Anda di halaman 1dari 141

KARYA TULIS ILMIAH

PEMBERIAN KOMPRES HANGAT UNTUK MENURUNKAN RASA


NYERI DISMINORHEA PADA REMAJA PUTRI DI PUSKESMAS
SURULANGUN KABUPATEN MUSI RAWAS UTARA
TAHUN 2018

Disusun Oleh :
DEWI FIRENY
PO.71.20.3.17.094.RPL

KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN PALEMBANG
PROGRAM STUDI KEPERAWATAN
LUBUKLINGGAU
TAHUN 2018
KARYA TULIS ILMIAH

PEMBERIAN KOMPRES HANGAT UNTUK MENURUNKAN RASA


NYERI DISMINORHEA PADA REMAJA PUTRI DI PUSKESMAS
SURULANGUN KABUPATEN MUSI RAWAS UTARA
TAHUN 2018

Disusun untuk memperoleh gelar Ahli Madya Keperawatan (Amd.Kep)


Pada Program Studi D – 3 Keperawatan Lubuklinggau
Poltekkes Kemenkes Palembang

Disusun Oleh :
DEWI FIRENY
PO.71.20.3.17.094.RPL

KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN PALEMBANG
PROGRAM STUDI KEPERAWATAN
LUBUKLINGGAU
TAHUN 2018
PERNYATAAN KEASLIAN

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa KTI dengan judul :

PEMBERIAN KOMPRES HANGAT UNTUK MENURUNKAN RASA


NYERI DISMINORHEA PADA REMAJA PUTRI DI PUSKESMAS
SURULANGUN KABUPATEN MUSI RAWAS UTARA
TAHUN 2018

Dibuat untuk melengkapi sebagian persyaratan menjadi Ahli Madya Keperawatan

pada Program Studi D – 3 Keperawatan Lubuklinggau, Poltekkes Kemenkes

palembang, sejauh yang saya ketahui bukan merupakan tiruan atau duplikasi dari

KTI yang sudah dipublikasikan dan atau pernah dipakai untuk mendapatkan gelar

Ahli Madya Keperawatan di lingkungan Prodi D – 3 Keperawatan Lubuklinggau

Poltekkes Kemenkes Palembang maupun di Perguruan Tinggi atau Instansi

manapun. Apabila ternyata di kemudian hari penulisan KTI ini merupakan hasil

plagiat atau penjiplakan terhadap karya orang lain, maka saya bersedia

mempertanggung jawabkan sekaligus bersedia menerima sanksi berdasarkan

aturan tata tertib di Prodi D – 3 Keperawatan Lubuklinggau Poltekkes Kemenkes

Palembang.

Lubuklinggau, Juli 2018


Yang Menyatakan

DEWI FIRENY
PO.71.20.3.17.094.RPL
KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PALEMBANG
PRODI STUDI KEPERAWATAN LUBUKLINGGAU

KARYA TULIS ILMIAH, JULI 2018

DEWI FIRENY

PEMBERIAN KOMPRES HANGAT UNTUK MENURUNKAN RASA


NYERI DISMINORHEA PADA REMAJA PUTRI DI PUSKESMAS
SURULANGUN KABUPATEN MUSI RAWAS UTARA TAHUN 2018

xiii + 108 Halaman, 11 Tabel, 3 Gambar, 2 Bagan, 8 Lampiran

ABSTRAK

Disminorhea adalah Nyeri selama menstruasi yang disebabkan karena adanya


kejang otot uterus. Nyeri haid (dismenorhea) atau nyeri menstruasi adalah
karakteristik nyeri yang terjadi sebelum atau selama menstruasi. Terjadi pada hari
pertama sampai beberapa hari selama menstruasi Tujuan penelitian ini
diketahuinya penerapan kompres hangat untuk menurunkan rasa nyeri
Dismenorhea pada remaja putri di Puskesmas Surulangun Kabupaten Musi Rawas
Utara dan ketahuinya data, diagnosa, intervensi, implementasi dan evaluasi subjek
penelitian dengan dismonorhea. Metode penelitian deskriptif dengan pendekatan
studi kasus untuk membuat gambaran tentang suatu keadaan secara objektif pada
2 orang remaja putri di puskesmas Surulangun kabupaten Musi rawas utara. Hasil
penelitian, terlihat adanya efektifitas kompres hangat dalam mengurangi nyeri
menstruasi dan pemberian kompres hangat yang dilakukan teratur pada kondisi
nyeri dismenorea memberikan hasil yang efektif. Efek fisiologis panas adalah
vasodilatasi yang meningkatkan aliran darah kebagian tubuh yang mengalami
cidera / radang , yang meningkatkan pengiriman nutrisi dan pembuangan zat sisa,
mengurangi kongesti vena didalam jaringan yang mengalami cedera . Saran bagi
institusi prodi keperawatan Lubuklinggau dan Puskesmas Surulangun bahwa
penelitian ini dapat dijadikan sumber informasi untuk penelitian selanjutnya dan
dapat digunakan dalam membuat standar operasional prosedur dalam asuhan
keperawatan keluarga dan penerapan kompres hangat bila mengalami masalah
Disminorhea.

Kata Kunci : Kompres hangat, Nyeri, Disminorhea.


Daftar Pustaka : 17 (2000 – 2015)
INDONESIAN MINISTRY OF HEALTH
POLYTECHNIC HEALTH MINISTRY OF PALEMBANG
LUBUKLINGGAU NURSING STUDY PROGRAM

Paper, July 2018

DEWI FIRENY

THE APPLICATION OF WARM COMPRESS TO REDUCE


DISMINORHEA PAIN IN ADOLESCENTS IN SURULANGUN HEALTH
CENTER IN NORTH MUSI RAWAS DISTRICT IN 2018

xiii + 108 pages, 11 Tables, 3 pictures, 2 parts, 8 attachments

ABSTRACT

Disminorhea is pain during menstruation caused by spasms of the uterine muscles.


The purpose of this study was to find out the application of warm compresses to
reduce dismenorhea pain in young women in Surulangun Health Center, Musi
Rawas Utara District. Descriptive research method with a case study approach on
2 young women at the health center surulangun north musi rawas district. The
results of the study, showed the effectiveness of warm compresses in reducing
pain. Suggestions for institutions of nursing study program in Lubuk Linggau and
Surulangun Helath Center that this research can be provided as a source of
information for further research and can be used in making standard operating
procedures in family nursing care and applying warm compresses when
experiencing dysminorrhea problems.

Keywords: warm compresses, pain, dysmenorrhoea


Bibliography: 17 (2004-2013)
KATA PENGANTAR

Puji syukur senantiasa Penulis haturkan kehadirat Allah Subhanahu Wa

Ta’ala, yang mana atas perkenan dan ridhonya, sehingga Penulis dapat

menyelesaikan Karya Tullis Ilmiah dengan Judul ” Pemberian Kompres Hangat

untuk Menurunkan Rasa Nyeri Disminorhea pada Remaja Putri di Puskesmas

Surulangun Kabupaten Musi Rawas Utara Tahun 2018 ”.

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan Penelitian Karya Tulis Ilmiah

ini, masih banyak terdapat kekurangan, oleh karena itu Penulis mengharapkan

saran dan kritik yang membangun untuk perbaikan Karya Tulis ini.

Dalam menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini, Penulis banyak mendapat

bantuan, bimbingan dan saran baik tertulis maupun lisan. Untuk itu, Bersama ini

perkenankan Penulis menghaturkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Ibu drg. Nur Adiba Hanum, M.Kes selaku Direktur Poltekkes

Kemenkes Palembang.

2. Bapak H. Budi Santoso, S.Kep, M.Kep, Sp.Kom selaku Ketua Jurusan

Keperawatan Palembang.

3. Bapak H. Jhon Feri, S.Kep, Ners, M.Kes selaku Ketua Prodi

Keperawatan Lubuklinggau dan Dosen Penguji I.

4. Ibu Hj. Susmini, SKM.M.Kes selaku Dosen Pembimbing Utama

5. Ibu Zuraidah, SKM.MKM selaku Dosen Pembimbing Pendamping

6. Bapak Nadi Aprilyadi, S.Sos.M.Kes selaku Dosen Penguji II.


7. Ibu dr. Ladonna Sianturi selaku Ka UPT Puskesmas Surulangun,

Rawas Ulu Kabupaten Musi rawas Utara.

8. Bapak / Ibu Dosen dan Staf Prodi Keperawatan Lubuklinggau yang

turut membantu dalam Proses Penyelesaian Karya Tulis Ilmiah ini.

9. Kedua orang Tuaku yang telah banyak memberikan dorongan baik

moril maupun materiil dalam penyelesaian karya tulis ilmiah ini.

10. Suami dan anak-anak ku yang senantiasa memberikan dorongan dan

doa terbaiknya, juga juga pengorbanan mereka baik moril maupun

materiil dalam penyelesaian karya tulis ilmiah ini

11. Sahabat seperjuangan yang senantiasa saling memotivasi dalam

penyelesaian karya tulis ilmiah ini.

Semoga Tuhan Yang Maha Kuasa senantiasa membalas segala kebaikan

yang telah diberikan dengan rahmat yang tak terhingga.

Akhir kata Penulis berharap semoga Karya Tulis Ilmiah ini bermanfaat bagi

kita semua. Amin

Lubuklinggau, Juli 2018

Penulis
DAFTAR ISI

Halaman
Halaman Judul ............................................................ i
Lembar Pengesahan ............................................................ ii
Lembar Keaslian Tulisan ............................................................ iii
Abstrak ............................................................ iv
Abstract ............................................................ v
Kata Pengantar ............................................................ vi
Daftar Isi ............................................................ viii
Daftar Tabel ............................................................ x
Daftar Gambar ............................................................ xi
Daftar Bagan ............................................................ xii
Daftar Lampiran ............................................................ xiii

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ......................................... 1
B. Rumusan Masalah ......................................... 4
C. Tujuan Penelitian ......................................... 4
D. Manfaat Penelitian ......................................... 5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Disminorhe 7
B. Konsep Keluarga 20
C. Konsep Asuhan Keperawatan keluarga 30
D. Konsep Nyeri pada Disminorhea 41
E. Kompres Hangat 55
F. Kerangka Konsep 57
BAB III METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian ................................ 58
B. Subjek Penelitian ................................ 58
C. Fokus Studi ................................ 59
D. Definisi Operasional ................................ 59
E. Lokasi dan waktu ................................ 60
F. Metode dan Instrumen
Pengumpulan data ................................ 60
G. Prosedur Penellitian ................................ 61
H. Keabsahan Data ................................ 61
I. Etika Penelitian ................................ 62
J. Analisa Data dan Penyajian Data ................................ 64
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil ...................................... 66
B. Pembahasan ...................................... 99
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan ...................................... 105
B. Saran ...................................... 106

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 2.1 Skala Prioritas Asuhan Keperawatan


Keluarga ................................... 36
Tabel 2.2 Perumusan Diagnosa Keperawatan
Keluarga dengan Disminorhea .................................... 36
Tabel 2.2 Intervensi asuhan Keperawatan .................................... 37
Tabel 4.1 Hasil Pengkajian .................................... 68
Tabel 4.2 Tabel analisa Data ................................... 77
Tabel 4.3 Perencanaan .................................... 84
Tabel 4.4 Pelaksanaan .................................... 88
Tabel 4.5 Evaluasi Keperawatan .................................... 94
Tabel 4.6 Evaluasi Efektifitas Kompres Hangat 96
hari ke 1 ...................................
Tabel 4.7 Evaluasi Efektifitas Kompres Hangat 97
hari ke 2 ....................................
Tabel 4.8 Evaluasi Efektifitas Kompres Hangat .................................... 98
hari ke 3
DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 2.1 Pengukuran Skala Nyeri Deskriptif


Verbal ................................... 50
Gambar 2.2 Pengukuran Skala Nyeri Numerik .................................... 51
Gambar 2.3 Pengkuran Skala Nyeri Face Pain
Score (FPS) .................................... 51
DAFTAR BAGAN

Halaman

Bagan 2.1 Pathway ............................................................ 18


Disminorhea
Bagan 2.2 Kerangka Konsep ............................................................ 57
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Surat Izin dan Pengembalian Penelitian dari Puskesmas


Lampiran 2 Form Lembar permintaan menjadi Responden (inform consent)
Lampiran 3 Format Pengkajian asuhan Keperawatan Keluarga
Lampiran 4 Kuesioner Tingkat Nyeri
Lampiran 5 Format Penilaian Skala Nyeri
Lampiran 6 Format Observasi Evaluasi Intervensi Kompres Hangat
Lampiran 7 SOP Kompres Hangat
Lampiran 8 Lembar konsultasi
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Remaja adalah harapan bangsa, sehingga tak berlebihan jika dikatakan

bahwa masa depan bangsa yang akan datang ditentukan pada keadaan

remaja saat ini. Remaja yang sehat dan berkualitas menjadi perhatian serius

bagi orang tua, praktis pendidikan, ataupun remaja itu sendiri. Remaja yang

sehat adalah remaja yang produktif dan kreatif sesuai dengan tahap

perkembangannya. Oleh karena itu, pemahaman remaja terhadap tumbuh

kembang remaja menjadi sangat penting untuk menilai keadaan remaja.

Remaja merupakan masa peralihan dari masa anak-anak ke masa dewasa.

Masa ini sering disebut dengan masa pubertas. Namun demikian menurut

para ahli, selain istilah pubertas digunakan juga istilah masa remaja. Para

ahli merumuskan bahwa istilah pubertas digunakan untuk menyatakan

perubahan biologis baik bentuk maupun fisiologis yang terjadi, sedangkan

istilah masalah remaja lebih ditekankan pada perubahan psikososial atau

kematangan menyertai masa pubertas (Ratna, 2010).

Dismenorea di Puskesmas Surulangun hanya 8 orang remaja putri,

data ini berdasarkan data pasien yang berkunjung ke Puskesmas Surulangun

Kabupaten Musi Rawas Utara dan di dapatkan bahwa keluhan Dismenorea

terbanyak antara usia 13-15 tahun. Berdasarkan kriteria WHO umur remaja

berkisar antara 10-19 tahun. Angka kejadian menstruasi di dunia cukup

besar, rata-rata lebih dari 50% perempuan di setiap negara mengalami nyeri
menstruasi. Sekitar 1 miliar manusia atau setiap 1 di antara 6 penduduk

dunia adalah remaja. Sebanyak 85% di antaranya hidup di Negara

berkembang (Kusmiran, 2012). Di Amerika angka prosentasenya sekitar

60%, di Swedia sekitar 72%, sementara di Indonesia sendiri mencapai 55%

(Proverawati & Misaroh, 2009).

Berdasarkan penelitian yang dilakukan di Malaysia ditemukan

sebanyak 74,5% dari gadis-gadis yang telah mencapai menstruasi

mengalami dismenore. Sedangkan menurut penelitian yang dilakukan oleh

(Kumbhardi & Mrudula) India dari 183 remaja usia 14-19 tahun ditemukan

sebanyak 119 atau 65% remaja mengalami haid. Di Indonesia Angka

kejadian haid menurut Proverawati (2012) diperkirakan sebesar 64,25%

yang terdiri dari 54,89% dismenore primer dan 9,36% dismenore sekunder .

Haid menyebabkan 14% dari pasien remaja sering tidak hadir di sekolah dan

tidak menjalani kegiatan sehari-hari (Calis, 2011).

Menstruasi merupakan perdarahan secara periodik dan siklik dari

uterus yang disertai pelepasan (deskuamasi) endometrium (Wiknjosastro,

2005). Sementara menurut (Prawirohardjo, 2011) pendarahan haid

merupakan hasil interaksi kompleks yang melibatkan sistem hormon dengan

organ tubuh, yaitu hipotalamus, hipofise, ovarium, dan uterus serta faktor

lain di luar organ reproduksi.

Nyeri haid (dismenorhea) atau nyeri menstruasi adalah karakteristik

nyeri yang terjadi sebelum atau selama menstruasi. Terjadi pada hari

pertama sampai beberapa hari selama menstruasi. Rasa nyeri pada saat
menstruasi tentu saja sangat menyiksa bagi wanita. Sakit menusuk, nyeri

yang hebat di sekitar bagian perut bawah dan bahkan kadang mengalami

kesulitan berjalan sering dialami ketika haid menyerang (Harahap, 2001).

Nyeri haid (dismenorhea) dapat disertai dengan rasa mual, muntah, diare

dan kram, sakit seperti kolik diperut. Beberapa wanita bahkan pingsan dan

mabuk, keadaan ini muncul cukup hebat sehingga menyebabkan penderita

mengalami “kelumpuhan” aktifitas untuk sementara (Saryono, 2009). Saat

menstruasi, sering muncul keluhan, khususnya para wanita usia produktif.

Sebagian wanita, saat menjelang menstruasi sering merasa tak nyaman

bahkan sangat sering mengganggu aktifitas sehari-hari, seperti sakit perut

hingga bagian pinggang, mual atau pusing (Kasdu, 2005). Menstruasi

merupakan bagian dari proses reguler yang mempersiapkan tubuh wanita

setiap bulannya untuk kehamilan.

Nyeri merupakan kondisi berupa perasaan tidak menyenangkan

bersifat sangat subjektif karena perasaaan nyeri berbeda pada setiap orang

dalam skala atau tingkatannya, dan hanya orang tersebutlah yang dapat

menjelaskan atau mengevaluasi rasa nyeri yang dialaminya. Menurut

penelitian dari Hapsari (2013) teknik relaksasi napas dalam efektif untuk

menurunkan nyeri dimenore. Menurut penelitian dari Azizah (2013) teknik

relaksasi napas dalam juga efektif karena merupakan teknik pengendoran

atau pelepasan ketegangan, teknik napas dalam juga dapat meningkatkan

ventilasi paru dan meningkatkan oksigen darah.


Dari latar belakang diatas, melihat meningkatnya kejadian nyeri haid

pada remaja putri hingga mengalami nyeri haid, maka dari itu saya tertarik

melakukan penelitian tentang penerapan kompres hangat untuk menurunkan

skala nyeri Dismenorea.

B. Rumusan Masalah

Maka perumusan masalah yang ditemukan penulis adalah bagaimana

cara pemberian kompres hangat untuk menurunkan rasa nyeri dismenorea

pada remaja putri di Puskesmas Surulangun Kabupaten Musi Rawas Utara

Tahun 2018 ?

C. Tujuan

1. Tujuan Umum

Penelitian ini bertujuan untuk diketahuinya penerapan kompres

hangat untuk menurunkan rasa nyeri Dismenorea pada remaja putri di

Puskesmas Surulangun Kabupaten Musi Rawas Utara Tahun 2018.

2. Tujuan Khusus

a. Diketahui pengkajian klien dengan pemberian kompres hangat

untuk menurunkan rasa nyeri Dismenorea pada remaja putri di

Puskesmas Surulangun Kabupaten Musi Rawas Utara Tahun

2018

b. Diketahui diagnosa keperawatan klien dengan pemberian

kompres hangat untuk menurunkan rasa nyeri Dismenorea pada


remaja putri di Puskesmas Surulangun Kabupaten Musi Rawas

Utara Tahun 2018

c. Diketahui intervensi keperawatan klien dengan pemberian

kompres hangat untuk menurunkan rasa nyeri Dismenorea pada

remaja putri di Puskesmas Surulangun Kabupaten Musi Rawas

Utara Tahun 2018

d. Diketahui implementasi keperawatan klien dengan pemberian

kompres hangat untuk menurunkan rasa nyeri Dismenorea pada

remaja putri di Puskesmas Surulangun Kabupaten Musi Rawas

Utara Tahun 2018

e. Diketahui evaluasi keperawatan klien dengan pemberian

kompres hangat untuk menurunkan rasa nyeri Dismenorea pada

remaja putri di Puskesmas Surulangun Kabupaten Musi Rawas

Utara Tahun 2018

D. Manfaat

1. Bagi Prodi Keperawatan Lubuklinggau

Hasil ini dapat memberikan kontribusi laporan kasus bagi

pengembangan praktik keperawatan, juga memberikan sumbangan

pemikiran untuk pengembangan ilmu dalam penelitian lebih lanjut.


2. Bagi Puskesmas Surulangun

Diharapkan dapat memberikan masukan kepada puskesmas

untuk pemberian kompres hangat untuk menurunkan rasa nyeri

Dismenorea pada remaja putri.

3. Bagi masyarakat

Hasil Penelitian ini dapat memberikan informasi kepada

masyarakat mengenai cara pengelolaan dan terapi pada kasus

Disminorhea.

4. Bagi Perkembangan Ilmu dan Teknologi Keperawatan

Hasil Penelitian ini dapat memberikan acuan dan kerangka

untuk penelitian selanjutnya.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Dismenorea

1. Pengertian Dismenorea

Dismenorea adalah nyeri saat haid, biasanya dengan rasa kram

dan terpusat di abdomen bawah. Keluhan nyeri haid dapat terjadi

bervariasi mulai dari yang ringan sampai berat. Nyeri haid yang

dimaksud adalah nyeri haid berat sampai menyebabkan perempuan

tersebut datang berobat kedokter atau mengobati dirinya sendiri

dengan obat nyeri. Dismenorea merujuk pada keseluruhan gejala-

gejala nyeri yang timbul ketika menstruasi, yang dapat dibedakan

menjadi dismenorea primer dan sekunder. Dismenorea merupakan

gangguan menstruasi yang sering terjadi pada remaja putri. Untuk

mengobati penderita cenderung menggunakan teknik non

farmakologi.

Dismenorea adalah kondisi medis yang terjadi sewaktu haid atau

menstruasi yang dapat mengganggu aktivitas dan memerlukan

pengobatan yang ditandai dengan nyeri atau rasa sakit di daerah perut

maupun panggul (Judha dkk, 2012). Dismenorea adalah menstruasi

yang nyeri disebakan oleh kejang otot uterus (Mitayani, 2012). Dapat

disimpulkan bahwa dismenorea merupakan rasa nyeri saat menstruasi

yang mengganggu kehidupan sehari-hari wanita dan mendorong


penderita untuk melakukan pemeriksaan atau konsultasi kedokter,

puskesmas.

2. Klasifikasi Dismenorea

a. Dismenorea Berdasarkan Jenis Nyeri

1) Dismenorea Spasmodik

Dismenorea spasmodik adalah nyeri yang dirasakan

di bagian bawah perut dan terjadi sebelum atau segera

setelah haid dimulai. Dismenorea spasmodik dapat dialami

oleh wanita muda maupun wanita berusia 40 tahun ke atas.

Sebagian wanita yang mengalami dismenorea spasmodik,

tidak dapat melakukan aktivitas. Tanda dismenorea

spasmodik, antara lain pingsan, mual, muntah, dan

dismenorea spasmodik dapat diobati atau dikurangi

dengan melahirkan, walaupun tidak semua wanita

mengalami hal tersebut (Judha dkk, 2012).

2) Dismenorea Kongestif

Dismenorea kongestif dapat diketahui beberapa hari

sebelum haid datang. Gejala yang ditimbulkan

berlangsung 2 dan 3 hari sampai kurang dari 2 minggu.

Pada saat haid datang, tidak terlalu menimbulkan nyeri.

Bahkan setelah hari pertama haid, penderita dismenorea

kongestif akan merasa lebih baik. Gejala yang ditimbulkan

pada dismenorea kongestif, antara lain pegal (pegal pada


bagian paha), sakit pada daerah payudara, lelah, mudah

tersinggung, kehilangan keseimbangan, ceroboh, dan

gangguan tidur (Judha dkk, 2012).

b. Dismenorea Berdasarkan Ada Tidaknya Kelainan Atau Sebab

(Mitayani, 2012):

1) Dismenorea Primer

Dismenorea primer terjadi sesudah 12 bulan atau

lebih pasca menarke. Hal itu karena siklus menstruasi

pada bulan-bulan pertama setelah menarke biasanya

bersifat tidak disertai nyeri. Rasa nyeri timbul sebelum

atau bersama-sama dengan menstruasi dan berlangsung

untuk beberapa hari (Judha dkk, 2012). Dismenorea

primer biasanya terjadi akibat adanya kelainan pada

gangguan fisik yang mendasarinya, sebagian besar dialami

oleh wanita yang telah mendapatkan haid. Lokasi nyeri

dapat terjadi di daerah suprapubik, terasa tajam, menusuk,

terasa diremas, atau sangat sakit. Biasanya terjadi terbatas

pada daerah perut bagian bawah, tapi dapat menjalar

sampai daerah paha dan pinggang. Selain rasa nyeri, dapat

disertai dengan gejala sistematik, yaitu berupa mual, diare,

sakit kepala, dan gangguan emosional. Menstruasi yang

menimbulkan rasa nyeri pada remaja sebagian besar

disebabkan oleh dismenorea primer (Mitayani, 2012)


2) Dismenorea Sekunder

Dismenore sekunder berhubungan dengan kelainan

kongenital atau kelainan organik di pelvis yang terjadi

pada masa remaja. Rasa nyeri yang timbul disebabkan

karena adanya kelainan pelvis, misalnya, mioma uteri

(tumor jinak kandungan, juga disebabkan oleh penyakit

radang panggul, IUD, tumor pada tuba fallopi. Biasanya

terjadi selama 2-3 hari selama siklus dan wanita yang

mengalami dismenorea sekunder ini biasanya mempunyai

siklus haid yang tidak teratur atau tidak normal.

Pemeriksaan dengan laparaskopi sangat diperlukan untuk

menemukan penyebab jelas dismenorea sekunder ini

(Mitayani, 2012).

3. Etiologi Dismenorea

a. Etiologi Dismenorea Primer

Etiologi dismenorea di antaranya (Mitayani, 2012)

1) Faktor Psikologis

Biasanya terjadinya pada gadis-gadis yang secara

emosional tidak stabil, mempunyai ambang nyeri yang

rendah, sehingga dengan sedikit rangsangan nyeri, maka ia

akan sangat merasa kesakitan. Ketidaksiapan remaja putri

dalam menghadapi perkembangan dan pertumbuhan pada

dirinya tersebut, mengakibatkan gangguan psikis yang


akhirnya menyebabkan gangguan fisiknya, misalnya

gangguan haid seperti dismenorea.

Apabila stressor meningkat maka emosi semakin

meningkat dan sebaliknya apabila stressor menurun maka

emosi semakin menurun sehingga menurunkan nyeri.

Ketika remaja mengalami stres, tubuh akan memproduksi

hormon adrenalin, estrogen, progesteron dan prostaglandin

yang berlebihan. Estrogen dapat menyebabkan

peningkatan kontraksi uterus secara berlebihan sedangkan

progesteron bersifat menghambat kontraksi. Peningkatan

kontraksi secara berlebihan ini menyebabkan rasa nyeri.

Selain itu hormon adrenalin juga meningkat sehingga

menyebabkan otot tubuh tegang termasuk otot rahim dan

dapat menjadikan nyeri ketika menstruasi.

2) Faktor Endokrin

Pada umunya nyeri haid ini dihubungkan dengan

kontraksi uterus yang tidak bagus. Hal ini sangat erat

kaitannya dengan pengaruh hormonal. Peningkatan

produksi prostaglandin akan menyebabkan terjadinya

kontraksi uterus yang tidak terkoordinasi sehingga

menimbulkan nyeri. Pada saat menstruasi terjadi

ketidakseimbangan antara kadar estrogen dan progesteron

(Manuaba, 2010). Intensitas nyeri cenderung naik turun,


hal ini dikarenakan produksi prostaglandin sering

meningkat dan menurun seiring dengan keluarnya sel yang

terinjury berupa darah menstruasi.

3) Faktor Alergi

Teori ini dikemukakan setelah memerhatikan

hubungan antara asosiasi antara dismenorea dengan

urtikaria, migren, asma bronkial, namun bagaimanapun

belum dapat dibuktikan mekanismenya. Ini diduga bahwa

disebabkan oleh toksin haid.

b. Etiologi Dismenorea Sekunder

Dismenorea sekunder berhubungan dengan kelainan

kongenital atau kelainan organik di pelvis yang terjadi pada

masa remaja. Rasa nyeri yang timbul disebabkan karena adanya

kelainan pelvis, misalnya endometriosis, mioma uteri (tumor

jinak kandungan). Dismonore yang tidak dapat dikaitkan dengan

suatu gangguan tertentu. Biasanya dimuali sebelum usia 20

tahun, tetapi jarang terjadi pada tahun-tahun pertama setelah

menarke. Dismenorea merupakan nyeri bersifat kalik dan

dianggap disebabkan oleh kontraksi uterus oleh progesteron

yang di lepaskan endometrium. Nyeri yang hebat dapat

menyebar dari panggul ke punggung dan paha, sering kali

disertai mual pada sebagian perempuan.


4. Manisfestasi Klinis Dismenorea

a. Manisfestasi Klinis Dismenorea primer yang sering ditemukan

adalah (Mitayani, 2012):

1) Nyeri tidak lama timbul sebelum atau bersama-sama

dengan permulaan haid dan berlangsung beberapa jam

atau lebih.

2) Nyeri abdomen bagian bawah, menjalar ke daerah

pinggang dan paha disertai rasa mual, muntah, diare, nyeri

kepala, kelelahan.

3) Mudah tersinggung

b. Manisfestasi Klinis Dismenorea sekunder

1) Dismenorea terjadi selama siklus pertama atau kedua

setelah menarche (haid pertama), yang merupakan

indikasi adanya obstruksi outflow kongenital. Dismenorea

dimualai setelah berusia 25 tahun.

2) Terdapat ketidak normalan (abnormality) pelvis dengan

pemeriksaan fisik : pertimbangkan kemungkinan

endometriosis, pelvic inflammatory disease, pelvic

adhesion (perlengketan pelvis), dan adenomyyosis

3) Sedikit atau tidak ada respon terhadap NSAIDS,

kontrasepsi oral, atau keduanya.


5. Patofisiologi Dismenorea

a. Patofisiologi Dismenorea Primer

Mekanisme terjadinya dismenorea primer diawali dari

korpus luteum yang hanya berumur 8 hari yang disebut korpus

luteum menstruasionis dan sejak umur 4 hari, telah terjadi

penurunan pengeluaran estrogen dan progesteron disertai

perbandingan yang pincang. Penurunan dan kepincangan E2/P =

0,01 menjadi pemicu pengeluaran dari enzim lipooksigenase dan

sikooksigenase. Saat terjadi penurunan estrogen dan progesteron

pada fase luteal pertengahan menyebabkan kekuatan dinding sel

permeabilitas meningkat sehingga menyebabkan iskemik

jaringan dan nekrosis endometrium. Dari nekrosis endometrium

ini mengeluarkan mediator sehingga melepaskan enzim

siklooksigenase 1 (COX-1). Iskemik ini memicu pelepasan

enzim siklooksigenase (Siklooksigenase 1 dan Siklooksigenasen

2) (Manuaba, 2010).

Saat menstruasi berlangsung terjadi peningkatan produksi

fosfolipase karena adanya kematian jaringan. Fosfolipase

mengubah fosfolipid bilayer menjadi asam arakidonat yang akan

ditindak lanjuti secara temporal oleh siklooksigenase 2 (COX-2)

menjadi prostaglandin, histamin dantromboksan.

Siklooksigenase 1 (COX-1) dibuat secara konstitutif sedangkan


COX-2 diinduksi oleh faktor sitokin (sel mediator) dimana

COX-2 akan lebih banyak dikeluarkan.

Kondisi akan diperberat jika jaringan dalam kategori

dipaksakan (tidak apoptosis). COX-2 inilah yang akan

meningkatkan produksi prostaglandin. Pembentukan

prostaglanin terus meningkat bergantung pada kerusakan

iskemik dan nekrotik pada jaringan sehingga menyebabkan

hiperaktivitas uterus dan miometrium berkontraksi. Kontraksi

miometrium ini meningkatkan tekanan intrauterin dan jepitan

ujung serat syaraf. Tekanan intrauterin meningkat menyebabkan

nyeri spasmodik dan jepitan ujung serat syaraf menimbulkan

peningkatan sensitivitas serat syaraf aferen simpatikus, sehingga

menimbulkan efek nyeri pada bagian abdomen (Chandranita

Manuaba, 2010).

Dismenore primer adalah rasa nyeri yang terjadi selama

masa menstruasi dan selalu berhubungan dengan siklus ovulasi.

Selama siklus menstruasi ditemukan peningkatan dari kadar

prostaglandin terutama PGF2α dan PGE2. Pelepasan

prostaglandin terbanyak selama menstruasi didapati pada 48 jam

pertama dan berhubungan dengan beratnya gejala yang terjadi.

Pada fase proliferrasi konsentrasi kedua prostaglandin ini

rendah, namun pada fase sekresi konsentrasi PGF2α lebih tinggi

dibandingkan dengan konsentrasi PGE2, dimana selama siklus


mestruasi konsentrasi PGF2α akan terus meningkat kemudian

menurun pada masa implantasi window. Oleh karena itu baik

secara normal maupun pada kondisi patologis prostaglandin

mempunyai peranan selama siklus menstruasi (Hadisaputra &

Pramayadi, 2008).

Diketahui bahwa FP yaitu reseptor PGF2α banyak

ditemukan dimyometrium. Dengan adanya PGF2α akan

menimbulkan efek vasokontriksi dan meningkatkan

kontraktilitas otot uterus. Sehingga dengan semakin lamanya

kontraksi otot uterus ditambah adanya efek vasokontriksi akan

menurunkan aliran darah ke otot uterus selanjutnya akan

menyebabkan iskemik pada otot uterus dan akhirnya

menimbulkan rasa nyeri. Dibuktikan juga dengan pemberian

penghambat prostaglandin akan dapat mengurangi rasa nyeri

pada saat menstruasi. Begitu juga dengan PGE2, dimana dalam

suatu penelitian disebutkan bahwa dengan penambahan PGF2α

dan PGE2 akan meningkatkan derajat rasa nyeri saat menstruasi

(Hadisaputra & Pramayadi, 2008).

Ditemukan konsentrasi PGF2α dan PGE2 dalam jumlah

yang lebih tinggi pada endometrium dan darah haid pada wanita

yang mengalami dismenore. Dimana PGF2α dan PGE2

mempunyai efek yang berlawanan terhadap pembuluh darah

yaitu sebagai vasodilator dan vasokonstriktor. Dengan


pemberian PGF2α akan menyebabkan peningkatan kontraktilitas

otot uterus pada semua fase menstruasi sedangkan PGE2 dapat

menghambat kontraktilitas otot uterus. Hubungan antara

prostaglandin, aktifitas miometrium.

b. Patofisiologi Dismenorea Sekunder

Dismenorea sekunder dapat terjadi kapan saja setelah

manarche (haid petama), namun paling sering muncul di usia

20-30-an, setelah tahun-tahun normal, siklus tanpa nyeri.

Peningkatan prostagladin dapat berperan pada dismenorea

sekunder, namun secara pengertian, penyakit pelvis yang

menyertai haruslah ada. Penyebab yang umum termasuk

:endometriosis, leipmyomata (fibroid), adenomyosis, polip

endometrium, chonic pelvic inflammatory disease, dan

penggunaan peralatan kontrasepsi atau IUD (intrauterine

device). Sejumlah faktor yang terlibat dalam patogenesis

dismenorea sekunder. Kondisi patologis pelvis berikut ini dapat

memicu atau mencetuskan dismenorea sekunder:

1) Endometriosis

2) Pelvic inflammtory disease

3) Tumor dan kista ovarium


6. WOC Dismenorea

Nyeri Haid

Bila tidak terjadi kehamilan Penyakit:


Endometriosis, pelvis
Regresi Korpus luteum inflammtory disease,
tumordan kista ovarium

Labilisasi membrane
lisosom Dismenorea Sekunder

Enzim fisfolipase A2
meningkat Masalah keperawatan
1. Nyeri
Hidrolisis senyawa 2. Intoleransi Aktivitas
fosfolipid

Terbentuknya asam
arakidonat

Prostgaladin

PGE2 PGF2ɑ

PGE2 dan PGF2ɑ dalam


darah meningkat

Miometrium terangsang
Dan

Meningkatkan kontraksi Iskemia Dismenorea 1.Nyeri


dan disrtitmia uterus Primer 2.Ansietas

Sumber : Hadisaputra, 2008 Bagan 2.1


Pathway Disminorea
7. Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan laboraturium dapat dilakukan untuk menunjang

penegakan diagnosa bagi penderita dismenorea atau mengatasi gejala

yang timbul, pemeriksaan berikut ini dapat dilakukan dengan

menyingkirkan organik dismenorea:

a. Cervical culture untuk menyingkirkan sexually transmitted

disease

b. Hitung leukosit unutk menyingkirkan infeksi

c. Kadar human chorionic untuk menyingkirkan kehamilan ektopik

d. Laparoscopy

e. Hysteroscopy

8. Penatalaksanaan Dismenorea

Terdapat beberapa cara dalam menangani dismenorea, untuk

membantu mengurangi rasa nyeri menstruasi dapat dilakukan dengan

cara farmakologi dan non farmakologi, yaitu (Nugroho & Utama,

2014):

a. Farmakologi

Untuk mengurangi rasa nyeri bisa diberikan obat anti

peradangan non-steroid (misalnya ibuprofen, naproxen dan asam

mefenamat). Obat ini akan sangat efektif jika mulai diminum 2

hari sebelum menstruasi dan dilanjutkan sampai hari 1-2

menstruasi (Nugroho & Utama, 2014).


b. Non Farmakologi

Beberapa cara farmakologi di atas, ada cara pengobatan

lain secara non farmakologi yang dapat dilakukan untuk

membantu mengurangi rasa nyeri haid antara lain:

1) Senam Dismenorea

2) Kompres Hangat

3) Teknik relaksasi nafas dalam

B. Konsep Keluarga

1. Pengertian Keluarga

Keluarga sangat variatif sesuai dengan orientasi teroti yang

menjadi dasar pendefinisinya. Keluarga berasal dari bahasa Sansekerta

(kula dan warga) kulawarga yang brarti anggota kelompok kerabat.

Banyak ahli menguraikan pengertian keluarga sesuai dengan

perkembangan sosial masyarakat. Berikut ini akan dikemukakan

beberapa pengertian keluarga :

a. Pendapat yang menganut teori interaksional, memandang

kelurga sebagai sesuatu arena berlangsungnya interaksi

kepribadian. Sefangkan mereka yang berorientasi pada

perspektif sistem sosial memandang keluarga sebagai sosial

terkecil yang terdiri dari seperangkat komponen yang sangat

tergantung dan dipengaruhi oleh struktur internal dan sistem-

sistem lain.
b. Wall (1986) mengemukakan keluarga saebagai dua orang atau

lebih yang di satukan oleh ikatan kebersamaan dan ikatan

emosional serta mengidentasikan diri mereka sebagai bagian

dari keluarga.

c. UU NO.10 tahun (1992) mengemukakan keluarga adlah unit

terkecil dari masyarakat yang terdiri dari suami,istri,anak atau

suami istri, atau ayah dan anaknya, atau ibu dan anaknya.

d. Depkes RI (1988) mendefinisikan keluarga adalah unit terkecil

dari masyarakat yang terdiri atas kepala keluarga dan beberapa

orang yang berkumpul dan tinggal di suatu tempat dibawah

suatu atap dalam keadaan saling ketergantungan.

Dari beberapa pengertian diatas, tampak begitu luas dan

variatif dalam membuat definisi keluarga, selanjutnya kita dapat

melihat keluarga dari ciri-cirinya sebagaimana yang

dikemukakan oleh (frieedman, 1998) bahwa ciri-ciri keluarga

berdasarkan orientasi tradisional adalah:

1) Keluarga terdiri dari individu-individu yang disatukan

oleh ikatan perkawinan darah dan adopsi.

2) Anggota keluarga biasanya hidup bersama dalam satu

rumah tangga atau jika mereka terpisah, tetapi

menganggap rumah tangga tersebut sebagai rumah

mereka.
3) Anggota keluarga berinteraksi dan berkominikasi satu

sama lain dalam peran social keluarga seperti suami-istri,

ayah-ibu, anak laki-laki dan anak perempuan dan lain

sebagainya.

4) Keluarga menggunakan budaya yang sama yang diambil

dari masyarakat dengan ciri tersendir.

Dari beberapa pengertian di atas maka dapat

disimpulkan secara umum bahwa keluarga itu terjadi

jikalau ada :

a) Ikatan atau persekutuan (perkawinan/kesepakatan).

b) Hubungan (darah / adopsi / kesepakatan).

c) Ikatan emosional.

2. Tujuan dasar keluarga

Karena keluarga merupakan unit dasar dari masyarakat. Unit

dasar ini miliki pengaruh yang begitu kuat terhadap perkembanggan

individu-individu yang dapat menentukan keberhasilan kehidupan

individu tersebut. Keluarga berfungsi sebagai buffer atau sebagai

perantara antara masyarakat dan individu, yakni mewujudkan semua

harapan dan kewajiban masyarakat dengan memenuhi kebutuhan

setiap anggota keluarga serta menyiapkan peran anggotanya menerima

peran di masyarakat. Hal itu tak terlepas bahwa setiap anggota

keluarga memiliki kebutuhan dasar baik yang menyangkut kebutuhan

fisik, psikologis maupun osial. Sebuah keluarga diharapkan dapat


bertanggung jawab untuk memenuhi kebutuhan anggotanya yang

beraneka ragam, pada saat yang bersamaan masyarakat mengharapkan

setiap anggota memenuhi kewajiban-kewajiban sebagai anggota

masyarakat.

Saat ini banyak kelompok-kelompok yang memiliki fungsi

perantara, namun keluarga tetap menjadi yang paling penting, karena

anggota keluargalah yang memperhatikan secara total segi-segi

kehidupan anggotanya. Prioritas tertinggi yang menjadi perhatian

keluarga adalah kesejahteraan anggotanya, kelompok lain seperti

teman kerja, teman sekolah majelis dan LSM tidak menaruh perhatian

secara keseluruhan hidup individu, mereka sebatas satu segi seperti

kerjasama, persahabatan, keterlibatan dalam urusan sekolah atau

pengajian atau produktivitas dan prestasi di sekolah.

3. Struktur keluarga

Struktur keluarga mengambarkan bagaimana keluarga

melaksanakan fungsi keluarga dimasyarakat.Ada berapa Struktur

keluarga yang ada di indonesia yang terdiri dari bermacam-macam,

diantaranya adalah :

a. Patrilineal

b. Metrilineal

c. Matrilokal

d. Patrilokal

e. Keluarga kawin
4. Fungsi keluarga

Berkaitan dengan peran keluarga yang bersifat ganda, yakni satu

sisi keluarga berperan sabagai matriks bagi anggotanya, disisi lain

keluarga harus memenuhi tuntutan dan harapan masyarakat, maka

selanjutnya akan dibahas tentang fungsi keluarga sebagai berikut :

Friedman (1998) mengidentifikasikan lima fungsi dasar

keluarga,yakni :

a. Fungsi afektif

Komponen yang perlu dipenuhi oluh kelurga untuk

memenuhi fungsi afektif adalah:

1) Saling mengasuh, cinta kasih, kehangatan, saling

menerima dan mendukung

2) Saling menghargai dan mempertahankan iklim yang

positif

3) Ikatan dan identifikasi, ikatan ini mulai sejak pasangan

sepakat hidup baru.

b. Fungsi Sosialisasi

Sosialisasi adalah proses perkembangan dan perubahan

yang dialami individu yang menghasilkan interaksi sosial dan

belajar dalam lingkungan sosial (Friedman, 1998).

c. Fungsi Reproduksi

Keluarga berfungsi untuk meneruskan kelangsungan

keturunan dan meningkatkan sumber daya manusia.


d. Fungsi Ekonomi

Untuk memenuhi kebutuhan anggota keluarga seperti

makanan, pakaian dan rumah, maka kelurga memerlukan

sumber keuangan.

e. Fungsi Perawatan Kesehatan

Fungsi lain keluarga adalah fungsi perawatan kesehatan.

Selain keluarga menyediakan makanan, pakaian dan rumah,

keluarga juga berfungsi melakukan asuhan kesehatan terhadap

anggotanya baik untuk mencegah terjadinya gangguan maupun

merawat anggota yang sakit.

5. Tugas Keluarga

Pada dasarnya tugas keluarga ada delapan tugas pokok sebagai

berikut:

a. Pemeliharaan fisik keluarga dan para anggotanya.

b. Pemeliharaan sumber-sumber daya yang ada dalam keluarga

c. Pembagian tugas masing-masing anggotanya sesuai dengan

kedudukannya masing-masing

d. Sosialisasi antar anggota keluarga

e. Penganturan jumlah anggota keluarga

f. Pemeliharaan ketertiban anggota keluarga

g. Membangkitkan dorongan dan semnagat para anggotanya.


6. Ciri-ciri Kelurga

a. Menurut robert mac iver dan charles horton

1) Keluarga merupakan hubungan perkawinan

2) Keluarga berbentuk suatu kelembagaan yang berkaitan

dengan hubungan perkawinan yang sengaja dibentuk atau

dipelihara

3) Keluarga mempunyai suatu sistem tata nama (Nomen

clatur) termasuk perhitungan garis keturunan.

b. Ciri keluarga indonesia

1) Mempunyai ikatan yang sangat erat dengan dilandasi

semangat gotong royong

2) Dijiwai oleh nilai kebudayaan ketimuran

3) Umumnya dipimpin oleh suami meskipun proses

pemutusan dilakukan secara musyawarah

7. Tahapan Keluarga

Berikut kedelapan tahap siklus kehidupan keluarga berikut tugas

perkembangannya. (Friedem, 1998)

a. Tahapan keluarga pemula

Keluarga baru/pasangan yang belum memiliki anak:

Tugas perkembangan keluarga:

1) Membangun perkawinan yang saling memuaskan

2) Menghubungkan jaringan persaudaraan secara harmonis


3) Keluarga berencana (keputusan tentang kedudukan

sebagai orangtua).

b. Tahap keluarga dengan anak pertama berusia kurang dari 30

bulan

Studi klasik dari 46 orang tua dinyatakan 17% tidak

bermasalah selebihnya bermasalah dalam hal:

1) Suami merasa diabaikan

2) Peningkatan perselisihan dan argument

3) Interupsi dalam jadwal kontinu

Tugas perkembangan keluarga tahap ini adalah:

a. Membentuk keluarga muda sebagai sebuah unit yang

mantap (integrasi bayi dalam keluarga)

b. Rekonsilisasi tugas-tugas perkembangan yang

bertentangan dan kebutuhan anggota keluarga

c. Mempertahankan hubungan perkawinan yang memuaskan

c. Tahap keluarga dengan anak usia prasekolah

Keluarga dengan anak pertama berusia 30 bulan – 6 tahun

Tugas perkembangan keluarga

1) Pemenuhan kebuthan anggota keluarga seperti rumah,

ruang bermain, privasi dan keamanan

2) Mensosialisasikan anak
3) Mempertahankan hubungan sehat (hubungan perkawinan

dan hubungan orang tua-anak) serta hubungan diluar

keluarga (keluarga besar dan komunitas).

d. Tahap keluarga dengan anak usia sekolah

Keluarga dengan anak pertama berusia 6-13 tahun

Tugas perkembangan keluarga:

1) Mensosialisasikan anak-anak, termasuk meningkatkan

prestasi sekolah dan mengembangkan hubungan dengan

tman sebaya yang sehat

2) Mempertahnkan hubungan perkawinan yang memuaskan

3) Memenuhi kebutuhan kesehatan fisik anggota keluarga

e. Tahap keluarga dengananak remaja

Keluarga dengan anak pertama berusia 13-20 tahun

Tugas perkembangan keluarga:

1) Memberikan keseimbangan antara kebebasan dan

tanggung jawab ketika remaja menjadi dewasa dan

semakin mandir

2) Memfokuskan kembali hubungan intim perkawinan

3) Berkomunikasi secara terbuka antara orang tua dan anak-

anak

f. Tahap keluarga dengan anak dewasa

Keluarga dengan anak pertama meninggalkan rumah

Tugas perkembangan keluarga:


1) Memperluas siklus keluarga dengan memasukan anggota

keluarga baru dari perkawinan anak-anaknya

2) Melanjutkan dan menyesuaikan kembali hubungan

perkawinan

3) Membantu orang tua lanjut usia dan sakit-sakitan dari

suami atau istri

f. Tahapan keluarga usia pertengahan (middle age family)

Tugas perkembangan keluarga:

1) Menyediakan lingkungan yang dapat meningkatkan

kesehatan

2) Mempertahankan hubungan yang memuaskan dan penuh

arti dengan para orang tua (lansia) dan anak-anak

3) Memperkokoh hubungan perkawinan

g. Tahap keluarga lanjut usia

Tugas perkembangan keluarga

1) Penyesuaian tahap masa pensiun dengan cara merubah

cara hidup

2) Mempertahankan pengaturan hidup ysng memuaskan

3) Menyesuaikan terhadap pendapatan yang menurut


C. Konsep Asuhan Keperawatan Keluarga

1. Pengkajian

a. Data umum

1) Identitas kepala keluarga

Nama atau inisial kepala keluarga, umur, alamat dan

telepon jika ada, pekerjaan dan pendidikan kepala

keluarga, komposisi keluarga yang terdiri atas nama atau

inisial, jenis kelamin, agama, pendidikan, status imunisasi

dan genogram.

2) Tipe keluarga

Menjelaskan jenis tipe keluarga (tipe keluarga

tradisional atau tipe keluarga non teradisional).

3) Suku Bangsa

Mengkaji asal suku bangsa keluarga serta

mengidententifikasi budaya atau kebiasaan-kebiasaan

terkait dengan kesehatan

4) Agama

Mengkaji agama dan kepercayaan yang dianut oleh

keluarga yang dapat mempengaruhi kesehatan

5) Status sosial Ekonomi Keluarga

Status sosial ekonomi keluarga ditentukan oleh

pendapatan seluruh anggota keluarga baik dari kepala

keluarga maupun anggota keluarga lainnya.


6) Aktifitas Rekresi

Rekreasi keluarga tidak hanya dilihat kapan keluarga

pergi bersama-sama untuk mengunjungi tempat rekreasi,

tetapi juga penggunaan waktu luang dan senggang

keluarga.

b. Riwayat dan tahap perkembangan keluarga (Widyanto,2004)

1) Tahap perkembangan saat ini

Data ini ditentukan oleh anak tertua dari keluarga ini

2) Tahap perkembangan keluarga yang belum terpenuhi

Data ini menjelaskan mengenai tugas dalam tahap

perkembangan keluarga saat ini yang belum terpenuhi dan

kendalanya.

3) Riwayat keluarga inti

Data ini menjelaskan mengenai penyakit keturunan,

riwayat kesehatan masing-masing anggota keluarga, status

imunisasi, sumber kesehatan biasa digunakan, serta

pengalamannya mengguanakan pelayanan kesehatan.

4) Riwayat kesehatan keluarga sebelumnya

Data ini menjelaskan riwayat kesehatan dari pihak

suami maupun istri.


c. Data lingkungan (Gusti,2013)

1) Karakteristik dan denah rumah

Menjelaskan gambaran tipe rumah luas bangunan,

pembagian dan pemanfaatan ruang, ventilasi kondisi

rumah, tata prabotan, kebersihan dan sanitasi lingkungan,

ada atau tidak sarana air bersih dan sistem pembuangan

limbah.

2) Karakteristik tetangga dan komunitas

Menjelaskan tipe dan kondisi lingkungan tempat

tinggal, nilai dan norma atau aturan penduduk setempat

serta budaya setempat yang mempengaruhi kesehatan.

3) Mobilitas keluarga

Ditentukan dengan apakah keluarga hidup menetap

dalam satu tempat atau mempunyai kebiasaan berpindah-

pindah tempat tinggal.

4) Perkumpulan keluarga dan interaksi dengan masyarakat

Menjelaskan waktu yang digunakan keluarga untuk

berkumpul atau berinteraksi dengan masyarakat

lingkungan tempat tinggal.

5) Sistem pendukung keluarga

Sumber dukungan dari anggota keluarga dan

fasilitas sosial atau dukungan masyarakat setempat serta


jaminan pemeliharaan kesehatan yang dimiliki keluarga

untuk meningkatkan upaya kesehatan.

d. Struktur Keluarga

1) Pola komunikasi keluarga

Menjelaskan cara berkomunikasi antar anggota

keluarga menggunakan sistem tertutup dan terbuka,

kualitas dan frekuensi komunikasi yang berlangsung serta

isi pesan yang disampaikan.

2) Struktur kekuatan keluarga

Mengkaji model kekuatan atau kekuasaan yang

digunakan keluarga membuat keputusan.

3) Stuktur dan peran keluarga

Menjelaskan peran dari masing-masing anggota

keluarga baik secara formal maupun informal.

4) Nilai dan Norma keluarga

Menjelaskan nilai dan norma yang dianut keluarga

dengan kelompok atau komunikasi serta bagaimana nilai

dan norma tersebut mempengaruhi status kesehatan

keluarga

e. Fungsi keluarga

1) Fungsi afektif

Mengkaji gambaran diri anggota keluarga, perasaan

memiliki dan dimiliki dalam keluarga, dukungan anggota


keluarga, hubungan psikososial dalam keluarga, dan

bagaimana keluarga mengembangkan sikap saling

menghargai

2) Fungsi sosial

Menjelaskan tentang hubungan anggota keluarga,

sejauh mana anggota keluarga belajar disiplin, niali,

norma dan budaya.

3) Fungsi pemenuhan

Sejauh mana keluarga menyediakan makanan,

pakaian dan perlindungan terhadap anggota.

4) Fungsi reproduksi

Berapa jumlah anak, merencanakan jumlah anggota.

5) Fungsi ekonomi

Menjelaskan bagaimana upaya keluarga dalam

pemenuhan kebutuhan sandang, pangan dan papan.

f. Stres dan koping keluarga

1) Stresor jangka panjang dan pendek

Stresor jangka pendek yaitu stresor yang dialami

keluarga yang memerlukan penyelesaian dalam waktu

singkat sedangkan stresor jangka panjang yaitu yang

dialami keluarga yang memerlukan penyelesaian dalam

waktu yang lama.


2) Kemempuan keluarga berespon terhadap situasi stresor

Mengkaji sejauh mana keluarga berespon terhadap

situasi stresor yang ada

3) Strategi koping keluarga

Strategi yang digunakan keluarga bila menghadapi

permasalahan

4) Strategi adaptasi disfungsional

Perilaku keluarga yang mal adaptif atau tidakketika

keluarga menghadapi masalah

g. Pemeriksaan fisik

Mengkaji pemeriksaan fisik meliputi tekanan darah, nadi,

pernapasan, suhu, dan pemeriksaan head to toe.

h. Harapan keluarga

Harapan keluarga terhadap petugas kesehatan

2. Diagnosa Keperawatan

Diagnosa keperawatan adalah penilaian klinik mengenai respon

keluarga teradap masalah kesehatan yang aktual dan potensial.

(Andarmoyo, 2012).
Tabel 2.1
Skala Untuk Menentukan Prioritas Asuhan Keperawatan Keluarga

KRITERIA SKOR
NO BOBOT
1. Sifat Masalah :
Aktual 3
Resiko 2 1
Sejahtera / Sehat 1

2. Kemungkinan masalah dapat di


rubah :
Mudah 2 2
Sebagian 1
Tidak Dapat 0

3. Potensial untuk dicegah :


Tinggi 3
Cukup 2 1
Rendah 1

4. Menonjolnya Masalah :
Masalah dirasakan dan 2
harus segera ditangani
ada masalah tetapi tidak 1
perlu ditangani 1
Masalah tidak dirasakan 0

JUMLAH

Penilaian (Skoring) diagnosa keperawatan

Skor
x Bobot
Angka Tertinggi

Tabel 2.2
Perumusan Diagnosa Keperawatan Keluarga Dismenorea

No Diagnosa keperawatan
1. Nyeri akut berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga
merawat anggota keluarga yang sakit
2. Ansietas berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga dalam
mengambil keputusan yang tepat terkaid masalah kesehatan yang
diahadapi
3. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan ketidakmampuan
keluarga mengenal masalah kesehatan
3. Intervensi keperawatan

TABEL 2.3
INTERVENSI KEPERAWATAN

No Tujuan Intervensi Rasional


Dx
Tujuan umum Tujuan Khusus 1. Kaji nyeri secara komprehensif 1. Membantu dalam menentukan
1. yang meliputi lokasi, kebutuhan manajemen nyeri
Setelah dilakukan tindakan Setelah melakukan kunjungan 3x karakteristik, onset/durasi, dan kefektifan program
keluarga mampu merawat 60 menit keluarga dapat frekuensi, intensitas atau beratnya 2. Membatu dalam menemukan
anggota yang menderita mencapai : nyeri dan faktor pencetus kebutuhan manajemen nyeri
nyeri haid TUK 1 : 2. Tentukan akibat dari pengalaman dan keefektifan program
Keluarga mampu merawat nyeri terhadap kualitas hidup 3. Membantu paseien mengerti
anggota yang menderita nyeri pasien (misalnya, tidur, nafsu akan apa yang dialami
haid makan, pengertian, perasaan, 4. Meningkatkan relaksasi,
hubungan, perfoma keja, dan meningkatkan kemampuan
tanggung jawab peran) koping
3. Berikan informai mengenai nyeri, 5. Membantu mempercepat
seperti penyebab nyeri, beberapa pemulihan
lama nyeri akan dirasakan, dan
antisipasi dari ketidak nyamanan
akibat prosedur.
4. Dukung istirahat/tidur yang
adekuat untuk membantu
penurunan nyeri
5. Kolaborasi dengan pasien, orang
terdekat dan tim kesehatan
lainnya untuk memilih dan
mengimplementasikan tindakan
penurunan nyeri nonfarmakologi
sesuai kebutuhan.
2. Setelah dilakukan tindakan Setelah melakukan kunjungan 3 Penurunan kecemasan Pemurunan kecemasan
keluarga mampu mengambil x 60 menit keluarga dapat 1. Gunakan pendekatan yang 1. Membantu menenangkan pasien
keputusan yang tepat terkaid mencapai menenangkan 2. Membantu meringankan
masalah kesehatan dengan TUK 1 : 2. Nyatakan dengan jelas harapan kecemasan yang dirasakan
kecemasan Keluarga mampu mengambil terhadap pelaku pasien 3. Mengurangi rasa taku
keputusan mengenai kesehatan 3. Temani pasien untuk memberikan 4. Mengurangi kecemasan
dengan kecemasan keluarga keamanan dan mengurangi takut
yang menderita nyeri haid 4. Intruksikan pasien mengguanakan
teknik relaksasi
3. Setelah dilakukan tindakan Setelah melakukan kunjungan Aktivitas Therapi Aktivitas Therapi
keluarga mampu mengenal selama 3x60 menit keluarga 1. Bantu klien untuk memilih 1. Mengurangi terjadinya resiko
masala kesehatan yang mampu mencapai : aktivitas yang mampu dilakukan intoleransi aktivitas
menderita nyeri haid dengan TUK 1 : 2. Bantu untuk mengidentifikasi 2. Meningkatkan kekuatan otot
intoleransi aktivitas Keluarga mampu mengenal aktivita yang disukai untuk beraktifitas
tentang nyeri haid 3. Bantu pasien untuk 3. Membantu semangat klien
Keluarga mampu mengetahui mengembangkan motivasi diri untuk melakukan aktivitas
cara pengobatan nyeri haid
4. Implementasi

Pelaksanaan merupaka salah satu tahap dari proses keperawatan

keluarga dimana perawat mendapatkan kesempatan untuk

membangkitkan minat keluarga untuk mendapatkan perbaikan kearah

perilaku hidup sehat (Gusti, 2013).

Menurut padila (2012), implementasi keperawtan terhadap

keluarga mencakup hal-hal dibawah ini:

a. Menstimulasi kesadaran atau penerimaan keluarga mengenal

masalah kebutuhan kesehatan, dengan cara:

1) Mengidentifikasi kebutuhan dan harapan tentang

kesehatan

2) Mendorong sikap emosi yang sehat terhadap masalah

b. Menstim ulasi keluarga untuk memutuskan cara perawatn yang

tepat, dengan cara:

1) Mengidentifikasi sumber-sumber yang dimiliki keluarga

2) Mendiskusikan tentang konsekuensi nsetiap tindakan

c. Memberikan kepercayaan diri dalam merawat anggota keluarga

yang sakit, dengan cara:

1) Menggunakan alat dan fasilitas yang ada dirumah

2) Mengawasi keluarga melakukan tindakan

d. Membantu keluarga menenmukan cara bagaimana membuat

lingkungan menjadi sehat, dengan cara:

1) Melakukan perubahan lingkungan seoptimal mungkin


2) Menentukan sumber-sumber yang dapat digunakan

e. Memotivasi keluarga untuk memanfaatkan fasilitas kesehatan

yang ada, dengan cara:

1) Memperkenalkan fasilitas kesehatan yang ada

2) Membantu keluarga menggunakan fasilitas yang ada

5. Evaluasi

Evaluasi merupakan kegiatan yang membandingkan antara hasil,

implementasi dan kriteria dari standar yang telah ditetapkan untuk

melihat keberhasilan bila hasil dan evaluasi tidak berhasil sebagian

perlu disusun rencana keperawatan yang baru (Gusti 2013).

Faktor yang perlu diketahui dalam keperawatan keluarga bisa

meliputi beberapa ranah, yaitu:

a. Ranah Kognitif (pengetahuan)

Menitik tekankan pada pengetahuan dan pemaham

keluarga tentang penyakit

b. Ranah afektif (emosional)

Bisa dilihat ketika perawat melakukan wawancara

c. Ranah psikomotor

Dilihat bagaimana keluarga melakukan tindakan yang

sudah direncanakan.
D. Konsep Nyeri Pada Dismenorea

1. Pengertian Nyeri

Menyatakan bahwa nyeri sebenarnya merupakan mekanisme

protektif yang dimaksudkan untuk menimbulkan kesadaran celah atau

akan terjadi kerusakan jaringan (Andarmoyo, 2013). Nyeri adalah

pengalaman sensori nyeri dan emosional yang tidak menyenangkan

berkaitan dengan kerusakan jaringan aktual dan potensial yang

terlokalisasi pada suatu bagian tubuh (Judha dkk, 2012). Nyeri

merupakan kondisi berupa perasaan tidak menyenangkan bersifat

sangat subjektif karena perasaan nyeri berbeda pada setiap orang

dalam hal skala atau tingkatannya, dan hanya orang tersebutlah yang

dapat menjelaskan atau mengevaluasi rasa nyeri yang dialaminya.

Menyatakan bahwa nyeri adalah segala sesuatu yang dikatakan

seseorang tentang nyeri tersebut dan terjadi kapan saja saat seseorang

mengatakan merasakan nyeri (Prasetyo, 2010). Nyeri merupakan

kondisi berupa perasaan tidak menyenangkan bersifat sangat subjektif

karena perasaaan nyeri berbeda pada setiap orang dalam skala atau

tingkatannya, dan hanya orang tersebutlah yang dapat menjelaskan

atau mengevaluasi rasa nyeri yang dialaminya.

2. Tanda dan Gejala Nyeri

Tanda dan gejala nyeri ada bermacam-macam perilaku yang

tercermin dari pasien, secara umum orang yang mengalami nyeri akan

didapatkan respon psikologis berupa (Judha dkk, 2012):


a. Suara

1) Menangis

2) Merintih

3) Menarik/menghembuskan nafas

b. Ekspresi wajah

1) Meringis

2) Menggigit lidah, mengatupkan gigi

3) Dahi berkerut

4) Tertutup rapat/membuka mata atau muluMenggigit bibir

c. Pergerakan tubuh

1) Kegelisahan

2) Mondar-mandir

3) Bergerak melindungi bagian tubuh

4) Immobilisasi

d. Interaksi sosial

1) Menghindari percakapan dan kontak sosial

2) Berfokus aktivitas untuk mengurangi nyeri

3) Disorientasi waktu

Tanda dan gejala nyeri dilihat dari respon syaraf otonom

di antaranya yaitu (Judha dkk, 2012):

1) Tanda dan gejala fisik

2) Psikologi
Gejala kegelisahan dan kecemasan, sering dikaitkan

dengan rasa nyeri, walaupun sebenarnya belum tentu berkaitan

langsung, nyeri pada pasien yang cemas sebenarnya berasal dari

keadaan hipoksia. Karena itu ketika menemukan pasien nyeri

dengan kecemasan dan ansietas berat perlu dikaji dengan

seksama status respirasinya sebelum diberikan analgetik sebagai

hasil kesimpulan dari hasil pengkajian nyeri (Judha dkk, 2012).

3. Klasifikasi Nyeri

(Price & Wilson, 2005 dalam Judha dkk, 2012),

mengklasifikasikan nyeri berdasarkan lokasi atau sumber, antara lain:

a. Nyeri Somatik Superfisial (Kulit)

Nyeri kulit berasal dari struktur-struktur superfisial kulit

dan jaringan subkutis. Stimulus yang efektif untuk menimbulkan

nyeri di kulit dapat berupa rangsangan mekanis, suhu, kimiawi,

atau listrik. Apabila kulit hanya yang terlibat, nyeri sering

dirasakan sebagai penyengat, tajam, meringis atau seperti

terbakar, tetapi apabila pembuluh darah ikut berperan

menimbulkan nyeri, sifat nyeri menjadi berdenyut (Judha dkk,

2012).

b. Nyeri Somatik Dalam

Nyeri somatik dalam mengacu kepada nyeri yang berasal

dari otot, tendon, ligamentum, tulang, sendi dan arteri. Struktur-

struktur ini memiliki lebih sedikit reseptor nyeri sehingga


lokalisasi nyeri kulit dan cenderung menyebar ke daerah

sekitarnya (Judha dkk, 2012).

c. Nyeri Viseral

Nyeri viseral mengacu kepada nyeri yang berasal dari

organ-organ tubuh. Reseptor nyeri viseral lebih jarang

dibandingkan dengan reseptor nyeri somatik dan terletak di

dinding otot polos organ-organ berongga. Mekanisme utama

yang menimbulkan nyeri viseral adalah peregangan atau distensi

abnormal dinding atau kapsul organ, iskemia dan peradangan

(Judha dkk, 2012).

d. Nyeri Alih

Nyeri alih didefinisikan sebagai nyeri berasal dari salah

satu daerah di tubuh tetapi dirasakan terletak di daerah lain.

Nyeri viseral sering dialihkan ke dermatom (daerah kulit) yang

dipersarafi oleh segmen medulla spinalis yang sama dengan

viksus yang nyeri tersebut berasal dari masa mudigah, tidak

hanya di tempat organ tersebut berada pada masa dewasa (Judha

dkk, 2012).

e. Nyeri Neuropatik

Sistem saraf secara normal menyalurkan rangsangan yang

merugikan dari Sistem Saraf Tepi (SST) ke Sistem Saraf Pusat

(SSP) yang menimbulkan perasaan nyeri. Dengan demikian, lesi

di SST atau SSP dapat menyebabkan gangguan atau hilangnya


sensasi nyeri. Nyeri neuropatik sering memiliki kualitas seperti

terbakar, perih atau seperti tersengat listrik. Pasien dengan nyeri

neuropatik menderita akibat instabilitas Sistem Saraf Otonom

(SSO). Dengan demikian, nyeri sering bertambah parah oleh

stres emosi atau fisik (dingin, kelelahan) dan mereda oleh

relaksasi (Judha dkk, 2012).

4. Fisiologi Nyeri

Munculnya nyeri berkaitan erat dengan reseptor dan adanya

rangsangan. Reseptor nyeri yang dimaksud adalah nociceptor,

merupakan ujung-ujung saraf sangat bebas yang memiliki sedikit atau

bahkan tidak memiliki myelin yang tersebar pada kulit dan mukosa,

khususnya pada visera, persendian, dinding arteri, hati, dan kandung

empedu. Reseptor nyeri dapat memberikan respons akibat adanya

stimulasi atau rangsangan. Stimulasi tersebut dapat berupa zat

kimiawi seperti histamin, bradikinin, prostaglandin, dan macam-

macam asam yang dilepas apabila terdapat kerusakan pada jaringan

akibat kekurangan oksigenasi. Stimulasi yang lain dapat berupa

termal, listrik, atau mekanis. Selanjutnya, stimulasi yang diterima oleh

reseptor tersebut ditransmisikan berupa impuls-impuls nyeri ke

sumsum tulang belakang oleh dua jenis serabut yang bermyelin rapat

atau serabut A (delta) dan serabut lamban (serabut C). Impuls-impuls

yang ditransmisikan oleh serabut delta A mempunyai sifat inhibitor

yang ditransmisikan ke serabut C. Serabut-serabut aferen masuk ke


spinal melalui akar dorsal (dorsal root) serta sinaps pada dorsal horn.

Dorsal horn terdiri atas beberapa lapisan atau laminae yang saling

bertautan. Diantara lapisan dua dan tiga terbentuk substantia

gelatinosa yang merupakan saluran utama impuls.

Kemudian, impuls nyeri menyebrangi sumsum tulang belakang

pada interneuron dan bersambung ke jalur spinal asemdens yang

paling utama, yaitu jalur spinothalamic tract (STT) atau jalur

spinothalamus dan spinoreticular tract (SRT) yang membawa

informasi tentang sifat dan lokasi nyeri. Dari proses transmisi terdapat

dua jalur mekanisme terjadinya nyeri, yaitu jalur opiatedan jalur

nonopiate. Jalur opiate ditandai oleh pertemuan reseptor pada otak

yang terdiri atas jalur spinal desendens dari thalamus yang melalui

otak tengah dan medula ke tanduk dorsal dari sumsum tulang

belakang yang berkonduksi dengan nociceptor impuls supresif.

Serotonin merupakan neurotransmiter dalam impuls supresif. Sistem

supresif lebih mengaktifkan stimulasi nociceptor yang ditransmisikan

oleh serabut A. Jalur nonopiate merupakan jalur desenden yang tidak

memberikan respons terhadap naloxone yang kurang banyak diketahui

mekanismenya.

5. Teori Nyeri

Terdapat beberapa teori tentang terjadinya rangsangan nyeri, di

antaranya.
a. Teori Pemisahan (Specificity Theory)

Menurut teori ini, rangsangan sakit masuk ke medulla

spinalis (spinal cord) melalui kornu dorsalis yang bersinaps di

daerah posterior, kemudian naik ke tractus lissur dan menyilang

di garis median ke sisi lainnya, dan berakhir di korteks sensoris

tempat rangsangan nyeri tersebut diteruskan.

b. Teori Pola (Pattern Theory)

Rangsangan nyeri masuk melalui akar ganglion dorsal ke

medulla spinalis dan merangsang aktivitas sel T. Hal ini

mengakibatkan suatu respons yang merangsang ke bagian yang

lebih tinggi, yaitu korteks serebri, serta kontraksi menimbulkan

persepsi dan otot berkontraksi sehingga menimbulkan nyeri.

Persepsi dipengaruhi oleh modalitas respons dari reaksi sel T

c. Teori Pengendalian Gerbang (Gate Control Theory)

Menurut teori ini, nyeri tergantung dari kerja serat saraf

besar dan kecil yang keduanya berada dalam akar ganglion

dorsalis. Rangsangan pada serat saraf besar akan meningkatkan

aktivitas substansia gelatinosa yang mengakibatkan tertutupnya

pintu mekanisme sehingga aktivitas sel T terhambat dan

menyebabkan hantaran rangsangan ikut terhambat.

Rangsangan serat besar dapat langsung merangsang korteks

serebri. Hasil persepsi ini akan dikembalikan kedalam medulla

spinalis melalui serat eferen dan reaksinya memengaruhi


aktivitas sel T. Rangsangan pada serat kecil akan menghambat

aktivitas substansia gelatinosa dan membuka pintu mekanisme,

sehingga merangsang aktivitas sel T yang selanjutnya akan

menghantarkan rangsangan nyeri.

4). Teori Transmisi dan Inhibisi

Adanya stimulus pada nociceptor memulai transmisi

impuls-impuls saraf, sehingga transmisi impuls nyeri menjadi

efektif oleh neurotransmitter yang spesifik. Kemudian, inhibisi

impuls nyeri menjadi efektif oleh impuls-impuls pada serabut-

serabut besar yang memblok impuls-impuls pada serabut lamban

dan endogen opiate sistem supresif.

6. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Nyeri

Pengalaman nyeri pada seseorang dapat dipengaruhi oleh

beberapa hal, diantaranya adalah

a. Arti Nyeri

Arti nyeri bagi seseorang memiliki banyak perbedaan dan

hampir sebagian arti nyeri merupakan arti yang negatif, seperti

membahayakan, merusak, dan lain-lain. Keadaan ini

dipengaruhi oleh berbagai faktor, seperti usia, jenis kelamin,

latar belakang sosial budaya, lingkungan, dan pengalaman.

b. Persepsi Nyeri

Persepsi nyeri merupakan penilaian yang sangat subjektif

tempatnya pada korteks (pada fungsi evaluatif kognitif).


Persepsi ini dipengaruhi oleh faktor yang dapat memicu

stimulasi nociceptor.

c. Toleransi Nyeri

Toleransi ini erat hubungannya dengan intensitas nyeri

yang dapat memengaruhi kemampuan seseorang menahan nyeri.

Faktor yang dapat memengaruhi peningkatan toleransi nyeri

antara lain alkohol, obat-obatan, hipnotis, gesekan atau garukan,

pengalihan perhatian, kepercayaan yang kuat, dan sebagainya.

Sedangkan faktor yang menurunkan toleransi antara lain

kelelahan, rasa marah, bosan, cemas, nyeri yang tidak kunjung

hilang, sakit, dan lain-lain.

d. Reaksi terhadap Nyeri

Reaksi terhadap nyeri merupakan bentuk respons

seseorang terhadap nyeri, seperti ketakutan, gelisah, cemas,

menangis, dan menjerit. Semua ini merupakan bentuk respons

nyeri yang dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, seperti arti

nyeri, tingkat persepsi nyeri, pengalaman masa lalu, nilai

budaya, harapan sosial, kesehatan fisik dan mental, rasa takut,

cemas, usia, dan lain-lain.

7. Pengukuran Skala Nyeri

Intensitas nyeri (skala nyeri) adalah gambaran tentang seberapa

parah nyeri dirasakan individu, pengukuran intensitas nyeri sangat

subjektif dan individual serta kemungkinan nyeri dalam intensitas


yang sama dirasakan sangat berbeda oleh dua orang yang berbeda.

Intensitas nyeri dapat diketahui dengan bertanya kepada pasien

melalui skala nyeri berikut (Prasetyo, 2010).

a. Verbal Descriptor Scale (VDS)

Skala Deskriptif Verbal (Verbal Descriptor Scale, VDS)

merupakan salah satu alat ukur tingkat keparahan yang lebih

bersifat objektif. Skala Deskriptif Verbal ini merupakan sebuah

garis yang terdiri dari beberapa kalimat pendeskripsi yang

tersusun dalam jarak yang sama sepanjang garis.

Kalimat pendeskripsi ini diranking dari tidak ada nyeri

sampai nyeri paling hebat (Prasetyo, 2010).

Gambar 2.2 Pengukuran Skala Nyeri Deskriptif Verbal

b. Numerical Rating Scale (NRS)

Skala Numerik (Numerical Rating Scale, NRS) digunakan

sebagai pengganti alatpen deskripsi kata. Dalam hal ini, pasien

menilai nyeri dengan skala 0 sampai 10. Angka 0 diartikan

kondisi pasien tidak merasakan nyeri, angka 10

mengindikasikan nyeri paling berat yang dirasakan pasien. Skala

ini efektif digunakan untuk mengkaji intensitas nyeri sebelum

dan sesudah intervensi teraupetik (Prasetyo, 2010).


Gambar 2.3 Pengukuran Skala Nyeri Numerik

c. Faces Pain Score (FPS)

Wong dan Baker (1988) juga mengembangkan skala

wajah untuk mendeskripsikan nyeri pada anak-anak. Skala

tersebut terdiri dari 6 wajah profil kartun yang menggambarkan

wajah tersenyum (bebas dari rasa nyeri) kemudian bertahap

menjadi wajah kurang bahagia, wajah yang sangat sedih dan

wajah yang sangat ketakutan (nyeri yang sangat) (Prasetyo,

2010).

Gambar 2.4 Face Pain Score (FPS)

8. Pengkajian Terhadap Nyeri

Individu yang mengalami nyeri adalah sumber informasi terbaik

untuk menggambarkan nyeri yang dialaminya. Beberapa hal yang

harus dikaji untuk menggambarkan nyeri seseorang antara lain:


a. Intensitas nyeri

Minta individu untuk membuat tingkatan nyeri pada skala

verbal. Misalnya tidak nyeri, sedikit nyeri, nyeri sedang, nyeri

berat, hebat atau sangat nyeri, atau dengan membuat skala nyeri

yang sebelumnya bersifat kualitatif menjadi bersifat kuantitatif

dengan menggunakan skala 010 yang bermakna.

0 = tidak nyeri dan

10 = nyeri sangat hebat.

b. Karakteristik nyeri

Karakteristik nyeri dapat dilihat atau diukur berdasarkan

lokasi nyeri, durasi nyeri (menit, jam, hari atau bulan),

irama/periodenya (terus-menerus, hilang timbul, periode

bertambah atau berkurangnya intensitas) dan kualitas (nyeri

seperti ditusuk, terbakar, sakit nyeri dalam atau superfisial, atau

bahkan seperti di gencet).

c. Karakteristik dapat juga dilihat nyeri berdasarkan metode

PQRST,

P = Provocate, Q = Quality, R = Region, S = Severe, T = Time.

Berikut keterangan lengkapnya :

P : Provocate,

tenaga kesehatan harus mengkaji tentang penyebab terjadinya

nyeri pada penderita, dalam hal ini perlu dipertimbangkan

bagian-bagian tubuh mana yang mengalami cidera termasuk


menghubungkan antara nyeri yang diderita dengan faktor

psikologisnya, karena biasa terjadinya nyeri hebat karena dari

faktor psikologis bukan dari lukanya.

Q : Quality,

kualitas nyeri merupakan sesuatu yang subjektif yang

diungkapkan oleh klien, seringkali klien mendiskripsikan nyeri

dengan kalimat nyeri seperti ditusuk, terbakar, sakit nyeri dalam

atau superfisial, atau bahkan seperti di gencet.

R : Region,

untuk mengkaji lokasi, tenaga kesehatan meminta penderita

untuk menunjukkan semua bagian/daerah yang dirasakan tidak

nyaman. Untuk melokalisasi lebih spesifik maka sebaiknya

tenaga kesehatan meminta penderita untuk menunjukkan daerah

yang nyerinya minimal sampai kedaerah nyeri yang sangat.

Namun hal ini akan sulit dilakukan apabila nyeri yang dirasakan

bersifat menyebar atau difuse.

S : Severe,

tingkat keparahan merupakan hal yang paling subjektif yang

dirasakan oleh penderita, karena akan diminta bagaimana

kualitas nyeri, kualitas nyeri harus bisa digambarkan

menggunakan skala yang sifatnya kuantitas.


T : Time,

tenaga kesehatan mengkaji tentang awitan, durasi dan rangkaian

nyeri. Perlu ditanyakan kapan mulai muncul adanya nyeri,

berapa lama menderita, seberapa sering untuk kambuh dan lain-

lain.

d. Faktor-faktor yang meredakan nyeri

Hal-hal yang menyebabkan nyeri berkurang adalah seperti

gerakan tertentu, istirahat, nafas dalam, penggunaan obat dan

sebagainya. Selain itu adalah apa-apa yang dipercaya yang

sifatnya psikologis pada penderita dapat membantu mengatasi

nyeri.

e. Efek nyeri terhadap aktivitas sehari-hari

Kaji aktivitas sehari-hari yang terganggu akibat adanya

nyeri seperti sulit tidur, tidak nafsu makan, sulit konsentrasi.

Nyeri akut sering berkaitan dengan ansietas dan nyeri kronis

dengan depresi.

f. Kekhawatiran individu tentang nyeri

Mengkaji kemungkinan dampak yang dapat diakibatkan

oleh nyeri seperti beban ekonomi, aktivitas harian, prognosis,

pengaruh terhadap peran dan perubahan citra diri.

g. Mengkaji respon fisiologik dan perilaku terhadap nyeri

Perubahan fisiologis involunter dianggap sebagai indikator

nyeri yang lebih akurat. Respon involunter seperti meningkatnya


frekuensi nadi dan pernafasan, pucat dan berkeringat adalah

indikator rangsangan saraf otonom dan bukan nyeri. Respon

perilaku terhadap nyeri dapat berupa menangis, merintih,

merengut, tidak menggerakkan bagian tubuh, mengepal atau

menarik diri. Respon lain dapat berupa mudah marah atau

tersinggung

E Kompres Hangat

1. Definisi

Terapi kompres hangat merupakan tindakan dengan

memberikan kompres hangat yang bertujuan memenuhi kebutuhan

rasa nyaman, mengurangi atau membebaskan nyeri, mengurangi atau

mencegah terjadinya spasme otot, dan memberikan rasa hangat (Aziz

&Uliyah, 2014).

Kompres hangat merupakan salah satu penatalaksanaan nyeri

dengan memberikan energi panas melalui konduksi, dimana panas

tersebut dapat menyebabkan vasodilatasi (pelebaran pembuluh darah),

meningkatkan relaksasi otot sehingga meningkatkan sirkulasi dan

menambah pemasukan, oksigen, serta nutrisi ke jaringan (Potter &

Perry, 2010) Secara anatomis, banyak pembuluh darah arteri dan

arteriol di leher yang menuju ke otak (Snell, 2012).

Terapi kompres hangat merupakan tindakan dengan

memberikan kompres hangat yang bertujuan memenuhi kebutuhan


rasa nyaman, mengurangi atau membebaskan nyeri, mengurangi atau

mencegah terjadinya spasme otot, dan memberikan rasa hangat, dan

menurukan suhu tubuh (Ichra, 2017)

2. Tujuan Kompres Hangat

Menurut Ichra (2017) kompres hangat bertujuan untuk :

a. Kebutuhan rasa nyaman,

b. Membebaskan nyeri

c. Mengurangi atau mencegah terjadinya spasme otot

d. Memberikan rasa hangat

e. Menurukan suhu tubuh

3. Teknik Prosedur Kompres Hangat

Menurut Asmadi (2008) derajat kompres hangat diklasifikasikan

sebagai berikut :

a. Hangat kuku : 26◦C-34◦C

b. Hangat : 34◦C-37◦C

c. Panas : 37◦C-41◦C

d. Sangat Panas : 41◦C-46◦C


F Kerangka Konsep

Masalah Medis
Dismenorea
Identifikasi Pemeriksaan
fisik, Mental,
Identitas data emosional dan
demografi, PENGKAJIAN
spiritual
lingkungan,
struktur dan
Masalah keperawatan
fungsi keluarga
Nyeri

Penelitian
Studi Kasus Keperawatan

Intervensi Penerapan
Kompres Hangat
Subyek I Subyek II

Implementasi
Kompres hangat

EVALUASI
Efektifitas Penerapan
Kompres Hangat

Bagan 2.2
Kerangka Konsep Dismenorhea
BAB III

METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif. Metode

penelitian deskriptif merupakan suatu metode penelitian yang dilakukan

dengan tujuan utama untuk membuat gambaran tentang suatu keadaan

secara objektif dengan pendekatan studi kasus. Metode penelitian deskriptif

digunakan untuk memecahkan atau menjawab permasalahan yang sedang

dihadapi pada situasi sekarang (Notoatmojo, 2010).

Hasil yang diharapkan pada penelitian ini adalah untuk melihat

pelaksanaan Asuhan keperawatan keluarga Dengan Nyeri pada Kasus

Disminorhea dengan Intervensi Kompres Hangat.

B. Subjek Penelitian

Subjek penelitian merupakan subjek yang dituju untuk diteliti oleh

peneliti atau subjek yang menjadi pusat perhatian atau sasaran penelitian

(Arikunto, 2006).

Subjek penelitian pada studi kasus ini adalah 2 orang pasien yang

memiliki kriteria sebagai berikut :

1. Kriteria Inklusi

a. Pasien yang bersedia sebagai partisipan

b. Pasien Remaja Putri usia 17 - 23 tahun


c. Pasien Dismenorhea yang Kooperatif di Wilayah Kerja

Puskesmas Surulangun.

d. Pasien yang mengalami Disminorhea yang tidak disertai

penyakit lainnya (Tanpa Komplikasi).

2. Kriteria Eklusi

a. Pasien Disminorhea dengan Komplikasi penyakit lain.

C. Fokus Studi

Pemberian kompres hangat untuk mengatasi nyeri pada kasus

Disminorhea.

D. Definisi Operasional

Definisi operasional merupakan penjelasan semua variabel dan istilah

yang akan digunakan dalam penelitian secara operasional sehingga akhirnya

mempermudah pembaca dalam mengartikan makna penelitian (Setiadi,

2013).

1. Disminorhea adalah Nyeri selama menstruasi yang disebabkan karena

adanya kejang otot uterus.

2. Nyeri adalah mekanisme perlindungan yang menyebabkan seseorang

menarik diri dari atau menghindari sumber nyeri dan mencari bantuan

atau terapi.

3. Kompres hangat adalah memberikan rasa hangat untuk memenuhi

kebutuhan rasa nyaman, mengurangi atau membebaskan nyeri,


mengurangi atau mencegah spasme otot dan memberikan rasa hangat

pada daerah tertentu.

E. Lokasi Dan Waktu

Studi kasus ini akan dilakukan di Wilayah Kerja Puskesmas

Surulangun Kabupaten Musi Rawas Utara pada bulan Juni 2018.

F. Metode Dan Instrumen Pengumpulan Data

1. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data pada penelitian ini yang digunakan

adalah dengan Wawancara langsung kepada Penderita dan Observasi

langsung terhadap Remaja Putri dengan Nyeri pada kasus

Disminorhea.

2. Instrumen Pengumpulan Data

Alat pengumpulan data yang digunakan pada studi kasus karya

tulis ilmiah ini menggunakan format asuhan keperawatan sesuai

ketentuan yang telah ditetapkan. Format tersebut terdiri dari

Pengkajian, Diagnosa, Intervensi, implementasi dan evaluasi.

Pengumpulan data dilakukan dengan cara anamnese,

pemeriksaan fisik, observasi langsung, dan studi dokumentasi.

Instrumen pengumpulan data yang digunakan pada penelitian ini

adalah berupa format pengkajian asuhan keperawatan keluarga yang

berlaku, Kuesioner Skala Nyeri, SOP Kompres Hangat.


G. Prosedur Penelitian

Penelitian ini diawali dengan Penyusunan usulan penelitian dengan

menggunakan metode studi kasus. Setelah disetujui oleh penguji Proposal

maka penelitian dilanjutkan dengan kegiatan pengumpulan data. Data

penelitian berupa hasil observasi, wawancara terhadap kasus Disminorhea

dengan pemberian Kompres Hangat dengan langkah-langkah kegiatan

pengumpulan data :

1. Mengurus perizinan pada Puskesmas untuk melakukan penelitian.

2. Menjelaskan maksud dan tujuan penelitian pada subjek dan Keluarga,

selanjutnya meminta subjek menandatangani lembar inform consent

sebagai persetujuan menjadi subjek penelitian.

3. Mengidentifikasi dan mendiskusikan dengan subjek tentang

pemberian kompres hangat.

4. Melakukan pemeriksaan Vital sign..

5. Mengumpulkan data dan melakukan pengolahan data.

6. Menyajikan data hasil pengolahan dan hasil penelitian secara objektif

dalam bentuk narasi dan tabel.

7. Menyimpulkan hasil dengan mengsinkronkan temuan dengan teori.

H. Keabsahan Data

Uji keabsahan data dimaksudkan untuk menguji kualitas data /

informasi yang diperoleh dalam penelitian sehingga menghasilkan data


dengan validitas tinggi. Disamping integritas peneliti, uji keabsahan data

dilakukan dengan :

1. Memperpanjang waktu pengamatan / tindakan

2. Sumber informasi tambahan menggunakan triangulasi dari tiga

sumber data utama yaitu pasien, perawat dan keluarga klien yang

berkaitan dengan masalah yang diteliti.

I. Etika Penelitian

Penelitian yang menggunakan manusia sebagai subjek tidak boleh

bertentangan dengan etik. Tujuan penelitian harus etis dalam arti hak

responden harus dilindungi. Dalam melaksanakan penelitian ini :penulis

menggunakan prinsip etika yang meliputi :

1. Prinsip Manfaat (Nursalam, 2011)

a. Bebas dari penderitaan

Penelitian harus dilaksanakan tanpa mengakibatkan penderitaan

pada subjek, khususnya jika menggunakan tindakan

khusus.

b. Bebas dari Eksploitasi

Partisipasi subjek dalam penelitian, harus dihindarkan dari

keadaan yang tidak menguntungkan. Subjek harus diyakinkan

bahwa partisipasinya dalam penelitian atau informasi yang telah

diberikan, tidak akan dipergunakan dalam hal-hal yang dapat

merugikan subjek dalam bentuk apapun.


c. Resiko (benefit ratio)

Peneliti harus hati-hati mempertimbangkan resiko dan

keuntungan yang akan berakibat kepada subjek pada setiap

tindakan.

2. Prinsip Menghargai hak azazi manusia (Nursalam, 2011)

a. Hal untuk ikut / tidak menjadi Responden (right to self

determination)

Subjek harus diperlakukan secara manusiawi, subjek

mempunyai hak memutuskan apakah mereka bersedia menjadi

subjek ataupun tidak, tanpa adanya sangsi apapun atau akan

berakibat terhadap kesembuhannya, jika mereka seorang klien.

b. Hak untuk mendapat jaminan dari perlakuan yang diberikan

(right to full disclosure)

Seorang peneliti harus memberikan penjelasan secara rinci serta

bertanggung jawab jika ada sesuatu yang terjadi kepada subjek.

c. Informed consent

Subjek harus mendapatkan informasi secara lengkap tentang

tujuan penelitian yang akan dilaksanakan, mempunyai hak

untuk bebas berpartisipasi atau menolak menjadi responden.

Pada inform consent juga perlu dicantumkan bahwa data

yang diperoleh hanya akan dipergunakan untuk

pengembangan ilmu.
3. Prinsip Keadilan (Nursalam, 2011)

a. Hak untuk mendapatkan pengobatan yang adil (right in fair

treatment).

Subjek harus diperlakukan secara adil baik sebelum, selama dan

sesudah keikutsertaannya dalam penelitian tanpa adanya

diskriminasi apabila ternyata mereka tidak bersedia atau

dikeluarkan dari penelitian.

b. Hak dijaga kerahasiaannya (right to privacy)

Subjek mempunyai hak untukmeminta bahwa data yang

diberikan harus dirahasiakan, untuk itu perlu adanya tanpa nama

(anonymitpy) dan rahasia (confidentiality).

J. Analisa Data dan Penyajian data

Analisa data dilakukan secara deskriptif menggunakan prinsip-prinsip

manajemen asuhan keperawatan. Proses analisa data dimulai dengan

menelaah seluruh data yang tersedia dari berbagai sumber yaitu wawancara,

observasi dan Selanjutnya menggunakan evaluasi SOAP untuk catatan

perkembangan pasien.

Rencana analisis yang dilakukan pada penelitian ini adalah

menganalisis semua temuan pada tahapan proses keperawatan dengan

menggunakan konsep dan teori (pada pasien Mastitis). Data yang telah

didapat dari hasil dari hasil melakukan asuhan keperawatan mulai dari

pengkajian, penegakan diagnosis, merencanakan tindakan, melakukan


tindakan sampai mengevaluasi hasil tindakan akan dinarasikan dan

dibandingkan dengan teori asuhan keperawatan keluarga pada Pasien

dengan Mastitis. Analisa yang dilakukan adalah untuk menetukan apakah

ada persamaan antara teori yang ada dengan kondisi pasien dalam asuhan.
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil

1. Gambaran Puskesmas Surulangun

a. Geografis

Puskesmas Surulangun terletak di desa Surulangun Rawas,

Kecamatan Rawas Kabupaten Musi Rawas Utara. Jarak antara

Puskesmas pauh dengan Kabupaten ± 25 km, dengan waktu

tempuh ± 30 Menit perjalanan darat dengan kendaraan roda

empat maupun roda dua.

Batas wilayah Kerja Puskesmas Surulangun Kabupaten

Musi Rawas Utara.

b. Demografi

1) Agama dan Suku

Penduduk di wilayah Kerja Puskesmas Surulangun

mayoritas menganut agama Islam.

Dan Secara kesukuan, Penduduk di wilayah Puskesmas

termasuk Multi etnis, dengan mayoritas bersuku Rawas

dan bersuku Musi.

2) Mata Pencaharian Penduduk

Pekerjaan Mayoritas Penduduk adalah bertani,


sebagian lagi adalah Pegawai Negeri, Wiraswasta,

Dagang serta Buruh.

2. Karateristik Subjek Penelitian

Subjek Penelitian Studi Kasus ini, adalah 2 remaja putri yang

mengalami Dismenorea. Subjek I dengan initial Nn. H berusia 18

tahun, Jenis kelamin Perempuan, beragama islam, pendidikan terakhir

SMA, keluhan nyeri perut bagian bawah, pasien menyatakan dalam

rentang skala nyeri 6, TD: 110 / 70 mmHg, Nadi ; 84 x / menit, RR ;


8 o
16 x / menit, Temperatur : 37 c, dengan diagnosa medis

Dismenorea.

Subjek II dengan initial S berusia 19 tahun, Jenis kelamin Perempuan,

beragama islam, pendidikan terakhir SMA, keluhan nyeri didaerah

perut, pasien menyatakan dalam rentang skala nyeri 6, TD: 110 / 70


6o
mmHg, Nadi ; 84 x / menit, RR ; 16 x / menit, Temperatur : 37 c,

dengan diagnosa medis Dismenorea.

3. Pengkajian Data asuhan Keperawatan

a. Identitas Umum

Berdasarkan tahapan proses keperawatan, maka langkah awal

yang harus dilakukan pada kedua subjek adalah pengkajian.

Dalam studi kasus ini pengkajian yang dilakukan berfokus pada

keterangan klien dan keluarganya. Berdasar hasil anamnese dan

wawancara, dapat diketahui bahwa data pengkajian terhadap


subjek penelitian I dan Subjek penelitian II dapat dilihat pada

tabel 4.1 dibawah ini :

TABEL 4.1
HASIL PENGKAJIAN AWAL
DUA ORANG SUBJEK STUDI KASUS

Indikator Pengkajian Subjek


Subjek I Subjek II
Tanggal Pengkajian 04 Juni 2018 06 Juni 2018
Nama Kepala keluarga Tn. Y Tn. F
Nama Subjek Penelitian I Nn. H Nn. S
Umur 18 Tahun 19 tahun
Agama Islam Islam
Pendidikan SMA SMA
Pekerjaan Turut Orang Tua Turut Orang Tua
Penghasilan Keluarga ± 1.5 Juta / bulan ± 2.5 Juta / bulan
Suku Bangsa Rawas Rawas
Alamat Surulangun Suruangun

b. Komposisi Keluarga

Subjek Nama Umur Hubungan Pendi Peker K Keadaan


anggota Lk Pr dalam dikan jaan B Fisik
keluarga keluarga
Subjek I Tn. Y 45 Suami SMA KK - Baik
tahun
Nn.H 18 Anak SMA TOT - Baik
tahun
Subjek II Tn. F 47 Suami SMA KK - Baik
tahun
Nn.S 19 Anak SM A TOT - Baik
tahun
c. Genogram

Subjek I :

Keterangan :

= Laki-laki
= Perempuan
= Penderita

Subjek II :

Keterangan :
= Laki-laki
= Perempuan
= Penderita
d. Tipe Keluarga

Subjek I Subjek II
Tipe Keluarga Keluarga Tn. Y termasuk Keluarga Tn. F termasuk
tipe keluarga Inti tipe keluarga Inti

e. Riwayat dan Tahap Perkembangan Keluarga

Tahap perkembangan Subjek I Subjek II


keluarga
Tahap perkembangan Tahap perkembangan Tahap perkembangan
keluarga saat ini keluarga Tn. Y adalah keluarga Tn. F adalah dalam
dalam tahap perkembangan tahap perkembangan keluarga
keluarga dengan tahapan dengan tahapan anak remaja
anak remaja
Tahap perkembangan Tahap dengan anak dewasa, Tahap anak remaja, tahap
keluarga yang belum tahap keluarga usia dengan anak dewasa, tahap
terpenuhi dan pertengahan dan usia lanjut. keluarga usia pertengahan dan
kendalanya usia lanjut.

f. Riwayat Kesehatan Inti :


Riwayat Kesehatan Inti Subjek I Subjek II
Riwayat Keluarga saat Nn. H saat ini mengalami Nn. S saat ini mengalami
ini nyeri di bawah perut nyeri haid di bawah perut

Riwayat Penyakit Keluarga Tn. Y, Tidak ada Keluarga Tn. F, Tidak ada
Keturunan yang menderita penyakit yang menderita penyakit
keturunan. keturunan.

g. Riwayat masing-masing anggota Keluarga :


Subjeek I Nama Um BB Keadaan Imunisasi Masalah Upaya
ur (kg) Kesehata Kesehatan yang
n dilakukan
Subjek I Tn. Y 45 65 Baik - - -
Ny. P 40 50 Baik - - -

Nn. H 18 48 Baik - Nyeri saat Konsultasi


haid dan
berobat ke
puskesmas
Subjek II Tn. F 47 60 Baik - - -
Ny. I 45 55 Baik - - -
Nn. S 19 50 Baik - Nyeri saat Konsultasi
haid dan
berobat ke
puskesmas
h. Sumber Pelayanan Yang dimanfaatkan :

Sumber Pelayanan yang Subjek


dimanfaatkan Subjek I Subjek II
Falitas Kesehatan Puskesmas Puskesmas

i. Riwayat Kesehatan Keluarga Sebelumnya :


Subjek
Subjek I Subjek II
Riwayat kesehatan keluarga Keluarga Tn. Y dan Nn. Keluarga Tn. F dan Nn.
P, tidak ada yang I, tidak ada yang
menderita penyakit menderita penyakit
kronis dan penyakit kronis dan penyakit
keturunan keturunan

j. Pengkajian Lingkungan Keluarga


1) Karateristik Rumah

Karateristik Subjek
Subjek I Subjek II
Luas Rumah 6 x 9 m2 6 x 10 m2
Tipe rumah Permanen Permanen
Kepemilikan Hak milik Pribadi Hak milik Pribadi
Jumlah kamar 2 kamar tidur 2 kamar tidur
Ventilasi Baik Baik
Pemanfaatan ruang Sesuai fungsi Sesuai fungsi
Septik tank >5 meter >5 meter
Sumber Air Sumur Sumur
Kamar madi Bersih Bersih
WC Leher angsa Leher angsa
Sampah Dibakar Dibakar
Kebersihan lingkungan Bersih Bersih
Denah rumah
KT R.Tamu
KT R.Tamu
R. Tengah
R. Tengah

K.T
K.T

Dapur
Dapur K. Mandi
K. Mandi

Gudang
2) Karateristik Tetangga dan Komunitas RW

Karateristik
Tetanga Subjek I Tetangga Subjek II
Kebiasaan Kehidupan masyarakat Kehidupan masyarakat
dan tetangga dan tetangga
dilingkungan Tn. Y dilingkungan Tn. F
dan Ny. P sebagai dan Ny. I sebagai
buruh Petani. Dan IRT

Aturan Masyarakat dan Masyarakat dan


tetangga selalu tetangga selalu
bermusyawarah dalam bermusyawarah dalam
menyelesaikan segala menyelesaikan segala
permasalahan permasalahan
dilingkungan dilingkungan

Kebersihan Masyarakat dan Masyarakat dan


tetangga peduli tetangga peduli
terhadap kebersihan terhadap kebersihan
lingkungan lingkungan

Budaya Tradisi mayoritas Tradisi mayoritas


masyarakat masyarakat
dilingkungan Tn. Y dilingkungan Tn. F dan
dan Ny. P menganut Ny. I menganut tradisi
tradisi Sumatera (suku sumatera (suku musi
musi dan rawas) dan rawas)

Mobilitas Geografi Semenjak menikah Semenjak menikah


Keluarga hingga mempunyai hingga mempunyai
anak, Tn.Y dan Ny. P anak, Tn.F dan Ny. I
tinggal menetap dan tinggal menetap dan
tidak berpindah tempat tidak berpindah tempat
dari Desanya. dari Desanya.

Sistem Pendukung Terdapat fasilitas Terdapat fasilitas


kesehatan (Puskesmas) kesehatan (Puskesmas)
dengan SDM yang dengan SDM yang
cukup. cukup.
k. Struktur Keluarga

Struktur Subjek
Keluarga Subjek I Subjek II
Pola / cara menerapkan komunikasi secara menerapkan komunikasi secara
komunikasi terbuka.Bahasa yang digunakan terbuka.Bahasa yang digunakan
keluarga dirumah adalah Bahasa Dusun dirumah adalah Bahasa Dusun

Struktur Tn. Y sebagai Kepala keluarga, Tn. F sebagai Kepala keluarga,


kekuatan suami juga sebagai Ayah. suami juga sebagai Ayah.
keluarga
Struktur Tn. Y sebagai Kepala Keluarga Tn. F sebagai Kepala Keluarga
peran (suami) (suami)
keluarga Peran Formal : Peran Formal :
Penanggung Jawab keluarga / Penanggung Jawab keluarga /
pencari nafkah. pencari nafkah.
Peran Informal : Peran Informal :
Pendidik anak (turut mengawasi) Pendidik anak (turut mengawasi)

Ny. P sebagai Ibu rumah tangga Ny. I sebagai Ibu rumah tangga
(istri) (istri)
Peran Formal : Peran Formal :
Melaksanakan kewajiban sebagai Melaksanakan kewajiban sebagai
istri dan ibu istri dan ibu
Peran Informal : Peran Informal :
Membantu suami di kebun Membantu suami di kebun

Nilai dan Keluarga Tn. Y memegang aturan Keluarga Tn. F memegang aturan
norma susila yang berlaku susila yang berlaku
keluara

l. Fungsi Keluarga

1) Fungsi Afektif

Fungsi afektif Subjek


Subjek I Subjek II
Kerukunan hidup Keluarga Tn. Y termasuk Keluarga Tn. F termasuk
dalam keluarga keluarga yang Harmonis. keluarga yang Harmonis
Interaksi hubungan Tn. Y dan Ny. P saling Tn. F dan Ny. I saling
dalam keluarga berkomunikasi dengan berkomunikasi dengan
wajar dan baik, juga wajar dan baik, juga
dengan anaknya dengan anaknya

Anggota keluarga Tn. Y selaku kepala Tn. F selaku kepala


yang dominan dalam keluarga mempunyai peran keluarga mempunyai
keputusan besar dan pengambilan peran besar dan
keputusan pengambilan keputusan
Kegiatan Keluarga Keluarga Tn. Y Keluarga Tn. F
waktu senggang memanfaatkan waktu memanfaatkan waktu
senggang dengan senggang dengan
menonton TV dan menonton TV dan
Berinteraksi dengan Berinteraksi dengan
Tetangga Tetangga

Pastisipasi dalam Keluarga Tn. Y selalu Keluarga Tn. F selalu


kegiatan Sosial hadir dalam acara hadir dalam acara
persedekahan ataupun persedekahan ataupun
kemalangan di desanya kemalangan di desanya

2) Fungsi Perawatan Kesehatan

Fungsi perawatan Subjek


kesehatan Subjek I Subjek II
Mengenal masalah Keluarga mampu Keluarga mampu
kesehatan mengidentifikasi masalah mengidentifikasi masalah
kesehatan yang timbul kesehatan yang timbul
meskipun secara awam, meskipun secara awam,
dari tanda dan gejala dari tanda dan gejala
yang dirasakan yang dirasakan

Mengambil keputusan Keluarga segera mencari Keluarga segera mencari


mengenai tindakan bantuan tindakan dalam bantuan tindakan dalam
kesehatan yang tepat menyelesaikan keluhan menyelesaikan keluhan
secara tepat, dengan secara tepat, dengan
berobat ke Puskesmas berobat ke Puskesmas
atau tenaga kesehatan atau tenaga kesehatan

Merawat anggota Keluarga peduli dan Keluarga peduli dan


keluarga yang sakit saling membantu untuk saling membantu untuk
menolong keluarga yang menolong keluarga yang
sakit, sesuai arahan sakit, sesuai arahan
Petugas kesehatan Petugas kesehatan

Memelihara Keluarga begitu rajin Keluarga begitu rajin


lingkungan rumah yang membersihkan membersihkan
sehat lingkungan lingkungan

Menggunakan Keluarga Tn. Y Keluarga Tn. F


pelayanan kesehatan di menggunakan fasilitas menggunakan fasilitas
masyarakat pelayanan kesehatan pelayanan kesehatan
(Puskesmas) yang ada (Puskesmas) yang ada
diwilayahnya diwilayahnya
3) Fungsi Reproduksi

Subjek
Subjek I Subjek II
Fungsi Reproduksi merupakan Pasangan merupakan Pasangan
Usia Subur Usia Subur

4) Fungsi Ekonomi

Subjek
Subjek I Subjek II
Upaya Keluarga ini dalam Keluarga ini dalam
pemenuhan memenuhi kebutuhan memenuhi kebutuhan
sandang pangan sandang dan pangan dari sandang dan pangan dari
hasil berkebun dan gaji hasil berkebun dan gaji

Pemanfaatan Keluarga Tn. Y Keluarga Tn. P


sumber yang ada mempunyai kebun Karet mempunyai kebun Sawit
di masyarakat juga kerja di Perkebunan dan juga kerja di
perkebunan

m. Stress dan Koping Keluarga

Subjek
Subjek I Subjek II
Stresor jangka pendek Kondisi sakit nyeri daerah Kondisi sakit Nyeri daerah
perut yang dialami Nn. H perut yang dialmi Nn.S

Stresor jangka Panjang Belum mempunyai target Belum mempunyai target


Respon keluarga Selalu bermusyawarah untuk Selalu bermusyawarah untuk
terhadap stresor menyelesaikan masalah menyelesaikan masalah

Strategi Kooping Tn. Y dan Ny. P bertukar Tn. P dan Ny. I bertukar
pendapat dalam menyikapi pendapat dalam menyikapi
permasalahan yang ada permasalahan yang ada

Strategi adaptasi Tn. Y dapat mengendalikan Tn. P dapat mengendalikan


disfungsi diri dalam menghadapi diri dalam menghadapi
masalah dan tidak pernah masalah dan tidak pernah
melakukan tindak kekerasan melakukan tindak kekerasan
n. Harapan Keluarga

Subjek
Keluarga Subjek I Keluarga Subjek II
Terhadap masalah Keluarga Tn. Y selalu Keluarga Tn. P selalu
kesehatan berharap dijauhkan dari berharap dijauhkan dari
sakit sakit

Terhadap petugas Keluarga Tn. Y berharap Keluarga Tn. P berharap


kesehatan yang ada petugas kesehatan petugas kesehatan
memperhatikan kesehatan memperhatikan kesehatan
masyarakat dan mampu masyarakat dan mampu
memberikan pelayanan memberikan pelayanan
yang prima, peduli dan yang prima, peduli dan
cepat tanggap cepat tanggap

Berdasarkan data Pengkajian, didapatkan bahwa masalah

keperawatan subjek I dan subyek II adalah dengan keluhan nyeri

di bawah perut, rentang skala nyeri 6, TD: 110 / 70 mmHg, Nadi


8 o
; 84 x / menit, RR ; 16 x / menit, Temperatur : 37 c, dan

subjek II adalah dengan keluhan nyeri di daerah perut pasien

menyatakan dalam rentang skala nyeri 6, TD: 110 / 70 mmHg,

Nadi ; 84 x / menit, RR ; 16 x / menit, Temperatur : 37 6 oc.


TABEL 4.2
ANALISA DATA
Subjek I
Nyeri akut berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga merawat
anggota yang sakit

Subjek DATA SIFAT MASALAH KEMUNGKINAN


MASALAH PENYEBAB
Subjek Data Subjektif : Aktual Nyeri Akut ketidakmampuan
I Nn. H mengatakan keluarga memberi
sakit di daerah perut perawatan pada
Nn. H mengatakan anggota keluarga
nyeri hanya datang yang sakit
saat haid
P : Timbul pada saat
haid
Q : Seperti tertusuk-
tusuk
R : Di daerah perut
S : Skala nyeri 6
T : Sera tiba-tiba

Data objektif :
Klien tampak
meringis
2. Data Subjektif Resiko Defisit Ketidakmampuan
Nn. H mengatakan pengetahuan keluarga mengenal
sering mengalami masalah anggota
sakit di daerah perut kelurga yang
bagian bawah menderita
Keluarga Tn. Y Dismenorea
tidak begitu banyak
tahu apa yang
diderita Nn.H
Data Objektif
Keuarga tidak bisa
menjawab
pertanyaan tentang
Dismenorea
Subjek II
Nyeri akut berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga merawat
anggota yang sakit.

Subjek DATA SIFAT MASALAH KEMUNGKINAN


MASALAH PENYEBAB
Subjek Data Subjektif : Aktual Nyeri Akut ketidakmampuan
I Nn. H mengatakan keluarga memberi
sakit di daerah perut perawatan pada
Nn. H mengatakan anggota keluarga
nyeri hanya datang yang sakit
saat haid
P : Timbul pada saat
haid
Q : Seperti tertusuk-
tusuk
R : Di daerah perut
S : Skala nyeri 6
T : Sera tiba-tiba

Data objektif :
Klien tampak
meringis
2. Data Subjektif Resiko Defisit Ketidakmampuan
Nn. S mengatakan pengetahuan keluarga mengenal
sering mengalami masalah anggota
sakit di daerah perut kelurga yang
bagian bawah menderita
Keluarga Tn. F tidak Dismenorea
begitu banyak tahu
apa yang diderita
Nn.S
Data Objektif
Keuarga tidak bisa
menjawab
pertanyaan tentang
Dismenorea
Skala Prioritas Masalah
Masalah : (Subjek I)
Nyeri akut berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga memberi
perawatan pada anggota keluarga yang sakit.

TABEL SKORING DIAGNOSA


(BAYLON & MAGLAYA)

NO KRITERIA HITUNGAN SKOR PEMBENARAN


1. Sifat Masalah : Masalah adalah keadaan
Aktual 3/3x1 1 yang baru terjadi.
Resiko
Sejahtera / Sehat

2. Kemungkinan masalah Keluarga dapat


dapat di rubah : 2/2x2 2 menyelesaikan masalah
Mudah ini dengan kesadaran.
Sebagian
Tidak Dapat

3. Potensial untuk dicegah : Kondisi yang ada bisa


Tinggi 3/3x1 1 diselesaikan dengan
Cukup kesadaran.
Rendah

4. Menonjolnya Masalah :
Masalah dirasakan 2/2x1 1 menyadari terhadap
dan harus segera masalah yang ada
ditangani namun dianggap lumrah.
ada masalah tetapi
tidak perlu ditangani
Masalah tidak
dirasakan

JUMLAH 5
Masalah : (Subjek I)
Defisit pengeahuan berhubungan dengan ketidakmampuan keuarga
mengenal masalah anggota keluarga yang menderita Dismennore
TABEL SKORING DIAGNOSA
(BAYLON & MAGLAYA)

NO KRITERIA HITUNGAN SKOR PEMBENARAN


1. Sifat Masalah :
Aktual 3/3x1 1 Nn.S mengatakan nyeri
Resiko di daerah perut bagian
Sejahtera / Sehat bawah sehingga
membuat badan terasa
lesu
2. Kemungkinan masalah
dapat di rubah : Keluarga Tn.F
Mudah 2/2x2 2 mengatakan jika
Sebagian keluarga yang
Tidak Dapat mengalami sakit
diberikan obat
3. Potensial untuk dicegah :
Tinggi 3/3x1 1 Nn.S mengatakan nyeri
Cukup sedikit berkurang, tidak
Rendah tidak melakukan
aktivitas
4. Menonjolnya Masalah :
Masalah dirasakan 2/2x1 1 Nn.S mentagakan nyeri
dan harus segera pada saat haid
ditangani mengganggu dan
ada masalah tetapi menyusahkan Ny.I
tidak perlu ditangani
Masalah tidak
dirasakan

JUMLAH 5
Skala Prioritas Masalah
Masalah : (Subjek I)
Nyeri akut berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga memberi
perawatan pada anggota keluarga yang sakit.

TABEL SKORING DIAGNOSA


(BAYLON & MAGLAYA)

NO KRITERIA HITUNGAN SKOR PEMBENARAN


1. Sifat Masalah : Masalah adalah keadaan
Aktual 3/3x1 1 yang baru terjadi.
Resiko
Sejahtera / Sehat

2. Kemungkinan masalah Keluarga dapat


dapat di rubah : 2/2x2 2 menyelesaikan masalah
Mudah ini dengan kesadaran.
Sebagian
Tidak Dapat

3. Potensial untuk dicegah : Kondisi yang ada bisa


Tinggi 3/3x1 1 diselesaikan dengan
Cukup kesadaran.
Rendah

4. Menonjolnya Masalah :
Masalah dirasakan 2/2x1 1 menyadari terhadap
dan harus segera masalah yang ada
ditangani namun dianggap lumrah.
ada masalah tetapi
tidak perlu ditangani
Masalah tidak
dirasakan

JUMLAH 5
Masalah : (Subjek I)
Defisit pengeahuan berhubungan dengan ketidakmampuan keuarga
mengenal masalah anggota keluarga yang menderita Dismennore
TABEL SKORING DIAGNOSA
(BAYLON & MAGLAYA)

NO KRITERIA HITUNGAN SKOR PEMBENARAN


1. Sifat Masalah :
Aktual 3/3x1 1 Nn.S mengatakan nyeri
Resiko di daerah perut bagian
Sejahtera / Sehat bawah sehingga
membuat badan terasa
lesu
2. Kemungkinan masalah
dapat di rubah : Keluarga Tn.F
Mudah 2/2x2 2 mengatakan jika
Sebagian keluarga yang
Tidak Dapat mengalami sakit
diberikan obat
3. Potensial untuk dicegah :
Tinggi 3/3x1 1 Nn.S mengatakan nyeri
Cukup sedikit berkurang, tidak
Rendah tidak melakukan
aktivitas
4. Menonjolnya Masalah :
Masalah dirasakan 2/2x1 1 Nn.S mentagakan nyeri
dan harus segera pada saat haid
ditangani mengganggu dan
ada masalah tetapi menyusahkan Ny.I
tidak perlu ditangani
Masalah tidak
dirasakan

JUMLAH 5
4. Diagnosa Keperawatan Sesuai Prioritas

Diagnosa keperawatan yang ditemukan pada subjek I,

berdasarkan hasil pengkajian adalah Nyeri akut berhubungan dengan

ketidakmampuan keluarga memberi perawatan pada anggota keluarga

yang sakit dan Defisit pengetahuan berhubungan dengan

ketidakmampuan keluarga mengenal masalah anggota keluarga yang

menderita Dismenorea dan Diagnosa keperawatan yang ditemukan

pada subjek II, berdasarkan hasil pengkajian adalah Nyeri akut

berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga memberi perawatan

pada anggota keluarga yang sakit dan Defisit pengetahuan

berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga mengenal masalah

anggota keluarga yang menderita Dismenorea.

Kedua Subjek penelitian mempunyai masalah keperawatan dengan

dua diagnosa keperawatan, yaitu :

a. Nyeri akut berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga

memberi perawatan pada anggota keluarga yang sakit.

b. Defisit pengetahuan berhubungan dengan ketidakmampuan

keluarga yang menderitta Dismenorea.


Perencanaan
TABEL 4.3
PERENCANAAN
Subyek I
No Tujuan Evaluasi Intervensi
Dx Tujuan Umum Tujuan Khusus Kriteria Standar
1. Setelah dilakukan tindakan Setelah melakukan 1. Tindakan 1. Keluarga Tn. Y Manajemen nyeri
ketidakmampuan kunjungan selama 3x30 (psikomotor) khususnya 6. Kaji nyeri secara komprehensif
keluarga memberi menit keluarga dapat Nn.H mampu yang meliputi lokasi,
mencapai : melakukan karakteristik, onset/durasi,
perawatan pada anggota frekuensi, intensitas atau beratnya
TUK 1 kompres hangat
keluarga yang sakit. nyeri dan faktor pencetus
Keluarga mampu merawat 2. Keluarga Tn.Y 7. Tentukan akibat dari pengalaman
anggota keluarga yang khususnya nyeri terhadap kualitas hidup
menderita nyeri haid Nn.H mampu pasien (misalnya, tidur, nafsu
dengan: menerapkan makan, pengertian, perasaan,
a. Menerapkan Kompres kompres hangat hubungan, perfoma keja, dan
hangat tanggung jawab peran)
8. Berikan informai mengenai nyeri,
seperti penyebab nyeri, beberapa
lama nyeri akan dirasakan, dan
antisipasi dari ketidak nyamanan
akibat prosedur
9. Kolaborasi dengan pasien, orang
terdekat dan tim kesehatan
lainnya untuk memilih dan
mengimplementasikan tindakan
penurunan nyeri nonfarmakologi
sesuai kebutuhan.
2. Setelah dilakukan tindakan Setelah melakukan kujungan 1. Tindakan 1. Keluarga 1. Kaji pengetahuan keluarga
keluarga mampu mengenal 3x30 menit keluarga dapat (psikomotor) mampu tentang Dismenore
masalah yang diderita Nn.H mencapai : menyebutkan 2. Jelaskan pada keluarga Tn.Y
TUK 1 : tanda dan tentang kemungkinan penyebab
Keluarga mampu mengenal gejala terjadinya Dismenorea
masalah Dismenorea 2. Sikap Dismenorea 3. Berikan penjelasan kepada
dengan: 2. Keluarga keluarga tentang cara pencegahan
a. Menyebutkan tanda dan mampu Dismenorea
gejala Dismenorea menyebutkan
b. Menyebutkan penyebab penyebab dari
dari Dismenorea penyakit
c. Menjelaskan cara Dismenorea
pencegahan dari 3. Keluarga
penyakit Dismenorea mampu
menjelaskan
cara
pencegahan
Subyek II
No Tujuan Evaluasi Intervensi
Dx
Tujuan Umum Tujuan Khusus Kriteria Standar
1. Setelah dilakukan Setelah melakukan 1. Respon Verbal 1. Keluarga Tn.P Manajemen nyeri
tindakan kunjungan 3x30 menit pengetahuan khususnya Nn.S 1. Kaji nyeri secara komprehensif
ketidakmampuan keluarga dapat (kognitif) dan mampu yang meliputi lokasi, karakteristik,
keluarga memberi mencapai : sikap melakukan onset/durasi, frekuensi, intensitas
atau beratnya nyeri dan faktor
perawatan pada TUK 1 kompres hangat
pencetus
anggota keluarga yang Keluarga mampu 2. Keluarga Tn.P 2. Tentukan akibat dari pengalaman
sakit. merawat anggota khususnya Nn.S nyeri terhadap kualitas hidup
keluarga yang mampu kompres pasien (misalnya, tidur, nafsu
menderita Dismenorea hangat makan, pengertian, perasaan,
dengan: hubungan, perfoma keja, dan
a. Menerapkan tanggung jawab peran)
3. Berikan informai mengenai nyeri,
kompres hangat
seperti penyebab nyeri, beberapa
lama nyeri akan dirasakan, dan
antisipasi dari ketidak nyamanan
akibat prosedur.
4. Kolaborasi dengan pasien, orang
terdekat dan tim kesehatan lainnya
untuk memilih dan
mengimplementasikan tindakan
penurunan nyeri nonfarmakologi
sesuai kebutuhan.
2. Setelah dilakukan Setelah melakukan 1. Respon verbal 1. Keluarga mampu 1. Kaji pengetahuan keluarga tentang
tindakan keluarga kunjungan 3x30 menit pengetahuan menyebutkan Dismenorea
mampu mengenal keluarga dapat (kognitif) dan tanda dan gejala 2. Jelaskan pada keluarga Tn.M
masalah keluarga yang mencapai: sikap Dismenorea tentang kemungkinan penyebab
di derita Nn.S TUK 1 : 2. Tindakan 2. Keluarga mampu terjadinya Dismenorea
Keluarga mampu (psikomotor) menyebutkan 3. Berikan penjelasan kepada
mengenal masalah penyebab dari keluarga tentang cara pencegahan
Dismenorea dengan: penyakit Dismenorea
d. Menyebutkan Dismenorea
tanda dan gejala 3. Keluarga mampu
Dismenorea menjelaskan cara
e. Menyebutkan pencegahan
penyebab dari
Dismenorea
f. Menjelaskan cara
pencegahan dari
penyakit
Dismenorea
Pelaksanaan
TABEL 4.4
PELAKSANAAN
Subyek I
Diagnosa Keperawatan 11 Juni 2018 12 Juni2018 13 Juni 2018
Nyeri akut berhubungan Jam Implementasi Jam Implementasi Jam Implementasi
dengan ketidakmampuan 09:00 1. Mengkaji nyeri secara 11:20 1. Mempertimbangkan 14:30 1. Memotivasi untuk
keluarga perawatan pada komprehensif yang moivasi individu untuk melanjutkan program
anggota keluarga yang sakit meliputi lokasi, memulai atau latihan
karakteristik, melanjutkan program R : Nn.H termotivasi
onset/durasi, frekuensi,
intensitas atau latihan untuk melanjutkan
beratnya nyeri dan R : Keluarga Tn.Y program latihan
faktor pencetus khususnya Nn.H ada 14:55 2. Mengajarkan
R : Membantu dalam motivasi untuk memuali keluarga/individu untuk
menentukan kebutuhan program latihan melakukan latihan
manajemen nyeri dan 11:45 2. Melibatkan R : Keluarga Tn.Y
keefektifan program
09:15 keluarga/orang yang khusunya Nn.H mau
2. Menentukan akibat
dari pengalaman nyeri merawat dalam melakukan pemberian
terhadap kualitas hidup merencanakan dan kompres hangat
pasien (misalnya, tidur, meningkatkan program 3. Monitor respon individu
nafsu makan, latihan 15:00 terhadap program latihan
pengertian, perasaan, R : Keluarga Tn.Y mau R : Keluarga Tn.Y
hubungan, perfoma terlibat dalam khusunya Nn.H merespon
keja, dan tanggung
melakukan pemberian baik program latihan
jawab peran)
R : Membantu dalam kompres hangat yang diajarkan
menentukan kebutuhan 12:00 3. Mengajarkan
manajemen nyeri dan keluarga/individu untuk
program melakukan latihan
09:45 3. Memberikan informai R : Keluarga Tn.Y
mengenai nyeri, seperti
penyebab nyeri, khusunya Nn.H mau
beberapa lama nyeri diajarkan kompres
akan dirasakan, dan hangat dan Nn.H
antisipasi dari ketidak
mengikuti dengan serius
nyamanan akibat
prosedur. 4. Monitor respon individu
R : Membantu pasien 12:25 terhadap program
mengerti apa yang latihan
dialami R : Keluarga Tn.Y
10:15 4. Berkolaborasi dengan khususnya Nn.H
pasien, orang terdekat merespon dengan baik
dan tim kesehatan
program latihan yang
lainnya untuk memilih
dan diajarkan
mengimplementasikan
tindakan penurunan
nyeri nonfarmakologi
sesuai kebutuhan.
R : Membantu
mempercepat
pemulihan

Defisit pengetahuan 10:25 1. Mengkaji pengetahuan 12:30 1. Mengkaji kembali 15:00 1. Menanyakan kembali
berhubungan dengan keluarga tentang pengetahuan keluarga pada keluarga tentang
ketidakmampuan keluarga penyakit Dismenorea tentang Dismenorea penyebab terjadinya
R : Keluarga Tn. Y
Ny.K khusunya Nn.Y R : Keluarga Tn.Y Dismenorea
khusunya Nn.H belum
mengenal masalah anggota mengetahui tentang khusunya Nn.H R : Keluarga Tn.Y
keluarga yang menderita dismenorea mengetahui tentang khusunya Nn.H
Dismenorea 10:35 2. Menjelaskan pada Dismenorea menjawab pertayaan yang
keluarga tentang 12:4 2. Memberi penjelasan saya ajukan
penyebab Dismenorea kepada keluarga tentang
R : Nn.P cara pencegahan
mendengarkan apa
yang sudah dijelaskan Dismenorea
10:50 3. Memberi penjelasan R : Keluarga mendengarkan
tentang cara penjelasan yang diberika
pencegahan
khusunya Nn.H
Dismenorea
R : Nn.H mendengarkan
penjelasannya
Subyek II
Diagnosa Keperawatan 18 Juni 2018 19 Juni2018 20 Juni 2018
Nyeri akut berhubungan Jam Implementasi Jam Implementasi Jam Implementasi
dengan ketidakmampuan 15:00 1. Mengkaji nyeri secara 12:25 1. Mempertimbangkan 10:00 1. Memotivasi untuk
keluarga memberi komprehensif yang moivasi individu untuk melanjutkan program
perawatan pada anggota meliputi lokasi, memulai atau latihan
keluarga yang sakit karakteristik,
melanjutkan program R : Nn.S termotivasi
onset/durasi, frekuensi,
intensitas atau latihan untuk melanjutkan
beratnya nyeri dan R : Keluarga Tn.P program latihan
faktor pencetus khususnya Nn.S ada 10:25 2. Mengajarkan
R : Membantu dalam motivasi untuk memuali keluarga/individu untuk
menentukan kebutuhan program latihan melakukan latihan
manajemen nyeri dan 12:40 2. Melibatkan R : Keluarga Tn.P
keefektifan program
keluarga/orang yang khusunya Nn.S mau
2. Menentukan akibat
15:35 dari pengalaman nyeri merawat dalam melakukan teknik
terhadap kualitas hidup merencanakan dan relaksasi napas dalam
pasien (misalnya, tidur, meningkatkan program lagi
nafsu makan, latihan 10:40
pengertian, perasaan, R : Keluarga Tn.P mau
hubungan, perfoma terlibat dalam
keja, dan tanggung
melakukan kompres
jawab peran)
R : Membantu dalam hangat
menentukan kebutuhan 13:00 3. Mengajarkan
manajemen nyeri dan keluarga/individu untuk
program melakukan latihan
15:45 3. Memberikan informai R : Keluarga Tn.P
mengenai nyeri, seperti
khusunya Nn.S mau
penyebab nyeri,
beberapa lama nyeri diajarkan cara kompres
akan dirasakan, dan hangat dan Nn.S
antisipasi dari ketidak mengikuti dengan serius
nyamanan akibat
prosedur. 13:20
R : Membantu pasien
mengerti apa yang
dialami
15:50 4. Berkolaborasi dengan
pasien, orang terdekat
dan tim kesehatan
lainnya untuk memilih
dan
mengimplementasikan
tindakan penurunan
nyeri nonfarmakologi
sesuai kebutuhan.
R : Membantu
mempercepat
pemulihan

Defisit pengetahuan 16:05 1. Mengkaji pengetahuan 12:20 1. Mengkaji kembali 11:00 1. Menanyakan kembali pada
berhubungan dengan keluarga tentang pengetahuan keluarga keluarga tentang penyebab
ketidakmampuan keluarga penyakit Dismenorea tentang Dismenorea terjadinya Dismenorea
mengenal masalah anggota R: Keluarga Tn.P
R : Keluarga Tn.P R : Keluarga Tn.P khusunya
yang menderita Dismenorea khusunya Nn.S belum
mengetahui tentang khusunya Nn.S Nn.S menjawab pertayaan
dismenorea mengetahui tentang yang saya ajukan
16:25 2. Menjelaskan pada Dismenorea
keluarga tentang 12:45 2. Memberi penjelasan
penyebab Dismenorea kepada keluarga tentang
R: Nn.S cara pencegahan
mendengarkan apa
Dismenorea
yang sudah dijelaskan
3. Memberi penjelasan R : Keluarga
16:35 tentang cara mendengarkan penjelasan
pencegahan yang diberika khusunya
Dismenorea Nn.S
R : Nn.S
mendengarkan
penjelasannya
Evaluasi
TABEL 4.5
EVALUASI KEPERAWATAN

Subyek I
Dx Hari 1 Hari 2 Hari 3
Tanggal 11 Juni 2018 Tanggal 12 Juni 2018 Tanggal 13 Juni 2018
1. S: S: S:
- Nn.H mengatakan sakit didaerah - Nn.H mengatakan sakit sedikit berkurang di - Nn.H mengatakan nyeri berkurang
perut bagian bawah daerah bagian perut - Nn.H mengatakan melakukan teknik
- Nn. H mengatakan nyeri hanya datang - Nn.H mengatakan nyeri hanya datang saat relaksasi napas dalam yang sudah saya
saat sedang haid sedang haid ajarkan
- Nn.H mengatakan sulit untuk - Nn.H mengatakan melakukan teknik - Nn.H memahami dengan prosedure yang
melakukan teknik relaksasi napas relaksasi napas dalam tetapi hanya sebentar saya berikan
dalam sendiri - Nn.H mengatakan tahu apa yang sudah
disjelaskan
O: O:
- Nn.H tampak senang ketika perawat O: - Nn.H tampak senang ketika perawat datang
datang - Nn.H tampak senang ketika perawat datang - Nn.H mengerti dengan prosedure yang
- Nn.H masih tampak binggung dengan - Nn.H sedikit mengerti dengan prosedur yang sudah dijelaskan
prosedur yang diberikan diberikan A:
- Nn.H tampak mengelengkan kepala - Nn.H tampak mengerti apa yang sudah - Masalah nyeri teratasi
tentang apa yang sudah dijelaskan dijelaskan P:
A: A: - Intervensi dipertahankan
- Masalah nyeri belum teratasi - Masalah nyeri belum teratasi
P: P:
- Intervensi peningkatan latihan 1-4 - Intervensi peningkatan latihan 1-4
dilanjutkan dilanjutkan
Subyek II
Dx Hari 1 Hari 2 Hari 3
Tanggal 18 Juni 2018 Tanggal 19 Juni 2018 Tanggal 20 Juni 2018
1. S: S: S:
- Nn.S mengatakan sakit didaerah - Nn.S mengatakan sakit sedikit berkurang di - Nn.S mengatakan nyeri berkurang
perut bagian bawah daerah bagian perut - Nn.S mengatakan melakukan teknik
- Nn. S mengatakan nyeri hanya datang - Nn. S mengatakan nyeri hanya datang saat relaksasi napas dalam yang sudah saya
saat sedang haid sedang haid ajarkan
- Nn.S mengatakan sulit untuk - Nn.S mengatakan melakukan teknik - Nn.S memahami dengan prosedure yang
melakukan teknik relaksasi napas relaksasi napas dalam tetapi hanya sebentar saya berikan
dalam sendiri - Nn.S mengatakan tahu apa yang sudah O:
disjelaskan - Nn.S tampak senang ketika perawat datang
O: - Nn.S mengerti dengan prosedure yang
- Nn.S tampak senang ketika perawat O: sudah dijelaskan
datang - Nn.S tampak senang ketika perawat datang A:
- Nn.S masih tampak binggung dengan - Nn.S sedikit mengerti dengan prosedur yang - Masalah nyeri teratasi
prosedur yang diberikan diberikan P:
- Nn.S tampak mengelengkan kepala - Nn.S tampak mengerti apa yang sudah - Intervensi dipertahankan
tentang apa yang sudah dijelaskan dijelaskan
A: A:
- Masalah nyeri belum teratasi - Masalah nyeri belum teratasi
P: P:
- Intervensi peningkatan latihan 1-4 - Intervensi peningkatan latihan 1-4
dilanjutkan dilanjutkan
TABEL 4.6
EVALUASI EFEKTIFITAS KOMPRES HANGAT
UNTUK MENGURANGI NYERI AKUT
(hari ke 1)
No Karakter Nama Penderita Keterangan
Nyeri Subjek :.Ny. H Subjek II : Ny. S
Senin, 04 Juni 2018, Rabu, 06 Juni 2018,
10.00 wib 10.00 wib
Sebelum Sesudah Sebelum Sesudah
Tindakan Tindakan Tindakan Tindakan
( 0 Menit) (15 Menit) ( 0 Menit) (15 Menit)
1. Nyeri - - - - Nyeri sedikit
Ringan berkurang
(Skala 1 – namun
3) masih dalam
2. Nyeri Skala 6 Skala 4 Skala 6 Skala 4 rentang
Sedang (Nyeri sedang) (nyeri sedang) (Nyeri sedang) (nyeri sedang) nyeri sedang
(Skala 4 –
6)
3. Nyeri - - - -
Berat
(Skala 7 –
9)
4. Sangat - - - -
Nyeri
(Skala
10)

Kompres hangat pada Dismenorea yang mengalami nyeri haid,

belum menunjukkan hasil yang efektif.


TABEL 4.7
EVALUASI EFEKTIFITAS KOMPRES HANGAT
UNTUK MENGURANGI NYERI AKUT
(hari ke 2)
No Karakter Nama Penderita Keterangan
Nyeri Subjek :.Ny. H Subjek II : Ny. S
Selasa, 05 Juni 2018, Kamis, 07 Juni 2018,
10.00 wib 10.00 wib
Sebelum Sesudah Sebelum Sesudah
Tindakan Tindakan Tindakan Tindakan
( 0 Menit) (15 Menit) ( 0 Menit) (15 Menit)
1. Nyeri - Skala 3 - Skala 3 Nyeri sedikit
Ringan (nyeri ringan) (nyeri ringan) berkurang
(Skala 1 – namun telah
3) dalam skala
2. Nyeri Skala 4 - Skala 4 - nyeri ringan
Sedang (Nyeri sedang) (Nyeri sedang)
(Skala 4 –
6)
3. Nyeri - - - -
Berat
(Skala 7 –
9)
4. Sangat - - - -
Nyeri
(Skala
10)

Nyeri akut yang terlihat pada hari kedua telah berkurang, Subjek

I dan Subjek II mengatakan skala nyeri 4 sebelum pelaksanaan

kompres hangat, dan kemudian menurun menjadi skala 3 setelah

dilakukan kompres hangat pada Dismenorea selama 15 menit.


TABEL 4.8
EVALUASI EFEKTIFITAS KOMPRES HANGAT
UNTUK MENGURANGI NYERI AKUT
(hari ke 3)
No Karakter Nama Penderita Keterangan
Nyeri Subjek :.Ny. H Subjek II : Ny. S
Rabu, 06 Juni 2018, Jum’at, 08 Juni 2018,
10.00 wib 10.00 wib
Sebelum Sesudah Sebelum Sesudah
Tindakan Tindakan Tindakan Tindakan
( 0 Menit) (15 Menit) ( 0 Menit) (15 Menit)
1. Nyeri Skala 3 Skala 1 Skala 3 Skala 1 Nyeri masih
Ringan (Nyeri ringan) (nyeri ringan) (Nyeri ringan) (Nyeri ringan) dirasakan
(Skala 1 – namun
3) dalam skala
2. Nyeri - - - - nyeri ringan
Sedang
(Skala 4 –
6)
3. Nyeri - - - -
Berat
(Skala 7 –
9)
4. Sangat - - - -
Nyeri
(Skala
10)

Nyeri akut yang terlihat pada hari ketiga telah berkurang, Subjek

I dan Subjek II mengatakan skala nyeri yang dirasakan pada rentang

skala nyeri 3 sebelum tindakan, dan selanjutnya kompres hangat

kembali dilakukan selama 15 menit, hasil yang didapatkan setelah

tindakan, subjek I dan subjek II mengatakan nyeri dismenorea telah

menurun dan dinyatakan dalam rentang skala 1.

Pemberian kompres hangat yang dilakukan teratur pada kondisi

nyeri dismenorea memberikan hasil yang efektif. Efek fisiologis panas

adalah Vasodilatasi yang meningkatkan aliran darah kebagian tubuh

yang mengalami cidera / radang , yang meningkatkan pengiriman


nutrisi dan pembuangan zat sisa, mengurangi kongesti vena didalam

jaringan yang mengalami cedera (Patricia A.Potter dan Anne Griffin

Perry, 2006).

B. Pembahasan

Pada bab ini penulis akan membahas mengenai penerapan kompres

hangat untuk mengurangi nyeri akut pada penderita nyeri Dismenorea di

wilayah kerja Puskesmas Surulangun yang dilakukan pada tanggal 04 Juni

2018 sampai 09 Juni 2018. Pembahasan penelitian ini meliputi pengkajian,

diagnosa keperawatan, intervensi, implementasi dan evaluasi dengan

membandingkan antara teori dengan fakta nyata ketika dilakukan aplikasi

terapi mandiri kompres hangat terhadap masalah nyeri akut pada

Dismenorea.

1. Pengkajian

Pada pengkajian kedua Subjek didapatkan hasl pengkajian berupa data

umum dan data keluhan utama yaitu berupa masalah nyeri dan defisit

pengetahuan. Keluhan Nyeri dan defisit pengetahuan yang timbul

sebagai reaksi fisiologis dari efek peradangan yang terjadi pada

Dismenorea. Munculnya nyeri berkaitan erat dengan reseptor dan

adanya rangsangan. Reseptor nyeri yang dimaksud adalah nociseptor,

merupakan ujung-ujung saraf sangat bebas yang memiiki sedikit atau

bahkan tidak memiliki myelin yang tersebar pada kulit dan mukosa,

khususnya pada visera, persendian, dinding arteri, hati dan kandung


empedu. Reseptor nyeri dapat memberikan respons akibat adanya

stimulasi atau rangsangan. Stimulasi tersebut dapat berupa zat

kimiawi seperti histamin, bradikinin, prostaglandin dan macam-

macam asam yang dilepas apabila terdapat kerusakan pada jaringan

akibat kekurangan oksigenisasi. Kemudian, impuls nyeri

menyeberangi sumsum tulang belakang pada interneuron dan

bersambung ke jalur spinal asendens yang paling utama, yaitu jalur

spinothalamic tract (STT) atau jalur spinotalamis dan spinorecticular

tract (SRT) yang membawa informasi tentang sifat dan lokasi nyeri

(Aziz Alimul Hidayat, 2014).

Berdasarkan data yang didapat penulis sesuai dengan teori uang

menyebutkan pengkajian nyeri yang aktual dan tepat dibutuhkan

untuk menetapkan dasar, menegakkan diagnosis keperawatan yang

tepat, menyeleksi terapi keperawatan yang coock dan mengevaluasi

respon (Potter & Perry, 2006)

2. Diagnosa Keperawatan

Diagnosa keperawatan dengan nyeri Dismenorea secara konsep

terdapat 3 diagnosa keperawatan, adapun diagnosa keparawatatan

tersebut adalah :

a. Nyeri akut berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga

memberi perawatan anggota keluarga yang sakit


b. Ansietas berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga dalam

mengambil keputusan yang tepat terkaid masalah kesehatan

yang dihadapi

c. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan ketidakmampuan

keluarga mengenal masalah

pada pengkajian terhadap subjek I dan Subjek II,

berdasarkan keluhan yang disampaikan terdapat 2 diagnosa

pada kasus dengan penyakit Mastitis ini, yaitu:

a. Nyeri Akut / Kronis berhubungan dengan ketidakmampuan

keluarga memberi perawatan pada anggota keluarga yang sakit

b. Defisit pengetahuan berhubungan dengan ketidakmampuan

keluarga mengenal masalah anggota yang menderita

Dismenorea.

Namun fokus pembahasan pada kasus ini, terpusat pada

diagnosa Nyeri Akut berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga

memberi perawatan pada anggota keluarga yang sakit

Diagnosa yang ada sesuai sebagaimana yang terdapat dalam

konsep NANDA (2015), namun terdapat ketidakselarasan antara teori

yang ada dengan yang ditemukan pada subjek I dan subjek II, karena

secara teori terdapat 4 diagnosa sementara pada penelitian hanya

ditemukan 2 diagnosa saja.


3. Perencanaan (intervensi)

Dengan berdasar pada referensi NANDA (2015), intervensi

keperawatan yang dilakukan untuk mengatasi Nyeri Akut ini selain

kompres hangat dapat dilakukan tindakan relaksasi dan distraksi yang

bertujuan untuk mengurangi rasa nyeri.

Pada penelitian ini, intervensi disusun sesuai sesuai dengan

kondisi pasien dan fasilitas yang ada. Sehingga rencana keperawatan

dapat dijalankan dan diterapkan sesuai tujuan. Penulis menyusun

rencana keperawatan 3 x 30 menit dalam 3 hari, dikarenakan masalah

Nyeri akut tidak dapat diatasi dalam waktu singkat. Intervensi yang

dilakukan adalah menerapkan kompres hangat.

Pada penelitian ini, intervensi yang dilakukan selaras dengan

konsep teori yang ada, sehingga tidak ada kesenjangan antara teori

dan intervensi yang diberikan pada subjek I dan subjek II.

4. Pelaksanaan (implementasi)

Pada kegiatan implementasi, perawat perlu melakukan kontrak

sebelumnya (saat mensosialisasikan diagnosis keperawatan) untuk

pelaksanaan yang meliputi kapan dilaksanakan, berapa lama waktu

yang dibutuhkan, materi / topik yang didiskusikan, siapa yang

melaksanakan, anggota keluarga yang perlu mendapat informasi

(sasaran langsung implementasi), dan peralatan yang perlu disiapkan

keluarga. Kegiatan ini bertujuan agar keluarga dan perawat

mempunyai kesiapan secara fisik dan psikis pada saat implementasi.


Pada tahap implementasi keperawatan, dilaksanakan sesuai intervensi

prioritas agar semua kebutuhan subjek terpenuhi secara optimal dan

menghasilkan hasil yang efektif (Gusti,2013). Ajarkan manajemen

nyeri dengan relaksasi, distraksi dan kompres hangat.

Pada fokus penelitian ini, Subjek I dan Subjek II menerima

penerapan tindakan kompres hangat dan relaksasi, serta tindakan

kolaborasi. Artinya terdapat keselarasan antara teori dan penelitian.

5. Hasil Evaluasi

Hasil evaluasi yang didapatkan berdasarkan evaluasi formatif,

penulis menggunakan pendekatan SOAP dalam melakukan evaluasi

terhadap penerapan tindakan yang telah dilakukan. evaluasi yang

dapat dilaksanakan oleh perawat, yaitu evaluasi formatif yang

bertujuan untuk menilai hasil implementasi secara bertahap sesuai

dengan kegiatan yang dilakukan sesuai kontrak pelaksanaan dan

evaluasi sumatif yang bertujuan menilai secara keseluruhan terhadap

pencapaian diagnosa keperawatan apakah rencana diteruskan,

diteruskan sebagian, diteruskan dengan perubahan intervensi, atau

dihentikan (Gusti,2013).

Setelah melakukan implementasi keperawatan selama 3 hari,

penulis dapat menyatakan bahwa masalah keperawatan dapat teratasi

secara penuh dan evaluasi akhir yang didapatkan adalah sebagai

berikut :
Pada penelitian Subjek I dan Subjek II, bahwa terjadi Penurunan

skala nyeri dengan penerapan kompres hangat pada pasien

Dismenorea.

Penelitian ini menguatkan penelitian yang telah dilakukan oleh

Indah Kusmidarti dkk (2013), dalam Perubahan Intensitas nyeri

Dismenorea pada remaja putri Pemberian Teknik Kompres Hangat

menyatakan bahwa Kompres Hangat mempunyai efek

menguntungkan terhadap penurunan intensitas nyeri Dismenorea.


BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Hasil pemberian asuhan keperawatan yang dilakukan secara langsung

pada subjek I (Nn. H) dan Subjek II (Nn. S) dengan kondisi Disminorhea di

wilayah kerja puskesmas Surulangun kabupaten Musi Rawas utara, yang

mana fokus dari penelitian ini adalah terkait penerapan Kompres hangat

dalam menurunkan nyeri, yang meliputi pengkajian, perumusan masalah,

intervensi, implementasi dan evaluasi maka dapat disimpulkan sebagai

berikut :

1. Berdasar hasil yang didapatkan pada pengkajian, dengan cara

wawancara dan observasi, masalah utama Nyeri yang terjadi proses

menstruasi.

2. Diagnosa keperawatan aktual yang timbul berdasarkan keluhan yang

ada adalah Nyeri akut, sementara diagnosa resiko yang mungkin

terjadi adalah resiko tinggi infeksi.

3. Intervensi dan implementasi yang dapat dilakukan berdasar diagnosa

yang timbul adalah relaksasi, distraksi, kompres hangat dan

manajemen perawatan payudara yang aseptik. Pemberian kompres

hangat mampu memberi efek nyaman dan membantu dalam

mengurangi nyeri akibat proses menstruasi.


4. Evaluasi penerapan kompres hangat yang dilakukan pada penelitian

dua orang subjek, yang dilakukan selama 3 hari, ternyata memberi

efek yang baik terhadap pengendalian masalah nyeri akut yang terjadi.

B. Saran

1. Bagi Prodi Keperawatan Lubuklinggau

Penelitian ini dapat dijadikan data dasar dan sumber informasi

untuk penelitian selanjutnya, dan hasil penelitian ini dapat dibakukan

sebagai tindakan keperawatan mandiri.

2. Bagi Mahasiswa

Data dan hasil penelitian dapat digunakan sebagai acuan dan

pengembangan penelitian selanjutnya, dan hasil penelitian ini dapat

menginspirasi mahasiswa untuk menggali lebih lanjut tentang konsep

perawatan keluarga dan beberapa tindakan mandiri yang dapat

dikembangkan untuk meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan

perawat masa depan.

3. Bagi Puskesmas Surulangun

Puskesmas diharapkan mempunyai standar operasional prosedur

dalam pengelolaan asuhan keperawatan keluarga, sehingga masalah

keperawatan keluarga dapat dilaksanakan secara maksimal, juga

diharapkan puskesmas dapat memfasilitasi penelitian bagi tenaga

keperawatan yang ada di puskesmas Surulangun, serta diharapkan

puskesmas Surulangun dapat memberikan pendidikan dan pembinaan


pada para Remaja Putri tentang perawatan dan tata laksana mandiri

kompres hangat bila mengalami masalah Disminorhea.

4. Bagi Masyarakat

Masyarakat diharapkan mampu melakukan tindakan mandiri

kompres hangat untuk mengurangi nyeri akut khususnya bila

mengalami Dismonorhea.
DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, 2006, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, Edisi Revisi VI,
Rineka Cipta, Jakarta

Doenges, E.M., dan Moorhouse, M.F., dan Geissler, C.A., 2000, Rencana Asuhan
Keperawatan Pedoman untuk Perencanaan dan Pendokumentasian
Perawatan Pasien, Edisi 3, EGC, Jakarta

Gusti . S, 2013, Asuhan Keperawatan Keluarga, Trans Info Media, Jakarta

Hidayat. A.A.A dan Uliyah. M, 2014, Pengantar Kebutuhan dasar Manusia Buku
1, Edisi 2, salemba Medika, Jakarta

Herdman. T.H dan Kamitsuru.S, 2015, Diagnosis Keperawatan Definisi &


Kasifikasi 2015-2017, Edisi 10, EGC, Jakarta

Kemenkes, 2013, Riskesda Kemenkes 2013, Kemenkes, Jakarta

Kusyati, E., 2006, Ketrampilan dan Prosedur Laboratorium Keperawatan dasar,


EGC, Jakarta

Morton. P.G, Fontaine.D, Hudak. C.M dan Gallo.B.M, 2011, Keperawatan Kritis
Volume 1 Pendekatan Asuhan Holistik , Edisi 8, EGC, Jakarta

Notoatmojo, 2010, Metode Penelitian Kesehatan, Rineka Cipta, Jakarta

Nursalam, 2011, Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu


Keperawatan : Pedoman Skripsi, Tesis dan Instrumen Penelitian
Keperawatan, edisi 2, Salemba Medika, Jakarta

Potter, A.P. dan Perry, G.A., 2006, Buku Ajar Fundamental Keperawatan Konsep,
Proses, dan Praktik, Edisi 4, Volume 2, EGC, Jakarta

Rukiyah ,Y.A. dan Yulianti,L., 2010, Asuhan Kebidanan IV Patologi Kebidanan,


Trans Info Media, Jakarta

Setiadi, 2013, Konsep dan Praktek Penulisan Riset Keperawatan , Edisi 2 , Graha
Ilmu, Yogyakarta

Smeltzer, C.S., dan Bare, G.B., 2002, Buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedah
Brunner & Suddart, Edisi 8, Volume 1, EGC, Jakarta
Suprajitno, 2004, Asuhan Keperawatan Keluarga Aplikasi dalam Praktik, EGC,
Jakarta

WHO, 2012, Global Report 2012, WHO, Jenewa Swiss

Wilkinson, M.J., dan Ahern, R.N., 2012, Buku Saku Diagnosis Keperawatan,
Edisi 9, EGC, Jakarta
Lampiran 2 . Inform Consent

LEMBAR PERMINTAAN MENJADI RESPONDEN

Kepada Yth

Calon Responden(An./Nn . .........)

Di desa .....................................

Wilayah Kerja Puskesmas Surulangun Rawas Ulu

Dengan hormat,

Sebagai persyaratan tugas akhir mahasiswa D III Keperawatan Poltekkes

Kemenkes Palembang, Program Studi Keperawatan Lubuklinggau, Saya akan

melakukan Penelitian “ Pemberian Kompres Hangat untuk Menurunkan Rasa

Nyeri Disminorhea pada Remaja Putri di Puskesmas Surulangun Kabupaten Musi

Rawas Utara Tahun 2018 “. Adapun tujuan penelitian ini adalah Untuk

Mengetahui Tentang Perawatan Keluarga (An./Nn) dengan nyeri akut pada kasus

Disminorhea dengan pemberian kompres hangat.

Untuk keperluan tersebut saya mohon kesediaannya untuk dapat membantu

dalam pengisian kuesioner dan kesediaan nona menjadi partisipan. Kiranya nona

dapat mengisi atau memberikan tanggapan secara jujur dan apa adanya. Jawaban

yang nona berikan akan kami jamin kerahasiaannya.

Lubuklinggau, Juni 2018


Peneliti

Dewi Fireny
Lampiran 3. Format Asuhan Keperawatan Keluarga
ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA

Nama : Desa :
Mahasiswa
NIM : Dusun :

A. PENGKAJIAAN
I. Identitas Umum Keluarga
1.1. Identitas Kepala Keluarga (KK)
Nama Kepala keluarga :
Umur : Tahun
Agama :
Pendidikan :
Pekerjaan :
Penghasilan :
Suku Bangsa :
Alamat :

1.2. Komposisi Keluarga


No Nama umur Hubungan Pendi Pekerjaan K Keadaan
anggota L Pr dalam dikan B Fisik
keluarga k keluarga
1.
2.
3.
4.
5.
6.

1.3. Genogram
1.4. Tipe Keluarga
a. Jenis Tipe Keluarga

b. Masalah Yang Terjadi dengan Tipe Keluarga

II. Riwayat dan Tahap Perkembangan Keluarga


2.1 Tahap Perkembangan Keluarga saat ini :

2.2 Tahap Keluarga yang belum terpenuhi dan Kendalanya :

2.3 Riwayat Kesehatan Inti :


a. Riwayat Keluarga saat ini :

b. Riwayat Penyakit Keturunan :


c. Riwayat masing-masing anggota Keluarga :

No Nama Umur BB Keadaan Imunisasi Masalah Upaya


(kg) Kesehatan Kesehatan yang
dilakukan
1. -

2.

3.

4.

d. Sumber Pelayanan Yang dimanfaatkan :

e. Riwayat Kesehatan Keluarga Sebelumnya :

III. Pengkajian Lingkungan Keluarga


3.1 Karateristik Rumah
a. Luas Rumah :
b. Tipe Rumah :
c. Kepemilikan :
d. Jumlah Kamar :
e. Ventilasi :
f. Pemanfaatan ruang :
g. Septik tank : < 5 meter >5
meter
h. Sumber Air : PDAM Sumur
Lain-lain :
.......................................

i. Kamar Mandi : Bersih Kotor


Berlumut
j. WC : Cemplung Leher angsa
Duduk Sungai
k. Sampah : Dibakar Ditimbun
Dibuang disungai

l. Kebersihan Lingkungan :

m. Denah Rumah :

3.2 Karateristik Tetangga dan Komunitas RW


a. Kebiasaan :

b. Aturan :

c. Kebersihan :
d. Budaya :

3.3 Mobilitas Geografi Keluarga :

3.4 Sistem Pendukung :

IV. Struktur Keluarga


4.1 Pola / Cara Komunikasi Keluarga :

4.2 Struktur Kekuatan Keluarga :

4.3 Struktur Peran Keluarga :


a. ......................................
Peran Formal :

Peran Informal :

b. .......................................
Peran Formal :

Peran Informal :
c. ...........................
Peran Formal :

Peran Informal :

d. ..............................
Peran Formal :

Peran Informal :

4.4 Nilai dan Norma Keluarga :

V. Fungsi Keluarga
5.1 Fungsi Afektif
a. Kerukunan Hidup dalam Keluarga

b. Interaksi hubungan dalam Keluarga

c. Anggota Keluarga yang dominan dalam pengambilan


keputusan

d. Kegiatan Keluarga waktu senggang


e. Pastisipasi dalam kegiatan Sosial

5.2 Fungsi Perawatan Kesehatan


a. Mengenal masalah Kesehatan

b. Mengambil keputusan mengenai tindakan kesehatan yang


tepat

c. Merawat anggota Keluarga yang sakit

d. Memelihara lingkungan rumah yang sehat

e. Menggunakan Pelayanan kesehatan dimasyarakat

5.3 Fungsi Reproduksi

5.4 Fungsi Ekonomi


a. Upaya Pemenuhan sandang Pangan

b. Pemanfaatan Sumber yang ada di Masyarakat


VI. Stress dan Koping Keluarga
6.1 Stresor Jangka Pendek

6.2 Stresor Jangka Panjang

6.3 Respon Keluarga terhadap Stresor

6.4 Strategi Koping

6.5 Strategi Adaptasi Disfungsi

VII. Harapan Keluarga


7.1 Terhadap Masalah Kesehatan

7.2 Petugas Kesehatan yang ada


B. ANALISA DATA
NO DATA SIFAT MASALAH KEMUNGKINAN
MASALAH PENYEBAB
1. Data Subjektif :

Data objektif :

2. Data Subjektif :

Data Objektif :
C. SKALA PRIORITAS MASALAH
MASALAH :

NO KRITERIA HITUNGAN SKOR PEMBENARAN


1. Sifat Masalah :
Aktual
Resiko
Sejahtera / Sehat

2. Kemungkinan
masalah dapat di
rubah :
Mudah
Sebagian
Tidak Dapat

3. Potensial untuk
dicegah :
Tinggi
Cukup
Rendah

4. Menonjolnya
Masalah :
Masalah
dirasakan dan
harus segera
ditangani
ada masalah
tetapi tidak
perlu ditangani
Masalah tidak
dirasakan

JUMLAH
D. SKALA PRIORITAS MASALAH
MASALAH ;

NO KRITERIA HITUNGAN SKOR PEMBENARAN


1. Sifat Masalah :
Aktual
Resiko
Sejahtera / Sehat

2. Kemungkinan
masalah dapat di
rubah :
Mudah
Sebagian
Tidak Dapat

3. Potensial untuk
dicegah :
Tinggi
Cukup
Rendah

4. Menonjolnya
Masalah :
Masalah
dirasakan dan
harus segera
ditangani
ada masalah
tetapi tidak
perlu ditangani
Masalah tidak
dirasakan

JUMLAH

E. DIAGNOSA KEPERAWATAN SESUAI PRIORITAS


Lampiran 4. Kuesioner Tingkat Nyeri

KUESIONER TINGKAT NYERI

Nama Partisan / :
Pasien
Umur :
Masalah :
Keperawatan
Diagnosa :
Medis

Skala Nyeri Numerik

0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

Tidak Nyeri Ringan Nyeri Sedang Nyeri Berat Sangat


Nyeri

Keterangan :

0 = Tidak Nyeri
1 - 3 = Nyeri Ringan
4 - 6 = Nyeri Sedang
7 - 9 = Nyeri Berat
10 = Sangat Nyeri tak tertahankan

1. Pilih Tingkat nyeri sesuai standar nilai nyeri rentang angka skala
nyeri 0 – 10.
2. Sampaikan secara Verbal (ucapkan) tingkat nyeri yang dirasakan
atau beri centang pada kolom tabel nilai tingkat nyeri (√).

Angka 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Kolom
Centang
Lampiran 5. Format Penilaian Skala Nyeri
FORMAT PENILAIAN SKALA NYERI
Nama Observer :

Tanggal / Bulan / Tahun :

Lokasi Penelitian :

No Nama Penderita / Subjek SKALA NYERI Keterangan


Sebelum Tindakan Sesudah Tindakan
Hari Ke : 1
1. Subjek 1 :

2. Subjek 2 :

Hari Ke : 2
1. Subjek 1 :

2. Subjek 2 :

Hari Ke : 3
1. Subjek 1 :

2. Subjek 2 :

Catatan : Diisi dengan Keterangan Hasil Observasi (Nyeri ringan=1-3 / Nyeri Sedang=4-6 / Nyeri Berat=7-9 / Sangat Nyeri=10).
FORMAT PENILAIAN SKALA NYERI

Nama Observer :

Tanggal / Bulan / Tahun :

Lokasi Penelitian :

No Nama Penderita / Subjek SKALA NYERI Keterangan


Sebelum Tindakan Sesudah Tindakan
Hari Ke : 4
1. Subjek 1 :

2. Subjek 2 :

Hari Ke : 5
1. Subjek 1 :

2. Subjek 2 :

Hari Ke : 6
1. Subjek 1 :

2. Subjek 2 :

Catatan : Diisi dengan Keterangan Hasil Observasi (Nyeri ringan=1-3 / Nyeri Sedang=4-6 / Nyeri Berat=7-9 / Sangat Nyeri=10).
Lampiran 6. Format Observasi Evaluasi Intervensi Kompres Hangat
FORMAT OBSERVASI EVALUASI INTERVENSI KOMPRES HANGAT
UNTUK MENGURANGI NYERI DISMINORHEA
Nama Observer :
Tanggal :
Pertemuan Ke :
Lokasi Penelitian :
Nama Pasien : Subjek I : Subjek II :

No Karakter Nyeri Nama Penderita Keterangan


Subjek : ........................................... Subjek II : ........................................
Sebelum Sesudah Sebelum Sesudah
Tindakan Tindakan Tindakan Tindakan
( 0 Menit) (15 Menit) ( 0 Menit) (15 Menit)
1. Nyeri Ringan (Skala 1 – 3)

2. Nyeri Sedang (Skala 4 – 6)

3. Nyeri Berat (Skala 7 – 9)

4. Sangat Nyeri (Skala 10)

Catatan : Isi hasil intervensi sesuai dengan yang disampaikan secara Verbal oleh Subjek dengan angka.
Lampiran 7. SOP Kompres Hangat
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR
KOMPRES HANGAT

KOMPRES HANGAT

Definisi Kompres hangat adalah memberikan rasa hangat untuk


memenuhi kebutuhan rasa nyaman, mengurangi atau
membebaskan nyeri, mengurangi atau mencegah spasme
otot dan memberikan rasa hangat pada daerah tertentu.

Kompres Hangat Basah adalah memberikan rasa hangat


pada klien dengan menggunakan cairan / air hangat
dengan menggunakan lap / kain kasa yang dicelupkan
dalam air hangat pada tempat yang dikeluhkan.

Jenis a. Kompres Hangat Basah.


b. Kompres Hangat Kering.

Tujuan a. Memperlancar sirkulasi darah.


b. Menurunkan Suhu Tubuh / meningkatkan suhu
tubuh.
c. Mengurangi rasa sakit.
d. Memperlancar pengeluaran eksudat.
e. Merangsang Peristaltik usus.
f. Mengurangi peradangan dan spasme otot.
g. Meningkatkan aktifitas sel.

Indikasi a. Pasien yang mengalami penyakit peradangan.


b. Pasien dengan Spasme Otot, adanya abses,
hematoma.
c. Pasien dengan perut kembung.
d. Pasien yang kedinginan.
Prosedur kerja Kompres Hangat Basah
Tahap Persiapan :

1. Baskom berisi cairan hangat sesuai kebutuhan


2. Baki berisi handuk kecil, sarung tangan dan kasa
3. Pengalas / Perlak
4. Waslap
5. Handscoen.
6. Form asuhan keperawatan dan alat tulis.
7. Termometer (untuk mengukur suhu air)

Tahap pelaksanaan :

1. Berikan penjelasan kepada pasien tentang perasat


yang akan di lakukan dan minta persetujuannya.
2. Lakukan diruang privasi, dan dekatkan alat yang
akan digunakan.
3. Atur posisi nyaman saat tindakan (posisi
setengah duduk).
4. Pasang pengalas di bawah area punggung pasien
(area yang akan dilakukan Kompres).
5. Buka dan bebaskan area yang akan dikompres.
6. Cuci Tangan dan kenakan Handscoen.
7. Basahi handuk dengan air hangat yang telah
disediakan, kemudian peras namun masih
lembab.
8. Balutkan pada area Abdomen yang mengalami
peradangan, lakukan berulang hingga nyeri
berkurang (setiap tindakan dilakukan 15 – 30
menit)
9. Lepaskan Handscoen dan letakkan pada
tempatnya, Rapikan pasien..

Tahap Terminasi:

1. Bereskan dan bersihkan peralatan, simpan kembali


pada tempatnya.
2. Perawat Cuci tangan, dan Dokumentasikan
seluruh tindakan yaang dilakukan
3. Izin Pamit dengan Pasien
Sumber Pustaka Kusyati, E., 2006, Ketrampilan dan Prosedur
Laboratorium Keperawatan Dasar, EGC, Jakarta
KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
POLITEKNIK KESEHATAN PALEMBANG
PROGRAM STUDI KEPERAWATAN LUBUKLINGGAU

LEMBAR KONSULTASI
KARYA TULIS ILMIAH

Nama Mahasiswa : Dewi Fireny


NIM : PO.71.20.3.17.094.RPL
Judul KTI : Pemberian Kompres hangat untuk Menurunkan
Rasa Nyeri Dismenorhea pada Remaja Putri di
Puskesmaas Surulangun Kabupaten Mussi Rawas
Utara tahun 2018.
Penguji I : H. Jhon Feri, S.Kep.Ns.M.Kes
Penguji II : Nadi Aprilyadi, S.Sos.M.Kes

N Hari / Kegiatan Saran Paraf Keterangan


o Tanggal Bimbingan Penguji Penguji Mahasiswa
I II

Mengetahui Lubuklinggau, Juli 2018


Pembimbing I Pembimbing II

Hj. Susmini, SKM.M.Kes Zuraidah, SKM.MKM


NIP. 197210051994032003 NIP. 196612171989112001

Anda mungkin juga menyukai