Proposal Uas Metpend
Proposal Uas Metpend
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
masalah kelebihan zat gizi seperti energi, lemak dan garam. Asupan gizi
kalori dibawah angka kecukupan gizi yang dianjurkan yaitu di bawah 1800
kkal. Jika dilihat dari status kesehatan 40% anak yang diteliti sering
dan sebanyak 7,3% anak terindikasi menderita gizi buruk. Hasil penelitian
ini juga menunjukkan bahwa anak – anak tersebut jarang sarapan pagi di
terhadap penurunan kadar gula darah, bahkan dalam jangka waktu yang
masalah utama yaitu kurang gizi makro dan kurang gizi mikro, kurang gizi
1
makro pada dasarnya merupakan gangguan kesehatan yang disebabkan oleh
Dari data yang terdapat pada SDKI tahun 2012, status Gizi kurang
dan buruk Balita dan Anak di Indonesia adalah 17,9%. Hal ini menunjukkan
Dinkes Kota Surabaya status Gizi kurang pada balita dan anak tahun 2012
adalah sebesar 23%. Angka tersebut masih terbilang tinggi walaupun tahun
Berdasarkan hasil Riskesdas 2007, 2010, 2013, status gizi Balita dan
pada tahun 2013 adalah 19,6 %, terdiri dari 5,7% Gizi Buruk dan 13,9%
pada prevalansi gizi buruk yaitu 5, 4 % tahun 2007, 4,9% pada tahun 2010,
dan 5,7% pada tahun 2013. Sedangkan prevalensi Gizi Kurang naik sebesar
0,9% dari 2007 dan 2013. Untuk mencapai sasaran MDG tahun 2015 yaitu
15,5% maka prevalensi Gizi Buruk kurang secara Nasional harus diturunkan
atas angka prevalensi Nasional yaitu berkisar antara 21,2 % s/d 33,1%.
2
yaiatu NTT, Papua Barat, Sulawesi Barat, Maluku, Kalimantan Selatan,
Utara, Papua, Sumatera Barat, dan Jambi. Atas dasar sasaran MDG 2015,
antara 20,0% – 29,0% dan dianggap prevalensi sangat tinggi bila ≥ 30%
(WHO, 2010). Pada tahun 2013, secara Nasional prevalensi gizi buruk
kurang pada anak balita sebesar 19,6%, yang berarti masalah gizi berat
kategori prevalensi sangat tinggi, yaitu Sulawesi Barat, Papua Barat, dan
Berdasarkan hasil Riskesdas 2007, 2010, 2013, status gizi Balita dan
2010 (35,6%) dan 2007 (36,8%). Prevalensi pendek sebesar 37,2% terdiri
dari 18,0% sangat pendek dan 19,2% pendek. Pada tahun 2013 prevalensi
sangat pendek menunjukkan penurunan, dari 18,8% tahun 2007 dan 18,5%
3
nasional dengan urutan dari prevalensi tertinggi sampai terendah, yaitu :
39% dan serius bila prevalensi pendek ≥40% (WHO 2010). Sebanyak 14
Berdasarkan hasil Riskesdas 2007, 2010, 2013, status gizi Balita dan
provinsi dan nasional. Salah satu indikator untuk menentukan anak yang
harus dirawat dalam manajemen gizi adalah keadaan sangat kurus yaitu
anak dengan nilai Zscore <-3,0 SD. Prevalensi sangat kurus secara nasional
dibandingkan tahun 2010 (6,0 %) dan tahun 2007 (6,2 %). Demikian pula
penurunan 7,3 % (tahun 2010) dan 7,4 % (tahun 2007). Secara keseluruhan
prevalensi anak balita kurus dan sanngat kurus menurun 13,6 % pada tahun
4
prevalensi kurus diatas angka nasional, dengan urutan dari prevalensi
(WHO 2010). Pada tahun 2013 secara nasional prevalensi kurus pada anak
tahun, status gizi ditentukan berdasarkan nilai Z-Score TB/U dan IMT/U.
Secara Nasional prevalensi pendek pada anak umur 5 – 12 tahun adalah 30.7
5
15 Provinsi dengan prevalensi sangat pendek diatas prevalensi nasional
kembali menderita gizi buruk karena asupan gizi yang diberikan orang tua
tidak memadai, orang tua tidak mampu menyediakan makanan bergizi bagi
buruk. Selain Alor, angka gizi buruk di Kabupaten Belu juga masih tinggi,
Sumba Barat 536 orang, Timor Tengah Selatan 422 orang, dan Flores Timur
makan antara lain : faktor ekonomi keluarga, faktor sosial budaya, agama,
6
yang lain (Sediaoetama, 1996). Perilaku dan kebiasan orang tua dalam hal
makanan akan mempengaruhi sikap suka dan tidak suka seorang anak
di rumah, jenis – jenis makanan yang tersedia dan kapan makanan tersebut
disajikan sebab pola makan yang seimbang yaitu sesuai kebutuhan disertai
pemilihan bahan makanan yang tepat akan melahirkan status gizi yang baik.
tangan, musik dan seni, kegiatan olah raga (misalnya berenang), Video
protein mereka rendah. Karena dalam usia ini anak – anak ini gemar sekali
jajan, terkadang mereka sengaja menolak makan pagi dan sebagai gantinya
mereka jajan. Pada anak usia sekolah kekurangan gizi akan mengakibatkan
7
anak menjadi lemah, cepat lelah dan sakit - sakitan sehingga anak seringkali
Sekolah dan akan mempengaruhi prestasi belajar. Selama usia Sekolah, rata
– rata pertumbuhan tiap tahun seorang anak adalah berkisar 3 – 3,5 kg untuk
kelompok makanan daging, empat porsi atau lebih dari kelompok buah dan
sayuran (dengan sumber vitamin C sehari dan sumber vitamin A setiap hari
yang lain), tiga hingga empat porsi dari seluruh padi – padian dan roti yang
diperkaya gizinya dengan sereal, dan hingga dua sendok teh margarin atau
mentega.
melibatkan perhatian penuh dari orang tua dalam menerapkan pola makan
yang teratur di rumah di samping upaya perbaikan gizi yang lain yaitu
Hubungan antara Pola Makan dengan Status Gizi pada Siswa kelas III di
8
1.2. Rumusan masalah
Apakah terdapat hubungan antara pola makan dengan status Gizi pada
Tujuan Penelitian
Tujuan umum dari penelitian ini adalah mengetahui Hubungan antara pola
di sekolah Dasar
9
Diharapkan dapat membuktikan manfaat dari pola makan terhadap status
selanjutnya.
mengenai hubungan antara pola makan dengan status gizi siswa/I Sekolah
Dasa
10
BAB II
KAJIAN KEPUSTAKAAN
dimakan setiap hari oleh satu orang dan merupakan ciri khas untuk
Sulistyoningsih, H 2011).
makanan.
sosial. Pola makan adalah suatu cara atau usaha dalam pengaturan
11
2.1.2. Faktor – faktor yang mempengaruhi Pola Makan
1. Faktor ekonomi
terutama jenis siap santap (fast food) seperti ayam goreng, pizza,
12
kalangan generasi muda dan kelompok masyarakat ekonomi
menengah ke atas.
makanan, meskipun tidak semua hal yang tabu masuk akal dan
merupakan hal yang baik jika ditinjau dari kesehatan, salah satu
13
dibutuhkan untuk pertumbuhan. Terdapat 3 kelompok anggota
3. Agama
ada pada saat Perayaan Paskah, bagi umat Islam, ketupat adalah
bahan makanan pokok yang selalu tersedia pada saat hari raya
Lebaran
4. Pendidikan
14
adalah ‘yang penting menyenangkan’, sehingga porsi bahan
5. Lingkungan
yang sehat akan membentuk pola makan yang baik pada anak.
15
teratur, memenuhi kebutuhan biologis pencernaan dengan
dengan jajanan.
16
malam bersama dalam keluarga dengan kualitas diet anak secara
kalsium, folat, zat besi dan vitamin – vitamin B6, B12, C, dan E
yang lebih tinggi. Anak – anak ini juga mengonsumsi buah dan sayur
– sayuran lebih banyak, dan saat mereka tidak di rumah lebih sedikit
sedikit.
teman sebaya juga menjadi lebih besar karena anak usia sekolah
pilihan mereka. Anak secara tiba – tiba meminta satu jenis makanan
17
2.1.4. Porsi makanan per hari untuk anak dan remaja berdasarkan
1. Roti, sereal, nasi, dan kelompok pasta : 1 iris roti, 1 ounce sereal
sayuran
tanpa lemak.
Pyramid :
18
2. Makan siang : ½ cangkir stick wortel mentah, ¾ cangkir
jus apel.
Sayuran :3
Buah :3–4
bermanfaat bagi kesehatan dan proses yang terjadi pada pangan sejak
19
dampaknya terhadap pertumbuhan, perkembangan dan kelangsungan
konsumsi dan penyerapan zat gizi dan penggunaan zat – zat tersebut,
atau keadaan fisiologik akibat dari tersedianya zat gizi dalam seluler
tubuh.
absolut satu atau lebih zat gizi. Ada empat bentuk malnutrisi :
tertentu
20
Lipoprotein), HDL (High Density Lipoprotein), dan VLDL
2.2.2. Gizi Seimbang Bagi Balita dan Anak Usia Sekolah Dasar
1. Prinsip gizi
aktivitas, berat badan, dan tingi badan. Antara asupan zat gizi
21
Kebutuhan masing – masing zat gizi untuk kelompok
balita dan anak dapat di lihat dari Angka Kecukupan Gizi yang
22
(Food and Nutritional Board, National Academy of Science – National
Research Council. 11989, Recommended Daily Dietary Allowances).
total asupan kalori dan 19% dari total asupan lemak dan lemak
kalori, dan nutrisi esensial pada anak yang tidak dapat makan
23
praktis untuk mengatur makanan sehari – hari dengan gizi
mengonsumsi ASI.
24
tersebut. Apabila hal ini berlanjut maka dapat menurunkan
tiap hari.
kebutuhan energi
dan air.
25
mengonsumsi ikan karena lemak ikan mengandung asam
kecerdasan seseorang.
26
lebih tinggi dibandingkan zat besi yang berasal dari pangan
akan lebih baik bila terdiri dari makanan sumber zat tenaga,
27
4. Cara Penentuan Status Gizi
jaringan tubuh seperti lemak, otot dan jumlah air dalam tubuh.
28
Tabel 4. Kelebihan dan kelemahan indeks antropometri
a. Indikator BB/U
1) Kelebihan
29
a) Dapat dengan mudah dan cepat dimengerti oleh
masyarakat umum
2) Kelemahan
oedema
b. Indikator TB/U
30
kemungkinan keadaan gizi masa lalu tidak baik. Berbeda
1) Kelebihan
lampau
penduduk
2) Kelemahan
profesional
c. Indikator BB/TB
31
mereka yang BB/TB kurang, dikategorikan sebagai kurus
menilai status gizi saat ini, terutama bila data umur yang
1) Kelebihan
2) Kelemahan
professional.
32
Diantara bermacam-macam indeks antropometri, BB/U
2000 yaitu :
33
2. Indeks tinggi badan menurut umur (TB/U)
a. Pendek <-2 SD
b. Normal >-2SD
a. Gemuk >2 SD
Status gizi
Prestasi belajar
meningkat
Keterangan :
2.4. Hipotesis
35
BAB III
METODE PENELITIAN
Dalam hal ini metode penelitian yang digunakan adalah metode analitik
independen dan dependen hanya satu kali, pada satu saat dan tidak ada
3.3.1. Populasi
3.3.2. Sampel
sampel kurang dari 100 maka semua subjek diambil untuk diteliti.
36
3.4. Variabel dan Definisi Operasional
Variabel independen dalam penelitian ini adalah Pola Makan dan Variabel
37
Variabel Defenisi Parameter Instrumen Skala Kategori
Operasional
Independen Kegiatan yang - Pola makan yang seimbang dan teratur Lembar Ordinal Baik (3) : jika
Pola Makan dilakukan oleh melahirkan status gizi yang baik (tidak Kuesioner 76-100%
anak secara lebih maupun kurang) Cukup (2) :
berulang kali untuk -Frekuensi makan 3 kali + kudapan 2 x/hari jika 56-75%
memenuhi -Waktu makan teratur (makan pagi, siang, Kurang (1) :
kebutuhan akan kudapan, makan malam, kudapan). <56%
makan dalam -Jenis makanan bervariasi setiap hari : Roti,
jumlah dan waktu nasi, sayur, buah, daging, telur
tertentu serta jenis ( disesuaikan dengan Menu makan yang
makanan yang dianjurkan
bervariasi.
Dependen keadaan kesehatan Indeks antropometri yang digunakan Timbangan Ordinal Baik (3) : ≥ -
Status Gizi anak sekolah dasar dalam menilai status gizi adalah Berat injak dan 2 SD s/d + 2
yang diketahui dari Badan menurut Umur (BB/U) dan Berat Microtoice, SD
data berat badan Badan menurut Tinggi Badan (BB/TB) checklist Kurang (2) :
yang diukur dengan berdasar Z score standar baku WHO ≤ - 3 SD s/d <
timbangan injak NCHS karena dapat menggambarkan - 2 SD.
dan tinggi badan status gizi saat ini dengan lebih sensitif. Buruk (1) : <
dengan mikrotoice. - 3 SD.
38
39
Sekolah Dasar
1. Tahap persiapan
Sekolah Dasar
mikrotois dan form untuk pengumpulan data dan alat tulis serta
peneraan alat.
39
40
2. Tahap pelaksanaan
2 SD, Kurang (2) : ≤ - 3 SD s/d < - 2 SD, Buruk (1) : < - 3 SD.
lembar Kuesioner Pola Makan untuk di isi oleh anak Sekolah Dasar
40
41
1. Editing yaitu peneliti memeriksa data yang telah terisi oleh responden
apakah sudah terisi semua atau belum. Untuk kuisioner yang belum
baru.
kode seperti berikut ini : baik, kode 3; cukup, kode 2; kurang, kode 1.
kategori).
pola makannya baik, cukup dan Kurang serta Status gizi baik, kurang
41
42
6 ∑ b i2
ρ= 1− n( n2−1)
1. Informed consent
hak responden.
2. Anonymity
42
43
3. Confidentiality
43
44
DAFTAR PUSTAKA
Dinkes NTT. 2011. Profil Kesehatan NTT ( Prevalensi masalah Gizi Buruk dan
Gizi Kurang). NTT : Dinas Kesehatan
Paath, Erna F,. Rumdasih Yuyum, dan Heryati. 2004. Gizi dalam Kesehatan
Reproduksi. Jakarta : EGC
Prof. Dr. Sediaoetama Achmad Djaeni. 2008. Ilmu Gizi. Jilid I. Jakarta : Dian
Rakyat
Proverawati Atikah dan Wati, Erna Kusuma. 2011. Ilmu Gizi untuk Keperawatan
dan Gizi Kesehatan. Yogyakarta : Nuha Medika
Sulistyoningsih Hariyani. 2011. Gizi untuk Kesehatan Ibu dan Anak. Yogyakarta :
Graha Ilmu
44