Anda di halaman 1dari 6

KEPEMIMPINAN DAN BERFIKIR SISTEM

” Studi Kasus Berdasarkan Lima Pilar ”

(Diajukan Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah Kepemimpinan dan Berfikir


Sistem)

Dosen Pengampu :

Dr. Ani Agus Puspawati, S.AP, M.AP

Disusun Oleh :

Indar Nuryati
NPM 1928021016

MAGISTER KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
2019
STUDY KASUS

Universitas islam negeri raden intan lampung adalah suatu perguruan


tinggi islam yang berada di jalan endro suratmin, sukarame bandar lampung.
Dalam studi kasus yang akan penulis bahas disini adalah mengenai fakultas
ushuluddin tepatnya program studi psikologi islam yang mana sejak dibukanya
jurusan tersebut memang sudah sangat controversial dimana akreditas belum jelas
bahkan sampai angkatan pertama sudah melaksanakan sidang akhir akreditas pun
akreditas baru beberapa bulan keluar.

Sebab itu lah pernah terjadi unjuk rasa yang dilakukan oleh jurusan
psikologi untuk menuntut segera dilaksnakannya akreditasi, hingga pada tahun
2019 akreditas jurusan pun turun namaun masih C hal tersebut terjadi karena
mungkin sarana dan prasarana yang belum memadai dan belum adanya
mahasiswa yang di wisuda.

Dikriminasi yang dialami oleh jurusan psikologi pun belum sampai disitu,
pernah suatu waktu tiba-tiba laboratorium yang sudah susah payah diupayakan
pengandaanya oleh dosen-dosen psikologi tiba-tiba akan dibongkar tanpa
sepengetahuan oleh kepala jurusan dan oleh mahasiswa psikologi itu sendiri.
Bahkan penanggung jawab laboratorium pun tidak diberikan surat pemberitahuan
terlebih dahalu oleh pihak kampus bahwa lab psikologi akan dibongkar, pihak
psikologi mengetahui lab akan dibongkar ketika ada salah satu mahasiswa yang
sedang membersihkan lab kemudian ada petugas yang menanyakan kunci lab
yang kemudian mengatakan akan membongkar lab tersebut dan akan diganti oleh
Fakultas Adab.

Kemudian hari itu pun kami sebagai mahasiswa membahas permasalah di


grup whatssapp jurusan psikologi, dan fakta-fakta lain pun bermunculan. Bahwa
ternyata salah satu dosen yang bertugas sebagai sekertaris jurusan psikologi
ternyata sudah membuat surat untuk pihak dekan dan pihak rektorat bahwasannya
lab tersebut adalah lab psikologi yang memang masih beroperasi, namun ternyata
terjadi kesalahpahaman sehingga surat tersebut lambat direspon oleh pihak atasan
kampus.
Selain masalah akreditasi dan masalah laboratorium ada masalah terbaru
yang dihadapi oleh jurusan psikologi yaitu lengsernya kepala jurusan psikologi
yang kami anggap sebagai mahasiswa psikologi ada sesuatu yang janggal, selain
kepala jurusan yang bukan lah dari jurusan psikologi melainkan dari jurusan
kesehatan yang basic nya adalah perawat, lengsernya kepala jurusan psikologi
dianggap aneh karena tidak ada pemberitahuan dan pertimbangan padahal dosen
yang menjabat kepala jurusan tersebut yang membuat jurusan psikologi lebih
maju lebih berkembang sehingga akreditasi jurusan kami dapat dikeluarkan oleh
pihak assessor. Dosen tersebut seperti tak ada jasa yang sudah beliau lakukan
untuk jurusan kami, padahal yang kami tahu bahwa beliau adalah satu-satunya
orang yang selalu memberikan kami motivasi bagi kami yang selalu
mengusahakan yang terbaik untuk jurusan kami.

Meskipun kepala jurusan kami selalu jadi bahan pembicaraan di akademik


fakultas kami karena membela hak mahasiswa yang belum kami dapatkan,
melawan ketidakjelasan, melawan orang-orang yang mencoba meremehkan
jurusan kami. Dari awal terbuka jurusan psikologi mahasiswa terbanyak adalah
mahasiswa jurusan kami, sampai penerimaan mahasiswa baru tahun 2019 pun
jurusan psikologi masih menjadi jurusan terfavorit difakultas kami, fakultas
ushuluddin yang sejak awal minim peminat pun sekarang sudah mulai membludak
peminatnya yang membuat fakultas ushuluddin yang dulu terkenal sebagai
fakultas tersepi sekarang sudah seimbang dengan fakultas dakwah. Harapan
penulis semoga dengan semakin banyaknya mahasiswa yang memilih prodi
psikologi dapat membuat pihak-pihak kampus dapat mempertimbangkan sarana
dan prasarana dijurusan kami dan tidak membeda-bedakan setiap jurusan
kemudian untuk kedepannya semoga pemilihan kepala jurusan psikologi bisa dari
dosen yang memang latar belakangnya psikologi karena apabila bukan dari
psikologi nasib akreditasi jurusan kami tidak akan naik.

Berita terbaru dari kepala jurusan yang baru menjabat ternyata beliau akan
mengundurkan diri sebagai kepala jurusan yang belum diketahui apa penyebabkan
dan dengan berita bahwa beliau mengundurkan diri membuat bingung mahasiswa
yang akan meminta tanda tangan untuk lembar pengesahan skripsi.
LIMA PILAR BERDASARKAN STUDI KASUS

1. Organisasi Pembelajar (Learning Organization)

Secara umum, organsasi pembelajaran dapat diartikan sebagai kemampuan


suatu organisasi memfasilitasi untuk terus menerus melakukan proses
pembelajaran (self learning) sehingga organisasi tersebut memiliki kecepatan
berpikir dan bertindak serta pengembangan pengetahuan sehingga dapat merespon
beragam perubahan yang muncul.

Berdasarkan penjelasan diatas apabila dikaitan dengan kasus menurut penulis


pihak kampus belum sepenuhnya melakukan learning organization secara
maksimal, hal tersebut terlihat dari lambannya respon pihak terkait terhadap
tuntutan mahsiswa yang menginginkan perubahan pada kemajuan jurusan
psikologi. Perubahab barulah adalah ketika mahasiswa melakukan demonstrasi
kemudian terliput dimedia cetak dan media social.

2. Penguasaan Pribadi (Personal Mastery)

Penguasaan diri adalah suatu cara yang berkesinambungan untuk


menjernihkan dan memperdalam visi, energi, dan kesabaran seseorang (Michael
J. Marquardt). Mastery, tidak berarti mengontrol orang lain, maupun diri sendiri.
Seiring berjalannya waktu yang dilakukan adalah menggabungkan berbagai
variasi dan terkadang konflik kepribadian seseorangakan muncul (Leonard).

Berdasarkan penjelasan diatas apabila dikaitkan dengan kasus dapat dilihat


bahwa personal mastery pada institusi tersebut belum lah berjalan dengan baik,
hal tersebut terlihat dari terpilihnya kepala jurusan psikologi yang basic nya
bukanlah orang psikologi, dimana bidang psikologi tidak lah dikuasai oleh kepala
jurusan yang baru. Meskipun hanya satu jabatan yang personal mastery tidak
sesuai tetapi hal tersebut berpengaruh besar terhadap kemajuan program study
psikologi.
3. Visi Bersama (Shared Vision)

Visi adalah hal vital dalam pembelajaran organisasi sebab hal ini menyediakan
fokus dan energi untuk pembelajaran.  Proses belajar individu tidak akan
menjamin terjadinya organisasi pembelajar, jika tidak ada komitmen bersama
tentang masa depan yang ingin dicapai bersama. Mereka harus sadar bahwa tanpa
ada organisasi (tindakan kolektif – bersinergi), pencapaian visi atau perjuangan
pribadi akan sulit untuk dicapai. Melalui tindakan kolektif visi pribadi tersebut
lebih realistis untuk dicapai.
Berdasarkan penjelasan diatas visi bersama yang dilakukan oleh program
study psikologi sudah lumayan bisa dikatakan baik dilihat dari kompaknya para
staf pengajar yang memang basic nya psikologi sehingga dapatlah tercipta lab
psikologi yang sesuai dengan ketentuan dan terbitlah akreditas yang memang
sudah ditunggu-tunggu sejak lama oleh mahasiswa maupun oleh dosen jurusan
tersebut.

4. Model Mental

Menurut Peter Senge Mental models adalah asumsi-asumsi atau generalisasi-


generalisasi (paradigma) yang terdapat dalam pikiran kita yang mempengaruhi
bagaimana kita memahami, bersikap dan bertindak terhadap dunia sekitar. Jadi, seorang
pemimpin akan bertindak atau mengambil keputusan dalam organisasi sangat dipengaruhi
oleh asumsi-asumsi yang dimilikinya, biasanya asumsi berasal dari pengalaman-
pengalaman yang pernah dilaluinya, pengalaman membentuk pengetahuan-pengetahuan
yang akan menuntun dia dalam bertindak

Berdasarkan penjelasan model mental di atas apabila dikaitan dengan kasus dapat
dilihat bahwa pimpinan tertinggi difakultas belum lah bertindak secara adil beliau hanya
bertindak sesuai dengan apa yang menurutnya benar bukan dari hasil berdiskusi secara
baik dengan staf pengajar mau pun dengan mahasiswa yang ada di jurusan tersebut. Yang
terkadang dekriminasi terjadi pada jurusan tersebut ketika mahasiswa ingin meminta
tanda tangan atau mengurus keperluan kuliah setiap mahasiswa jurusan tersebut di
bicarakan sinis dan dicap mahasiswa yang hobi demo dan hobi memberontak,. Meskipun
keperluan mahasiswa selalu di urus pada akhirnya, namun diselingi dengan ceramah yang
panjang dan cukup risih untuk didengarkan oleh mahasiswa jurusan tersebut.

5. Simulasi Belajar dalam Kelompok

Berdasarkan dari pembahasan yang telah diuraikan tersebut, maka dapat


ditarik kesimpulan bahwa dalam kelompok terjadi suatu proses , seperti interaksi
antar anggota-anggota dan proses komunikasi. Ada struktur yang mengatur
interaksi mereka, ada norma kelompok dan kepemimpinan kelompok, semua ini
disebut dengan kekuatan-kekuatan yang dapat dipengaruhi perilaku anggotanya.

Kelompok sebagai dua individu atau lebih yang bergabung bersama-sama


untuk mencapai tujuan efektivitas suatu kelompok akan di pengaruhi oleh
berbagai faktor yaitu : (a) Faktor anggota kelompok, (b) Faktor Dinamika, (c)
Faktor Organisasi. Masing-masing faktor tersebut dapat mengakibatkan terjadinya
kerjasama, persaingan, konflik, perbedaan pendapat, dan alin-lain dalam
pelaksannaan tugas-tugas kelompok yang disebut sebagai dinamika kelompok.

Berdasarkan penjelasan di atas mengenai simulasi belajar dalam kelompok


dapat dilihat bahwa seluruh mahasiswa psikologi bergabung bersama-sama untuk
mencapai tujuan yang sama yaitu hak mendapatkan akreditasi jurusannya, yang
mana pada akhirnya hak mereka terpenuhi juga meskipun keadaan menjadi agak
sedikit menegangkan tetapi dapat dilihat kerjasama yang baik antara mahasiswa
dan staf pengajar, walaupun setelah tuntutan tersebut dilakukan terjadi konflik
namun perbedaan pendapat tersebut bisa menghasilkan sesuatu yang baik untuk
kemajuan jurusan tersebut sampai saat ini.

Anda mungkin juga menyukai