Anda di halaman 1dari 20

GEOGRAFI EKONOMI DAN PEMBANGUNAN

“Analisis Arah Pembangunan Wilayah dengan Menerapkan Metode Pendekatan


Geografi Ekonomi ( Teori Lokasi dan Konektivitas)”

Dosen Pengampu : Dra. Novida Yenny, M. Si.

Makalah Disusun Oleh :

Kelompok 1

1. Fairuz Nabila Ramadhani (3183331030)

2. Mery Sidabutar (3182131010)

3. Petronella Lasmaria M (3183331018)

Mata Kuliah : Geografi Ekonomi dan Pembangunan

PENDIDIKAN GEOGRAFI

FAKULTAS ILMU SOSIAL

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

2020
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI.....................................................................................................................i

KATA PENGANTAR.....................................................................................................2

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang.......................................................................................................3

1.2 Rumusan Masalah..................................................................................................4

1.3 Tujuan....................................................................................................................4

1.4 Manfaat..................................................................................................................4

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Teori Lokasi...........................................................................................................5

2.1.1. Pengertian Teori Lokasi Menurut Para Ahli................................................5

2.1.2 Faktor Penentu Pemilihan Lokasi Kegiatan Industri..................................12

2.1.3 Contoh Penerapan Teori Lokasi di Indonesia.............................................14

2.2 Teori Konektivitas...............................................................................................16

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan..........................................................................................................18

3.2 Saran....................................................................................................................18

DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................19

2
KATA PENGANTAR

Dengan mengucapkan puji dan syukur ke hadirat Allah SWT, akhirnya penyusun
dapat menyelesaikan tugas makalah ini, yang berjudul “Analisis arah pembangunan
wilayah dengan menerapkan metode pendekatan geografi ekonomi (Teori lokasi dan
Teori konektivitas)” pada mata kuliah Geografi Ekonomi dan Pembangunan.
Penyusun menyadari sepenuhnya bahwa tugas makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan dan masih banyak kekurangannya, hal ini dikarenakan keterbatasan
waktu, pengetahuan dan kemampuan yang dimiliki penyusun, oleh karena itu penyusun
sangat mengharapkan adanya saran dan kritik yang sifatnya membangun untuk
perbaikan dimasa yang akan datang.
Pada kesempatan ini, penyusun mengucapkan terima kasih kepada semua pihak
yang telah membantu terselesaikannya tugas ini, Dan semoga makalah ini dapat
memberikan manfaat bagi penyusun khususnya dan bagi pembaca umumnya.

Sigumpar, November 2020

Kelompok 1

BAB I

3
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pembangunan bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Peran
pemerintah sebagai mobilisator pembangunan sangat strategis dalam mendukung
peningkatan kesejahteraan masyarakat serta pertumbuhan ekonomi negaranya.
Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator untuk melihat hasil
pembangunan yang telah dilakukan dan juga berguna untuk menentukan arah
pembangunan di masa yang akan datang.
Perencanaan wilayah merupakan instrument yang dapat memberikan arah
dalam  pembangunan wilayah secara menyeluruh dan terpadu. Pembangunan tersebut
terbagi dalam berbagai kegiatan baik kegiatan pertanian maupun non pertanian yang
dominan dalam kontribusi pertumbuhan wilayah suatu wilayah. Kegiatan-kegiatan
tersebut membutuhkan pengaturan lokasi yang mampu memberikan keuntungan
maksimum, efisiensi dalam aksesbilitas serta penggunaan ruang yang optimal sehingga
kegiatan-kegiatan tersebut dapat berlangsung (Budiyono, 2003). Penentuan lokasi
kegiatan harus mempertimbangkan berbagai faktor antara lain aksesibilitas, bahan baku
mentah, tenaga kerja, pemasaran, dsb. Berbagai pertimbangan yang deskriptif
kuantitatif dan kualitatif tersebut dikenal dengan sebutan “Teori Lokasi”.
Analisis konektivitas merupakan salah satu bagian terpenting dalam sebuah
perencanaan atau pembangunan wilayah. Suatu wilayah dapat berkembang dengan baik
apabila sistemkonektivitas wilayahnya juga baik. Konektivitas merupakan kunci utama
mendukung jalur distribusi dan logistik sehingga kelancaran akan hal itu dapat
mendorong pertumbuhan pendapatan di berbagai daerah, serta  berimbas pada
pertumbuhan ekonomi negara. Dalam kaitannya dengan perencanaan pembangunan
wilayah, analisis indeks konektivitas dapat dijadikan salah satu indikator dan
pertimbangan untuk merencanakan pembangunan infrastruktur jalan serta fasilitas
transportasi lainnya. Dengan analisis indeks konektivitas dapat meningkat kan
hubungan suatu wilayah dengan wilayah - wilayah lainnya, serta memperlancar arus
pergerakan manusia, barang, dan jasa yang pada akhirnya dapat meningkatkan
kesejahteraan masyarakat
.

4
1.2 Rumusan Masalah
Adapun rumusan dalam makalah ini adalah sebagai berikut.
a. Bagaimana teori lokasi menurut para ahli?
b. Apa saja Faktor penentu pemilihan lokasi kegiatan Ekonomi?
c. Bagaimana penerapan teori lokasi dalam pembangunan?
d. Apa Pengertian Konektivitas?
e. Bagaimana hubungan konektivitas dalam pembangunan?

1.3 Tujuan Penulisan


a. Untuk mengetahui bagaimana teori lokasi menurut para ahli.
b. Untuk mengetahui apa saja Faktor penentu pemilihan lokasi kegiatan Ekonomi.
c. Untuk mengetahui bagaimana penerapan teori lokasi dalam pembangunan.
d. Untuk mengetahui apa Pengertian Konektivitas.
e. Untuk mengetahui bagaimana hubungan konektivitas dalam pembangunan.

1.4 Manfaat
Dari rumusan masalah maka tujuannya yakni; Untuk mengetahui lebih mendalam
teori lokasi dan konektivitas dalam kajian geografi ekonomi serta pengaruhnya terhadap
pembangunan

BAB II
PEMBAHASAN

5
2.1 Teori Lokasi
Teori lokasi adalah teori yang menyelidiki tata ruang (spatial order) kegiatan
ekonomi, serta menyelidiki alokasi geografis dari sumber-sumber yang potensial serta
pengaruhnya terhadap keberadaan berbagai macam usaha atau kegiatan lain, baik
ekonomi maupun sosial (Tarigan:2006).
Teori lokasi merupakan suatu teori yang dikembangkan untuk melihat dan
memperhitungkan pola lokasional kegiatan ekonomi termasuk industri dengan cara
yang konsisten dan logis, dan untuk melihat dan memperhitungkan bagaimana daerah-
daerah kegiatan ekonomi itu saling berhubungan (interrelated).

2.1.1. Pengertian Teori Lokasi Menurut para Ahli

Johan Heinrich Von Thunen


Johan Heinrich Von Thunen ialah seorang ahli ekonomi pertanian dari Jerman
yang pada tahun 1783-1850 mengeluarkan teori yang tertuang dalam buku “Der Isolirte
Staat”. Teori Von Thunen lebih di kenal sebagai teori lokasi pertanian. Von Thunen
mengembangkan teori ini berdasarkan pengamatan di sekitar tempat tinggalnya. Dalam
teori ini ia memperhatikan jarak tempuh antara daerah produksi dan pasar, pola tersebut
termasuk variabel keawetan, berat, dan harga dari berbagai komoditas pertanian. Ia
menggambarkan bahwa jenis penggunaan tanah yang ada di suatu daerah dipengaruhi
perbedaan ongkos transportasi tiap komoditas ke pasar terdekat. Pada zaman dulu
banyak area pertanian yang terletak di wilayah yang tidak strategis. Petani yang berada
di lokasi jauh dari pusat pasar atau kota, harus menempuh jarak yang cukup jauh untuk
menjual hasil panennya. Biaya transportasi yang dikerahkan tidak sebanding dengan
upah yang di dapat. Hal ini menunjukkan betapa mahalnya kota sebagai pusat pasar.
Dari hasil studi inilah Von Thunen mengeluarkan teori lokasi pertanian.
Jauh dekatnya jarak tempuh antara wilayah produksi atau bahan baku dengan
pusat distribusinya di pasar akan membentuk lingkar lokasi yang menjadi wilayah
dimana lokasi tersebut merupakan pusat aktivitas utama yang disebut dengan kota.

6
Von Thunen berpendapat bahwa suatu pola produksi pertanian berhubungan
dengan pola tata guna lahan di wilayah sekitar pusat pasar atau kota. Ia mengeluarkan
asumsi-asumsi sebagai berikut:
1)   Terdapat suatu daerah terpencil yang terdiri atas daerah perkotaan dengan daerah
pedalamanya yang merupakan satu-satunya daerah pemasok kebutuhan pokok yang
merupakan komoditi pertanian (Isolated Stated).
2)   Daerah perkotaan hanya menjual kelebihan produksi daerah pedalaman, tidak menerima
penjualan hasil pertanian dari daerah lain (Single Market).
3)   Daerah pedalaman hanya menjual kelebihan produksinya ke perkotaan, tidak ke daerah
lain (Single Destination).
4)   Daerah pedalaman atau kota mempunyai ciri yang sama (homogen) dengan kondisi
geografis kota itu sendiri dan cocok untuk tanaman dan peternakan dataran menengah.
5)   Daerah pedalaman dihuni oleh petani yang berusaha untuk memperoleh keuntungan
maksimum dan mampu untuk menyesuaikan hasil tanaman dan peternakannya dengan
permintaan yang terdapat di daerah perkotaan (Maximum Oriented).
6)   Pada waktu itu hanya ada angkutan berupa gerobak yang dihela oleh kuda (One Moda
Transportation).
7)   Biaya transportasi berbanding lurus dengan jarak yang ditempuh. Semua biaya
transportasi ditanggung oleh petani. Petani mengangkut semua hasil dalam bentuk
segar.  (Equidistant).

Menurut Von Thunen tingkat sewa lahan adalah paling mahal di pusat pasar dan
makin rendah apabila makin jauh dari pasar. Von Thunen menentukan hubungan sewa lahan
dengan jarak ke pasar dengan menggunakan kurva permintaan. Berdasarkan perbandingan
(selisih) antara harga jual dengan biaya produksi, masing-masing jenis produksi memiliki
kemampuan yang berbeda untuk membayar sewa lahan. Makin tinggi kemampuannya untuk
membayar sewa lahan, makin besar kemungkinan kegiatan itu berlokasi dekat ke pusat
pasar. Hasilnya adalah suatu pola penggunaan lahan berupa diagram cincin. Perkembangan
dari teori Von Thunen adalah selain harga lahan tinggi di pusat kota dan akan makin
menurun apabila makin jauh dari pusat kota.

7
Kelebihan teori von thunen Menjadi acuan penting dalam pengembangan Wilayah
terutama dalam menentukan berbagai kegiatan perekonomian. Serta Dapat menentukan
berbagai Kawasan ( Zoning ). Kelemahan teori von thunen adalah:
a)  Kemajuan transportasi dapat menghemat banyak waktu dan biaya.
b) Ada beberapa daerah yang tidak hanya memiliki 1 merket center saja, tetapi juga 2
market center.
c)  Adanya berbagai bentuk pengawetan, sehingga mencegah resiko busuk pada
pengiriman jarak jauh.
d)  Kondisi topografis setiap daerah berbeda-beda, sehingga hasil pertanian yang akan
dihasilkanpun akan berbeda.
e)  Negara industri mampu membentuk kelompok produksi sehingga tidak terpengaruh
pada kota.
f)  Antara produksi dan konsumsi telah terbentuk usaha bersama menyangkut
pemasarannya.

Teori Lokasi  Wlater Christaller


Crhristaller berpendapat bahwa tujuan utama sebuah pusat permukiman atau pasar
adalah menyediakan barang dan jasa untuk populasi di lingkungan sekitarnya. Teori Central
place menggunakan konsep dasar threshold dan range. Lokasi atas suatu tempat ditentukan
oleh threshold-nya, atau kebutuhan area pasar minimum atas suatu barang maupun jasa
untuk dapat ditawarkan secara ekonomis, contohnya membawa sebuah perusahaan dapat
mengadakan barang dan jasa dan menjaganya menjadi sebuah bisnis. Christaller
menyarankan bahwa setiap lokasi mengembangkan pasarnya sampai rangenya atau ukuran
maksimum/jarak maksimum dimana konsumen mampu melakukan perjalanan untuk
menjangkau suatu komoditi atau jasa. Dalam kondisi ideal pusat pasar dengan ukuran dan
fungsi yang sama akan memiliki jarak yang sama satu sama lain.

Christaller menyarankan bahwa barang dan jasa dapat dikategorikan menjadi


rangkaian tingkatan dari kekhususan rendah atau orde dasar (seperti produk pangan)
sampai orde tinggi atau memiliki kekhususan tinggi (seperti sebuah tingkatan layanan

8
kesehatan atau tingkatan alat-alat rumah tangga maupun kendaraan). Misal: dilakukan
kategorisasi atau pengelompokan produk.
Kelompok 1: diperlukan sehari-hari: produk pangan.
Kelompok 2: diperlukan setiap 3 bulan sekali: sandang, peralatan rumah tangga, dll.
Kelompok 3: diperlukan setahun sekali: furniture.
Kelompok 4: barang mewah, kendaraan.
Semakin tinggi kelompok barang, range dan threshold nya semakin luas. Dalam konsep
ruang, makin luas wilayah pemasaran suatu barang, ordenya semakin tinggi. Pada
contoh diatas, barang kelompok 4 termasuk pada orde I, barang kelompok 3 sebagai
orde II, dst. Masing-masing item atau jasa memiliki optimal market areanya masing-
masing dan dapat digambarkan sebagai sebuah radius lingkaran. Untuk memastikan
bahwa seluruh bagian dataran terlayani, maka seluruh lingkaran market area harus
tumpang tindih. Hasil polanya dapat digambarkan menggunakan bentuk geometrik
lingkaran, segi enam, dan segitiga.

Sebuah kota atau pusat merupakan inti dari berbagai kegiatan pelayanan,
sedangkan wilayah di luar kota atau pusat tersebut adalah daerah yang harus
dilayaninya, atau daerah belakangnya (hinterland).  Sebuah pusat yang kecil akan
memberikan penawaran pelayanan yang lebih terbatas jika dibandingkan dengan pusat
yang lebih besar. Jarak wilayah yang mampu dilayani relatif lebih dekat dengan luasan
yang kecil (Knox, 1994).  Guna mengetahui kekuatan dan keterbatasan hubungan
ekonomi dan fisik suatu kota atau pusat dengan wilayah sekelilingnya, seorang ahli
geografi, Walter Christaller, melakukan sebuah penelitian.  Penelitian ini dilakukan di
Jerman bagian selatan, di daerah perdesaan (Hartshorn, 1980). Dan teori tersebut
dinyatakan sebagai teori tempat pusat (Central Place Theory) oleh Christaller.

Teori Christaller (1933) menjelaskan bagaimana susunan dari besaran kota,


jumlah kota, dan distribusinya di dalam satu wilayah. Menurut Christaller, pusat-pusat
pelayanan cenderung tersebar di dalam wilayah menurut pola berbentuk heksagon (segi
enam). Keadaan seperti itu akan terlihat dengan jelas di wilayah yang mempunyai dua
syarat. Pertama, topografi yang seragam sehingga tidak ada bagian wilayah yang
mendapat pengaruh dari lereng dan pengaruh alam lain dalam hubungan dengan jalur

9
pengangkutan. Kedua, kehidupan ekonomi yang homogen dan tidak memungkinkan
adanya produksi primer, yang menghasilkan padi-padian, kayu atau batu bara.

Analisis keruangan adalah analisis lokasi yang menitik beratkan pada tiga unsur
jarak (distance), kaitan (interaction), dan gerakan (movement). Tujuan dari analisis
keruangan adalah untuk mengukur apakah kondisi yang ada sesuai dengan struktur
keruangan dan menganalisa interaksi antar unit keruangan yaitu hubungan antara
ekonomi dan interaksi keruangan, aksebilitas antara pusat dan perhentian suatu wilayah
dan hambatan interaksi. Hal ini didasarkan olah adanya tempat-tempat (kota) yang
menjadi pusat kegiatan bagi tempat-tempat lain, serta adanya hirarki diantara tempat-
tempat tersebut.
Perkembangan tempat-tempat sentral tergantung konsumsi barang sentral yang
dipengaruhi faktor penduduk, permintaan dan penawaran serta harga, juga kondisi
wilayah dan transportasi seperti yang telah dikemukakan oleh Christaller dalam
“Central Place Theory”.  Christaller menjelaskan bahwa teori tempat pusat merupakan
suatu tempat yang menyediakan barang dan jasa bagi daerah itu sendiri dan daerah
orang lain. Christaller mengatakan beberapa asumsi dalam penysunan teori tersebut,
seperti :
1.    Konsumen yang menanggung ongkos angkutan.
2.   Jangkauan suatu barang ditentukan oleh jarak yang dinyatakan dalam  biaya dan  waktu.
3.    Konsumen memilih tempat pusat yang paling dekat.
4.    Kota-kota berfungsi sebagai central place bagi wilayah sekitarnya.
5.   Wilayah tersebut sebagai dataran yang rata, ciri ekonomis sama, dan penduduk tersebar
secara merata.

Kelebihan teori ini adalah pengaruh jarak terhadap intensitas orang bepergian
dari satu lokasi ke lokasi lainnya. Analisis ini dapat dikembangkan untuk melihat suatu
lokasi yang memiliki daya tarik terhadap batas wilayah pengaruhnya, dimana orang
masih ingin mendatangi pusat yang memiliki daya tarik tersebut. Hal ini terkait dengan
besarnya daya tarik pada pusat tersebut dan jarak antara lokasi dengan pusat
tersebut. Terkait dengan lokasi maka salah satu faktor yang menentukan apakah suatu
lokasi menarik untuk dikunjungi atau tidak adalah tingkat aksesibilitas. Tingkat

10
aksesibilitas adalah tingkat kemudahan untuk mencapai suatu lokasi ditinjau dari lokasi
lain di sekitarnya. Kelemahan teori ini adalah jangkauan suatu barang dan jasa tidak
ditentukan lagi oleh biaya dan waktu. Dengan kemajuan teknologi yang semakin
canggih, konsumen tidak selalu memilih tempat pusat yang paling dekat. Hal ini bisa
disebabkan oleh daya tarik atau fasilitas sarana dan prasarana tempat pusat yang lebih
jauh tersebut lebih besar dibandingkan dengan tempat pusat yang terdekat.

Penerapan model Christaller di Indonesia, salah satu contohnya dapat dilihat dari
hierarki layanan fasilitas kesehatan. Di tingkat kecamatan, PUSKESMAS melayani
kebutuhan kesehatan masyarakat pada level penyakit ringan. Di tingkat kabupaten,
terdapat RSUP yang melayani kebutuhan kesehatan masyarakat dengan ragam layanan
yang lebih bervariasi sehingga penyakit berat dapat ditangani dan jangkauan layanan
yang lebih jauh. Sedangkan di tingkat propinsi, RSUP mampu memberikan layanan
kesehatan lengkap untuk segala macam penyakit dan jangkauan layanan paling luas.

Teori lokasi  menurut Weber (1909)


Menganalisis tentang lokasi kegiatan industri. Menurut teori Weber pemilihan
lokasi industri didasarkan atas prinsip minimisasi biaya. Weber menyatakan bahwa
lokasi setiap industri tergantung pada total biaya transportasi dan tenaga kerja di mana
penjumlahan keduanya harus minimum. Tempat di mana total biaya transportasi dan
tenaga kerja yang minimum adalah identik dengan tingkat keuntungan yang maksimum.
Menurut Weber ada tiga faktor yang mempengaruhi lokasi industri, yaitu biaya
transportasi, upah tenaga kerja, dan kekuatan aglomerasi atau deaglomerasi. Dalam
menjelaskan keterkaitan biaya transportasi dan bahan baku Weber menggunakan konsep
segitiga lokasi atau locational triangle untuk memperoleh lokasi optimum. Untuk
menunjukkan apakah lokasi optimum tersebut lebih dekat ke lokasi bahan baku atau
pasar,

Teori lokasi menurut palender dan hovver


Teori lokasi biaya rendah yang dikembangkan oleh Weber berasumsikan bahwa
permintaan adalah konstan dan tidak dipengaruhi oleh perusahaan yang berdekatan.
Dengan demikian, secara implisit teori ini juga mengasumsikan persaingan bebas tanpa

11
ada kemungkinan timbulnya kekuatan monopoli yang ditawarkan oleh lokasi
perusahaan lain. Namun demikian lokasi biaya minimum perlu menjamin keuntungan
maksimum. Keuntungan dapat saja meningkat bila lokasi perusahaan yang bersangkutan
pindah ke daerah konsentrasi permintaan sekalipun biaya bertambah. Gejala ini
disebabkan oleh penjualan yang meningkat per satuan produk lebih rendah.
Perusahaan yang berdiri sendiri di suatu daerah, dalam batas tertentu, tidak perlu
memperhatikan kebijaksanaan perusahaan lain. Ia bebas menentukan kebijakaannya
dalam bidang harga, kualitas, maupun atribut lain dalam produknya. Tak demikian
halnya bila ia berlokasi tak berjauhan dengan perusahaan lain dan mempunyai daerah
pasar diperebutkan dengan perusahaan itu. Dalam hal ini kebijaksanaan yang diambil
dipengaruhi oleh perusahaan lain atau sebaliknya.
Beberapa unsur ketergantungan lokasi telah dikemukakan dalam teori Palander
dan Hoover. Teori ketergantungan lokasi berpangkal tolak dari kesamaan biaya bagi
semua perusahaan dan menjual produknya di pasar yang tesebar secara sepasial.
Teori biaya minimum dan ketergantungan lokasi (Theory Least Cost and Place
Interdependence) dikemukakan oleh Melvin Greenhut pada tahun 1956 dalam bukunya
Plant Location in Theory and in Practice dan Microeconomics and The Space
Economy. Greenhut berusaha menyatukan teori lokasi biaya minimum dengan teori
ketergantungan lokasi yang mana dalam teori tersebut mencakup unsur-unsur sebagai
berikut:
a.    Biaya lokasi yang meliputi biaya angkutan, tenaga dan pengelolaan
b.    Faktor lokasi yang berhubungan dengan permintaan, yaitu ketergantungan lokasi dan
usaha untuk menguasai pasar.
c.    Faktor yang menurunkan biaya.
d.    Faktor yang meningkatkan pendapatan.
e.    Faktor pribadi yang berpengaruh terhadap penurunan biaya dan peningkatan
pendapatan.
f.     Pertimbangan pribadi.

2.1.2. Faktor Penentu Pemilihan Lokasi Kegiatan Industri (ekonomi)


1. Ongkos angkut

12
Ongkos angkut merupakan faktor atau variabel utama yang sangat pentng dalam
pemilihan lokasi dari suatu kegiatan ekonomi. Hal ini dikarenakan ongkos angkut
erupakan bagian yang cukup penting dalam kalkulasi biaya produksi.misalnya hasil
pertanian ataupun pertambangan dalam pengangkutannya membutuhkan biaya yang
relatif besar. Besar kecilnya ongkos angkut tersebut akan mempengaruhi pemilihan
lokasi kegiatan ekonomi karena pengusaha akan cendrung memilih lokasi yang dapat
memberikan ongkos angkut minimum guna meningkatkan keuntungan secara
maksimum.

2. Perbedaan upah antar wilayah


Perbedaan ini dapat terjadi karena variasi dalam biaya hidup, tingkat inflasi
daerah, dan komposisi kegiatan ekonomi wilayah. Perbedaan upah ini mempengaruhi
pemilihan lokasi kegiatan ekonomi karena tujuan utama investor mencari keuntungan
lebih. Bila upah disuatu wilayah lebih rendah dibanding wilayah lain, maka pengusaha
akan cendrung memilih lokasi wilayah tersebut karena dapat menekan biaya produksi.

3. Keuntungan aglomerasi
Keuntungan aglomerasi muncul bila kegiatan ekonomi yang saling terkait satu
sama lain terkonsentrasi pada satu tempat tertentu. Keterkaitan ini dapat berbentuk
kaitan bahan baku dan kaitan dengan pasar. . bila keuntungan tersebut cukup besar,
maka pengusaha akan cendrung memilih lokasi kegiatan ekonomi terkonsentrasi dengan
kegiatan lainnya yang saling terkait.

4. Konsentrasi Permintaan
Bila suatu perusahaan berlokasi pada wilayah dimana terdapat konsentrasi
permintaan yang cukup besar, maka jumlah penjualan akan menngkat. Disamping itu
biaya pemasaran menjadi lebih sedikit sehingga memperbesar tingkat keuntungan
perusahaan.
5. Kompetisi antar wilayah

13
Persaingan disini dimaksudkan persaingan sesama perusahan dalam wilayah
tertentu atau antar wilayah. Daya saing perusahaan akan lebih kuat jika berlokasi dekat
dengan konsumennya.
6.  harga sewa dan tanah
untuk menekan biaya produksi, perusahaan cendrung memilih lokasi dimana
harga dan sewa tanah lebih rendah. Pemilihan lokasi dalam hal ini menjadi penting
karena harga tanah biasanya bervariasi antar tepat.

Penentuan lokasi untuk industri berkaitan erat dengan usaha pengembangan


industri sebagai sarana penggerak ekonomi daerah dan pengaturan spasial dalam rangka
memelihara lingkungan hidup yang tepat dan serasi.  Rencana tata guna lahan daerah
harus mampu menunjukan lokasi-lokasi pemusatan industri yang berkaitan dengan
industri yang berorientasi sumber daya alam dan energi, serta individu yang berorientasi
pada tenaga kerja atau pasar.
1. Tempat lokasi industri yang berorientasi pada sumber daya alam dan energi dengan
mengingat pada:
a. Potensi SDA yang dimilii daerah
b. Potensi SDA penunjang seperti air tanah, air sungai yang dapat dimanfaatkan
guna air industri dan air minum
c. Potensi energi yang memadai
d. Potensi atau keterjangkauan pada saran dan praarana yang diperlukan
e. Potensi yang berkembang menjadi aglomerasi indutri
2. Tempat lokasi industri yang berorientasi pada pasar atau tenaga kerja dengan mengingat
pada:
a. Permukiman penduduk yang berdekatan
b. Potensi sumber daya air untuk air maupun air minum
c. Potensi energi yang memadai
d. Keterkaitan dengan industri hulu agar dapat membentuk indusri yang efisien dan
saling berkait sehingga dapat menghasilkan efek penyebaran atau mata rantai
kedepan atau kebelakang yang panjang
e. Potensi atau keterjangkauan pada sarana yang diperlukan.

14
Kesemua faktor geografis ini timbul sesuai orientasi dan jenis industri yang
didirikan. Seperti  halnya jenis industri tertentu sangat tergantung bahan mentah maka
industri tersebut didiirikan dengan orientasi ke daerah bahan baku, terutama untuk
industri yang memiliki bahan baku cepat rusak, bobot yang lebih berat dan
pengangkutan memakan tempat dibandingkan barang tersebut setelah diolah oleh
industri. Akan tetapi industri lain dapat saja pada lokasi pasar dengan pertimbangan
akan memakan ongkos angkut yang besar. Dan industri tertentu juga sangat tergantung
keutuhan akan air dalam pelaksanaan kegiatan yang dilakukannya, tentu saja pilihan
berdirinya industri tersebut pada daerah yang banyak suplai airnya. Semakin
berkembangnya industri, maka produk yang dihasilkan tidak hanya untuk kebutuhan
lokal akan tetapi juga dapat dipasarkan dalam jangkauan yang lebih luas. Hal ini
disebabkan pasaran lokal tidak menampung semua hasil produk industri. Untuk itu
pasaran mulai merambah dalam jangkauan yang lebih besar pada kondisi ini sangat
tergantung dengan fasilitas transportasi misalnya jalan, pelabuhan, dan lapangan udara.

2.1.3   Contoh penerapan teori lokasi di Indonesia

Contoh penerapan teori lokasi Penggunaan lahan di Kawasan Utara Kota Medan

Penggunaan lahan di Kawasan Utara Kota Medan saat ini untuk pengembangan
Industri dan Pemukimanberada di Kawasan Utara Kota Medan tepatnya di Kecamatan
Medan Deli, Medan Marelan, Medan Labuhan, Medan Belawan. Kawasan Industri
Medan (KIM) berada dekat dengan Pelabuhan Belawansekitar 8 Km di daerah Medan
Deli dan Medan Labuhan. Secara Teori Lokasi daerah ini dipilih karena mempunyai
akses dengan Pelabuhan melalui jalan Tol Belmera sehingga memudahkan transportasi
pengiriman barangbaik ekspor maupun import. Kawasan Industri Medan ini juga
menempati lahan yang masih luas dan telah menggunakan juga lahan milik Pemkab
Deli Serdang.

Kehadiran Kawasan Industri bertujuan untuk memudahkan para pengusaha


untuk membuka industri mereka walaupun secara bahan baku Kawasan Industri Medan
jauh dari sumber bahan baku, akan tetapi fasilitas yang disediakan antara lain listrik,
telekomunikasi perbengkelan, keterkaitan antar industri, dan fasilitas tersedianya tenaga

15
kerja murah akibat adanya aglomerasi akan memberikan keseimbangan bagi ongkos
transport yang dikeluarkan untuk bahan baku ( Weber dalam Tarigan 2006). Alasan lain
adalah dekatnya Kawasan Industri Medan dengan Pelabuhan laut.

Contoh penerapan teori lokasi pada PT. Semen Padang di Sumatera Barat
Padang sebagai ibukota Provinsi Sumatera Barat memiliki kemajuan yang
cukup signifikan di bidang ekonominya. Salah satu faktor yang berperan penting dalam
peningkatan perekonomian adalah industri. Industri di Padang yang sudah berkembang
dan cukup terkenal adalah PT Semen Padang.
PT  Semen Padang merupakan pabrik semen tertua di Tanah Air berdiri di
Padang. Industri ini beroperasi di Indarung Kecamatan Lubuk Kilangan Padang,
kehadiran pabrik semen tersebut memberikan peran cukup strategis dalam bidang
ekonomi dan penyerapan tenaga kerja bagi masyarakat di Ranah Minang. 
Pada saat ini, Semen Padang mengambil bahan baku semen dari batu kapur di
Bukit Karang Putih Indarung. Jarak yang ditempuh dari Pabrik ke bukit karang putih ±8
Km, sedangkan jarak ±12 Km dari Pasar Raya Padang. Lokasi PT Semen Padang disini
menggunakan Teori Webber yang ke 1 yaitu daerah industri berada di tengah tengah di
antara pasar dan bahan baku. Hal ini menjadi pertimbangan karena jarak dari pabrik
yang dekat dengan bahan baku dan jangkauan pasarnya juga luas. Jika pabrik di
letakkan terlalu dekat dengan  bahan baku, tidak memungkinkan karena daerah di dekat
bahan baku agak curam dan tidak cocok untuk membangun kawasan pabrik. Karena itu
lokasi pabrik berada di pinggir kota Padang dan juga tidak terlalu jauh dari bahan baku.
Pemilihan lokasi di pinggir kota (Sub Urban Location) juga menguntungkan karena
pajak tidak seberat ketika berada di pusat kota, tenaga kerja dapat tinggal berdekatan
dengan lokasi industri, harga tanah yang relatif tidak semahal di pusat kota, serta
populasi yang tidak begitu besar sehingga masalah lingkungan tidak banyak timbul.

2.2 Konektivitas

16
Analisis konektivitas merupakan salah satu bagian terpenting dalam sebuah
perencanaan atau pembangunan wilayah. Suatu wilayah dapat berkembang dengan baik
apabila sistemkonektivitas wilayahnya juga baik. Konektivitas merupakan kunci utama
mendukung jalur distribusi dan logistik sehingga kelancaran akan hal itu dapat
mendorong pertumbuhan pendapatan di berbagai daerah, serta  berimbas pada
pertumbuhan ekonomi negara. Oleh karena itu rencana pemerintah mewujudkan
konektivitas antar wilayah dengan membangun jalan raya baru sepanjang 865 km, 6
bandar udara, 15 pelabuhan, dan jalur kereta api sepanjang 639 km perlu mendapat
dukungan penuh dari berbagai elemen.

Penguatan konektivitas nasional merupakan salah satu strategi yang ditempuh dalam
rangka percepatan dan perluasan pembangunan ekonomi nasional. Oleh karena itu,
terdapat tiga prinsip konsep konektivitas. Pertama, memaksimalkan pertumbuhan
melalui kesatuan kawasan, bukan keseragaman (inclusive development) dengan
menghubungkan pusat-pusat pertumbuhan. Kedua, memperluas pertumbuhan melalui
konektivitas wilayah-wilayah melalui inter-moda supply chain system yang
menghubungkan hinterland dan yang tertinggal dengan pusat-pusat pertumbuhan.
Ketiga, mencapai pertumbuhan inklusif dengan menghubungkan daerah terpencil
dengan infrastruktur dan pelayanan dasar dalam mendapatkan manfaat pembangunan.

Indeks konektivitas merupakan cara dalam pengembangan wilayah dengan


mempertimbangkan lokasi pembangunan yg akan berpengaruh pada pergerakan
manusia dan barang. untuk menentukan indeks konektivitas maka dengan
membandingkan antara jumlah jaringan jalan dan jumlah kota sehingga rumusnya :

β=e/v

β = indeks konektivitas

17
e = jumlah jaringan jalan
v = jumlah kota

kekuatan interaksi antarwilayah ditentukan dengan indeks konektivitas. Apabila


nilai indeks semakin tinggi, maka akan semakin banyak jaringan jalan yang
menghubungkan wilayah yang sedang dikaji. Hal tersebut tentunya berdampak pada
potensi pergerakan manusia, barang, dan jasa sebab prasarana jalan sangat berpengaruh
terhadap kelancaran mobilitas antarwilayah. Hubungannya dengan perencanaan
pembangunan wilayah, analisis indeks konektivitas bisa digunakan sebagai indikator
untuk merencanakan pembangunan infrastruktur jalan dan pembangunan fasilitas
transportasi yang lainnya.

Dalam kaitannya dengan perencanaan pembangunan wilayah, analisis indeks


konektivitas dapat dijadikan salah satu indikator dan pertimbangan untuk merencanakan
pembangunan infrastruktur jalan serta fasilitas transportasi lainnya. Dengan analisis
indeks konektivitas dapat meningkat kan hubungan suatu wilayah dengan wilayah -
wilayah lainnya, serta memperlancar arus pergerakan manusia, barang, dan jasa yang
pada akhirnya dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Perencanaan wilayah merupakan instrument yang dapat memberikan arah dalam
pembangunan wilayah secara menyeluruh dan terpadu. Pembangunan tersebut terbagi
dalam berbagai kegiatan baik kegiatan pertanian maupun non pertanian yang dominan
dalam kontribusi pertumbuhan wilayah suatu wilayah. Kegiatan-kegiatan tersebut
membutuhkan pengaturan lokasi yang mampu memberikan keuntungan maksimum,

18
efisiensi dalam aksesbilitas serta penggunaan ruang yang optimal sehingga kegiatan-
kegiatan tersebut dapat berlangsung (Budiyono, 2003). Penentuan lokasi kegiatan harus
mempertimbangkan berbagai faktor antara lain aksesibilitas, bahan baku mentah, tenaga
kerja, pemasaran, dsb. Berbagai pertimbangan yang deskriptif kuantitatif dan kualitatif
tersebut dikenal dengan sebutan “Teori Lokasi”.
Analisis konektivitas merupakan salah satu bagian terpenting dalam sebuah
perencanaan atau pembangunan wilayah. Suatu wilayah dapat berkembang dengan baik
apabila sistemkonektivitas wilayahnya juga baik. Konektivitas merupakan kunci utama
mendukung jalur distribusi dan logistik sehingga kelancaran akan hal itu dapat
mendorong pertumbuhan pendapatan di berbagai daerah, serta  berimbas pada
pertumbuhan ekonomi negara. Dalam kaitannya dengan perencanaan pembangunan
wilayah, analisis indeks konektivitas dapat dijadikan salah satu indikator dan
pertimbangan untuk merencanakan pembangunan infrastruktur jalan serta fasilitas
transportasi lainnya. Dengan analisis indeks konektivitas dapat meningkat kan
hubungan suatu wilayah dengan wilayah - wilayah lainnya, serta memperlancar arus
pergerakan manusia, barang, dan jasa yang pada akhirnya dapat meningkatkan
kesejahteraan masyarakat

3.2 Saran
Penulis mengharapkan adanya peranan manusia atau masyarakat dalam geografi
kekayaan alam baik dalam ruang, ekologi atau lingkungan, dan kompleks wilayah
terhadap kelancaran ekonomi dan pembangunan dalam mensejahterakan.
DAFTAR PUSTAKA

http://geonkunp.blogspot.com/2018/08/makalah-teori-lokasi.html (diakses pada Kamis


12 November 2020)
https://www.kompasiana.com/mujur_mtdg/54f35a3e7455137b2b6c728d/kajian-teori-
lokasi-dengan-perencanaan-wilayah-kawasan-utara-kota-medan (diakses pada Kamis 12
November 2020)
http://jembatan4.blogspot.com/2013/07/teori-lokasi-dan-teori-ekonomi-modern.html?
m=1 (diakses pada Kamis 12 November 2020)
http://www.geoafath.netau.net/geografi.htm (diakses pada Kamis 12 November 2020)

19
http://www.academia.edu/10631178/GEOGRAFI_UNTUK_PEMBANGUNAN
(diakses pada Kamis 12 November 2020)
Ruang lingkup geografi ekonomi. Rinalto Sunarpi (2004), Buku Ajar Geografi
Ekonomi. Archive.Universitas Gajah Mada (diakses pada Kamis 12 November 2020)
https://id.m.wikipedia.org/wiki/Geografi_ekonomi (diakses pada Kamis 12 November
2020)
https://id.m.wikipedia.org/wiki/Geografi_pembangunan (diakses pada Kamis 12
November 2020)

20

Anda mungkin juga menyukai