kolagen dan terjadi penurunan aktivitas seluler dan vaskuler. Hasil ini berlangsung
hingga 8 bulan sampai lebih dari satu tahun dan berakhir jika sudah tidak ada tanda-tanda inflamasi untuk akhir dari fase ini
berupa jaringan parut yang berwarna pucat, tipis, lemas tanpa rasa nyeri atau gatal. 5.Managemen Penatalaksanaan
Penanganan luka bakar pada anak dan dewasa pada dasarnya sama hanya akibat yang ditimbulkan dapat lebih serius pada
anak. Hal itu disebabkan secara anatomi kulit anak lebih tipis, lebih mudah terjadi kehilangan cairan dan elektrolit serta
kemungkinan terjadi hipotermi cukup besar (Hadinegoro, 2014).
Berbagai macam respon sistem organ yang terjadi setelah mengalami luka bakar menuntut perlunya pendekatan antar disiplin
Perawat bertanggung jawab untuk mengembangkan rencana perawatan yang didasarkan pada pengkajian data yang
merefleksikan kebutuhan fisik dan psikososial klien dan keluarga atau orang lain yang dianggap penting (Rahayuningsih,
2012).
Perawatan sebelum di rumah sakit (prehospital care). Perawatan sebelum klien dibawa ke rumah sakit dimulai pada tempat
kejadian luka bakar dan berakhir ketika sampai di institusi pelayanan emergensi. Prehospital care dimulai dengan
memindahkan/menghindarkan klien dari sumber penyebab luka bakar dan atau menghilangkan sumber panas
(Rahayuningsih, 2012).
a.Penatalaksanaan prehospital
Menurut Rahayuningsih (2012) mengatakan bahwa penanganan pertama pada luka bakar antara lain :
1)Menjauhkan penderita dari sumber luka bakar
2)Memadamkan pakaian yang terbakar
3)Menghilangkan zat kimia penyebab luka bakar
4)Menyiram dengan air sebanyak -banyaknya bila karena zat kimia.
5)Mematikan listrik atau buang sumber listrik dengan menggunakan objek yang kering dan tidak menghantarkan arus
(nonconductive).
Fitriana (2014) menyebutkan bahwa pada tindakan penatalaksanaan luka bakar terdapat beberapa prioritas tindakan untuk
mengatasi kegawatan pada klien yaitu sebagai berikut :
1)Menghentikan proses pembakaran Jika menemukan penderita masih dalam keadaan terbakar maka harus segera dilakukan
pemadaman dengan cara menyiram dengan air dalam jumlah banyak apabila disebabkan bensin atau minyak. Menggulingkan
penderita pada tanah (drop and roll) atau menggunakan selimut basah untuk memadamkan api. Walaupun api sudah mati,
luka bakar akan tetap mengalami proses perjalanan pembakaran, untuk mengurangi proses ini luka dapat disiram atau
direndam dengan air bersih untuk pendinginan. Perlu diketahui bahwa proses pendalaman ini hanya akan berlangsung selama
15 menit, sehingga apabila pertolongan datang setelah 15 menit, usaha sia-sia dan hanya akan menimbulkan hipotermi. Tidak
diperbolehkan sekali-kali mengompres luka bakar dengan kassa air es karena dapat mengakibatkan kerusakan jaringan.
2)Perawatan luka bakar Luka bakar harus ditutup secepat mungkin untuk memperkecil kemungkinan kontaminasi bakteri dan
mengurangi rasa nyeri dengan mencegah aliran udara agar tidak mengenai permukaan kulit yang terbakar. Perawatan
6
tergantung pada karakteristik dan ukuran dari luka.Tujuan dari semua perawatan luka bakar agar luka segera sembuh rasa
sakit yang minimal.Setelah luka dibersihkan dan di debridement, luka ditutup. Penutupan luka ini memiliki beberapa fungsi:
pertama dengan penutupan luka akan melindungi luka dari kerusakan epitel dan meminimalkan timbulnya koloni bakteri atau
jamur. Kedua, luka harus benar-benar tertutup untuk mencegah evaporasi pasien tidak hipotermi.Ketiga, penutupan luka
diusahakan semaksimal mungkin agar pasien merasa nyaman dan meminimalkan timbulnya rasa sakit. Pilihan penutupan
luka sesuai dengan derajat luka bakar.(Holmes & Heimbach, 2005).
a)Luka bakar derajat I, merupakan luka ringan dengan sedikit hilangnya barier pertahanan kulit. Luka seperti ini tidak perlu
di balut, cukup dengan pemberian salep antibiotik untuk mengurangi rasa sakit dan melembabkan kulit. Bila perlu dapat
diberi NSAID (Ibuprofen, Acetaminophen) untuk mengatasi rasa sakit dan pembengkakan.
b)Luka bakar derajat II (superfisial ), perlu perawatan luka setiap harinya, pertama-tama luka diolesi dengan salep antibiotik,
kemudian dibalut dengan perban katun dan dibalut lagi dengan perban elastik. Pilihan lain luka dapat ditutup dengan penutup
luka sementara yang terbuat dari bahan alami (Xenograft (pig skin) atau Allograft (homograft, cadaver skin) ) atau bahan
sintetis (opsite, biobrane, transcyte, integra).
c)Luka derajat II ( dalam ) dan luka derajat III, perlu dilakukan eksisi awal dan cangkok kulit (early exicision and grafting )
Setelah sembuh dari luka, masalah berikutnya adalah jaringan parut yang dapat berkembang menjadi cacat berat.Kontraktur
kulit dapat mengganggu fungsi dan menyebabkan kekakuan sendi atau menimbulkan cacat estetik yang buruk sekali sehingga
diperlukan juga ahli ilmu jiwa untuk mengembalikan kepercayaan diri. Permasalahan-permasalahan yang ditakuti pada luka
bakar (Yovita, 2010):
a)Infeksi dan sepsis
b)Oliguria dan anuria
c)Oedem paru
d)ARDS (Adult Respiratory Distress Syndrome )
e)Anemia
f)Kontraktur
g)Kematian Pengasuhan terhadap anak yang dilakukan oleh seorang ibu tidak hanya berkaitan dengan pemberian asupan
makanan dan pengasuhan perilaku saja, tetapi seorang ibu perlu memiliki pengetahuan tentang perawatan teterhadap anak
ketika dalam kondisi sakit termasuk pengetahuan tentang perawatan luka bakar.
 Escar melingkar dan membengkak: Diameter lesi sekitar 1–3 cm dengan bagian sentral hitam yang disebut (eschar).
Limfangitis dan limfadenopati dan gejala sistemik seperti demam, malaise dan sakit kepala dapat terjadi. Eschar akan
terbentuk sempurna pada hari 7–10. Kemudian akan mengering dan menimbulkan jaringan parut (scar). Sekitar 20%
cutaneousanthrax dapat menjadi sepsis termasuk infeksi meningitis dan kematian.

Jaringan nekrotik adalah jaringan mati akibat degradasi enzim secara progresif sehingga terjadi perubahan morfologi pada
jaringan tersebut, hal ini merupakan respon yang normal dari tubuh terhadap jaringan yang rusak. Jaringan nekrotik
dibedakan menjadi 2 bentuk:a. Eschar yang berwarna hitam, keras serta dehidrasi impermeabel dan lengket pada permukaan
lukab. Sloughbasah, kuning berupa cairan dan tidak lengket pada luka Jaringan nekrotik ini harus disingkirkan dari luka
karena dapat mengakibatkan proses penyembuhan luka terhambat dan dapat juga memberikan tempat yang bagus untuk
pertumbuhan bakteri. Maka tindakan untuk mengangkat jaringan sangat diperlukan seperti debridement.
 Aquabidestilata:
Umumnya kita mengetahui  penggunaan air reagen adalah aquadest, aquabides, ataupun aquademin. Pengertian aquadest,
aquabidest, aquademin sendiri adalah sebagai berikut :
1. Aquadest (Aqua Destilata) yaitu air yang dihasilkan dari satu kali proses destilasi/penyulingan, sering disebut air murni
(mengandung mineral-mineral tertentu).
2. Aquabidest (Aqua Bidestilata) yaitu air yang dihasilkan dari proses destilasi bertingkat (2x proses destilasi).
(mengandung mineral lebih sedikit dari Aquadest)
3. Aquademin (Aqua Demineralisata) yaitu air bebas mineral baik ion positif, kesadahan ion negatif, gas halogen, belerang
dll serta memenuhi persyaratan mikroorganisme tertentu.

 Oksigenasi dengan masker 10 L/menit:

10.7. Terapi/Pemberian Oksigen

Indikasi

Jika tersedia, pemberian oksigen harus dipandu dengan pulse oxymetry (lihat bawah). Berikan oksigen pada anak dengan
kadar SaO2 < 90%, dan naikkan pemberian oksigen untuk mencapai SaO2 hingga > 90%. Jika pulse oxymetry tidak tersedia,
kebutuhan terapi oksigen harus dipandu dengan tanda klinis, yang tidak begitu tepat.

Bila persediaan oksigen terbatas, prioritas harus diberikan untuk anak dengan pneumonia sangat berat, bronkiolitis, atau
serangan asma yang:
7
 mengalami sianosis sentral, atau
 tidak bisa minum (disebabkan oleh gangguan respiratorik).

Jika persediaan oksigen banyak, oksigen harus diberikan pada anak dengan salah satu tanda berikut:

 tarikan dinding dada bagian bawah yang dalam


 frekuensi napas 70 kali/menit atau lebih
 merintih pada setiap kali bernapas (pada bayi muda)
 anggukan kepala (head nodding).

Sumber oksigen

Persediaan oksigen harus tersedia setiap waktu. Sumber oksigen untuk rumah sakit rujukan tingkat pertama, umumnya adalah
silinder/tabung oksigen dan konsentrator oksigen. Alat-alat ini harus diperiksa kompatibilitasnya.

Silinder Oksigen dan Konsentrator Oksigen


Lihat daftar peralatan yang direkomendasikan yang dapat digunakan dengan silinder oksigen atau konsentrator oksigen serta
instruksi penggunaannya (lihat Bacaan Pelengkap).

Metode Pemberian Oksigen

Terdapat tiga metode yang direkomendasikan untuk pemberian oksigen yaitu dengan menggunakan nasal prongs, kateter
nasal dan kateter nasofaring. Nasal prongs atau kateter nasal lebih sering dipakai dalam banyak situasi. Nasal prongs
merupakan metode terbaik dalam pemberian oksigen pada bayi muda dan anak dengan croup yang berat atau pertusis.

Penggunaan kateter nasofaring membutuhkan pemantauan ketat dan reaksi cepat apabila kateter masuk ke esofagus atau

timbul komplikasi lainnya. Penggunaan sungkup wajah atau headbox tidak direkomendasikan. 

Nasal prongs. Nasal prongs adalah pipa pendek yang dimasukkan ke dalam cuping hidung. Letakkan nasal prongs tepat ke
dalam cuping hidung dan rekatkan dengan plester di kedua pipi dekat hidung (lihat gambar). Jaga agar cuping
hidung anak bersih dari kotoran hidung/lendir, yang dapat menutup aliran oksigen.

 Pasang aliran oksigen sebanyak 1–2 liter/menit (0.5 liter/menit pada bayi muda) untuk memberikan kadar-oksigen-
inspirasi 30–35%. Tidak perlu pelembapan.

Kateter Nasal. Kateter berukuran 6 atau 8 FG yang dimasukkan ke dalam lubang hidung hingga melewati
bagian belakang rongga hidung. Tempatkan kateter dengan jarak dari sisi cuping hidung hingga ke bagian tepi dalam dari alis
anak.
8
 Pasang aliran oksigen 1–2 liter/menit. Tidak perlu pelembapan.

Kateter Nasofaring. Kateter dengan ukuran 6 atau 8 FG dimasukkan ke dalam faring tepat di bawah uvula. Letakkan kateter
pada jarak dari sisi cuping hidung hingga ke arah telinga (lihat gambar B). Jika alat ini diletakkan terlalu ke bawah, anak
dapat tersedak, muntah dan kadang-kadang dapat timbul distensi lambung.

 Beri aliran sebanyak 1–2 liter/menit, yang memberikan kadar-oksigen inspirasi 45-60%. Perlu diperhatikan
kecepatan aliran tidak berlebih karena dapat menimbulkan risiko distensi lambung. Perlu dilakukan pelembapan.

Pemantauan

Latih perawat untuk memasang dan mengeratkan nasal prongs atau kateter dengan tepat. Periksa secara teratur bahwa semua
alat berfungsi dengan semestinya dan lepaskan serta bersihkan prongs atau kateter sedikitnya dua kali sehari.

Pantau anak sedikitnya setiap 3 jam untuk mengidentifikasi dan memperbaiki masalah yang terjadi, meliputi:

 Nilai SaO2 menggunakan pulse oxymetry


 Kateter nasal atau prongs yang bergeser
 Kebocoran sistem aliran oksigen
 Kecepatan aliran oksigen tidak tepat
 Jalan napas anak tersumbat oleh lendir/kotoran hidung (bersihkan hidung dengan ujung kain yang lembap atau sedot
perlahan).
 Distensi lambung (periksa posisi kateter dan perbaiki, jika diperlukan).

Pulse oxymetry

Merupakan suatu alat untuk mengukur saturasi oksigen dalam darah secara non-invasif. Alat ini memancarkan cahaya ke
jaringan seperti jari, jempol kaki, atau pada anak kecil, seluruh bagian tangan atau kaki. Saturasi oksigen diukur pada
pembuluh arteri kecil, oleh sebab itu disebut arterial oxygen saturation (SaO2). Ada yang dapat digunakan berulang kali
hingga beberapa bulan, adapula yang hanya sekali pakai.

Nilai saturasi oksigen yang normal pada permukaan laut pada anak adalah 95–100%; pada anak dengan pneumonia berat,
yang ambilan oksigennya terhambat, nilai ini menurun. Oksigen biasanya diberikan dengan saturasi < 90% (diukur dalam
udara ruangan). Batas yang berbeda dapat digunakan pada ketinggian permukaan laut yang berbeda, atau jika oksigen
menipis. Reaksi yang timbul dari pemberian oksigen dapat diukur dengan menggunakan pulse oxymeter, karena SaO2 akan
meningkat jika anak menderita penyakit paru (pada PJB sianotik nilai SaO2 tidak berubah walau oksigen diberikan). Aliran
oksigen dapat diatur dengan pulse oxymetry untuk mendapatkan nilai SaO2 > 90% yang stabil, tanpa banyak membuang
oksigen.

Lama pemberian oksigen

Lanjutkan pemberian oksigen hingga anak mampu menjaga nilai SaO2 >90% pada suhu ruangan. Bila anak sudah stabil dan
membaik, lepaskan oksigen selama beberapa menit. Jika nilai SaO2 tetap berada di atas 90%, hentikan pemberian oksigen,
namun periksa kembali setengah jam kemudian dan setiap 3 jam berikutnya pada hari pertama penghentian pemberian
oksigen, untuk memastikan anak benar-benar stabil. Bila pulse oxymetry tidak tersedia, lama waktu pemberian oksigen dapat
dipandu melalui tanda klinis yang timbul pada anak (lihat atas), walaupun hal ini tidak begitu dapat diandalkan.

Sumber: © Copyright 2016 Hospital Care for Children.


9
 Infus RL 30 tetes permenit:

PERHITUNGAN CAIRAN INFUS


Pendahuluan
Jenis Cairan Infus
Cairan infus dibagi kedalam dua (2) jenis utama, yakni cairan resusitasi untuk menggantikan kehilangan cairan akutdan
cairan rumatan (maintenance) untuk memelihara keseimbangan cairan tubuh dan nutrisi. Contoh cairan resusitasi adalah
Kristaloid (Asering, Ringer Laktat, Normal Saline) dan Koloid (Albumin, Dextran, Gelatin, HES, Gelofusin). Sementara
cairan rumatan dapat berupa Elektrolit (KAEN) dan Nutrisi (Aminofusin).
Perhitungan Kebutuhan Cairan
Berikut beberapa contoh perhitungan kebutuhan cairan baik pada anak maupun dewasa.
CAIRAN RUMATAN (MAINTENANCE) PADA ANAK
HOLLIDAY SEGAR (4-2-1)

LUKA BAKAR
Pada penanganan perbaikan sirkulasi pada luka bakar, dikenal beberapa formula sebagai berikut :
a. Evans Formula
b. Brooke Formula
c. Parkland Formula
d. Monafo Formula

BAXTER FORMULA
Dewasa : Ringer Laktat 4 cc x Berat Badan x % luas luka bakar per 24 jam
Anak : Ringer Laktat : Dextran = 17 : 3
2 cc x Berat Badan x % luas luka bakar + kebutuhan Faali
Dengan :
½ jumlah cairan diberikan dalam 8 jam pertama
½ jumlah cairan lainnya diberikan 16 jam berikutnya
Dimana :
Kebutuhan Faali anak
<1 tahun = berat badan x 100 cc
1-3 tahun = berat badan x 75 cc
3-5 tahun = berat badan x 50 cc

10
MENGHITUNG TETESAN CAIRAN INFUS
Untuk mengetahui jumlah tetesan per menit (TPM) cairan infus yang akan diberikan pada pasien, terlebih dahulu kita
mengetahui jumlah cairan yang akan diberikan, lama pemberian, dan faktor tetes tiap infus (berbeda tiap merk, contoh merk
otsuka sebanyak 15 tetes/menit, sementara merk terumo sebanyak 20 tetes/menit).

Contoh :
Pasien A bermaksud diberikan cairan NaCl 0,9% sebanyak 250 cc dalam 2 jam. Diketahui faktor tetes infusan adalah 15 tetes
/ menit. Jumlah tetesan per menit (TPM) adalah.
TPM = 250 x 15 / (2 x 60)
= 31.25 tetes
= 32 tetes permenit
ILUSTRASI KASUS
KASUS 1 :
Seorang pria datang diantar kedua temannya, karena terdapat luka bakar disekujur tubuhnya akibat tersiram air panas. Pasien
masih sadar, dan dapat berbicara dengan jelas. Pada pemeriksaan fisik : BB 55 kg, pada luka terdapat bula, bagian dermis
terlihat pucat, nyeri. Luas Luka Bakar : 18% di daerah paha kanan dan paha kiri. Diagnosa : Luka Bakar Derajat 2 dengn
luas 18% (derajat sedang)
Penatalaksanaan:
1. Rawat Inap
2. Pemberian kassa basah pada daerah luka
3. Pemberian antibiotik
4. Pemberian cairanRumus Bexter

Rumus Baxter - Parkland:


Total Cairan  RL 4 cc / kg BB / % luka bakar
8 jam pertama berikan setengahnya, dan sisanya pada 16 jam berikutnya
Kebutuhan Total Cairan (RL)  resusitasi:
4 x 55 x 18 = 3960 ml / 24 jam
= 4000 cc / 24 jam
8 jam pertama = 2000 cc
16 jam berikutnya = 2000 cc
Perhitungan Tetesan Infus :
Faktor tetes : 20 (terumo)
Total Cairan : 2000 cc  4 kolf RL
Lama pemberian : 8 jam 1 kolf / 2 jam
Jumlah TPM = Kebutuhan Cairan x Faktor Tetes
Lama Pemberian x 60 menit
= (500 x 20) / (8 x 60)
= 10000 / 120
= 83 TPM Dalam 2 jam habis 1 kolf, dalam 8 jam habis 4 kolf
KASUS 2
11
Seorang bayi usia 3 bulan, BB 5 kg datang ke UGD RS karena BAB cair dan muntah sejak tadi pagi. Keluhan tersebut
disertai dengan demam. Sang ibu sudah memberikan upaya rehidrasi dengan oralit, namun anak tetap gelisah tidak mau
minum, dan diare tidak mau berhenti. Anak tampak gelisah, mulut kering, mata cekung, nadi 130 x / menit lemah, tidak mau
minum (malas), BAK terakhir 12 jam yang lalu.
Diagnosa : Diare Akut dengan Dehidrasi Sedang Berat.

Terapi : Rencana Pemberian I Kemudian


Terapi C USIA 30 ml/kgBB dalam 70 ml/kg BB dalam

Bayi < 1 tahun 1 jam* 5 jam

Anak > 1 tahun ½ jam* 2,5 jam

*Ulangi bila nadi tidak teraba


Penatalaksanaan:
1. Rawat Inap
2. Pemberian Kanulasi Perifer
3. Pemberian cairan Kriteria WHO

Pemberian I dalam 1 jam pertama :


 30 ml x 5 kg = 150 cc RL

 Jumlah TPM (mikro) = (150 cc x 60 )/(1 x 60 )


= 150 tpm mikro
Pemberian II dalam 5 jam :
 70 ml x 5 kg = 350 cc KaEN3B
 Jumlah TPM (mikro) = (350 x 60) / (5 x 60 )
= 70 tpm mikro
Sumber: MANUAL CSL PERHITUNGAN CAIRAN INFUS, Disusun Oleh : dr. Audia Nizhma Nabila K., M.
BiomedFakultas Kedokteran dan Kesehatan Universitas Muhammadiyah Jakarta2018
 Kateter uretra:

12
STEP 2
1. Mengapa ledakan tabung gas saat akan menyalakan las dan terperangkap di ruang tertutup selama 1 jam dapat menyebabkan luka
bakar?
2. Apa interpretasi dari pemeriksaan fisik pada pasien?
- Keadaan umum: tampak kesakitan
- Vital Sign: RR: 28 x/menit, TD: 100/70 mmHg, N: 100 x/menit,
- Luka bakar pada wajah warna merah pucat, alis dan bulu hidung terbakar, suara serak, dan saat batuk dahak berwarna
kehitaman. Dada seluruhnya berwarna merah, melepuh dan didapati bulla.Lengan kiri gosong didapatkan escar
melingkar dan bengkak, pasien merasakan nyeri dan kesemutan pada tangan kiri.

3. Mengapa luka dibersihkan dengan aquabidestilata dan diberi oksigen dengan masker 10 L/menit serta infus RL 30 tetes permenit
dan dipasang kateter urethra?
4. Mengapa setelah terpasang kateter uretra, 30 menit kemudian produksi urine hanya 5cc dan berwarna kuning?
5. Bagaimanakah derajat luka bakar?
6. Apasaja Etiologi dari luka bakar
7. Bagimanakah Fase-fase/jenis –jenis/klasifikasi yang terjadi pada luka bakar?
8. Jelaskan cara mengidentifikasi luas luka bakar!
13
9. Bagaimanakah penegakan diagnose (diagnosis banding) pada pasien ?
10. Patofisiologi dari luka bakar!
11. Apa manifestasi klinis dari luka bakar?
12. Bagaimanakan penatalaksanaan pada pasien tersebut?
13. Px. Penunjang apa saja yg dpt dilakukan pada penderita luka bakar?
14. Bagaimana cara menghitung tetesan cairan infus pada luka bakar pada anak-anak dan dewasa dan pada skenario!
15. Indikasi dirujuk di rumah sakit pada kasus luka bakar?
16. Sebutkan komplikasi dari luka bakar bagi organ tubuh?

STEP 3
1. Mengapa ledakan tabung gas saat akan menyalakan las dan terperangkap di ruang tertutup selama 1 jam dapat menyebabkan luka
bakar?

2. Apa interpretasi dari pemeriksaan fisik pada pasien?


- Keadaan umum: tampak kesakitan
- Vital Sign: RR: 28 x/menit, TD: 100/70 mmHg, N: 100 x/menit,
- Luka bakar pada wajah warna merah pucat, alis dan bulu hidung terbakar, suara serak, dan saat batuk dahak berwarna
kehitaman. Dada seluruhnya berwarna merah, melepuh dan didapati bulla.Lengan kiri gosong didapatkan escar
melingkar dan bengkak, pasien merasakan nyeri dan kesemutan pada tangan kiri.

3. Mengapa luka dibersihkan dengan aquabidestilata dan diberi oksigen dengan masker 10 L/menit serta infus RL 30 tetes permenit
dan dipasang kateter urethra?
4. Mengapa setelah terpasang kateter uretra, 30 menit kemudian produksi urine hanya 5cc dan berwarna kuning?
5. Bagaimanakah derajat luka bakar?
6. Apasaja Etiologi dari luka bakar
ETIOLOGI

Luka bakar dikategorikan menurut mekanisme injurinya meliputi:

1) Luka Bakar Termal


Luka bakar thermal (panas) disebabkan oleh karena terpapar atau kontak dengan api, cairan panas atau objek-objek
panas lainnya.
2) Luka Bakar Kimia
Luka bakar chemical (kimia) disebabkan oleh kontaknya jaringan kulit dengan asam atau basa kuat.
Konsentrasizat kimia, lamanya kontak dan banyaknya jaringan yang terpapar menentukanluasnya injuri karena zat kimia
ini. Luka bakar kimia dapat terjadi misalnya karena kontak dengan zat–zatpembersih yang sering dipergunakan
untuk keperluan rumah tangga dan berbagai zat kimia yang digunakan dalam bidang industri, pertanian dan
militer. Lebih dari 25.000 produk zat kimia diketahui dapat menyebabkanluka bakar kimia.
3) Luka Bakar Elektrik
Luka bakar electric (listrik) disebabkan oleh panas yang digerakan dari energi listrik yang dihantarkan melalui
tubuh. Berat ringannya luka dipengaruhi oleh lamanya kontak, tingginya voltage dan cara gelombang elektrik itu
sampai mengenai tubuh.
4) Luka Bakar Radiasi
Luka bakar radiasi disebabkan oleh terpapar dengan sumber radioaktif. Tipe injuri ini seringkali berhubungan dengan
penggunaan radiasi ion pada industri atau dari sumber radiasi untuk keperluan terapeutik pada dunia kedokteran.
Terbakar oleh sinar matahariakibat terpapar yang terlalu lama juga merupakan salah satu tipe luka bakar
radiasi.

Sumber: PROFESIVolume 08 / Februari –September 2012, PENATALAKSANAAN LUKA BAKAR (COMBUSTIO)Oleh


:Tutik Rahayuningsih, S. Kep.,Ns.DosenAKPERPOLTEKKES Bhakti MuliaSukoharjo, halaman 1-12

Etiologi Luka Bakar


Penyebab Luka Bakar yang tersering adalah terbakar api langsung yang dapat dipicu atau di perparah dengan adanya
cairan yang mudah terbakar seperti bensin, gas kompor rumah tangga, cairan dari tabung pemantik api, yang akan
menyebabkan luka bakar pada seluruh atau sebagian tebal kulit. Pada anak, kurang lebih 60% luka bakar disebabkan oleh air
panas yang terjadi pada kecelakaan rumah tangga, dan umumnya merupakan luka bakar superfisial, tetapi dapat juga
mengenai seluruh ketebalan kulit (derajat tiga). 15Penyebab luka bakar lainnya adalah pajanan suhu tinggi dari matahari,
listrik, maupun bahan kimia. Bahan kimia ini bisa berupa asam atau basa kuat.
10Asam kuat menyebabkan nekrosis koagulasi, denaturasi protein, dan rasa nyeri hebat.6Asam hidroflourida mampu menembus
jaringan sampai ke dalam dan menyebabkan toksisitas sistemik yang fatal, bahkan pada luka yang kecil sekalipun. Alkali
atau basa kuat yang banyak terdapat dalam rumah tangga antara lain cairan pemutih pakaian (bleaching), berbagai cairan
14
pembersih, dll.6Luka bakar yang disebabkan basa kuat akan menyebabkan jaringan mengalami nekrosis yang mencair
(liquefactive necrosis). Kemampuan alkali menembus jaringan lebih dalam lebih kuat daripada asam, kerusakan jaringan lebih
berat karena sel mengalami dehidrasi dan terjadi denaturasi protein dan kolagen. Rasa sakit timbul belakangan sehingga
penderita sering terlambat datang untuk berobat dan kerusakan jaringan sudah meluas.

Menentukan Luas Luka Bakar


Sewaktu pasien diperiksa dalam kamar gawat darurat, dilakukan penilaian persentase luka pada seluruh daerah permukaan
tubuh (persentase TBSA. Penentuan daerah luka bakar dapat dilakukan dengan menggunakan Hukum Sembilan (Wallace
Rules of Nine). Dalam rumus ini, tiap daerah anatomi dilakukan persentase TBSA-nya, yang merupakan perkalian 9.Tiap
anggota gerak atas diberi angka 9%, tiap anggota gerak bawah 18%, batang tubuh depan dan belakang masing –masing 18%,
kepala dan leher 9%, serta perineum dan genitalia 1%. Wallace memberikan perkiraan luas luka bakar, tetapi tetapperlu
waspada akan persentase relatif daerah permukaan dari
11berbagai bagian anatomi tubuh, yang berbeda pada orang dewasa dan anak –anak. Pada anak –anak, kepala dan leher
memiliki daerah permukaan yang lebih besar daripada orang dewasa dan anggota gerak bawah yang lebih kecil.

Gambar 1: Wallace Rules of Nine.16

2.1.3Etiologi
Sumber luka bakar harus ditentukan terlebih dahulu sebelum dilakukan evaluasi dan penanganan. Menurut Moenadjat
(2005) luka bakar dapat dibedakan menjadi 4 macam, antara lain:
1. Paparan Api (Thermal Burn)
a. Api (Flame)
Flame terjadi akibat kontak langsung antara jaringan .dengan api terbuka, sehingga menyebabkan cedera langsung ke
.jaringan tersebut. Api dapat membakar pakaian terlebih dahulu .baru mengenai tubuh. Serat alamipada
pakaianmemiliki .kecenderungan untuk terbakar, sedangkan serat sintetik .cenderung meleleh atau menyala
dan menimbulkan cedera .tambahan berupa cedera kontak (Moenadjat, 2005).
b. Benda Panas (Kontak)
Cedera ini terjadi akibat kontak dengan benda .panas. Luka bakar yang dihasilkan terbatas pada area tubuh yang
.mengalami kontak (Moenadjat, 2005).c..Scald (Air Panas)Semakin kental cairan dan lama waktu kontaknya,
.menimbulkan kerusakan yang semakin besar. Luka disengaja .atau akibat kecelakaan dapat dibedakan
berdasarkan pola luka 8 .bakarnya. Pada kasus kecelakaan, luka umumnya menunjukkan .pola percikan, yang satu
sama lain dipisahkan oleh kulit sehat. .Sedangkan pada kasus yang disengaja, luka.melibatkan keseluruhan
ekstremitas dalam pola sirkumferensial .dengan garis yang menandai permukaan cairan (Moenadjat, .2005).

2. Bahan Kimia (Chemical Burn)


Luka bakar karena bahan kimia seperti berbagai macam zat asam, basa, dan bahan lainnya. Konsentrasi zat kimia,
lamanya kontak dan jumlah jaringan yang terpapar menentukan luasnya injury. Luka bakar kimia terjadi karena
kontak dengan zat-zat pembersih yang sering dipergunakan untuk keperluan rumah tangga dan berbagai zat kimia yang
dipergunakandalam bidang industri dan pertanian (Moenadjat, 2005).

3. Listrik (Electrical Burn)


Luka bakar listrik disebabkan oleh panas yang digerakan dari energi listrik yang dihantarkan melalui tubuh. Berat
ringannya luka dipengaruhi oleh lamanya kontak, tingginya tegangan (voltage) dan cara gelombang elektrik itu sampai
mengenai tubuh(Moenadjat, 2005).

15
4. Radiasi (Radiasi Injury)
Luka bakar radiasi disebabkan oleh terpapar sinar matahari atau terpapar sumber radio aktif untuk keperluan terapeutik
dalam dunia kedokteran dan industri(Moenadjat, 2005).

2.1.3Etiologi Luka Bakar


Luka bakar banyak disebabkan karena suatu hal menurut(Moenadjat, 2009), diantaranya adalah:
1) Luka bakar suhu tinggi (Thermal Burn): gas, cairan, bahan padatLuka bakar thermal burn biasanya disebabkan
oleh air panas (scald), jilatan api ketubuh (flash), kobaran api di tubuh (flam), dan 9akibat terpapar atau
kontak dengan objek-objek panas lainnya (logam panas, dan lain-lain)
2) Luka bakar bahan kimia (Chemical Burn)Luka bakar kimia biasanya disebabkan oleh asam kuat atau alkali yang
biasa digunakan dalam bidang industri militer ataupun bahan pembersih yang sering digunakan untuk keperluan
rumah tangga.
3) Luka bakar sengatan listrik (Electrical Burn)Listrik menyebabkan kerusakan yang dibedakan karena arus, api, dan
ledakan. Aliran listrik menjalar disepanjang bagian tubuh yang memiliki resistensi paling rendah.Kerusakan
terutama pada pembuluh darah, khususnya tunika intima, sehingga menyebabkan gangguan sirkulasi ke
distal.Sering kali kerusakan berada jauh dari lokasi kontak, baik kontak dengan sumber arus maupun grown.
4) Luka bakar radiasi (Radiasi Injury)Luka bakar radiasi disebabkan karena terpapar dengan sumber radio
aktif.Tipe injury ini sering disebabkan oleh penggunaan radio aktif untuk keperluan terapeutik dalam dunia
kedokteran dan industri.Akibat terpapar sinar matahari yang terlalu lama juga dapat menyebabkan luka bakar
radiasi
7. Bagimanakah Fase-fase/jenis –jenis/klasifikasi yang terjadi pada luka bakar

2.1.6Fase Luka Bakar


1. Fase akut
Disebut sebagai fase awal atau fase syok. Secara umum pada fase ini, seorang penderita akan berada dalam
keadaan yang bersifat relatif life threatening. Dalam fase awal penderita akan mengalami ancaman gangguan
airway(jalan nafas), breathing (mekanisme bernafas), dan circulation(sirkulasi). Gangguan airway tidak hanya dapat
terjadi segera atau beberapa saat setelah terbakar, namun masih dapat terjadi obstruksi saluran pernafasan akibat
cedera inhalasi dalam 48-72 jam pasca trauma. Cedera inhalasi adalah penyebab kematian utama penderita pada fase
akut Pada fase akut sering terjadi gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit akibat cedera yang berdampak
sistemik.Problema sirkulasi yang berawal dengan kondisi syok (terjadinya ketidakseimbangan antara paskan Odan tingkat
kebutuhan respirasi sel dan jaringan) yang bersifat hipodinamik dapat berlanjut dengan keadaan hiperdinamik yang masih
ditingkahi dengan problema instabilitas sirkulasi(Barbara, 2010)
2. Fase sub akut
Berlangsung setelah fase syok teratasi yang berlangsung sampai 21 hari. Masalah utama pada fase ini adalah
Systemic Inflammatory Response Syndrome (SIRS)danMulti-System Organ Dysfunction Syndrome (MODS)dan
sepsis. Halini merupakan dampak atau perkembangan masalah yang timbul pada fase pertama dan masalah yang
bermula dari kerusakan jaringan akibat kontak dengan sumber panas. Luka yang terjadi penyebab proses inflamasi dan
infeksi, masalah penutupan luka dengan titik perhatian pada luka terbuka atau tidak dilapisi epitel luas dan atau pada
struktur atau organ-organ fungsional (Barbara, 2010).
3. Fase lanjut
Fase lanjut akan berlangsung sekitar 8-12 bulan hingga terjadinya maturasi parut akibat luka bakar dan pemulihan
fungsi organ-organ fungsional. Masalah yang muncul pada fase ini adalah penyulit berupa parut yang hipertropik,
keloid, gangguan pigmentasi, deformitas dan kontraktur (Barbara, 20

2.1.2Klasifikasi Luka Bakar


Berdasarkan kedalaman luka bakar Menurut(Rahayuningsih, 2012)
1.Luka bakar derajat I (super facialpartial-thickness)
Luka bakar derajat pertama adalahsetiap luka bakar yang di dalam proses penyembuhan tidak meninggalkan jaringan
parut. Luka bakar derajat pertama tampak sebagai suatu daerah yang berwarna kemerahan, terdapat gelembung-gelembung
yang ditutupi oleh daerah putih, epidermis yang tidak mengandung pembuluh darah dan dibatasi oleh kulit yang berwarna
merah serta hiperemis.Luka bakar derajat pertama ini hanya mengenai epidermis dan biasanya sembuh dalam 5-7 hari,
misalnya tersengat matahari.Luka
7tampak sebagai eritema dengan keluhan rasa nyeri atau hipersensitifitas setempat. Luka derajat pertama akan sembuh tanpa
bekas.
2.Luka bakar derajat II (Deep Partial-Thickness)
Kerusakan yang terjadi pada epidermis dan sebagian dermis, berupa reaksi inflamasi akut disertai proses eksudasi,
melepuh dasar luka berwarna merah atau pucat, terletak lebih tinggi di atas permukaan kulit normal, nyeri karena ujung-ujung
saraf teriritasi. Luka bakar derajat II ada dua Menurut (Rahayuningsih, 2012) :a.Derajat II dangkal (superficial)kerusakanyang
mengenai bagian superficial dari dermis, apendises kulit seperti folikel rambut, kelenjar keringat, kelenjar sebasea masih
utuh. Luka sembuh dalam waktu 10-14 harib.Derajat II dalam (deep)Kerusakan hampir seluruh bagian dermis. Apendises

16
kulit seperti folikel rambut, kelenjar keringat, kelenjar sebasea sebagian masih utuh. Penyembuhan terjadi lebih lama,
tergantung apendises kulit yang tersisa. Biasanya penyembuhan terjadi dalam waktu lebih dari satu bulan.
3.Luka bakar derajat III (Full Thickness)
Kerusakan meliputi seluruh ketebalan dermis dan lapisan yang lebih dalam, apendises kulit seperti folikel rambut,
kelenjar keringat, kelenjar sebasea rusak, tidak ada pelepuhan, kulit berwarna abu-abu atau coklat, kering, letaknya lebih
rendah dibandingkankulit sekitar karena koagulasi protein pada lapisan epidermis dan dermis, tidak timbul rasanyeri.
Penyembuhan lama karena tidak ada proses epitelisasi spontan (Rahayuningsih, 2012).Berdasarkan kedalaman luka,
luka bakar dapat diklasifikasikan sebagai derajat 1 sampai IV yang uraiannya seperti pada Tab

Luas luka bakar dinyatakan dalam persen terhadap luas seluruh tubuh. Pada orang dewasa digunakan rumus “rule of
nine”yaitu luas kepala dan leher, dada, punggung, pinggang, dan bokong, ekstermitasatas kanan atau kiri, paha kanan atau
kiri, tungkaidan kaki kanan atau kiri masing-masing mewakili luas 9%, dan sisanya telapak tangan dan genetalia
mewakili luas 1%. Pada anak dan bayi digunakan rumus lain karena luas relatif kepala anak lebih besar. Dikenal rumus10
untuk bayi dan rumus 10-15-20 untuk anak. Pada anak-anak, kepala dan leher mewakili luas 15%, badan depan dan
belakang masing-masing mewakili luas 20%, ekstremitas atas masing-masing mewakili luas 10%, dan ekstremitas bawah
masing-masing mewakili luas 15% (Sjamsuhidajat, 2013
KLASIFIKASI BERATNYA LUKA BAKAR
1) Faktor yang mempengaruhi berat ringannya luka bakar
Beberapa faktor yang mempengaruhi berat-ringannya injuri luka bakar antara lain kedalaman luka bakar, luas luka
bakar, lokasi luka bakar, kesehatan umum, mekanisme injuri dan usia. Berikut ini akan dijelaskan tentang
faktor-faktor tersebut di atas:
a. Kedalaman luka bakar
Kedalaman luka bakar dapat dibagi ke dalam 5 kategori yang didasarkan pada elemen kulit yang rusak,
meliputi :
1)Superfisial (derajat 1)
2)Superfisial –Kedalaman Partial (Partial Thickness)
3)Dalam –Kedalaman Partial (Deep Partial Thickness)
4)Kedalaman Penuh (Full Thickness)
5)Subdermal
b. Luas luka bakar
Terdapat beberapa metode untuk menentukan luas luka bakar meliputi
1)rule of nine,
2)Lundand Browder, dan
3)hand palm.
c. Ukuran luka bakar dapat ditentukan dengan menggunakan salah satu dari metode tersebut. Ukuran luka
bakar ditentukan dengan prosentase dari permukaan tubuh yang terkena luka bakar. Akurasi dari perhitungan
bervariasi menurut metode yang digunakan dan pengalaman seseorang dalam menentukan luas luka bakar.
Metoderule of ninemulai diperkenalkan sejak tahun 1940-an sebagai suatu alat pengkajian yang cepat
untuk menentukan perkiraan ukuran / luas luka bakar. Dasar dari metode ini adalah bahwa tubuh
di bagi kedalam bagian-bagian anatomic, dimana setiap bagian mewakili 9 % kecuali daerah genitalia 1 %
(lihat gambar 1).

17
Gb metode Rules Of Nine
Pada metodeLund and Browdermerupakan modifikasi dari persentasi bagian-bagian tubuh menurut usia, yang
dapat memberikan perhitungan yang lebih akurat tentang luas luka bakar (lihat gambar 2)

Gambar 2. Luas Luka Bakar


Selain dari kedua metode tersebut di atas, dapat juga digunakan cara lainnya yaitu mengunakan metode hand palm.
Metodeini adalah cara menentukan luas atau persentasi luka bakar dengan menggunakan telapak tangan.
Satu telapak tangan mewakili 1 % dari permukaan tubuh yang mengalami luka bakar.
d. Lokasi lukabakar (bagian tubuh yang terkena)
Berat ringannya luka bakar dipengaruhi pula oleh lokasi luka bakar. Luka bakar yang mengenaikepala, leher
dan dada seringkali berkaitan dengan komplikasi pulmoner. Luka bakar yang menganai wajah seringkali
menyebabkan abrasi kornea. Luka bakar yang mengenai lengan dan persendian seringkali membutuhkan terapi
fisik dan occupasi dan dapat menimbulkan implikasi terhadap kehilangan waktu bekerja dan atau
ketidakmampuan untuk bekerja secara permanen. Luka bakar yang mengenai daerah perineal dapat
terkontaminasioleh urine atau feces. Sedangkan luka bakar yang mengenaidaerah torakdapat menyebabkan
tidak adekwatnya ekspansi dinding dada dan terjadinya insufisiensi pulmoner.
e. Mekanisme injuri
Mekanismeinjury merupakan faktor lain yang digunakan untuk menentukan berat ringannya luka
bakar. Secra umum luka bakar yang juga mengalami injuri inhalasimemerlukan perhatian khusus.Pada luka
bakar elektrik, panas yang dihantarkan melalui tubuh, mengakibatkan kerusakan jaringan internal. Injury pada
kulit mungkin tidakbegitu berarti akan tetapi kerusakan otot dan jaringan lunak lainnya dapat terjad lebih luas,
khususnya bilainjury elektrik dengan voltagetinggi. Oleh karena itu voltage, tipe arus (direct atau alternating),
tempat kontak, dan lamanya kontak adalah sangat penting untuk diketahui dan diperhatikankarena dapat
mempengaruhi morbiditi.Alternating current (AC)lebih berbahaya dari padadirect current (DC). Ini seringkali
berhubungan dengan terjadinya kardiac arrest (henti jantung), fibrilasi ventrikel, kontraksiotot tetani, dan
fraktur kompresi tulang-tulang panjang atau vertebra.Pada lukabakar karena zat kimiakeracunan sistemik
akibat absorbsi oleh kulit dapat terjadi.
f. Usia
Usia klien mempengaruhi berat ringannya luka bakar.Angka kematiannya (Mortality rate) cukup tinggi pada
anak yang berusia kurang dari 4 tahun, terutama pada kelompok usia 0-1 tahun dan klien yang berusia
di atas 65 th.Tingginya statistik mortalitas dan morbiditas pada orang tua yang terkena luka bakarmerupakan
akibat kombinasi dari berbagai gangguan fungsional (seperti lambatnya bereaksi, gangguan dalam menilai, dan
menurunnya kemampuan mobilitas), hidup sendiri,dan bahaya-bahaya lingkungan lainnya. Disamping itu
juga mereka lebih rentan terhadap injury luka bakar karena kulitnya menjadi lebih tipis, dan terjadi
athropi padabagian-bagian kulit lain. Sehingga situasi seperti ketika mandi dan memasak dapat menyebabkan
terjadinya luka bakar.

18
Sumber: PROFESIVolume 08 / Februari –September 2012, PENATALAKSANAAN LUKA BAKAR (COMBUSTIO)Oleh
:Tutik Rahayuningsih, S. Kep.,Ns.DosenAKPERPOLTEKKES Bhakti MuliaSukoharjo, halaman 1-12

Klasifikasi Luka Bakar


Luka Bakar dapat di klasifikasikan berdasarkan kedalaman luka bakar atau berdasarkan luas luka bakar.Terdapat kriteria dari
World Health Association (WHO) dan American Burn Association (ABA).WHO mengklasifikasikan luka bakar berdasarkan
kedalaman sebagai berikut:17
A. Luka Bakar Derajat I
 Luka bakar ini sering disebut juga sebagai superficial burn karena hanya mengenai epidermis.
 Penyebab dari luka bakar ini adalah paparan sinar matahari yang terlalu lama, kontak singkat dengan benda panas
atau terkena percikan api•Umumnya luka bakar ini sembuh dalam satu minggu dan tidak menimbulkan perubahan pada
warna kulit, tekstur kulit atau ketebalan kulit.
B. Luka Bakar Derajat II
 Luka bakar ini disebut juga partial thickness burnkarena mengenai epidermis dan dermis.
 Berdasarkan lama penyembuhannya, luka bakar ini dibagi menjadi dua:
- Luka bakar derajat II superfisial merupakan luka bakar dengan lama penyembuhan kurang dari tiga minggu
- Luka bakar derajat II profunda (deep)merupakan luka bakar dengan lama penyembuhan lebih dari tiga
minggu dan sering menimbulkan skar hipertrofi saatsembuh.
C. Luka Bakar Derajat III
 Luka bakar ini disebut juga full thickness burnkarena mengenai seluruh lapisan kulit mulai dari epidermis, dermis,
jaringan subkutan hingga folikel rambut
 Luka bakar ini tidak dapat sembuh dengan sendirinya tanpa operasi grafting.

Kemudian berdasarkan luas luka bakar,dibawah ini adalah kriteria menurut American Burn Association :
A. Luka Bakar Ringan (Minor)
- Luka bakar dengan luas permukaan <15%/10% pada anak -anak daerah permukaan tubuh (Body Surface
Area/BSA), kulit tampak agak menonjol
- Luka denganseluruh ketebalan kulitdengan luas permukaan <2% daerah permukaan tubuh (BSA) tetapi luka tidak
mengenai daerah wajah, mata, telinga atau perineum)
B. Luka Bakar Sedang (Moderate)
- Luka yang mengenai sebagian ketebalan kulit di bawah 15-20% daerah permukaan tubuh (BSA) atau 10-20% pada
anak –anak•Luka yang mengenai seluruh ketebalan kulit 2-10% daerah permukaan tubuh (BSA) tetapi luka
tidak mengenai daerah wajah, mata, telinga atau perineum)C.Luka Bakar Berat (Major)
- Luka yang mengenai sebagian ketebalan kulit lebih dari 25% daerah permukaan tubuh (BSA) atau 20% pada anak –
anak.
- Luka yang mengenai seluruh ketebalan kulit lebih dari 10% daerah permukaan tubuh (BSA)•Semua luka bakar
yang mengenai daerah wajah, mata, telinga atau perineum
- Luka bakar karena sengatan listrik
- Luka bakar inhalasi
- Luka bakar yang disebabkan oleh trauma jaringan berat
- Semua pasien dengan resiko buruk
Setelahdijabarkan kedua kriteria di atas, pada penelitian ini menggunakan catatan medic maka lebih tepat menggunakan kriteria
dari ABA karena pada kriteria WHO cenderung lebih subjektif karena melihat bentuk luka bakar dan kedalamannya sedangakan
pada kriteria ABA lebih objektif karena melihat dari luas luka bakar

KLASIFIKASI LUKA BAKAR

Luka bakar dapat diklasifikasikan berdasarkanluas luka bakardanderajat lukabakarnya, danharus objektif.5Patokanyang masih
dipakai dan diterima luas adalahmengikutiRules of Ninesdari Wallace. Luka bakar yang terjadi pada daerah muka danleher jauh
lebih berbahaya daripada luka bakar di tungkai bawah, kita mesti sangatwaspada terhadap timbulnya obstruksi jalan napas

19
Berdasarkan dalamnya jaringan yang rusak akibat luka bakar tersebut, luka bakardapat diklasifikasikan menjadiderajat I, II, III
dan IV.7Pada luka bakar derajat 1(superficial burn), kerusakan hanya terjadi di permukaan kulit. Kulit akan
tampakkemerahan, tidak ada bulla, sedikit oedem dan nyeri, dan tidak akan menimbulkanjaringan parut setelah sembuh. Luka
bakar derajat 2 (partial thickness burn) mengenaisebagian dari ketebalan kulit yang melibatkan semua epidermis dan sebagian
dermis.Pada kulit akan ada bulla, sedikit oedem, dan nyeri berat.Pada luka bakar derajat 3 (fullthickness burn), kerusakan terjadi
pada semua lapisan kulit dan ada nekrosis. Lesitampak putih dankulit kehilangan sensasi rasa, dan akan menimbulkan
jaringan parutsetelah luka sembuh. Luka bakar derajat 4disebutcharring injury.Pada luka bakar inikulit tampak hitam seperti arang
karena terbakarnya jaringan. Terjadi kerusakan seluruhkulit dan jaringan subkutan begitu juga pada tulang akan gosong.Beratnya luka
bakar berdasarkan derajat dan luasnya kulit yang terkenadandapatdikategorikan menjadi 3 yaituringan, sedang dan berat.17Disebut
ringanjika terdapatluka bakar derajat Iseluas <15% atau derajat II seluas <2%. Luka bakar sedang adalahluka bakar derajat I seluas
10-15% atau derajat II seluas 5-10%. Luka bakar berat merupakanluka bakar derajat II seluas >20% atau derajat III seluas
>10% ataumengenai wajah, tangan-kaki, alat kelamin/persendian sekitar ketiak atau akibat listriktegangan tinggi (>1000V)
atau dengan komplikasi patah tulang/kerusakan jaringanlunak/gangguan jalan nafas

Sumber: 17.James A.B.Medical Science of Burning, First Edition. Australia : MelbourneUniversity Press; 1990.18

2.1.4Klasifikasi Luka bakar diklasifikasikan berdasarkan beberapa faktor, antara lain: 2.1.4.1Klasifikasi Berdasarkan Mekanisme
dan Penyebab
a. Luka Bakar Termal
Luka bakar termal dapat disebabkan oleh cairan panas, .kontak dengan benda padat panas seperti lilin atau rokok, kontak
.dengan zat kimia dan aliran listrik (WHO, 2008).
b. Luka Bakar Inhalasi Luka bakar inhalasi disebabkan oleh terhirupnya gas panas, cairan panas atau .produk berbahaya dari
proses pembakaran yang tidak sempurna .(WHO, 2008)

.2.1.4.2.Klasifikasi Berdasarkan Derajat dan Kedalaman Luka Bakar


a..Derajat I (superficial partial-thickness)
Terjadi kemerahan dan nyeri pada permukaan kulit. Luka.bakar derajat I sembuh 3-6 hari dan tidak menimbulkan
jaringan.parut saat remodeling (Barbara et al.,2013).
b..Derajat II (deep partial-thickness)
Pada derajat II melibatkan seluruh lapisan epidermis dan .sebagian dermis. Kulit akan ditemukan bulla, warna kemerahan,
.sedikit edema dan nyeri berat. Bila ditangani dengan baik, luka .bakar derajat II dapat sembuh dalam 7 hingga 20 hari
dan akan .meninggalkan jaringan parut (Barbara et al.,2013).
c..Derajat III (full thickness)
Pada derajat III melibatkan kerusakan semua lapisan kulit, .termasuk tulang, tendon, saraf dan jaringan otot. Kulit
akan .tampak kering dan mungkin ditemukan bulla berdinding tipis, .dengan tampilan luka yang beragam dari warna
putih, merah .terang hingga tampak seperti arang. Nyeri yang dirasakan .biasanya terbatas akibat hancurnya ujung

20
saraf pada dermis. .Penyembuhan luka yang terjadi sangat lambat dan biasanya .membutuhkan donor kulit (Barbara et
al.,2013).

2.1.4.3.Klasifikasi Berdasarkan Luas LukaLuas luka dapat diklasifikasikan menjadi tiga, diantaranya:
a..Luka bakar ringan, yakni luka bakar derajat I dengan luas <10% .atau derajat II dengan luas <2%.
b..Luka bakar sedang, yakni luka bakar derajat I dengan luas 10-.15% atau derajat II dengan luas 5-10%.
c..Luka bakar berat, yakni luka bakar derajat II dengan luas >20% .atau derajat III dengan luas >10%

Gambar 2.1Rules of nine. Untuk menilai luas luka menggunakan metode Rules of nineberdasarkan luas permukaan tubuh
total. Luas luka bakar ditentukan untuk menentukan kebutuhan cairan, dosis obat dan prognosis. Persentase pada (Yapa, 2009)
11 orang dewasa dan anak-anak berbeda. Pada dewasa, kepala memiliki nilai 9% dan untuk ektremitas atas memiliki nilai
masing-masing 9%. Untuk bagian tubuh anterior dan posterior serta ekstremitas bawah memiliki nilai masing-masing 18%,
yang termasuk adalah toraks, abdomen dan punggung. Serta alat genital 1%. Sedangkan pada anak-anak
persentasenya berbeda pada kepala memiliki nilai 18% dan ektremitas bawah 14% (Yapa, 2009

2.1.7.Proses Penyembuhan Luka


Tubuh memiliki kemampuan alami untuk melindungi dan memulihkan dirinya sendiri. Peningkatan aliran darah ke daerah
yang rusak, membersihkan sel dan benda asing, serta perkembangan awal seluler adalah bagian proses penyembuhan yang
terjadi secara normal tanpa bantuan, walaupun beberapa bahan perawatan dapat mendukung proses penyembuhan (Zahrok,
2009).Pendefinisian penyembuhan luka oleh Wound Healing Society(WHS)diartikan sebagai proses kompleks dan dinamis
akibat pengembalian fungsi anatomi. Sedangkan penyembuhan luka ideal adalah kembali normalnya struktur, fungsi, dan
penampilan anatomi kulit. Waktu penyembuhan luka ditentukan oleh tipe luka, lingkungan ekstrinsik dan instrinsik serta
dapat berlangsung cepat ataupun lambat. Pada luka bedah diketahui adanya sintesis kolagen dengan melihat adanya jembatan
penyembuhan dibawah jahitan yang menyatu pada hari kelima sampai ketujuh setelah operasi (Zahrok, 2009)
16 2.1.7.1Komponen dalam Penyembuhan Luka
Terdapat berbagai macam komponen penyembuhan luka, antara lain:a..KolagenKolagen secara normal menghubungakan
jaringan, melintasi .luka dengan berbagai sel mediator. Bentuk awal kolagen .seperti gel namun dalam beberapa minggu
membentuk garis .sehingga dapat meningkatkan kekuatan luka. Substansi .vitamin C, zinc, oksigen, dan zat besi diperlukan
untuk .membentuk kolagen (Zahrok, 2009).b..Angiogenesis Perkembangan dari pembuluh darah baru pada luka kotor .dapat
diidentifikasi selama pengkajian klinik. Awalnya tepi luka.berwarna merah terang dan mudah berdarah. Selanjutnya
dalam.beberapa hari berubah menjadi merah gelap. Secara mikroskopis, .angiogenesis dimulai beberapa jam setelah luka
(Zahrok, .2009).c..Granulasi JaringanSebuah matriks kolagen, kapilaritas, dan sel mulai mengisi .daerah luka dengan
kolagen baru membentuk scar. Jaringan ini .tumbuh di tepi luka ke dasar luka. Granulasi jaringan diisi dengan .kapilaritas baru
yang memberi warna merah dan tidak rata. Luka .dikelilingi oleh fibroblast dan macrophage..Granulasi jaringanmulai
dibentuk danEpithelialization .dimulai (Zahrok, 2009). d..Kontraksi Luka Kontraksi luka adalah mekanisme saat tepi luka
menyatu .sebagai akibat kekuatan dalam luka. Kontraksi adalah kerja dari
17 .myofibroblast yang melintasi luka dan menarik tepi luka untuk .menutup lukasehingga menyebabkanperubahan
bentuk diakibatkan oleh kontraktur .(Zahrok, 2009). e..EpithelializationEpithelialization adalah perpindahan sel dari sekeliling
kulit. .Epithelialization juga melintasi folikel rambut pada dermis dari .luka .yang sembuh dengansecondary intention.
Besarnya luka .atau .kedalaman luka memerlukan skin graft, karena epidermal .migrasi .secara normal dibatasi kira-kira 3 cm.
Epithelialization .dapat dilihat .pada granulasi luka bersih. Epithelialization sel .terbagi dan akhirnya .migrasi epitel bertemu
dengan sel yang sama .dari tepi luka yang .lain dan migrasi berhenti. Pada saat ini epitel.berdiferensiasi .menjadi
bermacam lapis epidermis. .Epithelialization dapat .ditingkatkan jika luka pada kondisi .lembab. Tanda scar yang .dibentuk
21
pada fase ini adalah merah .terang, tipis dan rawan .terhadap tekanan (Zahrok, 2009).2.1.7.2Fase Penyembuhan Luka Menurut
Sjamsuhidajat (2005), ada tiga fase dalam proses penyembuhanluka, antara lain:a..Fase Inflamasi (lag phase) Pada fase
inflamasi pembuluh darah yang terputus pada .luka .akan menyebabkan perdarahan dan tubuh akan berusaha
.menghentikannya dengan vasoconstriction, pengerutan pembuluh .darah yang putus (retraction), dan reaksi hemostasis. Sel
mast
18 dalam .jaringan ikat menghasilkan serotonin dan histamine yang .meningkatkan permeabilitas kapiler sehingga terjadi
eksudasi, .penyebukan sel radang, disertai vasodilation yang menyebabkan .edema dan pembengkakan. Tanda dan gejala
klinis reaksi radang .menjadi jelas yang berupa warna kemerahan karena kapiler .melebar (rubor), rasa hangat (kalor),
nyeri (dolor), pembengkakan .(tumor), dan functio laesa atau daya pergerakan menurun.(Sjamsuhidajat, 2005).Fase
inflamasi dimulai segera setelah terjadinya trauma atau .cedera dan umumnya sampai hari ke-5 pasca trauma. Tujuan utama
.fase ini pada umumnya adalah hemostasis, hilangnya jaringan .yang.mati dan pencegahan kolonisasi maupun infeksi
oleh .mikrobial patogen (Gurtner, 2007). Perbedaan antara luka bakar .dan luka biasa pada fase ini yaitu terjadi .vasodilation
lokal dengan extravasation cairan dalam ruang ketiga. .Dalam luka bakar yang luas, adanya peningkatan permeabilitas
.kapiler menyebabkanextravasation plasma yang cukup banyak dan .membutuhkanpenggantian cairan (Tiwari, 2012).
Proses hemostasis pada luka biasa mendahului inflamasi, karena terjadi .vasoconstriction dan retractionpembuluh darah putus
disertai .reaksi hemostasis setelah terjadinya trauma yang .menyebabkan luka (Harjowasito, 2008). Pembuluh darah yang cedera
mengakibatkan termobilisasinya .berbagai elemen darah ke lokasi luka. Aggregationplatelet akan .membentuk plak pada
pembuluh darah yang cedera. Selama proses
19 .ini berlangsung, platelet akan mengalami degranulasi dan .melepaskan beberapa growth factor seperti platelets
derived .growth factor(PDGF) dan transforming growth factor(TGF). .Hasil akhir kaskade koagulasi jalur intrinsik dan
ekstrinsik adalah .konversifibrinogen menjadi fibrin (Gurtner, 2007). Pada luka .bakar, proses koagulasi akibat panas
menyebabkan dilepaskannya .faktor chomotaxis seperti kallkireins dan peptida fibrin, sedangkan .sel mastmelepaskantumor
necrosis factor (TNF), histamine, .protease, leukotreins dan sitokin sehingga terjadi migrasi sel .inflamasi. Neutrofil dan
monosit merupakan sel pertama yang .bermigrasi di lokasi peradangan (Tiwari, 2012). Berbagai mediator inflamasi yakni
prostaglandin, interleukin-.1 (IL-1), tumor necrosis factor (TNF), C5a, transforming growth .factor (TGF) dan produk
degradasi bakteri seperti lipopolisakarida .(LPS) akan menarik sel neutrophil sehingga akan memfiltrasi.matriks fibrin dan
mengisi cavity luka. Migrasineutrophil ke luka.dimungkinkankarena peningkatan permeabilitas kapiler akibat .terlepasnya
serotonin dan histamine oleh sel mast dan jaringan .ikat. Neutrophil akan ditemukan pada 2 hari pertama dan berperan
untukfagositosis jaringan mati dan mencegah infeksi. .Keberadaanneutrophil merupakan salah satu .penyebab utama
terjadinya konversi dari luka akut menjadi luka .kronis (Gurtner, 2007).Macrophage mengikuti neutrophil menuju luka setelah 48-
72 .jam dan menjadi sel dominan setelah hari ketiga setelah terjadinya
20 .trauma. Debris dan bakteri difagositosis oleh macrophage yang .berperan memproduksi berbagai growth factor yang
dibutuhkan .dalam produksi matriks ekstraseluler oleh fibroblast dan .pembentukan neovaskular.
Keberadaanmacrophage penting dalam .fase inflamasi (Gurtner, 2007).

Gambar 2.3Fase Inflamasi pada Penyembuhan Luka. Pada luka bakar sel-sel inflamasi diatas membantu dalam .fagositosis,
pembersihan jaringan yang mati dan racun yang .dikeluarkan oleh jaringan yang terbakar. Selain itu, neutrophil dan
macrophage berperan dalam .eliminasi bakteri dengan memproduksi dan melepaskan .proteinase dan reactive oxygen species
(ROS). ROS .melalui sifat radikal bebas penting dalam mencegah infeksi .bakterial, namun tingginya kadar ROS secara
berkepanjangan juga .akan menginduksi kerusakan sel tubuh lainnya, .mengaktifkan dan mempertahankan kaskade asam lemak
omega-6 .cair dalam jumlah kecil yang akan memicu ulang timbulnya .berbagai mediatorinflamasi seperti prostaglandin
danleukotriene, .sehingga prosesinflamasiakan menjadi berkepanjangan (Limaet .al., 2009). (Gurtner, 2007)
21 Limfosit dan sel mast merupakan sel terakhir yang bergerak .menuju luka dan dapat ditemukan pada hari kelima sampai
ketujuh .pasca trauma. Peran keduanya masih belum jelas hingga saat ini.(Gurtner, 2007). Pade akhir fase inflamasi,
mulai terbentuk .jaringan granulasi yang berwarna kemerahan, lunak dan granular. .Jaringan granulasi adalah suatu
22
jaringan kaya vaskular, berumur .pendek, kaya fibroblast, kapiler dan sel radang tetapi tidak .mengandung ujung saraf
(Anderson, 2010). b..Fase Proliferasi (fibroplasia, regenerasi) Fase proliferasi disebut juga fase fibroplasia karena yang
.menonjol adalah proliferasi fibroblast. Fibroblast berasal dari sel.mesenkimyang belum berdiferensiasi
menghasilkan.mucopolysaccharide, glisina (asam amino), dan protein yang .merupakan bahan dasar kolagen serat yang
akan menautkan tepi .luka. Pada fase ini, serat dibentuk dan dihancurkan kembali untuk .penyesuaian diri dengan tegangan pada
luka yang cenderung .mengerut. Fase proliferasi luka dipenuhi sel radang, fibroblast, .dan kolagen, membentuk jaringan
berwarna kemerahan dengan .permukaan yang memiliki benjolan halus seperti jaringan .granulasi. Epitel tepi luka
yang terdiri dari sel asal terlepas dari .permukaan basalnya mengisi permukaan luka. Tempatnya .kemudiaan diisi sel
baru yang terbentuk dari proses mitosis. .Proses ini akan berhenti setelah epitel saling menyentuh dan .menutup seluruh
permukaan luka (Gurtner, 2007).
22 Fase proliferasi berlangsung pada umumnya mulai dari hari ke-4. Pada luka bakar superfisial, migrasi keratinosit yang berada
pada tepi luka mulai bekerja beberapa jam setelah trauma, menginduksi terjadinya re-epithelialization yang biasanya menutup
luka dalam 5-7 hari. Setelah re-epithelialization, membran basal terbentuk antara epidermis dan dermis. Pembentukan kembali
dermis dibantu oleh proses angiogenesis dan fibrogenesis. Pada fase ini matriks fibrin didominasi oleh platelet dan
macrophage secara gradual digantikan jaringan granulasi yang tersusun dari kumpulan fibroblast, macrophage dan sel
endotel yang membentuk matriks ekstraseluler dan neovascular (Gurtner, 2007).

Gambar 2.4Fase Profilerasi pada Penyembuhan Luka.


Fibroblast berperan penting dalam fase proliferasi karena memproduksi matriks ekstraselular yang akan mengisi cavity
luka dan menyediakan landasan untuk migrasi keratinosit. Matriks ekstraselular merupakan komponen yang paling
nampak pada skar di kulit. Macrophage memproduksi growth factor seperti PDGF dan TGF yang menginduksi fibroblast untuk
terjadinya proliferasi, (Gurtner, 2007)
23 migrasi dan membentuk matriks ekstraselular. Fibroblast mencerna matriks fibrin dan menggantikannya dengan
glycosaminoglycan (GAG) dengan bantuan matrix metalloproteinase (MMP). Matriks ekstraselular akan digantikan oleh
kolagen tipe III yang juga diproduksi oleh fibroblast dengan berjalannya waktu. Kolagen ini tersusun atas 33% glisin,
25% hydroxyproline, dan selebihnya berupa air, glukosa dan galaktosa. Sedangkan, kolagen tipe III digantikan oleh
kolagen tipe I pada fase maturation (Schultz, 2007). Faktor proangiogenik produksi macrophage seperti vascular endothelial
growth factor (VEGF), fibroblast growth factor (FGF), angiopoietin-1 dan thrombospondin menstimulasi sel endotel
membentuk neovaskular dari proses angiogenesis (Gurtner, 2007). Mempercepat penyembuhan luka bakar dalam perlu dilakukan
eksisi dan skin graft. Tindakan penutupan luka dengan skin graftmerupakan bagian dari fase proliferasi (Tiwari, 2012).
Hal yang menarik dari fase proliferasi adalah pada suatu titik tertentu, seluruh proses yang telah dijabarkan di atas harus
dihentikan. Fibroblastakan menghilang setelah matriks kolagen mengisi cavity luka dan pembentukan neovaskular akan
menurun melalui proses apoptosis. Kegagalan regulasi pada tahap ini dianggap penyebab terjadinya kelainan fibrosis seperti
skar hipertrofik(Gurtner, 2007).
c..Fase Penyudahan (maturation, remodeling)
Pada fase ini terjadi proses pematangan dari penyerapan kembali jaringan yang berlebih, pengerutan sesuai gaya
gravitasi, dan pembentukan kembali jaringan yang baru terbentuk. Fase maturation pada luka umumnya berlangsung mulai
hari ke-21 hingga sekitar 1 tahun, namun pada luka bakar derajat 2 yang dalam dan yang mengenai seluruh ketebalan kulit yang
dibiarkan sembuh sendiri fase ini bisa memanjang menjadi bertahun-tahun (Tiwari, 2012). Fase maturation dimulai setelah
cavity luka terisi oleh jaringan granulasi, proses re-epithelialization telah selesai dan setelah kolagen menggantikan matriks
temporer (Gurtner, 2007).

23
Kontraksi dari luka dan remodeling kolagen terjadi pada fase ini yang terjadi akibat aktivitas myofibroblast, yakni fibroblast
yang mengandung komponen mikrofilamen aktin intraseluler. Kolagen tipe III pada fase ini secara gradual digantikan oleh
kolagen tipe I dengan bantuanmatrix metalloproteinase (MMP) yang disekresi oleh fibroblast, macrophage dan sel endotel.
Sekitar 80% kolagen pada kulit adalah kolagen tipe I yang memungkinkan terjadinya tensile strength pada kulit (Gurtner,
2007). (Gutner, 2007)
25 Keseimbangan proses sintesis terjadi pada fase ini, kolagen yang berlebihan didegradasi oleh enzim kolagenase dan
kemudian diserap, sedangkan sisanya akan mengerut sesuai tegangan. Hasil akhir fase ini berupa jaringan parut yang
pucat, tipis, lemas dan mudah digerakkan (Bisono dan Pusponegoro, 2007). Kolagen awal tersusun secara tidak beraturan,
sehingga membutuhkan lysyl hydroxylase untuk mengubah lisin menjadi hidroksilisin agar terjadi cross-linkingantar kolagen
yang menyebabkan tensile strength sehingga luka tidak mudah terkoyak. Tensile strength bertambah secara cepat pada 6
minggu pertama dan bertambah perlahan selama 1-2 tahun namun hanya mencapai ±80% (Schultz, 2007). Luka bakar derajat
II yang dibiarkan sembuh sendirimenyebabkanhipertrofikjaringanparutdankontraktur. Hyperpigmentation terjadi pada
luka bakar superfisial karenarespons berlebihan melanositdaritraumapanasdanhypopigmentation pada luka bakar dalam
karena kerusakanmelanosit kulit. Pada luka bakar postskin graft saat mulai terjadi inervation, tumbuhnya saraf merubah
kontrol melanosit sehinggaterjadi Hyperpigmentationgraft pada orang berkulit gelap danhypopigmentation pada orang
berkulit putih (Tiwari, 2012).

2.1.8.Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Penyembuhan Luka


a. Infeksi
Infeksi pada luka dapat menghambat penyembuhan. Bakteri merupakan organisme utama penyebab infeksi (Rulam,
2011).
26 b..Nutrisi
Tambahan nutrisi dibutuhkan dalam proses penyembuhan luka. Pasien memerlukan diet kaya protein, karbohidrat, lemak,
vitamin C dan A, serta mineral seperti Fe dan Zn (Rulam, 2011)
c. .Obat
Obat antiinflamasi, heparin dan anti neoplasmik mempengaruhi penyembuhan luka. Penggunaan antibiotik yang lama
menyebabkanseseorang rentan terhadap infeksi (Rulam, 2011).
d..Benda Asing
Benda asing seperti pasir atau mikroorganisme menyebabkan terbentuknya abses yang timbul dari serum, fibrin, jaringan sel
mati dan leukosit yang membentuk cairan kental atau nanah (Rulam, 2011).
e. .Diabetes Melitus
Hambatan terhadap sekresi insulin mengakibatkan peningkatan gula darah sehingga nutrisi tidak dapat masuk ke dalam sel.
Hal ini dapat menggangguproses penyembuhan luka (Rulam, 2011).
f.Keadaan Luka
Keadaan khusus dari luka, misalnya lokasi, dapat mempengaruhi kecepatan dan efektifitas penyembuhan luka. Beberapa luka
dapat gagal untuk menyatu(Rulam, 2011).
g.. Usia
Anak dan dewasa penyembuhannya lebih cepat dibandingkanorang tua, karena orang tua lebih sering menderita penyakit
kronis, sehingga terjadi penurunan fungsi hati yang dapat mengganggu sintesis faktor pembekuan darah (Rulam, 2011).
h..Iskemia
Iskemia merupakan keadaan dimana terdapat penurunan suplai darah pada bagian tubuh akibat obstruksi aliran darah.
Iskemia terjadi akibat pembalutan pada luka yang terlalu ketat atau kencang, dan dapat disebabkan oleh faktor internal yaitu
adanya obstruksi pembuluh darah itu sendiri (Rulam, 2011)
24
.i. . Sirkulasi (Hipovolemia) dan Oksigenasi
Kondisi fisik dapat mempengaruhi penyembuhan luka. pada penderita obesitas, penyembuhan luka menjadi lambat dan
risiko infeksi lebih tinggi dikarenakan kurangnya suplai darah ke jaringan. Alirandarah dan proses oksigenasi juga dapat
terganggu pada penderitahipertensi, diabetes melitus, anemia, gangguan pembuluh darah perifer dan pernapasan kronik.
Kurangnya volume darah mengakibatkan vasoconstriction dan menurunnya pengiriman oksigen dan nutrisi
dalampenyembuhan luka (Rulam, 2011)
4. Jelaskan cara mengidentifikasi luas luka bakar!
5. Bagaimanakah penegakan diagnose (diagnosis banding) pada pasien ?

2.1Konsep Dasar Luka Bakar


2.1.1Definisi Luka Bakar
Luka bakar merupakan kerusakan pada kulit yang disebabkan oleh berbagai sumber non-mekanik seperti zat kimia,
listrik, panas, sinar matahari atau radiasi nuklir (Murray & Hospenthal, 2008).Luka bakar adalah sebuah trauma hasil dari
terpapar zat kimia, api, radiasi atau karena aliran listrik. Perpindahan energi dari sumber panas ke tubuh manusia menimbulkan
efek-efek secara fisiologis, bahkan pada beberapa kasus mengakibatkan kerusakan pada jaringan secara
irreversible.Tingkat keparahan luka bakar bervariasi dari kehilangan bagian kecil dari lapisan kulit paling luar sampai
dengan yang parah melibatkan seluruh sistem tubuh. Perawatan luka bakar juga bervariasi dari mulai yang sederhana sampai
dengan cara pendekatan invasive, multi system dan inter disiplin pada lingkungan yang aseptik di sebuah unit luka bakar
(LeMone, Burke, & Bauldoff, 2016).
A.DEFINISI

Luka bakar (combustio/burn) adalah cedera (injuri) sebagai akibat kontak langsungatau terpapar dengan sumber-sumber
panas (thermal), listrik (electrict), zat kimia (chemycal), atau radiasi (radiation).

B.INSIDENSI

Perawatan luka bakar mengalami perbaikan/kemajuan dalam dekade terakhir ini, yang mengakibatkan menurunnya angka
kematian akibat luka bakar. Pusat–pusatperawatan luka bakar telah tersedia cukup baik, dengan anggota team yang menangani
luka bakar terdiri dari berbagai disiplin yang saling bekerja sama untuk melakukan perawatan pada klien dan
keluarganya.Luka bakar merupakan penyebab kematian ketiga akibat kecelakaan pada semua kelompok umur. Laki-laki
cenderung lebih sering mengalami luka bakar dari pada wanita, terutama pada orang tua atau lanjut usia ( diatas 70 th).

Sumber: PROFESIVolume 08 / Februari –September 2012, PENATALAKSANAAN LUKA BAKAR (COMBUSTIO)Oleh


:Tutik Rahayuningsih, S. Kep.,Ns.DosenAKPERPOLTEKKES Bhakti MuliaSukoharjo, halaman 1-12

2.1Luka Bakar
2.1.1Definisi
Luka adalah hilang atau rusaknya sebagian jaringan tubuh atau rusaknya kesatuan atau komponen jaringan, dimana secara
spesifik terdapat substansi jaringan yang rusak atau hilang. Ketika luka timbul, beberapa efek akan muncul diantaranya
hilangnya seluruh atau sebagian fungsi organ, respons stres simpatis, perdarahan dan pembekuan darah, kontaminasi bakteri
dan kematian sel (Kaplandan Hentz, 2006).Luka bakar (combustio) adalah kehilangan jaringan yang disebabkan kontak
dengan sumber panas seperti air, api, bahan kimia, listrik, dan radiasi. Luka bakar akan mengakibatkan tidak hanya kerusakan
kulit, tetapi juga mempengaruhi seluruh sistem tubuh (Nina, 2008).Luka bakar merupakan suatu bentuk kerusakan dan atau
kehilangan jaringan disebabkan kontak dengan sumber yang memiliki suhu yang sangat tinggi (misalnya api, air panas,
bahan kimia, listrik dan radiasi) atau suhu yang sangat rendah. Saat terjadi kontak dengan sumber termis (atau penyebab
lainnya), berlangsung reaksi kimiawi yang menguras energi dari jaringan sehingga sel tereduksi dan mengalami kerusakan
(Moenadjat, 2009).Luka bakar merupakan salah satu insiden yang sering terjadi di masyarakat, khususnya kejadian
luka bakar pada rumah tangga yang paling sering ditemukan yaitu luka bakar derajat I dan II. Luka bakar merupakan 5
cedera yang mengakibatkan morbiditas kecacatan. Adapun derajat cacat yang diderita relatif lebih tinggi dibandingkan dengan
cedera oleh penyebab lainnya. Sehingga biaya yang dibutuhkan untuk penanganan luka bakar menjadi cukup tinggi
(Sjamsuhidajat dan Jong, 20

25
26
Sumber: At a glance Bedah Edisi ketiga, Pierce A. Grace dkk, 2007, Penerbit Eerlangga, halaman 86-87

6. Patofisiologi dari luka bakar!


EFEK PATOFISIOLOGI LUKA BAKAR

1) Pada Kulit
Perubahan patofisiologik yang terjadi pada kulit segera setelah luka bakar tergantung pada luas dan ukuran luka
bakar. Untuk luka bakar yang kecil (smaller burns), respon tubuh bersifat lokal yaitu terbatas pada area yang
mengalami injuri. Sedangkan pada luka bakar yang lebih luas misalnya 25 % dari total permukaan tubuh (TBSA :
total body surface area) atau lebih besar, maka respon tubuh terhadap injuri dapat bersifat sistemik dan sesuai dengan
luasnya injuri. Injuri luka bakar yang luas dapat mempengaruhisemua sistem utama dari tubuh, seperti :
2) Sistem kardiovaskuler
Segera setelah injuri luka bakar, dilepaskansubstansi vasoaktif(catecholamine, histamin, serotonin, leukotrienes,
danprostaglandin) dari jaringan yang mengalami injuri. Substansi–substansiini menyebabkan meningkatnya permeabilitas
kapiler sehingga plasma merembes (to seep) kedalam sekitar jaringan. Injuri panas yang secara langsung mengenai
pembuluh akan lebih meningkatkan permeabilitas kapiler. Injuri yang langsung mengenai membran
selmenyebabkan sodium masuk dan potasium keluar dari sel. Secara keseluruhan akan menimbulkan tingginya
27
tekanan osmotik yang menyebabkan meningkatnya cairan intracellular dan interstitial danyang dalam keadaan
lebih lanjut menyebabkan kekurangan volume cairan intravaskuler.Luka bakar yang luas menyebabkan edema
tubuh general baik pada area yang mengalami luka maupun jaringan yang tidak mengalami luka bakar dan terjadi penurunan
sirkulasi volume darah intravaskuler. Denyut jantung meningkat sebagai respon terhadap pelepasan catecholamine
dan terjadinya hipovolemia relatif, yang mengawali turunnya kardiac output. Kadar hematokrit meningkat yang
menunjukan hemokonsentrasi dari pengeluaran cairan intravaskuler. Disamping itupengeluaran cairan secara evaporasi
melalui luka terjadi 4-20 kalilebih besar dari normal. Sedangkan pengeluaran cairan yang normal pada orang
dewasa dengan suhu tubuh normal perhari adalah 350 ml. Keadaan ini dapat mengakibatkan penurunan pada perfusi
organ. Jika ruang intravaskulertidak diisi kembali dengan cairan intravena maka shock hipovolemik dan ancaman
kematian bagi penderita luka bakar yang luas dapat terjadi.Kurang lebih 18-36 jam setelah luka bakar,
permeabilitas kapiler menurun, tetapi tidak mencapai keadaan normal sampai 2 atau 3 minggu setelah injuri.
Kardiac output kembalinormal dan kemudian meningkat untuk memenuhi kebutuhan hipermetabolik tubuh kira-kira 24
jam setelah luka bakar. Perubahan pada kardiak output ini terjadi sebelum kadar volume sirkulasi intravenakembali
menjadi normal. Pada awalnya terjadi kenaikan hematokrit yang kemudian menurun sampai di bawah normal dalam
3-4 hari setelah luka bakar karena kehilangan sel darah merah dan kerusakan yang terjadi pada waktu
injuri. Tubuh kemudian mereabsorbsi cairan edema dan diuresis cairan dalam 2-3 minggu berikutnya.
3) Sistem Renal dan Gastrointestinal
Respon tubuh pada mulanya adalah berkurangnya darah ke ginjaldan menurunnya GFR (glomerular filtration rate),
yang menyebabkan oliguri. Aliran darah menuju usus juga berkurang, yang pada akhirnya dapat terjadi ileus
intestinal dan disfungsi gastrointestia pada klien dengan luka bakar yang lebih dari 25 %.
4) Sistem Imun
Fungsi sistem immune mengalami depresi. Depresi pada aktivitas lymphocyte, suatu penurunan dalam produksi
immunoglobulin, supresi aktivitas complement dan perubahan/gangguan pada fungsi neutropildan macrophage dapat
terjadi pada klien yang mengalami luka bakar yang luas. Perubahan-perubahan ini meningkatkan resiko terjadinya infeksi
dan sepsis yangmengancam kelangsungan hidup klien.
5) Sistem Respiratori
Dapat mengalamihipertensi arteri pulmoner, mengakibatkan penurunan kadar oksigen arteri dan “lung compliance”.
a. Smoke Inhalation.
Menghisap asap dapat mengakibatkan injuri pulmoner yang seringkali berhubungan denganinjuri akibat jilatan
api. Kejadian injuri inhalasi inidiperkirakan lebih dari 30 % untuk injuri yang diakibatkan oleh api.Manifestasi
klinik yang dapat diduga dari injuri inhalasi meliputi adanya LB yang mengenai wajah, kemerahan dan
pembengkakan pada oropharynx atau nasopharynx, rambut hidung yang gosong, agitasi atau kecemasan,
takhipnoe, kemerahan pada selaput hidung, stridor, wheezing, dyspnea, suara serak, terdapatcarbon dalam
sputum, dan batuk. Bronchoscopy dan Scaning paru dapat mengkonfirmasikan diagnosis.Patofisiologi
pulmoner yang dapat terjadi pada injuri inhalasi berkaitan denganberat dan tipeasap atau gas yang dihirup.
b. Keracunan Carbon Monoxide.
CO merupakan produk yang sering dihasilkan bila suatu substansi organik terbakar. Ia merupakan
gas yang tidak berwarna, tidak berbau, tidak berasa, yang dapat mengikat hemoglobin 200 kali lebih
besar dari oksigen. Dengan terhirupnya CO, maka molekul oksigen digantikan dan CO secara reversibel
berikatan dengan hemoglobin sehingga membentukcarboxyhemoglobin (COHb). Hipoksia jaringan dapat terjadi
akibat penurunan secara menyeluruh pada kemampuan pengantaran oksigen dalam darah. Kadar COHb
dapat dengan mudah dimonitor melalui kadar serum darah. Manifestasi dari keracunan CO adalah sbb
(lihat tabel 1)

28
Sumber: PROFESIVolume 08 / Februari –September 2012, PENATALAKSANAAN LUKA BAKAR
(COMBUSTIO)Oleh :Tutik Rahayuningsih, S. Kep.,Ns.DosenAKPERPOLTEKKES Bhakti MuliaSukoharjo, halaman 1-12

2.5Patofisiologi Luka Bakar

2.5.1 Struktur Anatomi Kulit

Kulit Manusia merupakan sebuah struktur yang berkaitan satu dengan yang lain, contohnya pada lengan bawah bagian volar,
ketebalan lapisan epidermis mencapai 0,15mm dimana lapisan terluarnya yaitu stratum corneum memiliki 1/3 ketebalan dari
seluruh lapisankulit.Kulit memilikifungsi menjaga keseimbangan cairan dan elektrolit, pengaturan suhu, penyimpanan
lemak, menghasilkan vitamin, dan sebagai pertahanan terhadap infeksi dari luar.19Dermis memiliki ketebalan 0,5 sampai 0,7
mm dan pada pertemuan antara dermis dengan epidermis terdapat daerah seperti bukit yang dangkal (sering disebut
sebagai “pasak yang berkelok –kelok”) yang hanya dapat dilihat melalui mikroskop. “Kubah” dari lemak subkutan yang
menyentuh sampai ke 15dermis dan terlihat dengan mata telanjang sebagai bintik kuning di dalam jaringan kolagen
putih ketika kulit yang tebal dipisahkan20.Sensasi nyeri tidak hilang oleh karena luka bakar sampai nekrosis yang
cukup dalam untuk merusak akhiran saraf. Struktur anatomis ini menjelaskanmengapa epitel bisa tumbuh dari kelenjar
keringat yang tidak mempunyai melanosit ketika folikel rambut yang kaya akan melanosit sudah rusak dan mengapa
sebagian luka bakar yang menyebabkan hilangnya sensasi nyeri dapat tetap berepitelisasi dari kelenjar keringat yang masih
ada.20

2.5.2 Perpindahan Panas

29
Perpindahan panas dari luar tubuh ke dalam kulit merupakan suatu proses yang kompleks. Material panas yang mengenai
kulit pada suhu rendah disebut juga “kontak” suhu. Kontak suhu bergantung pada kelembaman panas 16(contohnya
daya konduksi panas x berat jenisx spesiiftas panas) dari material panas. Kontak suhu maksimal yang dapat di toleransi
manusia untuk beberapa menit adalah 430C sampai 43,50C.20Percobaan yang dilakukan pada babi guinea dimana kulit
babi diberikan panas yang berbeda beda selama 30 menit in vitromenunjukkan bahwa respirasi menurun50% pada
suhu 43,50C. Respon serupa juga ditunjukkan pada manusia dengan percobaan yang sama namun in vivopada suhu
43,10C.Suhu dan lama pajanan dengan sumber panas memiliki efek yang sinergis. 20Sel nekrosis terjadi satu detik setelah
paparan suhu 68,8oC atau 45oC setelah satu jam paparan.19

2.5.3 Zona Luka Bakar19

Terdapat beberapa jenis dari luka bakar : panas, bahan kimia, sengatan listrik, radiasi, gesekan, dan suhu dingin. Luka
bakar karena panas merupakan jenis yang paling sering terjadi dan menjadi fokus utama. Letak luka bakar karena
panas dibagi menjadi tiga zona(Gambar 2).Zona yang pertama adalah zona koagulasi dimana zona ini merupakan zona yang
terdalam. Pada zona ini sirkulasi darah telah berhenti dan terdapat koagulasi nekrosis seluler yang sangat luas karena
area ini mendapatkan kerusakann yang paling parah oleh paparan panas yang ekstrim.Sel –sel telah mati dan tidak bisa
beregenerasi secara mandiri. Maka dari itu, pada zona ini dibutuhkan tindakan operatif seperti eksisi dan cangkok kulit.

17Zona kedua adalah zona stasis. Zona ini melingkari zona koagulasi dan merupakan zona dengan resiko tinggi
terjadinya nekrosis seluler karena aliran darah pada zona ini sangat berkurang. Kelangsungan hidup kulit pada zona ini
bergantung pada resusitasi cairan yang tepat dan penatalaksanaan yang tepat pula untuk dapat bertahan.
Penatalaksanaan pada 24 jam sampai 72 jam pertama merupakan hal yang sangat penting.Zona ketiga merupakan zona
hyperemia. Zona ini merupakan zona dengan kerusakan yang minimal karena zona ini jauh dari sumber luka.Respon dari
kulit pada zona ini adalah mengeluarkan mediator inflamasi seperti sitokin yang menyebabkan terjadinya
vasodilatasi. Vasodilatasi menyebabkan masuknya nutrisi yang diperlukan untuk membantu pemulihan dan pengeluaran
zat –zat sisa.Secara struktur, zona ini tidak mengalami kerusakan dan akan beregenerasi.

Gambar 3: Zona Luka Bakar

5.4 Respon Metabolisme Terhadap Luka Bakar

Luka Bakar tidak hanya berpengaruh terhadap kulit dan jaringan subkutis, tetapi juga memiliki efek primer atau sekunder
pada setiap sistem tubuh di dekatnya.Efek ini berhubungan langsung dengan kedalaman dan luas luka.7Ada peningkatan
permeabilitas pada daerah luka bakar yang berhubungan dengan faktor –faktor yang belum sepenuhnya jelas. Tetapi, sudah
terbukti bahwa hilangnya integritas kapiler ini meluas ke seluruh tubuh pada penderita luka bakar, melebihi 25-30% dari
seluruh daerah permukaan tubuh.7Oleh karena itu, luka bakar yang lebih besar ini menyebabkan transudasi cairan
isotonikdan protein yang besar ke ruang ekstra kapsuler, yang mengakibatkan berkurangnya volume plasma sirkulasi.
Efek segeranya adalah pembentukan edema, dengan berkurangnya curah jantung dan kenaikan ketahanan vaskuler
perifer. Setelah terjadinya luka, integritas kapiler kembali, umumnya setelah 12 jam dan makin cepat setelah 18 –24 jam.
Sejumlah peningkatan permeabilitas kapiler dapat terlihat 3 minggu setelah luka7.Hemolisis eritrosit terjadi pada daerah
luka; ia bervariasi, yang tergantung atas kedalaman dan luas luka. Umumnya hanya mengenai sejumlah kecil masa
eritrosit; tetapi, jaringan parut luka bakar yang lamahilang dapat mengurangi hematokrit. Efek yang lebih nyata pada
sebagian besar pasien adalah berkurangnya rentang hidup eritrosit, yang berkurang 30% dari normal.7

19Ketidak-normalan fungsi ginjal terlihat pada penderita luka bakar,terutama berhubungan dengan perubahan volume
sirkulasi plasma dan curah jantung. Walaupun penurunan aliran plasma ginjal yang lama dapat menimbulkan curah yang
tinggi atau kegagalan ginjal oligouria pada penderita luka bakar, resusitasi cairan yang tepat waktu dan cukup besar
dapat menghilangkan keadaan ini.7Perubahan fungsi paru-paru pada penderita luka bakar sama dengan setiap penderita

30
trauma. Perubahan ini sebanding dengan besar luka. Penderita luka bakar paru-paru akan mengalami perubahan yang
besarpada fungsi paru-paru, tetapi keadaan ini berhubungan dengan faktor lokal dan bukan karena perubahan sistemik kulit.7

2.5.5 Respon Imun Terhadap Luka Bakar

2.5.5.1 Imunitas Nonspesifik(Bawaan)

Kulit merupakan salah satu pertahanan yang penting dalam mencegah masuknya mikroorganisme. Setiap luka terbuka
dapat mengancam integritas sistem integument(kulit) dalam mencegah masuknya mikroorganisme ke dalam
tubuh.Mikroorganisme yang masuk ke dalam tubuh melalui luka menyebabkan inflamasi lokal oleh vasoaktif amina seperti
histamine, serotonin, polipeptida kinin, dan mediator kimiawi lainnya.Mediator –mediator tersebut bertindak karena
konstriksi dari sfingter venular dan dilatasi dari pembuluh kapiler. Sebagai tambahan, sistem kalikrein-kinin
bertanggung jawab untuk peningkatan permeabilitas pembuluh darah dan pelekatan pada permukaan endotel
venular.Perubahan pembuluh darah yg menjadi lebih permeabel menyebabkan keluarnya cairan tubuh dan fibrinogen
yang nantinya akan membentuk jaringan fibrin dan thrombin berfungsi melokalisasi bakteri yang masuk. Sel –sel fagosit
akan melekat pada dinding –dinding endotel kapiler kemudian sel –sel fagosit ini akan bermigrasi melalui ruang endothelial
yang meluas

.2.5.5.2 Imunitas Spesifik (Didapat)

Ciri utama sistem imun spesifik :21

1) Spesifitas Respons yang timbul terhadap antigen, bahkan terhadap komponen structural kompleks protein atau
polisakarida yang berbeda, tidak sama.
2) Diversitas, Jumlah total spesifitas limfosit terhadap antigen dalam satu individu yang disebut lymphocyte repertoire,
sangat besar. Setiap klon limfosit memiliki struktur reseptor yang berbeda dari klon limfosit yang lain, sehingga,
dengan demikian terdapat diversitasrepertoireyang sangat besar.
3) Memori, Limfosit memiliki kemampuanmengingat antigen yang pernah dijumpainya dan memberikan respons
yang lebih efektif pada perjumpaan berikutny
4) 214.Spesialiasasi
Sistem imun memberikan respons yang berbeda dan dengan cara yang berbeda terhadap berbagai mikroba yang
berlainan. Dalam setiap jenis respons imun, sifat antibodidan limfosit yang dibentuk dapat berbeda tergantung pada jenis
mikroba yang merangsangnya.
5) membatasi Diri (Self Limitition)
Semua respons imun normal mereda dalam waktu tertentu setelah rangsangan antigen. Hal ini dimungkinkan
karena antigen yang merangsang telah disingkirkan dan adanya regulasi umpan balik dalam sistem yang menyebabkan
respons imun terhenti
6) Membedakan Self dari non-self
Sistem imun menunjukan toleransi terhadap antigen tubuh sendiri.

2.5.5.3 Defek Sistem Imun Pada Luka Bakar

Luka bakar dapat memicu ketidakseimbangan sistem imun pada tubuh manusia. Fungsi limfosit normal dapat
tertekan oleh karena luka bakar. Leukosit normal menunjukan berkurangnya kemotaksis leukosit dan
superoksida ketika di inkubasi pada serum luka bakar. Sebagai tambahan, serum luka bakar mengandung inhibitor
konversi C3 yang akan membawa kepada penurunan opsonisasi dan fungsi PMN. Luka bakar juga menghasilkan toksin
yang dapat membawa kepada kondisi immunosupresi. Perubahan hormonal pada luka bakar menimbulkan
perubahan fungsi metabolik dari berbagai macam sel –sel pada sistem imun.

22Inhibitor eksogen lainnya seperti endotoksin dan regulator endogen sepertiprostaglandin terdapat dalam serum
pasien luka bakar. Substansi –substansi tersebut menyebabkan penekanan pada fungsi imun normal.Immunoglobulin
merupakan sistem imun yang bertugas melawan infeksi mikroorganisme yang dihasilkan setelah limfosit B teraktivasi.
Immunoglobluin seperti IgG, IgM dan IgA mempunyai aktivitas antibodidi yang signifikan terhadap
mikroorganisme.Pada minggu pertama setelah terjadinya luka bakar, semua jenis immunoglobulin menurun
namun kembali normal pada minggu kedua. Penurunan jumlah IgG lebih tinggi dibandingkan dengan penurunan IgG
atau IgM.Pada luka bakar juga terdapat penurunan alfa-makroglobulin. Protein ini merupakan protease inhibitor yang
berfungsi membatasi kerusakan jaringan okarena pengeluaran enzim proteolitik oleh neutrophil respon inflamasi.
Sebagai tambahan alfa-makroglobulin berkaitan dengan perkembangan limfosit

.2.5.5.4 Infeksi pada Luka Bakar

31
Luka bakar menyebabkan terganggunyaintegritas pada kulit. Walaupun tempat terjadinya luka bakar tersebut sudah
dalam keadaaan steril, dalam 48 jam, bakteri dapat ditemukan pada permukaan kulit, kelenjar keringat dan folikel
rambut.22

23Luka bakar menyebabkan lemahnya sistem pertahanan kulit dan hilangnya vaskularisasi pada jaringan. Kondisi ini lah
yang menyebabkan bakteri dapat berkembang biak dengan cepat dan bakteri –bakteri dari sistem pencernaan dan
sistem pencernaan dapat menginvasi jejas luka bakar tersebut.22Lingkungan sekitar pasien juga berpengaruh
terhadap terjadinya infeksi pada luka bakar seperti tempat perawatan pasien dan tenaga kesehatan.20Prosedur dan
penggunaan alat -alat terapi seperti infus intravena, kateter urin, trakeostomi dan alat –alat operasi invasif lainnya
dapat menyebabkan terjadinya infeksi pada luka bakar. Insiden pada penggunaan infus intravena meningkat dalam
waktu 48 jam khususnya pada penggunaan kanul infus yang terbuat dari plastik.201

.5.5.5Serum Albumin

Albumin merupakan suatu protein utama yang di sintesis oleh hepar dan memiliki beberapa fungsi salah satunya
adalah menjaga tekanan onkotik koloid plasma dalam keadaan normal dan membawa substansi –substansi seperti, hormon,
asam lemak, dan obat –obatan.Inflamasi dapat menyebabkan penurunan serum albumin seperti pada paien luka
bakar.23Keadaan hipoalbuminemia pada luka bakar merupakan akibat dari resusitasi cairan dan meingkatnya
permeabilitas vaskuler pada luka bakar yang memungkinkan berpindahnya eksudat –eksudat beserta protein –
protein yang ada di dalamnya.23Semakin luas luka bakar yang di alami, semakin rendah kadar albumin dalam
serum.24

ETIOPATOGENESIS LUKA BAKAR

Luka adalah suatu keadaan ketidaksinambunganjaringan tubuh akibatkekerasan/traumayangdapat dibedakan


menjaditrauma mekanik,trauma fisiksertatrauma kimiawi.9,10,11Luka bakar adalah cedera terhadap jaringan yang disebabkan
olehkontak dengan panas kering (api), panas lembab (uap atau cairan panas), kimiawi (seperti, bahan-bahan korosif), barang-
barang elektrik (aliran listrik atau lampu), friksi,atau energi elektromagnetik dan radian.12Luka bakar merupakan suatu jenis
traumayang memiliki morbiditas dan mortalitas yang tinggi sehingga memerlukan perawatanyang khusus mulai fase awal hingga
fase lanjut.13Ada 5etiologiterjadinya luka bakar,yaitu kobaran api, cairan, bahan kimia, listrik, maupun kontak lainnya.14Berdasarkan
perjalanan penyakitnya, luka bakar dibagi menjadifase akut, fasesubakut dan fase lanjut.Pada fase akut terjadigangguan
keseimbangan sirkulasi cairandan elektrolit akibat cedera termis bersifat sistemikyang dapat mengakibatkanterjadinya syok
hipovolemik.Fase sub akut berlangsung setelah syok berakhiryangditandai dengan keadaan hipermetabolisme, infeksi hingga
sepsis serta inflamasi dalambentuk SIRS (Systemic Inflamatory Respon Syndrome).Luka terbuka akibat kerusakanjaringan
(kulit dan jaringan di bawahnya) menimbulkan inflamasi, sepsis danpenguapan cairan tubuh disertai
panas/energi.13Masalah yang terjadi adalah kerusakanatau kehilangan jaringan akibat kontak denga sumber panas.Luka
yang terjadimenyebabkan proses inflamasi dan infeksi, problem penutupan luka pada luka telanjangatau tidak berepitel luas dan
atau pada struktur atau organ–organ fungsional, dankeadaan hipermetabolisme.10,13Fase lanjut berlangsung setelah fase
subakut hinggapasien sembuh. Penyulit pada faseiniadalahparut yanghipertrofik, keloid, gangguanpigmentasi, deformitas dan
timbulnya kontraktur.10

4EFEK LUKA BAKAR

Pada luka bakar <20%, biasanya mekanisme kompensasi tubuh masih dapatmengatasinya.Lukabakar >20% dapat
menimbulkan syok hipovolemik dengan gejalayang khas.15Luka bakar termal pada ruang tertutup dapat menyebabkan trauma
inhalasidengan penemuan berupa sputum berwana gelap akibat jelaga, luka bakar pada wajah,alis dan bulu hidung yang
terbakar, edema orofaring, perubahan suara seperti serak,perubahan kesadaran,danstridor. Pada luka bakar terjadi peningkatan
katabolismesehingga keseimbangan protein menjadi negatif. Oleh karena itu, penderita menjadisangat kurus, otot mengecil
dan berat badan menurun. Terjadi hiperpireksia persisten,takikardi, hiperventilasi,danhiperglikemi.15Pada luka bakar yang
berat,respons imun mengalami penurunandan dapat terjadibakterimia, syok septik serta kematian.5Pada luka bakar
dapatpuladitemukan ileusparalitik. Stres atau beban faal dapat mengakibatkan tukak di mukosa lambung atauduodenum
dengan gejala sama seperti tukak peptikyangdisebut dengan tukak Curlingdandapat menyebabkan hematemesis atau melena.5Gagal
ginjaldapat terjadikarena hipoperfusi ginjal, hemoglobinuria,myoglobinuria atau sepsi. Penurunan volume urin
mengakibatkan pertanda awal gagalginjal akut yang diikuti dengan peningkatan serum kreatinin dan urea

Sumber:

 Moenajat, Yefta.Luka Bakar : Pengetahuan Klinis Praktis. Jakarta : FakultasKedokteran Universitas Indonesia; 200314.
 Puteri AM, Sukasah CL.Presentasi Kasus: Luka Bakar.Jakarta :DepartemenBedah Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia
;2009.

32
2.1.5.Patofisiologi
Panas yang mengenai tubuh tidak hanya mengakibatkan kerusakan lokal tetapi memiliki efek systemic. Perubahan ini
khusus terjadi pada luka bakar danumumnya tidak ditemui pada luka yang disebabkan oleh cedera lainnya. Karena efek panas
terdapat perubahansystemicpeningkatan permeabilitas kapiler. Halini menyebabkan plasma bocor keluar dari kapiler
ke ruang interstitial.Peningkatan permeabilitas kapiler dan kebocoran plasma maksimal muncul dalam 8 jam pertama
dan berlanjut sampai 48 jam. Setelah 48 jam permeabilitaskapiler kembali kembali normal atau membentuk trombus
yang menjadikantidak adanya aliran sirkulasi darah. Hilangnya plasma merupakan penyebabhypovolemicshock pada
penderita luka bakar. Jumlah kehilangan cairan tergantung pada luas luka bakar pada permukaan tubuh yang
dihitung dengan aturan Wallace rules of 9 pada orang dewasa danLunddan Browder grafik pada orang dewasa dan anak-
anak. Orang dewasa dengan luka bakar lebih dari 15% dan pada anak-anak lebih dari 10% dapat terjadi
hypovolemicshock jikaresuscitation tidak memadai. Peningkatan permeabilitas kapiler secara systemictidak terjadi pada
luka lainnya. Hanya terdapat reaksi lokal pada lokasi luka 12 karena inflamasi menyebabkan vasodilation progresif
persisten dan edema. Hypovolemicshock yang terjadi pada trauma lain disebabkan hilangnya darah dan membutuhkan
tranfusi segera (Tiwari, 2012).Saat terjadi kontak antara sumber panas dengan kulit, tubuh memberikan respons untuk
mempertahankan homeostasis dengan proses kontraksi, retractiondan koagulasi pembuluh darah. Menurut Hettiaratchy
dan Dziewulski (2005) mengklasifikasikan zona respons lokal akibat luka bakar yaitu:
A. Zona Koagulasi
Terdiri dari jaringan nekrosis yang membentuk eskar, yang .terbentuk dari koagulasi protein akibat cedera
panas, berlokasi ditengah .luka bakar, tempat yang langsung mengalami kerusakan dan kontak .dengan panas
(Hettiaratchy dan Dziewulski, 2005).
B. Zona Stasis
Pada zona stasis biasanya terjadi kerusakan endotel pembuluh .darah disertai kerusakan trombosit dan leukosit,
sehingga terjadi .gangguan perfusi diikuti perubahan permeabilitas kapiler dan respons .inflamasi lokal, yang
berisiko iskemia jaringan. Zona ini dapat menjadi .zona hyperemis jika resuscitation diberikan adekuat atau
menjadi zona .koagulasi jika resuscitation diberikan tidak adekuat (Hettiaratchy dan .Dziewulski, 2005)
C. Zona Hiperemis
Terdapat pada daerah yang terdiri dari kulit normal dengan cedera.sel yang ringan, ikut mengalami reaksi
berupa vasodilation dan terjadi.peningkatan aliran darah sebagai respons cedera luka bakar. Zona ini .bisa 13
mengalami penyembuhan spontan atau berubah menjadi zona statis. Luka bakar merusak fungsi barier kulit terhadap
invasi mikroba .serta jaringan nekrotik dan eksudat menjadi media pendukung .pertumbuhan mikroorganisme,
sehingga berisiko terjadinya infeksi. .Semakin luas luka bakar, semakin besar risiko infeksi (Hettiaratchy dan
Dziewulski, 2005). Luka bakar biasanya steril pada saat cedera. Panas yang menjadi .agen penyebab membunuh
semua mikroorganisme pada permukaan..Setelah minggu pertama luka bakar cenderung mengalami infeksi,
.sehingga membuat sepsis luka bakar sebagai penyebab utama kematian .pada luka bakar. Sedangkan luka lain
misalnya luka gigitan, luka .tusukan, crush injurydanexcoriation terkontaminasi pada saat terjadi .trauma dan jarang
menyebabkan sepsis secara systemic(Tiwari, 2012).

Gambar 2.2Skema Zona pada Respons Lokal Luka Bakar, Zona Statis dapat menjadi Zona Hiperemis jika Resuscitation yang
diberikan Adekuat (Kiri Bawah), atau Menjadi Zona Koagulasi jikaResuscitation yang diberikan Tidak Adekuat (Kanan
Bawa

33
34
35
36
37
38
39
40
41
7. Apa manifestasi klinis dari luka bakar?

2.1.6.Gambaran KlinisGambaran klinis luka bak ar dikelompokkan menjadi trauma primer dan sekunder, d engan adanya
kerusakan langsung disebabkan oleh luka bakar dan(Hettiaratchy dan Dziewulski, 2005).
14 morbiditas yang muncul mengikuti trauma awal. Pada daerah sekitar luka akan ditemukan warna kemerahan,bulla, ed ema,
nyeri atau perubahan sensasi. Efek systemic yang ditemukan pada luka bakar berat seperti hypovolemicshock, hipotermia
dan perubahan uji metabolik (Rudall dan Green, 2010). Hypovolemicshock terlihat pada pasien dengan luas luka bakar lebih
dari 25% luas permukaan tubuh total yang disebabkan oleh meningkatnya permeabilitas pembuluh darah yang
berlangsung secara kontinuitas dalam 36 jam setelah trauma luka bakar. Berbagai protein (albumin) keluar menuju ruang
interstitial dengan menarik cairan yang menyebabkan edema dan dehidrasi. Tubuh kehilangan cairan melalui area luka,
untuk mengkompensasinya, pembuluh darah perifer dan visera berkonstriksi yang akan menyebabkan hypoperfusion. Pada
fase awal, curah jantung menurun akibat melemahnya contractilitymyocardium, meningkatnya afterloaddan berkurangnya
volume plasma.Tumour necrosis factor-αdilepaskan sebagai respons inflamasi juga berperan dalam penurunan
contractilitymyocardium (Rudall dan Green, 2010).Suhu tubuh akan menurun secara b esar dengan luka bakar berat akibat
evap orasi cairan pada kulit dan hypovolemic shock. Uji kimia darah menunjukkan tingginya kalium (akibat
kerusakan pada sel) d an rendahnya kalsium (akibat hypoalbuminemia). Setelah 48 jam setelah trauma luka, pasien dengan
luka bakar berat akan menjadi hypermetabolism (laju metabolik meningkat 3 kali lipat). Suhu basal tubuh akan meningkat
hingga 38,5°C akibatrespons inflamasisystemic terhadap luka bakar. Respons imun pasien menurun karena adanya down
regulationpada reseptor sehingga meningkatkan risikoinfeksi dan hilangnya barier utama pertahanan tubuh (Rudall dan Green,
2010).
15 Nyeri akibat luka bakar dap at berasal dari sumber luka itu sendiri, jaringan sekitar, penggantian pembalut luka
ataupun donor kulit. Setelah terjadinya luka, respons inflamasi akan memicu dikeluarkan nya berbagai mediator seperti
bradykinin d an histamine yang mampu memberikan sinyal rasa nyeri. Hyperalgesia primer sebagai respons terhadap nyeri
pada lokasi luka, sedangkan hyperalgesia sekunder terjadi beberapa menit kemudian diakibatkanadanya transmisi saraf dari
kulit sekitarnya yang tidak rusak. Pasien dengan luka bakar derajat I atau II biasanya memberikan respons baik terhadap
pengobatan dan sembuh dalam 2 minggu, luka bakar t ampak berwarna merah muda atau merah, nyeri dan suplai darah yang
baik (Rudall dan Green, 2010).
8. Bagaimanakan penatalaksanaan pada pasien tersebut?
MANAGEMENT PENATALAKSANAAN
42
Berbagai macam respon sistem organ yang terjadi setelah mengalami luka bakar menuntut perlunya pendekatan antar
disiplin. Perawat bertanggung jawab untuk mengembangkan rencana perawatan yang didasarkan pada pengkajian data
yang merefleksikan kebutuhan fisik dan psikososial klien dan keluarga atau orang lain yang dianggap penting. Secara
klinis klien luka bakar dapat dibagi kedalam 3 fase, yaitu :

1) Fase Emergent (Resusitasi)


Fase emergensi dimulai pada saat terjadinya injury dan diakhiri dengan membaiknyapermeabilitas kapiler, yang biasanya
terjadi pada 48-72 jam setelah injury. Tujuan utama pemulihan selama fase ini adalah untuk mencegah shock
hipovolemik dan memelihara fungsi dari organ vital. Yang termasuk ke dalam fase emergensi adalah
a. perawatan sebelum di rumah sakit,
b. penanganan di bagian emergensidan
c. periode resusitasi.
Hal tersebut akan dibahas berikut ini :
a. Perawatan sebelum di rumah sakit (pre-hospital care)
Perawatan sebelum klien dibawa ke rumah sakitdimulai pada tempat kejadian luka bakar dan
berakhir ketika sampai di institusi pelayanan emergensi. Pre-hospital care dimulai dengan
memindahkan/menghindarkan klien dari sumber penyebab LB dan atau menghilangkan sumber
panas (lihat tabel)

b. Penanganan dibagian emergensi


Perawatan di bagian emergensi merupakan kelanjutan dari tindakan yang telah diberikan pada waktu
kejadian. Jika pengkajian dan atau penanganan yang dilakukan tidak adekuat, maka pre hospital
care di berikan di bagian emergensi.Penanganan luka (debridemen dan pembalutan) tidaklah
diutamakan bilaada masalah-masalah lain yang mengancam kehidupan klien, maka masalah
inilah yang harus diutamakan
1. Penanganan Luka Bakar Ringan
Perawatan klien dengan LB ringan seringkali diberikan dengan pasien rawat jalan. Dalam
membuat keputusan apakah klien dapat dipulangkan atau tidak adalah dengan memperhatikan
antara lain kemampuan klien untuk dapat menjalankan atau mengikuti intruksi-instruksi dan
kemampuandalam melakukan perawatan secara mandiri (self care), lingkungan rumah.
Apabila klien mampu mengikuti instruksi dan perawatan diri serta lingkungan di rumah
mendukung terjadinya pemulihan maka klien dapat dipulangkanPerawatan di
bagianemergensi terhadap luka bakar minor meliputi : menagemen nyeri, profilaksis
tetanus, perawatan luka tahap awal dan pendidikan kesehatan.
a) Managemen nyeri

43
Managemen nyeri seringkali dilakukan dengan pemberian dosis ringan morphine
atau meperidine dibagian emergensi. Sedangkan analgetik oral diberikan untuk
digunakan oleh pasien rawat jalan.
b) Profilaksis tetanus
Petunjuk untuk pemberian profilaksis tetanus adalah sama pada penderita LB baik
yang ringan maupun tipe injuri lainnya. Pada klien yang pernah mendapat
imunisasi tetanus tetapi tidak dalam waktu 5 tahun terakhir dapat diberikan boster
tetanus toxoid. Untuk klien yang tidak diimunisasi dengan tetanus human immune
globulin dan karenanya harus diberikan tetanus toxoid yang pertama dari
serangkaian pemberian imunisasi aktif dengan tetanus toxoid.
c) Perawatan luka awal
Perawatan luka untuk LB ringan terdiri dari membersihkan luka (cleansing) yaitu
debridemen jaringan yang mati; membuang zat-zat yang merusak (zat kimia, tar, dll);
dan pemberian/penggunaan krim atau salep antimikroba topikal dan balutan
secara steril. Selain itu juga perawat bertanggung jawab memberikan pendidikan
tentang perawatan luka di rumah dan manifestasi klinis dari infeksiagar klien
dapat segera mencari pertolongan. Pendidikan lain yang diperlukan adalah tentang
pentingnya melakukan latihan ROM (range of motion) secara aktifuntuk
mempertahankan fungsi sendi agar tetap normal dan untuk menurunkan pembentukan
edema dan kemungkinan terbentuknya scar.Dan perlunya evaluasi atau penanganan
follow up juga harus dibicarakan dengan klien pada waktu itu.
d) Pendidikan / penyuluhan kesehatan
Pendidikan tentang perawatan luka, pengobatan, komplikasi,pencegahan komplikasi,
diet,berbagai fasilitas kesehatan yang ada di masyarakat yang dapat di kunjungi
jika memmerlukan bantuan dan informasi lain yang relevan perlu dilakukan agar
klien dapat menolong dirinya sendiri.
2. Penanganan Luka Bakar Berat.
Untuk klien dengan luka yang luas, maka penanganan pada bagian emergensi akan
meliputireevaluasiABC(jalan nafas, kondisi pernafasan,sirkulasi ) dan trauma lain
yangmungkin terjadi; resusitasi cairan (penggantian cairan yang hilang); pemasangan
kateter urine; pemasangannasogastric tube(NGT); pemeriksaanvital signsdan laboratorium;
management nyeri; propilaksis tetanus; pengumpulan data; dan perawatan
luka.Berikut adalahpenjelasan dari tiap-tiap penanganan tersebut, yakni sebagai berikut.
a) Reevaluasi jalan nafas, kondisi pernafasan,sirkulasi dan trauma lain yangmungkin
terjadi.
Menilai kembali keadaan jalan nafas, kondisi pernafasan, dan sirkulasi unutk lebih
memastikan ada tidaknya kegawatan dan untuk memastikan penanganan secara dini.
Selain itu melakukan pengkajian ada tidaknya trauma lain yang menyertai
cedera luka bakar seperti patah tulang, adanya perdarahan dan lain-lain perlu
dilakukan agar dapat dengan segera diketahui dan ditangani.
b) Resusitasi cairan (penggantian cairan yang hilang)
Bagi klien dewasa dengan luka bakar lebih dari 15 %, maka resusitasi cairan intravena
umumnya diperlukan. Pemberian intravena perifer dapat diberikan melaui kulit yang
tidak terbakar pada bagian proximal dari ekstremitas yang terbakar. Sedangkan
untuk klien yang mengalami luka bakar yang cukup luas atau pada klien
dimana tempat–tempatuntuk pemberian intravena perifer terbatas, maka dengan
pemasangan kanul (cannulation) pada vena central (seperti subclavian, jugular
internal atau eksternal, atau femoral) oleh dokter mungkin diperlukan.Luas atau
persentasi luka bakar harus ditentukan dan kemudian dilanjutkan dengan resusitasi
cairan. Resusitasi cairan dapat menggunakan berbagai formula yangtelah
dikembangkan.
c) Pemasangankateter urine
Pemasangan kateter harus dilakukan untuk mengukur produksi urine setiap
jam. Output urine merupakan indikator yang reliable untuk menentukan keadekuatan
dari resusitasi cairan.
d) Pemasangannasogastric tube(NGT)
Pemasangan NGT bagi klien LB 20 % -25 % atau lebih perlu dilakukan untuk
mencegah emesis dan mengurangi resiko terjadinya aspirasi. Disfungsi ganstrointestinal
akibat dari ileus dapat terjadi umumnya pada klien tahap dini setelah luka bakar.
Oleh karena itu semua pemberian cairan melalui oral harus dibatasi pada waktu itu.
e) Pemeriksaanvital signsdan laboratorium

44
Vital signs merupakan informasi yang pentingsebagai data tambahan untuk
menentukan adekuattidaknya resuscitasi.Pemeriksaan laboratorium dasar akan meliputi
pemeriksaan gula darah, BUN (blood ures nitrogen), creatini, elektrolit serum, dan
kadar hematokrit. Kadar gas darah arteri (analisa gasdarah), COHb juga harus
diperiksa, khususnya jika terdapat injuri inhalasi. Tes-tes laboratorium lainnya adalah
pemeriksaan x-ray untuk mengetahui adanya fraktur atau trauma lainnya mungkin
perlu dilakukan jika dibutuhkan. Monitoring EKG terus menerus haruslah dilakukan
pada semua klien dengan LB berat, khususnya jika disebabkan oleh karena listrik
dengan voltase tinggi, atau pada klien yang mempunyai riwayat iskemia jantung atau
dysrhythmia.
f) Managementnyeri
Penanganan nyeri dapat dicapai melalui pemberian obat narcotik intravena,
seperti morphine. Pemberian melalui intramuskuler atau subcutan tidak
dianjurkankarena absorbsi dari jaringan lunaktidak cukup baik selama periode
ini bila hipovolemia dan perpindahan cairan yang banyak masih terjadi. Demikian
juga pemberian obat-obatan untuk mengatasi secara oral tidak dianjurkan karena
adanya disfungsi gastrointestial.
g) Perawatan luka
Luka yang mengenai sekeliling ekstremitasdan torak dapat mengganggu sirkulasi dan
respirasi, oleh karena itu harus mendapat perhatian. Komplikasi ini lebih mudah
terjadi selama resusitasi, bila cairan berpindah ke dalam jaringan interstitial berada
pada puncaknya. Pada LB yang mengenai sekeliling ekstremitas, maka
meninggikan bagian ekstremitas diatas jantung akan membantu menurunkan edema
dependen; walaupun demikian gangguan sirkulasi masih dapat terjadi. Oleh
karena pengkajian yang sering terhadap perfusi ekstremitas bagian distal sangatlah
penting untuk dilakukan.Perawatan luka dibagian emergensi terdiri dari penutupan
luka dengan sprei kering, bersih dan baju hangat untuk memelihara panas tubuh.
Klien dengan luka bakar yang mengenai kepala dan wajah diletakan
padaposisi kepala elevasi dan semua ekstremitas yang terbakar dengan
menggunakan bantal sampai diatas permukaan jantung. Tindakan ini dapat membantu
menurunkan pembentukan edema dependent. Untuk LB ringan kompres dingin dan
steril dapat mengatasi nyeri. Kemudian dibawa menuju fasilitas kesehatan.
2) Fase Akut
Fase akut dimulai ketika pasien secara hemodinamik telah stabil, permeabilitas kapiler membaik dan diuresis
telah mulai. Fase ini umumnya dianggap terjadi pada 48-72 jam setelah injuri.Fokus management bagi klien pada
fase akutadalah sebagai berikut : mengatasi infeksi, perawatan luka, penutupan luka, nutrisi, managemen
nyeri, dan terapi fisik.
a. Mengatasi infeksi ; Sumber-sumber infeksi pada klien dengan luka bakar meliputi autocontaminasi
dari:
a. Oropharynx
b. Fecal flora
c. Kulit yg tidak terbakar dan
d. Kontaminasi silang dari staf
e. Kontaminasi silang dari pengunjung
f. Kontaminasi silang dari udara
Kegiatan khusus untuk mengatasi infeksi dan tehnik isolasi harus dilakukan pada semua pusat-pusat
perawatan LB.Kegiatan ini berbeda dan meliputi penggunaan sarung tangan, tutp kepala, masker,
penutup kaki, dan pakaian plastik.Membersihkan tangan yang baik harus ditekankan untuk menurunkan
insiden kontaminasi silang diantara klien. Staf dan pengunjung umumnya dicegah kontak dengan
klien jika ia menderita infeksi baik pada kulit, gastrointestinal atau infeksi saluran nafas.
b. Perawatan luka
Perawatan luka diarahkan untuk meningkatkan penyembuhan luka. Perawatan luka sehari-hari meliputi
membersihkan luka, debridemen, dan pembalutan luka.
a. Hidroterapi
Membersihkan luka dapat dilakukan dengan cara hidroterapi. Hidroterapi ini terdiri
darimerendam(immersion) dan denganshower(spray). Tindakan ini dilakukan selama 30 menit atau
kurang untuk klien dengan LB acut. Jika terlalu lama dapat meningkatkan pengeluaran sodium
(karena air adalah hipotonik) melalui luka, pengeluaran panas, nyeri dan stress. Selama
hidroterapi, luka dibersihkan secara perlahan dan atau hati-hati dengan menggunakan
berbagai macam larutan seperti sodium hipochloride, providon iodine dan chlorohexidine.
Perawatan haruslah mempertahankan agar seminimal mungkin terjadinya pendarahandan
untukmempertahankan temperatur selama prosedur ini dilakukan.Klien yang tidak dianjurkan
45
untuk dilakukan hidroterapi umumnya adalah mereka yang secara hemodinamik tidak stabil dan
yang baru dilakukan skin graft. Jika hidroterapi tidak dilakukan, maka luka dapat dibersihkan dan
dibilas di atas tempat tidur klien dan ditambahkan dengan penggunaan zat antimikroba.
b. Debridemen
Debridemen luka meliputi pengangkatan eschar. Tindakan ini dilakukan untuk meningkatkan
penyembuhan luka melalui pencegahan proliferasi bakteri di bagian bawah eschar. Debridemen
luka pada LB meliputi debridemen secara mekanik, debridemen enzymatic, dan dengan tindakan
pembedahan.
1. Debridemen mekanik
Debridemen mekanik yaitu dilakukan secara hati-hati dengan menggunakan gunting dan
forcepuntuk memotong dan mengangkat eschar. Penggantian balutan merupakan cara lain
yang juga efektif dari tindakan debridemen mekanik. Tindakan ini dapat dilakukan dengan
cara menggunakan balutan basah ke kering (wet-to-dry) dan pembalutan kering kepada
balutan kering (wet-to-wet). Debridemen mekanik pada LB dapat menimbulkan rasa nyeri
yang hebat, oleh karena itu perlu terlebih dahulu dilakukan tindakan untuk mengatasi
nyeri yang lebih efektif.
2. Debridemen enzymatic
Debridemen enzymatik merupakan debridemen dengan menggunakan preparat enzym topical
proteolitik dan fibrinolitik. Produk-produk ini secara selektif mencerna jaringan yang
necrotik, dan mempermudah pengangkatan eschar. Produk-prduk ini memerlukan
lingkungan yang basah agar menjadi lebih efektif dandigunakan secara langsung terhadap
luka.Nyeri dan perdarahan merupakan masalah utama dengan penanganan ini dan harus
dikaji secara terus-menerus selama treatment dilakukan.
3. Debridemen pembedahan
Debridemen pembedahan luka meliputi eksisi jaringan devitalis (mati). Terdapat 2
tehnik yang dapat digunakan :Tangential ExcisiondanFascial Excision. Pada tangential
exccisionadalah dengan mencukur atau menyayat lapisan eschar yang sangat tipis sampai
terlihat jaringan yang masih hidup. sedangkan fascial excision adalah mengangkat
jaringan luka dan lemak sampai fascia.Tehnik ini seringkali digunakan untuk LB yang
sangat dalam.
c. Balutan
1. Penggunaan penutup luka khusus
Luka bakar yang dalam atau full thickness pada awalnya dilakukan dengan
menggunakan zat / obat antimikroba topikal. Obat ini digunakan 1 -2 kalisetelahpembersihan,
debridemen dan inspeksi luka. Perawat perlu melakukan kajian terhadap adanya eschar,
granulasi jaringan atau adanya reepitelisasi dan adanya tanda –tanda infeksi.
Umumnya obat –obat antimikroba yang sering digunakantampak pada tabel dibawah.
Tidak ada satu obat yang digunakan secara umum, oleh karena itu dibeberapa pusat
pelayanan luka bakar ada yang memilih krim silfer sulfadiazine sebagai pengobatan
topikal awal untuk luka bakar.
2. Metode terbuka dan tertutup
Luka pada LB dapat ditreatmen dengan menggunakan metode/tehnik belutan baikterbuka
maupun tertutup. Untuk metode terbukadigunakan / dioleskan cream antimikroba secara
merata dan dibiarkan terbuka terhadap udara tanpa dibalut. Cream tersebut dapat
diulang penggunaannya sesuai kebutuhan, yaitu setiap 12 jam sesuai dengan aktivitas obat
tersebut. kelebihan dari metode ini adalah bahwa luka dapat lebih mudah diobservasi,
memudahkan mobilitas dan ROM sendi, dan perawatanluka menjadi lebih
sederhana/mudah. Sedangkan kelemahan dari metode ini adalah meningkatnya
kemungkinan terjadinya hipotermia, dan efeknya psikologis pada klien karena seringnya
dilihat.Pada perawatan luka dengan metode tertutup, memerlukan bermacam-macam
tipe balutan yang digunakan. Balutan disiapkan untuk digunakan sebagai penutup pada
cream yang digunakan. Dalam menggunakan balutan hendaknya hati-hati dimulai dari
bagian distal kearah proximal untuk menjamin agar sirkulasi tidak terganggu.
Keuntungan dari metode ini adalah mengurangi evavorasi cairan dan kehilangan panas
dari permukaan luka , balutan juga membantu dalam debridemen. Sedangkan
kerugiannya adalah membatasi mobilitas menurunkan kemungkinan efektifitas exercise
ROM. Pemeriksaan luka juga menjadi terbatas, karena hanya dapat dilakukan jika
sedang mengganti balutan saja.
3. Penutupan luka
Penutupan Luka Sementara sering digunakan sebagai pembalut luka. Setiap produk
penutup luka tersebutmempunyai indikasi khusus. Karakteristik luka (kedalamannya,
banyaknya eksudat, lokasi luka pada tubuh dan fase penyembuhan/pemulihan) serta tujuan
46
tindakan/pengobatan perlu dipertimbangkan bila akan memilih penutup luka yang lebih
tepat.
d. Terapi fisik
Tindakan-tindakan yang digunakan untuk mencegah dan menangani kontraktur meliputi terapi
posisi, ROM exercise, dan pendidikan pada klien dan keluarga.
1. Posisi Terapeutik
Tabel dibawah ini merupakan daftar tehnik-tehnik posisi koreksi dan terapeutik untuk
klien dengan LB yang mengenai bagian tubuh tertentuselama periode tidak ada aktifitas
(inactivity periode) atau immobilisasi. Tehnik-tehnik posisi tersebut mempengaruhi
bagian tubuh tertentu dengan tepat untuk mengantisipasi terjadinya kontraktur atau
deformitas.
2. Exercise
Latihan ROM aktif dianjurkan segera dalam pemulihan pada fase akut untuk mengurangi
edema dan mempertahankan kekuatan dan fungsi sendi. Disamping itumelakukan
kegiatan/aktivitas sehari-hari (ADL) sangat efektif dalam mempertahankan fungsi dan
ROM. Ambulasi dapat juga mempertahankan kekuatan dan ROM pada ekstremitas
bawah dan harus dimulai bila secara fisiologis klien telah stabil. ROM pasiftermasuk bagian
dari rencana tindakan pada klien yang tidak mampu melakukan latihan ROM aktif.
3. Pembidaian (Splinting)
Splint digunakan untuk mempertahankan posisi sendi dan mencegah atau memperbaiki
kontraktur. Terdapat dua tipe splint yang seringkali digunakan, yaitu statis dan
dinamis. Statis splint merupakan immobilisasi sendi.Dilakukan pada saat immobilisasi,
selama tidur, dan pada klien yang tidak kooperatif yang tidak dapat mempertahankan
posisi dengan baik. Berlainan halnya dengan dinamic splint. Dinamic splint
dapat melatih persendian yang terkena.
4. Pendidikan
Pendidikan pada klien dan keluarga tentang posisi yang benar dan perlunya melakukan
latihan secara kontinue. Petunjuk tertulis tentang berbagai posisi yang benar, tentang
splinting/pembidaian dan latihan rutin dapat mempermudah proses belajar klien dan
dapat menjadi lebih kooperatif.
3) Fase Rehabilitasi
Fase rehabilitasi adalah fase pemulihan dan merupakan fase terakhir dari perawatan luka bakar.Penekanan dari
program rehabilitasi penderita luka bakar adalah untuk peningkatan kemandirian melalui pencapaian perbaikan fungsi
yang maksimal. Tindakan-tindakan untuk meningkatkan penyembuhan luka, pencegahan atau meminimalkan
deformitas dan hipertropi scar, meningkatkan kekuatan dan fungsi dan memberikan support emosional serta
pendidikan merupakan bagian dari proses rehabilitasi.

G.PERHATIAN KHUSUS ASPEK PSIKOSOSIAL

Rehabilitasi psikologis adalah sama pentingnya dengan rehabilitasi fisikdalam keseluruhan proses pemulihan. Banyak sekali
respon psikologis dan emosional terhadap injuri luka bakar yang dapat diidentifikasi, mulai dari “ketakutan sampai
dengan psikosis” .Respon penderita dipengaruhi oleh usia, kepribadian (personality), latar belakang budaya dan etnic, luas
dan lokasi injuri, dan akibatnya pada body image. Disamping itu, berpisah dari keluarga dan teman-teman, perubahan pada
peran normal klien dan tanggungjawabnya mempengaruhi reaksi terhadap trauma LB.

47
Sumber: PROFESIVolume 08 / Februari –September 2012, PENATALAKSANAAN LUKA BAKAR (COMBUSTIO)Oleh
:Tutik Rahayuningsih, S. Kep.,Ns.DosenAKPERPOLTEKKES Bhakti MuliaSukoharjo, halaman 1-12

48
49
50
Sumber: © Copyright 2016 Hospital Care for Children.
9. Px. Penunjang apa saja yg dpt dilakukan pada penderita luka bakar?

51
EMERIKSAAN PENUNJANG Menurut Doenges, 2000, diperlukan pemeriksaan penunjang pada luka bakar yaitu :
 1.Laboratorium Hitung darah lengkap : Hb (Hemoglobin) turun menunjukkan adanya pengeluaran darah yang
banyak sedangkan peningkatan lebih dari 15% mengindikasikan adanya cedera, pada Ht (Hematokrit) yang
meningkat menunjukkan adanya kehilangan cairan sedangkan Ht turun dapat terjadi sehubungan dengan
kerusakan yang diakibatkan oleh panas terhadap pembuluh darah.
 Leukosit : Leukositosis dapat terjadi sehubungan dengan adanya infeksi atau inflamasi. GDA (Gas Darah
Arteri) : Untuk mengetahui adanya kecurigaaan cedera inhalasi. Penurunan tekanan oksigen (PaO2) atau
peningkatan tekanan karbon
 dioksida (PaCO2) mungkin terlihat pada retensi karbon monoksida.
 Elektrolit Serum : Kalium dapat meningkat pada awal sehubungan dengan cedera jaringan dan
penurunan fungsi ginjal, natrium pada awal mungkin menurun karena kehilangan cairan, hipertermi dapat
terjadi saat konservasi ginjal dan hipokalemi dapat terjadi bila mulai diuresis. Natrium Urin : Lebih besar dari
20 mEq/L mengindikasikan kelebihan cairan , kurang dari 10 mEqAL menduga ketidakadekuatan cairan.
 Alkali Fosfat : Peningkatan Alkali Fosfat sehubungan dengan perpindahan cairan interstisial atau gangguan
pompa, natrium.
 Glukosa Serum : Peninggian Glukosa Serum menunjukkan respon stress.
 Albumin Serum : Untuk mengetahui adanya kehilangan protein pada edema cairan. BUN atau
 Kreatinin : Peninggian menunjukkan penurunan perfusi atau fungsi ginjal, tetapi kreatinin dapat meningkat karena
cedera jaringan.
 Loop aliran volume : Memberikan pengkajian non-invasif terhadap efek atau luasnya cedera.
 EKG : Untuk mengetahui adanya tanda iskemia miokardial atau distritmia.
 Fotografi luka bakar : Memberikan catatan untuk penyembuhan luka bakar
10. Bagaimana cara menghitung tetesan cairan infus pada luka bakar pada anak-anak dan dewasa dan pada skenario!

52
Sumber: © Copyright 2016 Hospital Care for Children.
Luka Bakar yang Perlu Perawatan Khusus
1. Luka Bakar Listrik.
2. Luka Bakar dengan trauma Inhalasi
3. Luka Bakar Bahan Kimia
4. Luka Bakar dengan kehamilan

Luka Bakar Listrik


Luka bakar bisa karena voltase rendah atau voltase tinggi. Kerusakan jaringan tubuh disebabkan karena beberapa hal berikut :

1. Aliran listrik (arus bolak-balik, alternating current / AC) merupakan energi dalam jumlah besar. Berasal dari sumber listrik,
melalui bagian tubuh yang memiliki resistensi paling rendah (cairan, darah / pembuluh darah). Aliran listrik dalam tubuh
menyebabkan kerusakan akibat yang ditimbulkan oleh resistensi. Kerusakan dapat bersifat ekstensif local maupun sistemik
(otak/ensellopati, jantung/fibrilisasi ventrikel, otot/ rabdomiosis, gagal ginjal, dan sebagai berikut).
2. Loncatan energi yang ditimbulkan oleh udara yang berubah menjadi api.
3. Kerusakan jaringan bersifat lambat tapi pasti dan tidak dapat diperkirakan luasnya. Hal ini di sebabkan akibat kerusakan system
pembuluh darah di sepanjang bagian tubuh yang dialiri listrik (trombosis, akulasi kapiler)

53
Luka bakar dengan trauma inhalasi
 Pada kebakaran dalam ruangan tertutup (in door)
 Luka bakar mengenai daerah muka / wajah
 Dapat merusak mukosa jalan napas
 Edema laring hambatan jalan napas.
Gejala
 Sesak napas
 Takipnea
 Stridor
 Suara serak
 Dahak berwarna gelap (jelaga)

Hati – hati kasus trauma inhalasi mematikan


Mekanisme kerusakan saluran napas.
1. Trauma panas langsung
Terhirupnya sesuatu yang panas, produk dari bahan yang terbakar, seperti jelaga dan bahan khusus menyebabkan kerusakan
mukosa langsung pada percabangan trakeobronkial.
2. Keracunan asap yang toksik
Akibat termodegradasi material alamiah dan material yang diproduksi  terbentuk gas toksik (beracun), misalnya hydrogen
sianida, nitrogen dioksida, nitrogen klorida, akreolin iritasi dan bronkokonstriksi saluran napas. Obstruksi jalan napas akan
menjadi lebih hebat akibat trakealbronkitis dan edema.
3. Intoksikasi karbon monoksida (CO)
Intoksikasi CO hipoksia jaringan. Gas CO memiliki afinitas cukup kuat terhadap pengikatan hemoglobin (210-240 kali lebih
kuat di banding dengan O2) CO memisahkan O2 dari Hb hipoksia jarinagn. Peningkatan kadar karboksihemoglobin (COHb)
dapat dipakai untuk evaluasi berat / ringannya intoksikasi CO.

KLINIS
Kecurigaan adanya trauma inhalasi bila pada penderita luka bakar terdapat 3
atau lebih dari keadaan berikut :

a) Riwayat terjebak dalam rumah/ ruangan terbakar


b) Sputum tercampur arang
c) Luka bakar perioral, hidung, bibir, mulut atau tenggorokan.
d) penurunan kesadaran.
e) Tanda distress napas, rasa tercekik, tersedak, malas bernapas dan adanya wheezing atau rasa tidak nyaman pada mata atau
tenggorokan (iritasi mukosa)
f) Gejala distress napas. Takipea
g) Sesak atau tidak ada suara.

Pada fase awal kerusakan saluran napas akibat efek toksik yang langsung terhirup
Pada fase lanjut edema paru dengan terjadinya hpoksemia progresif  ARDS

Korelasi tingkat keracunan CO / presentase COHb dengan kelainan neurologist


Kadar Keracunan CO Kelainan Neurologis
10-20 % (ringan) sakit kepala, binggung, mual
20-40 % (sedang) lekas marah, pusing, lapangan penglihatan menyempit
40-60 % (berat) Halusinasi, ataksia, konvulsi atau koma,takipnea
Pemeriksaan tambahan :
1. Kadar karboksihemoglobin (COHb)
Pada trauma inhalasi, kadar COHb 35-45 % (berat), bahkan setelah 3 jam dari kejadian, kadar COHb pada batas 20-25 %. Bila kadar
COHb lebih dari 15 % setelah 3 jam kejadian bukti kuat terjadi taruama inhalasi.
2. Gas Darah
PaO2 yang rendah (kurang dari 10 kPa pada konsentrasi oksigen 50%, FiO2 = 0,5) mencurigakan adanya trauma inhalasi. PaO2
biasanya normal pada fase awal, tetapi dapat meningkat pada fase lanjut.
3. Foto Toraks, biasanya normal pada fase awal
4. Bronkoskopi Fiberoptic
Bila terdapat sputum beraran, edema mukosa, adanya bintik – bintik pendarahan dan ulserasi diagnosa trauma inhalasi.
5. Tes Fungsi paru
Scan Paru Xenon tidak praktis.
Diagnosa Trauma Inhalasi :
1. Kecurigaan klinis
2. Riwayat kejadian
54
3. Pemeriksaan gad darh dan kadr COHb
4. Dikonfirmasi dengan bronkoskopi fiberoptic
5. pemeriksaan fungsi paru.

i. Airway
 Supraglotis  rawan terhadap trauma bakar langsung. Subglotis  dilindungi laring
  trauma inhalasi  edema dan sumbatan jalan nafas
 Tanda klinis trauma inhalasi:
 Luka bakar pada wajah
 Alis mata dan bulu hidung hangus
 Sputum yang hitam/mengandung karbon
 Riwayat terkurung api atau berada di ruang tertutup yang terbakar
 Dicurigai trauma inhalasi:
 Tindakan BHD dengan jaw-thrust
 Pemasangan OPA
 Dipertimbangkan intubasi atau crico-thyroidostomy/tracheostomy (sumbatan nafas dapat terjadi sewaktu-
waktu)
ii. Breathing
 Luka bakar di dada  menghambat pernafasan
 Luka bakar di tempat tertutup  keracunan CO
Afinitas Co terhadap hemoglobin tinggi (280 kali oksigen)  ikatan HbCO yang membahayakan
iii. Pemberian cairan intravena
Rumus untuk menghitung kebutuhan cairan:
 Rumus Evans
 Luas luka (%) x BB (kg) = jumlah (ml) kristaloid/NaCl 0,9% per 24 jam
 Luas luka (%) x BB (kg) = jumlah (ml) koloid/plasma per 24 jam
 Dekstrose 5% = 2000 ml per 24 jam

Separuh A+B+C diberikan dalam 8 jam pertama dan sisanya diberikan 16 jam selanjutnya.

Pada hari kedua jumlah cairan A+B+C yang diperlukan ada;ah separuh hari pertama.

 Rumus Baxter/Parkland
Cairan yang diberikan hanya kristaloid Ringer Laktat dengan perhitungan:
Luas luka (%) x BB x 4 ml = kebutuhan ml dalam 24 jam
Separuh RL diberikan 8 jam pertama dan separuh berikutnya dalam waktu 16 jam.
Yang harus diingat:
 Waktu 8 jam  waktu yang dihitung saat terjadinya luka bakar
 Jumlah cairan hanya perkiraan, pemberian cairan dapat berubah sesuai dengan respon penderita.
 Selain tanda vital, monitor respon penderita bisa dilihat dari produksi urin yang cukup.

55
Buku Ajar Ilmu Bedah, Wim de Jong

iv. Antibiotika, nutrisi, dan obat lain


 Antibiotik sistemik (golongan aminoglikosida)  mencegah terjadinya infeksi pseudomonas. Sebaiknya setelah
dilakukan kultur dan test sensitivitas
 Antasida  mencegah tukak curling
 Analgetik  menghilangkan rasa nyeri
 Pemasangan Naso-Gastric Tube (NGT)  mencegah dilatasi lambung akut (bila penderita muntah dan peristaltik
terganggu pada luka bakar)
 Anemia  obat anti anemia ditambah dengan vitamin A,B,C dan D
 Nutrisi tinggi protein minimal 2500 kalori sehari

Buku Ajar Ilmu Bedah, Wim de Jong

56
v. Penanganan lokal
 Derajat I: tidak memerlukan terapi
 Derajat II & III :
 Dibersihkan dahulu dengan air mengalir dari kotoran yang melekat
 Perawatan secara terbuka/tertutup

Perawatan Terbuka

 Keuntungan : mudah dan murah, cepat dingin, kering dan kuman sulit berkembang

Buku Ajar Ilmu Bedah, Wim de Jong

 Kompres nitras argenti 0,5% dan krim silversulfadiazin 1%  bakteriostatik kuat dan efektif terhadap semua kuman
serta aman

Perawatan Tertutup

 Ditutup dengan pembalut untuk menghindari kontaminasi


 Keuntungan : enak dilihat, terlindung dan tidak terkontaminasi dari luar
 Balutan menjadikan luka sebagai medium yang baik untuk pertumbuhan kuman, sehingga tidak jarang dari balik
balutan tampak pus

57
Buku Ajar Ilmu Bedah, Wim de Jong

Sendi dan tangan diatur dalam posisi fungsional  sendi bahu, siku, paha, dan lutut dalam posisi ekstensi. Leher dan
pergelangan kaki dalam keadaan ekstensi agar kepala/leher tidak tertarik ke bawah dan kaki tidak drop foot.

58
Buku Ajar Ilmu Bedah, Wim de Jong

 Beberapa hari dengan perawatan terbuka atau tertutup, luka bakar akan membentuk keropeng. Bila masih ada
jaringan mati yang belum dibuang atau nanah  debridement
 Luka derajat II tanpa infeksi  keropeng lepas sendiri dalam 7-12 hari (pada waktu itu jaringan di bawahnya sudah
sembuh)
 Luka derajat III  keropeng yang kering dilepaskan setelah 2 minggu dan jaringan granulasi ditutup dengan skin
graft
 Penyembuhan keropeng/eschar yang tebal dapat mengganggu vaskularisasi  escharotomy
vi. Luka bakar khusus
 Luka bakar listrik
 Tubuh penghantar listrik yang baik  kerusakan akibat serangan listrik lebih hebat dari yang kelihatan dari
luar
 Kejang otot akibat aliran listrik  henti nafas (pada otot pernafasan) dan fraktur
 Kerusakan otot  mioglobinuria  gagal ginjal akut
Jika ada mioglobinuria  infus manitol 25 gram diulangi dengan dosis separuhnya bila belum membantu
diuresis
 Ganggu kerja listrik jantung  fibrilasi ventrikel
 Luka bakar zat kimia
 Basa  kelihatan ringan di permukaan
 Asam  koagulasi  proses pembakaran dapat dibatasi
 Zat kimia berbentuk tepung:
i. Disikat hati-hati
59
ii. Dicuci dan diencerkan dengan air mengalir
 Zat kimia berupa cairan: langsung disiram dengan air mengalir (lebih lama lebih baik)
 Pemberian zat penawar tidak dianjurkan  menimbulkan reaksi kimia seperti panas yang bisa lebih
membahayakan

Penanganan Penderita Gawat Darurat (First Aid Training), Unissula Press

Buku Ajar Ilmu Bedah, Wim de Jong

1. Komplikasi luka bakar?

 Syok hipovolemik
 Kekurangan cairan dan elektrolit
 Hypermetabolisme
 Infeksi
 Gagal ginjal akut
 Masalah pernapasan akut; injury inhalasi, aspirasi gastric, pneumonia bakteri, edema.
 Paru dan emboli
 Sepsis pada luka
 Ilius paralitik

Komplikasi sistemik :
• Shock hipovolemik
• Ileus paralitik  dilatasi akut lambung
• Tukak Curling (Curling ulcer) pada lambung
• Gagal ginjal
• Menurunnya imunitas
• Keseimbangan protein negatif

Komplikasi local:
• Gangguan vaskularisasi karena eschar  escharotomi
• Compartment syndrome
• Keloid
• Kontraktur

• Infeksi. Infeksi merupakan masalah utama. Bila infeksi berat, maka penderita dapat mengalami sepsis. Berikan
antibiotika berspektrum luas, bila perlu dalam bentuk kombinasi. Kortikosteroid jangan diberikan karena bersifat
imunosupresif (menekan daya tahan), kecuali pada keadaan tertentu, misalnya pda edema larings berat demi kepentingan
penyelamatan jiwa penderita.
• Curling’s ulcer (ulkus Curling). Ini merupakan komplikasi serius, biasanya muncul pada hari ke 5–10. Terjadi ulkus
pada duodenum atau lambung, kadang-kadang dijumpai hematemesis. Antasida harus diberikan secara rutin pada
penderita luka bakar sedang hingga berat. Pada endoskopi 75% penderita luka bakar menunjukkan ulkus di duodenum.
• Gangguan Jalan nafas. Paling dini muncul dibandingkan komplikasi lainnya, muncul pada hari pertama. Terjadi karena
inhalasi, aspirasi, edema paru dan infeksi. Penanganan dengan jalan membersihkan jalan nafas, memberikan oksigen,
trakeostomi, pemberian kortikosteroid dosis tinggi dan antibiotika.
• Konvulsi. Komplikasi yang sering terjadi pada anak-anak adalah konvulsi. Hal ini disebabkan oleh ketidakseimbangan
elektrolit, hipoksia, infeksi, obat-obatan (penisilin, aminofilin, difenhidramin) dan 33% oleh sebab yang tak diketahui.
60
Komplikasi luka bakar yang lain adalah timbulnya kontraktur dan gangguan kosmetik akibat jaringan parut yang dapat
berkembang menjadi cacat berat. Kontraktur kulit dapat mengganggu fungsi dan meyebabkan kekakuan sendi sehingga
memerlukan program fisioterapi yang intensif dan tindakan bedah.
(http://medisdankomputer.co.cc)

I. Evaluasi Pertama (Triage)


A. Airway, sirkulasi, ventilasi
Prioritas pertama penderita luka bakar yang harus dipertahankan meliputi airway, ventilasi dan perfusi sistemik. Kalau
diperlukan segera lakukan intubasi endotrakeal, pemasangan infuse untuk mempertahankan volume sirkulasi
B. Pemeriksaan fisik keseluruhan.
Pada pemeriksaan penderita diwajibkan memakai sarung tangan yang steril, bebaskan penderita dari baju yang terbakar,
penderita luka bakar dapat pula mengalami trauma lain, misalnya bersamaan dengan trauma abdomen dengan adanya internal
bleeding atau mengalami patah tulang punggung / spine.
C. Anamnesis
Mekanisme trauma perlu diketahui karena ini penting, apakah penderita terjebak dalam ruang tertutup sehingga kecurigaan
adanya trauma inhalasi yang dapat menimbulkan obstruksi jalan napas. Kapan kejadiannya terjadi, serta ditanyakan penyakit
– penyakit yang pernah di alami sebelumnya.
D. Pemeriksaan luka bakar
Luka bakar diperiksa apakah terjadi luka bakar berat, luka bakar sedang atau ringan.
1. Ditentukan luas luka bakar. Dipergunakan Rule of Nine untuk menentukan luas luka bakarnya.
2. Ditentukan kedalaman luka bakar (derajat kedalaman)
II. Penanganan di Ruang Emergency
1. Diwajibkan memakai sarung tagan steril bila melakukan pemeriksaan penderita.
2. Bebaskan pakaian yang terbakar.
3. Dilakukan pemeriksaan yang teliti dan menyeluruh untuk memastikan adnya trauma lain yang menyertai.
4. Bebaskan jalan napas. Pada luka bakar dengan distress jalan napas dapat dipasang endotracheal tube. Traheostomy hanya
bila ada indikasi.
5. Pemasangan intraveneous kateter yang cukup besar dan tidak dianjurkan pemasangan scalp vein. Diberikan cairan ringer
Laktat dengan jumlah 30-50 cc/jam untuk dewasa dan 20-30 cc/jam untuk anak – anak di atas 2 tahun dan 1 cc/kg/jam untuk
anak dibawah 2 tahun.
6. Dilakukan pemasangan Foley kateter untuk monitor jumlah urine produksi. Dicatat jumlah urine/jam.
61
7. Di lakukan pemasangan nosogastrik tube untuk gastric dekompresi dengan intermitten pengisapan.
8. Untuk menghilangkan nyeri hebat dapat diberikan morfin intravena dan jangan secara intramuskuler.
9. Timbang berat badan
10. Diberikan tetanus toksoid bila diperlukan. Pemberian tetanus toksoid booster bila penderita tidak mendapatkannya dalam
5 tahun terakhir.
11. Pencucian Luka di kamar operasi dalam keadaan pembiusan umum. Luka dicuci debridement dan di disinfektsi dengan
salvon 1 : 30. Setelah bersih tutup dengan tulle kemudian olesi dengan Silver Sulfa Diazine (SSD) sampai tebal. Rawat
tertutup dengan kasa steril yang tebal. Pada hari ke 5 kasa di buka dan penderita dimandikan dengan air dicampur Salvon 1 :
30
12. Eskarotomi adalah suatu prosedur atau membuang jaringan yang mati (eskar)dengan teknik eksisi tangensial berupa
eksisi lapis demi lapis jaringan nekrotik sampai di dapatkan permukaan yang berdarah. Fasiotomi dilakukan pada luka bakar
yang mengenai kaki dan tangan melingkar, agar bagian distal tidak nekrose karena stewing.
13. Penutupan luka dapat terjadi atau dapat dilakukan bila preparasi bed luka telah dilakukan dimana didapatkan kondisi luka
yang relative lebih bersih dan tidak infeksi. Luka dapat menutup tanpa prosedur operasi. Secara persekundam terjadi proses
epitelisasi pada luka bakar yang relative superficial. Untuk luka bakar yang dalam pilihan yang tersering yaitu split tickness
skin grafting. Split tickness skin grafting merupakan tindakan definitive penutup luka yang luas. Tandur alih kulit dilakukan
bila luka tersebut tidak sembuh dalam waktu 2 minggu dengan diameter>3cm.

Resusitasi Cairan
Pada penanganan perbaikan sirkulasi pada luka bakar dikenal beberapa formula
berikut :
- Evans Formula
- Brooke Formula
- Parkland Formula
- Modifikasi Formula
- Monafo Formula
BAXTER formula
Hari Pertama :
Dewasa : Ringer Laktat 4 cc x berat badan x % luas luka bakar per 24 jam
Anak : Ringer Laktat: Dextran = 17 : 3
2 cc x berat badan x % luas luka ditambah kebutuhan faali.
Kebutuhan faali :
< 1 Tahun : berat badan x 100 cc
1 – 3 Tahun : berat badan x 75 cc
3 – 5 Tahun : berat badan x 50 cc
½ jumlah cairan diberikan dalam 8 jam pertama.
½ diberikan 16 jam berikutnya.
Hari kedua
Dewasa : ½ hari I
Anak : diberi sesuai kebutuhan faali
Menurut Evans  Cairan yang dibutuhkan :
1. RL / NaCl = luas combustio ……% X BB/ Kg X 1 cc
2. Plasma = luas combustio ……% X BB / Kg X 1 cc
3. Pengganti yang hilang karena penguapan = D5 2000 cc
Hari I  8 jam X ½
 16 jam X ½
Hari II  ½ hari I
Hari ke III hari ke II

62
Ada 2:
Di tempat kejadian :
Matikan api dg memutuskan hubgn dg oksigen,tutupi penderita dg selimut/handuk/sprei/karung
Perhatikan KU penderita
Pendinginan :
a) Buka pakaian pnderita
b) Rendam dg air mengalir 20-30 mnt,bagian wajah dikompres
c) Jk disebabkan zat kimia,gunakan nacl (u/ zat korosif)
Mencegah infeksi
a) Tutup luka dg perban
b) Ditutup kain bersih
c) Jg beri zat yg tdk larut dalam air ,spt mentega,minyak,odol
d) Rujuk ke puskesmas terdekat
Di RS :
a) Airway
Trauma inhalasipasang ET
b) Breathing
c) Pemberian cairan iv,tergantung dr luas luka bakar sesuai dg rumus (evans dan baxter atau parkland)
d) Antibiotik,nutrisi dan obat lain
e) Penanganan local
f) Perawatan luka bakar diseluruh dunia dibagi dalam dua kriteria besar:
A. Perawatan Luka Bakar secara Terbuka.
Perawatan secara terbuka dilakukan dengan tidak menutup luka bakar tersebut. Perawatan secara terbuka ini kurang
sesuai untuk kondisi di Indonesia, karena tingginya kelembaban udara memudahkan timbulnya infeksi pada luka
bakar yang dirawat secara terbuka. Selain itu perawatan luka secara terbuka memudahkan penguapan yang akan
berakhir dengan mudah terjadinya dehidrasi berulang.
B. Perawatan Luka Bakar secara Tertutup.
Perawatan dilakukan dengan menutup luka bakar. Keuntungan dengan cara ini adalah berkurangnya penguapan dan
memperkecil kemungkinan infeksi dengan mengurangi pemaparan terhadap mikroorganisme.

63
64
Hentikan proses kombusio
Menghentikan kontak dengan sumber panas ,tindakan ini akan mencegah terjadinya kerusakan yang lebih parah.
Tindakan yang perlu dilakukan :
i. Bila sumber panas adalah api segera hentikan proses kombusio dengan air atau bahan yang tidak mudah
terbakar ( basah,bahan karung basah,handuk basah) atau menyiram dengan air
ii. Pakain (khususnya yang terbuat dari bahan yang mudah terbakar seperti bahan nilon,tetoroon segera
dilepaskan sebagai upaya menghentikan kontak tubuh dengan sumber panas.
iii. Bila penyebab luka bakar itu adalah listrik segera puruskan aliran listrik.
Upaya pencegahan terjadinya kerusakan bertambah parah
Apapun penyebab luka bakar segera netralisir suhu tinggi dengan upaya menurunkan suhu dengan cara mendinginkan
nya menggunakan kompres air dingin atau air yang mengalir selama 15-20 menit. Tidak benar melakukan pertolongan

65
dengan memberikan minyak,margarin kopi dsb. Karena akan menimbulkan reaksi dengan jaringan yang menambah
derajat kerusakan jaringan termasuk infeksi.
Bila penderita berada di dalam ruang tertutup segera di bawa ke ruang terbuka atau ruanagn yang memiliki ventilasi
baik.
Penatalaksanaan Luka bakar ringan
1. Mengatasi rasa nyeri
Kompres air dingin selama beberapa saat dalam upaya mencegah kerusakan sebagaimana dijelaskan sebelumnya
juga merupakan tindakan pertama mengatasi nyeri.Suhu yang rendah memberikan efek anestesi karena terjadi
vasokonstriksi.Pemberian preparat mengandung vehikulum jel memberikan rasa nyaman (misal bioplacenton)
disamping zat aktif ekstrak plasenta yang dikandungnya memacu proses epitelisasi dalam proses penyembuhan
dapat digunakan.
Pemberian analgetik dalam berbagai golongan maupun bentuk sediaan ( per oral,injeksi atau suppositoria)
2. Penatalaksanaan luka
Luka bakar derajat 1 cukup dirawat dengan vaseline atau krim pelembab,tanpa harus memberikan antibiotik.Tidak ada
ketentuan melarang luka tidak boleh karena air pada saat mandi. Dengan membersihkan kulit pada saat mandi,proses
penyembuhan akan berlangsung sebagaimana mestinya.
Luka bakar derajat II superfisial
a.Bila ukuran bula realtif kecil cukup dibiarkan saja dan akan mengalami penyembuhan spontan.Bila
mengganggu cairan bula dilakukan aspirasi tanpa melakukan pembuagan lapisan epidermis yang
menutupinya.Bila ukuran bula cukup luas atau besar lakukan insisi atau aspirasi m,enggunakan semprit tanpa
membuang lapisan epidermis,kemudian tutup dengan tulle dan kasa adsorben atau hidrofil
b. Bagian tubuh terkena biasanya perlu diistirahatkan dalam tenggang waktu tertentu
c. Dalam hal diet tidak ada pantangan terhadap jenis makanan apapun bahkan diperlukan diet tinggi kalori dan
tinggi protein ditambah dengan vitamin dan mineral.
Penatalaksanaan Luka bakar sedang dan berat
Prinsip penatalaksanaan kasus luka bakar yang masuk dalam kategori sedang dan berat mengacu kepada pola
penatalaksanaan traumatologi,berdasarkan prioritas ABC .Penatalaksanaannya dibedakan pada penatalaksanaan awal segera
setibanya di klinik atau di pusat pelayanan masyarakat tempat pertama kali penderita datang meminta pertolongan
,penatalaksanaan rujukan dan penatalaksanaan di rumah sakit rujukan.
( Luka Bakar, Pengetahuan klinis praktis, Yefta Moenadjat)
Tahap 1 : Fase resusitasi / Fase Kritis.
Tahap ini berlangsung antara 2-6 minggu perawatan tergantung beratnya luka bakar dan kondisi penyerta lainnya. Pada
Tahap ini penderita dengan luka bakar berat, Di Unit Luka Bakar Rumah Sakit Pertamina dirawat ICU Luka Bakar. Tujuan
utama tahap ini adalah mempertahakan hidup penderita.
Tata Laksana Tahap ini meliputi:
1. Tatalaksana cairan.
Pada penderita luka bakar sedang dan berat terjadi kehilangan cairan tubuh yang sangat banyak dapat mencapai 2-3 kali
jumlah cairan yang beredar didalam pembuluh darah. Hal ini terjadi sebagai akibat dari luka bakar terjadi kerusakan dinding
pembuluh darah, yang menimbulkan kondisi seakan-akan pembuluh darah bocor dan tidak dapat menahan air dan bahan yang
ada didalam pembuluh darah seperti protein, keluar dari dalam rongga pembuluh darah, baik tertimbun diantara sel jaringan
lain atau menguap.
Kondisi ini terjadi pada jam-jam awal terjadinya luka bakar. Untuk mengatasi kondisi ini dilakukan tindakan pemberian
cairan dalam bentuk cairan elektrolit dengan berbagai rumus pemberian seperti rumus Baxter dan lainnya. Pada hari-hari
berikutnya terapi cairan merupakan kombinasi terapi cairan elektrolit dan pemberian nutrisi parenteral (perinfus) dengan
pemberian protein, asam amino essensial dan lemak. Tatalaksana cairan memegang peranan penting dalam tatalaksana
penderita luka bakar, dan hendaknya dilakukan dengan cermat dan dipantau secara ketat sehingga tidak terjadi kelebihan
maupun kekurangan cairan pada penderita. Pemantauan dilakukan sampai penderita selesai menjalani rawat inap di Rumah
Sakit.
2. Tatalaksana Nutrisi.
Selain Tatalaksana Cairan, tatalaksana nutrisi merupakan tatalaksana yang hendaknya dilaksanakan dan dipantau sejak
penderita masuk sampai selesai menjalani rawat inap di Rumah Sakit. Tatalaksana nutrisi di Unit Luka Bakar RSPP
dilakukan secara kombinasi antara nutrisi peroral (melalui rongga mulut) dan nutrisi parenteral melalui infus. Tatalaksana
nutrisi penting karena dapat menentukan lamanya luka sembuh, lama perawatan di rumah sakit, dan perawatan lainnya. Biaya
untuk nutrisi penderita luka bakar merupakan komponen yang tidak sedikit karena memerlukan pemberian albumin perinfus
untuk menjaga stabilitas asupan zat-zat yang dibutuhkan tubuh yang diangkut oleh albumin. Dengan jumlah kalori yang
diberikan maksimal 30 kalori/kgBB/hari.
3. Tatalaksana SIRS, Sepsis dan trombosis.
Istilah medis ini berkaitan dengan kondisi kritis Penderita Luka Bakar Berat. Kondisi ini merupakan kondisi kritis Penderita
Luka Bakar Berat yang merupakan reaksi tubuh untuk mempertahankan diri untuk menanggulangi luka bakar.
SIRS :
Merupakan reaksi peradangan yang mengenai seluruh tubuh terhadap perubahan kondisi didalam tubuh sendiri, contohnya
demam pada penderita iuka bakar, tidak selalu berkaitan dengan infeksi. Reaksi radang ini termanifestasi dalam hasil
66
laboratorium seperti sel darah putih diatas atau dibawah jumlah normal (Normal sel darah putih ada pada kisaran 5000
sampai 10.000/mm2), tekanan O2 darah dibawah normal, tekanan CO2 darah diatas normal dan frekuensi nafas permenit
diatas normal.
Sepsis:
Merupakan reaksi tubuh dengan penampilan hasil laboratorium yang sama dengan penyebab adanya infeksi pada tubuh
manusia.
Tatalaksana SIRS dan Sepsis ini yang membutuhkan biaya tidak sedikit karena mencakup pemberian Imuno globulin untuk
meningkatkan daya tahan tubuh.
Trombosis:
Salah satu akibat dari luka bakar adalah rusaknya lapisan dalam pembuluh darah kapiler didaerah yang terkena luka bakar.
Akibat kerusakan pembuluh darah ini mudah terjadi bekuan darah didalam pembuluh darah (trombosis) yang akan
mengakibatkan sumbatan pembuluh darah yang akan mengakibatkan kematian jaringan pada daerah yang di perdarahi oleh
pembuluh darah tersebut.
Tahap 2 : Fase penyembuhan luka
Penyembuhan luka bakar sangat dipengaruhi oleh kecepatan dan ketepatan perawatan luka.
Perawatan luka bakar diseluruh dunia dibagi dalam dua kriteria besar:
A. Perawatan Luka Bakar secara Terbuka.
Perawatan secara terbuka dilakukan dengan tidak menutup luka bakar tersebut. Perawatan secara terbuka ini kurang sesuai
untuk kondisi di Indonesia, karena tingginya kelembaban udara memudahkan timbulnya infeksi pada luka bakar yang dirawat
secara terbuka. Selain itu perawatan luka secara terbuka memudahkan penguapan yang akan berakhir dengan mudah
terjadinya dehidrasi berulang.
B. Perawatan Luka Bakar secara Tertutup.
Perawatan dilakukan dengan menutup luka bakar. Keuntungan dengan cara ini adalah berkurangnya penguapan dan
memperkecil kemungkinan infeksi dengan mengurangi pemaparan terhadap mikroorganisme.
Beberapa sediaan untuk Perawatan Luka Bakar:
Idealnya sediaan untuk perawatan luka bakar adalah bahan yang memiliki kemampuan absorbs! cairan yang tinggi sehingga
tidak diperluka penggantian balutan yang terlalu sering, mudah dilepaskan, tidak melekat ke permukaan luka, sehingga tidak
menimbulkan sensasi sakit pada pasien saat proses penggantian balutan. Selain itu tidak menghambat proses penyembuhan
luka.
Sediaan Perak (Silver).
Keuntungan : Anti septik yang dapat menembus kulit yang mati karena luka bakar. Melunakan jaringan kulit mati sehingga
mudah untuk mengangkatnya.
Kerugian : Hanya baik untuk perawatan hari-hari pertama luka Bakar. Beberapa ahli
Bentuk sediaan :
Yang lazim ada berbentuk cream. Pengembangan baru berbentuk lembaran perak dengan berbagai ukuran, bentuk baru
harganya masih cukup mahal dan belum resmi masuk ke Indonesia.
Tahap 3 : Fase pengembalian fungsi anggota gerak
Fase ini dilakukan bila terdapat gangguan fungsi pada anggota gerak setelah luka bakar sembuh atau kering (tertutup epitel)
baik secara tumbuh sendiri atau dilakukan tandur alih kulit. Biasanya hal ini dilakukan dengan membuang skar yang
mengganggu gerakan dan luka terbuka yang terbentuk karena tindakan ini ditutup dengan kulit dengan ketebalan yang
mencukupi, yang biasanya diambil dari lipat paha penderita. Untuk pencegahan pembentukan skar yang tebal dan kontraktur
setelah luka bakar kering dapat dipasangkan pressure garment (Pakaian yang dapat menekan dengan kekuatan tertentu) yang
dipakai oleh pasien antara 8-12 jam /hari.
Tahap 4 : Fase Estetika/Penampilan.
Fase ini merupakan hal terakhir dan tersulit pada pasien luka bakar, karena setipis dan sekecil apapun luka bakar akan
menimbulkan bekas yang sulit dihilangkan dan akan membutuhkan waktu yang cukup panjang untuk menyamarkan bekas
tersebut. Hendaknya sudah diantisipasi dan dipersiapkan sejak awal penderita mengalami luka bakar ini. Beberapa yang
dapat dilakukan setelah luka kering dengan memberikan sediaan yang menghambat terjadinya keloid (beberapa sedian seperti
Mederma, Kenacort, Silgel) dengan berbagai komponen yang berbeda, sampai saat ini belum memberikan hasil seperti yang
diharapkan. Penelitian terakhir menuju kearah pencarian Mormon yang terdapat didalam janin yang dapat menyembuhkan
luka tanpa menimbulkan bekas.
Moenadjatm, Yefta. 2001.Pengetahuan Klinis Praktis Luka Bakar. Jakarta : FKUI
Secara sistematik dapat dilakukan 6c : clothing, cooling, cleaning, chemoprophylaxis, covering and comforting (contoh
pengurang nyeri). Untuk pertolongan pertama dapat dilakukan langkah clothing dan cooling, baru selanjutnya dilakukan pada
fasilitas kesehatan
 Clothing : singkirkan semua pakaian yang panas atau terbakar. Bahan pakaian yang menempel dan tak dapat
dilepaskan maka dibiarkan untuk sampai pada fase cleaning.
 Cooling : - Dinginkan daerah yang terkena luka bakar dengan menggunakan air mengalir selama 20 menit, hindari
hipotermia (penurunan suhu di bawah normal, terutama pada anak dan orang tua). Cara ini efektif samapai dengan 3
jam setelah kejadian luka bakar - Kompres dengan air dingin (air sering diganti agar efektif tetap memberikan rasa
dingin) sebagai analgesia (penghilang rasa nyeri) untuk luka yang terlokalisasi - Jangan pergunakan es karena es
67
menyebabkan pembuluh darah mengkerut (vasokonstriksi) sehingga justru akan memperberat derajat luka dan risiko
hipotermia - Untuk luka bakar karena zat kimia dan luka bakar di daerah mata, siram dengan air mengalir yang
banyak selama 15 menit atau lebih. Bila penyebab luka bakar berupa bubuk, maka singkirkan terlebih dahulu dari
kulit baru disiram air yang mengalir.
 Cleaning : pembersihan dilakukan dengan zat anastesi untuk mengurangi rasa sakit. Dengan membuang jaringan
yang sudah mati, proses penyembuhan akan lebih cepat dan risiko infeksi berkurang.
 Chemoprophylaxis : pemberian anti tetanus, dapat diberikan pada luka yang lebih dalam dari superficial partial-
thickness (dapat dilihat pada tabel 4 jadwal pemberian antitetanus). Pemberian krim silver sulvadiazin untuk
penanganan infeksi, dapat diberikan kecuali pada luka bakar superfisial. Tidak boleh diberikan pada wajah,
riwayat alergi sulfa, perempuan hamil, bayi baru lahir, ibu menyususi dengan bayi kurang dari 2 bulan
 Covering : penutupan luka bakar dengan kassa. Dilakukan sesuai dengan derajat luka bakar. Luka bakar
superfisial tidak perlu ditutup dengan kasa atau bahan lainnya. Pembalutan luka (yang dilakukan setelah
pendinginan) bertujuan untuk mengurangi pengeluaran panas yang terjadi akibat hilangnya lapisan kulit akibat luka
bakar. Jangan berikan mentega, minyak, oli atau larutan lainnya, menghambat penyembuhan dan meningkatkan
risiko infeksi.
 Comforting : dapat dilakukan pemberian pengurang rasa nyeri.
Dapat diberikan penghilang nyeri berupa :
 Paracetamol dan codein (PO-per oral)- 20-30mg/kg
 Morphine (IV-intra vena) 0,1mg/kg diberikan dengan dosis titrasi bolus
 Morphine (I.M-intramuskular) 0,2mg/kg
Tatalaksana luka bakar minor
 Pemberian pengurang rasa nyeri harus adekuat. Pada anak-anak dapat membutuhkan morfin sebelum penilaian luka
bakar dan pembalutan awal.
 Pada luka bakar mengenai anggota gerak atas disarankan imobilisasi denga balut dan bidai
 Pemeriksaan status tetanus pasien
 Pembalutan tertutup disarankan untuk luka bakar partial thickness. Cairan yang keluar dari luka bakar
menentukan frekuensi penggantian balutan
Lakukan pertolongan dengan prioritas penatalaksanaan (ABC)
a. Untuk gangguan saluran nafas, lakukan pembersihan jalan nafas dari kotoran, karbon, darah yang ada di
hidung, segera berikan oksigen 8-10 liter per menit dengan sungkup. Bila terjadi sumbatan pernafasan,
lakukan prosesur krikotirotomi atau pipa endotrakheal
b. Untuk gangguan mekanisme bernafas, setelah melakukan perhitungan frekuensi pernafasan, perhatikan
adanya eskar melingkar di dinding dada dan adaya riwayat cedera dada.
c. Untuk gangguan sirkulasi perhatikan adanya gejala dan tanda syok: bila dijumpai syok, resusitasi cairan
dilakukan dengan segera berikan RL melalui IV secara singkat.
Moenadjatm, Yefta. 2001.Pengetahuan Klinis Praktis Luka Bakar. Jakarta : FKUI

11. Indikasi dirujuk di rumah sakit pada kasus luka bakar?


12. Sebutkan komplikasi dari luka bakar bagi organ tubuh?
KEMATIAN PADA LUKA BAKAR

Ada berbagai macam penyebab kematian pada luka bakar, antara lain syokneurogenik, hipovolemik, asfiksia, dan
sepsis.18Kematian karena luka bakar dapat dibagi menjadi 2 yaitu kematian cepat dan kematian lambat.10Kematian
cepat adalahkematian yang dilihat menurut waktunya dalam beberapa menitsampai berapa jam darikecelakaanyangdapat terjadi
darisyok neurogenik(nyeriyang sangat parah), lukaakibat panas(menyebabkan terjadinyahipovolemia, shock dan kegagalan
ginjal akut),luka pada pernafasan,dsb.Kematian lambat terjadi sebagai hasil beberapa kemungkinan komplikasi, antaralain
kehilangan cairan berkelanjutan sehinggaterjadi shock yang tertunda atau gagalginjal, kegagalan respirasi yangterjadi
sebagai akibat dari komplikasi kerusakanepithelium pernapasan danacuterespiratory distress syndrome (ARDS), sepsis
yangterjadi terutama karena pneumonia, serta kematiankarena emboli paru sebagai akibatimobilisasi yang lama.

Sumber:.Purwadianto,Kristal-kristal Ilmu Kedokteran Forensik. Jakarta : FK UI; 1991

2.1.7Komplikasi Luka BakarKomplikasi luka bakar dapat berasal dari luka itu sendiri atau dari ketidakmampuan tubuh saat
proses penyembuhan luka (Notoatmodjo, 2010)

1.Infeksi luka bakarInfeksi pada luka bakar merupakan komplikasi yang paling sering terjadi.Sistem integumenmemiliki
peranan sebagai pelindung utama dalam melawan infeksi.Kulit yang rusak atau nekrosis menyebabkan tubuh lebih rentan
terhadap patogen di udara seperti bakteri dan jamur.Infeksi juga dapat terjadi akibat penggunaan tabung 13dan kateter.Kateter
urin dapat menyebabkan infeksi traktus urinarius, sedangkan tabung pernapasan dapat memicu infeksi traktus respirasi seperti
pneumonia.

68
2.Terganggunya suplai darah atau sirkulasiPenderita dengan kerusakan pembuluh darah yang berat dapat menyebabkan kondisi
hipovolemik atau rendahnya volume darah. Selain itu, trauma luka bakar berat lebih rentan mengalami sumbatan darah (blood
clot)pada ekstremitas. Hal ini akibat lamanya waktu tirah baring pada pasien luka bakar. Tirah baring mampu mengganggu
sirkulasi darah normal, sehingga mengakibatkan akumulasi darah di vena yang kemudian akan membentuk sumbatan darah.

3.Komplikasi jangka panjang

Komplikasi jangka panjang terdiri dari komplikasi fisik dan psikologis.Pada luka bakar derajat III, pembentukan jaringan
sikatriks terjadi secara berat dan menetap seumur hidup.Pada kasus dimana luka bakar terjadi di area sendi.Hal ini terjadi ketika
kulit yang mengalami penyembuhan berkontraksi atau tertarik bersama.Akibarnya, pasien memiliki gerak terbatas pada area luka.
Selain itu, pasien dengan trauma luka bakar berat dapat mengalami tekanan stress pasca trauma atau post traumatic stress disorder
(PTSD). Depresi dan ansietas merupakan gejala yang sering ditemukan pada penderita

LUKA BAKAR (COMBUSTIO)

( Dr. Sunarso Kartohatmodjo Sp.B. MM )

BATASAN :
Suatu penyakit yang disebabkan oleh panas, arus listrik atau bahan kimia yang mengenai kulit, mukosa dan
jaringan lebih dalam

PATOFISIOLOGI
1. Akibat pertama luka bakar adalah syok karena kaget dan kesakitan.
Pembuluh kapiler yang terkena suhu tinggi rusak sel darah yang di dalamnya ikut rusak sehingga dapat
terjadi animea.
2. Meningkatnya permeabilitas menyebabkan udem dan menimbulkan bula dengan membawa serta
elektrolit. Hal ini menyebabkan berkurangnya volume cairan intra vaskuler. Tubuh kehilangan cairan
antara ½ % - 1 %, “Blood Volume ” setiap 1 % luka bakar.
Kerusakan kult akibat luka bakar menyebabkan kehilangan cairan tambahan karena penguapan yang
berlebih (insensible water loss meningkat).
3. Bila luka bakar lebih dari 20 % akan terjadi syok hipovolemik dengan gejala yang khas yaitu : gelisah,
pucat dingin berkeringat, nadi kecil, dan cepat, tekanan darah menurun dan produksi urine menurun
(kegagalan fungsi ginjal).
4. Pada kebakaran daerah muka dapat terjadi kerusakan mukosa jalan nafas karena gas, asap atau uap
panas yang terisa. Gejala yang timbul adalah sesak nafas, takipneu, stridor, suara serak dan berdahak
berwarna gelap karena jelaga.
Dapat juga terjadi keracunan gas CO atau gas beracun lain. CO akan mengikat hemoglobin dengan kuat
sehingga tak mampu mengikat oxygen lagi.
Tanda keracunan yang ringan adalah lemas, binggung, pusing, mual dan muntah. Pada keracunan berat
terjadi koma. Bila lebih 60 % hemoglobin terikat CO, penderita akan meninggal.
5. Pada luka bakar yang berat terjadi ileus paralitik.
Stres dan beban faali yang terjadi pada luka bakar berat dapat menyebabkan tukak di mukosa lambung
atau duodenum dengan gejala yang sama gejala tukak peptic. Kelainan ini dikenal dengan “Tukak
Curling” yang dikhawatirkan pada tukak Curling ini adalah pendarahan yang timbul sebagai hematesis
melena.
FREKWENSI :
Di Amerika di laporkan sekitar 2 sampai 3 juta penderita setiap tahunnya dengan jumlah kematian 5 - 6
ribu kematian pertahun, sedangkan di Indonesia belum ada laporan tertulis.
Rumah Sakit Cipto Mangun Kusumo Jakarta pada tahun 1998 di laporkan 107 kasus luka bakar yang
dirawat, dengan angka kematian 37,38 sedangkan di Rumah Sakit Dr. Sutomo Surabaya pada tahun 2000
dirawat 106 kasus luka bakar, kematian 26, 41 %

PEMERIKSAAN DAN DIAGNOSIS


o Secara klinis

69
o Laboratorium : Hb, Hematokrit, Electrolit dsb

KOMPLIKASI
1. Syok karena kehilangan cairan.
2. Sepsis / toksis.
3. Gagal Ginjal mendadak
4. Peneumonia

PROGNOSA :
 Tergantung derajad luka bakar.
 Luas permukaan
 Daerah yang terkena, perineum, ketiak, leher dan tangan karena sulit perawatan dan mudah kontraktur.
 Usia dan kesehatan penderita.

FASE LUKA BAKAR


Untuk mempermudah penanganan luka bakar maka dalam perjalanan penyakitnya dibedakan dalam 3 fase
akut, subakut dan fase lanjut. Namun demikian pembagian fase menjadi tiga tersebuttidaklah berarti
terdapat garis pembatas yang tegas diantara ketiga fase ini. Dengan demikian kerangka berpikir dalam
penanganan penderita tidak dibatasi oleh kotak fase dan tetap harus terintegrasi. Langkah penatalaksanaan
fase sebelumnya akan berimplikasi klinis pada fase selanjutnya.
1. Fase akut / fase syok / fase awal.
Fase ini mulai dari saat kejadian sampai penderita mendapat perawatan di IRD / Unit luka bakar. Pada
fase ini penderita luka bakar, seperti penderita trauma lainnya, akan mengalami ancaman dan gangguan
airway (jalan napas), breathing (mekanisme bernafas) dan gangguan circulation (sirkulasi). Gangguan
airway tidak hanya dapat terjadi segera atau beberapa saat setelah terjadi trauma , inhalasi dalam 48-72
jam pasca trauma. Cedera inhalasi merupakan penyebab kematian utama penderita pada fase akut. Pada
fase ini dapat terjadi juga gangguan keseimbangan sirkulasi cairan dan elektrolit akibat cedera
termal/panas yang berdampak sistemik. Adanya syok yang bersifat hipodinamik dapat berlanjut dengan
keadaan hiperdinamik yang masih berhubungan akibat problem instabilitas sirkulasi.
Permasalahan dan penanganan pada fase ini akan menjadi bahasan utama dalam makalah ini.
2. Fase Subakut
Fase ini berlangsung setelah fase syok berakhir atau dapat teratasi. Luka yang terjadi dapat
menyebabkan beberapa masalah yaitu :
a. Proses inflamasi atau infeksi.
b. Problem penutupan luka
c. Keadaan hipermetabolisme.
3. Fase Lanjut
Fase ini penderita sudah dinyatakan sembuh tetapi tetap dipantau melalui rawat jalan. Problem yang
muncul pada fase ini adalah penyulit berupa parut yang hipertrofik, keloid, gangguan pigmentasi,
deformitas dan timbulnya kontraktur.

PENYEBAB LUKA BAKAR


Berdasarkan penyebab luka bakar, luka bakar dibedakan atas beberapa jenis penyebab, antara lain :
1. Luka bakar karena api
2. Luka bakar karena air panas
3. Luka bakar karena bahan kimia
4. Luka bakar karena listrik, petir dan radiasi
70
5. Luka bakar karena sengatan sinar matahari.
6. Luka bakar karena tungku panas/udara panas
7. Luka bakar karena ledakan bom.

DERAJAT KEDALAMAN
Kedalaman kerusakan jaringan akibat luka bakar tergantung pada derajat panas sumber, penyebab dan
lamanya kontak dengan tubuh penderita. Dahulu Dupuytren membagi atas 6 tingkat, sekarang lebih praktis
hanya dibagi 3 tingkat/derajat, yaitu sebagai berikut:
1. Luka bakar derajat I :
Kerusakan terbatas pada lapisan epidermis (surperficial), kulit hipermik berupa eritem, tidak dijumpai
bullae, terasa nyeri karena ujung-ujung saraf sensorik teriritasi. Penyembuhan terjadi secara spontan
tanpa pengobatan khusus.

2. Luka bakar derajat II


Kerusakan meliputi epidermis dan sebagian dermis, berupa reaksi inflamasi disertai proses eksudasi.
Terdapat bullae, nyeri karena ujung-ujung saraf sensorik teriritasi.
Dibedakan atas 2 (dua) bagian :
A. Derajat II dangkal/superficial (IIA)
Kerusakan mengenai bagian epidermis dan lapisan atas dari corium/dermis. Organ – organ kulit
seperti folikel rambut, kelenjar sebecea masih banyak. Semua ini merupakan benih-benih epitel.
Penyembuhan terjadi secara spontan dalam waktu 10-14 hari tanpa terbentuk cicatrik.
B. Derajat II dalam / deep (IIB)
Kerusakan mengenai hampir seluruh bagian dermis dan sisa – sisa jaringan epitel tinggal sedikit.
Organ – organ kulit seperti folikel rambut, kelenjar keringat, kelenjar sebacea tinggal sedikit.
Penyembuhan terjadi lebih lama dan disertai parut hipertrofi. Biasanya penyembuhan terjadi dalam
waktu lebih dari satu bulan.

71
3. Luka bakar derajat III
Kerusakan meliputi seluruh tebal kulit dan lapisan yang lebih dalam sampai mencapai jaringan
subkutan, otot dan tulang. Organ kulit mengalami kerusakan, tidak ada lagi sisa elemen epitel. Tidak
dijumpai bullae, kulit yang terbakar berwarna abu-abu dan lebih pucat sampai berwarna hitam kering.
Terjadi koagulasi protein pada epidermis dan dermis yang dikenal sebagai esker. Tidak dijumpai rasa
nyeri dan hilang sensasi karena ujung – ujung sensorik rusak.
Penyembuhan terjadi lama karena tidak terjadi epitelisasi spontan.

LUAS LUKA BAKAR


Wallace membagi tubuh atas bagian – nagian 9 % atau kelipatan dari 9 terkenal dengan nama Rule of Nine
atau Rule of Wallace.
Kepala dan leher  9%
Lengan  18 %
Badan Depan  18 %
Badan Belakang  18 %
Tungkai  36 %

72
Genitalia/perineum  1%
Total  100 %

Dalam perhitungan agar lebih mempermudah dapat dipakai luas telapak tangan penderita adalah 1 % dari
luas permukaan tubuhnya. Pada anak –anak dipakai modifikasi Rule of Nine menurut Lund and Brower,
yaitu ditekankan pada umur 15 tahun, 5 tahun dan 1 tahun.

KRITERIA BERAT RINGANNYA


(American Burn Association)
1. Luka Bakar Ringan.
- Luka bakar derajat II <15 %
- Luka bakar derajat II < 10 % pada anak – anak
- Luka bakar derajat III < 2 %
2. Luka bakar sedang
73
- Luka bakar derajat II 15-25 % pada orang dewasa
- Luka bakar II 10 – 20 5 pada anak – anak
- Luka bakar derajat III < 10 %
3. Luka bakar berat
- Luka bakar derajat II 25 % atau lebih pada orang dewasa
- Luka bakar derajat II 20 % atau lebih pada anak – anak.
- Luka bakar derajat III 10 % atau lebih
- Luka bakar mengenai tangan, wajah, telinga, mata, kaki dan genitalia/perineum.
- Luka bakar dengan cedera inhalasi, listrik, disertai trauma lain.

PENATALAKSANAAN PENDERITA LUKA BAKAR FASE AKUT.


Pada penanganan penderita dengan trauma luka bakar, seperti pada penderita trauma – trauma lainnya harus
ditangani secara teliti dan sistematik.
I. Evaluasi Pertama (Triage)
A. Airway, sirkulasi, ventilasi
Prioritas pertama penderita luka bakar yang harus dipertahankan meliputi airway, ventilasi dan
perfusi sistemik. Kalau diperlukan segera lakukan intubasi endotrakeal, pemasangan infuse untuk
mempertahankan volume sirkulasi
B. Pemeriksaan fisik keseluruhan.
Pada pemeriksaan penderita diwajibkan memakai sarung tangan yang steril, bebaskan penderita
dari baju yang terbakar, penderita luka bakar dapat pula mengalami trauma lain, misalnya
bersamaan dengan trauma abdomen dengan adanya internal bleeding atau mengalami patah tulang
punggung / spine.
C. Anamnesis
Mekanisme trauma perlu diketahui karena ini penting, apakah penderita terjebak dalam ruang
tertutup sehingga kecurigaan adanya trauma inhalasi yang dapat menimbulkan obstruksi jalan
napas. Kapan kejadiannya terjadi, serta ditanyakan penyakit – penyakit yang pernah di alami
sebelumnya.
D. Pemeriksaan luka bakar
Luka bakar diperiksa apakah terjadi luka bakar berat, luka bakar sedang atau ringan.
1. Ditentukan luas luka bakar. Dipergunakan Rule of Nine untuk menentukan luas luka bakarnya.
2. Ditentukan kedalaman luka bakar (derajat kedalaman)

II. Penanganan di Ruang Emergency


1. Diwajibkan memakai sarung tagan steril bila melakukan pemeriksaan penderita.
2. Bebaskan pakaian yang terbakar.
3. Dilakukan pemeriksaan yang teliti dan menyeluruh untuk memastikan adnya trauma lain yang
menyertai.
4. Bebaskan jalan napas. Pada luka bakar dengan distress jalan napas dapat dipasang endotracheal
tube. Traheostomy hanya bila ada indikasi.
5. Pemasangan intraveneous kateter yang cukup besar dan tidak dianjurkan pemasanga scalp vein.
Diberikan cairan ringer Laktat dengan jumlah 30-50 cc/jam untuk dewasa dan 20-30 cc/jam untuk
anak – anak di atas 2 tahun dan 1 cc/kg/jam untuk anak dibawah 2 tahun.
6. Dilakukan pemasangan Foley kateter untuk monitor jumlah urine produksi. Dicatat jumlah
urine/jam.
7. Di lakukan pemasangan nosogastrik tube untuk gastric dekompresi dengan intermitten pengisapan.
8. Untuk menghilangkan nyeri hebat dapat diberikan morfin intravena dan jangan secara
intramuskuler.
9. Timbang berat badan
10. Diberikan tetanus toksoid bila diperlukan. Pemberian tetanus toksoid booster bila penderita tidak
74
mendapatkannya dalam 5 tahun terakhir.
11. Pencucian Luka di kamar operasi dalam keadaan pembiusan umum. Luka dicuci debridement dan
di disinfektsi dengan salvon 1 : 30. Setelah bersih tutup dengan tulle kemudian olesi dengan Silver
Sulfa Diazine (SSD) sampai tebal. Rawat tertutup dengan kasa steril yang tebal. Pada hari ke 5
kasa di buka dan penderita dimandikan dengan air dicampur Salvon 1 : 30
12. Eskarotomi adalah suatu prosedur atau membuang jaringan yang mati (eskar)dengan teknik eksisi
tangensial berupa eksisi lapis demi lapis jaringan nekrotik sampai di dapatkan permukaan yang
berdarah.
Fasiotomi dilakukan pada luka bakar yang mengenai kaki dan tangan melingkar, agar bagian distal
tidak nekrose karena stewing.
13. Penutupan luka dapat terjadi atau dapat dilakukan bila preparasi bed luka telah dilakukan dimana
didapatkan kondisi luka yang relative lebih bersih dan tidak infeksi. Luka dapat menutup tanpa
prosedur operasi. Secara persekundam terjadi proses epitelisasi pada luka bakar yang relative
superficial.
Untuk luka bakar yang dalam pilihan yang tersering yaitu split tickness skin grafting. Split tickness
skin grafting merupakan tindakan definitive penutup
luka yang luas. Tandur alih kulit dilakukan bila luka tersebut tidak sembuh – sembuh dalam waktu 2
minggu dengan diameter > 3 cm.

PENANGANAN SIRKULASI

Pada luka bakarberat / mayor terjadi perubahan permeabilitaskapiler yang akan diikuti dengan ekstrapasi
cairan (plasma protein dan elektrolit) dari intravaskuler ke jaringan interfisial mengakibatkan terjadinya
hipovolemic intra vaskuler dan edema interstisial. Keseimbangan tekanan hidrostatik dan onkotik tergangu
sehingga sirkulasi kebagian distal terhambat, menyebabkan gangguan perfusi / sel / jaringan / organ.
Pada luka bakar yang berat dengan perubahan permeabilitas kapiler yang hamper menyeluruh, terjadi
penimbunan cairan massif di jaringan interstisial menyebabkan kondisi hipovolemik. Volume cairan
intravaskuler mengalami deficit, timbul ketidakmampuan menyelenggaraan proses transportasi oksigen ke
jaringan. Keadaan ini dikenal dengan sebutan syok. Syok yang timbul harus diatasi dalam waktu singkat,
untuk mencegah kerusakan sel dan organ bertambah parah, sebab syok secara nyata bermakna memiliki
korelasi dengan angka kematian.
Beberapa penelitian membuktikan bahwa penatalaksanaan syok dengan metode resusutasi cairan
konvensional (menggunakan regimen cairan yang ada) dengan penatalaksanaan syok dalam waktu singkat,
menunjukkna perbaikkan prognosis, derajat kerusakan jaringan diperkecil (pemantauan kadar asam laktat),
hipotermi dipersingkat dan koagulatif diperkecil kemungkinannya, ketiganya diketahui memiliki nilai
prognostic terhadap angka mortalitas.
Pada penanganan perbaikan sirkulasi pada luka bakar dikenal beberapa formula berikut :
- Evans Formula
- Brooke Formula
- Parkland Formula
- Modifikasi Formula
- Monafo Formula

RESUSTASI CAIRAN

BAXTER formula Hari Pertama :

Dewasa : Ringer Laktat 4 cc x berat badan x % luas luka bakar per 24 jam Anak : Ringer
Laktat: Dextran = 17 : 3
2 cc x berat badan x % luas luka ditambah kebutuhan faali.

Kebutuhan faali :

75
< 1 Tahun : berat badan x 100 cc 1 – 3 Tahun
: berat badan x 75 cc 3 – 5 Tahun
: berat badan x 50 cc

½ jumlah cairan diberikan dalam 8 jam pertama.


½ diberikan 16 jam berikutnya. Hari kedua
Dewasa : ½ hari I
Anak : diberi sesuai kebutuhan faali

Menurut Evans - Cairan yang dibutuhkan :

1. RL / NaCl = luas combustio ……% X BB/ Kg X 1 cc


2. Plasma = luas combustio ……% X BB / Kg X 1 cc
3. Pengganti yang hilang karena penguapan D5 2000 cc

Hari I --- 8 jam X ½


--- 16 jam X ½

Hari II -- ½ hari I


Hari ke III --- kari ke II
PENANGANAN PERNAPASAN
Trauma inhalasi merupakan foktor yang secara nyata memiliki kolerasi dengan angka kematian. Kematian
akibat trauma inhalasi terjasi dalam waktu singkat 8 sampai 24 jam pertama pasca operasi.
Pada kebakaran dalam ruangan tertutup atau bilamana luka bakar mengenai daerah muka / wajah dapat
menimbulkan kerusakan mukosa jalan napas akibat gas, asap atau uap panas yang terhisap. Edema yang
terjadi dapat menyebabkan gangguan berupa hambatan jalan napas karena edema laring.
Trauma panas langsung adalah terhirup sesuatu yang sangat panas, produk produk yang tidak sempurna
dari bahan yang terbakar seperti bahan jelaga dan bahan khusus yang menyebabkan kerusakan dari mukosa
lansung pada percabangan trakheobronkhial.
Keracunan asap yang disebabkan oleh termodegradasi material alamiah dan materi yang diproduksi.
Termodegradasi menyebabkan terbentuknya gas toksik seperti hydrogen sianida, nitrogen oksida, hydrogen
klorida, akreolin dan partikel – partikel tersuspensi. Efek akut dari bahan kimia ini menimbulkan iritasi dan
bronkokonstriksi pada saluran napas. Obstruksi jalan napas akan menjadi lebih hebat akibat adanya
tracheal bronchitis dan edem.
Efek intoksikasi karbon monoksida (CO) mengakibatkan terjadinya hipoksia jaringan. Karbon
monoksida (CO) memiliki afinitas yang cukup kuat terhadap pengikatan hemoglobin dengan kemampuan
210 – 240 kali lebih kuat disbanding kemampuan O2. Jadi CO akan memisahkan O2 dari Hb sehingga
mengakibatkan hipoksia jaringan.
Kecurigaan adanya trauma inhalasi bila pada penderita luka bakar mengalami hal sebagai berikut.
1. Riwayat terjebak dalam ruangan tertutup.
2. Sputum tercampur arang.
3. Luka bakar perioral, termasuk hidung, bibir, mulut atau tenggorokan.
4. Penurunan kesadaran termasuk confusion.
5. Terdapat tanda distress napas, seperti rasa tercekik. Tersedak, malas bernafas atau adanya wheezing
atau rasa tidak nyaman pada mata atau tenggorokan, menandakan adanya iritasi mukosa.
6. Adanya takipnea atau kelainan pada auskultasi seperti krepitasi atau ronhi.
7. Adanya sesak napas atau hilangnya suara.

76
Bilamana ada 3 tanda / gejala diatas sudah cukup dicurigai adanya trauma inhalasi. Penanganan penderita
trauma inhalasi bila tanpa distress pernapasan maka harus dilakukan trakheostomi. Penderita dirawat diruang
resusitasi instalasi gawat darurat sampai kondisi stabil.

MONITORING PENDERITA LUKA BAKAR FASE AKUT

Monitoring penderita luka bakar harus diikuti secara cermat. Pemeriksaan fisik meliputi inspeksi, penderita
palpasi, perkusi dan auskultasi adalah prosedur yang harus dilakukan pada perawatan penderita.
Pemeriksaan laboratoris untuk monitoring juga dilakukan untuk mengikuti perkembanagn keadaan
penderita. Monitoring penderita kita dibagi dalam 3 situasi yaitu pada saat di triage, selama resusitasi (0-72
jam pertama)dan pos resustasi.

I. Triage – Intalasi Gawat Darurat


A. A-B-C : Pada waktu penderita datang ke Rumah sakit, harus dinilai dan dilakukan segera diatasi
adakah problem airway, breathing, sirkulasi yang segera diatasi life saving. Penderitaluka bakar dapat
pula mengalami trauma toraks atau mengalami pneumotoraks.
B. VITAL SIGN : Monitoring dan pencatatan tekanan darah, repsirasi, nadi, rectal temperature.
Monitoring jantung terutama pada penderita karena trauma listrik, dapat terjadi aritmia ataupun sampai
terjadi cardiac arrest.
C. URINE OUTPUT : Bilamana urine tidak bisa diukur maka dapat dilakukan pemasangan foley kateter.
Urine produksi dapat diukur dan dicatat tiap jam. Observasi urine diperiksa warna urine terutama pada
penderita luka bakar derajat III atau akibat trauma listrik, myoglobin, hemoglobin terdapat dalam urine
menunjukkna adanya kerusakaan yang hebat.

II. MONITORING DALAM FASE RESUSITASI


(sampai 72 jam)
1. Mengukur urine produksi. Urine produksi dapat sebagai indikator apakah resusitasi cukup adekuat /
tidak. Pada orang dewasa jumlah urine 30-50 cc urine/jam.
2. Berat jenis urine. Pascatrauma luka bakar jenis dapat normal atau meningkat. Keadaan ini dapat
menunjukkna keadaan hidrasi penderita. Bilamana berat jenis meningkat berhubungan dengan naiknya
kadar glukosa urine.
3. Vital Sign
4. pH darah.
5. Perfusi perifer
6. laboratorium
a. serum elektrolit
b. plasma albumin
c. hematokrit, hemoglobin
d. urine sodium
e. elektrolit
f. liver function test
g. renal function tes
h. total protein / albumin
i. pemeriksaan lain sesuai indikasi
7. Penilaian keadaan paru
Pemeriksaan kondisi paru perlu diobservasi tiap jam untuk mengetahui adanya perubahan yang terjadi
antara lain stridor, bronkhospam, adanya secret, wheezing, atau dispnae merupakan adannya impending
obstruksi.
Pemeriksaan toraks foto ini. Pemeriksaan arterial blood gas.
8. Penilaian gastrointestinal.
Monitoring gastrointestinal setiap 2-4 jam dengan melakukan auskultasi untuk mengetahui bising usus
dan pemeriksaan sekresi lambung. Adanya darah dan pH kurang dari 5 merupakan tanda adanya
Culing Ulcer.
9. Penilaian luka bakarnya.
Bila dilakukan perawatan tertutup, dinilai apakah kasa basah, ada cairan berbau atau ada tanda-tanda
pus maka kasa perlu diganti. Bila bersih perawatan selanjutnya dilakukan 5 hari kemudian.
Luka Bakar yang Perlu Perawatan Khusus

1. Luka Bakar Listrik.


2. Luka Bakar dengan trauma Inhalasi
3. Luka Bakar Bahan Kimia
4. Luka Bakar dengan kehamilan
Luka Bakar listrik

Luka bakar bisa karena voltase rendah atau voltase tinggi. Kerusakan jaringan tubuh disebabkan karena
beberapa hal berikut :
1. Aliran listrik (arus bolak-balik, alternating current / AC) merupakan energi dalam jumlah besar.
Berasal dari sumber listrik, melalui bagian tubuh yang memiliki resistensi paling rendah (cairan,
darah / pembuluh darah). Aliran listrik dalam tubuh menyebabkan kerusakan akibat yang
ditimbulkan oleh resistensi. Kerusakan dapat bersifat ekstensif local maupun sistemik
(otak/ensellopati, jantung/fibrilisasi ventrikel, otot/ rabdomiosis, gagal ginjal, dan sebagai berikut).
2. Loncatan energi yang ditimbulkan oleh udara yang berubah menjadi api.
3. Kerusakan jaringan bersifat lambat tapi pasti dan tidak dapat diperkirakan luasnya. Hal ini di
sebabkan akibat kerusakan system pembuluh darah di sepanjang bagian tubuh yang dialiri listrik
(trombosis, akulasi kapiler)

PENANGANAN/SPECIAL MANAGEMENT

A. PRIMARY SURVEY
a. Airway – cervical spine.
b. Breathing
c. Circulation
d. Disability-Pemeriksaan kesadaran GCS dan periksa pupil
e. Exposure-cegah penderita dari hipotermi.
B. SECOUNDARY SURVEY
1. Pemeriksaan dari kepala sampai kaki.
2. Pakaian dan perhiasan dibuka
a. Periksa titik kontak
b. Estimasi luas luka bakar / derajat luka bakarnya.
c. Pemeriksaan neurologist
d. Pemeriksaan traumalain, patah tulang/dilokasi.
e. Kalau perlu dipasang endotrakeal intubasi.
C. RESUSITASI
1. Bila didapatkan luka bakar, dapat diberikan cairan 2-4 cc/kg/ luas luka bakar.
2. Kalau didapatkan haemocromogen (myoglobin), urine output dipertahankan antara 75-100 cc/jam
sampai tampak menjadi jernih.
3. Sodium bicarbonate dapat ditambahkan pada ringer laktat sampai pH > 6,0
4. Monitor jarang dipergunakan.
D. CARDIAC MONITORING
1. Monitoring ECG kontinu untuk disritmia.
2. ventricular fibrilasi, asystole dan aritmia diterapi sesuai Advanced Cardiac Live Support.
III. MONITORING POST RESUSITASI (72 jam
pascatrauma)
Hal hal yang perlu diobservasi setiap harinya secara sistematik dan teliti meliputi observasi klinis dan data
pemeriksaan laboratorium yaitu :
1. Cairan – elektrolit
2. Keadaan luka bakarnya
3. Kondisi potensial infeksi
4. Status nutrisi / gizi

Luka bakar dengan trauma inhalasi

 Pada kebakaran dalam ruangan tertutup (in door)


 Luka bakar mengenai daerah muka / wajah
 Dapat merusak mukosa jalan napas
 Edema laring  hambatan jalan napas.

Gejala

 Sesak napas
 Takipnea
 Stridor
 Suara serak
 Dahak berwarna gelap (jelaga)

Hati – hati kasus trauma inhalasi  mematikan Mekanisme


kerusakan saluran napas.
1. Trauma panas langsung
Terhirupnya sesuatu yang panas, produk dari bahan yang terbakar, seperti jelaga dan bahan khusus
menyebabkan kerusakan mukosa langsung pada percabangan trakeobronkial.
2. Keracunan asap yang toksik
Akibat termodegradasi material alamiah dan material yang diproduksi  terbentuk gas toksik
(beracun), misalnya hydrogen sianida, nitrogen dioksida, nitrogen klorida, akreolin  iritasi dan
bronkokonstriksi saluran napas. Obstruksi jalan napas akan menjadi lebih hebat akibat
trakealbronkitis dan edema.
3. Intoksikasi karbon monoksida (CO)
Intoksikasi CO  hipoksia jaringan. Gas CO memiliki afinitas cukup kuat terhadap pengikatan
hemoglobin (210-240 kali lebih kuat di banding dengan O2) CO  memisahkan O2 dari Hb 
hipoksia jarinagn. Peningkatan kadar karboksihemoglobin (COHb) dapat dipakai untuk evaluasi
berat / ringannya intoksikasi CO.

KLINIS

Kecurigaan adanya trauma inhalasi bila pada penderita luka bakar terdapat 3 atau lebih dari
keadaan berikut :
1. Riwayat terjebak dalam rumah/ ruangan terbakar
2. Sputum tercampur arang
3. Luka bakar perioral, hidung, bibir, mulut atau tenggorokan.
4. penurunan kesadaran.
5. Tanda distress napas, rasa tercekik, tersedak, malas bernapas dan adanya wheezing atau rasa
tidak nyaman pada mata atau tenggorokan (iritasi mukosa)
6. Gejala distress napas. Takipea
7. Sesak atau tidak ada suara.
Pada fase awal  kerusakan saluran napas akibat efek toksik yang langsung terhirup Pada fase lanjut 
edema paru dengan terjadinya hpoksemia progresif  ARDS
Korelasi tingkat keracunan CO / presentase COHb dengan kelainan neurologist

Kadar Keracunan CO Kelainan Neurologis

10-20 % (ringan) sakit kepala, binggung, mual


20-40 % (sedang) lekas marah, pusing, lapangan
penglihatan menyempit
40-60 % (berat) Halusinasi, ataksia, konvulsi atau koma, takipnea

Pemeriksaan tambahan :
1. Kadar karboksihemoglobin (COHb)
Pada trauma inhalasi, kadar COHb 35-45 % (berat), bahkan setelah 3 jam dari kejadian, kadar
COHb pada batas 20-25 %. Bila kadar COHb lebih dari 15 % setelah 3 jam kejadian  bukti kuat
terjadi taruama inhalasi.
2. Gas Darah
PaO2 yang rendah (kurang dari 10 kPa pada konsentrasi oksigen 50%, FiO2 = 0,5) mencurigakan
adanya trauma inhalasi. PaO2 biasanya normal pada fase awal, tetapi dapat meningkat pada fase
lanjut.
3. Foto Toraks  biasanya normal pada fase awal
4. Bronkoskopi Fiberoptic
Bila terdapat sputum beraran, edema mukosa, adanya bintik – bintik pendarahan dan ulserasi 
diagnosa trauma inhalasi.
5. Tes Fungsi paru
Scan Paru Xenon  tidak praktis. 80
Diagnosa Trauma Inhalasi :
1. Kecurigaan klinis
2. Riwayat kejadian
3. Pemeriksaan gad darh dan kadr COHb
4. Dikonfirmasi dengan bronkoskopi fiberoptic
5. pemeriksaan fungsi paru.
PENATALAKSANAAN

Tanpa Distres Pernapasan :

1. Intubasi / pipa endotrakeal.


2. Pemberian oksigen 2-4 liter / menit
3. Penghisapan secret secara berkala.
4. Humidifikasi dengan nebulizer.
5. Pemberian bronkodilator (Ventolin ® inhalasi)
6. Pemantauan gejala dan tanda distress pernapasan
A. Gejala Subyektif : gelisah, sesak napas.
B. Gejala Obyektif : Frekuensi napas meningkat ( > 30 kali / menit), sianotik, stridor, aktivitas
otot pernapasan tambahan, perubahannilai hasil pemeriksaan analisis gas darah (8jam
pertama . 24 jam sampai 4-5 hari.
C. Pemeriksaan :
1. Analisa gas darah
a. pada saat pertama kali (resusitasi)
b. 8 jam pertama
c. Setelah 24 jam kejadian
d. Selanjutnya sesuai kebutuhan
2. foto toraks 24 jam pasca kejadian.
7. Pemeriksaan radiologik (foto toraks) dikerjakan bila ada masalah pada jalan napas.
8. Posisi penderita duduk/etengah duduk, dirawat di bed observasi
9. Pelaksanaan di ruang resusitasi gawat darurat

Dengan Distres Pernapasan

Kasus ini diperlakukan secara khusus


Untuk mengatasi masalah distress pernapasan yang dijumpai :
1. Dilakukan trakeostomi dengan local anestesi, dengan atau tanpa kanul trakeostomi.
2. Pemberian oksigen 2 - 4 liter /menit melalui trakeostomi.
3. Pembersihan secret saluran pernapasan secara berkala serta bronchial washing.
4. Humidifikasi dengan nebulizer.
5. Pemberian bronkodilator (Ventolin ® inhalasi setiap 6 jam.
6. Pemantauan gejala dan tanda distress pernapasan.
A. Gejala subyektif : gelisah, sesak napas (dispnea)
B. Gejala obyektif : frekuensi napas meningkat (30-40 kali / menit), sianotik, stridor,
81
aktivitas otot pernapasan tambahan, perubahan hasil pemeriksaan analisis gas darah 98
jam pertama). Gambaran hasil infitrat paru dijumpai > 24 jam samapi 4-5 hari.
7. Pemeriksaan radiologik (foto toraks) dikerjakan bila masalah pernapasan telah diatasi.
8. kasus ini dirawat pada bed observasi dengan posisi duduk atau setengah duduk.
9. Pelaksanaan di ruang resusitasi instalasi gawat darurat.

Luka Bakar Kimia.

 Di Amerika Serikat terdapat 500.000 jenis kimia yang beredar. Sekitar 30.000 jenis yang
berbahaya.
 Dilaporkan 2-6 % kejadian luka bakar karena bahan kimia

Klafisikasi Bahan kimia :


1. Alkalis/Basa
Hidroksida, soda kaustik, kalium amoniak, litium, barium, kalsium atau bahan – bahan pembersih
dapat menyebabkan liquefaction necrosis dan denaturasi protein.
2. Acids/Asam
Asam hidroklorat, asam aksalat, asam sulfat, pembersih kamar mandi atau kolam renang dapat
menyebabkan kerusakan coagulation necrosis.
3. Organic Compounds
Fenol, creosote, petroleum, sebagai desinfektan kimia yang dapat
menyebabkankerusakana kutaneus, efek toksis terhadap ginjal dan liver.

Berat / ringannya trauma tergantung :


1. bahan
2. Konsentrasi
3. Volume
4. Lama kontak
5. Mekanisme trauma
Penatalaksanaan :

1. Bebaskan pakaian yang terkena


2. Irigasi dengan air yang kontinu
3. Hilangkan ras nyeri
4. Perhatikan airway, breathing dan circulation
5. Indenifikasi bahan penyebab.
6. Perhatikan bila mengenai mata.
7. Penanganan selajutnya sama seperti penanganan luka bakar.

Luka Bakar dan kehamilan

 Hati –hati terhadap komplikasi


 Komplikasi pada ibu dan janin
 Pada luka 60 % atau lebih menimbulkan terminasi spontan dari kehamilan.

Penatalaksanaan:

1. Segera dilakukan stabilisasi airway. Hipoksia dapat terjadi pada ibu dan janin
2. Distress napas hipoksia dapat menimbulkan resistensi vaskuler pada uterus, mengurangiuterus
blood flow dan oksigen ke janin menurun.
3. Monitoring janin
82

4. Konsultasi dengan spesialis kandungan


KOMPLIKASI

1. Terminasi kehamilan akibat hipotensi, hipoksia serta adanya gangguan cairan dan elektrolit.
2. Persalinan premature
3. Kematian janin intrauterine

KESIMPULAN

Mengingat kasus luka bakar merupakan suatu cidera berat yang memerlukan penanganan dan
penatalaksanaan yang sangat komplek dengan biaya yang cukup tinggi serta angka morbiditas dan
mortalitas karena beberapa faktor penderita, factor pelayanan petugas, factor fasilitas pelayanan dan
faktor cideranya. Untuk penanganan luka bakar perlu perlu diketahui fase luka bakar, penyebab luka
bakar, derajat
kedalaman luka bakar, luas luka bakar. Pada penanganan luka bakar seperti penanganan trauma yang
lain ditangani secara teliti dan sistematik. Penatalaksanaan sejak awal harus sebaik – baiknya karena
pertolongan pertama kali sangat menentukan perjalanan penyakit ini.

Daftar Pustaka :

1. M Sjaifudin Noer, Penanganan Luka Bakar, Airlangga University Press, 2006


2. David S. Perdanakusuma, Penanganan Luka bakar, Airlangga University Press, 2006
3. R Sjamsuhidajat, Wim De Jong, Buku Ajar Ilmu Bedah Penerbit Buku Kedokteran, EGC. 2007
4. Pedoman Diagnosis dan Terapi, Lab/ Ilmu Bedah, Rumah Sakit Dr. Sutomo Surabaya. 2006

83

Anda mungkin juga menyukai