Anda di halaman 1dari 60

ASUHAN KEPERAWATAN

PATOLOGI SISTEM
INTERGUMEN
DIKA LUKITANINGTYAS
A. LUKA BAKAR
• Luka bakar adalah suatu bentuk kerusakan atau kehilangan jaringan yang disebabkan kontak
dengan sumber panas, bahan kimia, listrik dan radiasi.
• Penyebab LB :

a. Luka bakar karena api


b. Luka bakar karena air panas
c. Luka bakar karena bahan kimia
d. Luka bakar karena listrik
e. Luka bakar karena radiasi
f. Luka bakar karena suhu rendah (frost bite)
• Klasifikasi LB berdasarkan kedalamanya:
 Luka bakar derajat I

Hanya lapisan luar kulit. Cirinya merah, bengkak,


lunak, nyeri.
 Luka bakar derajat II

Setengah lapisan kulit. Cirinya kasar, lepuh, nyeri.


 Luka bakar derajat III

Seluruh lapisan kulit. Cirinya pucat-berlilin,


hangus (hitam/arang)
• Luas LB (Rule of Nine) dewasa:

a. Kepala 9%
b. Badan depan bagian atas 9%
c. Badan depan bagian bawah 9%
d. Badan belakang bagian atas 9%
e. Badan belakang bagian bawah 9%
f. Lengan kanan 9%
g. lengan kiri 9%
h. tungkai kanan bagian depan 9%
i. Tungkai kanan bagian belakang 9%
j. Tungkai kiri bagian depan 9%
k. Tungkai kiri bagian belakang 9%
l. kelamin 1%
• Berdasarkan tingkat keseriusan luka

a. Luka bakar ringan/ minor


1) Luka bakar dengan luas < 15 % pada dewasa
2) Luka bakar dengan luas < 10 % pada anak dan usia lanjut
3) Luka bakar dengan luas < 2 % pada segala usia (tidak mengenai muka, tangan, kaki, dan
perineum.
b. Luka bakar sedang (moderate burn)
1) Luka bakar dengan luas 15 – 25 % pada dewasa, dengan luka bakar derajat III kurang dari 10
%
2) Luka bakar dengan luas 10 – 20 % pada anak usia < 10 tahun atau dewasa > 40 tahun, dengan
luka bakar derajat III kurang dari 10 %
3) Luka bakar dengan derajat III < 10 % pada anak maupun dewasa yang tidak mengenai muka,
tangan, kaki, dan perineum.
c. Luka bakar berat (major burn)
1) Derajat II-III > 20 % pada pasien berusia di bawah 10 tahun atau di atas usia
50 tahun
2) Derajat II-III > 25 % pada kelompok usia selain disebutkan pada butir pertama
3) Luka bakar pada muka, telinga, tangan, kaki, dan perineum
4) Adanya cedera pada jalan nafas (cedera inhalasi) tanpa memperhitungkan
luas luka bakar
5) Luka bakar listrik tegangan tinggi
6) Disertai trauma lainnya
7) Pasien-pasien dengan resiko tinggi.
PATWAY
Tata Laksana LB
1. Tata Laksana Resusitasi Jalan Nafas
- intubasi, pemberian oksigen 100%, section, terapi inhalasi
2. Tata Laksana Resusitasi Cairan
- Cara Evans:

1) Luas luka bakar (%) x BB (kg) menjadi mL NaCl per 24 jam


2) Luas luka bakar (%) x BB (kg) menjadi mL plasma per 24 jam
3) cc glukosa 5% per 24 jam
Catatan : Separuh dari jumlah 1+2+3 diberikan dalam 8 jam pertama. Sisanya
diberikan dalam 16 jam berikutnya. Pada hari kedua diberikan setengah jumlah
cairan hari pertama. Pada hari ketiga diberikan setengah jumlah cairan hari kedua.
- Cara Baxter
Luas luka bakar (%) x BB (kg) x 4 mL
Separuh dari jumlah cairan diberikan dalam 8 jam pertama. Sisanya diberikan
dalam 16 jam berikutnya. Pada hari kedua diberikan setengah jumlah cairan hari
pertama. Pada hari ketiga diberikan setengah jumlah cairan hari kedua.
3. Resusitasi nutrisi
Pada pasien luka bakar, pemberian nutrisi secara enteral sebaiknya dilakukan
sejak dini dan pasien tidak perlu dipuasakan. Bila pasien tidak sadar, maka
pemberian nutrisi dapat melalui naso-gastric tube (NGT). Nutrisi yang diberikan
sebaiknya mengandung 10-15% protein, 50-60% karbohidrat dan 25-30% lemak.
Pemberian nutrisi sejak awal ini dapat meningkatkan fungsi kekebalan tubuh dan
mencegah terjadinya atrofi vili usus.
Diagnosa Keperawatan
• Nyeri akut berhubungan dengan kerusakan kulit atau jaringan .
• Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan trauma
• Resiko tinggi kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan
cairan melalui rute abnormal luka.
• Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan pertahanan primer tidak
adekuat kerusakan perlindungan kulit
• Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan penurunan kekuatan dan
ketahanan
• Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan status
hipermetabolik
• Ansietas berhubungan dengan krisis situasi : kecacatan
• Gangguan citra tubuh berhubungan krisis situasi kecacatan.
Tindakan Keperawatan
• Resusitasi cairan
• Kajian nyeri kx secara komprehensif, menmberikan informasi tentang penyebab
nyeri, mengajarkan teknik relaksasi dan distraksi, mengobservasi tanda-tanda
vital.
• Lakukan perawatan luka bakar
• Jaga kebersihan kulit agar tetap bersih dan kering
• mobilisasi pasien (ubah posisi pasien) setiap dua jam sekali
• Kaji status nutrisi klien
B. HERPES
 Herpes Zoster
Menurut Mansjoer A (2007) Herpes zoster (dampa,cacar ular) adalah penyakit
yang disebabkan infeksi virus varisela-zoster yang menyerang kulit dan mukosa.
Infeksi ini merupakan reaktivasi virus yang terjadi setelah infeksi primer.
• Etiologi :
- Usia lebih dari 50 thn
- Orang yang mengalami penurunan kekebalan
Lanjutan
- Orang dengan terapi radiasi dan kemoterapi.
- Orang dengan transplantasi organ mayor seperti transplantasi sumsum tulang.
• Klasifikasi

Menurut lokasi lesinya, herpes zoster dibagi menjadi:


1. Herpes zoster oftalmikus
merupakan salah satu penyakit infeksi virus herpes zoster yg mengenai daerah mata
yang menimbulkan gejala berupa ruam kulit disertai nyeri pada salah satu sisi
wajah. (N V)
2. Herpes zoster fasialis
Herpes Z merupakan infeksi virus herpes yg ditandai timbulnya bintil kulit berisi
air pada salah satu sisi tubuh dan terasa nyeri. (N VII)
3. Herpes Zoster brakialis
4. Herpes Zoster thorakalis
Manifestasi Klinik:
a. Gejala Awal
- Gejala awal berlangsung selama 1-5 hari
- demam, sakit kepala, fatige, malaise, nusea, rash, kemerahan, sensitive, sore skin
( penekanan kulit), neri, (rasa terbakar atau tertusuk), gatal dan kesemutan.
Nyeri bersifat segmental dan dapat berlangsung terus menerus atau hilang
timbul. Nyeri juga bisa terjadi selama erupsi kulit.
- Gejala yang mempengaruhi mata : Berupa kemerahan, sensitive terhadap
cahaya, pembengkakan kelopak mata. Kekeringan mata, pandangan kabur,
penurunan sensasi penglihatan dan lain – lain
b. Erupsi Kulit
- Erupsi kulit hampir selalu unilateral dan biasanya terbatas pada daerah yang
dipersarafioleh satu ganglion sensorik. Erupsi dapat terjadi di seluruh bagian
tubuh, yang tersering di daerah ganglion torakalis
- Lesi baru dapat terus muncul sampai hari ke 3 dan kadang sampai hari ke 7.
- Erupsi kulit yang berat dapat meninggalkan makula hiperpigmentasi & jaringan
parut (pittedscar)
- Erupsi umumnya disertai nyeri pada (60-90%) kasus
• Pengobatan
a. Pengobatan topical
1) Pada stadium vesicular diberi bedak salicyl 2% atau bedak kocok untuk
mencegah vesikel pecah
2) Bila vesikel pecah dan basah, diberikan kompres dengan larutan antiseptik atau
kompres dingin 3 x sehari selama 20 menit
3) Apabila lesi berkrusta dan agak basah dapat diberikan salep antibiotik
(basitrasin / polysporin ) untuk mencegah infeksi sekunder selama 3 x sehari.
b. Pengobatan Sistemik
- Drug of choice- nya adalah acyclovir yang dapat mengintervensi sintesis virus
dan replikasinya. Dapat menurunkan keparahan penyakit dan nyeri. Dapat
diberikan secara oral, topical.
- Kortikosteroid dapat digunakan untuk menurunkan respon inflamasi dan efektif
namun penggunaannya masih kontroversi karena dapat menurunkan
penyembuhan dan menekan respon immune.
- Analgesik non narkotik dan narkotik diresepkan untuk manajemen nyeri dan
antihistamin diberikan untuk menyembuhkan priritus
 Herpes Zimplek
- Herpes simpleks adalah infeksi virus yang menyebabkan lesi atau lepuh pada
serviks, vagina, dan genitalia eksterna.( Smeltzer, Suzanne C, 2010)
- herpes simpleks disebabkan oleh virus herpes simpleks tipe I dan tipe II. Cara
penularan melalui hubungan kelamin, tanpa melalui hubungan kelamin, seperti :
melalui alat-alat tidur, pakaian, handuk,dll atau sewaktu proses persalinan/partus
pervaginam pada ibu hamil dengan infeksi herpes pada alat kelamin luar
• Faktor pencetus replikasi virus penyebab herpes simpleks :
1. Herpes oro-labial
a. Suhu dingin.
b. Panas sinar matahari.
c. Penyakit infeksi (febris).
d. Kelelahan.
e. Menstruasi.
2. Herpes Genetalis
a. Faktor pencetus pada herpes oro-labial.
b. Hubungan seksual.
c. Makanan yang merangsang.
d. Alcohol.
3. Keadaan yang menimbulkan penurunan daya tahan tubuh:
a. Penyakit DM berat.
b. Kanker.
c. HIV.
d. Obat-obatan (Imunosupresi, Kortikosteroid).
e. Radiasi
• Pengobatan
1. Terapi Spesifik;
a. Infeksi primer
1) Topikal : Penciclovir krim 1% (tiap 2 jam selama 4 hari) atau Acyclovir krim
5% (tiap 3 jam selama 4 hari). Idealnya, krim ini digunakan 1 jam setelah
munculnya gejala.
2) Sistemik : Valacyclovir tablet 2 gr sekali minum dalam 1 hari yang diberikan
begitu gejala muncul, diulang pada 12 jam kemudian, atau Acyclovir tablet 400
mg 5 kali sehari selama 5 hari, atau Famciclovir 1500 mg dosis tunggal yang
diminum 1 jam setelah munculnya gejala prodromal.
b. Infeksi Rekuren
• Terapi rekuren ditujukan untuk mengurangi angka kekambuhan dari herpes
genitalis, dimana tingkat kekambuhan berbeda pada tiap individu, bervariasi
dari 2 kali/tahun hingga lebih dari 6 kali/tahun. Terdapat 2 macam terapi dalam
mengobati infeksi rekuren, yaitu terapi episodik dan terapi supresif.
1) Terapi Episodik:
a) Acycovir, 400 mg p.o 3 x/hr, 5 hr, atau 800 mg 2 x/hr, 5 hr, atau 800 mg
p.o 3 x/hr,3 hr
b) Valacyclovir, 500 mg p.o 2 x/hr 3 hr, atau 1 gr p.o 1x/hr, 5 hr
c) Famciclovir, 125 mg p.o 2 x/hr,5 hr, atau 1 gr p.o 2 x/hr,1 hr
• 2) Terapi Supresif:
a) Acyclovir 400 mg p.o 2 x/hr selama 6 th, atau
b) Famciclovir 250 mg p.o 2 x/hr selama 1 th, atau
c) Valacyclovir 500 mg p.o 1x/hr selama 1 th, atau
d) Valacyclovir 1 gr p.o 1x/hr selama 1 th
2. Terapi Non-Spesifik;
Pengobatan non-spesifik ditujukan untuk memperingan gejala yang timbul berupa
nyeri dan rasa gatal. Rasa nyeri dan gejala lain bervariasi, sehingga pemberian
analgetik,
antipiretik dan antipruritus disesuaikan dengan kebutuhan individ
Diagnosa Keperawatan
1. Gangguan rasa nyaman nyeri b.d proses inflamasi virus
2. Gangguan integritas kulit b.d vesikel yang mudah pecah
3. Gangguan citra tubuh b.d perubahan penampilan, sekunder akibat penyakit
herpes.
4. Potensial terjadi penyebaran penyakit b.d infeksi virus
Tindakan Keperawatan
• Kaji adanya kerusakan kulit (lesi, ulserasi, abrasi)
• Anjurkan pasien untuk menggunakan pakaian yang longgar
• Jaga kebersihan kulit agar tetap bersih dan kering
• Gunakan teknik aseptic dalam perawatannya
• Batasi pengunjung dan minimalkan kontak langsung
• Jelaskan pada klien/keluarga proses penularannya
• Kolaborasi pemberian terapi
C. MORBUS HANSEN (LEPRA/KUSTA)
• Penyakit lepra merupakan disebabkan dari bakteri Mycobacterium Leprae, diserang
pada area kulit, tepi saraf maupun jaringan tubuh lainnya ( Abdillah , 2016).
• Etiologi:
- penyakit kusta yaitu kuman Mycobacterium leprae yang tahan asam (BTA)
- kuman aerob, yang tidak terbentuk spora dan terbentuk basil
- Bakteri masuk kedalam tubuh dengan cara melalui sebuah luka yang terbuka dan
adanya droolet secara langsung
- inkubasi 2 sampai 5 tahun dalam jangka 14 sampai 20 hari (Andareto Obi, 2015)
• Gejala:
• Demam
• Mual muntah
• Neuritis adalah gangguan penglihatan akibat peradangan pada saraf mata.
• Cephalgia adalah suatu kondisi terdapatnya rasa sakit di dalam kepala, kadang
sakit di belakang leher atau punggung bagian atas.
• Gejala kerusakan saraf seperti (sensorik, motorik, otonom).
• Kerusakan jaringan (kulit, mukosa traktus respiatorius atas, tulang jari dan
wajah (Andareto Obi, 2015)
Klasifikasi Kusta
Komplikasi
1. Menyerang ekstremitas Yang paling diserang yaitu pada saraf ulnaris dan
mengakibatkan jari keempat dan kelima seperti mencakar yang diakibatkan
oleh kehilangan dari fungsi otot. Pada saraf medianus apabila terinfeksi maka
akan menyebabkan kelumpuhan pada jari tangan.
2. Apabila pada hidung terinfeksi oleh bakteri maka akan menyebabkan
perdarahan, dan apabila tidak segera diobati akan merusak tulang rawan dan
sampai kehilangan hidungnya.
Lanjutan
3. Indera penglihatan Apabila penglihatan terinfeksi akan mengalami gangguan
penglihatan seperti buram dan terjadi keruh pada cairan mata, juga dapat
menyerang bagian saraf penglihatan dan dapat mengalami kebutaan.
4. Testis Apabila testis diserang maka dapat menyebabkan terjadinya infeksi
pada salurannya, dan jika tidak dilakukan terapi maka akan terjadi kerusakan
yang permanen.
Pemeriksaan Diagnostik
1. Pada pemeriksaan bakteriologis didapatkan : ada terdapat dalam
pengambilan spesimen dengan cara:
 Untuk mengambil sediaan apus yaitu dalam memeriksa bakteri lepra ialah :
-1) Daun telinga kanan dan kiri
-2) Sampai 2 tempat yang lain untuk luka kulit yang aktif
 Menghindari pemeriksaan hapusan lendir (tidak nyaman, positif palsu)
Lanjutan
• Indikasi pengambilan sediaan apus kulit :
a) Semua orang dicurigai menderita kusta
b) Semua pasien baru yang di diagnosis secara klinis sebagai pasien kusta.
c) Pasien yang kebal terhadap obat maupun terjadi kekambuhan (Nurhidayat S,
2015).
2. Pemeriksaan Serologik
Kegunaan dari pemeriksaan ini bertujuan untuk mendiagnosis penyakit kusta
dianggap meragukan, karena tanda klinis dan bakterologik tidak jelas dan bisa
sebagai penentuan gejala kusta subklinis karena tidak terdapatnya luka pada kulit
(Uji MLPA, Uji ELISA , ML Flow test (Menaldi, Bramono, dan Indriatmi, 2015)
3. Laboratorium lengkap : basil tahan asam.
Apabila ditemukan adanya mati rasa pada kulit dan kuman positif bisa
didiagnosis pasti.
4. Indeks Morfologi
Digunakan untuk mengetahui daya penularan kuman, mengevaluasi hasil
pengobatan,dan membantu menentukan resistensi terhadap obat
Pencegahan dan Penanggulangan Penyakit
Menular Kusta
• Pecegahan Primer
a. Promosi Kesehatan (Health Promotion):
- Melalui PenKes
- Gizi secara cukup sebagai tumbuh kembang atau perkembangan
- Menyediakan rumah yang sehat dan bersih
b. Specific Protection:
- Kebersihan perorangan, sanitasi lingk, penggunaan gizi tertentu
• Pencegahan Sekunder

Tujuannya memberhentikan proses penyakit serta menanggulangi komplikasinnya


dengan cara:
- Deteksi dini u/ Menyembuhkan dan mencegah penyakit berlanjut, mencegah
penyebaran/menular penyakit
- Pemberian Pengobatan u/ Pengobatan yang cukup untuk menghentikan proses
penyakit & Mencegah komplikasi yang lebih parah
• Pencegahan Tersier

Tujuannya memperkecil sebuah penderitaan yang dialami, dan menurunkan angka


kecacatannya, serta membantu sebuah adaptasi kepada pebnderita dalam beradaptasi
dalam kesehariannya yang tidak bisa diobati, dengan dilakukan kegiatan terdiri dari :
Disability limitation dan Rehabilitation
Pengobatan
• telah direkomendasikan pengobatan oleh WHO yaitu Multy Drug Therapy (MDT)
untuk kusta tipe Paubasiler maupun Multibasiler (Ditjen P2P, 2012)
• Tujuan MDT:

1. Mencegah kebal terhadap obat dan memutuskan rantai sebuah penularan


penyakit.
2. Mempersingkat atau memperpendek masa pengobatan
3. Lebih meningkatkan dalam konsumsi obat secara teratur
4. Mencegah kecacatan yang sebelumnya sudah muncul
• Pengobatan MDT ada juga yang berbentuk Blister dan macamnya ada 3 tipe MB dan PB pada
anak yaitu :
1. DDS (Dapson) atau Diamino Diphenyl Sulphane
a. Persediaannya obat warna putih, berbentuk tablet 50 mg &100 mg
b. Bersifat menghambat tumbuhnya sebuah kuman
c. Pemberian dosis pada orang dewasa yaitu 100 mg/hari dan pada anak diberikan dosis 50
mg/hari pada (umur 10-15 tahun).
2. Obat Lampren (B663) yaitu Klofazimin
- kapsul dengan 150 mg, ada yang 300 mg dan ada yang 450 mg.
- Sifatnya Bakterisidal yaitu kuman mati dalam 99 % dalam satu kali.
- Pemberiannya melalui oral dan cara meminumnya yaitu setengah jam sebelum makan agar
penyerapan lebih bagus
3. Rifampisin
a. Persediannya berbentuk dengan kapsul dengan 150 mg, ada yang 300 mg dan
ada yang 450 mg.
b. Sifatnya Bakterisidal yaitu kuman mati dalam 99 % dalam satu kali.
c. Pemberiannya melalui oral dan cara meminumnya yaitu setengah jam
sebelum makan agar penyerapan lebih bagus
• Dosis Regimen pengobatan MDT Pengobatan yang direkomendasikan oleh
WHO yaitu:
1. Pasien Paubasiler
a. Dewasa :
- kapsul rifampisin 2 yaitu 300 mg (600mg) dan satu dapson tablet yaitu 100 mg
- Untuk masa pengobatannya harian yaitu : Pada hari ke 2 sampai 28 dengan 1
tablet Dapson/100 mg DDS.
b. Untuk anak pada umur 10 sampai 15 tahun
Pengobatannya bulanan pada : hari awal atau pertama (obat diminum di depan
petugas) : 2 kapsul rifampisin 150 mg dan 300 mg dan 1 tablet dapson /DDS 50
mg. Pengobatan harian : hari ke 2-28 : 1 tablet dapson /DDS 50 mg.
2. Pasien Multibasiler (MB)
a. Dewasa
- Pengobatan bulanan : hari pertama (obat diminum di petugas) :2 kapsul rifampisin
@300 mg (600 mg), 3 tablet lampren @100 mg (300 mg), dan 1 tabet dapson / DDS 100
mg.
- Pengobatan harian : hari ke 2-28 :1 tablet lampren 50 mg, 1 tablet dapson/DDS 100 mg.
- Satu blister untuk 1 bulan. Dibutuhkan 12 blister yang diminum selama 12-18 bulan.

b. Untuk anak umur 10 sampai 15 tahun


- Pengobatan bulanan : hari pertama (obat diminum di depan petugas) : 2 kapsul
rifampisin 150 mg (300 mg), 3 tablet lampren @50 mg (150 mg), dan 1 tablet
dapson/DDS 50 mg.
D. DERMATITIS
• Dermatitis adalah suatu kondisi di mana terjadi peradangan pada kulit yang
menyebabkan ruam yang gatal sehingga kulit membengkak dan memerah. Kulit
yang terkena dermatitis biasanya melepuh, mengeluarkan cairan,
mengembangkan kerak, bahkan mengelupas.
• Dermatitis adalah peradangan hebat yang menyebabkan pembentukan lepuh
atau gelembung kecil (vesikel) pada kulit hingga akhirnya pecah dan
mengeluarkan cairan
Jenis - jenis dermatitis yang umum terjadi di
masyarakat
1. Dermatitis Atopik (Eksim)
Biasanya, kondisi ini dimulai pada masa bayi di mana terjadi ruam merah dan
sensasi gatal pada kulit menekuk, seperti disiku, belakang lutut, dan di area
depan leher. Ketika tergores, ruam dapat mengeluarkan cairan dan mengeras.
Biasanya pemicu dari dermatitis atopik adalah penggunaan sabun ataupun
deterjen yang tidak sesuai, stres, kelembapan rendah, cuaca dingin serta pemicu-
pemicu yang sifatnya lebih personal lainnya.
2. Dermatitis Kontak
Dermatitis kontak adalah ruam merah dan gatal yang disebabkan oleh kontak
langsung dengan suatu zat atau reaksi alergi terhadapnya. Ruam tidak menular
atau mengancam jiwa, tetapi bisa sangat tidak nyaman. Banyak zat dapat
menyebabkan reaksi seperti itu, termasuk sabun, kosmetik, wewangian, perhiasan,
dan tanaman tertentu.
3. Dermatitis Seboroik
Efek dermatitis jenis ini menyebabkan kulit mengalami bercak bersisik, kulit
memerah, bahkan ketombe yang membandel. Biasanya, dermatitis seboroik
memengaruhi area kulit yang berminyak, seperti wajah, dada bagian atas, dan
punggung. Selain itu, orang yang mengalami dermatitis seboroik rentan mengalami
pengulangan setiap kali sembuh.
• Dermatitis Numularis
yaitu ruam berbentuk koin atau luka yang muncul pada kulit. Kondisi ini dapat
terjadi setelah cedera. Luka bisa menyebar, berisi cairan, gatal, dan berkerak.
Kondisi ini dapat berlangsung selama berbulan-bulan
• Penyebab Dermatitis

1. Dermatitis atopik (eksim)


• Jenis penyakit kulit ini kemungkinan disebabkan oleh berbagai faktor, seperti:
• kulit kering,
• perbedaan kondisi genetik,
• masalah pada sistem imun,
• bakteri pada kulit,
• faktor lingkungan,
• adanya riwayat eksim dalam keluarga
• adanya riwayat alergi
2. Dermatitis kontak
• Penyakit ini terbagi menjadi dermatitis alergi kontak dan dermatitis iritan kontak. Dermatitis
kontak alergi disebabkan karena sentuhan langsung dengan pemicu alergi, sedangkan
dermatitis kontak iritan terjadi akibat kontak dengan zat penyebab iritasi.
• Beberapa alergen dan iritan yang sering menjadi penyebabnya yakni:
• tanaman poison ivy atau tanaman beracun yang berasal dari tanaman obat, bunga, buah-
buahan, dan sayuran,
• perhiasan dengan nikel,
• zat kimia dalam produk pembersih,
• parfum,
• kosmetik, serta
• zat pengawet pada krim dan losion
3. Dermatitis seboroik
• Peradangan kronis pada kulit kepala umumnya disebabkan oleh pertumbuhan
jamur Malassezia pada kelenjar minyak yang tersebar di kulit.
• Sistem imun kemungkinan bereaksi secara tidak wajar terhadap jamur tersebut
sehingga jamur dan minyak berkembang tanpa terkendali
4. Dermatitis Numularis
Faktor Pemicu Dermatitis Numularis, antara lain :
- Gigitan serangga yang menyebabkan luka atau goresan;
- Reaksi terhadap peradangan, seperti dermatitis atopik atau dermatitis statistik di
tempat lain pada tubuh;
Lanjutan
• Kulit kering akibat udara dingin;
• Paparan logam, seperti nikel;
• Aliran darah yang tidak lancar sehingga menyebabkan pembengkakan di kaki
bagian bawah;
• Efek samping dari krim antibiotik topikal, isotretinoin, dan interferon.
• Dermatitis Atopik • Dermatitis Kontak
• Dermatitis Soboroik • Dermatitis Numularis
 Hal yang dapat dilakukan untuk mengatasi gejala dermatitis :
• Jangan menggaruk kulit, karena dapat memperberat kondisi kulit
• Beri kompres dingin selama 15-20 mnt
• Mandi menggunakan air hangat (dpt meredakan gatal2)
• Gunakan pakaian yg berbahan katun, ini dilakukan karena katun dapat
menyerap keringat sehingga bahan ini juga aman dan lembut di kulit sehingga
tidak akan melukai area yang terkena dermatitis
• Menggunakan lottion
• Hindari hal2 yg menyebabkan stress
• Oleskan tea tree oil, Tea tree oil mengandung zat antijamur, dan antiradang
sehingga membantu mengatasi dermatitis seboroik. Cukup campurkan
beberapa tetes tea tree oil dengan minyak kelapa atau zaitun, lalu oleskan ke
kulit kepala Anda secara rutin.
• Menghindari pencetus alergen mis: sabun yang mengandung pewarna dan
pewangi. Pada beberapa orang, bahan ini bisa menyebabkan iritasi.
Pengobatan Dermatitis
• Pengobatan untuk dermatitis bisa berbeda-beda pada tiap orang, tergantung jenis dan
tingkat keparahannya.
• Pemberian salep kortikosteroid (salep hidrokortison) utk mengurangi gatal dan
peradangan
• Pemberian obat oral antihistamin (ex: Clorphenamine, Hydroxyine, dan Promethazine,
Cetrizine, Fexofenadine, dan Loratadine
• Pemberian Antibiotik jika dermatitis disertai infeksi
• Sampo Anti ketombe
• Note : untuk pemberian obat2 an lakukan kolaborasi dengan dokter
Masalah keperawatan
• Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan agen cidera kimiawi

• Hambatan rasa nyaman b.d stimulasi lingkungan yang mengganggu

• Risiko infeksi berhubungan dengan supresi respons inflamasi

• Gangguan citra tubuh b.d perubahan persepsi diri

• Ansietas b.d. hubungan interpersonal, ancaman pada status terkini


Tindakan keperawatan
• Kaji penyebab dari pruritus (contoh: kontak dermatitis, gangguan sistemik, dan medikasi)
• Kaji adanya kerusakan kulit (lesi, ulserasi, abrasi)
• Anjurkan pasien untuk menggunakan pakaian yang longgar
• Jaga kebersihan kulit agar tetap bersih dan kering
• Monitor kulit akan adanya kemerahan
• Oleskan lotion atau minyak/baby oil pada derah yang tertekan
• Monitor aktivitas dan mobilisasi pasien
• Monitor status nutrisi pasien
• Memandikan pasien dengan sabun dan air hangat
• Berikan antihistamin cream jika perlu

Anda mungkin juga menyukai