Haji
Haji
disusun oleh :
Kelompok 10
BENGKULU
2017
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum wr.wb.
Puji syukur pemakalah ucapkan kehadirat Allah SWT, yang senantiasa mencurahkan rahmat
dan hidayah-Nya kepada setiap hamba-Nya. Sehingga dengan rahmat dan hidayah-Nya
pemakalah dapat menyelesaikan makalah ini. Shalawat serta salam pemakalah mohonkan
kepada Allah SWT agar senantiasa disampaikan kepada Nabi Muhammad SAW. yang telah
membawa umatnya dari alam kebodohan kepada alam yang penuh ilmu pengetahuan seperti
saat sekarang ini.
Dalam makalah ini, pemakalah banyak menemukan kesulitan. Hal ini disebabkan oleh
keterbatasan yang ada pada diri pemakalah. Namum berkat rahmat dan hidayah Allah
SWT. serta bantuan dari berbagai pihak akhirnya pemakalah dapat menyelesaikan makalah
ini.
Pemakalah menyadari bahwa makalah ini jauh dari sempurna. Oleh karena itu, Pemakalah
mengharapkan kritikan dan masukan dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.
Wassalamualaikum wr.wb.
Pemakalah
ii
DAFTAR ISI
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Haji merupakan rukun Islam yang kelima yang diwajibkan bagi seorang muslim sekali
sepanjang hidupnya bagi yang mampu melaksanakanya. Setiap perbuatan dalam ibadah haji
sebenarnya mengandung rahasia, contoh seperti ihram sebagai upacara pertama maksudnya
adalah bahwa manusia harus melepaskan diri dari hawa nafsu dan hanya mengahadap diri
kepada Allah Yang Maha Agung. Memperteguh iman dan takwa kepada Allah SWT karena
dalam ibadah tersebut diliputi dengan penuh kekhusyu'an, ibadah haji menambahkan jiwa
tauhid yang tinggi
Ibadah haji adalah sebagai tindak lanjut dalam pembentukan sikap mental dan akhlak
yang mulia. Ibadah haji adalah merupakan pernyataan umat islam seluruh dunia menjadi
umat yang satu karena memiliki persamaan atau satu akidah. Memperkuat fisik dan mental,
kerena ibadah haji maupun umrah merupakan ibadah yang berat memerlukan persiapan fisik
yang kuat, biaya besar dan memerlukan kesabaran serta ketabahan dalam menghadapi segala
godaan dan rintangan. Ibadah haji menumbuhkan semangat berkorban, baik harta, benda,
jiwa besar dan pemurah, tenaga serta waktu untuk melakukannya.
Dengan melaksanakan ibadah haji bisa dimanfaatkan untuk membangun persatuan dan
kesatuan umat islam sedunia. Ibadah haji merupakan muktamar akbar umat islam sedunia,
yang peserta-pesertanya berdatangan dari seluruh penjuru dunia dan Ka'bah yang menjadi
simbol kesatuan dan persatuan.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang maka permasalahan yang dapat dirumuskan sebagai berikut:
1
C. Tujuan
2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Haji
Menurut bahasa kata haji berasal dari bahasa arab yang berarti menyenga untuk
mengunjungi.1 Sedangkan menurut istilah syara’ haji ialah sengaja mengunjungi Ka’bah
untuk melakuakn beberapa amal ibadah, dengan syarat-syarat tertentu.2
Jadi haji sebagai rukun isalm yang kelima, wajib dikerjakan oleh setiap muslim, baik
laki-laki maupun perempuan apabila ia telah memenuhi syarat-syaratnya dan kewajiban
menunaikan ibadah haji itu bagi setiap muslim hanya sekali seumur hidup.
Haji hukumnya wajib dikerjakan oleh setiap muslim yang memenuhi syarat-syaratnya
berdasarkan firman Allah Swt. yang tercantum dalam surat Ali-Imran ayat 97, sebagai
berikut:
... ...
“Mengerjakan haji adalah kewajiban manusia terhadap allah, yaitu (bagi) orang yang
sanggup mengadakan perjalanan ke baitullah” (QS. Ali Imran 3:97)
Kewajiban haji bagi setiap muslim hanyalah sekali seumur hidup, sedangkan selebihnya
hukumnya adalah sunnah. Hal ini berdasarkan sabda Rasulullah Saw. sebagai berikut:
1
Moh. Rifa’i, Ilmu Fiqih Islam Lengkap, (Semarang: PT Karya Toha Putra1978 ), hlm. 371
2
Sulaiman Rasjid, Fiqh Islam, (Bandung: Sinar Baru Algensindo 2014), hlm. 247
3
berhaji)?” Beliau lantas diam, sampai orang tadi bertanya hingga tiga kali.
Rasulullahshallallahu ‘alaihi wa sallam lantas bersabda, “Seandainya aku mengatakan
‘iya’, maka tentu haji akan diwajibkan bagi kalian setiap tahun, dan belum tentu kalian
sanggup” (HR. Ahmad, Mulim dan Nasa’i)
Untuk haji yang dikerjakan oleh anak yang belum baligh, tetap sah haji yang dikerjakan.
Namun haji yang dikerjakan belum tergolong wajib dan ia tetap wajib melaksanakan haji
ketika sudah baligh bila mampu.3
1. Islam
2. Baligh
3. Berakal
4. Merdeka
5. Memiliki perbekalan dan ada kendaraan
6. Jalan yang aman
7. Mampu untuk menjalankannya
D. Rukun Haji
3
Moh. Rifa’i, Ilmu Fiqih Islam Lengkap, (Semarang: PT Karya Toha Putra 1978), hlm. 374
4
Musthafa Diib Al-Bugha, Fikih Islam lengkap, (Solo: Media Zikri 2009), hlm. 228
5
Sulaiman Rasjid, Fiqh Islam, (Bandung: Sinar Baru Algensindo 2014), hlm. 253
6
Moh. Rifa’i, Ilmu Fiqih Islam Lengkap, (Semarang: PT Karya Toha Putra 1978), hlm. 378
4
a. Menutup aurat.
b. Suci dari hadas dan najis.
c. Ka’bah hendaklah disebelah kiri orang yang tawaf.
d. Permulaan tawaf itu hendaklah hajar aswat.
e. Tawaf hendaklah tujtuh kali.
f. Tawaf hendaklah dilakukan didalam masjid karena Rasulullah Saw. melakuakan
tawaf di dalam masjid
Tawaf yang terkandung dalam ibadah haji tidak wajib untuk niat karena niatnya
sudah terkandung dalam niat ihram haji. Tetapi kalau tawaf dilakukan bukan dalam
ibadah haji, seperti tawaf wada (tawaf ketika akan meninggal di Mekah), maka wajib
berniat. Adapun macam-macam tawaf, antara lain sebagai berikut:
a. Tawaf qudum tawaf ketika baru sampai) sebagai salat tahiyatul masjid.
b. Tawaf ifadah (tawaf rukun haji).
c. Tawaf wada’ (tawaf ketika akan meninggal di Mekah).
d. Tawaf tahallul (penghalalan barang yang haram karena ihram).
e. Tawaf nazar (tawaf yang dinazarkan).
f. Tawaf sunat.
ِ َو هّللا ُ اَ ْكبَ ُر َوال َحوْ َل َوالَ قُ َّوة ِ ااَّل بِاهّلل،ُ ُسب َْحان هللاِ َو ْال َح ْم ُد هّلِل ِ َو آل اِلهَ اِاّل هّللا
"Maha suci Allah, segala puji bagi Allah, dan tiada Tuhan melainkan Allah, Allah
Mahabesar dan tiada daya maupun tegaga kecuali dengan Allah."
5
menjadi rukun beralasan karena tidak dapat diganti dengan menyembelih (membayar
dam).
6. Tertib.
E. Wajib Haji
Perkataan “wajib” dan “rukun” biasanya berarti sama, tetapi dalam urusan haji ada
perbedaan sebagai berikut.
Rukun adalah sesuatu perbuatan yang tidak sah haji melainkan dengan melakukannya,
dan perbuatan itu tidak boleh diganti dengan dam (denda).
Sedangkan wajib adalah sesuatu yang dikerjakan, tetapi sahnya haji tidak bergantung
padanya, dan boleh diganti dengan dam(denda), yaitu menyembelih binatang.7
1. Ihram dari miqad. Yaitu memakai pakaian ihram (tidak berjahit) dimulai dari miqad. 8
Miqad adalah tempat yang ditentukan oleh Rasulullah SAW. bagi penduduk setiap
wilayah untuk memulai ihram sebelum melewatinya jika mereka sengaja datang ke
Mekah untuk haji dan umrah. Bukhari(1454) dan Muslim (1181) meriwayatkan dari
Ibnu Abbas ra. ia berkata, “Rasulullah SAW. menentukan Dzul Hulaifah untuk
miqad penduduk Madinah, Junfah untuk miqad penduduk Syam, Qarnul Manazali
untuk penduduk Nejd , dan Yalamlam untuk penduduk Yaman. Semua itu untuk
masing-masing mereka dan bagi orang-orang yang datang dari wilayah-wilayah
tersebut namun bukan penduduknya jika memang dia ingin menunaikan ibadah haji
dan umrah. Barang siapa bukan penduduk tempat-tempat itu, maka temat ihlalnya
(ihramnya) sesuai dengan penduduknya. Begitu juga penduduk Mekah, mereka
berihlal darinya.” Ihlal adalah membaca talbiyah ketika ihram.9
2. Bermalam di Muzdalifah sesudah wuquf, pada malam 10 Dzulhijjah.
3. Bermalam di Mina selama 2 atau 3 malam, pada hari tasyriq (tanggal 11, 12 dan 13
Dzulhijjah)
4. Melempar jumrah 'aqabah tujuh kali dengan batu pada tanggal 10 Dzulhijjah
dilakukan setelah lewat tengah malam 9 Dzulhijjah dan setelah wukuf.
7
Sulaiman Rasjid, Fiqh Islam, (Bandung: Sinar Baru Algensindo 2014), hlm. 253-257
8
Moh. Rifa’i, Ilmu Fiqih Islam Lengkap, (Semarang: PT Karya Toha Putra 1978), hlm. 378
9
Musthafa Diib Al-Bugha, Fikih Islam lengkap, (Solo: Media Zikri 2009), hlm. 234
6
5. Melempar jumrah ketiga-tiganya, yaitu jumrah Ula, Wustha dan 'Aqabah pada
tanggal 11, 12 dan 13 Dzulhijjah dan melemparkannya tujuh kali tiap jumrah. Waktu
melempar jumrah dimulai sejak tergelincir matahari hingga terbenam sampai tanggal
10
13 Dzulhijjah. Pelaksanaannya dimulai dari jumrah Ula, Wustha dan 'Aqabah.
Berikut beberapa syarat melempar jumrah :
a. Melempar jumrah dengan tujuh batu, dilemparkan satu persatu.
b. Menertibkan tiga jumrah, dimuli dari jumrah yang pertama (dekat masjid Khifa),
kemudian yang di tengah, dan setelah itu yang akhir (Jumrah 'Aqabah).
c. Alat untuk melempar jumrah adalah batu (batu kerikil), tidah sah melempar
jumrah dengan selain batu.
d. Orang yang berhalangan tidak dapat melempar jumrah, sedangkan halangannya
itu tidak asa harapan akan hilang dalam masa yang ditentukan untuk melempar
jumrah, maka orang tersebut hendaknya mencari wakilnya, sekalipun dengan
jalan mengupah. Orang yang tidak dapat melempar jumrah sehari atau dua hari
harus menggantinya pada hari lain asal masih dalam masa yang ditentukan, yaitu
10-13 Dzulhijjah.
6. Meninggalkan segala yang diharamkan karena ihram.
F. Sunat Haji
1. Ifrad, yaitu mendahulukan urusan haji terlebih dahulu baru mengerjakan atas umrah.
2. Membaca bacaan talbiyah dengan suara yang keras bagi laki-laki dan diucapkan
sekedar terdengar oleh telinga sendiri bagi perempuan. Membaca talbiyah
disunnahkan selama dalam ihram sampai melempar jumrah ‘Aqabah pada hari raya.
Berikut lafaz talbiyah :
10
Moh. Rifa’i, Ilmu Fiqih Islam Lengkap, (Semarang: PT Karya Toha Putra 1978), hlm. 379
11
Sulaiman Rasjid, Fiqh Islam, (Bandung: Sinar Baru Algensindo 2014), hlm. 261-264
7
4. Tawaf qudum, yaitu tawaf yang dilakukan ketika permulaan datang di tanah haram.
Tawaf ini dikerjakan oleh seorang yang mengerjakan haji yang ketika di Mekkah
sebelum wuquf di ‘Arafah.12
5. Membaca zikir sewaktu tawaf.
6. Salat dua rakaat setelah tawaf.13
7. Tawaf wada’ yaitu tawaf yang dikerjakan setelah selesai ibadah haji untuk
memberikan selamat tinggal nbgai mereka yang keluar dari Mekah.
8. Berpakaian ihram dan serba putih.
9. Berhenti di masji Haram pada tanggal 10 Dzulhijjah14
BAB III
12
Moh. Rifa’i, Ilmu Fiqih Islam Lengkap, (Semarang: PT Karya Toha Putra 1978), hlm. 380
13
Sulaiman Rasjid, Fiqh Islam, (Bandung: Sinar Baru Algensindo 2014), hlm. 264
14
Moh. Rifa’i, Ilmu Fiqih Islam Lengkap, (Semarang: PT Karya Toha Putra 1978), hlm. 380
8
PENUTUP
A. Kesimpulan
Haji ialah sengaja mengunjungi Ka’bah untuk melakuakn beberapa amal ibadah, dengan
syarat-syarat tertentu. Haji hukumnya wajib dikerjakan sekali seumur hidup oleh setiap
muslim yang memenuhi syarat-syaratnya, sedangkan selebihnya hukumnya sunnah. Tata
cara pelaksanaan haji harus sesuai dengan syarat, rukun, wajib dan sunat haji.
B. Saran
Bagi semua umat Islam khususnya mahasiswa untuk lebih memahami tentang Haji lebih
mendalam agar bertambah pula pengetahuan dan Iman kita. Dan bagi umat islam yang
hendak melaksanakan ibadah haji, sebaiknya mempersiapkan diri baik secara fisik maupun
mental atau spiritual sebab ibadah haji merupakan ibadah yang sangat menguras tenaga
disamping mental dan batin.
9
DAFTAR PUSTAKA
Al-Bugha, Musthafa Diib. 2009. Fikih Islam Lengkap. Solo: Media Zikir
Rasjid, Sulaiman. 2014. Fiqh Islam. Bandung: Sinar Baru Algensindo
Rifa’i, Moh. 1978. Ilmu Fiqih Lengkap. Semarang: PT Karya Toha Putra